Anda di halaman 1dari 4

Tugas Kelompok Kode Etik

Kelas : Senin, Jam 08.00

Instruktur : Dwi Kencana Wulan

Anggota :

1. Diah Permata Suryaningtyas 1801617080


2. Khoula Mufida 1801617145
3. Nabila Putri Ekatanti 1801617106

A. Kasus Pelanggaran Kode Etik

Psikolog JM Angkat Bicara tentang Kebiasaan Pamer Berlian Barbie Kumalasari


TRIBUNNEWS.COM - Sosok Barbie Kumalasari baru-baru ini menjadi sorotan. Apalagi jika bukan
karena kasus ikan asin yang menjerat sang suami. Kini, sang suami yakni Galih Ginanjar harus
mendekam di penjara. Satu demi satu fakta tentang kehidupan pribadi Barbie Kumalasari pun akhirnya
mulai terungkap. Mulai dari masa lalunya hingga fakta tentang berlian serta perawatan kecantikannya.

Dalam acara Selebrita Siang edisi 15 Juli 2019, psikolog JM buka suara soal kebiasaan Barbie tersebut.
Menurut JM, ada kemungkinan itu merupakan gangguan mitomania yang berarti gangguan mitos.

"Mitomania itu diambil dari dua kata, pertama adalah myth itu bahasa Yunani, mitos ya. Lalu dari
bahasa Latin itu mania, yang artinya adalah sebuah gangguan," ujar JM, seperti dikutip dari Youtube
Trans 7.

JM menjelaskan bahwa mitomania merupakan sebuah gangguan yang berhubungan dengan emosi
berlebihan. Akibatnya, penderita akan mengalami rasa senang yang berlebihan. "Jadi sebenarnya ini
berkaitan dengan emosi yang berlebihan atau excitement, kebahagiaan, rasa ceria yang rasa gembira
dengan kadar yang lebih daripada biasanya," lanjutnya.

Dikutip dari Hello Sehat, mitomania disebut juga sebagai bohong patologis. Gangguan ini membuat
orang yang menderitanya sering berbohong namun tidak sadar dan merasa bahagia karena melakukan
kebiasaan tersebut. Akibatnya, mereka tidak bisa membedakan mana yang nyata dan tidak dalam
kehidupan sehari-harinya. Selain mitomania, JM juga melihat adanya upaya mempertahankan
kenyamanan dalam diri Barbie Kumalasari.
"Kalau kita lihat apakah itu disebut bohong atau tidak, barangkali kita mesti lihat lebih lanjut. Namun
bagi saya, itu sebuah upaya dia untuk mempertahankan kenyamanan diri," lanjut JM. Ia menyebut,
kenyamanan itu bisa berupa popularitas bahkan perhatian dari khalayak atau masyarakat.

"Apa yang disebut dengan kenyamanan? Bisa popularitas, nama baik atau memang atensi dari publik
dari dia. Ada unsur-unsur itu yang ingin dia tunjukkan," tutupnya.

B. Analisis Pelanggaran Kode Etik

Kode Etik HIMPSI BAB V: Kerahasiaan Rekam dan Hasil Pemeriksaan Psikologi

PASAL 27: Pemanfaatan Informasi dan Hasil Pemeriksaan untuk Tujuan Pendidikan atau Tujuan Lain

(1) Pemanfaatan untuk Tujuan Pendidikan Data dan Informasi hasil layanan psikologi bila
diperlukan untuk kepentingan pendidikan, data harus disajikan sebagaimana adanya dengan
menyamarkan nama orang atau lembaga yang datanya digunakan

Analisis:

Berdasarkan kasus di atas, Psikolog JM mungkin merilis pernyataan tersebut atas dasar tujuan
pendidikan mengenai gangguan mitomania kepada publik. Jika hal tersebut benar, maka Psikolog JM
telah lalai dalam menyamarkan nama orang yang ia pergunakan sebagai contoh gangguan mitomania.
Lebih lanjut, pernyataan tersebut belum terkonfirmasi kebenarannya perihal apakah Barbie
Kumalasari benar mengidap mitomania atau tidak.

Kode Etik HIMPSI BAB VI: Iklan dan Pernyataan Publik

PASAL 28: Pertanggungjawaban

Iklan dan Pernyataan publik dapat berhubungan dengan jasa, produk, atau publikasi profesional
psikolog atau ilmuwan psikolog di bidang psikologi, mencakup iklan yang dibayar atau tidak dibayar,
brosur, barang cetakan, daftar direktori, resume pribadi atau curriculum vitae, wawancara atau
komentar yang dimuat dalam media, pernyataan dalam buku, hasil seminar, lokakarya, pertemuan
ilmiah, kuliah, presentasi lisan di depan publik, dan materi-materi lain yang diterbitkan.

(1) Psikolog atau Ilmuwan psikologi; dalam memberikan pernyataan kepada masyarakat melalui
berbagai jalur media baik lisan maupun tertulis mencerminkan keilmuannya sehingga
masyarakat dapat menerima dan memahami secara benar agar terhindar dari kekeliruan
penafsiran serta menyesatkan masyarakat pengguna jasa dan/atau praktik psikologi.
Pernyataan tersebut harus disampaikan dengan:
• Bijaksana, jujur, teliti, hati-hati
• Lebih mendasarkan pada kepentingan umum daripada pribadi atau golongan
• Berpedoman pada dasar ilmiah dan disesuaikan dengan bidang keahlian/kewenangan
selama tidak bertentangan dengan kode etik psikologi

Analisis:

Pada kasus di atas, Psikolog JM membuat pernyataan secara publik mengenai penyebab dari gaya
hidup selebritas Barbie Kumalasari yang mungkin disebabkan oleh mitomania dalam sebuah acara
televisi. Pernyataan tersebut, meski dapat bermaksud membantu, belum mencerminkan keilmuan
psikologi. Beliau tidak menyebutkan secara jelas mengapa kebiasaan Barbie memamerkan berlian dan
kekayaan bisa dikorelasikan dengan gangguan mitomania. Terlebih, pernyataan tersebut belum
menimang faktor-faktor lain secara penuh yang dapat mengakibatkan perilaku Barbie. Melihat
konteks dimana pernyataan ini disiarkan, Saya merasa bahwa pernyataan tersebut bukanlah didasari
oleh kepentingan umum, melainkan untuk golongan tertentu saja, yakni para penonton dan penikmat
gosip selebritas.

PASAL 31: Pernyataan Melalui Media

Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dalam memberikan keterangan pada publik melalui media cetak
atau elektronik harus berhati-hati untuk memastikan bahwa pernyataan tersebut:

a. Konsisten terhadap kode etik.


b. Berdasar pada pengetahuan/pendidikan profesional, pelatihan, konsep teoritis dan
konsep praktik psikologi yang tepat.
c. Berdasar pada asas praduga tak bersalah.
d. Telah mempertimbangkan batasan kerahasiaan sesuai dengan pasal 24 buku kode
etik ini.
e. Pernyataan melalui media terkait dengan bidang psikologi forensik terdapat dalam
pasal 61 buku kode etik ini.

Analisis:

Bedasarkan kasus diatas, Psikolog JM telah melanggar kode etik psikologi pasal 31 (pernyataan melalui
media), beliau tidak seharusnya membuat pernyataan sesuatu yang tidak bisa dipertanggung
jawabkan kepada publik yaitu pernyataan/komentarnya mengenai penyebab dari gaya hidup
selebritas Barbie Kumalasari yang mungkin disebabkan oleh mitomania dalam sebuah acara televisi.
Walaupun pernyataan tersebut dikatakan oleh psikolog JM ‘masih kemungkinan’, namun secara tidak
langsung pernyataan publik tersebut dapat menggiring opini masyarakat bahwa yang dikatakan
Psikolog JM adalah benar, karena ia dilihat oleh masyarakat sebagai seorang psikolog.

PASAL 32: Iklan Diri yang Berlebihan

Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dalam menjelaskan kemampuan atau keahliannya harus bersikap
jujur, wajar, bijaksana dan tidak berlebihan dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku
untuk menghindari kekeliruan penafsiran di masyarakat.

Analisis:

Bedasarkan kasus tersebut, atas pernyataannya mengenai mengenai selebritas Barbie Kumalasari
yang kemungkinan memiliki gangguan mitomania pada salah satu acara TV oleh Psikolog JM, secara
tidak langsung ia melakukan pengiklanan dirinya sebagai psikolog. Akan tetapi ia melakukan hal
tersebut secara berlebihan dengan sekaligus mengeluarkan pernyaataan publik tersebut. Sebagai
seorang psikolog profesional seharusnya ia memberikan publikasi yang jujur, objektif dan bijaksana.
Saran dan Masukkan

Sebagai seorang psikolog profesional seharusnya lebih berhati-hati dalam memberikan pernyataan
kepada publik/masyarakat. Dalam memberikan pernyataan tertulis maupun lisan di media harus
disampaikan secara objektif, bijak, jujur, mendasar pada kepentingan umum dan berpedoman ilmiah
yang baik. Penting bagi psikolog ketika diwawancarai di media juga dapat menjaga kerahasiaan data
klien, berkata sesuai kenyataan dan berkata sesuai dengan kemampuan pada bidangnya. Karena
semua pernyataan yang dikeluarkan tersebut sebagai seorang psikolog terikat erat dengan kode etik
psikologi dan hukum yang berlaku.

Referensi

https://www.tribunnews.com/seleb/2019/07/16/psikolog-joice-manurung-angkat-bicara-tentang-
kebiasaan-pamer-berlian-barbie-kumalasari

Himpsi. 2010. Kode Etik Psikologi Indonesia. Jakarta. Pengurus Pusat Himpunan Psikologi Indonesia

Anda mungkin juga menyukai