Anda di halaman 1dari 14

SEJARAH DAN FILSAFAT PANCASILA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I KM-43-07
Khofifah Winanda (1502190323)
Shafira Shalsabilla (1502194059)
Dinda Putri Damara (1502194090)
Ardhyaniza Cindelaras ( 1502194120)
Nezar Ariffananda (1502194210)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Sejarah Pancasila dan Filsafat Pancasila”.
Tanpa pertolongan- Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curhakan kepada baginda tercinta yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nati-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan masih memiliki banyak
kekurangan di dalamnya, sehingga dalam kesempatan kali ini kami sebagai penyusun
bermaksud untuk meminta saran dan masukan dari semua pihak demi terciptanya makalah
yang lebih baik dalam tugas tagau selanjutnya.
Terima kasih kami ucapkan kepada teman teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapih. Kami selaku
penyusun berharap semoga makalah yang kami susun ini bisa memberikan manfaat serta
memberikan pengetahuan terutama dalam hal pancasila.
BAB 1
A. Latar Belakang
Pancasila merupakan kristalisasi dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang bersifat
universal, sehingga nilai-nilai pancasila menjadi sumber dari segala sumber. Pancasila
sebagai orientasi paradigmatik bagi ilmu, khususnya bagi ilmu-ilmu sosial yang
dikembangkan negara atau bangsa non barat. Bangsa- bangsa non barat memiliki
sejarah, budaya, dan pandangan hidup yang spesifik, sehingga mempunyai
keniscayaan dalam interaksinya dengan ilmu pengetahuan modern.
Pancasila adalah suatu philosofische. Suatu Weltanschauung yang disusulkan
oleh Bung Karno di depan sidang BPUPKI 1 Juni 1945 sebagai dasar bagi negara
Indonesia yang kemudian merdeka. Pancasila dikualifikasikan sebagai falsafah dan
ideologi yang menunjukan jati diri atau citra visioner bangsa Indonesia. Pancasila
lebih di dorong oleh persatuan dan kesatuan bangsa, sehingga proses pembangsaan
selalu dihadapkan pada tantangan baru.
Pancasila sebagai ideologi negara memiliki nilai-nilai yang terkandung dalam
setiap sila-sila pancasila. Ketuhanan Yang Maha Esa yang terdapat pada sila pertama
terkandung nilai, bahwa negara yang didirikan sebagai perwujudan tujuan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa sehingga segala hal yang berkaitan dengan
pelaksaan dan penyelenggaraan negara bahkan moral negara, moral penyelenggaraan
negara, politik negara, pemerintahan negara, hukum dan peraturan perundang-
undangan negara, kebebasan dan hak asasi negara harus dijiwai nilai-nilai ketuhanan
Yang Maha Esa.
Kelima sila pancasila merupakan nilai-nilai luhur yang bersifat abstrak dan
bersifat hierarki. Nilai-nilai ketuhanan menduduki hierarki yang tertinggi, karena
menjadi sumber dari nilai-nilai kemanusiaan, kebangsaan, demokratis, dan keadilan
sosial.
Pendidikan nasional merupakan aspek pokok yang harus berlandasan
pancasila dan UUD !945 UU NO.20 tahun 2003 pasal 3 tentang sistem pendidikan
nasional menyebutkan bahwa :
Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa, yang bermartab dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

B. Rumusan Masalah
 Bagaiman sejarah tersusunya pancasila
 Apa yang dimaksud dengan pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia
 Hal- hal yang terkandung di dalam pancasila sebagai filsafat bangsa

C. Tujuan Pembahasan
 Untuk memahami konsep pancasila sebagai sistem filsafat
 Untuk mengetahui dan memahami bagaimana sejarah tersusunnya Pancasila
 Untuk mengetahui hal- hal yang terkandung dalam pancasila sebagai filsafat
bangsa
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah lahirnya Pancasila
Berlatar belakang dari rapat para pendiri bangsa dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) di Gedung Chuo Sangi In, Jakarta, pada masa itu dikenal
dengan Gedung Volksraad yang sekarang dikenal sebagai Gedung Pancasila.
Berawal dari kekalahan Jepang di bagian Asia Timur Raya, di bentuklah BPUPKI
merupakan badan yang dibentuk oleh pemerintah Jepang pada tanggal 29 April 1945
sebagai rekayasa Jepang untuk mendapatkan dukungan rakyat Indonesai bahwa Jepang
akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia, hal tersebut disampaikan oleh Perdana
Menteri Kaiso pada tanggal 7 September 1944.
BPUKI beranggotakan 62 orang, termasuk ketua dan wakil ketua yang terdiri atas
politikus, negarawan, dan para perintis kemerdekaan. BPUPKI di ketuai oleh Dr. Radjiman
Widiodiningrat, dengan wakil ketua R. Panji Suroso dan Tuan Hachibangase dari Jepang.
Kemudian BPUPKI dilantik pada tanggal 28 Mei 1945 dan selanjutnya pada tanggal 29 Mei
1945 menyelenggarakan sidang pertama.
• Sidang pertama BPUPKI
Membicarakan rancangan dasar negara yang akan dipakai oleh Indonesia jika Indonesia
merdeka. Sidang pertama berlangsung pada 29 Mei 1945 – 1 Juni 1945.
Tiga tokoh nasionalis yang menyampaikan ide pokok rancangan dasar negara, yaitu :
- Prof. Mr. Muh. Yamin
- Dr. Soepomo dan
- Ir. Soekarno
Dalam sidang yang pertama belum dpaat menemukan titik sepakat menganai rumusan
dasar negara yang akan dipakai pada saat Indonesia Merdeka.
Hasil yang didapat pada sidang BPUKI pertama yaitu istilah atau nama dasar negara , yaitu
Pancasila. Pada sidang BPUPKI yang pertama ini berhasil membentuk sebuah panitia kecil
yang berjumlah 8 orang untuk membahas usul-usul yang dikemukakan oleh para pembicara.
Anggota Panitia kecil :
- Ir. Soekarno
- Mr.A.A. Maramis
- Ki Agus Hadikusumo
- Kh. Wahid Hasyim
- Soetarji Kartohadikusumo
- Abikoesno TjokroSujoyo
- Mr. Ahmad SoebPanitia 8 dan Badan Penasehat Pemerintahan Balatentara Jepang
mengadakan rapt di kediaman Ir. Soekarno, dalam rapat tersebut menyetujui bahwa
Indonesia akan merdeka dalal waktu secepatnya. Guna menuntaskan hukum dasar
dibentuklah Panitia Sembilan atau Panitia Perumusan yang terdiri atas :
- Ir. Soekarno (ketua)
- Drs. Moh. Hatta (wakil ketua)
- Mr. A.A. Maramis
- Kh. Wahid Hasyim
- Abdoel Kahar Muzakir
- H. Agus Salim
- Abikoeno Tjokrosujoyo
- Mr. Achmad Soebardjo
- Mr. Muh Yamin
Panitia Sembilan mengadakan rapat di kediaman Soekarno pada tanggal 22 Juni 1945, saat
itu rapat berjalan dengan cukup panas karena adanya perbedaan pendapat mengenai
konsep antara golongan nasionalis sekuler dengan golong nasionalis religius (islam). Pada
akhirnya Panitia Sembilan berhasil menyepakati bahwa rumusan dasar negara yang
tercantuk dalam Hukum Dasar yang ditanda tangani oleh 9 anggota Panitia Sembilan dikenal
dengan nama “Piagam Jakarta” (Jakarta Charter). Menurut dokumen tersebut, dasar negara
Republik Indonesia itu sebagai berikut :
a. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

• Sidang Kedua BPUPKI


Sidang kedua BPUPKI dilaksanakan pada tanggal 10 Juli 1945 sampai 14 Juli 1945. Hasil
sidang BPUPKI kedua adalah pembahasan rancangan undang-undang dasar (UUD), bentuk
negara, pernyataan merdeka, wilayah negara dan kewarganegaraan Indonesia.
- Dibentuk panitia perancang undang-undang dasar (UUD) dengan 19 anggota yang
diketuai oleh Ir. Soekarno
- Dibentuk panitia pembelaan tanah air yang diketuai oleh Abikoesno Tjokrosoejoso
serta panitia ekonomi dan keuangan yang diketuai Mohamad Hatta.
- Penentuan wilayah Indonesia merdeka yang meliputi wilayah Hindia Belanda
ditambah dengan Malaya, Borneu Utara, Papua, Timor-Portugis dan pulau-pulau di
sekitarnya.Kemudian pada tanggal 11 Juli 1945, panitia perancang UUD membentuk lagi
panitia kecil beranggotakan 7 orang yang terdiri dari ketua Prof. Dr. Mr. Soepomo dan
anggota Mr. Wongsonegoro, Mr. Achmad Soebardjo, Mr. A.A. Maramis, Mr. R.P. Singgih, H.
Agus Salim dan Dr. Soekiman.
Hasil sidang kerja panitia perancang UUD dilaksanakan pada tanggal 13 Juli 1945. Kemudian
pada tanggal 14 Juli 1945 diadakan rapat pleno BPUPKI yang menerima laporan dari panitia
perancang UUD. Terdapat 3 hak pokok yang harus masuk dalam UUD 1945 yakni pernyataan
Indonesia merdeka, pembukaan UUD serta batang tubuh UUD.
Konsep proklamasi kemerdekaan rencananya akan disusun dengan mengambil tiga alenia
pertama Piagam Jakarta. Sedangkan konsep Undang-Undang Dasar hampir seluruhnya
diambil dari alinea keempat Piagam Jakarta.
Jepang mengalami kemunduran pada Perang Kedua II kekika pasukan sekutu barat
pemimpin Amerika Serikat menjahtukan bom atom ke Hirosima pada 6 Agustus 1945 dan ke
Nagasaki pada 9 Agustus 1945. Jepang mengganti BPUPKI menjadi PPKI atau dalam bahasa
Jepang disebut “Dokuritsu Junbi Inkai”
Awalanya PPKI dibentuk untuk menggantikan BPUKI yang dianggap telah menyelesaikan
tugas. PPKI atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dibentuk untuk mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia. Adapun tugas-tugas dari PPKI itu sendiri adalah untuk melakukan
persiapan kemerdekaan. Ketua PPKIadalah Ir. Soekarno dan wakil ketua PPKI yaitu Drs.
Mohammad Hatta. Terdapat 21 Anggota PPKI yang kemudian bertambah 6 anggota lagi.
Usai pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945,
PPKI melaksanakan sidang pada tanggal 18 Agustus 1945. Sidang PPKI dilaksanakan
sebanyak tiga kali
• Sidang Pertama PPKI tanggal 18 Agustus 1945
- Hasil sidang pertama adalah mengesahkan undang-undang dasar sebagai konstitusi
negara. PPKI mengesahkan Undang-Undang (UUD 1945). Adapun rancangan batang tubuh
UUD 1945 sudah dibuat oleh BPUKI sebelumnya.
- Selain itu pada sidang pertama ini telah dilakukan previsian Piagam Jakarta dimana
kalimat “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya” diganti menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”
- Mengangkat Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden
atas usulan Otto Iskanadardinata secara aklamasi.
- Membentuk komite nasional. Fungsinya untuk membantu tugas Presiden sebelum
dibentuknya MPR dan DPR
• Sidang Kedua PPKI tanggal 19 Agustus 1945-Membentuk pemerintahan daerah yang
terdiri dari 8 provinsi. Adapun 8 provinsi yang dibentuk yaitu Sumatra, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Sunda Kecil, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.
- Membentuk Komite Nasional Daerah
- Membentuk 12 Kementerian dan 4 Menteri Negara, sebagai berikut :
No Nama MenteriDepartemen
1 R.A.A. Wiranata Kusumah Departemen Dalam Negeri
2 Mr. Achmad Soebardjo Departemen Luar Negeri
3 Prof. Dr. Mr. Soepomo Departemen Kehakiman
4 Ki Hajar Dewantara Departemen Pengajaran
5 Abikusno Tjokrosujoso Departemen Pekerjaan Umum
6 Abikusno Tjokrosujoso Departemen Perhubungan
7 A.A. Maramis Departemen Keuangan
8 Ir. Surachman Tjokroadisurjo Departemen Kemakmuran
9 Dr. Buntaran Martoatmojo Departemen Kesehatan
10 Mr. Iwa Kusuma Sumantri Departemen Sosial
11 Soeprijadi Departemen Keamanan Rakyat
12 Mr. Amir Syarifudin Departemen Penerangan
13 Wachid Hasjim non-departemen
14 Dr. M. Amir non-departemen
15 Mr. R. M. Sartono non-departemen
16 R. Otto Iskandardinata non-departemen

- Membentuk Tentara Rakyat Indonesia


Dilakukan rapat kecil yang menghasilkan keputusan untuk segera membentuk Tentara
Rakyat Indonesia. Atas usulan Adam Malik, pembentukan pasukan tentara nasional ini
berasal dari tentara Heiho dan PETA.
Selain itu anggota kepolisian dimasukkan dalam departemen dalam negeri. Keputusan ini
dihasilkan dari buah pikiran Otto Iskandardinata. Kemudian Otto Iskandardinata, Abdul Kadir
dan Kasman Singodimerjo ditunjuk untuk mempersiapkan pembentukan tentara
kebangsaan dan kepolisian negara.
• Sidang Ketiga PPKI pada tanggal 22 Agustus 1945
- Menetapkan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
Di sidang ketiga Komite Nasional Indonesia Pusat atau KNIP resmi terbentuk. Sebanyak 137
anggota KNIP dilantik terdiri dari golongan muda dan masyarakat.
Pada sidang KNIP, ditunjuk Kasman Singodimerjo sebagai ketua. Sementara terdapat tiga
wakil ketua, yakni M. Sutarjo sebagai wakil ketua pertama, Latuharhary sebagai wakil ketua
kedua serta Adam Malik sebagai wakil ketua ketiga.
- Membentuk Partai Nasional Indonesia (PNI)
Partai Nasional Indonesia atau PNI yang diketuai oleh Ir. Soekarno. Pembentukan PNI
awalnya ditujukan sebagai satu-satunya partai di Indonesia.
Tujuannya untuk mewujudkan negara Republik Indonesia yang berdaulat, adil, dan makmur
berdasarkan kedaulatan rakyat.
Rancangan awal PNI sebagai partai tunggal di Indonesia kemudian ditolak. Pada akhir
Agustus 1945, rencana ini pun dibatalkan dan sejak itu gagasan yang hanya ada satu partai
di Indonesia tidak pernah dimunculkan lagi.
- Membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR)
Fungsi BKR adalah untuk menjaga keamanan umum bagi masing-masing daerah.Berkaitan
dengan pembentukan BKR, maka PETA, Laskar Rakyat dan Heiho resmi dibubarkan.
Pembentukan tentara kebangsaan Indonesia harus dilakukan segera demi kedaulatan
negara Republik Indonesia.

Pancasila sebagaia filsafat bangsa Indonesia


• Pengertian filsafat
Filsafat merupakan suatu studi yang membahas apa yang yang terjadi dalam segala aspek
kehidupan dan dalam pemikiran manusia secara kritis dengan mendalami sebab-sebab
terjadinya hal tersebut yang akan dijelaskan secara teoritis dan mendasar.
Adapun pengertian filsafat secara terminologis dapat dijabarkan, sebagai berikut :
1. Sebagai upaya spekulatif atau upaya rasional ) untuk menyajikan suatu pandangan
sistematik dan lengkap tentang realitas secara keseluruhan.
2. Upaya untuk melukiskan realitas akhir dan dasar secara nyata
3. Upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuannya seperti
sumbernya, hakikatnya, keabsahannya serta nilainya.
4. Penyelidikan kritis atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan-pernyataan yang
diajukan oleh berbagai bidang ilmu pengetahuan
5. Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu kita melihat apa yang kita katakan dan
untuk mengatakan apa yang kita lihat.
Pengertian filsafat pun dijabarkan oleh beberapa ahli salah satunya oleh Aristoteles,
menurutnya filsafat adalah memiliki kewajiban untuk menyelidiki sebab dan asas segala
benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang
sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.
Filsafat secara harafiah berasal dari bahasa Yunani, yakni philo-sophia. Kata philo/philein
memiliki arti cinta, dan sophia/sophos memiliki arti hikmah atau kebijaksanaan. Maka
filsafat memiliki arti mencintai sesuatu hhal yang memiliki sifat bijaksana. Filsafat sendiri
merupakan ilmu atau teori yang menjadi dasar alam pikiran dalam melakukan suatu
kegiatan. Dan makna filsafat menurut D. Runes ialah sebuah ilmu yang paling umum yang
mengandung usaha untuk mencari kebijakan dan cinta akan kebijakan.
• Pancasila sebagai filsafat
Sebagai sebuah filsafat, didalam pancasila terdapat sebuah terkandung sebuah pandangan,
nilai-nilai serta suatu pemikiran yang menjadikannya inti utama dari sebuah ideologi.
Pancasila sebagai sebuah filsafat merupakan cerminan sebuah pemikiran yang kristis dan
rasoinal tentang kedudukan pancasila sebagai dasar Negara dan pandangan hidup bangsa
secara mendasar dan menyeluruh. Filsafat Pancasila ditujukan untuk semua orang dan
bukan hanya untuk bangsa Indonesia saja, sebab didalamnya terkandung konsep kehidupan
secara luas dan tidak terbatas. Didalam fisafat Pancasila ada beberapa sudut pandang yang
mendasarinya, diantaranya sebagai berikut.

• Ontologi
D. Runes mengungkapkan, ontologi merupakan teori tentang suatu keberadaan atau
eksistensi. Sedangkan menurut pemikiran Aristoteles mengenai filsafat terutama, ontologi
merupakan ilmu yang menyelidiki tentang sebuah hakikat sesuatu hal yang memiliki arti
yang sama dengam metafisika. Jadi dengan pemjelasan tersebut, ontologi ialah suatu bidang
filsafat yang mendalami sebuah makna tentag sebuah keberadaan sesuatu hal (eksistensi).
Bidang ontologi meliputi keberadaan manusia, benda, dan alam semesta beserta segala
isinya
Dalam aspek ontologi, “keberadaan” Pancasila merupakan sesuatu hal yang nyata dan
realistis. Sebab didalam Pancasila menjelaskan tentang keberadaan Tuhan serta kehidupan
masyarakat Indonesia yang majemuk adalah sesuatu yang nyata (real). Seperti yang tertera
pada sila pertama, “Ketuhanan yang Maha Esa”. Bahwa Pancasila secara ontologi mengakui
keberadaan Tuhan yang memiliki kuasa dan sebagai pencipta alam semesta.
• Epistemologi
Epistemologi merupakan cabang ilmu filsafat yang mendalami tentang dasar-dasar, asal
muasal, ketentuan, susunan metode dan kesahihan sebuah ilmu pengetahuan. Maka dari
segi epistemologi Pancasila merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang dapat dibuktikan
dan memiliki dasar-dasar yang memiliki kekuatan hukum. Sebagaimana yang tercantum
dalan UUD 1945.
• Aksiologi
Aksiologi merupakan ilmu filsafat yang mendalami tentang makna, sumber dan jenis sebuah
nilai serta tingkatan dan hakikat yang terkandung didalam sebuah nilai tersebut. Dilihat dari
segi aksiologi, Pancasila memiliki nilai-nilai yang mendasari terciptanya sebuah hak dan
kewajiban warga Negara didalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang
majemuk. Nilai-nilai tersebut merupakan cerminan dari kehidupan bangsa yang memiliki
semboyan Bhineka Tunggal Ika.

BAB III
KESIMPULAN
Bagi bangsa Indonesia, Pancasila telah diterima sebagai kesepakatan bangsa bersama tiga
pilar yang lain yaitu UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pancasila secara de yure telah disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945
sebagai dasar negara, ideologi dan falsafah bangsa. Rumusan Pancasila sebagaimana
tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV terdiri dari lima sila, azas atau prinsip yaitu :
1) Ketuhanan Yang Maha Esa;
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab;
3) Persatuan Indonesia;
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan;
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dengan berlandaskan agama, budaya, mata pencaharian dan lingkungan yang heterogen,
seluruh elemen masyarakat dapat menemukan kesamaan sebagai manusia Indonesia.
Persenyawaan tersebut pada perkembangannya berhasil menemukan nilai-nilai dasar
manusiawi yang secara konkrit digunakan untuk mengatur kehidupan bersama dalam
wadah negara, yang berwujud Pancasila.
Rumusan Pancasila secara material memuat nilai-nilai dasar manusiawi, sedangkan sebagai
dasar negara, Pancasila memiliki ciri khas yang hanya diperuntukkan bagi bangsa Indonesia.
Atas dasar itu, keberadaan Pancasila yang pada hakekatnya adalah nilai (value) yang
berharga, yang memuat nilai-nilai dasar manusiawi dan nilai-nilai kodrati yang melekat pada
setiap individu manusia diterima oleh bangsa Indonesia (Paulus Wahana, 2001: 73).
Mencermati nilai-nilai dasar yang melekat dalam kehidupan manusia, Notonagoro yang
membahas Pancasila secara ilmiah populer, menjelaskan bahwa sesuai sifatnya manusia
memiliki sifat individual dan sekaligus sebagai makhluk sosial. Dengan memaknai nilai-nilai
dasar manusiawi tersebut, wajar bahwa nilai-nilai Pancasila dapat diterima oleh seluruh
bangsa Indonesia sebagai bangsa yang memiliki landasan hubungan antara manusia dengan
Tuhan Penciptanya, dengan sesamanya dan dengan lingkungan alamnya (Notonagoro, 1987:
12-23).
Sebagai nilai-nilai dasar manusiawi, Pancasila dalam implementasinya dapat dijabarkan
kedalam nilai-nilai yang lebih khusus, lebih terperinci dan lebih operasional, sehingga dapat
ditemukan dan dikembangkan dalam berbagai aspek kehidupan. Sehubungan dengan hal
itu, perlu dipahami bahwa nilai-nilai Pancasila sebenarnya memiliki sifat sebagai realitas
yang abstrak, umum, universal, tetap tidak berubah, normatif dan berguna sebagai
pendorong tindakan manusia (Paulus Wahana, Loc. Cit : 29-33).
Kelima sila, azas atau prinsip Pancasila dapat dikristalisasikan kedalam lima dasar yaitu nilai
keTuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Pancasila merupakan
jalinan nilai-nilai dasar dan merupakan kristalisasi dari nilai-nilai budaya, nilai-nilai asli yang
hidup, yang berasal dan berakar dari bangsa Indonesia.
Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara setelah ditetapkan oleh PPKI
pada tanggal 18 Agustus 1945, dalam perkembangannya dikuatkan kembali melalui
Ketetapan MPR RI No. XVIII/MPR/1998. Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan
ideologi bangsa dapat dipandang dari tiga aspek yaitu filosofis, yuridis dan politik.
Berdasarkan aspek filosofis, Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional berisi nilai
dan gagasan atau ide dasar. Sebagai dasar negara, nilai-nilai Pancasila menjadi pijakan
normatif dan orientasi dalam memecahkan masalah kebangsaan dan kenegaraan, sehingga
isi gagasan mengenai Pancasila dapat dijadikan jawaban tentang persoalan kebangsaan,
kemanusiaan, demokrasi, kesejahteraan dan Ketuhanan. Lima prinsip dasar ini dipahami
tetap relevan sebagai acuan normatif dan orientasi ketika bangsa dan negara Indonesia
menghadapi persoalan serupa, meskipun dalam konteks zaman yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA:
1. https://fhukum.unpatti.ac.id/htn-han/151-implementasi-nilai-nilai-pancasila-
sebagai-falsafah-pandangan-hidup-dapat-meningkatkan-kesadaran-masyarakat-
dalam-ketahanan-pangan
2. https://www.kompasiana.com/jodhioding/5cbc89bea8bc1526e32a2c22/apa-itu-
filsafat-pengertian-dan-kegunaan-filsafat?page=all
3. https://www.zonareferensi.com/pengertian-filsafat/
4. https://guruppkn.com/pancasila-sebagai-filsafat
5. https://info-makalah.blogspot.com/2010/06/makalah-sejarah-pancasila.html
6. https://guruppkn.com/pancasila-sebagai-filsafat

Anda mungkin juga menyukai