Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SOSIALISASI KELUARGA, SEKOLAH, DAN KELOMPOK


TEMAN SEBAYA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur


Mata Kuliah : Sosiologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Mualamatul Musawamah, M.S.I.

Disusun Oleh
Kelompok 02 :
1. Mia 1810110122
2. Umroh Mahfudhoh 1810110123
3. Amila Noor Khikmah 1810110124

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


FAKULTAS TARBIYAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat, hidayah, dan inayahnya, makalah ini dapat terselesaikan dalam waktu yang tepat.
Walaupun didalamnya masih terdapat kekurangan yang disebabkan karena minim dan
terbatasnya pengetahuan yang kami kuasai.
Kedua, shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
yang telah membawa kita dari jurang kebodohan menuju dataran keilmuan seperti sekarang
ini.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Sosiologi
Pendidikan yang diampu oleh Ibu Mualamatul Musawamah M.S.I., yang telah memberikan
ilmu dan bimbingan kepada kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami yakin dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan agar dalam
pembuatan makalah selanjutnya lebih baik.

Kudus, 10 Februari 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

Cover………………………………………………………………………… 1
Kata Pengantar………………………………………………………………. 2
Daftar Isi…………………………………………………………………….. 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………. 4
B. Rumusan Masalah………….………………………………………... 4
C. Tujuan……………………………………………………………….. 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Sosialisasi………………………………………………... 5
B. Sosialisasi Keluarga…………………………………………………. 5
C. Sosialisasi Sekolah…………………………………………………... 7
D. Sosialisasi Kelompok Teman Sebaya .................................................. 8
E. Hubungan Sosialisasi Keluarga, Sekolah, dan Teman Sebaya ........... 8
BAB III PENUTUP
A. Saran…………………………………………………………………. 10
B. Kesimpulan…………………………………………………………... 10
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 11

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak manusia yang baru lahir, ia telah mempunyai ascribed status (sebagai
anak), namun ia belum mengerti status dan peranannya itu. Ia juga belum mengerti
dan belum mampu melaksanakan berbagai status dan peranannya didalam masyarakat
yang harus diraihnya. Berbagai peranan harus dipelajari oleh anak (individu anggota
masyarakat) melalui proses sosialisasi. Sosialisasi merupakan suatu proses dimana
anak belajar menjadi seorang anggota yang mempengaruhi bagaimana
keberlangsungan proses kehidupan masyarakat, baik dengan keluarga, teman sebaya,
sekolah maupun media massa.
Unsur - unsur pengertian sosialisasi adalah cara belajar atau suatu proses
akomodasian, yang mempelajari tentang nilai-nilai, norma-norma, ide-ide atau
gagasan, pola-pola tingkah laku dan adat istiadat serta keseluruhannya itu diwujudkan
dalam kepribadiannya. Keseluruhannya itu merupakan segala aspek dari proses
kehidupan manusia yang berhubungan erat dengan sosialisasi yang menyangkut
keberhasilan ataupun kegagalan sosialisasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Sosialisasi?
2. Bagaimana Proses Sosialisasi Keluarga?
3. Bagaimana Proses Sosialisasi Sekolah?
4. Bagaimana Proses Sosialisasi Kelompok Teman Sebaya?
5. Bagaimana Hubungan Antara Sosialisasi di Keluarga, Sekolah dan Kelompok
Teman Sebaya?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Sosialisasi.
2. Untuk Mengetahui Proses Sosialisasi di Keluarga.
3. Untuk Mengetahui Proses Sosialisasi di Sekolah.
4. Untuk Mengetahui Proses Sosialisasi di Kelompok Teman Sebaya.
5. Untuk Mengetahui Hubungan Antara Sosialisasi Keluarga, Sekolah dan
Kelompok Teman Sebaya.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sosialisasi
Menurut Kimball Young, sosialisasi adalah hubungan interaktif yang
dengannya seseorang mempelajari keperluan-keperluan sosial dan kultural, yang
menjadikan seseorang sebagai anggota masyarakat.1 Menurut Paul B. Horton dan
Chester L. Hunt memberi batasan sosialisasi sebagai suatu proses dengan mana
seseorang menghayati norma- norma kelompok dimana ia hidup sehingga timbulah
"diri" yang unik.
Menurut David B Brinkerhoft dan Lynn K. White memberikan penekanan
yang berbeda dengan apa yang dikatakan oleh Horton dan Hunt. Bagi Brinkerhoff dan
White, sosialisasi diberi pengertian sebagai suatu proses belajar peran, status, dan
nilai yang diperlukan untuk keikutsertaan dalam institusi sosial. Menurut James W.
Vander Zanden sosialisasi diartikan sebagai suatu proses interaksi sosial dengan mana
orang memperoleh pengetahuan, sikap, nilai, dan perilaku esensial untuk
keikutsertaan efektif dalam masyarakat.2
Jadi dapat disimpulkan bahwa sosialisasi adalah suatu proses yang digunakan
untuk membantu para individu maupun peserta didik dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, mentransmisi pengetahuan, sikap, nilai, norma, dan perilaku esensial,
bagaimana ia hidup berinteraksi, berpartisipasi dan berpikir untuk dapat berperan
sesuai fungsinya. Sosialisasi dapat terjadi melalui interaksi sosial baik interaksi secara
langsung maupun interaksi secara tidak langsung. Proses sosialisasi dapat berlangsung
melalui kelompok sosial yang terbentuk dari keluargannya, teman sebaya, lingkungan
sekolah, lingkungan kerja, dan lingkungan masyarakat sekitar.3
B. Sosialisasi Keluarga
Dalam masyarakat modern, keluarga batih merupakan agen sosialisasi primer
utama. Seorang bayi menemukan ibunya sebagai orang yang pertama kali memeluk,
membelai, dan mengasihinya secara fisik. Pelukan, belaian, dan kasih secara fisik ini
merupakan pelajaran pertama yang diperolehnya tentang aspek afeksi-emosional dari
kehidupan. Pelajaran berikutnya seperti nilai, norma, sikap, dan harapan diterima

1
Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), Hal. 33.
2
Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan (Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2019), Hal. 65-66
3
Binti Maunah, Sosiologi Pendidikan (Yogyakarta: KALIMEDIA, 2016), Hal. 121.

5
keluarga seiring dengan berjalannya waktu, yang berkait dengan pertambahan usia.
Adapun dalam masyarakat tradisional, keluarga luas seperti nenek, tante, dan anggota
dewasa lainnya turut serta dalam melakukan sosialisasi terhadap keluarga muda.
Mereka semua memiliki tanggung jawab sosial budaya untuk mentransmisikan
pengetahuan, nilai, norma, dan harapan yang berkembang dalam masyarakat.
Sosialisasi dilakukan berdasarkan pola keluarga yang dimiliki. Bernstein
menemukan dua tipe ideal dari pola keluarga, yaitu keluarga yang berorientasi kepada
posisi dan pribadi. Keluarga posisional merupakan keluarga dimana terjadi pemisahan
peran yang jelas diantara para anggotanya, sebagai ayah, ibu, anak, atau pada usia
tertentu sebagai kakek atau nenek. Sosialisasi anak dalam keluarga seperti ini terjadi
dalam suatu kerangka yang jelas. Dalam kaitannya dengan sosialisasi dalam keluarga
posisional, anak yang mengalami sosialisasi akan sangat memperhatikan posisi
mereka dalam hubungan dengan orang lain. Mereka akan sangat sadar dengan posisi
mereka dalam kaitannya dengan usia, gender, dan status sosial ekonomi, termasuk
pendidikan, pekerjaan, jabatan, dan kekuasaan yang dimiliki. Mereka akan memahami
kedudukan yang dimiliki diantara berbagai posisi yang ada dalam masyarakat.
Disamping itu, mereka lebih bebas menentukan sikap dan perilaku sosialnya sesuai
dengan pikirannya yang relatif bebas serta tidak tergantung pada keluarga.
Adapun keluarga yang terpusat pada pribadi merupakan keluarga dimana anak
dipandang dalam rangka karakteristik unik yang dimilikinya sebagai pribadi. Dalam
keluarga yang bertipe ini, sejak si anak masih kecil telah peka dan secara aktif
dirangsang perkembangan bahasannya, agar dapat dikontrol sesuai cara mereka
sendiri. Mereka yang disosialisasikan melalui keluarga yang terpusat pada pribadi
akan dididik, diuji, dan dikembangkan sesuai format keluarga. Dengan kata lain,
bakat, potensi, dan kompetensi yang dimilikinya dikembangkan tidak jauh dari apa
yang dimiliki oleh keluarga.
Dalam pendidikan, keluarga adalah salah satu pusat pendidikan. Bahkan
disebut sebagai pusat pendidikan pertama dan utama. Tugas dan kewajiban keluarga
adalah memberikan pendidikan nilai-nilai spiritual keagamaan, pengetahuan, dan
keterampilan dasar kepada anak. Selain itu, keluarga sebagai masyarakat, juga disebut
sebagai masyarakat patembayan, yaitu masyarakat yang sifat diantara para
anggotanya homogen. Dalam masyarakat yang demikian ini, masing-masing anggota
melihat satu sama lain sehingga semuanya merupakan satu kesatuan yang harmonis,
contohnya yaitu bermain atau belajar bersama ayah, bunda dan kakak.

6
C. Sosilaisasi Sekolah
Kontak sosial yang kedua adalah di sekolah. Sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal, terdiri dari guru (pendidik) dan murid-murid (anak-anak didik).
Sekolah dalam arti luas didalamnya mencakup mulai dari kelompok bermain (play-
group), taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama
(SMP), sekolah menengah atas (SMA), sampai perguruan tinggi merupakan salah satu
agen sosialisasi yang penting dalam kehidupan manusia. Sekolah perlahan menjadi
agen pengganti terhadap apa yang dilakukan oleh keluarga, seiring dengan intensifnya
anak memasuki ruang sosial dari ruang sekolah. Pada suatu titik dari intensitas ini,
tidak jarang sang anak sangat percaya kepada gurunya dibandingkan dengan kedua
orang tuanya, terutama pada anak usia kelompok bermain, taman kanak-kanak, dan
sekolah dasar.4
Dalam sekolah terdapat stratifikasi, seperti stratifikasi sosial masyarakat
secara luas. Dikalangan pelajar, strata sosial orang tua mereka melatarbelakangi strata
sosial di sekolahnya. Sementara itu, dikalangan para guru, faktor yang berpengaruh
adalah usia, jenjang kepangkatan, tingkat pendidikan, dan latar belakang sosial.
Pangkat kepala sebuah Sekolah Dasar (SD), MTs, MA, SLTP, dan SMU merupakan
pangkat tertinggi dilingkungannya. Dalam setiap kategori sosial disekolah terdapat
kelompok informal tertentu yang terbentuk atas landasan persamaan daerah, asal
sekolah, suku, hobi, dan lain-lain. Terdapat kepentingan diantara warga sekolah.
Walaupun begitu, mereka dituntut menaati aturan main sekolah. Secara umum, di
berbagai sekolah yang sederajat terdapat persamaan aturan atau pola kehidupan.
Akibat aturan-aturan interaksi, timbulah iklim atau budaya sekolah. Iklim atau
budaya sekolah merupakan ciri khas suatu sekolah yang membedakan suasana umum
antara sekolah yang satu dengan yang lainnya. Iklim atau budaya sekolah dapat
diciptakan secara sengaja, walaupun dapat juga berkembang secara kebetulan. Ada
sekolah yang memiliki iklim akademis yag kuat, iklim politik yang kental, iklim
disiplin, iklim urakan, dan lain-lain. Iklim atau budaya sekolah berpengaruh besar
terhadap citra sekolah dan alumni. Iklim atau budaya sekolah ini pula yang

4
Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, op,cit, Hal.72

7
menimbulkan citra sekolah favorit. Contohnya penanaman kesadaran pada diri siswa
untuk mentaati peraturan yang berlaku di sekolah.5
D. Sosialisasi Kelompok Teman Sebaya
Salah satu fungsi terpenting kelompok sebaya adalah sebagai informasi dan
bahan pebanding diluar lingkungan keluarga. Melalui teman anak memperoleh umpan
balik tentang kemampuan yang dimilikinya dalam perjalanan proses sosialisasi itu
manusia selalu berada dalam kelompok sebayanya. Jadi ada kelompok sebaya pada
anak-anak yang disebut kelompok bermain. Pengalaman yang diperoleh diluar rumah
merupakan pelengkap dari pengalaman anak dirumah. Pengalaman-pengalaman ini
akan sangat menentukan sikap sosial dan pola tingkah laku anak. Jika anak
menyenangi hubungan hubungan diluar rumah maka hal ini mendorongnya untuk
bertingkah laku sesuai yang diharapkan oleh kelompok sosialnya.6
Kelompok teman sebaya merupakan suatu kelompok dari orang-orang yang
se-usia dan memiliki status yang sama dengan siapa seseorang umumnya
berhubungan atau bergaul dan saling berinteraksi sehingga terjadi hubungan timbal
balik dan merasa menjadi bagian dari kelompok tersebut. Kelompok teman sebaya
memiliki daya paksa terhadap orang yang masuk didalamnya. Hampir tidak mungkin
orang melawan atau menolak teman sebayanya, karena cenderung mendominasi
kehidupan kita. Misal dalam hal perilaku, busana atau prilaku positif lainnya juga
prilaku yang melanggar norma sosial.
Contohnya jika teman sebaya memiliki keinginan masuk ke perguruan tinggi
dan berhasrat maju, maka kita akan mengikutinya. Namun sebaliknya, jika teman
sebaya cenderung kepada perlakuan negative misalnya, menyalahgunakan obat-
obatan, menipu dan mencuri maka kita cenderung demikian.
E. Hubungan Sosialisasi Keluarga, Sekolah, dan Kelompok Teman Sebaya
Perkembangan sosialisasi anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga,
baik orang tua maupun sibling (saudara kandung). Lingkungan terdekat anak adalah
keluarga sehingga pada hakekatnya keluarga merupakan tempat pembentukan
masing-masing anggotanya, terutama anak -anak yang masih berada dalam bimbingan
tanggung jawab orang tuanya. Sekalipun anak-anak mulai bermain dengan anak-anak
lain diluar rumah, keluarga masih merupakan pengaruh sosialisasi yang terpenting.
Dikarenakan keluarga mempunyai hubungan yang lebih erat dan hangat.
5
Mahmud, Sosiologi Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), Hal. 170-171
6
Suryadi, Kiat Jitu Dalam Mendidik Anak, ( Jakarta: Edsa Mahkota, 2006 ), Hal. 60

8
Menurut Dreeben, seorang anak belajar kemandirian lebih intensif disekolah
dibandingkan ditempat lain. Ketika dirumah seorang anak dimungkinkan memperoleh
bantuan anggota keluarga (orang tua dan para saudaranya) untuk melaksanakan
bermacam tugas dan pekerjaan, sedangkan disekolah sebagian tugas dan pekerjaan
dilaksanakan secara mandiri yang disertai dengan tanggung jawab. Guru menuntut
kemandirian dan tanggung jawab pribadi peserta didik terhadap tugas dan pekerjaan
yang diberikan. Kerja sama hanya dibenarkan bila mana tidak menyertai unsur
penipuan atau kecurangan. dan jika mengerjakan tugas bersama kelompok teman
sebaya kita bisa bekerja sama antara satu sama lain.7
Hubungan sosialisasi antara keluarga, sekolah dan teman sebaya saling
mempengaruhi satu sama lain. Keluarga mempuyai potensi sebagai peletak dasar
perkembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik anak melalui proses
pengasuhan. Apa yang dicapai dalam lingkungan keluarga akan langsung kelihatan
pada tingkat pencapaian anak pada lingkungan pendidikan formal disekolah-sekolah.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang terdiri dari pendidikan dan peserta
didik tentu terjadi adanya saling hubungan anatar pendidik dengan peserta dididk
maupun peserta didik dengan peserta didik. Pendidik dengan wibawanya dalam
pergaulan membawa psesrta didik ke arah kedewasaan. Memanfaatkan pergaulan
sehari-hari dalam pendidikan adalah cara yang baik dan efektif namun, puncak
pengaruh teman sebaya adalah pada masa remaja. Para remaja berusaha melaksankan
nilai dan norma yang berlaku bagi kelompoknya itu berbeda dengan nilai yang
berlaku pada keluarganya, sehinnga timbul konflik anatar anak dengan anggota
keluarganya.8

7
Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, op,cit, Hal. 72-73
8
Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan Individu, Masyakat dan Penididikan, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2013), hal 91

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara umum sosialisasi adalah suatu proses yang digunakan untuk membantu
para individu maupun peserta didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya,
mentransmisi pengetahuan, sikap, nilai, norma, dan perilaku esensial, bagaimana ia
hidup berinteraksi , berpartisipasi dan berpikir untuk dapat berperan sesuai fungsinya.
Proses sosialisasi dapat berlangsung melalui kelompok sosial yang terbentuk dari
keluargannya, teman sebaya, lingkungan sekolah, lingkungan kerja, dan lingkungan
masyarakat sekitar
Dalam pendidikan, keluarga adalah salah satu pusat pendidikan. Bahkan
disebut sebagai pusat pendidikan pertama dan utama. Tugas dan kewajiban keluarga
adalah memberikan pendidikan nilai-nilai spiritual keagamaan, pengetahuan, dan
keterampilan dasar kepada anak.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, terdiri dari guru (pendidik) dan
murid-murid (anak-anak didik). Sekolah dalam arti luas didalamnya mencakup mulai
dari kelompok bermain (play-group), taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD),
sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA), sampai perguruan
tinggi merupakan salah satu agen sosialisasi yang penting dalam kehidupan manusia.
Kelompok teman sebaya memiliki daya paksa terhadap orang yang masuk
didalamnya. Hampir tidak mungkin orang melawan atau menolak teman sebayanya,
karena cenderung mendominasi kehidupan kita. Misal dalam hal prilaku, busana atau
prilaku positif lainnya juga prilaku yang melanggar norma sosial. Jadi, hubungan
sosialisasi antara keluarga, sekolah dan masyarakat saling mempengaruhi satu sama
lain.

B. Saran
Demikian penjelasan mengenai Sosialisasi Keluarga, Sekolah dan Teman
Sebaya. Penulis berharap pada pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan untuk penulisan
makalah di kesempatan– kesempatan berikutnya.

10
DAFTAR PUSTAKA
Damsar. 2019. Pengantar Sosiologi Pendidika. Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP.
Gunawan, Ary. 2000. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Idi, Abdullah. 2013. Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat dan Pendidikan.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Mahmud. 2012. Sosiologi Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.
Maunah, Binti. 2016. Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta: KALIMEDIA.
Suryadi. 2006. Kiat Jitu Dalam Mendidik Anak. Jakarta: Edsa Mahkota.

11

Anda mungkin juga menyukai