Anda di halaman 1dari 12

Pengembangan Kelembagaan

Inovasi dalam Pembelajaran Menggunakan KTSP

Mega Septyaputri

070911089

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA Jl.Dharmawangsa Dalam Surabaya 60286

Inovasi dalam Pembelajaran Menggunakan KTSP

Pendahuluan Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib untuk dilakukan baik dari kalangan bawah, menengah dan atas. Pendidikan yang wajib untuk dilakukan adalah wajib belajar sembilan tahun yaitu enam tahun di SD dan tiga tahun di SMP. Pendidikan tidak akan berjalan tanpa adanya kurikulum. Maka, sebagai usaha

untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia telah dilakukan penyesuaian

kurikulum.

Kurikulum merupakan wahana belajar-mengajar yang dinamis sehingga perlu dinilai dandikembangkan secara terus-menerus dan berkelanjutan sesuai dengan perkembanganyang ada dalam masyarakat. Kurikulum yang saat ini dikembangkan dan dianggap cocok dengan pendidikan di Indonesia adalah KTSP, dengan KTSP menuntut kemandirian dari pihak sekolah dan kepala sekolah.Oleh karena itu, akan terjadi berbagai variasi danjenis kurikulum pada setiap satuan pendidikan di setiap sekolah, karena masing-masing mengembangkan kurikulum yang satu sama lain boleh jadiberbeda. Meskipun demikian tetap berpedoman pada Standar Nasional Pendidikan (SNP/PP.No19Tahun 2005) sehingga tetap mengarah pada visi,misi dan tujuan yang sama. Indonesia selama ini telah mengalami berbagai macam perubahan kurikulum.

Kurikulum yang pertama digunakan di Indonesia adalah kurikulum Leer Plan pada tahun 1947, dilanjutkan dengan Rencana Pelajaran Terurai pada tahun1054, kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999, kurikulum 2004 atau yang lebih dikenal dengan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) dan saat ini Indonesia menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

KTSP sebagai kurikulum baru dalam pelaksaannya tentu tidak semudah membalikan telapak tangan. KTSP adalah sebuah model pengembangan kurikulum berbasis sekolah yang menuntut kemandirian guru. Sehingga perlu pengimplementasian yang sungguh-sungguh dan metode yang benar untuk mengimplementasikan KTSP tersebut perlu dijalankan untuk menjadikan pendidikan Indonesia semakin maju menyusul negara tetangga yang telah mendahului.

Pengertian KTSP KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masingmasing satuan pendidikan. KTSP terdiri atas tujuan pendidikantingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuanpendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Pengembangan KTSP yang beragam mengacu pada standar nasionalpendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standarnasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenagakependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaianpendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaituStandar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuanutama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. KTSP berisikan (1) Visi, misi dan tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan; (2) Struktur dan muatan kurikulum; (3) Kalender pendidikan; (4) Silabus mata pelajaran dan (5) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Setiap komponen KTSP perlu dikembangkan sendiri oleh satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar. Pengembangan KTSP memberikan kewenangan dan ruang gerak yang luas kepada sekolah untuk melakukan dan mengembangkan variasi-variasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan keadaan, potensi, dan kebutuhan daerah, serta kondisi siswa.

Karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 10 menyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah berhak mengarahkan, membimbing, dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selanjutnya, pasal 11 Ayat (1) juga menyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. Dengan lahirnya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka wewenang Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan pendidikan di daerah menjadi semakin besar. Lahirnya kedua regulasi tersebut menandai sistem baru dalam penyelenggaraan pendidikan dari sistem sentralistik menjadi desentralistik. Berdasarkan pada

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 50 ayat (2) bahwa pemerintah menentukan kebijakan nasional dan standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional. Standar Nasional Pendidikan (SNP) terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga pendidik dan kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Penetapan SNP digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan. Kurikulum yang disusun di tingkat satuan pendidikan, terutama dalam pengembangan silabus dan pelaksanaannya harus disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi sekolah atau daerah. Dengan demikian, sekolah atau daerah memiliki cukup kewenangan untuk merancang dan menentukan materi ajar, kegiatan pembelajaran, serta penilaian proses dan hasil pembelajaran. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Penyempurnaan kurikulum bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Penyempurnaan kurikulum mengacu pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Untuk mengimplementasikan SNP khususnya tentang standar isi dan standar kompetensi lulusan (SKL), sekolah perlu menyusun kurikulum yang dikenal dengan sebutan KTSP. Dalam pengembangan KTSP dan perangkatnya satuan pendidikan dapat bekerjasama dengan gugus sekolah. KTSP disusun dengan berpedoman pada: (1) Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi; (2) Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL), (3) Permendiknas nomor 24 tahun 2006 junto Nomor 6 tahun 2006 tentang pelaksanaan Permendiknas Nomor 22 dan 23 tahun 2006; (4) Panduan penyusunan KTSP yang diterbitkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Berdasarkan pada Permendiknas Nomor 24 tahun 2006 dan Permendiknas Nomor 6 tahun 2007 bahwa KTSP dapat dilaksanakan mulai tahun pelajaran 2006/2007 dan selambatlambatnya harus sudah dilaksanakan pada tahun pelajaran 2009/2010. Bagi sekolah yang sampai tahun pelajaran 2009/2010 belum melaksanakan KTSP maka harus meminta ijin dari Menteri Pendidikan Nasional.

Prinsip-Prinsip Pengembangan KTSP 1.Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, serta kepentingan peserta didik dan lingkungannya. 2.Beragam dan terpadu. 3.Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. 4.Relevan dengan kebutuhan kehidupan. 5.Menyeluruh dan bersinambungan. 6.Belajar sepanjang hayat. 7.Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

Komponen-Komponen KTSP 1.Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan a.Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untukhidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. b.Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untukhidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. c.Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkankecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, sertaketerampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebihlanjut sesuai dengan kejuruannya. 2.Muatan dan Struktur KTSP Muatan KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dankedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuanpendidikan. Di samping itu, materi muatan lokal dan kegiatan pengembangandiri termasuk ke dalam isi kurikulum. 3. Kalender Pendidikan Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat menyusun kalenderpendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah,kebutuhan peserta didik, dan masyarakat dengan memerhatikan kalenderpendidikan sebagaimana yang dimuat dalam standar isi. 4. Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok matapelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensidasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator,penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar.

Silabusmerupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasarke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, danindikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Langkah-langkah pengembangan silabus adalah :

a.mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar b.mengidentikasi materi pokok/pembelajaran c.mengembangkan kegiatan pembelajaran d.merumuskan indikator pencapaian kompetensi e.penentuan jenis penilaian f.menentukan alokasi waktu g.menentukan sumber belajar.

Perbandingan Kurikulum 1994, Kurikulum 2004, dan KTSP

Sebelum diberlakukannya KTSP, kurikulum yang berlaku di sekolah dasar antara lain Kurikulum 1994 dan Kurikulum 2004 atau sering disebut dengan Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum 1994 merupakan kurikulum yang didesain berdasarkan tujuan pembelajaran. Kurikulum 2004 dan KTSP merupakan kurikulum yang didesain dan dikembangkan berdasarkan kompetensi. Kurikulum 2004 atau KBK merupakan kurikulum yang didesain dan dikembangkan berdasarkan seperangkat kompetensi tertentu, yang terdiri atas Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), Indikator, Hasil Belajar dan Materi Pokok. KTSP pada dasarnya adalah KBK yang dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Standar Isi berisikan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). SK dan KD pada Standar Isi merupakan penyempurnaan SK dan KD pada KBK. Perbandingan KTSP, KBK dan Kurikulum 1994 antara lain pada hal-hal sebagai berikut : ASPEK Pengembang Kurikulum Orientasi Berorientasi pada Berorientasi pada Berorientasi pada KURIKULUM 1994 Pusat Kurikulum KBK Pusat Kurikulum KTSP Satuan pendidikan

tujuan Pendekatan Pembelajaran Berorientasi pada GBPP

kompetensi Dikembangkan oleh pendidik secara mandiri sesuai dengan kebutuhan peserta didik

kompetensi Dikembangkan oleh pendidik secara mandiri sesuai dengan kebutuhan peserta didik

Pengorganisasian Materi

Berpusat pada bidang studi Untuk kelas I dan II pembelajaran tematik. Untuk kelas selanjutnya diarahkan pada keterpaduan Untuk kelas I, II, dan III pembelajar- an tematik. Untuk kelas selanjutnya diarahkan pada keterpaduan

Pendekatan Penilaian

Mengutamakan penilaian hasil pembelajaran

Mengutamakan penilaian proses dan hasil pembelajaran Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Mengutamakan penilaian proses dan hasil pembelajaran Silabus dan Rencana Pelaksa-naan Pembelajaran. (RPP) Penguasaan kompetensi Mengelompokkan, mengelaborasi, mengembangkan berbagai sumber belajar

Perangkat Pembelajaran

Satuan pelajaran dan rencana penga-jaran

Hasil Pendidikan

Pencapaian tujuan

Penguasaan kompetensi

Peran Pendidik

Instruktur

Mengelompokkan, mengelaborasi, mengembangkan berbagai sumber belajar

Kurikulum 1994, KBK dan KTSP memiliki kesamaan-kesamaan sebagai berikut.

a. Penekanan pada membaca, menulis dan berhitung (calistung).

b. Konsep-konsep dan materi pokok (esensial) pada setiap mata pelajaran, menekankan pada pencapaian kompetensi. c. Pengembangan muatan lokal.

Evaluasi dari sistem pembelajaran KTSP Sebagaimana lazimnya sebuah kurikulum, KTSP memiliki kekuatan sekaligus kelemahan. Kekuatan KTSP adalah sebagai sarana untuk mengembangkan kreativitas sekolah dan sarana mengembangkan keunggulan lokal yang dapat mendorong terjadinya proses globalisasi lokal di Indonesia. Sedangkan kelemahan KTSP adalah meninggalkan celah besar dalam upaya pencapaian standar lulusan dan standar kelulusan, di samping KTSP juga menyimpan potensi destruktif yang dapat mengakibatkan disintegrasi bangsa. Gagalnya sistem KTSP Tapi dilihat dalam realitanya pelaksanaan KTSP cenderung gagal dalam pencapaian tujuannya dalam proses pembelajaran. Mengapa saya mengatakan demikian? Karena sejauh ini KTSP yang telah dilaksanakan di wilayah Republik Indonesia, walaupun belum merata karena berbagai faktor, antara lain faktor geografis, bahwa wilayah Indonesia yang berbentuk kepulauan menjadi hambatan tersendiri, faktor lain adalah kesiapan sekolah dalam mengimplementasi KTSP. Kecenderungan selama ini bahwa sekolah hanya mengharapkan kurikulum dari pusat telah menimbulkan sikap ketergantungan yang kuat, sehingga kemandirian apalagi kreativitas belum tumbuh, tentu menjadi hambatan tersendiri. Perlu dicatat bahwa seturut dengan lahirnya KTSP, pemerintah masih menggunakan Ujian Nasional untuk mengukur mutu, sekaligus menentukan kelulusan siswa.Padahal dalam KTSP tidak dikenal Ujian Nasional, karena namanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan kurikulum yang dikembangkan dari kebutuhan dan karakteristik sekolah. Persoalan semakin intens ketika dihubungkan dengan kepentingan bangsa dalam hubungan dengan nation character building. Justru, kalau mau jujur KTSP menciptakan gap antar daerah dan berpotensi menimbulkan disintegrasi bangsa. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sebagai kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan diharuskan dapat memenuhi standar nasional pendidikan. Walaupun dikembangkan sendiri oleh masing-masing sekolah sesuai dengan karakteristik, dan kebutuhan sekolah namun harus mengacu pada standar isi yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan. Menurut Panduan penyusunan KTSP, Standar Isi (SI) mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai

kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Termasuk dalam SI adalah: kerangka dasar dan struktur kurikulum, standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) setiap mata pelajaran pada setiap semester dari setiap jenis dan jenjang pendidikan dasar dan menengah. SI ditetapkan dengan Kepmendiknas No. 22 Tahun 2006. Pemahaman yang dapat dibangun dari rumusan panduan di atas adalah, antara standar isi dan standar kelulusan jelas memiliki korelasi, bahwa standar isi memberikan arahan bagi pengembangan silabus di tingkat sekolah yang selanjutnya diharapkan dapat mencapai standar kompetensi lulusan. Persoalannya adalah, apakah antara pengembangan silabus dan standar kompetensi lulusan juga masih memiliki tingkat kesesuaian yang tinggi. Sebab, bukankah dengan menyerahkan kewenangan kepada sekolah untuk mengembangkan silabusnya sendiri merupakan sebuah mekanisme yang justru meninggalkan lubang menganga. Persoalan semakin intens ketika pemerintah masih menggunakan Ujian Nasional(UN) sebagai alat satu-satunya untuk mengukur kompetensi lulusan. Padahal mekanisme ini sendiri masih belum sesuai dengan aturan. Sebagaimana dinyatakan dalam ketentuan PP 19/2005 Pasal 72 Ayat (1), "Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah: a.menyelesaikan seluruh program pembelajaran; b.memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan; c.lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; dan d. lulus Ujian Nasional

Merujuk pada aturan di atas, maka dari segi implementasi, belum sesuai dengan aturan, yang mana hanya menggunakan UN sebagai patokan dalam menentukan kelulusan siswa. Pada pihak lain masih pasal yang sama ayat (2), "Kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan ditetapkan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan sesuai dengan kriteria yang dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri". Di sini nampak belum

konsistennya pemerintah, pada satu sisi menyerahkan tanggungjawab kepada pihak sekolah, tetapi pada pihak yang lain pemerintah ikut menentukan kelulusan. Pertanyaannya adalah apakah antara standar kelulusan yang ditentukan pihak pemerintah (BSNP) realistis dengan proses pembelajaran yang berlangsung di masing-masing sekolah di seluruh Indonesia. Apakah dari segi standar isi (SI) telah dipenuhi oleh seluruh sekolah di Indonesia sehingga dalam hal standar kelulusan pun (melalui UN) diberlakukan sama. Jadi, kalau mau jujur secara substansial dalam KTSP tidak dikenal UN, sebab pengembangan standar isi oleh sekolah-sekolah menurut karakteristik, potensi daerah, dan kebutuhan-kebutuhan daerah, bukan diarahkan kepada pencapaian standar kompetensi lulusan, sebagaimana yang diukur hanya melalui UN.

Solusi Kelemahan KTSP hanya dapat diatasi dengan konsisten menjalankan Pasal 72 PP 19/2005 dan mengimplementasikan pendidikan mukltikultural.

Daftar Pustaka

1. http://www.scribd.com/doc/50287820/jurnalI diakses pada 1 Juli 2011 2. http://www.scribd.com/doc/34779195/4/A-Pengertian-KTSP diakses pada 1 Juli 2011 3. http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/1963033119880 31-NANANG_PRIATNA/KTSP.pdf diakses pada 1 Juli 2011 4. http://www.scribd.com/doc/47304764/Bahan-Cetak-POLA-PEMBINAANIMPLEMENTASI-KTSP diakses pada 1 Juli 2011

Anda mungkin juga menyukai