Anda di halaman 1dari 23

Kode Etik Profesi

Psikologi Singapura
Ndot Damarbahni H (11170700000125)
Qory Mutia Nursaid (11180700000015)
Azkia Dhea Kamila (11180700000025
Khaerunnisa (11180700000150)
Shabrina Zatil Hanan (11180700000171)
Irfan Fadhiil Erizon (11190700000117)
Kelebihan dari Kode Etik Psikologi
Singapura dan Indonesia
Kode Etik Psikologi Singapura yang
dinaungi oleh Singapore Psychological
Society (SPS) telah diperbarui pada tahun
2019

Sedangkan Kode Etik Psikologi Indonesia


merupakan hasil dari Kongres XI Himpsi
pada tahun 2010 dan belum diperbarui
Media Sosial dan
Teknologi
Pada pedoman privasi dan kerahasiaan, terdapat
sub bab mengenai media sosial dan teknologi.

Dimana pada subbab ini kode etik psikologi


Singapura mengatur atas penggunaan media
sosial dan teknologi saat ini, seperti dengan
melindungi privasi klien, pasien, dan / atau
peserta penelitian, serta tidak mempublikasikan
informasi klien, pasien, dan / atau peserta
penelitian secara online.
Lampiran Model
Pengambilan Keputusan
yang Etis
Dalam kode etik psikologi Singapura terdapat lampiran,
yakni model pengambilan keputusan yang etis serta
implementasi klinis model keputusan etis psikologi
Singapura.

Dimana pada bagian ini terdapat bagaimana tahapan


mengatasi dilemma etika, untuk mendukung proses
pengambilan keputusan
Kekurangan dari Kode Etik
Psikologi Singapura dan Indonesia
Dalam kode etik psikologi Indonesia terdapat 80
pasal yang melandasinya, sedangkan pada pasal
kode etik Singapura hanya terdapat 19 prinsip
khusus. Pada kode etik Indonesia, semua 80 pasal
tersebut dibagi-bagi menjadi 15 Bab. Sedangkan
pada kode etik Singapura berasal dari 19 prinsip
terbagi menjadi 10 bab saja. Beberapa hal yang
dicakup oleh HIMPSI tidak terdapat pada kode
etik Singapura SPS. Dalam artian kode etik
Psikologi Indonesia lebih menjangkau banyak hal
dibandingkan kode etik Singapura.
Forensik
Pasal I (Psikolog)
HIMPSI Singapore Psychological
PSIKOLOG adalah lulusan pendidikan profesi yang berkaitan Society (SPS)
dengan praktik psikologi dengan Kode Etik Psikologi
Indonesialatar belakang pendidikan Sarjana Psikologi lulusan
program pendidikan tinggi psikologi strata 1 (S1) sistem Membership SPS. Seseorang bisa menjadi psikolog dan
kurikukum lama atau yang mengikuti pendidikan tinggi psikologi buka praktik dengan memilih empat kategori yang ada.
strata 1 (S1) dan lulus dari pendidikan profesi psikologi atau strata Kategori memiliki level dan ketentuannya masing-masing.
2 (S2) Pendidikan Magister Psikologi (Profesi Psikolog). Psikolog Mulai dari yang tertinggi yaitu Fullmembership, kemudian
memiliki kewenangan untuk memberikan layanan psikologi yang Associate membership, lalu Affiliate Membership, dan
meliputi bidang-bidang praktik klinis dan konseling; penelitian; Student Membership. Keempat kategori ini kalian akan
pengajaran; supervisi dalam pelatihan, layanan masyarakat, memakan biaya sekian Dolar Singapura untuk mendaftar.
pengembangan kebijakan; intervensi sosial dan klinis; Bila sudah terdaftar anda sudah bisa membuka praktik
pengembangan instrumen asesmen psikologi; penyelenggaraan psikologi dan tentunya memiliki tanggung jawab sesuai
asesmen; konseling; konsultasi organisasi; aktifitas-aktifitas dalam kode etik yang ada.
bidang forensik; perancangan dan evaluasi program; serta
administrasi. Psikolog DIWAJIBKAN MEMILIKI IZIN PRAKTIK
PSIKOLOGI sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Singapore Register of
Psychologist (SRP)
Berbeda dengan SPS, ada satu lagi membership yang berbeda yaitu
Singapore Registered of Psychologists (SRP). Bila sudah menjadi
membership SPS kalian sudah bisa membuka praktik sendiri namun
masih ada kekurangan yaitu anda belum terdaftar sebagai Registered
Psychologist (Singapore). Singapore Register of Psychologist (SRP)
adalah daftar sukarela dengan 2 tujuan utama. Pertama ialah untuk
melindungi kesejahteraan pengguna layanan psikologis, dan kedua
untuk mempertahankan dan memajukan standar profesional
penyedia layanan psikologis. SRP berupaya untuk memastikan
kualitas layanan Psikolog Terdaftar melalui sistem regulasi sukarela
yang mempromosikan transparansi, akuntabilitas, dan
profesionalisme dalam layanan psikologis. Pelamar SRP
membutuhkan untuk menyelesaikan master dalam psikologi terapan
dan menyelesaikan seribu jam pelatihan praktis sebagai bagian dari
kuliah.
Persamaan Kode Etik Psikologi
Indonesia dan Singapura
KERAHASIAAN DATA
Kode Etik Psikologi Indonesia Kode Etik Psikologi Singapura
Bab 5 Pasal 24-27 Pedoman 1 “Privasi dan Kerahasiaan”

Kerahasiaan data klien harus dapat dijaga dari Harus menjaga data klien, pasien/partisipan
pihak yang tidak bertanggung jawab. Dalam yang menerima pelayanan psikologi
pasal 24 mengenai mempertahankan Pengungkapan data diperbolehkan hanya
kerahasiaan data dijelaskan bahwa memberikan untuk bidang ilmiah, investigasi,
HPP diperbolehkan hanya kepada pihak pemrosesan dan praktek klinis.
berwenang dan hanya sebatas tujuan awal untuk Penyingkapan data kepada teman seprofesi
apa, tentu dalam penyampaian hal tersebut harus tetap menjaga identitas klien
identitas klien harus bisa dijaga. Kemudian dalam Pengungkapan data hanya sebatas tujuan
pasal 25-27 dijelaskan mengenai bagaimana awal untuk apa
pendiskusian data, penulisan dan tujuan
pengungkapan data.
HUBUNGAN MANUSIA
Kode Etik Psikologi Indonesia
Bab 4 “Hubungan antar manusia”
Dijelaskan mengenai: Kode Etik Psikologi Singapura
Pasal 43, sikap professional: tidak membeda-bedakan Pedoman 2 “Hubungan manusia”
dalam memberi layanan psikologi
Pasal 44, pelecehan: terdapat dua konsep pelecehan yang
Dalam pedoman ini dijelaskan mengenai pelarangan
harus dihindari baik yang sifatnya seksual ataupun lainnya.
diskriminasi dalam memberi layanan, menghindari bahaya
Pasal 45, penghindaran dampak buruk: psikolog/ ilmuwan
dan ketidaknyamanan yang akan dirasakan oleh klien. Selain
psikologi harus menghindarkan dari hal-hal buruk yang
itu di dalam pedoman 2 juga dijelaskan mengenai hubungan
akan menimpa klien
Pasal 46, hubungan majemuk: boleh melakukan hubungan
majemuk yang dilakukan oleh psikolog sesuai dengan syarat,
majemuk (peran ganda dengan klien sama) hubungan dengan profesi lain, pelarangan hubungan yang
Pasal 48, eksploitasi: psikolog/ ilmuwan psikologi harus eksploitatif dan keintiman hubungan “seksual” serta adanya
bisa menghindari tindakan eksploitasi jasa layanan yang diberikan kepada organisasi.
Pasal 49, hubungan professional: psikolog/ ilmuwan
psikologi menjalin hubungan, baik sesama profesi maupun
profesi lain
Pasal 21, layanan psikologi pada organisasi
ASESMEN PEMBERIAN TERAPI
Kode Etik Psikologi Indonesia - Singapura Kode Etik Psikologi Indonesia (Bab 14 pasal 71, 78,
Baik di dalam kode etik psikologi indonesia maupun 79) - Singapura (Pedoman 5)
singapura sama-sama membahas tentang asesmen
yang dilakukan oleh psikolog. Dimana hal tersebut
Pada kode etik psikologi indonesia dan singapura
memiliki beberapa hal yang harus dipenuhi dan
sama-sama membahas tentang terapi seperti
diperhatikan, dibahas pula di antara kode etik
pemberian informed consent untuk terapi (prosedur
keduanya tentang teknik memperoleh data,
terapi, tujuan, biaya, batasan kerahasiaan,
pemberian informed consent, interpretasi dari hasil
keterlibatan pihak ketiga dan pemberitahuan
asesmen dan penjagaan hasil asesmen itu sendiri.
lainnya. Persamaan kedua adalah mengenai terapi
yang melibatkan pasangan/keluarga, terapi
KOMPETENSI
kelompok (menjelaskan tanggung jawab, peran dan
Kode Etik Psikologi Indonesia (Bab 3) - Singapura
batas kerahasiaan), adanya terapi yang diberikan
(Pedoman 5)
kepada klien yang pernah mendapat terapi pada
Di dalam kedua kode etik tersebut mengenai
kompetensi sama-sama membahas tentang apa saja psikolog lain (memperhatikan kesejahteraan dan
ruang lingkup/ batasan dari kompetensi, berdiskusi/ berkomunikasi dengan pemberi layanan
memberikan pelayanan dalam keadaan darurat, dan sebelumnya tentang kondisi klien) dan masalah
melakukan pendelegasian kepada teman seprofesi. tentang pemberhentian terapi.
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PSIKOLOGI
Kode Etik Psikologi Indonesia (Bab 8) - Singapura (Pedoman 6)

Kode Etik Psikologi Kode Etik Psikologi


Indonesia
Singapura
Rancangan dan penjabaran program
pendidikan/ pelatihan Pengembangan program-
Keakuratan dalam pendidikan/ pelatihan- Akurasi mengajar
Pengungkapan informasi peserta Keterbukaan informasi pribadi
pendidikan/ pelatihan
Kewajiban peserta dalam mengikuti
siswa
program sesuai syarat Penilaian kinerja siswa dan
Penilaian kinerja peserta/ orang yang superviser
disupervisi dalam pendidikan/ pelatihan
BIAYA LAYANAN IKLAN DAN PELAYANAN PUBLIK
Kode Etik Psikologi Indonesia (Bab 7) -
Singapura (Pedoman 7) Dalam memberikan iklan dan layanan publik
lainnya dalam kode etik psikologi Indonesia
Di antara kode etik psikologi indonesia dan maupun Singapura mengharuskan tidak
singapura sama-sama membahas tentang biaya
adanya penipuan identitas ataupun gelar,
layanan psikologi dimana adanya kesepakatan
melainkan harus memuat identitas secara
atas rincian awal yang diberikan oleh psikolog
benar, akurat dan tidak dilebih-lebihkan. Hal
kepada klien dan diberi tenggang waktu untuk
ini tercantum dalam Bab 6 pada kode etik
membayar biaya layanan, namun jika klien tidak
kunjung memberi biaya layanan maka boleh psikologi Indonesia dan pedoman 10 pada
dibawa ke ranah hukum dengan kode etik psikologi Singapura.
pemberitahuan/ persetujuan di awal.
Penipuan/ Manipulasi Penggunaan Hewan

Dalam kode etik psikologi Indonesia Di dalam kode etik psikologi Indonesia
(Bab 9, pasal 50) dan Singapura penggunaan hewan dalam penelitian
(Pedoman 8) dijelaskan mengenai tercantum pada Bab 9 pasal 52, dan di
adanya pelarangan penipuan atau dalam kode etik psikologi Singapura
manipulasi dalam sebuah penelitian. tercantum pada pedoman 9 dengan

PENELITIAN
catatan tidak terlalu menyakiti dan
“diperlakukan seperti manusia”

Pemberian Informed Consent

Pemberian infomed consent ini untuk meminimalkan bahaya atau hal-hal


lainnya selama penelitian yang di dalam kode etik psikologi indonesia
dijelaskan dalam Bab 9 pasal 49 dan dalam kode etik psikologi Singapura
dalam pedoman 8 sub 8.6 dan 8.7.
Perbedaan Kode Etik Psikologi
Indonesia dan Singapura
1. Pasal
Dalam kode etik psikologi Indonesia terdapat 80 pasal yang melandasinya, kode
etik ini berdasarkan hasil Kongres HIMPSI ke-XI yang diadakan pada 2010.
Ssedangkan pada pasal kode etik Singapura hanya terdapat 19 prinsip Khusus
yang saat ini merupakan hasil revisi pada tahun 2000.

2. Pembagian Pasal
Pada kode etik Indonesia, semua 80 pasal tersebut dibagi-bagi menjadi 15 Bab.
Sedangkan pada kode etik Singapura berasal dari 19 prinsip terbagi menjadi 10
bab saja.
3. Pasal Pertama
Dalam kode etik Indonesia, HIMPSI menyatakan
dalam pasal pertama berisi pengertian kode etik
psikologi, psikologi, psikolog, ilmuan psikologi, dan
layanan psikologi. Sedangkan dalam kode etik
Singapura SPS menjelaskan tentang privasi pelanggan
dan kenyamanan dalam pelayanan.

4. Psikologi Forensik
Pada kode etik psikologi Indonesia, terdapat pasal
yang mengatur tentang psikologi forensik. Terdapat
pada bab V dalam buku kode etik. Sedangkan dalam
kode etik Singapura, tidak ada pembahasan spesifik
tentang pasal yang mengatur psikologi forensik
didalamnya.
5. Pendidikan dan Pelatihan

HIMPSI sangat rinci dalam mengatur dan


mengawasi segala sesuatu tentang psikologi
dalam pasal yang mereka buat, misalnya pada
pasal “Pendidikan dan Pelatihan” yang terletak
pada bab VIII yang memuat setidaknya 8 pasal
didalamnya. Sedangkan dalam kode etik
Singapura tidak ada pasal yang membahas
tentang pendidikan dan pelatihan di dalam kode
etiknya.
Dari lima perbedaan yang sama-sama kita baca, dapat kita simpulkan
bahwa:
Di dalam Kode Etik Psikologi Indonesia yang disusun oleh HIMPSI
membahas secara rinci segala hal yang berkaitan dengan psikologi,
dimulai dari pengertian, pelatihan, pelayanan, dan sebagainya.
Sedangkan dalam Kode Etik Psikologi Singapura yang disusun oleh
SPS, lebih banyak membahas tentang bagaimana cara memberikan
pelayanan terbaik, hubungan antar manusia, penilaian, tata cara
melakukan terapi dan sebagainya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai