Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK


“Perkembangan Kreativitas Peserta Didik”

Dosen Pengampu:

Dr. Non Syafriafdi, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 9 (Kelas 2C)

Aida Sarofalina (2205135890)

Maya Dola Purba (2205135895)

Nurwinda Haliza (2205135886)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS RIAU

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
melimpahkan rahmat dan hidayah- Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Perkembangan
Peserta Didik dengan judul makalah “Perkembangan Kreativitas Peserta Didik’’.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak, baik melalui buku-buku pembelajaran maupun artikel
Pendidikan yang memberikan sumbangan pemikiran sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.
Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran dan kritikan dari
pembaca. Akhirnya, kami berharap makalah ini dapat membantu tenaga pengajar
dalam mengembangkan kreativitas peserta didik. Atas segala perhatian penulis
mengucapkan terimakasih.

Pekanbaru, 24 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan .........................................................................................2

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian kreativitas ...................................................................................3


2.2 Tahap – tahap dalam Berpikir Kreatif ................................................................... 3
2.3 Faktor – faktor Pengembangan Kreativitas ........................................................... 5
2.4 Strategi Dalam Pengembangan Kreativitas ..................................................... 7
2.5 Pengembangan Kreativitas Dalam Pembelajaran ........................................... 9
2.6 Hambatan dan Tantangan dalam Berpikir Kreatif ........................................ 11

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan.................................................................................................13
3.2 Saran................................................................................................................... 13

Daftar pustaka ........................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kreativitas adalah kualitas yang ada di semua orang dan faktor kreativitas
bervariasi dari orang ke orang, baik dalam jumlah deposit awal dan sejauh mana
potensi ini direalisasikan dan dikembangkan. Menurut Runco, meskipun setiap
orang memiliki potensi untuk menjadi kreatif, tetapi tidak semua orang
menggunakan potensi tersebut. Kemungkinannya adalah mereka tidak memiliki
kesempatan atau tidak memiliki keinginan melatih potensi kreatifnya.
Bednar dkk., menyatakan bahwa "belajar" bukanlah proses pasif, tetapi
sebuah proses aktif konstruktif dan mengarahkan diri sendiri di mana peserta didik
membangun representasi pengetahuan internal yang diinterpretasi sendiri dari
pengalaman belajar mereka. Representasi ini berubah terus-menerus berdasarkan
makna yang orang lekatkan pada pengalaman. Hal ini sesuai yang dijelaskan oleh
salah satu aliran dalam konsruktivisme yaitu pandangan personalistik yang
menfokuskan pada usaha individu. Aliran ini menekankan pada keunikan pola
referensi internal individu, dan beranggapan bahwa ketika individu
mengembangkan pengetahuan, akan selalu ada perbedaan di antara mereka dalam
konsep dan makna.
Dalam realisasinya, Amabile atau diartikan sebagai "pembunuhan imajinasi"
sering terjadi. Amabile merupakan kondisi dimana kegiatan belajar terlalu banyak
dilakukan oleh guru, dan peserta didik tidak diberi kesempatan untuk
mengeksplorasi potensi terbaiknya. Akibatnya, daripada memberi siswa jawaban
yang telah dibuat sebelumnya, mereka harus berpartisipasi dalam proses
menemukan jawaban mereka sendiri. Untuk melibatkan pikiran siswa dalam
proses pembelajaran, pendidik juga harus melakukan segala upaya untuk
menghubungkan pengetahuan siswa dengan dunia nyata.
Minat peserta didik dan emosinya harus distimulasi dan dihargai. Selain itu,
pendidik harus mendorong siswa untuk melakukan yang terbaik untuk memenuhi
standar tinggi dan harapan yang telah mereka tetapkan untuk mereka. Dengan kata

1
lain, selama pembelajaran, peserta didik harus berada dalam modus berfungsi
secara kreatif. Alasan di balik ini adalah untuk melibatkan minat dan perhatian
peserta didik melibatkan otak dalam berpikir dinamis karena belajar yang baik
dapat terjadi dengan mengorganisasikan pengetahuan intuitif peserta didik dan
menempatkan mereka dalam konteks pengalaman kehidupan nyata di mana minat
dan usaha mereka secara dinamis terlibat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penulisan, adapun permasalahan yang akan
dibahas pada makalah ini, sebagai berikut:
• Apa yang dimaksud dengan kreativitas?
• Bagaimana tahapan dalam berpikir kreatif?
• Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kreativitas?
• Bagaimana strategi dalam pengembangan kreativitas?
• Bagaimana pengembangan kreativitas dalam pembelajaran?
• Apa tantangan dan hambatan dalam pengembangan kreativitas?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penyusunan
makalah ini sebagai berikut:
• Mengetahui pengertian dan konsep kreativitas.
• Memahami tahap-tahap dalam berpikir kreatif.
• Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kreativitas
peserta didik.
• Mengetahui strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan
kreativitas.
• Memahami konsep pembelajaran dengan mengembangkan kreativitas.
• Memahami tantangan dan hambatan yang terjadi dalam mengembangakan
kreativitas.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kreatif


Menurut Munandar (1999:6), kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk
melahirkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata yang
relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Menurut Nursisto
(1999:37), kreativitas adalah kemampuan untuk berkhayal. Misalkan anak
berhayal merayakan hari ulang tahunnya, maka dengan sendirinya pikiran yang
terbayang adalah roti ulang tahun yang cantik.
Berdasarkan pendapat tersebut disimpulkan bahwa kreativitas adalah
kemampuan untuk membuat sesuatu yang baru dan berbeda entah sifatnya masih
imajiner (gagasan) atau sudah diekspresikan dalam bentuk suatu karya.
Di samping itu pemikiran berbeda namun masih dapat diterangkan dengan
penalaran atau logika juga disebut Kreativitas. Ide-ide yang cemerlang atau
kecerdasan yang tinggi disebut juga sebaga kreativitas. Kreativitas sifatnya
bawaan namun berkembangnya butuh adanya kesempatan dari lingkungan atau
butuh pengetahuan yang banyak tentang segala hal dari lingkungan.Kreativitas
adalah kegiatan otak yang teratur, komperehensif, dan imajinatif menuju suatu
hasil yang orisinil sehingga inovatif dari pada sekedar reproduktif. Kreativitas
adalah lawan dan tingkah laku "conformitas"

2.2 Tahap – tahap dalam Berpikir Kreatif


Menurut Veitzal Rivai dkk (2008: 767-769), ada empat tahap dalam proses
berpikir kreatif, yaitu: tahap persiapan, inkubasi, iluminasi, dan venfikasi. Pada
tahap persiapan dilakukan kajian awal untuk mendalami fokus masalah yang
dihadapi, kemudian dicari berbagai informasi dari berbagai sumber sebagai bahan
melakukan evaluasi atas rancangan analisis yang telah disiapkan. Apabila masih
dipandang perlu, kemudian dicari informasi tambahan untuk melengkapi bahan
analisis.

3
Pada tahap inkubasi, dilakukan relaksasi dan cooling down sambil mencari
informasi pelengkap. Seringkali ide cemerlang akan muncul pada tahap ini, yaitu
ketika merenungkan kembali hasil kajian yang terkonsentrasi penuh pada masalah
yang dihadapi.
Tahap iluminasi merupakan tahap klimaks dari tahap inkubasi, yaitu dengan
munculnya gagasan cerdas untuk mengatasi persoalan. Selanjutnya pada tahap
verifikasi, gagasan-gagasan yang diperoleh melalui proses berpikir kreatif
kemudian dianalisis dan diuji manfaat serta kebermaknaannya.
Vetzal Rivai dkk (2008 769-776) menjelaskan tentang lima teknik berpikir
kreatif, yaitu:
1. Merangsang ide (idea spurring), yaitu teknik berpikir kreatif yang
menggunakan bantuan daftar pertanyaan yang dapat merangsang terciptanya
ide baru. Serangkaian pertanyaan pemicu munculnya ide (gagasan) dari Alex
F. Osborn dalam Veitzal Rivai terdiri dari: Substitute?, Combine?, Adapt?,
Magnify?, Modify?, Put to Other Use?, Eliminate?, Reverse?
2. Mendaftar sifat (attribute listing), yaitu teknik berpikir kreatif yang
menggunakan elemen-elemen sifat dari suatu hal yang bersifat tangible
(nyata).
3. Hubungan yang dipaksakan (forced relationship) yaitu teknik berpikir yang
merangsang kreativitas atas dasar asosiasi bebas yang dipaksakan. Misal
dengan memakspeserta didikan untuk memadukan dua atau lebih gagasan
lama yang independen.
4. Sumbang saran (brain storming) yaitu dengan mendapatkan banyak ide dari
sekelompok orang yang diperoleh dalam waktu singkat.
5. Prinsip berselang seling sebagai teknik berpikir kreatif yakni paduan teknik
yang dilakukan secara bergantian, yaitu:
• Menghasilkan- Menilai Gagasan,
• Usaha Individu-Kelompok,
• Bekerja- Benstirahat.
• Usaha Terpusat-Meluis, dan
• Mengubah Sudut Pandang

4
2.3 Faktor – faktor Pengembangan Kreativitas
Dalam mengembangan kreativitas anak tentunya tidak terlepas dari peran
orang tua dan guru. Guru maupun orang tua harus mampu mengungkap potensi
anak dan tingkat perkembangan pola pikir anak. Alhasil, sebagai sarana
pemantauan efektivitas kemampuan kreatif, pendidik atau orang tua harus mampu
meningkatkan kreativitas anak melalui pengamatan dan penilaian secara terus
menerus.
Menurut Gomez, ada beberapa faktor yang mendukung kreativitas yaitu:
• Berpikir Konvergen dan Divergen
Copley dalam Gomez menyatakan bahwa ada dua cara berpikir yaitu
konvergen dan divergen. Berpikir konvergen ditandai oleh reproduksi konsep
dan penerapan respon yang dikenal dengan situasi baru. Sedangkan berpikir
divergen melibatkan fluensi, fleksibilitas, dan orisinalitas, dan pada dasarnya
berkaitan dengan produksi sejumlah besar ide-ide baru. Kedua model berpikir
ini sangat penting untuk pengalaman pemecahan masalah. Sebuah gagasan
dianggap kreatif ketika membawa wawasan baru pada situasi tertentu. Kneller
dalam Gomez menyatakan bahwa proses kreativitas mencakup kemampuan
untuk mengubah cara orang menghadapi masalah, menghasilkan ide-ide yang
relevan dan tidak biasa, untuk mendefinisikan kembali masalah atau beberapa
aspek.
• Faktor lingkungan
Seperti yang diketahui bahwa dalam mengembangkan potensi diri juga
memerlukan kondisi lingkungan yang mendukung atau responsif terhadap
pengembangan pola pikir individu. Hal ini berdasarkan definisi oleh Torrance
sebagai tempat di mana seseorang terlibat dalam kegiatan mengabsorsi,
mendengarkan, melawan kritik dan ejekan, dan memperdalam sesuatu yang
dangkal. Mengajar secara kreatif berarti menyiapkan lingkungan belajar yang
mendorong peserta didik untuk melihat esensi serta detail dari subjek, untuk
merumuskan dan memecahkan masalah, untuk melihat keterkaitan dan saling
keterkaitan antara berbagai bidang, untuk mengambil dan bereaksi terhadap
ide-ide baru, dan untuk memasukkan unsur kejutan dalam pekerjaan mereka.

5
• Teknologi Komputer
Komputer sebagai media pembelajaran memberikan pengertian bahwa
pemanfaatan komputer diterapkan sebagai salah satu komponen penunjang
kegiatan pembelajaran. Karakteristik komputer sebagai media pembelajaran
adalah interaktif, navigasi dan penggunaan mudah, tampilan menarik, dan
dirancang efisien dan efektif. Demikian pula, Hollenbeck menyatakan bahwa
berbagai penelitian dan berbagai studi lainnya telah menunjukkan bahwa
penggunaan multimedia dalam kelas meningkatkan kreativitas, inovasi,
pemecahan masalah dan meningkatkan komunikasi antara orang.
• Berpikir Reflektif dan Evaluasi Pemikiran
Proses kreatif didasarkan pada refleksi dan analisis yang bijaksana. Secara
umum, ide dievaluasi untuk mempermudah proses pemecahan masalah pada
setiap tahap. Namun, evaluasi terus menerus pada ide tersebut akan
menimbulkan perpektif bahwa suatu ide yang diungkapkan harus bernilai
benar. Pada akhir analisis, ide yang salah mungkin benar. Signifikansi titik
tertentu dalam menciptakan pengaturan atau pola baru lebih diutamakan
daripada validitasnya.
Clark dalam Mohammad Ali dan Mohammad Asrori menyatakan, faktor-
faktor yang mempengaruhi kreativitas belajar di kategorikan dalam dua
kelompok, yaitu faktor yang mendukung dan menghambat.
Faktor-faktor yang mendukung perkembangan kreativitas belajar adalah:
1. Situasi yang menghadirkan ketidak lengkapan serta keterbukaan.
2. ituasi yang menimbulkan dan mendorong timbulnya banyak pertanyaan.
3. Situasi yang mendorong menghasilkan sesuatu.
4. Situasi yang mendorong tanggung jawab dan kemandirian.
5. Sesuatu yang menekankan inisiatif diri.
6. Kewibahasaan yang memungkinkan untuk mengembangkan potensi
kreativitas secara lebih luas.
7. Posisi kelaiuran.
8. Perhatian dari orang tua terhadap minat anaknya, stimuli dari lingkungan
sekolah dan motifasi diri.

6
Faktor-faktor yang menghambat berkembangnya kreativitas belajar adalah:
1. Adanya kebutuhan akan keberhasilan, ketidakberanian dalam menanggung
resiko atau upaya mengejar sesuatu yang belum diketahui.
2. Konformita terhadap teman-teman kelompokmnya dan tekanan sosial.
3. Kurang berani dalam melakukan eksplorasi, menggunakan imajinasi dan
penyelidikan.
4. Streotif peran seks atau jenis kelamin.
5. Diferensiasi antara bekerja dan bermain.
6. Otoriatarianisme
7. Tidak menghargai terhadap fantasi dan hayalan.

2.4 Strategi Dalam Pengembangan Kreativitas


Setiap orang pada dasamya memiliki potensi kreatif dan kemampuan
mengungkapkan dirinya secara kreatif dalam bidang dan kadar yang berbeda-
beda.
Ada strategi pendekatan 4P dalam pengembangan kreativitas, yakni:
1. Pribadi
Kreatifitas adalah ungkapan keunikan individu dalam interaksi dengan
lingkungan. Dari pribadi yang unik inilah diharapkan timbul ide-ide baru dan
produk-produk yang inova
2. Pendorong
Untuk mewujudkan bakat kreatif siswa diperlukan dorongan dan dukungan
dari lingkungan (motivasi eksternal) yang berupa apresiasi, dukungan,
pemberian penghargaan, pujian, insentif, dan dorongan dari dalam diri siswa
sendiri (motivasi internal) untuk menghasilkan sesuatu. Bakat kreatif dapat
berkembang dalam lingkungan yang mendukung, tetapi dapat pula dihambat
dalam lingkungan yang tidak mendukung. Banyak orang tua yang kurang
menghargai kegiatan kreatif peserta didik mereka dan lebih memprioritaskan
pencapaian prestasi akademik yang tinggi. Demikian pula pendidik meskipun
menyadari pentingnya perkembangan kreatifitas tetapi dengan kurikulum
yang ketat dan kelas dengan jumlah murid yang banyak maka tidak ada waktu
bagi pengembangan kreativitas.

7
3. Proses
Untuk mengembangkan kreativitas siswa, ia perlu diberi kesempatan untuk
bersibuk secara aktif. Pendidik hendaknya dapat merangsang siswa untuk
melibatkan dirinya dalam berbagai kegiatan kreatif. Untuk itu yang penting
adalah memberi kebebasan kepada siswa untuk mengekspresikan dirinya
secara kreatif.
4. Produk
Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif yang
bermakna adalah kondisi pribadi dan lingkungan yaitu sejauh mana keduanya
mendorong seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses (kesibukan,
kegiatan) kreatif. Yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa pendidik
menghargai produk mengkomunikasikannya kepada kreatifitas yang lain,
peserta didik dan misalnya dengan mempertunjukkan atau memamerkan hasil
karya peserta didik. Ini akan lebih menggugah minat peserta didik untuk
berkreasi.
Selain metode pendekatan diatas, kreativitas juga dapat dikembangkan
melalui aktivitas di kelas dan tentunya ada peran guru dalam membantu
pengembangan kreativitas tersebut. Horng dkk (2005) menyebutkan lima strategi
pembelajaran yang efektif untuk mengembangkan kreativitas peserta didik.
Kelima strategi pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran berpusat pada peserta didik (student-centered learning)
Peseta didik adalah subjek/pelaku utama dalam pembelajaran, sedangkan
guru berperan sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. Peserta didik
mengkontruksikan materi dengan bantuan guru. Bantuan guru dapat berupa
membantu peserta didik melakukan refleksi diri, diskusi kelompok, bermain
peran, presentasi, atau aktivitas kelompok lainnya. Guru
b. Menggunakan berbagai alat bantu dalam pembelajaran
Penggunaan berbagai alat bantu, selain dapat membantu penyampaian pesan,
juga dapat meningkatkan ketertarikan peserta didik dalam berpikir. Alat bantu
dalam pembelajaran tidak terbatas pada software, hardware pun termasuk alat
bantu selama itu dapat memberikan manfaat dalam pembelajaran.

8
c. Strategi pengelolaan kelas
Guru mengkondisikan suasana kelas agar tercipta suasana yang mendukung
untuk pembelajaran Nada bicara lembut dan tegas serta bahasa tubuh yang
ramah bisa guru tunjukkan pada peserta didik saat proses pembelajaran. Guru
pun merespon pertanyaan atau tanggapan peserta didik dengan tidak
menggunakan kata-kata atau nada bicara menghakimi/menyalahkan peserta
didik.
d. Konten materi menggunakan bahan materi yang kontekstual
Penyajian materi yang kontekstual atau dapat ditemui peserta didik dalam
kehidupan nyata membantu pembelajaran menjadi lebih bermakna. Peserta
didik jauh lebih mudah mengerti apa yang sedang dipelajari. Guru membawa
permasalahan dalam kehidupan dalam kelas untuk selanjutnya dipecahkan
oleh peserta didik sesuai dengan kemampuannya.
e. Menggunakan pertanyaan terbuka
Pertanyaan terbuka merupakan pertanyaan yang memiliki lebih dari satu
jawaban pasti. Jawaban antara orang yang satu dengan yang lain dapat
berbeda. Dengan pemberian pertanyaan terbuka pada siswa, dapat
merangsang peserta didik untuk berpikir kreatif.

2.5 Pengembangan Kreativitas Dalam Pembelajaran


Peran pendidik sebagai brain power menjadi motor penggerak untuk
melahirkan karya-karya kreatif peserta didik bangsa. Kini sudah saatnya pendidik
menjadi pelopor dan pengembang kreativitas siswa melalui penyelenggaraan
proses pembelajaran yang menumbuhkembangkan kemampuan kreatif.
Kreativitas tidak akan muncul secara instan, melainkan berproses dalam
sebuah alur berpikir Berpikir kreatif awalnya dirangsang oleh munculnya berbagai
kepenasaran dan keingintahuan (curioucity), atau didorong oleh kebutuhan untuk
memecahkan masalah yang rumit. Bagaimanapun luasnya pengetahuan dan
tingginya skill yang dimiliki pendidik, apabila tidak disertai kemampuan
transformasi secara baik, maka akan sulit bagi siswa untuk memahami penjelasan

9
pendidiknya. Sehubungan dengan hal itu, kemampuan pedagogik menjadi sangat
penting bagi seorang pendidik.
Pengembangan kreativitas dalam proses pembelajaran dapat dilakukan
melalui tahapan sebagai berikut:
1. Menyadari adanya masalah yang menarik perhatian dan penting untuk segera
dicari pemecahannya, atau menghadapi kebutuhan yang urgent, atau
memiliki sebuah imajinasi yang ingin diwujudkan untuk kemaslahatan umat;
2. Mengidentifikasi akar masalah, fokus kebutuhan, serta target produk
imajinasi,
3. Mencari berbagai rujukan yang dapat memberi inspirasi bagi lahirnya ide- ide
baru dalam upaya memecahkan masalah atau mewujudkan keinginan di atas:
4. Merumuskan berbagai alternatif solusi atau produk yang belum pemah atau
jarang dilakukan orang lain,
5. Menilai setiap alternatif solusi melalui diskusi secara transparan agar dapat
menemukan alternatif terbaik;
6. Mengembangkan alternatif terpilih menjadi sebuah karya inovatif.
Dengan bergulirnya reformasi pendidikan telah memberi angin segar bagi
perubahan paradigma pembelajaran Kegiatan belajar tidak hanya dimaknai
sebagai proses transfer ilmu pengetahuan dan keterampilan, melamkan
berkembang menuju proses pendewasaan dan kematangan intelektual, emosional,
dan sosial. Pendidikan lebih diarahkan sebagai investasi sumberdaya manusia,
melalui upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam menyongsong masa depan
yang lebih baik. Dengan demikian, dalam proses pembelajaran mengandung dua
aktivitas penting, yaitu belajar dan mengajar.
Hasil pembelajaran tidaklah bersifat instan, melainkan berproses secara
sistematis untuk membentuk makna bagi kedua belah pihak, baik siswa sebagai
learner maupun pendidik sebagai teacher. Keharmonisan interaksi di antara
keduanya akan membangun suasana belajar yang menyenangkan, sehingga pada
saatnya akan menumbuh-suburkan semangat untuk berkarya secara kreatif.
Kehadiran pendidik professional yang kreatif akan memicu lahimnya inovasi
proses dan hasil pembelajaran yang bermutu tinggi.

10
2.6 Tantangan dan Hambatan dalam Berpikir Kreatif
Kreativitas merupakan kemampuan mental psikologis yang tidak tampak
langsung secara kasat mata. Kreativitas seringkali terbelenggu oleh pola berpikir
yang kaku dan terikat pada kaidah-kaidah baku atau alur sebab akibat secara
konvensional. Disatu pihak, pola berpikir demikian dapat memudahkan penentuan
keputusan akhir dan mengkomunikasikannya kepada pihak lain, namun di lain
pihak malah akan mematikan timbulnya insiatif dan selanjutnya membatasi
berkembangnya kreativitas, sehingga inovasi sulit diperoleh.
Ada banyak tantangan yang dihadapi dalam proses berpikir kreatif,
diantaranya adalah:
1. Ragu-ragu dan tidak ada keberanian dalam menyampaikan ide karena
dihantui perasaan takut salah, hawatir idenya akan dilecehkan orang lain, dan
takut dikucilkan dan lingkungan.
2. Sangat terikat pada mekanisme berpikir yang sudah terpola secara baku,
sehingga memandang tidak perlu direpotkan dengan mencari-cari sesuatu
yang baru dan belum tentu akan menjadi lebih baik.
3. Kondisi lingkungan yang bersifat status quo sehingga cenderung akan
menolak perubahan.
4. Proses berpikir yang lamban sehingga idenya keburu ditangkap pihak lain.
Lingkungan dan budaya tradisional seringkali menjadi penghambat utama
bagi lahirnya kreativitas. Misalnya kurangnya wawasan dan penguasaan
pengetahuan yang terbatas, tradisi turun temurun yang mengajarkan bahwa
seorang peserta didik harus selalu patuh akan menghambat kreativitas berpikir
peserta didik, pimpinan yang bersifat otoriter tidak memberi kesempatan kepada
peserta didik buahnya untuk berbeda pendapat, penolakan lingkungan atas ide
kreatif yang dimunculkan akan mematikan semangat orang untuk menemukan
terobosan baru, suasana hati yang sedang gundah atau panas akan ikut menutup
lahirnya ide baru, demikian pula ancaman atau tekanan (pressure) dari pihak lain
dapat membuyarkan gagasan gagasan baru.

11
Proses berpikir kreatif akan menghasilkan ide-ide kreatif. yang selanjutnya
dapat dikembangkan menjadi model baru dalam menyelesaikan berbagai
pekerjaan atau memecahkan permasalahan. Namun demikian fernyata tidaklah
mudah untuk memunculkan ide sebagai penyaluran hasil berpikir kreatif tersebut.
Hal ini membutuhkan keberanian untuk mengungkapkan gagasan baru, yang
kemungkinan berbeda dari keyakinan dan kebiasaan masyarakat. Sehubungan
dengan hal itu, pendidik mempunyai kewajiban untuk mengangkat kesadaran
siswa akan pentingnya penguasaan kompetensi, dan menumbuhkan motivasi
untuk berani menampilkan kompetensinya.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kreativitas dan bakat pada diri peserta didik perlu dipupuk dan
dikembangkan. Pendidik dan orang tua peserta didik memiliki peran penting
dalam melahirkan peserta didik yang berpikir dan berprilaku kreatif. Kreativitas
tidak akan muncul secara instan, melainkan berproses dalam sebuah alur berpikir.
Berpikir kreatif awalnya dirangsang oleh munculnya berbagai kepenasaran dan
keingintahuan (curioucity), atau didorong oleh kebutuhan untuk memecahkan
masalah yang rumit. Kegiatan belajar tidak hanya dimaknai sebagai proses
transfer ilmu pengetahuan dan keterampilan, melainkan berkembang menuju
proses pendewasaan dan kematangan intelektual, emosional, dan sosial.
Menurut Nursisto (1999: 6-7), kemampuan belajar siswa menjadi lebih baik
jika melibatkan kemampuan kreativitasnya. Pada dasarnya semua siswa memiliki
kreativitas dalam dirinya. Kemampuan ini harus dikembangkan agar hidup
menjadi lebih bersemangat dan produktif. Seseorang harus dilatih supaya
memiliki kemampuan untuk lebih kreatif.

3.2 Saran
Pengembangan kreativitas sangat penting untuk konteks kehidupan seorang
manusia. Seseorang harus memiliki kemampuan adaptif yang secara kreatif dan
piawai untuk mencari dan menemukan solusi atas berbagai masalah dan tantangan
hidup. Kreativitas yang berkembang dengan baik akan membentuk dan
melahirkan pola pikir yang solutif. Kreativitas memacu seseorang untuk lebih
pasti menyongsong masa depan. Seorang yang kreatif mampu menemukan
peluang dan kesempatan ditengah persoalan yang dihadapi. Orang tua dan guru
memiliki peran untuk memahami semua aspek perkembangan anak, mampu
mengungkap dan mengembangkan potensi tersembunyi anak serta apa yang sudah
muncul dalam bermain hingga anak merasa leluasa dalam mengikuti semua kegia

13
DAFTAR PUSTAKA

Basuki, Heru. 2006. Pengembangan Kreativitas. http://www.heru staff


gunadarma.ac.id//

Kau, Murhima A. “Peran Guru Dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Sekolah


Dasar.” Proceeding Seminar Dan Lokakarya Nasional Bimbingan Dan
Konseling 2017 0, no. 0 (2017): 157–66.
http://journal2.um.ac.id/index.php/sembk/article/view/1281.

Tekeng, St. Nurjannah Yunus. “Promosi Pengembangan Kreativitas Peserta Didik


Dalam Pembelajaran” 19, no. 1 (2016): 90–99.

Salim, Sambas. 2009. Pengembangan Kreativitas. http://www.sambasalim.com

Tekeng, St. Nurjannah Yunus. “Promosi Pengembangan Kreativitas Peserta Didik


Dalam Pembelajaran” 19, no. 1 (2016): 90–99.

Trihardiyanti. 2005. Perekembangan Aktivitas Peserta didik Melalui


Pembelajaran Bermasalah. http://binatalenta.com//

14

Anda mungkin juga menyukai