Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“SKALA SIKAP & IMPLEMENTASI DALAM LAYANAN BK”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Aplikasi Tes Psikologi
Dosen Pengampu: Dr. Esti Setiawati, M, Pd.

Disusun oleh:

KELOMPOK VI/6.A1

1. Choiriashari Ilham Machendra (17144200009)


2. Khairunnisa’ Afaf Rahma Salsabila (17144200018)
3. Rifa’i Maulana (17144200102)

BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Skala Sikap
dan Implementasi dalam Layanan BK” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Ibu Dr. Esti Setiawati, M, Pd selaku Dosen
mata kuliah Aplikasi Tes Psikologi yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan datang.

Yogyakarta, 4 April 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER...............................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
PENDAHULUAN..............................................................................................................4
a. Latar Belakang.........................................................................................................4
b. Rumusan Masalah....................................................................................................5
c. Tujuan......................................................................................................................5
PEMBAHASAN.................................................................................................................6
a. Pengertian Skala Sikap............................................................................................6
b. Jenis-jenis Skala Sikap............................................................................................7
c. Implementasi Skala Sikap dan Layanan BK...........................................................10
PENUTUP..........................................................................................................................14
A. Kesimpulan..............................................................................................................14
B. Saran........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam penelitian, peneliti akan menggunakan instrumen untuk mengumpulkan
data. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Setiap
instrumen harus mempunyai skala. Hal ini didasari agar data yang dikumpulkan dapat
diukur, penggunaan ukuran skala ini sesuai dengan kesepakatan bersama yang menjadi
standarisasi sebuah ukuran. Pengukuran merupakan penggunaan aturan untuk
menetapkan bilangan pada obyek atau peristiwa. Dengan kata lain, pengukuran
memberikan nilai-nilai variabel dengan notasi bilangan. Skala pengukuran merupakan
aturan-aturan yang diperlukan untuk mengkuatitatifkan data dari pengukuran suatu
variabel. Dalam statistik, data merupakan karakteristik, symbol atau angka dari sebuah
variabel yang diukur. Pengukuran hanya dilakukan terhadap variabel yang dapat
didefinisikan seperti minat, kinerja ataupun sikap. Agar hasil penelitian tidak
memberikan interpretasi yang berbeda maka definisi operasional terhadap variabel yang
diteliti perlu dijelaskan terlebih dahulu.
Teknik penyusunan skala tidak lain dari teknik mengurutkan sesuatu dalam  suatu
kontimum. Teknik pembuatan skala ini penting sekali artinya dalam penelitian ilmu-ilmu
sosial karena banyak data dalam ilmu-ilmu sosial mempunyai sifat kualitatif sehingga ada
ahli yang berpendapat bahwa teknik membuat atau menyusun skala adalah cara
mengubah fakta-fakta kualitatif menjadi suatu urutan kuantitatif. Masalah mengurutkan
sesuatu secara nyata dalam penelitian sosial merupakan hal yang sangat penting dalam
penelitian sosial yang mencakup studi sikap, status sosial, prestise, lingkungan sosial, dan
sebagainya.
Dalam membuat atau menyusun skala, peneliti perlu mengasumsikan terdapatnya
suatu kontimum yang nyata dari sifat-sifat tertentu. Karena keharusan akan adanya suatu
kontinum dalam membuat skala, maka item-item yang tidak berhubungan, tidak dapat
dimasukkan dalam skala yang sama. Dalam penyusunan sebuah skala, item yang diukur
biasanya berasal dari sampel. Sampel tersebut ingin dibuat inerensi terhadap populasi.

4
Karena itu, seorang peneliti harus mengetahui benar tentang populasi beserta sifat-sifatnya,
dan harus yakin bahwa sampel tersebut dapat mewakili populasi.
Skala harus mempunyai validitas, yaitu skala tersebut harus benar-benar
mengukur apa yang dikehendaki untuk diukur. Untuk menguji validitas skala sering
digunakan beberapa cara yang salah satunya yaitu meminta pendapat juru. Skala juga
harus memiliki reliabilitas.  Skala tersebut akan menghasilkanukuran yang serupa jika
digunakan pada sampel yang sama lainnya. Cara mengukurnya yaitu mengadakan test
retest.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Skala Sikap?
2. Apa saja Jenis-Jenis Skala Sikap?
3. Bagaimana Implementasi Skala Sikap dalam Layanan BK?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Skala Sikap.
2. Untuk mengetahui Jenis-Jenis Skala Sikap.
3. Untuk mengetahui bagaimana Implementasi Skala Sikap dalam Layanan BK.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Skala Sikap


Skala adalah alat yang disusun dan digunakan oleh peneliti untuk mengubah
respon tentang suatu variabel yang bersifat kualitatif menjadi data kuantitatif. Dalam
pengukuran, variabel yang bersifat kualitatif berskal nominal, sedangkan variabel
kuantitatif berskala interval atau rasio. Variabel berskala nominal kemudian akan diubah
kedalam variabel berskala interval. Jadi dalam konteks penelitian, penggunaan instrumen
skala di maksudkan untuk menjaring data berskala intervals. Skala dapat mengurutkan
responden-responden ke dalam urutan ordinal dengan lebih tepat karena dalam proses
tersebut diperhatikan intensitas bobot dari setiap pertanyaan.
Skala pengukuran adalah kesepakatan yang digunakan sebagai acuan atau tolak
ukur untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada pada alat ukur sehinga alat
ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data. (Ramli : 2011).
Sikap adalah konstelasi atau bagian komponen-komponen kognitif, konatif
ataupun afektif yang saling bersinggungan dan juga berinteraksi untuk bisa saling
merasakan, memahami serta memiliki perilaku yang bijak pada suatu objek di
lingkungan.
Jadi, dapat disimpulkan bawa Skala Sikap (Attitude Scales) adalah tendensi
mental yang diwujudkan dalam bentuk pengetahuan atau pemahaman, perasaan dan
tindakan atau tingkah laku ke arah positif maupun negatif terhadap suatu objek. Definisi
tersebut memuat tiga komponen sikap, yaitu kognisi, afeksi dan konasi. Kognisi
berkenaan dengan pengetahuan, pemahaman maupun keyakinan tentang objek, afeksi
berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek dan konasi berkenaan dengan
kecendrungan berbuat atau bertingkah laku sehubungan dengan objek (Widyoko, 2012:
115).

6
B. Jenis-jenis Skala Sikap
Menurut Soegeng (2006 : 89-93) dalam Tahir (2011,49) ada 4 tipe pokok dari skala
sikap yaitu: Skala Likert, Skala Thurstone, Skala Guttman dan Skala Semantik
Deferensial.
1. Skala Likert (Method of Summated Rating).
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
dari individu atau kelompok tentang fenomena sosial. Fenomena sosial ini disebut
variabel penelitian yang telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti. Jawaban
dari setiap instrumen yang mengguakan skala Likert mempunyai gradasi dari
sangat positif sampai sangat negatif yag dapat berupa kata-kata antara lain: sangat
setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju ; selalu, sering, kadang-
kadang, tidak pernah. Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat
dibuat dalam bentuk centang (checklist) ataupun pilihan ganda.
Contoh:
1) Bentuk centang :
Berilah jawaban atas pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat Anda
dengan memberi tanda centang (√) pada kolom yang tersedia.

Jawaban
No. Pertanyaan S
ST RG TS STS
S
1. Prosedur kerja yang baru itu √
akan segera diterapkan di
lembaga anda
2. .............................................

    Sumber : Sugiyono, 2012,137      

Keterangan:
SS = Sangat Setuju, ST = Setuju, RG = Ragu-ragu, TS = Tidak Setuju, STS =
Sangat Tidak Setuju.

7
2) Bentuk pilihan ganda:
Berilah jawaban atas pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat Anda
dengan memberi tanda silang pada huruf jawaban yang tersedia.
1. Prosedur kerja yang baru itu akan segera diterapkan di lembaga anda
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Ragu-ragu
d. Setuju
e. Sangat setuju
Untuk analisis kuantitatif, maka jawaban tersebut dapat diberi skor.
Jawaban positif diberi nilai terbesar hingga jawaban negatif diberi nilai
negatif (Sugiyono, 2012,136-139).

2. Skala Thurstone (Method of Equal Appearing Intervals)


Adalah skala yang disusun dengan memilih butir yang berbentuk skala interval.
Setiap butir memiliki kunci skor dan bila disusun, kunci skor menghasilkan nilai
yang berjarak sama. Skala Thurstone dibuat dalam bentuk sejumlah (40-50)
pernyataan yang relevan dengan variable yang hendak diukur kemudian sejumlah
ahli (20-40) orang menilai relevansi pernyataan itu dengan konten atau konstruk
yang hendak diukur.
Adapun contoh skala penilaian model Thustone adalah seperti gambar dibawah
ini:

Nilai 1 pada skla diatas menyatakan sangat tidak relevan, sedangkan nilai 11
menyatakan sangat relevan.
1. Prosedur dalam membuat skala Thurston:
1) Peneliti mengumpulkan beratus-ratus pernyataan yang dipikirkan
berhubungan dengan masalah yang diteliti.

8
2) Pernyataan-pernyataan tersebut kemudian dikumpulkan dan diminta
untuk dinilai oleh 50-300 juri yang bekerja secara independen.
3) Juri diminta mengelompokkan pernyataan-pernyataan tersebut dalam
11 kelompok, dan memberi skor, yang paling relevan diberi skor 1 dan
yang paling tidak relevan diberi skor 11.
4) Pernyataan yang nilainya sangat menyebar dibuang, sedangkan
pernyataan- pernyataan yang mempunyai niulai yang agak bersamaan
dari para juri digunakan dalam membuat skala. Nilai skala dari tiap
pernyataan dihitung, yaitu median dari nilai-nilai yang telah diberikan
oleh juri.
2. Kekurangan dari Skala Thurstone:
1) Terlalu banyak yang dikerjakan untuk membuat skala oleh para juri.
2) Nilai skala yang dibuat oleh para juri sangat dipengaruhi oleh sikap
juri sendiri terhadap masalah yang akan dinilai.

3. Skala Guttman
Skala Guttman disebut skala scalogram yang sangat baik untuk meyakinkan
peneliti tentang kesatuan dimensi dan dan sikap atau sifat yang diteliti. Skala
Guttman merupakan skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas dan
konsisten, yaitu: benar-salah, pernah-tidak pernah, dll. Skala ini dapat dibuat
dengan bentuk centang maupun pilihan ganda.
Contoh :
1. Apakah Anda setuju bila si A menjadi ketua osis di sekolah ini
a)  Ya
b) Tidak

Skala ini dipakai bila ingin mendapat jawaban yang tegas terhadap suatu
permasalahan yang ditanyakan (Sugiyono, 2012,140).

4. Skala Semantik Deferensial


Skala ini digunakan untuk mengukur sikap tetapi bentuknya tdak pilhan ganda
maupun checklist tetapi tersusun dalam satu garis kontinum dimana jawaban yang

9
sangat positif terletak dibagian kanan garis sedangkan jawaban yang sangat
negatif terletak dibagian kiri garis atau sebaliknya. Skala perbedaan semantic
berisikan serangkaian karateristik bipolar (dua kutub) seperti: panas-dingin, baik-
jahat, dsb.
Data yang diperoleh melalui pengukuran semantic differential adalah data
interval. Skala bhentuk ini biasanya digunakan untuk mengukur sikap dan
karakteristik tertentu yang dimiliki oleh seseorang.
Contoh:
Penggunaan skala sikap semantic differential mengenai gaya kepemimpinan
kepala sekolah.

Responden yang memberi angka 7, berarti persepsi terhadap gaya kepemimpinan


kepala sekolah adalah sangat positif, responden yang memberi angka 1 persepsi
terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah adalah sangat negatif.

C. Implementasi Skala Sikap dalam Layanan BK


Dalam Kurikulum 2013 Revisi guru dituntut untuk melakukan penilaian terhadap
siswa bimbingannya. Penilaian meliputi penilaian sikap, pengetahuan dan ketrampilan.
Khusus guru bimbingan dan konseling (BK) penilaian yang dilakukan hanya penilaian
sikap meliputi sikap sosial dan spiritual. Penilaian dilakukan oleh guru mata pelajaran,
guru bimbingan dan konseling (BK), dan wali kelas (selama siswa di luar jam pelajaran)
yang ditulis dalam buku jurnal (yang selanjutnya disebut jurnal).
Jurnal berisi catatan anekdot (anecdotal record), catatan kejadian tertentu
(incidental record), dan informasi lain yang  valid  dan  relevan.  Jurnal  tidak hanya 
didasarkan  pada  apa  yang  dilihat langsung  oleh  guru,  wali  kelas, dan  guru  BK, 
tetapi  juga  informasi  lain  yang relevan dan valid yang diterima dari berbagai sumber.
Selain itu, penilaian diri dan penilaian antarteman dapat dilakukan dalam rangka
pembinaan dan pembentukan karakter siswa, yang hasilnya dapat dijadikan sebagai salah

10
satu data konfirmasi dari hasil penilaian sikap oleh pendidik. Skema penilaian sikap dapat
dilihat pada gambar berikut:

Instrumen yang digunakan dalam observasi berupa lembar observasi atau jurnal.
Lembar observasi atau jurnal tersebut berisi kolom catatan perilaku yang diisi oleh guru 
mata  pelajaran,  wali  kelas,  dan  guru  BK  berdasarkan pengamatan  dari perilaku
siswa yang muncul secara alami selama satu semester. Perilaku siswa yang dicatat di
dalam jurnal pada dasarnya adalah perilaku yang sangat baik dan/atau kurang baik yang
berkaitan dengan indikator dari sikap spiritual dan sikap sosial. Setiap catatan memuat
deskripsi perilaku yang dilengkapi dengan waktu dan tempat teramatinya perilaku
tersebut. Catatan tersebut disusun berdasarkan waktu kejadian.
Apabila seorang siswa pernah memiliki catatan sikap yang kurang baik, jika pada
kesempatan lain siswa tersebut telah menunjukkan perkembangan sikap (menuju atau
konsisten) baik pada aspek atau indikator sikap  yang dimaksud,  maka di dalam jurnal
harus ditulis bahwa sikap siswa tersebut telah (menuju atau konsisten) baik atau bahkan
sangat baik. Dengan demikian, yang dicatat dalam jurnal tidak terbatas pada sikap kurang
baik dan sangat baik, tetapi juga setiap perkembangan sikap menuju sikap yang
diharapkan.
Berdasarkan kumpulan catatan tersebut guru membuat deskripsi penilaian sikap
untuk satu semester. Berikut ini contoh lembar observasi selama satu semester.

11
Sekolah/guru dapat menggunakan lembar observasi dengan format lain, misalnya dengan
menambahkan kolom saran tindak lanjut.

Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan penilaian
(mengikuti perkembangan) sikap dengan teknik observasi:

1. Jurnal penilaian (perkembangan) sikap ditulis oleh wali kelas, guru mata pelajaran, dan
guru BK selama periode satu semester;
2. Bagi wali kelas, 1 (satu) jurnal digunakan untuk satu kelas yang menjadi tanggung-
jawabnya;   bagi guru mata pelajaran 1 (satu) jurnal digunakan untuk setiap kelas yang
diajarnya; bagi guru BK 1 (satu) jurnal digunakan untuk setiap kelas di bawah
bimbingannya;
3. Perkembangan sikap sipritual dan sikap sosial siswa dapat dicatat dalam satu jurnal atau
dalam 2 (dua) jurnal yang terpisah;
4. Siswa yang dicatat  dalam  jurnal  pada  dasarnya  adalah  mereka  yang menunjukkan
perilaku yang sangat baik atau kurang baik secara alami (siswa-siswa  yang 
menunjukkan  sikap  baik  tidak  harus  dicatat  dalam jurnal);

12
5. Perilaku sangat baik atau kurang baik yang dicatat dalam jurnal tersebut tidak terbatas
pada butir-butir nilai sikap (perilaku) yang hendak ditanamkan melalui pembelajaran
yang saat itu sedang berlangsung sebagaimana dirancang dalam  RPP,  tetapi  juga  butir-
butir  nilai  sikap lainnya yang ditumbuhkan dalam semester itu selama sikap tersebut
ditunjukkan oleh siswa melalui perilakunya secara alami;
6. Wali kelas, guru mata pelajaran, dan guru BK mencatat (perkembangan) sikap siswa
segera setelah mereka menyaksikan dan/atau memperoleh informasi terpercaya 
mengenai  perilaku  siswa  sangat  baik/kurang  baik yang ditunjukkan siswa secara
alami;
7. Apabila siswa tertentu PERNAH menunjukkan sikap kurang baik, ketika yang
bersangkutan telah (mulai) menunjukkan sikap yang baik (sesuai harapan), sikap yang
(mulai) baik tersebut harus dicatat dalam jurnal;.
8. Pada  akhir  semester   guru   mata  pelajaran   dan  guru   BK   meringkas
perkembangan   sikap   spiritual   dan   sikap   sosial   setiap   siswa   dan menyerahkan 
ringkasan  tersebut  kepada  wali  kelas  untuk  diolah  lebih lanjut;

Berikut aplikasi Penilaian Sikap dengan 8 Indikator lengkap dengan Deskripsi :

Yang perlu diperhatikan :


1. Silahkan isi Biodata Guru dan Sekolah terlebih dahulu
2. Isi data nama siswa asuh dan kelasnya urut perkelas
3. Isi nilai sikap sesuai dengan jurnal, harap hati-hati jangan sampai rumus yang dihapus
4. Deskripsi Raport Sikap otomatis
5. Daftar siswa sampai 278, jika kurang tidak usah dihapus, bisa ditambah juga

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Skala digunakan untuk mengukur variabel yang  akan diteliti. Skala pengukuran
dibuat dengan maksud agar hasil yang dihasilkan dalam pengukuran itu akurat. Dengan
skala pengukuran ini, maka variabel yang diukur dengan instrumen tertentu dapat
dinyatakan dalam bentuk angka.
  Skala menurut Steven terbagi menjadi skala nominal, skala ordinal, skala interval
dan skala rasio. Dan menurut Soegeng skala sikap terbagi menjadi skala Likert, skala
Thurstone, skala Guttman dan skala sematik deferensial.
Dalam Kurikulum 2013 Revisi guru dituntut untuk melakukan penilaian terhadap
siswa bimbingannya. Penilaian meliputi penilaian sikap, pengetahuan dan ketrampilan.
Khusus guru bimbingan dan konseling (BK) penilaian yang dilakukan hanya penilaian
sikap meliputi sikap sosial dan spiritual.

B. Saran
Penyusun menyadari makalah ini masih banyak memiliki kekurangan, maka dari
itu penyusun membuka pintu saran dan kritik agar kedepannya makalah ini dan makalah
selanjutnya dapat menjadi lebih baik lagi.

14
DAFTAR PUSTAKA
Widyoko Eko Putro. 2012. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
https://www.maribelajarbk.web.id/2017/07/jurnal-dan-aplikasi-penilaian-sikap.html?m=1
Septyanto, Dihin. 2008 Pengukuran variabel dalam penelitian.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung : Alfabeta

15

Anda mungkin juga menyukai