Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KREATIVITAS AUD

“ BELAJAR DAN MENGAJAR SECARA KREATIF”

DOSEN PEMBIMBING :
Dra Hj Yulsyofriend, M.Pd

OLEH
KELOMPOK 1 :

1.AISYA FITRIANA 19022144


2. SISKA RAHMA PUTRI 19022129
3. YODAN YULIZA SAPUTRA 19022141
4. ZAKIYYAH ZIQRA ADIMY 19022142

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ,Belajar Mengajar Kreatif

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah kreativitas AUD. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang teori teori mengenai kreativitas bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 13 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Hakikat Belajar dan Mengajar Kreatif .....................................................................2


B. Penerapan Teknik Mengajar Kreatif..........................................................................6
C. Klasifikasi Teknik Mengajar Kreatif ........................................................................8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................................13
B. Saran..........................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses belajar-mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan


melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi siswa
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, tujuan pengajaran adalah rumusan
kemampuan yang diharapkan dimiliki para siswa setelah menempuh berbagai
pengalaman belajar pada akhir pengajaran. Agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara
maksimal, maka diperlukan media pengajaran sebagai alat bantu pengajaran. Media
pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada
gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya.

Menghasilkan cara mengajar yang kreatif meliputi banyak hal: sifat pribadi seorang
guru dan pengenalan akan Tuhan dan firman-Nya, masa persiapan pelajaran, caranya ia
merencanakan isi pelajaran, keterampilan-keterampilan dalam memakai beraneka macam
metode mengajar dan hubungan pribadi dengan setiap murid. Seorang guru yang tidak
berani berpikir secara kreatif at4upun belum pernah diajar secara kreatif akan
menghadapi lebih banyak tantangan tatkala ia ingin mengubah cara mengajar nya.
Namun, dengan kemauan yang sungguh keberanian untuk mencoba sesuatu yang baru
dan dengan pengarahan yang jelas danbermutu, ia dapat juga menjadi seorang guru yang
kreatif.

B. Rumusan masalah
1. Jelaskan mengenai hakikat belajar dan mengajar kreatif?
2. Bagaimana penerapan teknik mengajar kreatif?
3. Bagaimana mengklasifikasi teknik belajar kreatif?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui mengenai hakikat belajar dan mengajar kreatif
2. Dapat mengetahui tentang penerapan teknik mengajar kreatif
3. Mengetahui cara mengklasifikasi teknik belajar kreatif

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Belajar dan Mengajar Kreatif

1. Pengertian Belajar Kreatif dan mengajar kreatif

Belajar kreatif dapat diartikan sebagai kemampuan siswa menciptakan hal-hal


baru dalam belajarnya baik berupa kemampuan mengembangkan  kemampuan
formasi yang diperoleh dari guru dalam proses belajar mengajar yang berupa
pengetahuan sehingga dapat membuat kombinasi i yang baru dalam belajarnya.

Mengajar kreatif adalah kemampuan untuk menciptakan, mengimajinasikan,


melakukan inovasi dan melakukan hal-hal artistik lainnya, dibentuk dari suatu proses
yang baru. Memiliki kemampuan untuk menciptakan serta dirancang untuk
mensimulasi.

Pembelajaran Pengembangan Kreatif merupakan Proses pembelajaran yang


dirancang agar mengaktifkan anak, mengembangkan kreativitas sehingga efektif
namun tetap menyenangkan. Menciptakan linkungan belajar yang kondusif/ bermakna
yang mampu memberikan siswa keterampilan pengetahuan dan sikap untuk hidup.

2. Proses belajar Kreatif

Menurut Torance dan Myres berpendapat bahwa proses belajar kreatif sebagai :
“keterlibatan dengan sesuatu yang berarti, rasa ingin tahu dan mengetahui dalam
kekaguman, ketidaklengkapan, kekacauan, kerumitan, ketidakselarasan,
ketidakteraturan dan sebagainya

3. Manfaat dan Pentingnya Pembelajaran Pengembangan Kreatif Bagi Anak

Manfaat Pembelajaran Pengembangan Kreatif Bagi Anak:

a. Belajar lebih efektif dan mendalam


b. Anak lebih kritis dan kreatif
c. Suasana dan pengalaman belajar bervariasi
d. Meningkatkan kematangan emosional/sosial
e. Produktivitas siswa tinggi

2
f. Siap menghadapi perubahan dan berpartisipasi dalam proses perubahan

Refinger (1980 : 9-13) dalam Conny Semawan (1990:37-38) memberikan empat


alasan mengapa belajar kreatif itu penting yaitu :

1) Belajar kreatif membantu anak menjadi berhasil guna jika kita tidak bersama
mereka. Belajar kreatif adalah aspek penting dalam upaya kita membantu
siswa agar mereka lebihmampu menangani dan mengarahkan belajar bagi
mereka sendiri.
2) Belajar kreatif menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk memecahkan
masalah-masalah yang tidak mampu kita ramalkan yang timbul di masa depan.
3) Belajar kreatif dapat menimbulkan akibat yang besar dalam kehiduppan kita.
Banyak pengalamankreatif yang lebih dari pada sekedar hobi atau hiburan
bagi kita. Kita makin menyadari bahwa belajar kreatif dapat mempengaruhi,
bahkan mengubah karir dan kehidupan pribadi kita.
4) Belajar kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang besar.

4. Tingkat Belajar Kreatif (Model Triffinger)


1) Tingkat I
Treffinger memusatkan perhatian pada bagaimana anak dapat berpikir secara
divergen atau terbuka tanpa memikirkan bahwa pendapat yang disampaikan benar
atau salah. Kemampuan afektif yang dikembangkan meliputi rasa ingin tahu
(dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam bertanya), keberanian mengambil resiko
(keberanian dalam menjawab pertanyaan walaupun jawaban yang disampaikan
salah), percaya diri (siswa berani dalam menentukan jawaban yang berbeda
dengan jawaban temannya) dan lain sebagainya. Sedangkan kemampuan kognitif
yang dapat dikembangkan meliputi kelancaran (dapat dilihat dari waktu yang
digunakan anak dalam menjawab dan mengungkapkan gagasan yang berbeda),
kelenturan (dilihat dari banyaknya ideatau gagasan yang berbeda yang
disampaikan siswa) dan lain sebagainya.

2) Tingkat II
Treffinger lebih memusatkan perhatiannya pada pengembangan kemampuan
penyelesaian masalah dan keterbukaan terhadap perbedaan. Kemampuan afektif
pada tingkat ini meliputi keterbukaan perasaan majemuk (yaitu keterbukaan dalam

3
menerima gagasan yang berbeda), meditasi dan kesantaian (kebiasaan dan
ketenangan dalam menerima gagasan yang berbeda), penggunaan khayalan dan
tamsil (kemampuan berimajinasi dalam menggambarkan masalah yang dihadapi)
dan lain sebagainya. Sedangkan kemampuan kognitif yaitu meliputi penerapan
(penggunaan apa yang tersedia dalam menyelesaikan masalah yang diberikan),
analisis (mendiskripsikan segala masalah yang ada), sintesis (ketrampilan
memadukan hal yang didapat dengan pengetahuan sebelumnya), evaluasi
(penilaian terhadap jawaban teman dan diri sendiri sehingga menghasikan
jawaban yang paling tepat) dan lain-lain.

3) Tingkat III
Treffinger memusatkan pada bagaimana anak dapat mengelola dirinya
sendiri dan kemampuannya sehubungan dengan keterlibatannya dalam
tantangan-tantangan yang ada dihadapannya. Kemampuan afektif pada tingkat
ini meliputi pemribadian nilai (berkaitan dengan pengevaluasian diri dan ide-
ide sebelumnya), pengikatan diri terhadap hidup produktif (berusaha untuk
tetap menghasilkan ide baru dalam setiap kegiatan penyelesaian masalah), dan
lain-lain. Sedangkan kemampuan kognitif yang dapat dikembangkan meliputi
pengajuan pertanyaan secara mandiri (pertanyaan yang timbul dari pemikiran
sendiri), pengarahan diri (mampu menentukan sendiri langkah-langkah
menyelesaikan masalah tanpa terpengaruh penyelesaian dari teman),
pengelolaan sumber (menggunakan segala yang ada disekitar untuk
memperoleh jawaban yang diinginkan), dan pengembangan produk
(mengembangkan ide yang ada sebelumnya sehingga diperoleh ide baru), dan
lain sebagainya.

Metode dan teknik kreatif berikut mengacu kepada model pembelajaran kreatif
dari Treffinger (1980) yang telah disusun oleh Conny R. Semiawan (1997). Model
pembelajaran kreatif oleh Treffinger dikelompokkan menjadi tiga tingkat. Tingkat
pertama adalah pengembangan fungsi pemikiran divergen; tingkat kedua adalah
pengembangan proses pemikiran dan perasaan yang majemuk. Tingkat ketiga adalah
keterlibatan dalam tantangan nyata.

5. Teknik-teknik Kreatif

4
Teknik pemebelajaran tingkat pertama yang menekankan pada fungsi-fungsi
divergen diantara lain menggunakan teknik pemanasan, pemikiran, dan perasaan
terbuka, sumbang saran dan penangguhan kritik, daftar penulisan gagasan,
penyusunan sifat, dan hubungan yang dipaksakan. Metode pembelajaran kreatif
tingkat pertama ini mempunyai beberapa ciri umum sebagai beikut:

a. Pengahiran terbuka (oopenendedess). Kegiatan-kegiatan pada tingkat ini


menghendaki ditemukannya sejumlah kemungkinan jawaban. Bukan
dikemukakannya semua jawaban yang benar.
a. Penerimaan banyak gagasan dan jawaban yang berbeda. Konsekuensi dari
bervariasinya jawaban yang diinginkan adalah ditemukannya jawaban-
jawaban yang bervariasi, yang kadang-kadang ada yang tidak lazim, aneh,
atau luar biasa. Terhadap yang demikian itu kita harus membina dan
menghargai, sebagaimana kita menghargai gagasan yang wajar.
b. Gagasan tingkat satu membina kita untuk menerima pandangan yang baru dan
melihat melebihi pemikiran biasa atau pikiran yang terikat dengan kita.
c. Guru bertindak sebagai kamera yang menangkap sebanyak mungkin dalam
setiap situasi.

Beberapa teknik kreatif tingkat pertama seperti disebutkan diatas diuraikan


sebagai berikut:

a. Pemanasan
Teknik pemanasan ini pada intinya merupakan kegiatan peserta didik yang
digunakan pada tahap awal pembelajaran. Tahap pemanasan ini
mengupayakan adanya kondisi pelepasan pikiran peserta didik dengan cara
pembebasan diri dari peraturan-peraturan dan hukum-hukum berpikir yang
berlaku. Peserta didik dikondisikan untuk terbebas dari kebiasaan menjawab
dengan tepat, dari batasan batasan-batasan waktu, serta diarahkan untuk lebih
banyak menghasilkan ide. Dalam Memberikan PemanasanSebelum memulai
dengan kegiatan yang menuntut prilaku kreatif siswa sesuai dengan rencana
pelajaran lebih dahulu diusahakan sikap menerima (reseptif) di Kalangan
siswa, terutama berlaku apabila siswa sebelumnya baru saja terlibat dalam
suatu penguasaan yang berstruktur, mengerjakan soal fiqih, tugas atau
kegiatan, bertujuan meningkatkan pemikiran kreatif menuntut sikap belajar

5
yang berbeda lebih terbuka dan tertantang berperanserta secara aktif dengan
memberikan gagasan-gagasan sebanyak mungkin untuk itu diberikan 
pemanasan yang dapat tercapai dengan memberikan pertanyaan pertanyaan
terbuka dengan menimbulkan minat dan rasa ingin tahu siswa. Dengan
kegiatan pemanasan tersebut diharapkan peserta didik sudah masuk pada
suasana pemikiran yang siap untuk menelaah hal dan masalah baru yang akan
dipelajari pada tahap pembelajaran berikutnya.

b. Pemikran dan Perasaan Berakhir Terbuka


Teknik pemikiran dan perasaan berahir ini pada intinya ingin
mengupayakan agar pembelajar terdorong memunculkan perilaku divergen.
Perilaku ini dapat dirangsang dengan cara mengajukan pertayaan yang
memungkinkan pembelajar mengungkapkan segala peraaan dan pikiran
sebagai jawaban. Cara yang paling sederhana untuk merangsang pemikiran
kreatif ialah dengan mengajukan pertanyaan yang memberikan kesempayan
timbulnya berbagai macam jawaban sebagai ungkapan pikiran dan perasaan
serta dengan membantu siswa mengajukan pertanyaan. Contoh-kegiatan
pemikiran dan perasaaan terbuka Menyelesaikan sesuatu yang telah dimulai,
Mencari penggunaan baru dari benda sehari-hari, Meningkatkan atau
memperbaiki suaut produk atau benda (Munandar, 1999 : 100-1003).

B. Penerapan Teknik Kreatif

1. Memberikan Pemanasan (WarmingUp)


Untuk menumbuhkan iklim atau suasana kreatif didalam kelas yang
memungkinkan siswa untuk membuka dirinya, merasa bebas dan aman untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaannya, guru perlu elakukan “pemanasan”
atau warmingup, seperti dilakukan seseornag sebelum berenang, hanya saja disini
pemanasannya adalah secara mental. Jika sebelumnya sisiwa di dalam kelas dituntut
untuk mengerjakan berbagai tugas yang sangat bersetruktur, seperti mengulang apa
yang diucapkan oleh guru, maka siswa memerlukan switch mental dari proses
pemikiran reproduktif dan konvergen ke proses pemikiran divergen dan imajinatif.
Tugas atau kegiatan yang bertujuan meningkatkan pemikiran dan sikap kreatif
menuntut cara dan sikap belajar yang berbeda, lebih bebas, terbuka, dan tertantang

6
untuk berperan secara aktif dengan memberanikan diri dan senang memberikan
gagasan sebanyak mungkin.
Pemanasan dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan terbuka yang
menimbulkan minat dan rasa ingin tahu siswa, seperti, “Apa  saja yang membuat
kamu merasa senang?” Apa saja yang kamu sukai disekolah? Dan apa yang tidak
kamu sukai?” cara lain yang berhasil adalah dengan mendorong siswa mengajukan
pertanyaan terhadap suatu masalah, seperti misalnya sering terjadi perkelahian antara
siwa.

2. Pemikiran dan perasaan berakhir terbuka


Teknik pemikiran dan perasaan berakhir terbuka, yaitu: mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang memberikan kesempatan timbulnya berbagai macam jawaban.
Adapun kegiatan pemikiran dan perasaan pengahiran terbuka dapat dicontohkan
sebagai berikut:
 Andai kata
Pertanyaan ini dapat diungkapkan melalui pertanyaan tentang situasi yang
tidak benar atau sesuatu yang bertentangan dengan fakta.

 Peningkatan suatu roduk


Pertanyaan ini dapat diungkapkan melalui pengungkapan pemikiran
pengembangan atau peningkatan terhadap suatu kondisi yang telah ada.
Contoh: Bagaimana cara memperbaiki cara belajar yang biasa dilakukan
sekarang.

 Pemulaan yang tidak selesai


Pertanyaan ini dapat dikemukakan dengan menyajikan suatu kondisi yang
belum selesai atau belum sempurna, untuk dipikirkan kemungkinan
penyelesaian atau penyempurnaannya.

 Penggunaan baru dari objek-objek umum


Pertanyaan ini dapat dikemukakan melalui penyajian suatu benda atau hal
untuk dipikirkan fungsi lainnya dilain fungsi yang lazim. Contoh: tali sepatu,
kancing baju, kumis, dan lain sebagainya.

7
 Alternatif  judul
Pertanyaan ini dapat dikemukakan melalui penyajian suatu stimulasi untuk
dipikirkan judulnya yang tepat. Contoh kepada peserta didik diperlihatkan
naskah sebuah cerita, lukisan, atau gambar-gambar tentang sesuatu.

 Membantu siswa atau anak mengajukan pertanyaan.


Kegiatan ini dilakukan mengingat pada biasanya siswa beranggapan bahwa
gurulah yang banyak mengajukan pertanyaan dalam konteks pembelajaran.
Disini siswa diberi kesempatan untuk memikirkan banyak pertanyaan. Melalui
strategi pemikiran dan persaan terbuka ini diharapkan peserta didik akan
terangsang untuk meningkatkan rasa ingin tahunya dan menguatkan minat
untuk terlibat dalam aktivitas pembelajaran.

C. Klasifikasi Teknik Mengajar Secara Kreatif

1. Metode mengajar yang berpusat pada guru


1) Metode Cerita
Metode ini merupakan salah satu metode yang paling tua dandipakai dalam
segala macam kebudayaan, pada semua golongan umurdan untuk mencapai
beraneka macam tujuan. , Sang Guru sering menggunakan metode bercerita untuk
menjadikankebenaran abstrak akhirnya nyata. Contoh: cerita Anak yang
Hilangmenjelaskan kesediaan Allah untuk mengampuni orang berdosa.

2) Metode Ceramah
Ceramah terdiri dari penjanjian secara langsung daribahan-bahanpelajaran
oleh guru. Metode ini akan gagal jika sikap guru ada padamateri dan bukan pada
murid. Metode ini tidak cocok dipakai untukanak golongan balita, indria, ataupun
pratama, tetapi boleh dipakaiuntuk anak madya. Kebaikan metode ini ialah: cocok
dipakai jikakelompok murid besar, jika waktu dan fasilitas serta ruangan
terbatas,jika tingkat kemampuan murid cukup tinggi, dan jika cara guru
menggunakan metode ini sungguh menarik dan disertai alat peraga. Metode
ceramah bisa dianggap baik jika dipadukan dengan metode-metode lain sehingga
ada variasi dalam cara mengajar. Ada beberapa keburukan metode ini: sering

8
membosankan,tidak memperhatikan kebutuhan-kebutuhan murid, memadamkan
inisiatif murid dan melatih, para murid untuk bergantung pada orang lain untuk
pendapat mereka.

3) Metode Demonstrasi
Dengan metode ini guru dapat langsung mempertunjukkan dengan secara
nyata apa yang dijelaskan secara abstrak. Agar berhasil, guru perlu
mempersiapkan segala bahan yang dibutuhkan sertamemberikan penjelasan yang
sederhana iambit ia memberikan demonstrasinya.

4) Metode Audio-visual
Guru mempersiapkan kaset, film ataupun video yang akan diputarkan di kelas.
Mutu kaset, film atau video harus tinggi karenametode ini meskipun menarik,
tidak menguntungkan jika dipaiai hanyauntuk mengisi waktu, Sangat perlu dicoba
dahulu di ruang kelas untukmemastikan bahwa apakah alat-alat teknis yang
dibutuhkan untukmenjalankan alat audio-visual ini berjalan dengan baik.

2. Matode mengajar yang berpusat pada murid


1) Metode Tanya lawab
Metode ini seperti metode bercerita termasuk metode mengajaryang paling
lama dipakai. Metodeini melibatkan guru dan para murid dalam proses belajar
mengajarkarena pertanyaan dapat diajukan oleh guru kepada murid, muridkepada
guru, dan murid kepada murid. Sebaiknya bila gurumerencanakan dan menulis
lebih dahulu pertanyaan-pertanyaan yangakan diajukan kepada murid. Harus
dihindari pertayaanyungdap"idijawab dengan "ya", "tidak" ataujawaban lain yang
tidal menuntut pikiran.

2) Metode Diskusi Kelompok


Metode diskusi kelompok menyangkut tanya jawab tetapi metodeini maju
kepada pemecahan persoalan oleh kelompok. Metode ini jarangdipakai untuk
anak-anak kecil. Metodeini paling cocok untuk langkah Lihat dan Buat. Setelah
persoalandiajukan oleh guru, murid-murid mulai menganalisa masalah
danmemberikan masukan mereka masing-masing. Dengan pengarahan dariguru
sebagai pemimpin, murid-murid dapat ditolong untukmemecahkan masalah

9
tersebut . Sebaiknya guru terlebih dahulu menyiapkanbeberapa pertanyaan yang
akan memimpin diskusi. Sebagai fasilitatordalam diskusi guru akan berusaha agar
setiap murid sempatmengemukakan pendapatnya dan murid yang ingin
memonopolipembahasan dicegah.

3) Metode "Brainstorming" (sumbang saran)


Metode ini cocok dipakai sebagai Pikat, maupun Lihat dan BuatDimana
murid-murid diberikan kesempatan untuk mengemukakansaran-saran mereka
terhadap suatu tindakan ataupun suatu masalah.Semua saran diterima dan ditulis
pada papan tulis tanpa dikomentariatau dikeritik. Kemudian semua saran
dievaluasi oleh kelompokbersama untuk menentukan saran-saran yang paling
cocok sebagaijawaban atau pemecahan masalah.

4) Metode "Buzz Group"


Buzz Group" ada persamaan dengan "brainstorming" karenametode ini juga
memberikan kesempatan kepada murid untukmenyumbangkan ide-ide mereka
tetapi dalam kelompok yang lebih kecil:antara 2-5 orang. Bergantung pada tujuan,
hasil dari sumbangan paramurid dapat dibagikan dengan seluruh kelas ataupun
hanya dibagikankepada murid lain dalam group kecil.

5) Metode RolePlav
Metode ini memberikan peluang kepada murid-murid untukmemerankan
sebuah situasi dalam hidup manusia tanpa diadakanlatihan lebih dahulu. Biasanya
diadakan oleh 2 orang atau lebih untukmenjelaskan cara bagaimana suatu masalah
akan dipecahkan ataupununtuk mempertunjukkan kenyataan suatu sikap yang
penting daiamhidup sehari-hari.

6) Melo dan Sandiwara


Metode ini adalah suatu cara yang sangat bergttna karena anak-Anak dapat
mengambil bagian dalarnmeitrkiskan melalui drama'sederhana dan singkat
peristiwa-peristiwa dari cerita yang barudidengar. Sandiwara ini dapat dilakukan
secara spontan di dalam kelastanpa latihan. Anak-anak kecil suka sekali
memainkan suatu peristiwa,misalnya cerita tentang Musa memimpin orang Israel
melewati lautmerah atau orang Israel mengelilingi kota Yerikho. Anak-anak

10
yanglebih tua dapat melukiskan cerita dengan lebih sempurna jika
metodediperkembangkan dengan sebaik-baiknya,
7) Metode Pekeriaan Tansan
Metode ini menarik karena dapat disesuaikan dengan setiaptingkatan umur
dan memungkinkan murid-murid berbuat sesuatudengan tangan yang akan
mengingatkan mereka akan pelajaran Al-Qur’an yang baru disajikan. Metode ini
termasuk mewarnai gambar,menggunting dan mengelem ataupun bagi anak-anak
yang lebih besar, Agar metode ini lebih efektif, sambil anak-anakbekerja, guru
menyisipkan penjelasan tambahkan dari pelajaran serta mengajukan pertanyaan
yang mendorong aplikasi dan respons dari paramurid. Suatu keuntungan dari
metode ini ialah bahwa seringkali hasildari pekerjaan tangan dapat dibawa pulang
dan berfungsi sebagaipengulangan pelajaran di rumah ataupun sebagai daya tarik
bagi anggotakeiuarga yang belum percaya kepada Tuhan.

8) Metode Membaca
Anak-anak pratarna yang baru belajar membaca senang mengisibuku pedoman
murid atau lembaran yang memberikan bahan bacaansederhana serta pertanyaan
atau teka-teki yang harus diisi. Anak madyayang lebih mampu dalam hal
membaca dan berpikir dapat mengisi suatupelajaran , rnenulis jawaban Metode
membaca cocokdipakai pada langkah lihat dan buat.

9) Metode Menehafal
Metode ini cocok untuk setiap anak sekolah minggu. Ayat-ayat yang dihafal
harus berhubungan erat dengan pelajaran firman Allah pada hari itu, harus cukup
bermutu dan harus disesuaikan dengankemampuan murid untuk
menghafalkannya. Sebeium ayat dihafal, guruharus menjeiaskan kata-kata yang
sulit dimengerti atau konsep vangjelas dalam ayat itu. Membeo saja tidak
menguntungkan para murid.Terlebih dahulu mereka harus mengerti apa yang
mereka hafalkan. Carayang baik untuk mengajar hafalan ayat akan dijelaskan
dikemudian hari.

10) Metode Musik dan Gerakan Irama


Musik menjadi daya tarik bagi anak-anak dan mereka senangdengan gerak
irama, Karena lagu yang dipelajari dan dinyanyikan seringdiulang-ulangi di

11
Sekolah, maka metode iniberkesinambungan. Lagu-lagu yang dipilih harus cocok
dengan umuranak dipandang dari segi musik, bahkan kata-kata. Lagu juga
yangdipakai dalam Sekolah sebaiknya berhubungan eratdengan pelajaran,
tujuannya dan aplikasinya sehingga pada waktu anak-anak pulang, mereka dengan
mengulangi nyanyian dapat mengingatkembali apa yang baru dipeiajari dalam
kelas. Anak-anak kecil palingsenang dengan gerak irama atau "orkes ritme" yang
terdiri dari alat-alat dapur yang sederhana: kaleng, sendok kayu dan baja,
botol,mangkok plastik, ember kecil, piring, dls. Di kemudian hari musik
dalamSekolah akan dibahas secara lebih lengkap.

12
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Tujuan pengajaran adalah rumusan kemampuan yang diharapkan dimiliki para siswa
setelah menempuh berbagai pengalaman belajar pada akhir pengajaran. Belajar kreatif
dapat diartikan sebagai kemampuan siswa menciptakan hal-hal baru dalam belajarnya
baik berupa kemampuan mengembangkan  kemampuan formasi yang diperoleh dari guru
dalam proses belajar mengajar yang berupa pengetahuan sehingga dapat membuat kom
binasi yang baru dalam belajarnya. terdapat tiga tingkatan dalam belajar kreatif menurut
model triffinger. beberapa teknik dalam mengajar kreatif adalah dengan melakukan
pemanasan, serta pemikiran dan perasaan terbuka.

2. Saran

Demikianlah makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk orang
banyak. Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi, penulis menyadari makalah ini
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun penulis
harapkan agar makalah ini lebih baik lagi dari sebelumnnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Janet Khruns (2005). Mengajar Secara Kreatif .Jurnal Jaffray 1 (1), 90-100, 2005

Munandar, Utami. 2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Munandar, Utami. 1999. Kreativitas dan Keberbakatan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama

http://meilina1515.blogspot.com/2012/12/belajar-dan-mengajar-secara-kreatif.html?m=1

14

Anda mungkin juga menyukai