Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Teori pembelajaran merupakan penyedia panduan bagi pengajar untuk membantu
siswa didik dalam mengembangkan kognitif, emosional, sosial, fisik, dan spiritual. Panduan-
panduan tersebut adalah kejelasan informasi yang mendeskripsikan tujuan, pengetahuan yang
diperlukan, dan unjuk kerjaan itu penting. Hal ini adalah untuk mengantisipasi perubahan
yang terjadi di dunia pendidikan. Ada dua perubahan yang perlu diantisipasi, yaitu perubahan
yang sifatnya sedikit demi sedikit (piecemeal) dan yang bersifat sistemik (systemic). Jadi
teori pembelajaran itu penting sebagai suatu dasar pengetahuan yang memandu praktek
pendidikan: “bagaimana memfasilitasi belajar” dalam dunia pendidikan yang senantiasa
berubah, terlebih dalam cakupan yang sistemik.
Praktek pembelajaran adalah suatu subsistem yang merupakan bagian dari sebuah
sistem. Jika dalam sebuah perjalanan, sistemnya berubah, maka subsistemmnya pasti
berubah, oleh karena masing-masing kebutuhan subsistem harus memiliki titik temu dengan
sistemnya supaya sistem tersebut dapat mendukung subsistem secara berkelanjutan. Jadi
perubahan sistemik yang terjadi pada sistem pembelajaran mesti diikuti oleh perubahan
sistemik pada subsistem teori pembelajaran. Perubahan teori pembelajaran harus diikuti oleh
perubahan paradigma pembelajaran.

Alur berpikir diatas terbangun dari sejarah perkembangan teori pembelajaran.


Sebelum para tokoh psikologi membangun dan menemukan teori belajar kognitif, terlebih
dahulu sudah terdapat beberapa teori pembelajaran yang telah muncul dan berkembang.
Namun teori pembelajaran yang ada saat itu mereka anggap masih kurang sempurna, hingga
akhirnya menginspirasikan beberapa tokoh psikologi untuk menyikapi kekurangan-
kekurangan dari beberapa teori belajar yang lebih awal yang dianggap masih ada beberapa
celah kekurangan, yang diantaranya adalah teori behavioristik. hal ini juga berlaku untuk
teori pembelajaran kognitif itu sendiri. Seiring berkembangnya zaman selanjutnya pasti akan
ditemukan kekurangan-kekurangan dari teori kognitif ini dalam menjawab tuntutan zaman.
Hal tersebut sekaligus memberikan inspirasi bagi tokoh psikologi (di era selanjutnya) untuk
mengkonstruksi teori baru yang lebih mampu untuk menjawab tuntutan zaman.

1
B.     Rumusan Masalah
1. Apa pengertian belajar kognitif ?
2. Siapa tokoh-tokoh pada teori belajar kognitif, dan apa pemikirannya?
3. Apa saja kelebihan dan kelemahan teori belajar kognitif?
4. Apa ssajakah macam macam teori kognitif ?

C.     Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pengertian belajar kognitif
2. Mengetahui tokoh-tokoh pada teori belajar kognitif
3. Menetahui kelebihan dan kelemahan teori belajar kognitif
4. Mengetahi macam-macam teori kognitif

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Belajar Kognitif

 Pengertian Belajar
Belajar merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang penting, dalam upaya
mempertahankan hidup dan mengembangkan diri. Melalui belajar seseorang dapat
memahami sesuatu konsep yang baru, dan atau mengalami perubahan tingkah laku, sikap,
dan ketrampilan. Pernyataan di atas didukung oleh Gagne dalam buku Ratna Wilis bahwa
(1988:12-13)“ Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme
berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.” Kutipan diatas dapat diartikan bahwa
belajar membutuhkan waktu yang lama dan melalui proses perubahan perilaku dan pola pikir
dari seseorang.
Belajar menurut Drs. Bambang Warsita bahwa (2008:87)“ Belajar merupakan suatu
kumpulan proses yang bersifat individu, yang mengubah stimulasi yang datang dari
lingkungan seseorang ke dalam sejumlah informasiyang selanjutnya dapat menyebabkan
adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang.” Menurut Prof. Dr. Made Pidarta,
belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat relatif permanen sebagai hasil pengalaman
(bukan hasil perkembangan, pengaruh obat atau kecelakaan) dan bisa melaksanakanya pada
pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikanya kepada orang lain.
Berdasarkan beberapa pengertian belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa pada
dasarnya belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku dan pola pikir baik yang berupa
pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap, dimana perubahan- perubahan yang
dialami bersifat relatif permanen atau jangka panjang yang merupakan hasil dari pengalaman
hidup manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan.

 Pengertian Teori Belajar


Teori menurut Ratna Wilis (1988:5) menyatakan bahwa “ Teori-teori berarti sejumlah
proposisi-proposisi yang terintegrasi secara sintatik (artimya, kumpulan proposisi ini
mengikuti aturan-aturan tertentu yang dapat menghubungkan secara logis proposisi yang satu
dengan proposisi yang lain dan pada data yang diamati) dan yang digunakan untuk
memprediksi dan menjelaskan peristiwa-peristiwa yang diamati”. Sedangkan pengertian
belajar seperti yang sudah diuraikan di atas bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan

3
perilaku yang berasal dari hasil pengalaman. Jadi, belajar sebagai suatu proses berfokus pada
apa yang terjadi ketika belajar berlangsung. Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan
teori-teori belajar. Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana orang dan
hewan belajar, sehingga membantu kita memahami proses kompleks inheren pembelajaran.
http://belajarpsikologi.com/macam-macam-teori-belajar/
Berdasarkan pengertian- pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa teori belajar
merupakan suatu upaya yang dilakukan seseorang untuk membantu dalam memahami pada
saat proses pembelajaran. Jadi, teori belajar merupakan proses dimana dalam proses belajar
menghasilkan pengajaran yang baik, manjemen yang baik dengan menggunakan teori
belajaryang relevan, sesuai dan disukai sehingga tujuan belajar yang diinginkan bisa tercapai.

 Pengertian Teori Belajar kognitif


Salah satu teori belajar yang dikembangkan selama abad ke-20 adalah teori belajar
kognitif, yaitu teori belajar yang melibatkan proses berfikir secara komplek dan
mementingkan proses belajar. Menurut Drs. H. Baharuddin dan Esa Nur wahyuni (2007: 89)
yang menyatakan” aliran kognitif memandang kegiatan belajar bukan sekedar stimulus da
respons yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar juga melibatkan
kegiatan mental yang ada di dalam individu yang sedang belajar”. Kutipan tersebut di atas
berarti bahwa belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat dan
menggunakan perilaku, sehingga perilaku yang tampak pada manusia tidak dapat diukur dan
diamati tanpa melibatkan proses mental seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan dan lain
sebagainya.
Teori belajar kognitif menurut Drs. Bambang Warsita yang beranggapan bahwa”
Belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh
pemahaman”. Maksudnya bahwa belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang
tidak selalu dapat dilihat sebagai tingkah laku. Dimana teori ini menekankan pada gagasan
bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dalam kontek situasi secara
keseluruhan.
Seperti juga di ungkapkan oleh Winkel (1996:53) bahwa “Belajar adalah suatu
aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai
sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif dan berbekas.”
(http://hasanahworld.wordpress.com/2009/03/01/teori-belajarkognitif/). Hal ini berarti

4
bahwa perubahan yang terjadi dipengaruhi oleh pengalaman hidup yang dialami oleh
manusia, dimana pengalaman tersebut bersifat relatif menjadi proses belajar yang membekas
dalam fikiran manusia. Selain itu teori belajar kognitif memandang “belajar sebagai proses
pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan
memahami stimulus yang datang dari luar. Aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan
pada proses internal berfikir, yakni proses pengolahan informasi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha
yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses
interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk
pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan
berbekas.

B. Tokoh – tokoh Teori Belajar Kognitif

Tokoh-tokoh aliran kognitif di antaranya adalah Thorndike,Watson, Clark L. Hull, Edwin


Guthrie, dan Skinner. Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran kognitivisme,
antara lain:

1. Piaget
Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetika, yaitu proses
yang didasarkan atas mekanisme biologis, yaitu perkembangan system syaraf. Dengan
bertambahnya umur maka susunan syaraf seseorang akan semakin kompleks dan
memungkinkan kemampuannya akan semakin meningkat. Jean Piaget meneliti dan menulis
subjek perkembangan kognitif ini dari tahun 1927 sampai 1980. Berbeda dengan para ahli-
ahli psikologi sebelumnya, Piaget menyatakan bahwa cara berpikir anak bukan hanya kurang
matang dibandingkan dengan orang dewasa karena kalah pengetahuan , tetapi juga berbeda
secara kualitatif. Menurut penelitiannya juga bahwa tahap-tahap perkembangan individu
/pribadi serta perubahan umur sangat mempengaruhi kemampuan belajar individu.

Piaget mengembangkan teori perkembangan kognitif yang cukup dominan selama


beberapa dekade. Dalam teorinya Piaget membahas pandangannya tentang bagaimana anak
belajar. Menurut Jean Piaget, dasar dari belajar adalah aktivitas anak bila ia berinteraksi
dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya. Pertumbuhan anak merupakan suatu
proses sosial. Anak tidak berinteraksi dengan lingkungan fisiknya sebagai suatu individu

5
terikat, tetapi sebagai bagian dari kelompok sosial. Akibatnya lingkungan sosialnya berada
diantara anak dengan lingkungan fisiknya. Interaksi anak dengan orang lain memainkan
peranan penting dalam mengembangkan pandangannya terhadap alam. Melalui pertukaran
ide-ide dengan orang lain, seorang anak yang tadinya memiliki pandangan subyektif terhadap
sesuatu yang diamatinya akan berubah pandangannya menjadi obyektif.
Proses belajar haruslah di sesuaikan dengan perkembagan syaraf seorang anak, dengan
bertambahnya umur maka susunan saraf seorang akan semakin kompleks dan memungkinkan
kemampuannya semakin meningkat. Karena itu proses belajar seseorang akan mengikuti pola
dan tahap perkembangan tertentu sesuai dengan umurnya. Perjenjangan ini bersifat hierarki,
yaitu melalui tahap-tahap tertentu sesuai dengan umurnya. Seseorang tidak dapat
mempelajari sesuatu yang diluar kemampuan kognitifnya.Dalam perkembangan intelektual
ada tiga hal penting yang menjadi perhatian Piaget yaitu :
a) Struktur, Piaget memandang ada hubungan fungsional antara tindakan fisik, tindakan
mental dan perkembangan logis anak-anak. Tindakan (action) menuju pada operasi-
operasi dan operasi-operasi menuju pada perkembangan struktur-struktur.
b) Isi, merupakan pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang
diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapinya.
·     Fungsi, Adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan intelektual.
Menurut Piaget perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu organisasi dan
adaptasi. Organisasi memberikan pada organisme kemampuan untuk mengestimasikan atau
mengorganisasi proses-proses fisik atau psikologis menjadi sistem-sistem yang teratur dan
berhubungan. Adaptasi, terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi
dan akomodasi.

 Menurut Pieget, proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu asimilasi,
akomodasi dan equilibrasi.
1. Asimilasi, adalah proses penyatuan informasi baru ke struktur kognitif yang sudah
ada dalam benak siswa.
2. Akomodasi, adalah proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru.
3. Equilibrasi, adalah proses penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan
akomodasi.
Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk
melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman

6
sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan
rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif,
mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan

 Menurut Piaget aspek perkembangan kognitif meliputi empat tahap yaitu:

1. Sensory-motoric (sensori-motor)
Selama perkembangan dalam periode ini berlangsung sejak anak lahir sampai usia 2
tahun, intelegensi yang dimiliki anak tersebut masih berbentuk primitif dalam arti masih
didasarkan pada perilaku terbuka. Meskipun primitif dan terkesan tidak penting, intelegensi
sensori-motor sesungguhnya merupakan intelegensi dasar yang amat berarti karena ia
menjadi pondasi untuk tipe-tipe intelegensi tertentu yang akan dimiliki anak tersebut kelak.

2. Pre operational (praoperasional)


Perkembangan ini bermula pada saat anak berumur 2-7 tahun dan telah memiliki
penguasaan sempurna mengenai objek permanence, artinya anak tersebut sudah memiliki
kesadaran akan tetap eksisnya suatu benda yang ada atau biasa ada, walaupun benda tersebut
sudah ia tinggalkan atau sudah tak dilihat dan tak didengar lagi. Jadi, padangan terhadap
eksistensi benda tersebut berbeda dari pandangan pada periode sensori-motor, yakni tidak
lagi bergantung pada pengamatan belaka

3. Concrete operational (konkret-operasional)


Tahap concrete – operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun. Tahap ini dicirikan
dengan anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis. Anak sudah tidak
memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif.
·     
4. Formal operational (formal-operasional)
Dalam perkembngan formal operasional, anak yang sudah menjelang atau sudah
menginjak masa remaja, yakni usia 11-15 tahun, akan dapat mengatasi masalah keterbatasan
pemikiran. Dalam pperkembangan kognitif akhir ini seorang remaja telah memiliki
kemampuan mengkoordinasikan baik secara simultan (serentak) maupun berurutan dua
ragam kemampuan kognitif, yakni:
 kapasitas menggunakan hipotesis

7
 kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak
Dalam dua macam kemampuan kognitif yang sangat berpengaruh terhadap kualiatas
skema kognitif itu tentu telah dimiliki oleh orang-orang dewasa. Oleh karenanya, seorang
remaja pelajar yang telah berhasil menempuh proses perkembangan formal operasional
secara kognitif dapat dianggap telah mulai dewasa.

 Implikasi Teori Pieget untuk Pendidikan


Para pendidik memandang bahwa teori Pieget itucdapat dipakai sebagai dasar
pertimbangan guru di dalam menyusun struktur dan urutan mata pelajaran di dalam
kurikulum. Hunt mempraktekkan di dalam program pendidikan TK yang menekankan pada
perkembangan sensori motoris dan proeperasional. Misalnya belajar menggambar, mengenal
benda, dan menghitung.
Seorang guru yang tidak memperhatikan tahapan-tahapan perkembangan kognitif
anak ini akan cenderung menyulitkan siswa. Contoh, mengajarkan konsep-konsep abstrak
tentang Shalat kepada sekelompok siswa kelas dua SD, tanpa adanya usaha untuk
mengkongkretkan konsep-konsepp tersebut, tidak hanya sia-sia, tetapi justru akan lebih
membingungkan siswa.
Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget Dalam Pembelajaran, adalah :
a. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru
mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
b. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan
baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-
baiknya.
c. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.

Teori belajar Piaget dalam aplikasi praktisnya mementingkan keterlibatan siswa dalam
proses belajar mengajar, karena hanya dengan melibatkan atau mengaktifkan siswa, maka
proses asimilasi dan akoomodasi pengetahuan dapat terjadi dengan baik. Secara umum
pengaplikasian teori piaget dalam kegiatan pembelajaran biasanya mengikuti pola berikut :
a. Menentukan tujuan-tujuann instruksional
b. Memilih amteri pelajaran
c. Menentukan topic-topik yang mungkin dipelajari secara aktif oleh siswa (dengan
bimbingan minimum dari guru

8
d. Menentukan dan merancang kegiatan belajar yang cocok untuk topic-topik yang akan
dipelajari siswa
e. Mempersiapkan berbagai pertanyaan yang dapat memacu kreativitas siswa untuk
berdiskusi atau bertanya.
f. Mengevaluasi proses dan hasil belajar.

 Kritik terhadap teori Pieget


Kebanyakan ahli psikologi sepenuhnya menerima prinsip-prinsip umum Piaget bahwa
pemikiran anak-anak pada dasarnya berbeda dengan pemikiran orang dewasa, dan jenis
logika anak-anak itu berubah seiring dengan bertambahnya usia. Namun, ada juga peneliti
yang meributkan detail-detail penemuan Piaget, terutama mengenai usia ketika anak mampu
menyelesaikan tugas-tugas spesifik.
Pada sebuah studi klasik, McGarrigle dan Donalson (1974) menyatakan bahwa anak
sudah mampu memahami konservasi (conservation) dalam usia yang lebih muda daripada
usia yang diyakini oleh Piaget. Studi lain yang mengkritik teori Piaget yaitu bahwa anak-anak
baru mencapai pemahaman tentang objek permanence pada usia di atas 6 bulan. Balillargeon
dan De Vos (1991) 104 anak diamati sampai mereka berusia 18 tahun, dan diuji dengan
berbagai tugas operasional formal berdasarkan tugas-tugas yang dipakai Piaget, termasuk
pengujian hipotesa. Mayoritas anak-anak itu memang belum mencapai tahap operasional
formal. Hal ini sesuai dengan studi-studi McGarrigle dan Donaldson serta Baillargeon dan
DeVos, yang menyatakan bahwa Piaget terlalu meremehkan kemampuan anak-anak kecil dan
terlalu menilai tinggi kemampuan anak-anak yang lebih tua.

Langkah-langkah pembelajaran dalam merancang pembelajaran menurut Piaget,


antara lain:
1) menentukan tujuan pembelajaran;
2)memilih materi pembelajaran;
3) menentukan topik-topik yang dapat dipelajari oleh peserta didik;
4) menentukan dan merancang kegiatan pembelajaran sesuai topik;
5) mengembangkan metode pembelajaran;
6) melakukan penilaian proses dan hasil peserta didik.

9
2. David Ausubel
Menurut Ausubel dalam buku karya Drs. Bambang Warsita bahwa “belajar haruslah
bermakna, materi yang dipelajari diasimilasi secara nonarbitrer dan berhubungan dengan
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya”(2008:72). Hal ini berari bahwa pembelajaran
bermakna merupakan suatu proses yang dikaitkan dengan informasi baru pada konsep-konsep
relevan yang terdapat dalam struktur kognitif peserta didik. Dimana Proses belajar tidak
sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta saja, tetapi merupakan kegiatan yang
menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh sehingga konsep
yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Jadi guru harus
menjadi perancang pembelajaran dan pengembang program pembelajaran dengan berusaha
mengetahui dan menggali konsep-konsep yang dimiliki peserta didik dan membantu
memadukan secara harmonis dengan pengetahuan baru yang dipelajari.

Langkah-langkah pembelajaran bermakna menurut Ausebel,dalam merancang


pembelajaran antara lain:
 menentukan tujuan pembelajaran;
 melakukan identifikasi peserta didik;
 memilih materi pembelajaran sesuai karakteristik peserta didik dan mengaturnya
dalam bentuk konsep inti;
 menentukan topik peserta didik dalam bentuk advance organizers;
 mengembangkan bahan belajar untuk dipelajari peserta didik;
 mengatur topik pembelajaran dari yang sederhana ke kompleks;
 melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.

3. Jerome Bruner
Berdasarkan Drs. Wasty Soemanto (1997:127) dan Drs. Bambang warsita(2008:71)
dimana Jarome Bruner mengusulkana teori yang disebutnya free discovery learning.Teori ini
bertitik tolak pada teori kognitif, yang menyatakan belajar adalah perubahan persepsi dan
pemahan. Maksudnya, teori ini menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik
dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan
termasuk konsep, teori, ide, definisi dan sebagainya melalui contoh-contoh yang
menggambarkan atau mewakili aturan yang menjadi sumbernya.

10
Keuntungan belajar menemukan : Menimbulkan rasa ingin tahu siswa sehingga dapat
memotivasi siswa sehingga dapat menemukan jawabannya. Menimbulkan keterampilan
memecahkan masalahnya secara mandiri dan mengharuskan siswa untuk menganalisis dan
memanipulasi informasi. Menurut Burner ada tiga tahap perkembangan kognitif seseorang
yang ditentukan oleh cara melihat lingkungan, antara lain: tahap pertama enaktif yaitu peserta
didik melakukan aktivitas dalam usaha memahami lingkungan; tahap kedua, ikonik yaitu
peserta didik melihat dunia melalui gambar dan visualisasi verbal; tahap yang ketiga,
simbolok yaitu peserta didik mempunyai gagasan abstrak dimana komunikasi dibantu sistem
simbolik.

Langkah-langkah pembelajaran dalam merancang pembelajaran menurut Bruner


antara lain:
1) menentukan tujuan pembelajaran;
2) melakukan identifikasi peserta didik;
3) memilih materi pembelajaran;
4) menentukan topik secara induktif;
5) mengembangkan bahan belajar untuk dipelajari peserta didik;
6) mengatur topik pembelajaran dari yang sederhana ke kompleks;
7) melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.

4. Albert Bandura
Bandura berpendapat tentang teori kognitif sosial. Seperti yang dijelaskan dalam buku
karya John W. Santrock (2007:285) yang menyatakan bahwa teori Kognitif Sosial (Social
Cognitive Theory) merupakan faktor sosial dan kognitif dan juga faktor perilaku, memainkan
peran penting dalam pembelajaran. Hal ini berarti bahwa faktor kognitif berupa ekspektasi
murid untuk meraih keberhasilan sedangkan faktor sosial mencakup pengamatan murid
terhadap perilaku orang tuanya. Jadi menurut Bandura antara faktor kognitif/person, faktor
lingkungan dan faktor perilaku mempengaruhi satu sama lain dan faktor-faktor ini bisa saling
berinteraksi untuk mempengaruhi pembelajaran. Faktor kognitif mencakup ekspektasi,
keyakinan, strategi, pemikiran dan kecerdasan.

5. Kurt Lewin
Yang juga merupakan tokoh teori belajar kognitif adalah Kurt Lewin yang menyatakan
tentang teori belajar medan kognitif (cognitive-field learning theory). Seperti yang di jelaskan

11
oleh Nana Sudjana dalam bukunya yang menjelaskan bahwa dalam teori belajar medan
kognitif, “belajar didefinisikan sebagaai proses interaksional dimana pribadi menjangkau
wawasan-wawasan baru dan atu merubah sesuatu yang lama”(1991:97). Hal ini berarti bahwa
seseorang harus peduli dengan diri mereka sendiri dan juga dengan orang lain, dengan belajar
secara afektif sehingga diharapkan mereka atau seorang guru bisa mengerti dengan dirinya
sendiri dan dapat melaksanakan tugas dengan lebih baik selain itu juga mengembangkan
sistem psikologis yang bermanfaat dalam berurusan dengan anak-anak dan pemuda dalam
ssituasi belajar.

C. Belajar Sebagai Proses Kognitif


Teori kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan dengan proses belajar. Kognisi
adalah kemampuan psikis atau mental manusia yang berupa mengamati, melihat, menyangka,
memperhatikan, menduga dan menilai. Dengan kata lain, kognisi menunjuk pada konsep
tentang pengenalan. Teori kognitif menyatakan bahwa proses belajar terjadi karena ada
variabel penghalang pada aspek-aspek kognisi seseorang (Mulyati, 2005)

Teori belajar kognitiv lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu
sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu
belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar adalah perubahan persepsi
dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan
tingkah laku yang bisa diamati.

Dari beberapa teori belajar kognitif diatas (khusunya tiga di penjelasan awal) dapat
pemakalah ambil sebuah sintesis bahwa masing masing teori memiliki kelebihan dan
kelemahan jika diterapkan dalam dunia pendidikan juga pembelajaran. Jika keseluruhan teori
diatas memiliki kesamaan yang sama-sama dalam ranah psikologi kognitif, maka disisi lain
juga memiliki perbedaan jika diaplikasikan dalam proses pendidikan.

Sebagai misal, Teori bermakna ausubel dan discovery Learningnya bruner memiliki
sisi pembeda. Dari sudut pandang Teori belajar Bermakna Ausubel memandang bahwa
justeru ada bahaya jika siswa yang kurang mahir dalam suatu hal mendapat penanganan
dengan teori belajar discoveri, karena siswa cenderung diberi kebebasan untuk
mengkonstruksi sendiri pemahaman tentang segala sesuatu. Oleh karenanya menurut teori
belajar Bermakna guru tetap berfungsi sentral sebatas membantu mengkoordinasikan

12
pengalaman-pengalaman yang hendak diterima oleh siswa namun tetap dengan koridor
pembelajaran yang bermakna.

Dari poin diatas dapat pemakalah ambil garis tengah bahwa beberapa teori belajar
kognitif diatas, meskipun sama-sama mengedepankan proses berpikir, tidak serta merta dapat
diaplikasikan pada konteks pembelajaran secara menyeluruh. Terlebih untuk menyesuaikan
teori belajar kognitif ini dengan kompleksitas proses dan sistem pembelajaran sekarang maka
harus benar-benar diperhatikan antara karakter masing-masing teori dan kemudian
disesuakan dengan tingkatan pendidikan maupun karakteristik peserta didiknya.

D. Gagasan-Gagasan Kunci di Dalam Psikologi Kognitif dalam konteks pendidikan.

Kognisi umumnya bersifat adaptif, namun tidak semua kasus. Evolusi telah membantu
kita dengan baik dalam membentuk perkembang perangkat kognitif yang sanggup
menangkap secara kuat rangsangan dari lingkungan. Perangkat kognitif ini membuat kita
mampu untuk memahami rangsangan internal yang membuat sebagian besar informasi bisa
tersedia bagi kita. Kita bisa memahami, belajar, mengingat, menalar dan memecahkan
masalah dengan keakuratan tinggi. Rangsangan apapun dapat memecahkan perhatian kita
dengan mudah dari memproses informasi dengan benar. Namun begitu, proses-proses sama
yang membawa kita kepada pemahaman, pengingatan, dan penalaran akurat dikebanyakan
situasi bisa juga membawa kita pada situasi kebingunan. Proses memori dan penalaran kita,
rentan terhadap kekeliruan sistematik tertentu yang dikenal dengan baik. Contoh, kita
cenderung menilai secara berlebihan  informasi yang mudah kita terima, bahkan kita
melakukan kekeliruan ini ketika informasi tersebut sama sekali tidak relevan dengan
persoalan yang sedang dihadapi.

Proses kognitif berinteraksi satu sama lain termasuk denga proses-proses non-
kognitif. Meskipun para psikolog kognitif sering kali mengisolasi fungsi dari proses-proses
kognitif tertentu. Contoh proses-proses memori bergantung pada proses-proses persepsi. Apa
yang anda ingat , sebagian bergantung kepada yang anda pahami. Dengan cara yang sama,
proses berfikir bergantung sebagian kepad proses memori, contoh  Anda tidak bisa
merefleksikan apa yang anda ingat. Proses-proses kognitif juga berinteraksi dengan proses-
proses non-kognitif, contohnya anada bisa belajar lebih baik ketika termotivasiuntuk belajar.
Walaupun demikian pembelajaran anda tampaknya akan melemah jika merasa anda merasa

13
jengkel terhadap sesuatu dan tidak bis berkonsentrasi pad atugas pembelajaran yang sedang
dihadapi.

Salah satu wilayah psikologi kognitif yang paling menarik dewasa ini adalah saling
berkaitan antara analisis yang kognitif dan biologis. Contohnya menjadi mungkin untuk
menentukan tempat aktifitas didalam otak yang berkaitan dengan jenis-jenis proses kognitf.
Akan tetapi kita tidak boleh langsung mengasumsikan kalau aktifitas biologis adalah
penyebabutama aktifitas kognitif. Riset justru menunjukkan bahwa proses pembelajaranlah
yang menyebabkan perubahan-perubahan di dalam otak. Dengan kata lain proses-proses
kognitif dapat mempengaruhi struktur-struktur biologis sama seperti struktur biologis
mempengaruhi proses kognitif. Sistem kognitif tidak bekerja secara terisolasi, namun bekerja
dengan sistem lain.

Kognisi perlu dipelajari lewat beragam metode ilmiah. Semua proses kognitif perlu
dipelajari lewat beragam operasi yang saling melengkapi. Artinya beragam metode studi
untuk mencari suatu pemahaman umum. Semakin banyak perbedaan jenis teknik yang
mengarah kepada kesimpulan yang sama, semakin tinggi keyakinan yang bisa kita miliki
mengenai kesimpulan tersebut. Contohnya, studi-studi tentang waktu reaksi, tingkat
kekeliruan dan pola perbedaan individual, semua mengarah pada kesimpulan yang sama.

E.Prinsip-Prinsip Teori Belajar Kognitif


Berdasarkan pendapat dari Drs. Bambang Warsita (2008:89) yang menyatakan tentang
prinsip- prinsip dasar teori kognitivisme, antara lain:

 Pembelajaran merupakan suatu perubahan status pengetahuan


 Peserta didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran
 Menekankan pada pola pikir peserta didik
 Berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan
informasi dalam ingatannya
 Menekankan pada pengalaman belajar, dengan memandang pembelajaran sebagai
proses aktif di dalam diri peserta didik
 Menerapkan reward and punishment
 Hasil pembelajaran tidak hanya tergantung pada informasi yang disampaikan guru,
tetapi juga pada cara peserta didik memproses informasi tersebut.

14
F. Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Kognitif

Setiap teori belajar tidak akan pernah sempurna, demikian pula dengan teori belajar
kognitif. Di samping memiliki kelebihan – kelebihannya ada pula kelemahan –
kelemahannya. Berikut adalah beberapa kelebihan dan kelemahan teori kognitif menurut
http://alhafizh84.wordpress.com/2010/10/15/teori-belajar-kognitif/, antara lain:

Kelebihan Teori Belajar Kognitif

a. Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri.

Dengan teori belajar kognitif siswa dituntut untuk lebih kreatif karena mereka tidak
hanya merespon dan menerima rangsangan saja, tapi memproses informasi yang diperoleh
dan berfikir untuk dapat menemukan ide-ide dan mengembangkan pengetahuan. Sedangkan
membuat siswa lebih mandiri contohnya pada saat siswa mengerjakan soal siswa bisa
mengerjakan sendiri karena pada saat belajar siswa menggunakan fikiranya sendiri untuk
mengasah daya ingatnya, tanpa bergantung dengan orang lain dengan.

b. Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah


Teori belajar kognitif membantu siswa memahami bahan ajar lebih mudah karena
siswa sebagai peserta didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran yang
berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi
dalam ingatannya. Serta Menekankan pada pola pikir peserta didik sehingga bahan ajar yang
ada lebih mudah dipahami.

Kelemahan Teori Belajar kognitif


a. Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
b. Sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut.
c. Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum
tuntas.

15
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Belajar kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur- unsur kognisi,
terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar.
Aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal berfikir, yakni proses
pengolahan informasi. Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu
proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia.

B.Saran
Teori perkembangan ini telah sedikit banyak memberi panduan kepada seluruh 
stakeholder pendidikan, khususnya praktisi pendidikan, tentang perkembangan yang dilalui
oleh seseorang anak didik dan setiap anak didik tersebut adalah berbeda dari segi
perkembangan kognitifnya yang kemungkinan dipengaruhi oleh faktor-faktor internal
maupun eksternal mereka seperti bakat, lingkungan, makanan, kecerdasan dan sebagainya.

16
DAFTAR PUSTAKA

 Budiningsih C. Asri, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Yogyakarta , 2004.


 F. Hill, Winfred, Theories Of Learning; Teori- Teori Pembelajaran, Alih Bahasa M.
Khozim, Nusa Media, Bandung, 1990.
 Mulyati,  Psikologi Belajar, Andi, Surakarta, 2005.
 Stenberg, Robert J. Psikologi Kognitif Edisi Keempat, Pustaka pelajar, Yogyakarta,
2008.
 Seivert, Kelvin, Manajemen Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan, IRCiSoD
Yogyakarta, 2008.
 Rifai, Achmad dan Tri Anni, Catharina. Psikologi Pendidikan. Unnes Press,
Semarang, 2009.

17

Anda mungkin juga menyukai