Anda di halaman 1dari 16

PENDIDIKAN INDIVIDU DAN PENDIDIKAN

MASYARAKAT

MAKALAH

Diajukan untuk memenuni tugas matakuliah “Pengantar Filsafat Pendidikan”


Dosen Pengasuh “Drs. Said Saifullah, S.Pd., M.Pd”

KELOMPOK 12

MUTAWAKAL 221602046

MARLAINI BANCIN 221602047

ASRA HILZANNAH 221602047

PROGRAM STUDI ILMU GEOGRAFI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) AL-WASHLIYAH
BANDA ACEH
2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga kami telah dapat menyelesaikan
makalah ini yang sederhana ini dengan judul “Pendidikan Individu dan
Pendidikan Masyarakat”
Tak lupa pula shalawat beriring salam kita sanjungkan kepangkuan Nabi
besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan ke
alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat ini.
Saya ucapkan terima kasih kepada Dosen yang telah membimbing kami
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini
karena keterbatasan kemampuan pengalaman kami serta kami juga menyadari
banyak kekurangan pada penyusunan makalah ini baik dari segi isi maupun dari
pembedaharaan kata, untuk itu kami sangat mengharap bimbingan dari pembimbing
dan juga mengharapkan kritik dan saran.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih, semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua.

Penyusun,
Kelompok 12

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan.......................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 2
A. Pengertian Pendidikan.................................................................. 2
B. Hubungan Individu dan Masyarakat............................................. 2
1. Individu .................................................................................. 2
2. Masyarakat.............................................................................. 2
3. Hubungan Individu dan Masyarakat Secara Umum............... 3
4. Hubungan Individu dan Masyarakat Indonesia...................... 3
C. Fungsi dan Peran Pendidikan Dalam Masyarakat........................ 6
1. Pengambangan Pendidikan Melalui Pendidikan
Secara Sistemik....................................................................... 6
2. Peranan Pendidikan Dalam Masyarakat................................. 7

BAB III KESIMPULAN................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara singkat pendidikan merupakan produk dari masyarakat,karena apabila
kita sadari arti pendidikan sebagai proses transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan,
keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi muda maka seluruh
upaya tersebut sudah dilakukan sepenuhnya oleh kekuatan-kekuatan masyarakat.
Hampir segala sesuatu yang kita pelajari merupakan hasil hubungan kita dengan
orang lain baik di rumah,sekolah, tempat permainan, pekerjaan dan sebagainya.
Wajar pula apabila segala sesuatu yang kita ketahui adalah hasil hubungan timbal
balik yang ternyata sudah sedemikian rupa dibentuk olehmasyarakat kita.
Bagi masyarakat sendiri hakikat pendidikan sangat bermanfaat bagi
kelangsungan dan proses kemajuan hidupnya. Agar masyarakat itu dapat
melanjutkan eksistensinya, maka kepada anggota mudanya harus diteruskan nilai-
nilai, pengetahuan, keterampilan dan bentuk tata perilaku lainnya yang diharapkan
akan dimiliki oleh setiap anggota. Setiap masyarakat berupaya meneruskan
kebudayaannya dengan proses adaptasi tertentu sesuaicorak masing-masing periode
jaman kepada generasi muda melaluipendidikan, secara khusus melalui interaksi
sosial. Dengan demikian pendidikan dapat diartikan sebagai proses sosialisasi.Dalam
pengertian tersebut, pendidikan sudah dimulai semenjak seorang individu pertama
kali berinteraksi dengan lingkungan eksternal di luar dirinya,Dalam konteks sosial,
pendidikan juga memiliki fungsi, peran dan kiprah lain yang berkorelasi dengan
kekuatan-kekuatan kolektif yang sudah mapan. Tidak hanya puas dalam kondisi
demikian pendidikan juga memberikan andil menterjemahkan nilai-nilai baru yang
tumbuh akibat proses pergulatan sejarah dalam wujud emansipasi integrasi dengan
sistem dan struktur sosialnya. Sehingga dengan begitu masyarakat tidak pernah
kering dari dinamika perubahan dan evolusi sosialnya.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan
2. Untuk mengetahui hubungan individu dan masyarakat
3. Untuk mengetahui fungsi dan peranan pendidikan dalam masyarakat

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta
didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu
menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya sebagai individu dan
masyarakat. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan
bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis,
dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Yang tentu dalam menjalankan
kelanjutan pendidikan tersebut harus ada alat sebagai pegangan yang salah satunya
adalah adanya kurikulum.

B. Hubungan Individu Dan Masyarakat 


1. Individu
Individu merupakan bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak
dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Umpama keluarga sebagai
kelompok sosial yang terkecil terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah merupakan
individu yang sudah tidak dapat dibagi lagi, demikian pula Ibu. Anak masih
dapat dibagi sebab dalam suatu keluarga jumlah anak dapat lebih dari satu.

2. Masyarakat
Banyak para ahil telah memberikan pengertian tentang masyarakat.
Smith, Stanley dan Shores mendefinisikan masyarakat sebagai suatu kelompok
individu-individu yang terorganisasi serta berfikir tentatang diri mereka sendiri
sebagai suatu kelompok yang berbeda.
Znaniecki menyatakan bahwa masyarakat merupakan suatu sistem yang
meliputi unit biofisik para individu yang bertempat tinggal pada suatu daerah
geografis tertentu selama periiode waktu tertentu dari suatu generasi. Dalam
sosiology suatu masyarakat dibentuk hanya dalam kesejajaran kedudukan yang
diterapkan dalam suatu organisasi.
Dari berbagai pendapat tersebut di atas maka W F Connel menyimpulkan
bahwa masyarakat adalah:

2
Suatu kelompok orang yang berpikir tentang diri mereka sendiri sebagai
kelompok yang berbeda, diorganisasi, sebagai kelompok yang diorganisasi secara
tetap untuk waktu yang lama dalam rintang kehidupan seseorang secara terbuka
dan bekerja pada daerah geografls tertentu,Kelompok orang yang mencari
penghidupan secara berkelompok, sampai turun temurun dan mensosialkan
anggota anggotanya melalui pendidikan.
Suatu ke orang yang mempunyai sistem kekerabatan yang terorganisasi
yang mengikat anggota-anggotanya secara bersama dalam keselurühan yang
terorganisasi.
Pengertian masyarakat tersebut di atas merupakan pengertian yang sangat
luas. Penduduk Indonesia sebagai masyarakat dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Penduduk yang berpikir tentang dirinya sendiri sebagai suatu kelompok yang
berbeda dengan kelompok penduduk pada suatu masyarakat lain yang secara
relatif mencukupi kebutuhan diri sendiri sebagai suatu kelompok yaitu
mencukupi kehidupannya dalam masyarakatnya.
- Masyarakat adalah satuan kelompok terkecil yang terikat melalaui sistem
yang terorganisasikan dan kekerabatan yang didasarkan pada prinsip-prinsip
demokrasi, dalam kehidupan sosial politik, kehidupan ekonomi dan lapangan
kehidupan yang lain. Ikatan yang paling kuat adalah adanya satu pandangan
hidup bangsa Indonesia yaitu Pancasila dan dasar hukum nasional yang satu
yaitu UUD 1945.

3. Hubungan Individu Dan Masyarakat Secara Umum :


Hubungan antara individu dan masyarakat telah.banyak disoroti oleh para
ahli baik para filsuf maupun para ilmuan sosial. Berbagai pandangan itu pada
dasarnya dapat dikelompokkan kedalam tiga pendapat yaitu pendapat yang
menyatakan bahwa (1) masyarakat yang menentukan individu, (2) individu yang
menentuk masyarakat, dan (2) idividu dan masyarakat saling menentukan.

4. Hubungan Individu dan Masyarakat Indonesia


Hubungan individu dan masyarakat itu dapat ditinjau dari segi masyarakat
saja (totalisme), ditinjau dari segi individu saja (individualisme) dan ditinjau dari
segi interaksi individu dan masyarakat.

3
Dengan memperhatikan tiga pandangan ini Profesor Supomo menyatakan
bahwa hubungan antara warga negana dan negara Indonesia adalah hubungan
yang integral. Beliau menyatakan bahwa hubungan masyarakat Indonesia pada
dasarnya adalah hubungan yang integral (Driyarkara, 1959, p. 225). Dari uraian
ini dapat disimpulkan bahwa paham yang dianut untuk menggambarkan
hubungan antara individu dan masyarakat di Indonesia adalah paham
integralisme.
Paham inntegralisme berpendapat bahwa individu-individu yang
bermacam-macam itu  merupakan suatu kesatuan dan keseluruhan yang utuh.
Manusia dalam masyarakat yang teratur dan tertib itu berada dalam suatu
integrasi. Integrasi semacam ini dapat berarti dalam arti sosiologis dan
psikologis, sebab manusia yang berada dalam integrasi itu merasa aman, tenang
dan bahagia. Integrasi semacam ini terdapat dalam masyanakat kecil maupun
besar, seperti keluarga, desa dan negara.
Hubungan individu dan masyarakat dalam Indonesia merdeka seperti
yang dimaksud Prof. Supomo dapat diperhatikan dalam rumusan Proklamasi
Kemerdekaan RI, Undang-Undang Dasar 1945 dan GBHN. Dalam Proklamasi
dirumuskan: Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaannya.
Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan
dengan cara seksama dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Atas nama bangsa
Indonesia. Sukarno Hatta.
Penggunaan kata kami dan atas nama bangsa Indonesia menunjukkan
bahwa negara yang dikemerdekaan itu untuk semua warga bangsa Indonesia,
bukan untuk Sukarno maupun Hatta. Hal ini berarti bahwa kemerdekaan untuk
seluruh bangsa Indonesia diperjuangkan oleh masing-masing warga bangsa
Indonesia. Jadi individu dan masyarakat terinntegrasi untuk memperjuangkan dan
mempertahankan kemederkaan Indonesia. Dalam Pembukaan UUD 1945 alinea
pertama dinyatakan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Pada alinea
kedua dinyatakan bahwa perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah
mengantarkan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur. Pada alinea yang ketiga atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan
didorong oleh keinginan yang luhur supaya berkebangsaan yang bebas maka

4
rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Pada alinea keempat dinyatakan
bahwa pemerintahan negara Indonesia yang dibentuk adalah untuk melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa
kepentingan yang diperjuangkan adalah masyarakat secara keseluruhan dan
individu-individu sebagai warga bangsa secara perseorangan.
Perhatian terhadap masyarakat dan individu dapat dijumpai pada pasal-
pasal dalam UUD 1945 seperti: pasal 30, 31 yang mengatur hak dan kewajiban,
pasal 33 yang mengatur tentang perekonomian, pasal 34 tentang fakir miskin dan
anak-anak terlantar, dan lain-lain.
Dalam Ketetapan MPR nomor II/MPR/l988 tentang tujuan pembangunan
nasional dijelaskan bahwa pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan
masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan
Pancasila di dalam wadah negara Kesatauan Republik Indonesia yang merdeka,
berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa
yang aman, tenteram, tertib dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia
yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
Dan pemyataan ini dapat diketahui bahwa kepentingan individu dan
kepentingan bersama-sama mendapat perhatian dan diberi tempat yang sama
dalam menciptakan kehidupan yang bahagia sejahtera.
Berdasarkan ketetapan MPR NO. II/MPR/1978 tentang Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila dijelaskan tentang Pandangan Pancasila
terhadap hubungan individu dan masyarakat bahwa. kebahagian manusia akan
tercapai jika dapat dikembangkan hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang
antara manusia dan masyarakat. Hubungan sosial yang selarasdan serasi, selaras
dan seimbang itu antara individu dan masyarakat itu tidak netral, tetapi dijiwai
oleh nilai-nilal yang terkandung dalam lima sila dalam Pancasila secara kesatuan.
Dan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pandangan
integralisme ini tidak lain adalah pandangan Pancasila yang memandang
hubungan individu dan masyarakat itu secara serasi selaras dan seimbang dalam
menciptakan manusia yang sejahtera dan bahagia lahir batin, dunia dan akhirat.

5
C. Fungsi Dan Peranan Pendidikan Dalam Masyarakat
1. Pengembangan Pendidikan Melalui Pendidikan Secara Sistemik
Pendekatan sistemik terbadap pengembangan melalui pendidikan adalah
pendekatan dimana masyarakat tradisional sebagai input dan pendidikan sebagai
suatu lembaga pendidikan masyarakat sebagai pelaksana proses pengembangan
dan masyarakat yang dicita-citakan sebagai outputnya yang dicita-citakan.
Menurut Ki Hajar Dewantoro ada tiga lingkungan pendidikan yaitu
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Dari ketetapan MPR No. 1!/MPR/1988 tentang Garis-garis Besar Haluan
Negara kita mengetahui bahwa pendidikan itu merupakan tanggung jawab
bersama antara orang tua, pemerintah dan masyarakat.
Dari dua penjelasan tersebut di atas maka bentuk pendidikan dibagi
menjadi tiga bentuk yaitu pendidikan formal, pendidikan informal dan
pendidikan non formal (Undang-Undang nomor 2/1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional).
Pelaksanaan bentuk pendidikan adalah lembaga pemerintah, lembaga
keluarga, lembaga keagamaan dan lembaga pendidikan lain. Lembaga keluarga
menyelenggarakan pendidikan informal, lembaga pemerintah, lembaga
keagamaan, lembaga pendidikan yang lain menyelenggarakan pendidikan formal
maupun pendidikan nonformal. Bentuk-bentuk pendidikan nonformal cukup
banyak jenisnya, seperti berbagai macam kursus kcterampilan yang
mempersiapkan tenaga terampil. Seperti kursus menjahit, kursus komputer,
kursus montir, kursus bahasa-bahasa asing dan sebagainya. Bentuk pendidikan
formal yang beçjalan ini terdiri dari empat jenjang yaitu SD, SLTP, SLTA dan
Perguruan Tinggi. Menurut Undang Undang Nomor : 2/1989, tentang jenjang
pendidikan dibagi menjadi tiga jenjang yaitu Pendidikan Dasar, Pendidikan
Menengah dan Pendidikan Tinggi. Pendidikan Dasar terdiri dari Sekolah Dasar
dan Sekolab Menengah Tingkat Pertama.
Proses pendidikan dari tiga bentuk pendidikan itu dipengaruhi oleh sistem
politik dan ekonomi. (Muhammad Dimyati, 1988 p, 163). Dengan adanya
bermacam-macam jenis politik dan bermacam-macam kondisi ekonomi maka
arah proses pendidikan akan bermacam-macam untuk masing-masing bentuk

6
pendidikan yang diselenggarakan oleh keluarga, pemerintah, lembaga keagamaan
dan lembaga-lembaga non-agama.

2. Peranan Pendidikan Dalam Masyarakat


Sebagian besar masyarakat modern memandang lembaga-lembaga
pendidikan sebagai peranan kunci dalam mencapai tujuan sosial Pemerintah
bersama orang tua telah menyediakan anggaran pendidikan yang diperlukan
sceara besar-besaran untuk kemajuan sosial dan pembangunan bangsa, untuk
mempertahankan nilai-nilai tradisional yang berupa nilai-nilai luhur yang harus
dilestarikan seperti rasa hormat kepada orang tua, kepada pemimpin kewajiban
untuk mematuhi hukum-hukum dan norma-norma yang berlaku, jiwa patriotisme
dan sebagainya. Pendidikan juga diharapkan untuk memupuk rasa takwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kemajuan-kemajuan dan pembangunan
politik, ekonomi, sosial dan pertahanan keamanan. Pendek kata pendidikan dapat
diharapkan untuk mengembangkan wawasan anak terhadap ideologi, politik,
ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan secara tepat dan benar,
sehingga membawa kemajuan pada individu masyarakat dan negara untuk
mencapai tujuan pembangunan nasional.
Berbicara tentang fungsi dan peranan pendidikan dalam masyarakat
adalah:
a. Fungsi Sosialisasi.
Di dalam masyarakat pra industri, generasi baru belajar mengikuti pola
perilaku generasi sebelumnya tidak melalui lembaga-lembaga sekolah seperti
sekarang ini. Pada masyarakat pra industri tersebut anak belajar dengan jalan
mengikuti atau melibatkan diri dalam aktivitas orang-orang yang telah lebih
dewasa. Anak-anak mengamati apa yang mereka lakukan, kemudian menirunya
dan anak-anak belajar dengan berbuat atau melakukan sesuatu sebagaimana
dilakukan oleh orang-orang yang telah dewasa.
Dengan semakin majunya masyarakat, pola budaya menjadi lebih
kompleks dan memiliki diferensiasi antara kelompok masyarakat yang satu
dengan yang lain, antara yang dianut oleh individu yang satu dengan individu
yang lain. Dengan perkataan lain masyarakat tersebut telah mengalami
perubahan-perubahan sosial. Ketentuan-ketentuan untuk berubah ini sebagaimana

7
telah disinggung di halaman-halaman situs web ini sebelumnya, mengakibatkan
terjadinya setiap transmisi budaya dan satu generasi ke generasi berikutnya selalu
menjumpai permasalahan-permasalahan. Di dalam suatu masyarakat sekolah
telah melembaga demikian kuat, maka sekolah menjadi sangat diperlukan bagi
upaya menciptakan/melahirkan nilai-nilai budaya baru (cultural reproduction).
Dengan berdasarkan pada proses reproduksi budaya tersebut, upaya
mendidik anak-anak untuk mencintai dan menghormati tatanan lembaga sosial
dan tradisi yang sudah mapan adalah menjadi tugas dari sekolah. Termasuk di
dalam lembaga-lembaga sosial tersebut diantaranya adalah keluarga, lembaga
keagamaan, lembaga pemerintahan dan lembaga-lembaga ekonomi. Di dalam
permulaan masa-masa pendidikannya, merupakan masa yang sangat penting bagi
pembentukan dan pengembangan pengadopsian nilai-nilai ini. Masa-rnasa
pembentukan dan pembangunan upaya pengadopsian ini dilakukan sebelum
anak-anak mampu memiliki kemampuan kritik dan evaluasi secara rasional
b. Fungsi kontrol social
Sekolah sebagai lembaga yang berfungsi untuk mempertahankan dan
mengembangkan tatanan-tatanan sosial serta kontrol sosial mempergunakan
program-program asimilasi dan nilai-nilai subgrup beraneka ragam, ke dalam
nilai-nilai yang dominan yang memiliki dan menjadi pola anutan bagi sebagiai
masyarakat.
Sekolah berfungsi untuk mempersatukan nilai-nilai dan pandangan hidup
etnik yang beraneka ragam menjadi satu pandangan yang dapat diterima seluruh
etnik. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa sekolah berfungsi sebagai alat
pemersatu dan segala aliran dan pandangan hidup yang dianut oleh para siswa.
Sebagai contoh sekolah di Indonesia, sekolah harus menanamkan nilai-nilai
Pancasila yang dianut oleh bangsa dan negara Indonesia kepada anak-anak di
sekolah.
c. Fungsi pelestarian budaya masyarakat.
Sekolah di samping mempunyai tugas untuk mempersatu budaya-budaya
etnik yang beraneka ragam juga harus melestanikan nilai-nilai budaya daerah
yang masih layak dipertahankan seperti bahasa daerah, kesenian daerah, budi
pekerti dan suatu upaya mendayagunakan sumber daya lokal bagi kepentingan
sekolah dan sebagainya.

8
Fungsi sekolah berkaitan dengan konservasi nilai-nilai budaya daerah ini
ada dua fungsi sekolah yaitu pertama sekolah digunakan sebagai salah satu
lembaga masyarakat untuk mempertahankan nilai-nilai tradisional masyarakat
dari suatu masyarakat pada suatu daerah tertentu umpama sekolah di Jawa
Tengah, digunakan untuk mempertahankan nilai-nilai budaya Jawa Tengah,
sekolah di Jawa Barat untuk mempertahankan nilai-nilai budaya Sunda, sekolah
di Sumatera Barat untuk mempertahankan nilai-nilai budaya Minangkabau dan
sebagainya dan kedua sekolah mempunyai tugas untuk mempertahankan nilai-
nilai budaya bangsa dengan mempersatukan nilai-nilai yang ada yang beragam
demi kepentingan nasional.
d. Fungsi seleksi, latihan dan pengembangan tenaga kerja.
Proses seleksi terjadi di segala bidang baik mau masuk sekolah maupun
mau masuk pada jabatan tertentu. Untuk masuk sekolah tertentu harus mengikuti
ujian tertentu, untuk masuk suatu jabatan tertentu harus mengikuti testing
kecakapan tertentu. Sebagai contoh untuk dapat masuk pada suatu sekolah
menengah tertentu harus menyerahkan nllai EBTA Murni (NEM).
Sekolah sebagai lembaga yang berfungsi untuk latihan dan
pengembangan tenaga kerja mempunyai dua hal. Pertama sekolah digunakan
untuk menyiapkan tenaga kera profesional dalam bidang spesialisasi tertentu.
Untuk memenuhi ini berbagai bidang studi dibuka untuk menyiapkan tenaga ahli
dan terampil dan berkemampuan yang tinggi dalam bidangnya. Kedua dapat
digunakan untuk memotivasi para pekerja agar memiliki tanggung jawab
terhadap kanier dan pekerjaan yang dipangkunya.Sekolah mengajarkan
bagaimanan menjadi seorang yang akan memangku jabatan tertentu, patuh
terhadap pimpinan, rasa tanggung jawab akan tugas, disiplin mengerjakan tugas
sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Sekolah juga mendidik agar
seseorang dapat menghargai harkat dan martabat manusia, memperlakukan
manusia sebagai manusia, dengan memperhatikan segala bakat yang dimilikinya
demi keberhasilan dalam tugasnya.
Sekolah mempunyai fungsi pengajaran, latihan dan pendidikan. Fungsi
pengajaran untuk menyiapkan tenaga yang cakap dalam bidang keahlian yang
ditekuninya. Fungsi latihan untuk mendapatkan tenaga yang terampil sesuai

9
dengan bidangnya, sedang fungsi pendidikan untuk menyiapkan seorang pribadi
yang baik untuk menjadi seorang pekerja sesuai dengan bidangnya. Jadi fungsi
pendidikan ini merupakan pengembangan pribadi sosial.
e. Fungsi pendidikan dan perubahan sosial.
Pendidikan mempunyai fungsi untuk mengadakan perubahan sosial
mempunyai fungsi, sebagai berikut:
1) Reproduksi budaya,
Sekolah berfungsi sebagai reproduksi budaya menempatkan sekolah
sebagai pusat penelitian dan pengembangan. Fungsi semacam ini merupakan
fungsi pada perguruan tinggi. Pada sekolah-sekolah yang lebih rendah, fungsi
ini tidak setinggi pada tingkat pendidikan tinggi.
2) Difusi budaya,
Lembaga-lembaga pendidikan disamping berfungsi sebagai penghasil
nilai-nilai budaya baru juga berfungsi penghasil nilai-nilai budaya baru juga
berfungsi sebagai difusi budaya (cultural diffission). Kebijaksanaan-
kebijaksanaan sosial yang kemudian diambil tentu berdasarkan pada hasil
budaya dan difusi budaya. Sekolah-sekolah tersebut bukan hanya
menyebarkan penemuan-penemuan dan informasi-informasi baru tetapi juga
menanamkan sikap-sikap, nilai-nilai dan pandangan hidup baru yang
semuanya itu dapat memberikan kemudahan-kemudahan serta memberikan
dorongan bagi terjadinya perubahan sosial yang berkelanjutan
3) Mengembangkan analisis kultural terhadap kelembagaan-kelembagaan
tradisional,
4) Melakukan perubahan-perubahan atau modifikasi tingkat ekonomi sosial
tradisional,
5) Melakukan perubahan-perubahan yang lebih mendasar terhadap institusi-
institusi tradisional yang telah ketinggalan.
f. Fungsi Sekolah dalam Masyarakat
Di muka telah dibicarakan tentang adanya tiga bentuk pendidikan yaitu
pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan nonformal. Pendidikan
formal disebut juga sekolah. Oleh karena itu sekolah bukan satu-satunya lembaga
yang menyelenggarakan pendidikan tetapi masih ada lembaga-lembaga lain yang

10
juga menyelenggarakan pendidikan. Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan
mempunyai dua fungsi yaitu:
1) Sebagai partner masyarakat
Sekolah sebagai partner masyarakat akan dipengaruhi oleh corak
pengalaman seseorang di dalam lingkungan masyarakat. Pengalaman pada
berbagai kelompok masyarakat, jenis bacaan, tontonan serta aktivitas-
aktivitas lainnya dalam masyarakat dapat mempengaruhi fungsi pendidikan
yang dimainkan oleh sekolah. Sekolah juga berkepentingan terhadap
perubahan lingkungan seseorang di dalam masyarakat. Perubahan lingkungan
itu antara lain dapat dilakukan melalui fungsi layanan bimbingan, penyediaan
forum komunikasi antara sekolah dengan lembaga sosial lain dalam
masyarakat. Sebaliknya partisipasi sadar seseorang untuk selalu belajar dari
lingkungan masyarakat, sedikit banyak juga dipengaruhi oleh tugas-tugas
belajar serta pengarahan belajar yang dilaksanakan di sekolah.
Fungsi sekolah sebagai partner masyarakat akan dipengaruhi pula oleh
sedikit banyaknya serta fungsional tidaknya pendayagunaan sumber-sumber
belajar di masyarakat. Kekayaan sumber belajar dalam masyarakat seperti
adanya orang-orang sumber, perpustakaan, museum, surat kabar, majalah dan
sebagainya dapat digunakan oleh sekolah dalam menunaikan fungsi
pendidikan.
2) Sebagai penghasil tenaga kerja.
Sebagai produser kebutuhan pendidikan masyarakat sekolah dan
masyarakat memiliki ikatan hubungan rasional di antara keduanya. Pertama,
adanya kesesuaian antara fungsi pendidikan yang dimainkan oleh sekolah
dengan apa yang dibutuhkan masyarakat. Kedua, ketepatan sasaran atau
target pendidikan yang ditangani oleh lembaga persekolahan akan ditentukan
pula o!eh kejelasan perumusan kontrak antara sekolah selaku pelayan dengan
masyarakat selaku pemesan. Ketiga, keberhasilan penunaian fungsi sekolah
sebagai layanan pesanan masyarakat sebagian akan dipengaruhi oleh ikatan
objektif di antara keduanya. Ikatan objektif ini dapat berupa perhatian,
penghargaan dan tunjangan tertentu seperti dana, fasilitas dan jaminan
objektif lainnya yang memberikan makna penting eksistensi dan produk.

11
BAB III
KESIMPULAN

Bagi masyarakat hakikat pendidikan sangat bermanfaat bagi kelangsungan


dan proses kemajuan hidupnya. Agar masyarakat itu dapat melanjutkan
eksistensinya, maka kepada anggota mudanya harus diteruskan nilai-nilai,
pengetahuan, keterampilan dan bentuk tata perilaku lainnya yang diharapkan akan
dimiliki oleh setiap anggota. Setiap masyarakat berupaya meneruskan
kebudayaannya dengan proses adaptasi tertentu sesuaicorak masing-masing periode
jaman kepada generasi muda melaluipendidikan, secara khusus melalui interaksi
sosial. Dengan demikian pendidikan dapat diartikan sebagai proses sosialisasi.Dalam
pengertian tersebut, pendidikan sudah dimulai semenjak seorang individu pertama
kali berinteraksi dengan lingkungan eksternal di luar dirinya,Dengan semakin
majunya masyarakat, pola budaya menjadi lebih kompleks dan memiliki diferensiasi
antara kelompok masyarakat yang satu dengan yang lain, antara yang dianut oleh
individu yang satu dengan individu yang lain. Dalam proses belajar untuk mengikuti
pola acuan bagi tatanan masyarakat yang telah mapan dan melembaga, anak-anak
belajar untuk menyesuaikan dengan nilai-nilai tradisional di mana institusi
tradisional tersebut dibangun. Keseluruhan proses di mana anak-anak belajar
mengikuti pola-pola dan nilai-nilai budaya yang berlaku tersebut dinamakan proses
sosialisasi. Proses sosialisasi tersebut harus beijalan dengan wajar dan mulus oleh
karena kita semua mengetahui betapa pentingnya masa-masa permulaan proses
sosialisasi.
Dalam proses pendidikan pula perubahan peranan guru mempunyai arti yang
sangat penting sekali. Berbicara tentang perubahan peranan guru berarti berbicara
tentang perubahan batasan fungsi sekolah. Dalam dunia yang sedang berubah
menuntut perubahan-perubahan pendidikan. Anak-anak yang dipersiapkan untuk
memasuki tanggung jawab dan orang dewasa membutuhkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang jauh berbeda dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
dimiliki orang tuanya. Oleh karena itu maka orang tua sendiri dituntut untuk
memperluas dan mempebaharui pengetahuan, sikap dan ketrampilannya agar supaya
dapat menyesuaikan dengan masyarakat yang sedang berubah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Sumaatmadja, Nursid. 2005. Konsep Dasar IPS. Jakarta: Universitas Terbuka.

Soedijarto, 2008, Landasan Dan Arah Pendidikan Nasional Kita, Jakarta : Kompas.

------------------, 2011, Penyelenggaraan Hak Pendidikan Bangsa, Makalah Seminar


ABPTSI, Jakarta, 9 April 2011.

Wahjono, Padmo, 1986, Indonesia Negara Berdasarkan Atas Hukum, Cetakan


Kedua, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Yanuarto, 2005, Survey Tentang Pelaksanaan Hukum Pendidikan Dalam Upaya


Mencerdaskan Kehidupan Bangsa pada Dinas Pendidikan Kota Tegal Tahun
2005.

13

Anda mungkin juga menyukai