Anda di halaman 1dari 3

A.

Pengertian Pengukuran Alat Ukur Psikologis

Pengukuran merupakan suatu standar nilai atau satuan ukur yang dimana
sesuatu yang tidak dapat dihindari dari kegiatan keilmuan. Psikologi merupakan
cabang ilmu pengatahuan yang lebih mudah yang dimana harus banyak berbuat dihal
pengukuran agar baik dilihat dari segi teori maupun aplikasinya.

Jadi, pengukuran psikologi adalah suatu kegiatan pengukuran yang meliputi


aspek tingkah laku yang terlihat, yang mencerminkan prestasi seseorang, bakat, sikap
serta aspek kepribadiannya.

Pengukuran psikologi yakni kegiatan pengukuran dengan suatu objek


psikologis yang tertentu, yang dimana objek itu disebut sebagai psychological
attributes atau psychological traits yakni mewarnai atau melandasi perilaku dari
seseorang. Perilaku sendiri merupakan pengungkapan atau ekspresi dari ciri
seseorang yang dapat diobservasi, namun tak semua hal psikologis itu dapat
diobservasi. Maka dari itu, harus membutuhkan indikator yang dimana akan
memberikan tentang derajat perilaku yang akan diukur, atau yang disebut konstruk
(construct).

Konstruk merupakan suatu konsep hipotesis yang sering digunakan para ahli
membangun teori untuk menjelaskan tingkah laku.

Kegiatan pengukuran psikologis sering juga disebut tes. Tes merupakan suatu
kegiatan mengumpulkan atau mengamati sampel pada tingkah laku yang dimiliki
oleh individu secara sistematis. Tes terdiri dari dua jenis, yaitu: Maximunm
performance test (mengukur kemampuan maksimal individu) dan Typical
performance test (mengukur asper seperti perasaan, sikap, minat dan lainnya.

B. Karakteristik Skala Psikologi Sebagai Alat Ukur

Menurut Syaifuddin Azwar (2005) skala psikologi sebagai alat ukur memiliki
karakteristik khusus yaitu sebagai berikut:
1. Skala psikologi digunakan untuk mengukur aspek afektif (ranah yang
berkaitan dengan sikap).
2. Stimulus skala psikologi berupa pertanyaan atau pernyataan yang
mengungkapkan indicator perilaku dari atribut yang bersangkutan.
3. Jawaban atau opsi dalam tiap itemnya bersifat proyektif yang berupa
mencerminkan kepribadiannya, sikap, perilaku.
4. Selalu berisi banyak item yang berkenan dengan atribut yang akan diukur.
5. Respon subyek tidak diklasifikasikan menjadi “benar atau salah” melainkan
jawabannya dianggap benar sepanjang sesuai dengan keadaanya sebernanya,
dan jawaban yang berbeda diinterpretasikan berbeda pula.

Menurut Cronbach (1970) skala psikologi biasanya juga digunakan untuk


mengungkapkan konstrak atau konsep pikologis yang menggambarkan aspek
kepribadian seseorang seperti: tendensi agresifitas, sikap terhadapa sesuatu, self
esteem, kecemasan, persepsi, dan motivasi.

C. Faktor yang Melemahkan Validitas Alat Ukur Psikologi

Dalam merancang skala harus mengetahui bebebrapa factor yang dapat mengancam
validitas skala psikologi yakni:

1. Identifikasi Kawasan ukur yang tidak cukup jelas

Ketidaktepatan identifikasi Kawasan ukur dapat pula menyebabkan skala menjadi


ridak cukup dan komprehensif dalam pengungkapan atribut yang dikehendaki

2. Operasionalisasi Konsep yang Tidak Tepat

Jika konsep tidak operasional atau masih mempunyai penafsiran ganda akan
menimbulkan item yang tidak valid, sehingga menghasilkan skala yang tidak valid
pula.

3. Penulisan Item yang Tidak Mengikuti Kaidah


Item yang dimaksudnya sukar untuk dimengerti oleh responden karena terlalu
Panjang atau susunan tata bahasanya kurang tepat, sehingga item seperti itu tidak
akan berfungsi sebagaimana yang diharapkan.

4. Administrasi Skala yang tidak Berhati-hati

Skala yang isinya sudah dirancang sedemikian baik, namun diadministrasikan


pada responden dengan sembarangan maka tidak akan menghasilkan data yang valid
mengenai keadaan responden. Beberapa kehati-hatian administrasi sebagai berikut:

a. Kondisi Penampilan Skala

Skala psikologi bukan hanya sekedar item berkas yang dijadikan satu melainkan
dari segi penampilan yang harus dikemas dengan baik, diketik dengan pilihan huruf
yang tepat, tata letak yang menarik dalam bentuk berwibawa sehingga mampu
menimbulkan respek dan apresiasi dari responden.

b. Kondisi subjek atau responden

Dalam hal ini harus disajikan kepada subjek yang secara fisik dan psikologis
dapat memenuhi syarat

c. Kondisi Testing

Situasi juga snagat mempengaruhi hasil skala, misalnya, ruangan dalam keadaan
panas, tempat duduk yang kurang nyaman dan lainnya.

d. Pemberian Skor yang tidak Cermat


e. Interpretasi yang keliru

Sebaik-baiknya fungsi ukur skala apabila diinterpretasikan dengan tidak benar


tentu akan sia-sia.

Anda mungkin juga menyukai