DOSEN PEMBIMBING :
Dra Hj Yulsyofriend, M.Pd
OLEH
KELOMPOK 1 :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ,Belajar Mengajar Kreatif
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah kreativitas AUD. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang teori teori mengenai kreativitas bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan................................................................................................................13
B. Saran..........................................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menghasilkan cara mengajar yang kreatif meliputi banyak hal: sifat pribadi seorang
guru dan pengenalan akan Tuhan dan firman-Nya, masa persiapan pelajaran, caranya ia
merencanakan isi pelajaran, keterampilan-keterampilan dalam memakai beraneka macam
metode mengajar dan hubungan pribadi dengan setiap murid. Seorang guru yang tidak
berani berpikir secara kreatif at4upun belum pernah diajar secara kreatif akan
menghadapi lebih banyak tantangan tatkala ia ingin mengubah cara mengajar nya.
Namun, dengan kemauan yang sungguh keberanian untuk mencoba sesuatu yang baru
dan dengan pengarahan yang jelas danbermutu, ia dapat juga menjadi seorang guru yang
kreatif.
B. Rumusan masalah
1. Jelaskan mengenai hakikat belajar dan mengajar kreatif?
2. Bagaimana penerapan teknik mengajar kreatif?
3. Bagaimana mengklasifikasi teknik belajar kreatif?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui mengenai hakikat belajar dan mengajar kreatif
2. Dapat mengetahui tentang penerapan teknik mengajar kreatif
3. Mengetahui cara mengklasifikasi teknik belajar kreatif
1
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Torance dan Myres berpendapat bahwa proses belajar kreatif sebagai :
“keterlibatan dengan sesuatu yang berarti, rasa ingin tahu dan mengetahui dalam
kekaguman, ketidaklengkapan, kekacauan, kerumitan, ketidakselarasan,
ketidakteraturan dan sebagainya
2
f. Siap menghadapi perubahan dan berpartisipasi dalam proses perubahan
1) Belajar kreatif membantu anak menjadi berhasil guna jika kita tidak bersama
mereka. Belajar kreatif adalah aspek penting dalam upaya kita membantu
siswa agar mereka lebihmampu menangani dan mengarahkan belajar bagi
mereka sendiri.
2) Belajar kreatif menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk memecahkan
masalah-masalah yang tidak mampu kita ramalkan yang timbul di masa depan.
3) Belajar kreatif dapat menimbulkan akibat yang besar dalam kehiduppan kita.
Banyak pengalamankreatif yang lebih dari pada sekedar hobi atau hiburan
bagi kita. Kita makin menyadari bahwa belajar kreatif dapat mempengaruhi,
bahkan mengubah karir dan kehidupan pribadi kita.
4) Belajar kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang besar.
2) Tingkat II
Treffinger lebih memusatkan perhatiannya pada pengembangan kemampuan
penyelesaian masalah dan keterbukaan terhadap perbedaan. Kemampuan afektif
pada tingkat ini meliputi keterbukaan perasaan majemuk (yaitu keterbukaan dalam
3
menerima gagasan yang berbeda), meditasi dan kesantaian (kebiasaan dan
ketenangan dalam menerima gagasan yang berbeda), penggunaan khayalan dan
tamsil (kemampuan berimajinasi dalam menggambarkan masalah yang dihadapi)
dan lain sebagainya. Sedangkan kemampuan kognitif yaitu meliputi penerapan
(penggunaan apa yang tersedia dalam menyelesaikan masalah yang diberikan),
analisis (mendiskripsikan segala masalah yang ada), sintesis (ketrampilan
memadukan hal yang didapat dengan pengetahuan sebelumnya), evaluasi
(penilaian terhadap jawaban teman dan diri sendiri sehingga menghasikan
jawaban yang paling tepat) dan lain-lain.
3) Tingkat III
Treffinger memusatkan pada bagaimana anak dapat mengelola dirinya
sendiri dan kemampuannya sehubungan dengan keterlibatannya dalam
tantangan-tantangan yang ada dihadapannya. Kemampuan afektif pada tingkat
ini meliputi pemribadian nilai (berkaitan dengan pengevaluasian diri dan ide-
ide sebelumnya), pengikatan diri terhadap hidup produktif (berusaha untuk
tetap menghasilkan ide baru dalam setiap kegiatan penyelesaian masalah), dan
lain-lain. Sedangkan kemampuan kognitif yang dapat dikembangkan meliputi
pengajuan pertanyaan secara mandiri (pertanyaan yang timbul dari pemikiran
sendiri), pengarahan diri (mampu menentukan sendiri langkah-langkah
menyelesaikan masalah tanpa terpengaruh penyelesaian dari teman),
pengelolaan sumber (menggunakan segala yang ada disekitar untuk
memperoleh jawaban yang diinginkan), dan pengembangan produk
(mengembangkan ide yang ada sebelumnya sehingga diperoleh ide baru), dan
lain sebagainya.
Metode dan teknik kreatif berikut mengacu kepada model pembelajaran kreatif
dari Treffinger (1980) yang telah disusun oleh Conny R. Semiawan (1997). Model
pembelajaran kreatif oleh Treffinger dikelompokkan menjadi tiga tingkat. Tingkat
pertama adalah pengembangan fungsi pemikiran divergen; tingkat kedua adalah
pengembangan proses pemikiran dan perasaan yang majemuk. Tingkat ketiga adalah
keterlibatan dalam tantangan nyata.
5. Teknik-teknik Kreatif
4
Teknik pemebelajaran tingkat pertama yang menekankan pada fungsi-fungsi
divergen diantara lain menggunakan teknik pemanasan, pemikiran, dan perasaan
terbuka, sumbang saran dan penangguhan kritik, daftar penulisan gagasan,
penyusunan sifat, dan hubungan yang dipaksakan. Metode pembelajaran kreatif
tingkat pertama ini mempunyai beberapa ciri umum sebagai beikut:
a. Pemanasan
Teknik pemanasan ini pada intinya merupakan kegiatan peserta didik yang
digunakan pada tahap awal pembelajaran. Tahap pemanasan ini
mengupayakan adanya kondisi pelepasan pikiran peserta didik dengan cara
pembebasan diri dari peraturan-peraturan dan hukum-hukum berpikir yang
berlaku. Peserta didik dikondisikan untuk terbebas dari kebiasaan menjawab
dengan tepat, dari batasan batasan-batasan waktu, serta diarahkan untuk lebih
banyak menghasilkan ide. Dalam Memberikan PemanasanSebelum memulai
dengan kegiatan yang menuntut prilaku kreatif siswa sesuai dengan rencana
pelajaran lebih dahulu diusahakan sikap menerima (reseptif) di Kalangan
siswa, terutama berlaku apabila siswa sebelumnya baru saja terlibat dalam
suatu penguasaan yang berstruktur, mengerjakan soal fiqih, tugas atau
kegiatan, bertujuan meningkatkan pemikiran kreatif menuntut sikap belajar
5
yang berbeda lebih terbuka dan tertantang berperanserta secara aktif dengan
memberikan gagasan-gagasan sebanyak mungkin untuk itu diberikan
pemanasan yang dapat tercapai dengan memberikan pertanyaan pertanyaan
terbuka dengan menimbulkan minat dan rasa ingin tahu siswa. Dengan
kegiatan pemanasan tersebut diharapkan peserta didik sudah masuk pada
suasana pemikiran yang siap untuk menelaah hal dan masalah baru yang akan
dipelajari pada tahap pembelajaran berikutnya.
6
untuk berperan secara aktif dengan memberanikan diri dan senang memberikan
gagasan sebanyak mungkin.
Pemanasan dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan terbuka yang
menimbulkan minat dan rasa ingin tahu siswa, seperti, “Apa saja yang membuat
kamu merasa senang?” Apa saja yang kamu sukai disekolah? Dan apa yang tidak
kamu sukai?” cara lain yang berhasil adalah dengan mendorong siswa mengajukan
pertanyaan terhadap suatu masalah, seperti misalnya sering terjadi perkelahian antara
siwa.
7
Alternatif judul
Pertanyaan ini dapat dikemukakan melalui penyajian suatu stimulasi untuk
dipikirkan judulnya yang tepat. Contoh kepada peserta didik diperlihatkan
naskah sebuah cerita, lukisan, atau gambar-gambar tentang sesuatu.
2) Metode Ceramah
Ceramah terdiri dari penjanjian secara langsung daribahan-bahanpelajaran
oleh guru. Metode ini akan gagal jika sikap guru ada padamateri dan bukan pada
murid. Metode ini tidak cocok dipakai untukanak golongan balita, indria, ataupun
pratama, tetapi boleh dipakaiuntuk anak madya. Kebaikan metode ini ialah: cocok
dipakai jikakelompok murid besar, jika waktu dan fasilitas serta ruangan
terbatas,jika tingkat kemampuan murid cukup tinggi, dan jika cara guru
menggunakan metode ini sungguh menarik dan disertai alat peraga. Metode
ceramah bisa dianggap baik jika dipadukan dengan metode-metode lain sehingga
ada variasi dalam cara mengajar. Ada beberapa keburukan metode ini: sering
8
membosankan,tidak memperhatikan kebutuhan-kebutuhan murid, memadamkan
inisiatif murid dan melatih, para murid untuk bergantung pada orang lain untuk
pendapat mereka.
3) Metode Demonstrasi
Dengan metode ini guru dapat langsung mempertunjukkan dengan secara
nyata apa yang dijelaskan secara abstrak. Agar berhasil, guru perlu
mempersiapkan segala bahan yang dibutuhkan sertamemberikan penjelasan yang
sederhana iambit ia memberikan demonstrasinya.
4) Metode Audio-visual
Guru mempersiapkan kaset, film ataupun video yang akan diputarkan di kelas.
Mutu kaset, film atau video harus tinggi karenametode ini meskipun menarik,
tidak menguntungkan jika dipaiai hanyauntuk mengisi waktu, Sangat perlu dicoba
dahulu di ruang kelas untukmemastikan bahwa apakah alat-alat teknis yang
dibutuhkan untukmenjalankan alat audio-visual ini berjalan dengan baik.
9
tersebut . Sebaiknya guru terlebih dahulu menyiapkanbeberapa pertanyaan yang
akan memimpin diskusi. Sebagai fasilitatordalam diskusi guru akan berusaha agar
setiap murid sempatmengemukakan pendapatnya dan murid yang ingin
memonopolipembahasan dicegah.
5) Metode RolePlav
Metode ini memberikan peluang kepada murid-murid untukmemerankan
sebuah situasi dalam hidup manusia tanpa diadakanlatihan lebih dahulu. Biasanya
diadakan oleh 2 orang atau lebih untukmenjelaskan cara bagaimana suatu masalah
akan dipecahkan ataupununtuk mempertunjukkan kenyataan suatu sikap yang
penting daiamhidup sehari-hari.
10
yanglebih tua dapat melukiskan cerita dengan lebih sempurna jika
metodediperkembangkan dengan sebaik-baiknya,
7) Metode Pekeriaan Tansan
Metode ini menarik karena dapat disesuaikan dengan setiaptingkatan umur
dan memungkinkan murid-murid berbuat sesuatudengan tangan yang akan
mengingatkan mereka akan pelajaran Al-Qur’an yang baru disajikan. Metode ini
termasuk mewarnai gambar,menggunting dan mengelem ataupun bagi anak-anak
yang lebih besar, Agar metode ini lebih efektif, sambil anak-anakbekerja, guru
menyisipkan penjelasan tambahkan dari pelajaran serta mengajukan pertanyaan
yang mendorong aplikasi dan respons dari paramurid. Suatu keuntungan dari
metode ini ialah bahwa seringkali hasildari pekerjaan tangan dapat dibawa pulang
dan berfungsi sebagaipengulangan pelajaran di rumah ataupun sebagai daya tarik
bagi anggotakeiuarga yang belum percaya kepada Tuhan.
8) Metode Membaca
Anak-anak pratarna yang baru belajar membaca senang mengisibuku pedoman
murid atau lembaran yang memberikan bahan bacaansederhana serta pertanyaan
atau teka-teki yang harus diisi. Anak madyayang lebih mampu dalam hal
membaca dan berpikir dapat mengisi suatupelajaran , rnenulis jawaban Metode
membaca cocokdipakai pada langkah lihat dan buat.
9) Metode Menehafal
Metode ini cocok untuk setiap anak sekolah minggu. Ayat-ayat yang dihafal
harus berhubungan erat dengan pelajaran firman Allah pada hari itu, harus cukup
bermutu dan harus disesuaikan dengankemampuan murid untuk
menghafalkannya. Sebeium ayat dihafal, guruharus menjeiaskan kata-kata yang
sulit dimengerti atau konsep vangjelas dalam ayat itu. Membeo saja tidak
menguntungkan para murid.Terlebih dahulu mereka harus mengerti apa yang
mereka hafalkan. Carayang baik untuk mengajar hafalan ayat akan dijelaskan
dikemudian hari.
11
Sekolah, maka metode iniberkesinambungan. Lagu-lagu yang dipilih harus cocok
dengan umuranak dipandang dari segi musik, bahkan kata-kata. Lagu juga
yangdipakai dalam Sekolah sebaiknya berhubungan eratdengan pelajaran,
tujuannya dan aplikasinya sehingga pada waktu anak-anak pulang, mereka dengan
mengulangi nyanyian dapat mengingatkembali apa yang baru dipeiajari dalam
kelas. Anak-anak kecil palingsenang dengan gerak irama atau "orkes ritme" yang
terdiri dari alat-alat dapur yang sederhana: kaleng, sendok kayu dan baja,
botol,mangkok plastik, ember kecil, piring, dls. Di kemudian hari musik
dalamSekolah akan dibahas secara lebih lengkap.
12
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Tujuan pengajaran adalah rumusan kemampuan yang diharapkan dimiliki para siswa
setelah menempuh berbagai pengalaman belajar pada akhir pengajaran. Belajar kreatif
dapat diartikan sebagai kemampuan siswa menciptakan hal-hal baru dalam belajarnya
baik berupa kemampuan mengembangkan kemampuan formasi yang diperoleh dari guru
dalam proses belajar mengajar yang berupa pengetahuan sehingga dapat membuat kom
binasi yang baru dalam belajarnya. terdapat tiga tingkatan dalam belajar kreatif menurut
model triffinger. beberapa teknik dalam mengajar kreatif adalah dengan melakukan
pemanasan, serta pemikiran dan perasaan terbuka.
2. Saran
Demikianlah makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk orang
banyak. Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi, penulis menyadari makalah ini
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun penulis
harapkan agar makalah ini lebih baik lagi dari sebelumnnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Janet Khruns (2005). Mengajar Secara Kreatif .Jurnal Jaffray 1 (1), 90-100, 2005
http://meilina1515.blogspot.com/2012/12/belajar-dan-mengajar-secara-kreatif.html?m=1
14