Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KELOMPOK 9

BIMBINGAN ANAK BERBAKAT

“Tahap-Tahap Perkembangan Kreativitas Siswa di Sekolah”

Dosen Pengampu :

Dr. Yarmis Syukur, M. Pd., Kons

Disusun Oleh Kelompok 9 :


Azagia Mandrisa (20006129)
Bathari Sanggar Kirana (20006130)
Cladiva Muthia Wigra (20006131)

BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat-Nya sehingga
memberikan kami kemudahan dalam menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Dikarenakan tanpa rahmat dan hidayah-Nya, maka kami tidak akan mampu menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Dan tidak lupa pula shalawat beserta salam tercurahkan kepada Nabi
agung Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Tidak lupa pula kami mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari seluruh
komponen yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah dengan judul “Tahap-Tahap
Perkembangan Kreativitas Siswa di Sekolah”. Makalah ini kami susun dengan sebaik- baiknya
agar dapat memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan Anak Berbakat. Dengan makalah ini, kami
berharap teman-teman semua dapat menjadikan makalah ini sebagai referensi membaca dan
menambah wawasan pengetahuan.

Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak sekali kekurangan
dikarenakan keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, makalah ini masih perlu
banyak kritikan dan saran dari dosen pengampu maupun teman-teman semua demi
kesempurnaan makalah ini. apabila terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penulisan,
penyusunan kata, penyampaian dan materi, kami meminta maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Padang, 25 Oktober 2021

Kelompok 9

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………...3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………………………....4
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………...5
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………………………….....5

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………..6

A. Tahap Orientasi…………………………………………………………………………..6
B. Tahap Persiapan Memasuki Belajar Kreatif……………………………………………...7
C. Tahap Pelaksanaan Kegiatan Belajar Kreatif………………………………………….....8
D. Tahap Pengembangan Kemampuan Memecahkan Masalah yang Lebih Nyata dan
Kompleks………………………………………………………………………………9

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………13

A. Kesimpulan……………………………………………………………………………...13
B. Saran…………………………………………………………………………………….13

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kreativitas adalah hasil dari interaksi antara individu dan lingkungannya seseorang
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada dengan demikian baik
berubah di dalam individu maupun di dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat
menghambat upaya kreatif. Kreativitas juga diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk
melahirkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda
dengan apa yang telah ada sebelumnya.

Secara psikoligis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Ahli pendidikan modern merumuskan bahwa belajar adalah suatu bentuk pertmbuhan atau
perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru
berkat pengalaman dan latihan.

Belajar merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa mengenal batas usia
dan berlangsung seumur hidup. Dengan demikian belajar merupakan usaha yang dilakukan
seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk merubah prilakunya, jadi hasil dari
kegiatan belajar adalah berupa perubahan prilaku yang relatif permanen pada diri orang yang
belajar. Mengumpulkam informasi yang ada, membataskan kesukaran, atau menunjukkan
(mengidentifikasi) unsur yang tidak ada, mencari jawaban, membuat hipotesis, mengubah dan
mengujinya, menyempurnakan dan akhirmnya mengkomunikasikan hasil-hasilnya .

Dengan demikian dalam belajar kreatif harus melibatkan komponen-komponen


pengalaman belajar yang paling menyenangkan dan paling tidak menyenangkan lalu
menemukan bahwa pengalaman dalam proses belajar kreatif sangat mungkin berada di antara
pengalaman-penglaman belajar yang sangat menenangkan, pengalama-pengalaman yang
sangat memberikan kepuasan kepada kita dan yang sangat bernilai bagi kita. Jadi kreativitas
belajar dapat diartikan sebagai kemampuan siswa menciptakan hal-hal baru dalam belajarnya
baik berupa kemampuan mengembangkan kemampuan formasi yang diperoleh dari guru

4
dalam proses belajar mengajar yang berupa pengetahuan sehingga dapat membuat kombinasi
yang baru dalam belajarnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja konsep dari tahap orientasi?
2. Bagamana tahapan persiapan memasuki belajar kreatif?
3. Apa saja tahap-tahap pelaksanaan kegiatan belajar kreatif
4. Bagaimana tahapan pengembangan kemampuan memecahkan masalah yang lebih
nyata dan kompleks

C. Tujuan

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan Anak Berbakat.


2. Untuk mengetahui pemahaman tentang tahap orientasi.
3. Untuk mengetahui tahapan-tahapan persiapan memasuki belajar kreatif.
4. Untuk mengetahui tahap-tahap pelaksanaan kegiatan belajar kreatif.
5. Untuk mengetahui tahapan pengembangan kemampuan memeahkan masalah yang
lebih nyata dan kompleks.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A.Tahap Orientasi

Menurut Graham Wallas (1926), tahap orientasi merupakan kegiatan seseorang


mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan belajar berfikir, mencari jawaban dan
bertanya kepada orang lain. Pada tahap persiapan (orientasi), ide datang dan timbul dari
berbagai kemungkinan dan ini dapat berasal dari guru melalui penjelasan atau penyampaian
informasi topik materi pelajaran atau dapat pula dari siswa yang sebelumnya telah ditugaskan
oleh guru untuk mencari ide atau gagasan yang terkait dengan materi pembelajaran.

Agar tahap orientasi dapat berlangsung efektif, hal-hal berikut perlu diperhatikan
yaitu sebagai berikut :

1. Sajikan tujuan/kompetensi topik, kegiatan, tugas-tugas, dan evaluasi secara singkat


dan jelas
2. Pada akhir setiap sajian, beri kesempatan kepada siswa untuk memberi respons apakah
dalam bentuk pertanyaan, saran atau prakarsa. Dengan demikian, interaksi akan
berlangsung multiarah sehingga guru dapat menghindari diri dari kecenderungan
mendominasi kelas
3. Periksa pemahaman siswa terhadap topik yang sedang dikaji
4. Sebelum berakhirnya tahap orientasi, sebaiknya setiap kelompok langsung
mengadakan pertemuan untuk berbagai informasi dan merencanakan kegiatan
eksplorasi.

Dengan demikian, diharapkan terjadi persepsi yang sama tentang semua butir yang
dibahas selanjutnya kelompok membuat serta kesepakatan mengenai hal-hal berikut.

a. Tujuan dan jenis kegiatan.


b. Pembagian kelompok.
c. Tugas individu dan kelompok.
d. Jadwal dan lokasi kegiatan.

6
e. Hasil yang diharapkan dari setiap tahap kegiatan.
f. Prosedur dan alat evaluasi pencapaian siswa.

B. Tahap Persiapan Memasuki Belajar Kreatif

Wallas (Solso, 1991) mengemukakan empat tahapan memasuki belajar kreatif, yaitu
persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi.

1. Persiapan (Preparation)
Pada tahap ini, individu berusaha mengumpulkan informasi atau data untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. Dengan bekal ilmu pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki, individu berusaha menjajaki berbagai kemungkinan jalan
yang dapat ditempuh untuk memecahkan masalah itu. Namun pada tahap ini belum
ada arah yang tetap meskipun sudah mampu mengeksplorasi berbagai alternatif
pemecahan masalah.

2. Inkubasi (Incubation)
Pada tahap ini individu seolah-olah melepaskan diri untuk sementara waktu dari
masalah yang dihadapinya,dalam pengertian tidak memikirkannya secara sadar
melainkan” menghadapinya” dalam alam prasadar.

3. Iluminasi(Illumination)
Pada tahap ini individu sudah dapat timbul inspirasi atau gagasan-gagasan baru serta
proses-proses psikologis ysng mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi atau
gagasan baru.

4. Verifikasi(Verivication)
Pada tahap ini, gagasan yang telah muncul dievaluasi secara kritis dan konvergen
serta menghadapkannya kepada realitas. Pemikiran divergen harus diikuti dengan
pemikiran konvergen. Pemikiran dan sikap spontan harus diikuti oleh pemikiran
selektif dan sengaja. Penerimaan secara total harus diikuti oleh kritik. Filsafat harus
diikuti oleh pemikiran logis. Keberanian harus diikuti oleh sikap hati-hati. Imajinasi
harus diikuti oleh pengujian terhadap realitas.

7
C.Tahap Pelaksanaan Kegiatan Belajar Kreatif

Pada dasarnya, kegiatan pembelajaran kreatif dan produktif dibagi menjadi empat langkah, yaitu
orientasi, eksplorasi, interpretasi, dan rekreasi
1. Orientasi

Sebagaimana halnya dalam setiap pembelajaran, kegiatan diawali dengan


orientasi untuk mengomunikasikan dan menyepakati tugas dan langkah pembelajaran.
Guru mengomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkah, serta hasil akhir yang
diharapkan dari siswa, serta penilaian yang akan diterapkan. Pada kesempatan ini siswa
diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya tentang langkah atau cara kerja
serta hasil akhir yang diharapkan, demikian juga dengan penilaian.
Negosiasi tentang aspek-aspek tersebut dapat terjadi antara guru dan siswa, namun
pada akhir orientasi diharapkan sudah terjadi kesepakatan antara guru dan siswa
2. Eksplorasi
Pada tahap ini, siswa melakukan eksplorasi terhadap masalah atau konsep yang
akan dikaji. Eksplorasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti membaca,
melakukan observasi, wawancara, menonton satu pertunjukkan, melakukan percobaan,
browsing melalui internet, dan sebagainya. Dengan demikian, para siswa melakukan
interaksi langsung dengan sumber belajar, baik sumber belajar berupa lingkungan
sekitar, buku-buku, kegiatan masyarakat, maupun narasumber, seperti penduduk,
petani, pemuka masyarakat atau pakar lainnya. Kegiatan ini dapat dilakukan, baik
secara individual maupun kelompok. Waktu untuk eksplorasi disesuaikan dengan
luasnya bidang yang harus di eksplorasi. Eksplorasi yang memerlukan waktu lama
dilakukan pada waktu jam pelajaran di kelas. Agar eksplorasi menjadi terarah,
panduan singkat sebaiknya disiapkan oleh guru. Panduan harus memuat: tujuan,
materi, waktu, cara kerja, serta hasil akhir yang diharapkan.

3. Interpretasi
Hasil eksplorasi, kemudian diinterpretasikan melalui kegiatan analisis, diskusi, tanya
jawab, simulasi atau bahkan berupa percobaan kembali jika hal itu memang

8
diperlukan. Interpretasi sebaiknya dilakukan pada jam pelajaran (tatap muka)
meskipun persiapannya sudah dilakukan oleh siswa di luar jam pelajaran (tatap muka).
Sebaiknya jika eksplorasi dilakukan oleh kelompok, interpretasi dilakukan oleh
kelompok. Kemudian, setiap kelompok menyajikan hasil pemahamannya tersebut di
depan kelas dengan caranya masing-masing, diikuti oleh tanggapan dari siswa lain.
Pada akhir tahap interpretasi, diharapkan semua siswa sudah memahami
konsep/topik/masalah yang dikaji.

4. Rekreasi
Pada tahap ini, siswa ditugaskan untuk menghasilkan sesuatu yang mencerminkan
pemahamannya terhadap konsep/topik/masalah yang dikaji menurut kreasinya
masing-masing. Hasil rekreasi sebagai produk kreatif dapat dipresentasikan,
didemonstrasikan, dipajang atau ditindaklanjuti. Pengalaman dalam setiap tahap,
lebih-lebih hasil rekreasi, dapat dijadikan masukan oleh guru dalam merancang
pembelajaran berikutnya dengan menggunakan model pembelajaran kreatif dan
produktif ini. Segala masukan ini dapat dikomunikasikan kepada siswa ketika
tahap orientasi kegiatan yang akan datang. Dengan demikian, tahap-tahap kegiatan
ini merupakan satu siklus yang berkaitan satu dengan yang lain.
D.Tahap Pengembangan Kemampuan Memecahkan Masalah yang Lebih Nyata dan
Kompleks

Masalah (problem) adalah kesenjangan antara keinginan yang diharapkan dengan


kenyataan yang dihadapi. Kenyataan yang dihadapi belum tentu sesuai dengan keinginan
yang diharapkan sehingga menimbulkan suatu masalah. Pada umumnya pemecahan masalah
dilakukan dengan aktivitas berpikir, trial and error dan insight. Aktivitas berpikir adalah
kegiatan bicara dalam batin yang tidak terdengar untuk mengetahui masalah yang
sebenarnya, mencari kemungkinan pemecahan masalah dan melaksanakan pemecahan
masalah tersebut.

Teknik pemecahan masalah secara kreatif (Treffinger dalam S.C. Utami Munadar,
2002:276) dengan latihan-latihan:

Teknik Kreatif Tingkat I:

9
1. Memberikan pemanasan (Warming Up)
a. Dalam pendidikan, pemanasan secara mental ke psoses pemikiran divergen dan
imajinatif yaitu terlebih dahulu menciptakan suasana belajar yang bebas, terbuka
dan tertantang untuk berperan aktif dengan memberanikan diri memberikan
gagasan sebanyak mungkin.

b. Kemudian memberikan pertanyaan lisan terbuka yang dapat menimbulkan minat


dan rasa ingin tahu peserta didik. Misalnya:

 Dapatkah memberikan judul dari cerita ini?


 Dapatkah menyelesaikan gambar atau cerita yang belum selesai ini?
 Dapatkah memikirkan kegunaan lain dari bola tenis, kapur tulis dan
pensil?

2. Sumbang Saran (Brainstorming) dikembangkan oleh alex F. Osborn


Dalam teknik sumbang saran ini, peserta didik wajib memberikan sumbangan
pemikirannya tentang suatu topik, guru tidak memberikan kritik atau kritik
ditangguhkan sampai semua peserta didik menyumbangkan pikiranya.Peserta didik bebas
dan sebanyak-banyaknya memberikan gagasan.

3. Pertanyaan yang Memacu Gagasan Pertanyaan Osborn ini berupa daftar pertanyaan
tertulis. Isi pertanyaan di luar kebiasaan sehari-hari atau bertentangan dengan keadaan
biasanya.

Teknik Kreatif Tingkat II

1. Synectics (dikembangkan oleh William J.J. Gordon)


Synectics merupakan teknik berpikir kreatif dengan menggunakan analogi metafor
(pengandaian) yaitu:
 Analogi fantasi, misalnya: andai lemari besi di halaman sekolah, bagaimana
cara memindahkan lemari besi tersebut? Peserta didik diminta menghayalkan
cara memindahkan lemari besi tersebut dengan cara yang aneh dan tidak lazim,

10
misalnya: menggunakan balon terbang raksasa atau peri-peri kecil yang
bersayap untuk mengangkat lemari besi itu.
 Analogi langsung, misalnya: andai lemari besi berada di halaman sekolah,
bagaimana cara memindahkannya ke dalam kelas? peserta didik diminta untuk
memindahkan lemari besi ke kelas dengan cara-cara yang sebenarnya dalam
dunia nyata, misalnya dengan digotong lemari tersebut beramai-ramai atau
ditarik menggunakan tali.
 Analogi pribadi, misalnya jika saya menjadi lemari besi, apa yang akan saya
lakukan untuk pindah ke dalam kelas.

2. Futuristics (diciptakan oleh toffler)


Teknik futuristics mengajak peserta didik berpikir jauh ke masa depan agar kehidupan
lebih baik. Misalnya:
 Bagaimana jika bumi sudah hancur, tidak ada kehidupan akibat perang dunia
ke3?
 Bagaimana jika setiap orang punya mobil sehingga memenuhi setiap jalan
raya dan macet di mana-mana?

Teknik Kreatif Tingkat III

1. Pemecahan Masalah secara Kreatif (dikembangkan oleh tokoh kreativitas Sidney


Parnes) dengan langkah-langkah:
a. Menemukan fakta: menyadari bahwa sebenarnya ada masalah tapi masih kacau
(mess) dan samar-samar (fuzzy problem).
b. Menemukan masalah: merumuskan masalah dengan jelas.
c. Menemukan gagasan: mengemukakan beberapa alternatif/gagasan pemecahan
masalah (berpikir divergen/berpikir kreatif)
d. Menemukan solusi: menyeleksi dan memilih alternatif pemecahan masalah yang
terbaik yang lebih efisien dan efektif (berpikir konvergen/berpikir logis)
e. Menemukan penerimaan atau tahap pelaksanaan: menerima keputusan pemecahan
masalah dan melaksanakan gagasan terbaik pemecahan masalah.
2. Proses Lima tahap (diciptakan oleh Shallcross)
a. Tahap orientasi: tahap perumusan masalah, masalah apa yang hendak dipecahkan.

11
b. Tahap persiapan: tahap pengumpulan data.
c. Tahap penggagasan: menerapkan berpikir divergen untuk mengemukakan
beberapa gagasan/alternatif pemecahan masalah
d. Tahap penilaian (evaluasi): menerapkan berpikir konvergen yaitu menyeleksi
gagasan yang paling baik untuk dilaksanakan.
e. Tahap pelaksanan atau implementasi: tahap melaksanakan atau menerapkan hasil
keputusan pemecahan masalah.

12
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan.

Kreativitas adalah sebagai segala sesuatu berkaitan dengan cara atau upaya mengatasi
berbagai masalah, mencari kualitas kehidupan pribadi, masyarakat dan organisasi. Kreativitas
merupakan proses berpikir menemukan hal baru, hubungan baru, mengajukan dan menguji
hipotesis, metoda atau cara unik dalam memecahkan masalah.

Dalam kreativitas ada empat macam tahapan yang harus dijalani yaitu tahapan
persiapan, tahapan inkubasi, tahapan pencerahan, dan tahapan pelaksanaan atau pembuktian.
Orang-orang yang memiliki kreativitas tentu memiliki ciri-ciri khusus seperti kemampuan
bekerja keras, berpikir mandiri, pantang menyerah dan masih banyak lagi. Ada banyak faktor
yang mempengaruhi daya kreativitas seseorang baik dari dalam maupun dari luar.

Dalam mengembangkan kreativitas tentu saja ada kendala-kendala yang dapat


membuat kreativitas seseorang dapat terhambat. Siswa dapat memecahkan masalah secara
kreatif dengan berbagai teknik pemecahan masalah melalui tahapan/langkah teknik pemecahan
masalah. Hal ini dapat dilakukan dengan pendekatan cara belajar siswa aktif dan pendekatan
quantum learning yang artinya belajar dengan menyenangkan, tanpa tekanan dan tanpa
paksaan. Dalam keadaan yang menyenangkan ini munculah gagasan pikiran cemerlang, yang
dapat menimbulkan kreativitas siswa.

B.Saran.

Demikianlah makalah ini dapat kami susun, mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi
kita semua. Kami sepenuhnya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka dari itu kami membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.
Demi perbaikan untuk masa yang akan datang.

13
DAFTAR PUSTAKA

Rahmat, Stephanus Turibius, Theresia Alviani Sum. 2017. Mengembangkan Kreativitas


Anak. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio. Volume 9, Nomor 2.

DePorter, Bobby dan Mike Hernocki. 2012. Quantum Learning. Bandung: Kaifa.

Frey, Jefrey dan Laurie Parson. 2000. The Right Brain Child in Left Brain World. Edisi
Terjemahan. Jakarta: Karisma.

Munandar, Utami. 2012. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta:
Gramedia Widiasarana Indonesia.

Munandar, Utami. 2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Munandar, Utami. 2002. Kreativitas dan Keberbakatan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Pamilu, A. 2007. Mengembangkan Kreativitas dan Kecerdasan Anak. Jakarta: Buku Kita.

Rachmawati, dkk. 2005. Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia Taman Kanak-
Kanak. Jakarta: Depdikbud.

Rakhmat, Jalaluddin. 2009. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Semiawan, Conny R. 2010. Kreativitas Keberbakatan. Jakarta: Indek.

14
15

Anda mungkin juga menyukai