Anda di halaman 1dari 52

tiada hari tanpa

belajar, belajar dan


belajar
Minggu, 22 September 2013

Konsep, Fungsi, Tujuan Pancasila dan UUD


1945

Konsep, Fungsi, Tujuan Pancasila dan UUD 1945


A. Konsep, Fungsi dan Tujuan Pancasila

Pancasila dapat diartikan sebagai lima dasar yang dijadikan dasar negara serta pandangan
hidup bangsa. Suatu bangsa tidak akan dapat berdiri dengan kokoh tanpa dasar negara yang kuat
dan tidak dapat mengetahui dengan jelas kemana arah tujuan yang akan dicapai tanpa Pandangan
Hidup. Dengan adanya Dasar Negara, suatu bangsa tidak akan terombang ambing dalam
menghadapi permasalahan baik yang dari dalam maupun dari luar. Pengertian Pancasila secara
Etimologis, Historis dan Terminologis

Pancasila telah menjadi istilah resmi sebagai dasar falsafah negara Republik Indonesia, baik
ditinjau dari sudut bahasa maupun sudut sejarah. Berikut ini adalah pengertian Pancasila:

a. Secara Etimologis

Secara etimologis istilah 'pancasila' berasal dari sansekerta dari india (bahasa kasta
brahmana). Menurut muhammad yamin, dalam bahasa sansekerta perkataan 'pancasila' memiliki
dua macam arti secara leksikal yaitu: "panca" artinya lima"syila" vokal i pendek artinya "batu sendi"
alas atau "dasar" "syiila" vokal i panjang artinya "peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau
yang senonoh"

b. Secara Historis

a) Mr. Muhammad Yamin (29 Mei 1945)

Pidatonya yang berisi lima dasar Negara Indonesia:


1. Peri Kebangsaan

2. Peri Kemanusiaan

3. Peri Ketuhanan

4. Peri Kerakyatan

5. Kesejahteraan Rakyat

Usulan tertulisnya adalah sebagai berikut.

(1) Ketuhanan Yang Maha Esa

(2) Kebangsaan Persatuan Indonesia

(3) Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab

(4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan

(5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

b) Ir. Soekarno (1 Juni 1945)

(1) Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia

(2) Internasionalisme atau Peri kemanusiaan

(3) Mufakat atau Demokrasi

(4) Kesejahteraan Sosial

(5) Ketuhanan yang berkebudayaan

Selanjutnya kelima sila tersebut dapat diperas menjadi 'Tri sila' yang rumusannya :

1) Sosio Nasional, yaitu Nasionalisme dan Internasionalisme

2) Sosio Demokrasi, yaitu Demokrasi dengan kesejahteraan rakyat

3) Ketuhanan Yang Maha Esa.

Tri Sila ini bisa diperas lagi menjadi Eka Sila, yaitu Gotong Royong.

c) Piagam Jakarta (22 Juni 1945)

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at islam bagi pemeluk-pemeluknya

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

c. Pengertian Pancasila secara Terminologis

(a) Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

(b) Dalam Konstitusi RIS (Republik Indonesia Serikat)

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Peri kemanusiaan

3. Kebangsaan

4. Kerakyatan

5. Keadilan Sosial

(c) Rumusan Pancasila di Kalangan masyarakat

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Peri Kemanusiaan

3. Kebangsaan

4. Kedaulatan rakyat

5. Keadilan Sosial

Fungsi pokok Pancasila adalah sebagai Dasar Negara yang merupakan sumber kaidah
hukum yang mengatur negara Republik Indonesia, termasuk di dalamnya seluruh unsur-unsurnya
yakni pemerintah, wilayah dan rakyat. Pancasila dalam kedudukannya seperti inilah yang merupakan
dasar pijakan penyelenggaraan negara dan seluruh kehidupan negara Republik Indonesia. Pancasila
sebagai dasar negara mempunyai arti menjadikan Pancasila sebagai dasar untuk mengatur
penyelenggaraan pemerintahan. Konsekuensinya adalah Pancasila merupakan sumber dari segala
sumber hukum. Hal ini menempatkan Pancasila sebagai dasar negara yang berarti melaksanakan
nilai-nilai Pancasila dalam semua peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu,
sudah seharusnya semua peraturan perundang-undangan di negara Republik Indonesia bersumber
pada Pancasila. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia mempunyai implikasi bahwa
Pancasila terikat oleh suatu kekuatan secara hukum, terikat oleh struktur kekuasaan secara formal,
dan meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai dasar negara.

Pancasila Sebagai Dasar Negara tentunya memiliki fungsi yang sangat penting.Fungsi
Pancasila adalah sebagai berikut:

(a) Pandangan Hidup Bangsa Indonesia. Bagi bangsa Indonesia, sikap hdup yang diyakini kebenarannya
tersebut bernama Pancasila. Nilai-nilai yang terkandung di dalam sila-sila Pancasila tersebut berasal
dari budaya masyarakat bangsa Indonesia sendiri. Oleh karena itu, Pancasila sebagai inti dari nilai-
nilai budaya Indonesia maka Pancasila dapat disebut sebagai cita-cita moral bangsa Indonesia. Cita-
cita moral inilah yang kemudian memberikan pedoman, pegangan atau kekuatan rohaniah kepada
bangsa Indonesia di dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

(b) Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa Indonesia. Menurut Von Savigny bahwa setiap bangsa punya jiwanya
masing-masing yang disebut Volkgeist, artinya Jiwa Rakyat atau Jiwa Bangsa. Pancasila sebagai jiwa
Bangsa Indonesia lahir bersamaan dengan adanya Bangsa Indonesia sendiri yaitu sejak jaman dahulu
kala. Menurut Prof. Mr. A.G. Pringgodigdo bahwa Pancasila itu sendiri telah ada sejak adanya Bangsa
Indonesia. karena Pancasila memberikan corak yang khas kepada bangsa Indonesia dan tak dapat
dipisahkan dari bangsa Indonesia, serta merupakan ciri khas yang dapat membedakan bangsa
Indonesia dari bangsa yang lain. Terdapat kemungkinan bahwa tiap-tiap sila secara terlepas dari
yang lain bersifat universal, yang juga dimiliki oleh bangsa-bangsa lain di dunia ini, akan tetapi kelima
sila yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan itulah yang menjadi ciri khas bangsa
Indonesia.

(c) Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia, artinya Pancasila lahir bersama dengan lahirnya
bangsa Indonesia dan merupakan ciri khas bangsa Indonesia dalam sikap mental maupun tingkah
lakunya sehingga dapat membedakan dengan bangsa lain. Nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila dapat dijadikan dasar dalam motivasi dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, untuk mencapai tujuan nasional, yaitu memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan berbangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Pancasila sebagai
pedoman dan pegangan dalam pembangunan bangsa dan Negara agar dapat berdiri dengan kokoh.
Selain itu, pancasila sabagai identitas diri bangsa akan terus melekat pada di jiwa bangsa Indonesia.
Pancasila bukan hanya di gali dari masa lampau atau di jadikan kepribadian bangsa waktu itu,
tetatapi juga diidealkan sebagai kepribadian bangsa sepanjang masa.

(d) Perjanjian Luhur artinya Pancasila telah disepakati secara nasional sebagai dasar negara tanggal 18
Agustus 1945 melalui sidang PPKI (Panitia Persiapan kemerdekaan Indonesia).
(e) Sumber dari segala sumber tertib hukum artinya; bahwa segala peraturan perundang- undangan
yang berlaku di Indonesia harus bersumberkan Pancasila atau tidak bertentangan dengan
Pancasila. Pancasila tercantum dalam ketentuan tertinggi yaitu Pembukaan UUD 1945, kemudian
dijelmakan atau dijabarkan lebih lanjut dalam pokok-pokok pikiran, yang meliputi suasana kebatinan
dari UUD 1945, yang pada akhirnya dikongkritisasikan atau dijabarkan dari UUD1945, serta hukum
positif lainnya.

(f) Cita- cita dan tujuan yang akan dicapai bangsa Indonesia, yaitu masyarakat adil dan makmur yang
merata materiil dan spiritual yang berdasarkan Pancasila. Dalamhal ini hendak diwujudkan oleh
bangsa Indonesia adalah masyarakat yang adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual
berdasarkan Pancasila dalam wadah NKRI yang merdeka, bersatu,berdaulatan rakyat dalam suasana
peri-kehidupan bangsa yang aman, tenteram,tertib dan dinamis, serta dalam lingkungan pergaulan
dunia yang merdeka,bersahabat dan tentram. “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu
Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa …” pada
kutipan alenia dapat disimpulkan bahwa tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia adalah.

a. Untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Republik Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Melindungi segenap bangsa artinya adalah
pemerintah berupaya untuk melindungi seluruh bangsanya, dari segi internal maupun eksternal.

b. Tujuan nasional bangsa yang kedua adalah memajukan kesejateraan umum/bersama. Negara
Indonesia menginginkan situasi dan kondisi rakyat yang bahagia, makmur, adil, dan sentosa.

c. Tujuan Indonesia menurut UUD 1945 yang ketiga adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sebuah bangsa akan maju bila didukung oleh rakyatnya yang memiliki pengetahuan luas, pintar, dan
intelek.

d. Tujuan nasional Indonesia yang terakhir adalah ikut berperan aktif dan ikut serta dalam
melaksanakan ketertiban dunia yang berlandaskan kemerdekaan, perdamaian abadi dan kedilan
sosial.

(g) Pancasila sebagai falsafah hidup yang mempersatukan Bangsa Indonesia. Pancasila merupakan
sarana yang ampuh untuk mempersatukan Bangsa Indonesia. karena Pancasila adalah palsafah
hidup dan kepribadian Bangsa Indonesia yang mengandung nilai-nilai dan norma-norma yang oleh
Bangsa Indonesia diyakini paling benar, adil, bijaksana dan tepat untuk mempersatukan seluruh
rakyat Indonesia.

(h) Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia. Ideologi dapat diartikan sebagai Ilmu tentang ide atau
gagasan yang bersifat mendasar. Ideologi ialah seperangkat nilai yang diyakini kebenarannya oleh
suatu bangsa dan digunakan untuk menata masyarakatnya. Pancasila sebagai ideologi nasional
merupakan kumpulan nilai yang diyakini kebenarannya oleh Bangsa Indonesia dan digunakan untuk
menata masyarakat. Sebagai ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila sebagai ikatan budaya(
cultural bond) yang berkembangan secara alami dalam kehidupan masyarakat Indo nesia bukan
secara paksaan atau Pancasila adalah sesuatu yang sudah mendarah daging dalam kehidupan sehari-
hari bangsa Indonesia. Sebuah ideologi dapat bertahan atau pudar dalam menghadapi perubahan
masyarakat tergantung daya tahan dari ideologi itu. Fungsi Pancasila sebagai Ideologi Negara, yaitu :

a. Memperkokoh persatuan bangsa karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk.

b. Mengarahkan bangsa Indonesia menuju tujuannya dan menggerakkan serta membimbing bangsa
Indonesia dalam melaksanakan pembangunan.

c. Memelihara dan mengembangkan identitas bangsa dan sebagai dorongan dalam pembentukan
karakter bangsa berdasarkan Pancasila.

d. Menjadi standar nilai dalam melakukan kritik mengenai kedaan bangsa dan Negara.

Tujuan dari Pancasila

Tujuan dari Pancasila adalah sebagai berikut :

a. Menghendaki bangsa yang religius yang taat kepada Tuhan

b. Menjadi bangsa yang menghargai Hak Asasi Manusia (Ham)

c. Menghendaki menjadi bangsa yang nasionalis yang mencintai tanah air Indonesia

d. Menghendaki bangsa yang demkratis

e. Menjadi bangsa yang adil secara sosial ekonomi

B. Konsep dan Fungsi UUD 1945

UUD 1945 adalah hukum dasar yang menetapkan struktur dan prosedur organisasi yang
harus diikuti oleh otoritas publik agar keputusan-keputusan yang dibuat mengikat komunitas politik.

Undang-undang Dasar bukanlah hukum biasa, melainkan hukum dasar, yaitu hukum dasar
yang tertulis. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis. Dengan demikian
setiap produk hukum seperti undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, ataupun
bahkan setiap tindakan atau kebijakan pemerintah haruslah berlandaskan dan bersumber pada
peraturan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya kesemuanya peraturan perundang-undangan
tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan UUD 1945, dan muaranya
adalah Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara

Dalam kedudukan yang demikian itu, UUD 1945 dalam kerangka tata urutan perundangan
atau hierarki peraturan perundangan di Indonesia menempati kedudukan yang tertinggi. Dalam
hubungan ini, UUD 1945 juga mempunyai fungsi sebagai alat kontrol, dalam pengertian UUD 1945
mengontrol apakah norma hukum yang lebih rendah sesuai atau tidak dengan norma hukum yang
lebih tinggi, dan pada akhirnya apakah norma-norma hukum tersebut bertentangan atau tidak
dengan ketentuan UUD 1945.
Undang-Undang Dasar bukanlah satu-satunya atau keseluruhan hukum dasar, melainkan
hanya merupakan sebagian dari hukum dasar, yaitu hukum dasar yang tertulis. Disamping itu masih
ada hukum dasar yang lain, yaitu hukum dasar yang tidak tertulis.

Sebagai sumber hukum tertinggi dan sumber segala kewenangan karena UUD 1945 itu merupakan
sumber dari segala sumber hukum, sumber dari segala kewenangan, sumber dari segala badan
kenegaraan.

Fungsi UUD 1945 adalah sebagai pedoman acuan dalam penyelenggaraan kehidupan
berbangsa dan bernegara.

Pokok pikiran UUD 1945 adalah sebagai berikut:

1. Sepakat untuk tidak mengubah pembukaan UUD 1945

2. Sepakat untuk mempertahankan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia

3. Sepakat untuk mempertahankan sistem presidensil (menyempurnakan agar betul-betul memenuhi


ciri-ciri umum sistem presidensil )

4. Sepakat untuk memindahkan hal-hal normative yang ada dalam penjelasan UUD 1945 kedalam
pasal-pasal UUD 1945.

Adapun sifat-sifat UUD 1945 antara laian:

(a) Sifatnya tertulis maka rumusannya jelas, merupakan suatu hukum positif yang mengikat pemerintah
sebagai penyelenggara negara maupun setiap warga negara.

(b) Dalam penjelasan UUD 1945 disebutkan Bahwa UUD 1945 bersifat singkat dan supel. Memuat
aturan-aturan pokok yang harus dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman serta memuat
HAM.

(c) Memuat norma-norma/ aturan yang dapat dan harus dilaksanakan secara konstitusional.

(d) Dalam setiap hukum nasional UUD 1945 merupakan peraturan hukum positif tertinggi, disamping itu
sebagai alat kontrol terhadap norma-norma hukum positif yang lebih rendah alam hirarchi tertib
hukum Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.diwarta.com/pengertian-pancasila-dan-fungsi-pancasila-sebagai-dasar-
negara/758/ (diakses 5 Maret 2013)
http://sosbud.kompasiana.com/2012/06/08/pancasila-adalah-visi-indonesia-463141.html (diakses 5
Maret 2013)

http://carapedia.com/pengertian_definisi_pancasila_info2034.html (diakses 5 Maret 2013)

http://mentarivision.blogspot.com/2011/12/fungsi-fungsi-pancasila.html (diakses 5 Maret 2013)

http://globalmaya.wordpress.com/2012/01/12/fungsi-pancasila/ (diakses 5 Maret 2013)

http://stiebanten.blogspot.com/2011/06/fungsi-dan-kedudukan-uud-1945.html (diakses 5 Maret


2013)

Diposting oleh FLory Kresinda Sonnie di 01.07

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

1 komentar:
1.

Mufti Muzdalifah20 September 2014 23.32

Izin copas ya sist, semoga bermanfaat.


Trmksh :)
Balas

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)

Pete The Penguin Virtual Pet


Wags The Wolf Virtual Pet
Daily Calendar
Arsip Blog
 ► 2014 (3)
 ▼ 2013 (25)
o ▼ September (25)
 MANUSIA DAN LINGKUNGAN (Konsep Dasar IPS SD 1 )
 Perkembangan Intelektual (PBPD)
 PERKEMBANGAN BAHASA (PBPD)
 PERKEMBANGAN MORAL (PBPD)
 KONSEP DASAR PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
 Pendekatan Penerapan Pendidikan Budi Pekerti
 Sumber dan Fungsi Norma (Mata Kuliah Budi Pekerti)...
 Perspektif Global Sejarah, Geografi, Ekonomi, Antr...
 Cara Mengatasi Anak Dengan Gangguan Penglihatan (T...
 Cara Mengatasi Anak Dengan Gangguan Penglihatan (T...
 PELAYANAN DAN PENGEMBANGAN DIRI SISWA
 GURU SEBAGAI PROFESI
 Administrasi Personalia
 Sekolah Sebagai Laboratorium Demokrasi
 Komunikasi Sosial Budaya Indonesia dan Karakter Wa...
 Pengertian, Macam dan Jenis Hak Asasi Manusia / HA...
 Konsep, Fungsi, Tujuan Pancasila dan UUD 1945
 Konsep Demokrasi Dan Demokrasi Konstitusional Indo...
 KEBANGGAAN SEBAGAI BANGSA INDONESIA
 DEMOKRASI
 Individu Sebagai Makhluk Tuhan YME, Makhluk Sosial...
 AMANDEMEN UUD ‘45
 Paradigma Baru Dalam PKN di SD
 Pendekatan Keterampilan Proses (Belajar dan Pembel...
 EVALUASI HASIL BELAJAR (BELAJAR DAN PEMBELAJARAN)
 ► 2012 (14)
Mengenai Saya

FLory Kresinda Sonnie


Mahasiswa
Universitas
Negeri
padang|Jurusan
Pendidikan
Guru Sekolah
Dasar| TM 2011
Lihat profil lengkapku

Tema Tanda Air. Diberdayakan oleh Blogger.

Konsep Pancasila

Pancasila dapat diartikan sebagai lima dasar yang dijadikan dasar negara serta pandangan hidup
bangsa. Suatu bangsa tidak akan dapat berdiri dengan kokoh tanpa dasar negara yang kuat dan tidak
dapat mengetahui dengan jelas kemana arah tujuan yang akan dicapai tanpa Pandangan Hidup.
Dengan adanya Dasar Negara, suatu bangsa tidak akan terombang ambing dalam menghadapi
permasalahan baik yang dari dalam maupun dari luar.Pengertian Pancasila secara Etimologis,
Historis dan Terminologis.
Pancasila telah menjadi istilah resmi sebagai dasar falsafah negara RepublikIndonesia, baik ditinjau
dari sudut bahasa maupun sudut sejarah. Berikut ini adalah pengertian Pancasila:

1. Secara Etimologis

Secara etimologis istilah 'pancasila' berasal dari sansekerta dari india (bahasa kasta brahmana).
Menurut muhammad yamin, dalam bahasa sansekerta perkataan 'pancasila' memiliki dua macam
arti secara leksikal yaitu: "panca" artinya lima"syila" vokal i pendek artinya "batu sendi" alas atau
"dasar" "syiila" vokal i panjang artinya "peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau yang
senonoh".

2. Secara Historis

a. Mr. Muhammad Yamin (29 Mei 1945)

Pidatonya yang berisi lima dasar Negara Indonesia:

· Peri Kebangsaan

· Peri Kemanusiaan

· Peri Ketuhanan

· Peri Kerakyatan

· Kesejahteraan Rakyat

Usulan tertulisnya adalah sebagai berikut:

1) Ketuhanan Yang Maha Esa

2) Kebangsaan Persatuan Indonesia

3) Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab

4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan

5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

b. Ir. Soekarno (1 Juni 1945)

1) Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia

2) Internasionalisme atau Peri kemanusiaan

3) Mufakat atau Demokrasi

4) Kesejahteraan Sosial

5) Ketuhanan yang berkebudayaan


Selanjutnya kelima sila tersebut dapat diperas menjadi 'Tri sila' yang rumusannya:

a. Sosio Nasional, yaitu Nasionalisme dan Internasionalisme

b. Sosio Demokrasi, yaitu Demokrasi dengan kesejahteraan rakyat

c. Ketuhanan Yang Maha Esa

Tri Sila ini bisa diperas lagi menjadi Eka Sila, yaitu Gotong Royong.

c. Piagam Jakarta (22 Juni 1945)

1) Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at islam bagi pemeluk-pemeluknya

2) Kemanusiaan yang adil dan beradab

3) Persatuan Indonesia

4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan

5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

hamid darmadi
Selasa, 09 Juli 2013

URGENSI PENDIDIKAN PANCASILA DAN


KEWARGANEGARAAN Oleh : HAMID DARMADI

A. Pentingnya Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara Republik
Indonesia seperti tercantum dalam alenia ke keempat Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji
kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu kekuatan
manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa
Indonesia.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dapat dimaknai sebagai wahana
untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada
budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku
kehidupan sehari-hari peserta didik baik sebagai individu, maupun sebagai anggota
masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistim Pendidikan
Nasional (Sidiknas) Pasal 2 dan Pasal 3 dikatakan bahwa: “Pendidikan nasional
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) berupaya mengantarkan
warganegara Indonesia menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air; menjadi warga negara demokratis yang
berkeadaban; yang memiliki daya saing: berdisiplin, dan berpartisipasi aktif dalam
membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila. PPKn
adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga
masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan
kesadaran kepada generasi baru bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan
masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat (Zamroni, dalam
ICCE, 2003)

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan memiliki peran penting dalam


kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
adalah bentuk pengemblengan individu-individu agar mendukung dan memperkokoh
komunitas politik sepanjang komunitas politik itu adalah hasil kesepakatan. David
Kerr,1999 mengindikasikan PPKn Indonesia dan Pendidikan kewarganegaraan
suatu negara akan senantiasa dipengaruhi oleh nilai-nilai dan tujuan pendidikan
sebagai faktor struktural utama. PPKn bukan semata-mata membelajarkan fakta
tentang lembaga dan prosedur kehidupan politik tetapi juga persoalan jati diri dan
identitas bangsa (Kymlicka, 2001).

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berkontiribusi penting


menunjang tujuan bernegara Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945. PPKn berkaitan dan berjalan seiring dengan perjalanan pembangunan
kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. PPKn merupakan bagian integral
dari ide, instrumentasi, dan praksis kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara Indonesia (Udin Winataputra,2008) Pendidikan nasional pada hakikatnya
adalah PPKn untuk melahirkan warga negara Indonesia yang berkualitas baik dalam
disiplin sosial dan nasional, dalam etos kerja, dalam produktivitas kerja, dalam
kemampuan intelektual dan profesional, dalam tanggung jawab kemasyarakatan,
kebangsaan, kemanusiaan serta dalam moral, karakter dan kepribadian (Soedijarto,
2008).
Kehadiran kurikulum Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraanberupaya
menanamkan sikap kepada warga negara Indonesia umumnya dan generasi
muda bangsa khususnya agar: (1)Memiliki wawasan dan kesadaran kebangsaan
dan rasa cinta tanah air sebagai perwujudan warga negara Indonesia yang
bertanggung jawab atas kelangsungan hidup bangsa dan negara; (2)Memiliki
wawasan dan penghargaan terhadap keanekaragaman masyarakat Indonesia
sehingga mampu berkomunikasi baik dalam rangka meperkuat integrasi nasional;
(3)Memiliki wawasan, kesadaran dan kecakapan dalam melaksanakan hak,
kewajiban, tanggung jawab dan peran sertanya sebagai warga negara yang cerdas,
trampil dan berkarakter; (4)Memiliki kesadaran dan penghormatan terhadap hak-hak
dasar manusia serta kewajiban dasar manusia sehingga mampu memperlakukan
warga negara secara adil dan tidak diskriminatif;(5)Berpartisipasi aktif membangun
masyarakat Indonesia yang demokratis dengan berlandaskan pada nilai dan
budaya demokrasi yang bersumber pada Pancasila; (6)Memiliki pola sikap, pola
pikir dan pola perilaku yang mendukung ketahanan nasional Indonesia serta mampu
menyesuaikan dirinya dengan tuntutan perkembangan zaman demi kemajuan
bangsa.

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah mewujudkan warga negara


sadar bela negara berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan
mengembangkan jati diri dan moral bangsa dalam perikehidupan
bangsa. Mahasiswa adalah bibit unggul bangsa yang dimana pada masanya nanti
bibit ini akan melahirkan pemimpin dunia. Karena itulah diperlukan pendidikan moral
dan akademis yang akan menunjang sosok pribadi mahasiswa. Kepribadian
mahasiswa akan tumbuh seiring dengan waktu dan mengalami proses pembenahan,
pembekalan, penentuan, dan akhirnya pemutusan prinsip diri. Negara, masyarakat
masa datang, diperlukan ilmu yang cukup untuk dapat mendukung kokohnya
pendirian suatu Negara.

Negara yang akan melangkah maju membutuhkan daya dukung besar dari
masyarakat, membutuhkan tenaga kerja yang lebih berkualitas, dengan semangat
loyalitas yang tinggi. Negara didorong untuk menggugah masyarakat agar dapat
tercipta rasa persatuan dan kesatuan serta rasa turut memiliki. Masyarakat harus
disadarkan untuk segera mengabdikan dirinya pada negaranya, bersatu padu dalam
rasa yang sama untuk menghadapi krisis budaya, kepercayaaan, moral dan lain-lain.
Negara harus menggambarkan image pada masyarakat agar timbul rasa bangga
dan keinginan untuk melindungi serta mempertahankan Negara kita.Pendidikan
kewarganegaraan adalah sebuah sarana tepat untuk memberikan gambaran secara
langsung tentang hal-hal yang bersangkutan tentang kewarganegaraan pada
mahasiswa.

Pendidikan kewarganegaraan sangat penting. Dalam konteks Indonesia,


pendidikan kewarganegaraan itu berisi antara lain mengenai pruralisme yakni sikap
menghargai keragaman, pembelajaran kolaboratif, dan kreatifitas. Pendidikan itu
mengajarkan nilai-nilai kewarganegaraan dalam kerangka identitas nasional. Seperti
yang pernah diungkapkan salah satu rektor sebuah universitas, “tanpa pendidikan
kewarganegaraan yang tepat akan lahir masyarakat egois.Tanpa penanaman nilai-
nilai kewarganegaraan, keragaman yang ada akanmenjadi penjara dan neraka
dalam artian menjadi sumber konflik. Pendidikan, lewat kurikulumnya, berperan
penting dan itu terkait dengan strategi kebudayaan.”
Beliau menambahkan bahwa ada tiga fenomena pasca perang dunia II,yaitu :
1. Fenomena pertama, saat bangsa-bangsa berfokus kepada nation-building atau
pembangunan institusi negara secara politik. Di Indonesia, itu diprakarsai mantan
Presiden Soekarno. Pendidikan arahnya untuk nasionalisasi.
2. Fenomena kedua, terkait dengan tuntutan memakmurkan bangsa yangkemudian
mendorong pendidikan sebagai bagian dari market-builder atau penguatan pasar
dan ini diprakarsai mantan Presiden Soeharto.
3. Fenomena ketiga, berhubungan dengan pengembangan peradaban dan
kebudayaan. Singapura, Korea Selatan, dan Malaysia sudah menampakkan
fenomena tersebut dengan menguatkan pendidikannya untuk mendorong riset,
kajian-kajian, dan pengembangan kebudayaan.

Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana


untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan
jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam
bela negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan
negara.Sehingga dengan mencerdaskan kehidupan bangsa, memberi ilmu tentang
tata Negara, menumbuhkan kepercayaan terhadap jati diri bangsa serta moral
bangsa, maka takkan sulit untuk menjaga kelangsungan kehidupan dan kejayaan
Indonesia.
Kompetensi yang diharapkan dari mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
antara lain agar mahasiswa mampu menjadi warga negara yang memiliki
pandangan dan komitmen terhadap nilai-nilai demokrasi dan HAM, agar mahasiswa
mampu berpartisipasi dalam upaya mencegah dan menghentikan berbagai tindak
kekerasan dengan cara cerdas dan damai, agar mahasiswa memilik kepedulian dan
mampu berpartisipasi dalam upaya menyelesaikan konflik di masyarakat dengan
dilandasi nilai-nilai moral, agama, dan nilai-nilai universal, agar mahasiwa mampu
berpikir kritis dan objektif terhadap persoalan kenegaraan, HAM, dan demokrasi,
agar mahasiswa mampu memberikan kontribusi dan solusi terhadap berbagai
persoalan kebijakan publik, agar mahasiswa mampu meletakkan nilai-nilai dasar
secara bijak (berkeadaban).
Pendidikan Kewarganegaraan lah yang mengajarkan bagaimana seseorang
menjadi warga negara yang lebih bertanggung jawab.Karena kewarganegaraan itu
tidak dapat diwariskan begitu saja melainkan harus dipelajari dan di alami oleh
masing-masing orang. Apalagi negara kita sedang menuju menjadi negara yang
demokratis, maka secara tidak langsung warga negaranya harus lebih aktif dan
partisipatif.Oleh karena itu kita sebagai mahasiswa harus memepelajarinya, agar kita
bisa menjadi garda terdepan dalam melindungi negara. Garda kokoh yang akan
terus dan terus melindungi Negara walaupun akan banyak aral merintang di depan.
Kita semua tahu bahwa Pendidikan Kewarganegaraan mengajarkan bagaimana
warga negara itu tidak hanya tunduk dan patuh terhadap negara, tetapi juga
mengajarkan bagaimana sesungguhnya warga negara itu harus toleran dan
mandiri.Pendidikan ini membuat setiap generasi baru memiliki ilmu pengetahuan,
pengembangan keahlian, dan juga pengembangan karakter publik.Pengembangan
komunikasi dengan lingkungan yang lebih luas juga tecakup dalam Pendidikan
Kewarganegaraan. Meskipun pengembangan tersebut bisa dipelajari tanpa
menempuh Pendidikan Kewarganegaran, akan lebih baik lagi jika Pendidikan ini di
manfaatkan untuk pengambangan diri seluas-luasnya.
Rasa kewarganegaraan yang tinggi, akan membuat kita tidak akan mudah
goyah dengan iming-iming kejayaan yang sifatnya hanya sementara. Selain itu kita
tidak akan mudah terpengaruh secara langsung oleh budaya yang bukan berasal
dari Indonesia dan juga menghargai segala budaya serta nilai-nilai yang berlaku di
negara kita. Memiliki sikap tersebut tentu tidak bisa kita peroleh begitu saja tanpa
belajar.Oleh karena itu mengapa Pendidikan Kewarganegaraan masih sangat
penting untuk kita pelajari.Oleh karena itu Pendidikan Kewarganegaraan sangat
penting manfaatnya, maka di masa depan harus segera dilakukan perubahan secara
mendasar konsep, orientasi, materi, metode dan evaluasi pembelajarannya.
Tujuannya adalah agar membangun kesadaran para pelajar akan hak dan
kewajibannya sebagai warga negara dan mampu menggunakan sebaik-baiknya
dengan cara demokratis dan terdidik.

B. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan bertujuan untuk menambah
wawasan para pembaca, agar memiliki motivasi bahwa Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan berkaitan erat dengan peran dan kedudukan serta kepentingan
warganegara sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat dan sebagai
warga negara Indonesia yang terdidik, serta bertekad dan bersedia untuk
mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Serta mengembangkan potensi
individu mereka sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan
kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara
cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara
Tujuan utama Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah untuk
menumbuhkan wawasan dan kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia,
memiliki sikap dan perilaku cinta tanah air yang bersendikan kebudayaan dan filsafat
bangsa Pancasila. Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Indonesia,
mengandung makna bahwa dalam setiap aspek kehidupan kebangsaan,
kemasyarakatan dan kenegaraan harus berdasarkan nilai-nilai Ke-Tuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Secara konstitusional rakyat Indonesia, melalui MPR telah menyatakan
bahwa : Pendidikan Nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia
diarahkan untuk “meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa,
mewujudkan manusia serta masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas dan mandiri, mampu membangun
dirinya dan masyarakat sekelilingnya serta dapat memenuhi kebutuhan
pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa“.
Disamping itu Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraanjuga bertujuan untuk
meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang berbudi luhur, berkepribadian,
mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif. Terampil, berdisiplin, beretos kerja,
profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.

Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia pada hakikatnya


merupakan sumber hukum dasar dalam negara Indonesia. Sebagai suatu sumber
hukum dasar secara objektif Pancasila merupakan suatu pandangan hidup,
kesadaran, cita-cita hukum, serta cita-cita moral yang luhur yang meliputi suasana
kejiwaan, serta watak bangsa Indonesia, yang pada tanggal 18 Agustus 1945 telah
dipadatkan dan diabstraksikan oleh para pendiri negara ini menjadi lima sila yang
ditetapkan secara yuridis formal menjadi dasar filsafat negara Republik Indonesia.

Unsur-unsur yang merupakan materi pendidikan Pancasila diangkat dari


pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini
merupakann kausa materialis (asal bahan) Pancasila. Unsur-unsur Pancasila
tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri negara, sehingga
Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara, ideologi bangsa dan negara
Indonesia.

Keanekaragaman suku,bangsa adat istiadat, dan agama yang berada pada


ribuan pulau yang berbeda sumber kekayaan alamnya, memungkinkan untuk terjadi
keanekaragaman kehendak dalam Negara karena tumbuhnya sikap premordalisme
sempit, yang akhirnya memungkinkan dapat terjadi konflik yang negatif, oleh karena
itu dalam pendidikan dibutuhkan alat perekat bangsa dengan adanya kesamaan
cara pandang tentang visi dan misi negara melalui wawasan nusantara sekaligus
akan menjadi kemampuan menangkal ancaman pada berbagai kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Kompentensi kehadiran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah


dimana masyarakat dan pendidikan suatu negara berupaya untuk menjamin
kelangsungan hidup serta kehidupan generasi penerusnya dan bermakna. Generasi
penerus tersebut diharapkan akan mampu mengantisipasi hari depan bangsa yang
senantiasa berubah dan selalu terkait dengan konteks dinamika budaya, bangsa,
Negara, dan hubungan internasional.

Kompetensi lulusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraanadalah


didapatnya tindakan cerdas yang penuh tanggung jawab dari seorang warga negara
dalam berhubungan dengan negara, dan memecahkan berbagai masalah hidup
bermasyarakat,berbangsa dan bernegara dengan menerapkan konsepsi falsafah
bangsa, wawasan nusantara dan ketahanan nasional. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan diharapkan dapat membuahkan sikap mental yang cerdas, penuh
rasa tanggung jawab. Sikap ini disertai dengan perilaku yang : Beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menghayati nilai–nilai falsafah bangsa;
berbudi pekerti luhur, berdisiplin; rasional, dinamis, dan sadar akan hak dan
kewajibannya sebagai warga negara; serta bersifat profesional yang dijiwai oleh
kesadaran bela negara.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berupayamemberikan semangat


perjuangan kepada genegarasi muda bangsaIndonesia dalam mengisi kemerdekaan
dan menghadapi globalisasi yang penuh tantangan. Generasi muda sebagai warga
negara Indonesia dan sebagai penerus cita-cita bangsa perlu memiliki wawasan
dan kesadaran bernegara, bersikap dan berperilaku positif, cinta tanah air serta
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa di atas kepentingan peribadi dan
golongan dalam rangka bela negara demi utuh dan tegaknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara diselenggarakan


melalui : pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran
secara wajib, pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau wajib dan
pengabdian sesuai profesi Pasal 9 ayat (2) UU No.3 Tahun 2002 Tentang
Pertahanan Negara:

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan memiliki peran penting dalam


kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
adalah bentuk pengemblengan individu-individu agar mendukung dan memperkokoh
komunitas politik sepanjang komunitas politik itu adalah hasil
kesepakatan. PPKnsenantiasa dipengaruhi oleh nilai-nilai dan tujuan pendidikan
(educational values and aims) sebagai faktor struktural utama (David Kerr, 1999).
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan bukan semata-mata membelajarkan
fakta tentang lembaga dan prosedur kehidupan politik tetapi juga persoalan jati diri
dan identitas bangsa (Kymlicka, 2001).

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berkontiribusi penting


menunjang tujuan bernegara Indonesia. Pendidikan Pancasila dan Kewarga-
negaraan secara sistematik adalah untuk mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan berkaitan dan berjalan seiring dengan perjalanan pembangunan
kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.

Generasi penerus melalui Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan diharapkanakan mampu mengantisipasi hari depan yang
senantiasa berubah dan selalu terkait dengan konteks dinamika budaya, bangsa,
negara, dalam hubungan internasional serta memiliki wawasan kesadaran
bernegara untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan perilaku yang
cinta tanah air berdasarkan Pancasila. Semua itu diperlakukan demi tetap utuh dan
tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.Tujuan utama Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran
bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air, wawasan nusantara, serta
ketahanan nasional dalam diri warga negara Republik Indonesia. Selain itu bertujuan
untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang berbudi luhur, berkepribadian,
mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja,
profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.
Pengembangan nilai, sikap, dan kepribadian diperlukan pembekalan kepada
peserta didik di Indonesia yang diantaranya dilakukan melalui Pendidikan Pancasila,
Pendidikan Agama, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar, dan Ilmu Alamiah Dasar
(sebagai aplikasi nilai dalam kehidupan) yang disebut kelompok Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian (MKPK) dalam komponen kurikulum perguruan tinggi.
Hak dan kewajiban warga negara, terutama kesadaran bela negaraakan terwujud
dalam sikap dan perilakunya bila ia dapat merasakan bahwa konsepsi demokrasi
dan hak asasi manusia sungguh–sungguh merupakan sesuatu yang paling sesuai
dengan kehidupannya sehari–hari.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang berhasil akan
membuahkan sikap mental yang cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta
didik. Sikap ini disertai dengan perilaku yang :
1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta menghayati nilai–nilai
falsafah bangsa
2. Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3. Rasional, dinamis, dan sadar akanhak dan kewajiban sebagai warga negara.
4. Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara.
5. Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan teknologi dan seni untuk kepentingan
kemanusiaan, bangsa dan negara.

Melalui Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, warga negara Republik


Indonesia diharapkan mampu “memahami, menganalisa, dan menjawab masalah–
masalah yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa dan negaranya secara konsisten
dan berkesinambungan dengan cita–cita dan tujuan nasional seperti yang digariskan
dalam Pembukaan UUD 1945 “.

Dalam perjuangan non fisik, harus tetap memegang teguh nilai–nilai ini
disemua aspek kehidupan, khususnya untuk memerangi keterbelakangan,
kemiskinan, kesenjangan sosial, korupsi, kolusi, dan nepotisme; menguasai IPTEK,
meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar memiliki daya saing; memelihara
serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa; dan berpikir obyektif rasional serta
mandiri.

C. Tujuan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi


Tujuan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi
berupaya menanamkan sikap kepada mahasiswa sebagai calon intelektual dan
penerus cita-cita bangsa agar;
1. Memiliki wawasan dan kesadaran kebangsaan dan rasa cinta tanah air sebagai
perwujudan warga negara Indonesia yang bertanggung jawab atas kelangsungan
hidup bangsa dan negara
2. Memiliki wawasan dan penghargaan terhadap keanekaragaman masyarakat
Indonesia sehingga mampu berkomunikasi baik dalam rangka meperkuat integrasi
nasional
3. Memiliki wawasan, kesadaran dan kecakapan dalam melaksanakan hak, kewajiban,
tanggung jawab dan peran sertanya sebagai warga negara yang cerdas, trampil dan
berkarakter
4. Memiliki kesadaran dan penghormatan terhadap hak-hak dasar manusia serta
kewajiban dasar manusia sehingga mampu memperlakukan warga negara secara
adil dan tidak diskriminatif
5. Berpartisipasi aktif membangun masyarakat Indonesia yang demokratis dengan
berlandaskan pada nilai dan budaya demokrasi yang bersumber pada Pancasila
6. Memiliki pola sikap, pola pikir dan pola perilaku yang mendukung ketahanan
nasional Indonesia serta mampu menyesuaikan dirinya dengan tuntutan
perkembangan zaman demi kemajuan bangsa

Penjelasan Pasal 37 Ayat (1) UU RI No.20 Tahun 2003: " Pendidikan


Pancasila dan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik
menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah
air”. Tujuan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di perguruan tinggi
(Menurut SKep Dirjen Dikti No. 38/DIKTI/Kep./2002. Agar mahasiswa:
1. Memiliki motivasi menguasai materi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
2. Mampu mengkaitkan dan mengimplementasikan dalam peranan dan kedudukan
serta kepentingannya, sebagai individu, anggota keluarga/masyarakat dan
warganegara yang terdidik.
3. Memiliki tekad dan kesediaan dalam mewujudkan kaidah-kaidah nilai berbangsa dan
bernegara untuk menciptakan masyarakat madani.
D. Visi Misi, Materi dan Urgensi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
1. Visi Misi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Visi; Pendidikan Pancasilan dan Kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah
merupakan sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyeleng-garaan
program studi, guna mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadiannya
mejadi manusia Indonesia seutuhnya.
Misi; Pendidikan Pancasilan dan Kewarganegaraan adalah membantu mahasiswa
memantapkan kepribadiannya sebagai warga negara Indonesia yang baik dan
bertanggungjawab, tahu akan hak dan kewajibannya, agar secara konsisten mampu
mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam
menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni dengan rasa tanggung jawab dan bermoral.

2. Materi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


Materi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan meliputi hubungan antara
warganegara dan negara, serta pendidikan pendahuluan bela negara yang semua
ini berpijak pada nilai-nilai budaya serta dasar filosofi bangsa. Tujuan
utama Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan
wawasan dan kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia, memiliki sikap dan
perilaku cinta tanah air yang bersendikan kebudayaan dan filsafat bangsa Pancasila.
Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Indonesia, mengandung makna
bahwa dalam setiap aspek kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan dan
kenegaraan harus berdasarkan nilai-nilai Ke-Tuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,
Kerakyatan dan Keadilan sosial.

Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia pada hakikatnya


merupakan sumber hukum dasar dalam negara Indonesia. Sebagai suatu sumber
hukum dasar secara objektif Pancasila merupakan suatu pandangan hidup,
kesadaran, cita-cita hukum, serta cita-cita moral yang luhur yang meliputi suasana
kejiwaan, serta watak bangsa Indonesia, yang pada tanggal 18 Agustus 1945 telah
dipadatkan dan diabstraksikan oleh para pendiri negara ini menjadi lima sila yang
ditetapkan secara yuridis formal menjadi dasar filsafat negara Republik Indonesia.

Unsur-unsur yang merupakan materi (bahan) Pancasila tidak lain adalah


diangkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini
merupakann kausa materialis (asal bahan) Pancasila. Unsur-unsur Pancasila
tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri negara, sehingga
Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara, ideologi bangsa dan negara
Indonesia.
Tulisan ini berupaya memberikan semangat perjuangan kepada
bangsa Indonesia dalam mengisi kemerdekaan dan menghadapi globalisasi yang
mendunia. Generasi muda sebagai warga negara Indonesia dan sebagai penerus
cita-cita bangsa perlu memiliki wawasan dan kesadaran bernegara, bersikap dan
berperilaku positif, cinta tanah air serta mengutamakan persatuan dan kesatuan
bangsa di atas kepentingan peribadi dan golongan dalam rangka bela negara demi
utuh dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Pengertian dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan


Istilah Kewarganegaraan memiliki arti keanggotaan yang menunjukkan
hubungan atau ikatan antara negara dan warga negara. Kewarganegaraan diartikan
segala jenis hubungan dengan suatu negara yang mengakibatkan adanya kewajiban
negara itu untuk melindungi orang yang bersangkutan. Adapun menurut Undang-
Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia, Kewarganegaraan adalah segala
hal-ikhwal yang berhubungan dengan negara.
Kewarganegaraan dapat dibedakan dalam dua artian yaitu
Kewarganegaraan dalam arti “Yuridis Sosiologis” dan Kewarganegaraan dalam
artian “Formil Materil” sebagai berikut:
a. Kewarganegaraan dalam artian “Yuridis - Sosiologis”
1. Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum anatara
orang-orang dengan negara.
2. Kewarganegaraan dalam arti sosiologis, tidak ditandai dengan ikatan hukum, tetapi
dalam ikatan emosionaL, seperti ikartan perasaan, ikatan keturunan, ikatan nasib,
ikatan sejarah, dan ikatan tanah air.
b. Kewarganegaraan dalam arti “Formil-Materil”.
1. Kewarganegaraan dalam arti “formil” menunjukkan pada tempat kewarganegaraan
itu berdomisili. Dalam sistematika hukum, masalah kewarganegaraan berada pada
hukum publik.
2. Kewarganegaraan dalam arti “materil” menunjukkan pada akibat hukum dari status
kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban warga negara.

Jika dikaitkan dengan PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional


Pendidikan, (SNP) maka Standar isi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
adalah berkontelasi pada pengembangan nilai-nilai keluhuran sebagai berikut:
1. Nilai-nilai cinta tanah air;
2. Kesadaran berbangsa dan bernegara;
3. Keyakinan terhadap Pancasila sebagai ideologi negara;
4. Nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia dan lingkungan hidup;
5. Kerelaan berkorban untuk masyarakat, bangsa, dan negara, serta
6. Kemampuan awal bela negara.
Setiap warganegara hakekatnya dituntut untuk dapat hidup berguna dan
bermakna bagi negara dan bangsanya. Untuk itu diperlukan bekal ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) yang berlandaskan pada nilai-nilai
agama, moral dan budaya bangsa. Fungsinya adalah sebagai panduan dan
pegangan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam
konteks Pendidikan Kewarganegaraan nilai budaya bangsa menjadi pijakan utama,
karena tujuan pembelajaran ialah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran
bernegara, juga sikap dan perilaku cinta tanah air yang bersendikan budaya
bangsa.
Pendidikan Kewargaan (civic education) sesungguhnya bukanlah agenda
baru di muka bumi burung garuda ini. Hanya saja, proses globalisasi yang melanda
dunia pada dekade akhir abad ke-20 telah mendorong munculnya pemikiran baru
tentang PendidikanKewarganegaraan di berbagai negara. Di Eropa, Dewan Eropa
telah memprakarsai proyek demokratisasi untuk menopang pengembangan
kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan. Hal yang sama juga terjadi di Australia,
Canada, Jepang dan negara Asia lainnya.

Di Amerika Serikat pendidikan kewarganegaraan diatur dalam kurikulum


sosial selama satu tahun, yang pelaksanaannya diserahkan kepada negara-negara
bagian. Materi yang diajarkan diarahkan pada :
1. Bagaimana menjadi warga yang produktif dan sadar akan haknya sebagai warga
Amerika dan warga dunia.
2. Nilai-nilai dan prinsip demokrasi konstitusional.
3. Kemampuan mengambil keputusan selaku warga masyarakat demokratis dan
multikultural di tengah dunia yang saling tergantung.

Di Australia, Pendidikan Kewarganegaraan ditekankan


pada konteks discovering democracy, yaitu:
1). Prinsip, proses dan nilai demokrasi
2). Proses pemerintahan dan
3). Keahlian dan nilai partisipasi aktif di masyarakat.

Sedangkan di Negara-negara Asia sperti Jepang misalnya,


materiPendidikan Kewarganegaraan ditekankan pada Japanese
history, ethicsdan philosophy. Di Filipina materi difokuskan pada : Philipino, family
planning, taxation and landreform, Philiphine New Constitution dan study of
humanity (Kaelan, 2003:2). Hongkong menekankan pada nilai-nilai Cina, keluarga,
harmoni sosial, tanggung jawab moral, mesin politik Cina dan lain-lain. Taiwan
menitikberatkan pada pengetahuan kewarganegaraan (disusun berdasarkan
psikologi, ilmu sosial, ekonomi, sosiologi, hukum dan budaya); perilaku moral
(kohesi sosial, identitas nasional dan demokrasi); dan menghargai budaya lain.
Thailand, berusaha :
1. Menyiapkan pemuda menjadi warga bangsa dan warga dunia yang baik.
2. Menghormati orang lain dan ajaran Budha.
3. Menanamkan nilai-nilai demokrasi dengan raja sebagai kepala negara.

Beberapa negara yang lain juga mengembangkan studi sejenis, yang dikenal
dengan nama Civic Education. Dari sini terlihat bahwa secara umum pendidikan
kewarganegaraan di negara-negara Asia lebih menekankan pada aspek moral
(karakter individu), kepentingan komunal, identitas nasional dan perspektif
internasional, sedangkan Amerika dan Australia lebih difokuskan pada pentingnya
hak dan tanggung jawab individu, sistim dan proses demokrasi, HAM dan ekonomi
pasar (Sobirin, 2003:11-12).
Pendidikan Kewarganegaraan sudah ada sejak zaman Presiden Soekarno.
Di era Soekarno, pendidikan kewarganegaraan dikenal dengan Pendidikan Civic.
Demikian pula masa Presiden Soeharto, pendidikan kewarganegaraan sangat
intensif dilakukan dengan bermacam nama dan tingkatan. Sayangnya, pelaksanaan
pendidikan kewarganegaraan semasa Orde Baru, seperti Pendidikan Moral
Pancasila (PMP) dan Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
(P4), ternyata tidak selamanya sejalan dengan impian luhur kemanusiaan yang
terkandung dalam dasar negara Pancasila. Budaya dan praktik penyalahgunaan
kekuasaan serta meningkatnya korupsi di kalangan elite politik dan pelaku bisnis
sejak masa Orde Baru hingga kini bisa menjadi fakta nyata gagalnya pendidikan
kewarganegaraan masa lalu. Hal itu menimbulkan suatu pertanyaan besar, apa ada
yang salah dengan Pendidikan Kewarganegaraan di Indoesia? Apakah pendidikan
kewarganegaraan hanya sekedar menjadi formalitas belaka yang tidak memiliki nilai
apapun di dalamnya? Mengapa nilai urgensitas pendidikan kewarganegaraan
menjadi begitu rendah? dan banyak lagi pertanyaan lainnya.

E. Manfaat Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


Sebagai warga negara yang baik perlu mengetahui apa urgensi dan manfaat
dari pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Sesungguhnya banyak manfaat yang
bisa diambil dari pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Pertama adalah untuk
mengetahui hak dan kewajiban sebagai warga negara yang akhirnya dapat
menempat diri pada posisi yang tepat sebagai warga negara. Setelah mengetahui
dan mengerti kewajiban yang harus dilakukan dan hak yang mesti didapatkan, maka
sebagai warganegara yang baik dapat menjalankan perannya dengan penuh rasa
tanggung jawab sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku
serta menuntut hak – hak yang mungkin belum terpenuhi sebagai warga negara.
Setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama satu sama lainnya
tanpa terkecuali. Persamaaan antara manusia selalu dijunjung tinggi untuk
menghindari berbagai kecemburuan sosial yang dapat memicu berbagai
permasalahan kehidupan. Manfaat yang kedua adalah dengan mempelajari
pelajaran kewarganegaraan dapat dijadikan motivasi untuk memiliki sifat
nasionalisme dan patriotisme yang tinggi. Artinya setelah mengerti peran dan
keadaan negara, seharusnya menjadi warga negara yang lebih cinta pada tanah air
dan baangsa serta rela berkorban demi bangsa dan negara. Dengan
mempelajari Pendidikan kewarganegaraan dapat memperkuat keyakinan kita
terhadap Pancasila sebagai ideologi negara dan mengamalkan semua nilai – nilai
yang terkandung di dalamnya. Disadari atau tidak, dasar negara Pancasila
mempunyai nilai – nilai luhur termasuk nilai moral kehidupan. Nilai moral tersebut
seharusnya menjadi pedoman dalam berpikir, bersikap dan bertingkah laku. Nilai –
nilai tersebut berkaitan erat dengan kualitas sumber daya manusia. Kualitas SDM
yang rendah merupakan salah satu indikasi juga gagalnya pendidikan
kewarganegaraan. Manfaat selanjutnya adalah suatu hal yang masih berhubungan
dengan nasionalisme dan patriotisme yaitu sebagai warga negara diharapkan
memiliki kesadaran dan kemampuan dalam usaha bela negara. Berdasarkan
Undang-Undang Dasar 1945 pada pasal 30 tertulis bahwa “Tiap-tiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara. Syarat-syarat tentang
pembelaan negara diatur dengan undang-undang.” Sebagai warga negara yang baik
kita wajib ikut serta dalam usaha bela negara dari segala macam ancaman,
gangguan, tantangan dan hambatan baik yang datang dari luar maupun dari dalam.

Membela negara bisa berarti luas dan dapat dilakukan dalam berbagai
bidang. Dengan hak dan kewajiban yang sama, setiap orang Indonesia tanpa harus
dikomando dapat berperan aktif dalam melaksanakan bela negara. Membela negara
tidak harus dalam wujud perang tetapi bisa diwujudkan dengan cara lain misalnya
ikut serta dalam mengamankan lingkungan sekitar (seperti siskamling), ikut serta
membantu korban bencana di dalam negeri, belajar dengan tekun mempelajari mata
kuliah Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan atau mengikuti kegiatan ekstra
klurikuler seperti Paskibra, PMR dan Pramuka dan sebagainya. Itu semua
merupakan manfaat yang didapatkan setelah mempelajari Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan Tidak lupa semua hal yang sudah disebutkan tadi juga harus
disesuaikan dengan dinamika kehidupan bermasyarakat dan diharapkan dapat
menjadi sarana pembentukan kepribadian bangsa dalam rangka mempertahankan
keutuhan dan kelangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Secara materi seperti yang dibahas di atas, tentu pendidikan


kewarganegaraan menjadi begitu penting dengan berbagai macam nilai di
dalamnya. Akan begitu besar manfaatnya ketika kita mengerti dan memahami
semua materi yang diajarkan. Tetapi hal itu akan sia – sia belaka ketika kita hanya
sekedar mengerti atau memahami saja tanpa adanya penindaklanjutan. Dalam hal
ini yang perlu tekankan adalah adanya suatu pengamalan dari suatu ilmu,
khususnya dalam hal ini ilmu yang dimaksud adalah Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan itu sendiri.

Seperti kata pepatah “Amal tanpa ilmu buta” Ilmu tanpa amal, pincang…”
Amal tanpa ilmu akan membutakan karena ilmu merupakan petunjuk dan pemberi
arah amal yang akan dilakukan. Bagaimana mungkin kita tahu kalau amal yang kita
lakukan benar atau salah jika kita tidak tahu ilmunya. Hal itu sama saja dengan kita
berjalan tanpa tahu arah dan tujuan yang jelas. Dengan menghubungkannya dengan
topik yang kita bahas, pepatah itu tentunya memberikan kesadaran bahwa
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang merupakan suatu ilmu begitu
penting sebagai petunjuk dan pemberi arah untuk setiap tindakan. Begitu banyak
orang yang tidak memahami ilmu ini bisa jadi tidak sadar bahwa hal yang mereka
lakukan itu salah dan pada akhirnya yang terjadi adalah kekacauan di masyarakat.

Sebaliknya juga berlaku bahwa ilmu tanpa amal itu sesuatu yang sia – sia.
Dengan memegang prinsip itu dan menghubungkan dengan kenyataan yang ada
saat ini bahwa masih banyak orang yang hanya sekedar tahu dan mengerti saja
tanpa pengamalan. Dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan kita jadi tahu banyak hal dalam kehidupan bernegara, tapi
mengapa dalam praktiknya nol. Karena banyak warga negara yang hanya
menganggap ilmu itu sebagai angin lalu yang tidak bermanfaat. Kita cenderung
menganggap pendidikan kewarganegaraan patut disepelekan karena kurang begitu
penting dibandingkan dengan ilmu yang lain. Itu akibat yang terjadi ketika kita tidak
tahu manfaat apa yang didapat setelah mempelajarinya. Memang semenjak SD
sudah diajarkan apa yang harus dilakukan untuk menjawab soal – soal
kewarganegaraan yang intinya harus dipilih atau ditulis segala bentuk perbuatan
yang baik – baik dan kenyataannya semua itu cuma bertujuan untuk mendapatkan
nilai yang tinggi tanpa ada penerapan dalam kehidupan. Bisa dibayangkan berapa
banyak biaya dan waktu yang terbuang percuma ketika semuanya itu akan menguap
begitu saja tanpa meninggalkan manfaat apapun bagi diri kita. Tentunya itu akan
merugikan diri kita sendiri. Sebagai contoh adalah demonstrasi yang tidak
bertanggung jawab yang dilakukan oleh mahasiswa. Tidak ada yang melarang
siapapun untuk berdemonstrasi, tapi tentu saja semua itu ada aturannya. Kekacauan
yang terjadi selama ini adalah mereka tidak mengetahui secara jelas aturan – aturan
yang berlaku ( tidak tahu ilmunya ) sehingga mereka cenderung seenaknya sendiri
dalam mengungkapkan aspirasinya atau mungkin saja mereka tahu tapi tidak mau
tahu (pengamalan yang salah). Pada akhirnya hal tersebut bukannya memperbaiki
keadaan malah menjadikan keadaan semakin terpuruk.

Karena itu pada intinya perlu adanya keseimbangan antara ilmu dan amal.
Ketika semua warga negara sudah mengerti betul apa yang harus dilakukan,
memiliki kesadaran tinggi untuk mengetrapkannya dan akhirnya benar – benar
melaksanakannya sesuai aturan yang berlaku, bahwa negara ini akan menjadi
negara yang aman, tentram, damai seperti apa yang sudah diidam – idamkan oleh
para pendiri negara ini.
Diposting oleh hamid darmadi di 09.10
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
3 komentar:
1.

bpk muliadi16 September 2016 08.32

KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS


BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK
SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH
HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI.
JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO
_085_342_734_904_ terima kasih.

KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS


BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK
SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH
HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI.
JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO
_085_342_734_904_ terima kasih.

KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS


BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK
SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH
HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI.
JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO
_085_342_734_904_ terima kasih.

Balas

2.

katriana endang10 Desember 2017 23.45

Coba lihat yang ini sebagai bahan refrensi

http://bit.ly/2jEsb8i
http://bit.ly/2iMLFqk
http://bit.ly/2Aqro5r
http://bit.ly/2C0qQAo
http://bit.ly/2AHuP4p
Balas

3.

Mas Irvan26 Februari 2018 13.45

Informasinya pass
Balas

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)


jam
Mengenai Saya

hamid darmadi
Lihat profil lengkapku
Update Informasi

 http://pontianak.tribunnews.com/
 http://metrotvnews.com
 http://pontianakpost.com
 http://kompas.com
 http://mediaindonesia.com
 http://www.vivanews.com
Arsip Blog

 ► 2018 (3)
 ► 2017 (14)
 ► 2016 (6)
 ► 2015 (1)
 ► 2014 (2)
 ▼ 2013 (33)
o ► November (1)
o ► Agustus (6)
o ▼ Juli (15)
 PENILAIAN PENDIDIKAN Oleh : Hamid Darmadi
 Kompetensi Guru Berdasarkan UU No 14 Tahun 2005 Te...
 <!--[if gte mso 9]> Normal 0 false fa...
 SULTAN HAMID HAMID II SANG PERANCANG LAMBANG NEGAR...
 MEMAHAMI WAWASAN NASIONAL KEBANGSAAN Oleh : Hamid...
 MEMAHAMI WAWASAN NASIONAL KEBANGSAAN Oleh : Hamid...
 MEMAHAMI WAWASAN NASIONAL KEBANGSAAN Oleh : Hamid...
 MEMAHAMI WAWASAN NASIONAL KEBANGSAAN Oleh : Hamid...
 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI SARANA MEMBANGU...
 PELAKSANAAN KKM DAN PPL TERPADU STKIP-PGRI PONTIA...
 URGENSI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN ...
 PENDIDIKAN PANCASILAN DAN KEWARGANEGARAAN DALAM WA...
 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI ...
 KESIAPAN STKIP-PGRI MELAHIRKAN TENAGA GURU DI KALB...
 PEMBEKALAN KKM DAN PPL TERPADU STKIP-PGRI PONTIANA...
o ► Juni (1)
o ► Mei (10)
 ► 2012 (75)
 ► 2011 (92)
Tema Sederhana. Gambar tema oleh luoman. Diberdayakan oleh Blogger.
Beberapa contoh penerapan esensi pancasila sebagai dasar negara :

1. Sila pertama

Ketuhanan yang Maha Esa, artinya sesuai dengan agama dan keyakinan yang
sejalan dengan asas kemanusiaan yang adil dan beradap. Contohnya rakyat
Indonesia memiliki hak untuk memilih agama yang akan ia anut dan jalani tanpa
ada unsur paksaan, bebas melaksanakan kegiatan agama dengan syarat tidak
melanggar norma-norma di Indonesia dan saling menghormati dengan agama
lain.

2. Sila kedua

Kemanusiaan yang adil dan beradab, artinyasetiap warga negara telah mengakui
persamaan derajat, kewajiban antara sesama manusia sebagai asas
kebersamaan bangsa Indonesia, dan hak. Contoh penerapannya, majikan tidak
sewenang-wenangnya bertindak kepembantunya yang tidak
berperikemanusiaan.

3. Sila ketiga

Persatuan Indonesia artinya setiap warga negara mengutamakan persatuan,


kepentingan, kesatuan, dan juga keselamatan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi golonganyang selalu harus diwujudkan, diperjuangkan,
dipertahankan, dan diupayakan secara terus-menerus. Contoh penerapannya,
tidak terlalu menonjolkan kebudayaan masing-masing daerah untuk melihat
siapa yang terbaik tetapi dipelajari dan ikut melestarikan dengan serta
meyakinkan bahwa perbedaan itu baik.

4. Sila keempat

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanan dalam permusyawaratan


atau perwakilan artinya bermusyawarah untuk menyelesaikan persoalan yang
terjadi dengan bijaksana, memikirkan kententraman rakyat dan mengambil
keputusan juga untuk rakyat dengan mengikutsertakan perwakilan-perwakilan
setiap masyarakat. Contohnya segala persoalan yang ada untuk mendapatkan
solusi dengan cara bermusyawarah unntuk mencapai tujuan ynang diinginkan
seperti rapat warga setiap RT untuk membahas masalah dalam lingkungan
tersebut.

5. Sila kelima

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia menggambarkan dalam bertindak


supaya bersikap adil kepada setiap warga negara Indonesia, tanpa membedakan
status sosial, suku, ras, dan bahasa sehingga tujuan dari bangsa Indonesia akan
tercapai dengan keikutansertaan semua rakyat Indonesia.Contohnya pemerintah
mengadakan program wajib bersekolah selama 9 tahun tanpa membedakan-
bedakan guna mengatasi masalah pendidikan yang begitu rendah.

URGENSI, LANDASAN,
DAN TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA
1. Tujuan Pendidikan Nasional
2. Pentingnya Pendidikan Pancasila
3. Landasan Pendidikan Pancasila
a. Landasan Filosofis
b. Landasan Kultural
c. Landasan Historis
d. Landasan Yuridis
4. Tujuan Pendidikan Pancasila
5. Manfaat Pendidikan Pancasila

1. Tujuan Pendidikan Nasional


Sebelum membahas tentang urgensi, landasan, dan tujuan pendidikan Pancasila,
terlebih dahulu diuraikan secara singkat tentang tujuan pendidikan nasional. Pasal 3 UU
No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan tentang pendidikan nasional
sebagai berikut:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta


peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa”…berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab”.

Selanjutnya dalam Pasal 4 UU No.20 Tahun 2003 dikatakan bahwa tujuan pendidikan
nasional ialah:

“mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu


manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian
mantap dan mandiri, serta tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.

Penegasan dalam UU No.20/2003 itu sesuai dengan Pasal 31 ayat 3 UUD 1945 yang
berbunyi sebagai berikut:

“Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pendidikan nasional, yang


meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang”.

2. Pentingnya Pendidikan Pancasila


Mata kuliah Pendidikan Pancasila diberikan karena adanya kesadaran akan perlunya
pendidikan yang berkesinambungan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
Diharapkan, dengan pemahaman yang semakin mendalam akan nilai-nilai Pancasila, generasi
muda dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari,
Pendidikan Pancasila juga diberikan karena fakta kemerosotan penghayatan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, baik individual maupun kolektif sebagai bangsa.
Dengan kata lain, mata kuliah ini dihidupkan karena adanya kesenjangan antara
kata/pengetahuan dan perbuatan/tingkah laku.
Kemerosotan penghayatan nilai-nilai Pancasila dapat disaksikan di semua bidang
kehidupan, dari semua kelas sosial, dan di hampir semua profesi. Fakta paling jelas adalah
korupsi yang dilakukan di semua lini, mulai dari pejabat pemerintah maupun institusi
pemerintah dan swasta. Catatan Kementerian Dalam Negeri RI menyebutkan bahwa dalam
kurun waktu tahun 2005-2013 ada 277 gubernur, walikota, dan bupati yang terlibat korupsi,
dan 3.000 anggota DPRD terjerat hukum. Dalam kurun waktu yang sama terdapat 137
anggota DPRD provinsi dan 1.050 anggota DPRD kabupaten/kota terlibat korupsi (Suara
Pembaruan, 9 Desember 2013).
Kasus terbaru yang “mengguncang” seluruh kehidupan bangsa adalah tertangkap
tangannya Ketua Mahkamah Konstitusi, Akil Mochtar karena dugaan terlibat suap,
merupakan fakta betapa nilai Pancasila hanya menjadi hiasan bibir kala pejabat mengucapkan
sumpah jabatan.
Selain kasus korupsi, patut disebutkan beberapa gejala yang mencerminkan
kemerosotan penghayatan nilai-nilai Pancasila, seperti kerusuhan dan sengketa
berlatarbelakang SARA, kekerasan dalam rumah tangga, kesenjangan ekonomi,
ketakmampuan golongan rendah untuk masuk jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi,
berbagai macam dan tingkat kriminalitas, diskriminasi perempuan, dan UU dan peraturan
daerah yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, sekedar menyebut beberapa contoh.
Sistem ekonomi Indonesia yang dalam Pancasila dan UUD 1945 dikenal sebagai
demokrasi ekonomi berlandaskan gotong royong, pada praktiknya lebih condong ke sistem
ekonomi liberal yang makin memarginalkan kelas bawah. Kesenjangan ekonomi tampak
dengan jelas karena dalam sistem liberal seperti ini hanya orang-orang kaya yang tambah
kaya, sebaliknya orang miskin makin terpuruk. Kekayaan tanah tumpah darah Indonesia yang
sebetulnya dikelola untuk kesejahteraan rakyat dikuasai oleh pihak asing dan konco-
konconya orang-orang kaya.
Pendidikan Pancasila diberikan karena kesadaran akan semakin derasnya arus
ideology asing, khususnya kapitalisme dan neoliberalisme, yang berkat sayap raksasa
globalisasi menggempur seluruh pelosok Indonesia tanpa henti. Materialisme, hedonism,
konsumtivisme, serta gaya hidup yang dibentuknya telah dan sedang menerjang sudut-sudut
terpencil Indonesia. Nilai-nilai asing yang sangat digandrungi remaja dan kaum muda itu
dikhawatirkan akan semakin melunturkan nilai-nilai Pancasila. Sebab itu dirasakan
pendidikan Pancasila sebagai suatu keharusan.
Pendidikan Pancasila bertujuan untuk memberikan pemahaman benar akan Pancasila.
Tidak disadari, sering Pancasila yang diajarkan akan Pancasila yang tidak benar, yang
merupakan bentuk tersamar dari ideology yang justru bertentangan dengan Pancasila. Oleh
sebab itu Pancasila yang diajarkan dalam Pendidikan Pancasila adalah Pancasila yang dapat
dipertanggungjawabkan secara juridis-konstitusional dan obyektif-ilmiah. Secara yuridis-
konstitusional Pancasila adalah dasar Negara yang merupakan dasar dalam penyelenggaraan
pemerintahan Negara. Secara obyektif-ilmiah Pancasila adalah paham filsafat yang dapat
diuraikan dan diterima secara rasional.
UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang diejawantahkan
dalam PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menetapkan kurikulum
tingkat Satuan Perguruan Tinggi wajib memuat mata kuliah pendidikan agama, pendidikan
kewarganegaraan, dan bahasa Indonesia serta bahasa Inggris. Pendidikan kewarganegaraan
memuat pendidikan Pancasila sebagai landasan pengenalan mahasiswa terhadap ideologi
negara.
Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) kemudian, dalam SK No.43/DIKTI/Kep/2006
memutuskan tentang rambu-rmbu Pelaksanan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian di Perguruan Tinggi, termasuk di dalamnya Pendidikan Pancasila.
Pertanyaannya: Pancasila yang mana? Pertanyaan ini masuk akal karena Indonesia
pernah memiliki tiga UUD, yaini UUD 1945, Konstitusi RIS 1949, dan UUDS 1950 yang
memuat Pancasila pada pembukaannya. Agar tidak terjadi kesalahpahaman, dikelurkan
Instruksi Presiden (Inpres) No.12 Tahun 1968. Inpres ini menyatakan bahwa Pancasila yang
resmi adalah Pancasila yang tata urutan sila-silanya terdapat pada alinea 4 Pembukaan UUD
1945, yang berbunyi:

Ketuhanan Yang Maha Esa


Kemanusiaan yang adil dan beradab
Persatuan Indonesia
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

3. Landasan Pendidikan Pancasila


Ada beberapa landasan Pendidikan Pancasila, yakni landasan filosofis, kultural,
historis, dan yuridis.

a. Landasan Filosofis
Landasan filosofis pendidikan Pancasila asalah UUD 1945 dan Pancasila. Sebagai
dasar kerohanian, Pancasila tercantum dalam paragraph 4 Pembukaan UUD 1945, yang
menjadi landasan penyelenggaraan pemerintahan, penyelenggaraan hukum dan semua
kegiatan operasional dalam negara, termasuk pendidikan.

b. Landasan Kultural
Landasan kultural pendidikan Pancasila adalah kearifan lokal. Pancasila digali dari
nilai-nilai lokal yang sudah dipraktikkan ratusan bahkan ribuan tahun sebelum berdirinya
negara Indonesia. Nilai-nilai itu antara lain kepercayaan kepada kekuatan Yang Mahatinggi,
gotong royong, penghormatan kepada nilai-nilai manusia dan persaudaraan, toleransi
terhadap perbedaan, dan sebagainya. Pancasila merupakan rumusan konseptual dari para
founding fathers seperti Soekarno, Mohammad Hatta, Mohammad Yamin, Mr. Supomo, dan
yang lainnya.

c. Landasan Historis
Pendidikan Pancasila merupakan bagian dari usaha untuk memerdekakan Indonesia
dari penjajahan asing (Inggris, Jepang, Belanda). Ia merupakan bagian dari proses perjuangan
bangsa Indonesia untuk membebaskan diri dari penjajahan bangsa asing. Hal ini mencakup
sejarah pembentukan bangsa Indonesia, mulai dari zaman prasejarah, masa kerajaan kuno,
masa kerajaan Islam, kedatangan bangsa asing dan penjajahan, perjuangan kemerdekaan,
kemerdekaan, sampai sejarah perumusan Pancasila sebagai dasar negara sejak siding
BPUPKI I.

d. Landasan Yuridis
Landasan yuridis pendidikan Pancasila adalah UUD 1945, UU No.2 Tahun 1989, UU
No.20 Tahun 2003, Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.30 Tahun 1990, PP
No.60 Tahun 1999, dan lain-lain.
Pembukaan UUD 1945 memuat cita-cita bangsa Indonesia (alinea II), dan tujuan serta
aspirasi kemerdekaan (alinea IV). Alinea IV Pembukaan UUD 1945 menyatakan bahwa
tujuan negara adalah “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluurh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial”.
Jelas, bahwa “mencerdaskan kehidupan bangsa” merupakan tujuan pendidikan. Sedangkan
pasal 31 UUD 1945 memuat tentang hak setiap warna negara untuk memperoleh pendidikan.
Pasal 39 ayat 2 UU No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan tentang isi kurikulum, jalur, dan jenjang pendidikan wajib yang memuat
pendidikan Pancasila, pendidikan agama, dan pendidikan kewarganegaraan.
UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menetapkan kurikulum
pendidikan tinggi yang wajib memuat pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, dan
bahasa.
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini menetapkan status pendidikan
Pancasila dalam kurikulum pendidikan tinggi sebagai mata kuliah wajib untuk setiap program
studi dan bersifat nasional.
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No.232 Tahun 2000 tentang Pedoman
Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi, dan No.45 Tahun 2002 tentang Kurikulum Inti
Pendidikan Tinggi menetapkan pendidikan agama, pendidikan Pancasila, dan pendidikan
kewarganegaraan sebagai kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian yang wajib
diberikan dalam kurikulum setiap program studi.

4. Tujuan Pendidikan Pancasila


Menurut Pasal 3 UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional,“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa…berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggungjawab”.
Pasal 4 UU yang sama menyatakan: “pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian mantap dan
mandiri, serta tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.
Apa yang dikatakan UU No.20 Tahun 2003 merupakan penegasan dari Pasal 31 ayat
3 UUD 1945 yang bunyinya: “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
system pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia
dalam dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-
undang”.
Keputusan Dirjen Dikti No.38/Dikti/Kep/2002 menegaskan kompetensi mata kuliah
pengembangan kepribadian adalah menguasai kemampuan berpikir, bersikap rasional dan
dinamis, serta berpandangan luas sebagai manusia intelektual dengan cara mengantarkan
mahasiswa:
a. Memiliki kemampuan untuk mengambil sikap bertanggungjawab sesuai hati
nuraninya
b. Agar memiliki kemampuan untuk mengenali masalah hidup dan kesejahteraan serta
cara-cara pemecahannya.
c. Agar mampu mengenali perubahan-perubahan dan perkembangan ilmu
pengetahuan
dan teknologi.
d. Agar mampu memaknai peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa untuk
menggalang persatuan Indonesia.
Tujuan pendidikan Pancasila adalah agar menghasilkan peserta didik bersikap dan
berperilaku:
a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Berperikemanusiaan yang adil dan beradab.
c. Mendukung persatuan bangsa
d. Mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan
individu maupun golongan.
e. Mendukung upaya untuk mewujudkan suatu keadilan sosial dalam masyarakat.
Sedangkan Keputusan Dirjen Dikti yang sama mengatakan kompetensi pendidikan
Pancasila bertujuan untuk menguasai:
a. Kemampuan berpikir.
b. Bersikap rasional
c. Dinamis
d. Berpandangan luas sebagai manusia intelektual.
e. Mengantarkan mahasiswa memiliki kemampuan untuk mengambil sikap
bertanggungjawab sesuai hati nuraninya.
f. Mengenali maslah hidup dan kesejahteraan serta cara-cara pemecahannya.
g. Mengenali perubahan-perubahan dan perkembangan Iptek.
h. Memaknai peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa guna menggalang
persatuan
Indonesia.
Sedangkan Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) adalah agar mahasiswa dapat
memiliki pengetahuan dan memahami landasan dan tujuan pendidikan Pancasila. Pancasila
sebagai karya besar bangsa Indonesia yang setingkat dengan ideologi-ideologi besar di dunia.
Pancasila sebagai paradigma dalam kehidupan kekaryaan, kemasyarakatan, kebangsaan dan
kenegaraan, sehingga memperluas cakrawala pemikiran, menumbuhkan sikap demokratis
pada mereka dalam mengaktualisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

5. Manfaat Pendidikan Pancasila


Manfaat belajar Pendidikan Pancasila adalah agar mahasiswa memahami Pancasila
dengan baik dan benar, dalam arti yuridis konstitusional dan obyektif ilmiah. Karena
Pancasila merupakan dasar negara, maka segala tindak tanduk aparat pemerintahan negara
(presiden, menteri, pejabat, anggota DPR/MPR) harus sesuai nilai-nilai luhur Pancasila.
Diharapkan agar masyarakat/rakyat yang menyaksikan peri hidup dan perilaku seperti itu,
akan terdorong untuk melakukan hal yang sama.
Pemahaman terhadap Pancasila secara obyektif -ilmiah artinya Pancasila itu dipahami
sesuai hakikatnya yang sebenarnya dan berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah (secara kritis dan
berdasarkan nalar). Ini berarti Pancasila itu dipahami secara kritis.
Yang lebih penting adalah agar Pancasila yang sudah dipahami secara baik dan benar
itu dihayati dalam kehidupan sehari-hari, baik secara individual maupun kolektif. Singkatnya,
agar Pancasila menjadi habitus baru. Menjadikan Pancasila sebagai Habitusberarti
menjadikan Pancasila sebagai kebiasaan dan praktik hidup, bukan sekedar hiasan bibir.
Pemakaian kata habitus dimaksudkan untuk menenkankan aspek pengamalan Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari

2.1 Urgensi Pendidikan Pancasila


Berkaitan dengan urgensi pendidikanpancasila di perguruan tinggi, yakitu seberapa
jauh pentingnya pendidikan pancasila bagi mahasiswa dilaksanakan di perguruan tinggi.
Sebelum membahas lebih jauh akan dibahas terlebih dahulu mengenai hakekat pancasila.
Memahami hakekat pancasila bearti memahami makna pancasila. Artinya dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara bahwa pancasila mempunyai fungsi dan peran tersendiri. Sudah
jelas pancasila dasar negara, namun disamping itu pancasila mempunyai fungsi sebagai
pandangan hidup bangsa. Artinya bahwa pandangan hidup sebuah bangsa lahir dari nilai-nilai
yang dimiliki bangsa itu sendiri, yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad untuk
mewujudkan.

Pancasila adalah sebagai petunjuk hidup dan pegangan hidup dalam kehidupan sehari-hari,
yaitu Pancasila diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pancasila adalah jati diri bangsa indonesia sebagai falsafah, idelogi dan alat pemersatu
bangsa indonesia. Pancasila sebagai pandangan hidup dasar negara dan pemersatu bangsa
indonesia yang mejamuk.
Agar para pejabat publik dalam menyelengerakan negara tidak kehilangan arah. Partisipasi
aktif seluruh warga negara dalam proses pembangunan dalam berbagai bidang kehidupan
bangsa di jiwai oleh nilai-nilai pancasila serta memotivasi hidup yang lebih baik.
Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara Republik Indonesia seperti
tercantum dalam alenia ke keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan
kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran, kemampuan dan
kesaktiannya, sehingga tak ada satu kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan
Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia.
10 Fungsi Pancasila
Pancasila sebagai dasar negara
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Pancasila Sebagai Pandangan Hidup
Pancasila sebagai jiwa bangsa indonesia
Pancasila sebagai kepribadian bangsa indonesia
Pancasila sebagai ideologi bangsa indonesia
Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa indonesia
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum
Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa indonesia
Pancasilsa sebagai falsafah hidup bangsa

Pancasila selain menjadi dasar negara Indonesia ini juga memiliki fungsi dan peranan yang
luas dalam kehidupan bermasyarakat, bangsa dan negara. Fungsi Pancasila ini terus
berkembang karena Pancasila merupakan ideologi yang terbuka dan dapat digunakan tiap
zaman asalkan tidak melenceng dari nilai-nilai yang ada dalam Pancasila. Fungsi pokok
Pancasila yang terpapar pada Pembukaan UUD NKRI Tahun 1945 hakikatnya adalah pondasi
atau dasar negara kita yang dijadikan sumber dari segala sumber hukum.
BACA JUGA

 Urgensi Dan Manfaat Pendidikan Pancasila Untuk Masa Depan Bangsa

 Konsep Dasar Dan Urgensi Kewarganegaraan

 Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat


 A. Pentingnya Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

 Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara Republik Indonesia
seperti tercantum dalam alenia ke keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran,
kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu kekuatan manapun juga yang
mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia.

 Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan dapat dimaknai sebagai wahana untuk mengembangkan dan
melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang
diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari peserta
didik baik sebagai individu, maupun sebagai anggota masyarakat dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
 Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistim Pendidikan Nasional
(Sidiknas) Pasal 2 dan Pasal 3 dikatakan bahwa: “Pendidikan nasional berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”.
 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) berupaya mengantarkan
warganegara Indonesia menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air; menjadi warga negara demokratis yang berkeadaban;
yang memiliki daya saing: berdisiplin, dan berpartisipasi aktif dalam membangun
kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila. PPKn adalah pendidikan
demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan
bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru
bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-
hak warga masyarakat (Zamroni, dalam ICCE, 2003)

 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan memiliki peran penting dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
adalah bentuk pengemblengan individu-individu agar mendukung dan memperkokoh
komunitas politik sepanjang komunitas politik itu adalah hasil kesepakatan. David
Kerr,1999 mengindikasikan PPKn Indonesia dan Pendidikan kewarganegaraan suatu
negara akan senantiasa dipengaruhi oleh nilai-nilai dan tujuan pendidikan sebagai
faktor struktural utama. PPKn bukan semata-mata membelajarkan fakta tentang
lembaga dan prosedur kehidupan politik tetapi juga persoalan jati diri dan identitas
bangsa (Kymlicka, 2001).

 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berkontiribusi penting menunjang tujuan
bernegara Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. PPKn berkaitan dan
berjalan seiring dengan perjalanan pembangunan kehidupan berbangsa dan bernegara
Indonesia. PPKn merupakan bagian integral dari ide, instrumentasi, dan praksis
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia (Udin
Winataputra,2008) Pendidikan nasional pada hakikatnya adalah PPKn untuk
melahirkan warga negara Indonesia yang berkualitas baik dalam disiplin sosial dan
nasional, dalam etos kerja, dalam produktivitas kerja, dalam kemampuan intelektual
dan profesional, dalam tanggung jawab kemasyarakatan, kebangsaan, kemanusiaan
serta dalam moral, karakter dan kepribadian (Soedijarto, 2008).
 Kehadiran kurikulum Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berupaya
menanamkan sikap kepada warga negara Indonesia umumnya dan generasi muda
bangsa khususnya agar: (1)Memiliki wawasan dan kesadaran kebangsaan dan rasa
cinta tanah air sebagai perwujudan warga negara Indonesia yang bertanggung jawab
atas kelangsungan hidup bangsa dan negara; (2)Memiliki wawasan dan penghargaan
terhadap keanekaragaman masyarakat Indonesia sehingga mampu berkomunikasi baik
dalam rangka meperkuat integrasi nasional; (3)Memiliki wawasan, kesadaran dan
kecakapan dalam melaksanakan hak, kewajiban, tanggung jawab dan peran sertanya
sebagai warga negara yang cerdas, trampil dan berkarakter; (4)Memiliki kesadaran
dan penghormatan terhadap hak-hak dasar manusia serta kewajiban dasar manusia
sehingga mampu memperlakukan warga negara secara adil dan tidak
diskriminatif;(5)Berpartisipasi aktif membangun masyarakat Indonesia yang
demokratis dengan berlandaskan pada nilai dan budaya demokrasi yang bersumber
pada Pancasila; (6)Memiliki pola sikap, pola pikir dan pola perilaku yang
mendukung ketahanan nasional Indonesia serta mampu menyesuaikan dirinya dengan
tuntutan perkembangan zaman demi kemajuan bangsa.

 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah mewujudkan warga negara sadar bela
negara berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan mengembangkan
jati diri dan moral bangsa dalam perikehidupan bangsa. Mahasiswa adalah bibit
unggul bangsa yang dimana pada masanya nanti bibit ini akan melahirkan pemimpin
dunia. Karena itulah diperlukan pendidikan moral dan akademis yang akan
menunjang sosok pribadi mahasiswa. Kepribadian mahasiswa akan tumbuh seiring
dengan waktu dan mengalami proses pembenahan, pembekalan, penentuan, dan
akhirnya pemutusan prinsip diri. Negara, masyarakat masa datang, diperlukan ilmu
yang cukup untuk dapat mendukung kokohnya pendirian suatu Negara.

 Negara yang akan melangkah maju membutuhkan daya dukung besar dari
masyarakat, membutuhkan tenaga kerja yang lebih berkualitas, dengan semangat
loyalitas yang tinggi. Negara didorong untuk menggugah masyarakat agar dapat
tercipta rasa persatuan dan kesatuan serta rasa turut memiliki. Masyarakat harus
disadarkan untuk segera mengabdikan dirinya pada negaranya, bersatu padu dalam
rasa yang sama untuk menghadapi krisis budaya, kepercayaaan, moral dan lain-lain.
Negara harus menggambarkan image pada masyarakat agar timbul rasa bangga dan
keinginan untuk melindungi serta mempertahankan Negara kita.Pendidikan
kewarganegaraan adalah sebuah sarana tepat untuk memberikan gambaran secara
langsung tentang hal-hal yang bersangkutan tentang kewarganegaraan pada
mahasiswa.

 Pendidikan kewarganegaraan sangat penting. Dalam konteks Indonesia, pendidikan
kewarganegaraan itu berisi antara lain mengenai pruralisme yakni sikap menghargai
keragaman, pembelajaran kolaboratif, dan kreatifitas. Pendidikan itu mengajarkan
nilai-nilai kewarganegaraan dalam kerangka identitas nasional. Seperti yang pernah
diungkapkan salah satu rektor sebuah universitas, “tanpa pendidikan
kewarganegaraan yang tepat akan lahir masyarakat egois.Tanpa penanaman nilai-nilai
kewarganegaraan, keragaman yang ada akanmenjadi penjara dan neraka dalam artian
menjadi sumber konflik. Pendidikan, lewat kurikulumnya, berperan penting dan itu
terkait dengan strategi kebudayaan.”
 Beliau menambahkan bahwa ada tiga fenomena pasca perang dunia II,yaitu :
 1. Fenomena pertama, saat bangsa-bangsa berfokus kepada nation-building atau
pembangunan institusi negara secara politik. Di Indonesia, itu diprakarsai mantan
Presiden Soekarno. Pendidikan arahnya untuk nasionalisasi.
 2. Fenomena kedua, terkait dengan tuntutan memakmurkan bangsa yangkemudian
mendorong pendidikan sebagai bagian dari market-builder atau penguatan pasar dan
ini diprakarsai mantan Presiden Soeharto.
 3. Fenomena ketiga, berhubungan dengan pengembangan peradaban dan
kebudayaan. Singapura, Korea Selatan, dan Malaysia sudah menampakkan fenomena
tersebut dengan menguatkan pendidikannya untuk mendorong riset, kajian-kajian, dan
pengembangan kebudayaan.

 Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri
dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela
negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara.Sehingga
dengan mencerdaskan kehidupan bangsa, memberi ilmu tentang tata Negara,
menumbuhkan kepercayaan terhadap jati diri bangsa serta moral bangsa, maka takkan
sulit untuk menjaga kelangsungan kehidupan dan kejayaan Indonesia.
 Kompetensi yang diharapkan dari mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan antara
lain agar mahasiswa mampu menjadi warga negara yang memiliki pandangan dan
komitmen terhadap nilai-nilai demokrasi dan HAM, agar mahasiswa mampu
berpartisipasi dalam upaya mencegah dan menghentikan berbagai tindak kekerasan
dengan cara cerdas dan damai, agar mahasiswa memilik kepedulian dan mampu
berpartisipasi dalam upaya menyelesaikan konflik di masyarakat dengan dilandasi
nilai-nilai moral, agama, dan nilai-nilai universal, agar mahasiwa mampu berpikir
kritis dan objektif terhadap persoalan kenegaraan, HAM, dan demokrasi, agar
mahasiswa mampu memberikan kontribusi dan solusi terhadap berbagai persoalan
kebijakan publik, agar mahasiswa mampu meletakkan nilai-nilai dasar secara bijak
(berkeadaban).
 Pendidikan Kewarganegaraan lah yang mengajarkan bagaimana seseorang menjadi
warga negara yang lebih bertanggung jawab.Karena kewarganegaraan itu tidak dapat
diwariskan begitu saja melainkan harus dipelajari dan di alami oleh masing-masing
orang. Apalagi negara kita sedang menuju menjadi negara yang demokratis, maka
secara tidak langsung warga negaranya harus lebih aktif dan partisipatif.Oleh karena
itu kita sebagai mahasiswa harus memepelajarinya, agar kita bisa menjadi garda
terdepan dalam melindungi negara. Garda kokoh yang akan terus dan terus
melindungi Negara walaupun akan banyak aral merintang di depan.
 Kita semua tahu bahwa Pendidikan Kewarganegaraan mengajarkan bagaimana warga
negara itu tidak hanya tunduk dan patuh terhadap negara, tetapi juga mengajarkan
bagaimana sesungguhnya warga negara itu harus toleran dan mandiri.Pendidikan ini
membuat setiap generasi baru memiliki ilmu pengetahuan, pengembangan keahlian,
dan juga pengembangan karakter publik.Pengembangan komunikasi dengan
lingkungan yang lebih luas juga tecakup dalam Pendidikan Kewarganegaraan.
Meskipun pengembangan tersebut bisa dipelajari tanpa menempuh Pendidikan
Kewarganegaran, akan lebih baik lagi jika Pendidikan ini di manfaatkan untuk
pengambangan diri seluas-luasnya.

 Rasa kewarganegaraan yang tinggi, akan membuat kita tidak akan mudah goyah
dengan iming-iming kejayaan yang sifatnya hanya sementara. Selain itu kita tidak
akan mudah terpengaruh secara langsung oleh budaya yang bukan berasal dari
Indonesia dan juga menghargai segala budaya serta nilai-nilai yang berlaku di negara
kita. Memiliki sikap tersebut tentu tidak bisa kita peroleh begitu saja tanpa
belajar.Oleh karena itu mengapa Pendidikan Kewarganegaraan masih sangat penting
untuk kita pelajari.Oleh karena itu Pendidikan Kewarganegaraan sangat penting
manfaatnya, maka di masa depan harus segera dilakukan perubahan secara mendasar
konsep, orientasi, materi, metode dan evaluasi pembelajarannya. Tujuannya adalah
agar membangun kesadaran para pelajar akan hak dan kewajibannya sebagai warga
negara dan mampu menggunakan sebaik-baiknya dengan cara demokratis dan
terdidik.

 B. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan bertujuan untuk menambah wawasan
para pembaca, agar memiliki motivasi bahwa Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan berkaitan erat dengan peran dan kedudukan serta kepentingan
warganegara sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat dan sebagai
warga negara Indonesia yang terdidik, serta bertekad dan bersedia untuk
mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Serta mengembangkan potensi individu
mereka sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang
memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung
jawab dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
 Tujuan utama Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah untuk
menumbuhkan wawasan dan kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia, memiliki
sikap dan perilaku cinta tanah air yang bersendikan kebudayaan dan filsafat bangsa
Pancasila. Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Indonesia, mengandung
makna bahwa dalam setiap aspek kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan dan
kenegaraan harus berdasarkan nilai-nilai Ke-Tuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,
Kerakyatan dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
 Secara konstitusional rakyat Indonesia, melalui MPR telah menyatakan bahwa :
Pendidikan Nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia diarahkan
untuk “meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa, mewujudkan
manusia serta masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, berkualitas dan mandiri, mampu membangun dirinya dan masyarakat
sekelilingnya serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa“. Disamping itu Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia
yang berbudi luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif. Terampil,
berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat
jasmani dan rohani.

 Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia pada hakikatnya
merupakan sumber hukum dasar dalam negara Indonesia. Sebagai suatu sumber
hukum dasar secara objektif Pancasila merupakan suatu pandangan hidup, kesadaran,
cita-cita hukum, serta cita-cita moral yang luhur yang meliputi suasana kejiwaan,
serta watak bangsa Indonesia, yang pada tanggal 18 Agustus 1945 telah dipadatkan
dan diabstraksikan oleh para pendiri negara ini menjadi lima sila yang ditetapkan
secara yuridis formal menjadi dasar filsafat negara Republik Indonesia.

 Unsur-unsur yang merupakan materi pendidikan Pancasila diangkat dari pandangan
hidup masyarakat Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini merupakann kausa materialis
(asal bahan) Pancasila. Unsur-unsur Pancasila tersebut kemudian diangkat dan
dirumuskan oleh para pendiri negara, sehingga Pancasila berkedudukan sebagai dasar
negara, ideologi bangsa dan negara Indonesia.

 Keanekaragaman suku,bangsa adat istiadat, dan agama yang berada pada ribuan pulau
yang berbeda sumber kekayaan alamnya, memungkinkan untuk terjadi
keanekaragaman kehendak dalam Negara karena tumbuhnya sikap premordalisme
sempit, yang akhirnya memungkinkan dapat terjadi konflik yang negatif, oleh karena
itu dalam pendidikan dibutuhkan alat perekat bangsa dengan adanya kesamaan cara
pandang tentang visi dan misi negara melalui wawasan nusantara sekaligus akan
menjadi kemampuan menangkal ancaman pada berbagai kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

 Kompentensi kehadiran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah dimana
masyarakat dan pendidikan suatu negara berupaya untuk menjamin kelangsungan
hidup serta kehidupan generasi penerusnya dan bermakna. Generasi penerus tersebut
diharapkan akan mampu mengantisipasi hari depan bangsa yang senantiasa berubah
dan selalu terkait dengan konteks dinamika budaya, bangsa, Negara, dan hubungan
internasional.

 Kompetensi lulusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah didapatnya
tindakan cerdas yang penuh tanggung jawab dari seorang warga negara dalam
berhubungan dengan negara, dan memecahkan berbagai masalah hidup
bermasyarakat,berbangsa dan bernegara dengan menerapkan konsepsi falsafah
bangsa, wawasan nusantara dan ketahanan nasional. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan diharapkan dapat membuahkan sikap mental yang cerdas, penuh
rasa tanggung jawab. Sikap ini disertai dengan perilaku yang : Beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menghayati nilai–nilai falsafah bangsa; berbudi
pekerti luhur, berdisiplin; rasional, dinamis, dan sadar akan hak dan kewajibannya
sebagai warga negara; serta bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela
negara.

 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berupaya memberikan semangat
perjuangan kepada genegarasi muda bangsa Indonesia dalam mengisi kemerdekaan
dan menghadapi globalisasi yang penuh tantangan. Generasi muda sebagai warga
negara Indonesia dan sebagai penerus cita-cita bangsa perlu memiliki wawasan dan
kesadaran bernegara, bersikap dan berperilaku positif, cinta tanah air serta
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa di atas kepentingan peribadi dan
golongan dalam rangka bela negara demi utuh dan tegaknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

 Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara diselenggarakan melalui :
pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib,
pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau wajib dan pengabdian sesuai
profesi Pasal 9 ayat (2) UU No.3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara:

 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan memiliki peran penting dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
adalah bentuk pengemblengan individu-individu agar mendukung dan memperkokoh
komunitas politik sepanjang komunitas politik itu adalah hasil kesepakatan. PPKn
senantiasa dipengaruhi oleh nilai-nilai dan tujuan pendidikan (educational values and
aims) sebagai faktor struktural utama (David Kerr, 1999). Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan bukan semata-mata membelajarkan fakta tentang lembaga dan
prosedur kehidupan politik tetapi juga persoalan jati diri dan identitas bangsa
(Kymlicka, 2001).

 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berkontiribusi penting menunjang tujuan
bernegara Indonesia. Pendidikan Pancasila dan Kewarga-negaraan secara sistematik
adalah untuk mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berkaitan dan
berjalan seiring dengan perjalanan pembangunan kehidupan berbangsa dan bernegara
Indonesia.

 Generasi penerus melalui Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
diharapkanakan mampu mengantisipasi hari depan yang senantiasa berubah dan selalu
terkait dengan konteks dinamika budaya, bangsa, negara, dalam hubungan
internasional serta memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk bela negara dan
memiliki pola pikir, pola sikap dan perilaku yang cinta tanah air berdasarkan
Pancasila. Semua itu diperlakukan demi tetap utuh dan tegaknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia.Tujuan utama Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah
untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang
cinta tanah air, wawasan nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri warga negara
Republik Indonesia. Selain itu bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia
Indonesia yang berbudi luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif,
terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif
serta sehat jasmani dan rohani.
 Pengembangan nilai, sikap, dan kepribadian diperlukan pembekalan kepada peserta
didik di Indonesia yang diantaranya dilakukan melalui Pendidikan Pancasila,
Pendidikan Agama, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar, dan Ilmu Alamiah Dasar
(sebagai aplikasi nilai dalam kehidupan) yang disebut kelompok Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian (MKPK) dalam komponen kurikulum perguruan tinggi.
 Hak dan kewajiban warga negara, terutama kesadaran bela negaraakan terwujud
dalam sikap dan perilakunya bila ia dapat merasakan bahwa konsepsi demokrasi dan
hak asasi manusia sungguh–sungguh merupakan sesuatu yang paling sesuai dengan
kehidupannya sehari–hari.
 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan sikap
mental yang cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik. Sikap ini disertai
dengan perilaku yang :
 1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta menghayati nilai–
nilai falsafah bangsa
 2. Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
 3. Rasional, dinamis, dan sadar akanhak dan kewajiban sebagai warga negara.
 4. Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara.
 5. Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan teknologi dan seni untuk kepentingan
kemanusiaan, bangsa dan negara.

 Melalui Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, warga negara Republik
Indonesia diharapkan mampu “memahami, menganalisa, dan menjawab masalah–
masalah yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa dan negaranya secara konsisten dan
berkesinambungan dengan cita–cita dan tujuan nasional seperti yang digariskan dalam
Pembukaan UUD 1945 “.

 Dalam perjuangan non fisik, harus tetap memegang teguh nilai–nilai ini disemua
aspek kehidupan, khususnya untuk memerangi keterbelakangan, kemiskinan,
kesenjangan sosial, korupsi, kolusi, dan nepotisme; menguasai IPTEK, meningkatkan
kualitas sumber daya manusia agar memiliki daya saing; memelihara serta menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa; dan berpikir obyektif rasional serta mandiri.

 C. Tujuan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi
 Tujuan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi berupaya
menanamkan sikap kepada mahasiswa sebagai calon intelektual dan penerus cita-cita
bangsa agar;
 1. Memiliki wawasan dan kesadaran kebangsaan dan rasa cinta tanah air sebagai
perwujudan warga negara Indonesia yang bertanggung jawab atas kelangsungan
hidup bangsa dan negara
 2. Memiliki wawasan dan penghargaan terhadap keanekaragaman masyarakat
Indonesia sehingga mampu berkomunikasi baik dalam rangka meperkuat integrasi
nasional
 3. Memiliki wawasan, kesadaran dan kecakapan dalam melaksanakan hak,
kewajiban, tanggung jawab dan peran sertanya sebagai warga negara yang cerdas,
trampil dan berkarakter
 4. Memiliki kesadaran dan penghormatan terhadap hak-hak dasar manusia serta
kewajiban dasar manusia sehingga mampu memperlakukan warga negara secara adil
dan tidak diskriminatif
 5. Berpartisipasi aktif membangun masyarakat Indonesia yang demokratis dengan
berlandaskan pada nilai dan budaya demokrasi yang bersumber pada Pancasila
 6. Memiliki pola sikap, pola pikir dan pola perilaku yang mendukung ketahanan
nasional Indonesia serta mampu menyesuaikan dirinya dengan tuntutan
perkembangan zaman demi kemajuan bangsa

 Penjelasan Pasal 37 Ayat (1) UU RI No.20 Tahun 2003: " Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia
yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air”. Tujuan Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan di perguruan tinggi (Menurut SKep Dirjen Dikti No.
38/DIKTI/Kep./2002. Agar mahasiswa:
 1. Memiliki motivasi menguasai materi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
 2. Mampu mengkaitkan dan mengimplementasikan dalam peranan dan kedudukan
serta kepentingannya, sebagai individu, anggota keluarga/masyarakat dan
warganegara yang terdidik.
 3. Memiliki tekad dan kesediaan dalam mewujudkan kaidah-kaidah nilai berbangsa
dan bernegara untuk menciptakan masyarakat madani.

 D. Visi Misi, Materi dan Urgensi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
 1. Visi Misi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
 Visi; Pendidikan Pancasilan dan Kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah
merupakan sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyeleng-garaan
program studi, guna mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadiannya mejadi
manusia Indonesia seutuhnya.
 Misi; Pendidikan Pancasilan dan Kewarganegaraan adalah membantu mahasiswa
memantapkan kepribadiannya sebagai warga negara Indonesia yang baik dan
bertanggungjawab, tahu akan hak dan kewajibannya, agar secara konsisten mampu
mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam
menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
dengan rasa tanggung jawab dan bermoral.

 2. Materi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
 Materi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan meliputi hubungan antara
warganegara dan negara, serta pendidikan pendahuluan bela negara yang semua ini
berpijak pada nilai-nilai budaya serta dasar filosofi bangsa. Tujuan utama Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan
kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia, memiliki sikap dan perilaku cinta
tanah air yang bersendikan kebudayaan dan filsafat bangsa Pancasila. Pancasila
sebagai filsafat bangsa dan negara Indonesia, mengandung makna bahwa dalam setiap
aspek kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan dan kenegaraan harus berdasarkan
nilai-nilai Ke-Tuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan sosial.

 Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia pada hakikatnya
merupakan sumber hukum dasar dalam negara Indonesia. Sebagai suatu sumber
hukum dasar secara objektif Pancasila merupakan suatu pandangan hidup, kesadaran,
cita-cita hukum, serta cita-cita moral yang luhur yang meliputi suasana kejiwaan,
serta watak bangsa Indonesia, yang pada tanggal 18 Agustus 1945 telah dipadatkan
dan diabstraksikan oleh para pendiri negara ini menjadi lima sila yang ditetapkan
secara yuridis formal menjadi dasar filsafat negara Republik Indonesia.

 Unsur-unsur yang merupakan materi (bahan) Pancasila tidak lain adalah diangkat dari
pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini merupakann
kausa materialis (asal bahan) Pancasila. Unsur-unsur Pancasila tersebut kemudian
diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri negara, sehingga Pancasila berkedudukan
sebagai dasar negara, ideologi bangsa dan negara Indonesia.
 Tulisan ini berupaya memberikan semangat perjuangan kepada bangsa Indonesia
dalam mengisi kemerdekaan dan menghadapi globalisasi yang mendunia. Generasi
muda sebagai warga negara Indonesia dan sebagai penerus cita-cita bangsa perlu
memiliki wawasan dan kesadaran bernegara, bersikap dan berperilaku positif, cinta
tanah air serta mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa di atas kepentingan
peribadi dan golongan dalam rangka bela negara demi utuh dan tegaknya Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

 3. Pengertian dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan
 Istilah Kewarganegaraan memiliki arti keanggotaan yang menunjukkan hubungan
atau ikatan antara negara dan warga negara. Kewarganegaraan diartikan segala jenis
hubungan dengan suatu negara yang mengakibatkan adanya kewajiban negara itu
untuk melindungi orang yang bersangkutan. Adapun menurut Undang-Undang
Kewarganegaraan Republik Indonesia, Kewarganegaraan adalah segala hal-ikhwal
yang berhubungan dengan negara.
 Kewarganegaraan dapat dibedakan dalam dua artian yaitu Kewarganegaraan dalam
arti “Yuridis Sosiologis” dan Kewarganegaraan dalam artian “Formil Materil” sebagai
berikut:
 a. Kewarganegaraan dalam artian “Yuridis - Sosiologis”
 1. Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum
anatara orang-orang dengan negara.
 2. Kewarganegaraan dalam arti sosiologis, tidak ditandai dengan ikatan hukum,
tetapi dalam ikatan emosionaL, seperti ikartan perasaan, ikatan keturunan, ikatan
nasib, ikatan sejarah, dan ikatan tanah air.
 b. Kewarganegaraan dalam arti “Formil-Materil”.
 1. Kewarganegaraan dalam arti “formil” menunjukkan pada tempat
kewarganegaraan itu berdomisili. Dalam sistematika hukum, masalah
kewarganegaraan berada pada hukum publik.
 2. Kewarganegaraan dalam arti “materil” menunjukkan pada akibat hukum dari
status kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban warga negara.

 Jika dikaitkan dengan PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, (SNP) maka Standar isi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
adalah berkontelasi pada pengembangan nilai-nilai keluhuran sebagai berikut:
 1. Nilai-nilai cinta tanah air;
 2. Kesadaran berbangsa dan bernegara;
 3. Keyakinan terhadap Pancasila sebagai ideologi negara;
 4. Nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia dan lingkungan hidup;
 5. Kerelaan berkorban untuk masyarakat, bangsa, dan negara, serta
 6. Kemampuan awal bela negara.
 Setiap warganegara hakekatnya dituntut untuk dapat hidup berguna dan bermakna
bagi negara dan bangsanya. Untuk itu diperlukan bekal ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni (IPTEKS) yang berlandaskan pada nilai-nilai agama, moral dan budaya
bangsa. Fungsinya adalah sebagai panduan dan pegangan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam konteks Pendidikan
Kewarganegaraan nilai budaya bangsa menjadi pijakan utama, karena tujuan
pembelajaran ialah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, juga
sikap dan perilaku cinta tanah air yang bersendikan budaya bangsa.
 Pendidikan Kewargaan (civic education) sesungguhnya bukanlah agenda baru di
muka bumi burung garuda ini. Hanya saja, proses globalisasi yang melanda dunia
pada dekade akhir abad ke-20 telah mendorong munculnya pemikiran baru tentang
Pendidikan Kewarganegaraan di berbagai negara. Di Eropa, Dewan Eropa telah
memprakarsai proyek demokratisasi untuk menopang pengembangan kurikulum
Pendidikan Kewarganegaraan. Hal yang sama juga terjadi di Australia, Canada,
Jepang dan negara Asia lainnya.

 Di Amerika Serikat pendidikan kewarganegaraan diatur dalam kurikulum sosial
selama satu tahun, yang pelaksanaannya diserahkan kepada negara-negara bagian.
Materi yang diajarkan diarahkan pada :
 1. Bagaimana menjadi warga yang produktif dan sadar akan haknya sebagai warga
Amerika dan warga dunia.
 2. Nilai-nilai dan prinsip demokrasi konstitusional.
 3. Kemampuan mengambil keputusan selaku warga masyarakat demokratis dan
multikultural di tengah dunia yang saling tergantung.

 Di Australia, Pendidikan Kewarganegaraan ditekankan pada konteks discovering
democracy, yaitu:
 1). Prinsip, proses dan nilai demokrasi
 2). Proses pemerintahan dan
 3). Keahlian dan nilai partisipasi aktif di masyarakat.

 Sedangkan di Negara-negara Asia sperti Jepang misalnya, materi Pendidikan
Kewarganegaraan ditekankan pada Japanese history, ethics dan philosophy. Di
Filipina materi difokuskan pada : Philipino, family planning, taxation and landreform,
Philiphine New Constitution dan study of humanity (Kaelan, 2003:2). Hongkong
menekankan pada nilai-nilai Cina, keluarga, harmoni sosial, tanggung jawab moral,
mesin politik Cina dan lain-lain. Taiwan menitikberatkan pada pengetahuan
kewarganegaraan (disusun berdasarkan psikologi, ilmu sosial, ekonomi, sosiologi,
hukum dan budaya); perilaku moral (kohesi sosial, identitas nasional dan demokrasi);
dan menghargai budaya lain. Thailand, berusaha :
 1. Menyiapkan pemuda menjadi warga bangsa dan warga dunia yang baik.
 2. Menghormati orang lain dan ajaran Budha.
 3. Menanamkan nilai-nilai demokrasi dengan raja sebagai kepala negara.

 Beberapa negara yang lain juga mengembangkan studi sejenis, yang dikenal dengan
nama Civic Education. Dari sini terlihat bahwa secara umum pendidikan
kewarganegaraan di negara-negara Asia lebih menekankan pada aspek moral
(karakter individu), kepentingan komunal, identitas nasional dan perspektif
internasional, sedangkan Amerika dan Australia lebih difokuskan pada pentingnya
hak dan tanggung jawab individu, sistim dan proses demokrasi, HAM dan ekonomi
pasar (Sobirin, 2003:11-12).
 Pendidikan Kewarganegaraan sudah ada sejak zaman Presiden Soekarno. Di era
Soekarno, pendidikan kewarganegaraan dikenal dengan Pendidikan Civic. Demikian
pula masa Presiden Soeharto, pendidikan kewarganegaraan sangat intensif dilakukan
dengan bermacam nama dan tingkatan. Sayangnya, pelaksanaan pendidikan
kewarganegaraan semasa Orde Baru, seperti Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dan
Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4), ternyata tidak
selamanya sejalan dengan impian luhur kemanusiaan yang terkandung dalam dasar
negara Pancasila. Budaya dan praktik penyalahgunaan kekuasaan serta meningkatnya
korupsi di kalangan elite politik dan pelaku bisnis sejak masa Orde Baru hingga kini
bisa menjadi fakta nyata gagalnya pendidikan kewarganegaraan masa lalu. Hal itu
menimbulkan suatu pertanyaan besar, apa ada yang salah dengan Pendidikan
Kewarganegaraan di Indoesia? Apakah pendidikan kewarganegaraan hanya sekedar
menjadi formalitas belaka yang tidak memiliki nilai apapun di dalamnya? Mengapa
nilai urgensitas pendidikan kewarganegaraan menjadi begitu rendah? dan banyak lagi
pertanyaan lainnya.

 E. Manfaat Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
 Sebagai warga negara yang baik perlu mengetahui apa urgensi dan manfaat dari
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Sesungguhnya banyak manfaat yang bisa
diambil dari pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Pertama adalah untuk
mengetahui hak dan kewajiban sebagai warga negara yang akhirnya dapat menempat
diri pada posisi yang tepat sebagai warga negara. Setelah mengetahui dan mengerti
kewajiban yang harus dilakukan dan hak yang mesti didapatkan, maka sebagai
warganegara yang baik dapat menjalankan perannya dengan penuh rasa tanggung
jawab sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku serta menuntut hak –
hak yang mungkin belum terpenuhi sebagai warga negara. Setiap warga negara
memiliki hak dan kewajiban yang sama satu sama lainnya tanpa terkecuali.
Persamaaan antara manusia selalu dijunjung tinggi untuk menghindari berbagai
kecemburuan sosial yang dapat memicu berbagai permasalahan kehidupan. Manfaat
yang kedua adalah dengan mempelajari pelajaran kewarganegaraan dapat dijadikan
motivasi untuk memiliki sifat nasionalisme dan patriotisme yang tinggi. Artinya
setelah mengerti peran dan keadaan negara, seharusnya menjadi warga negara yang
lebih cinta pada tanah air dan baangsa serta rela berkorban demi bangsa dan negara.
Dengan mempelajari Pendidikan kewarganegaraan dapat memperkuat keyakinan kita
terhadap Pancasila sebagai ideologi negara dan mengamalkan semua nilai – nilai yang
terkandung di dalamnya. Disadari atau tidak, dasar negara Pancasila mempunyai nilai
– nilai luhur termasuk nilai moral kehidupan. Nilai moral tersebut seharusnya menjadi
pedoman dalam berpikir, bersikap dan bertingkah laku. Nilai – nilai tersebut berkaitan
erat dengan kualitas sumber daya manusia. Kualitas SDM yang rendah merupakan
salah satu indikasi juga gagalnya pendidikan kewarganegaraan. Manfaat selanjutnya
adalah suatu hal yang masih berhubungan dengan nasionalisme dan patriotisme yaitu
sebagai warga negara diharapkan memiliki kesadaran dan kemampuan dalam usaha
bela negara. Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pada pasal 30 tertulis bahwa
“Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara.
Syarat-syarat tentang pembelaan negara diatur dengan undang-undang.” Sebagai
warga negara yang baik kita wajib ikut serta dalam usaha bela negara dari segala
macam ancaman, gangguan, tantangan dan hambatan baik yang datang dari luar
maupun dari dalam.

 Membela negara bisa berarti luas dan dapat dilakukan dalam berbagai bidang. Dengan
hak dan kewajiban yang sama, setiap orang Indonesia tanpa harus dikomando dapat
berperan aktif dalam melaksanakan bela negara. Membela negara tidak harus dalam
wujud perang tetapi bisa diwujudkan dengan cara lain misalnya ikut serta dalam
mengamankan lingkungan sekitar (seperti siskamling), ikut serta membantu korban
bencana di dalam negeri, belajar dengan tekun mempelajari mata kuliah Pendidikan
Pancasila Kewarganegaraan atau mengikuti kegiatan ekstra klurikuler seperti
Paskibra, PMR dan Pramuka dan sebagainya. Itu semua merupakan manfaat yang
didapatkan setelah mempelajari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Tidak
lupa semua hal yang sudah disebutkan tadi juga harus disesuaikan dengan dinamika
kehidupan bermasyarakat dan diharapkan dapat menjadi sarana pembentukan
kepribadian bangsa dalam rangka mempertahankan keutuhan dan kelangsungan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

 Secara materi seperti yang dibahas di atas, tentu pendidikan kewarganegaraan
menjadi begitu penting dengan berbagai macam nilai di dalamnya. Akan begitu besar
manfaatnya ketika kita mengerti dan memahami semua materi yang diajarkan. Tetapi
hal itu akan sia – sia belaka ketika kita hanya sekedar mengerti atau memahami saja
tanpa adanya penindaklanjutan. Dalam hal ini yang perlu tekankan adalah adanya
suatu pengamalan dari suatu ilmu, khususnya dalam hal ini ilmu yang dimaksud
adalah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan itu sendiri.

 Seperti kata pepatah “Amal tanpa ilmu buta” Ilmu tanpa amal, pincang…” Amal
tanpa ilmu akan membutakan karena ilmu merupakan petunjuk dan pemberi arah
amal yang akan dilakukan. Bagaimana mungkin kita tahu kalau amal yang kita
lakukan benar atau salah jika kita tidak tahu ilmunya. Hal itu sama saja dengan kita
berjalan tanpa tahu arah dan tujuan yang jelas. Dengan menghubungkannya dengan
topik yang kita bahas, pepatah itu tentunya memberikan kesadaran bahwa Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan yang merupakan suatu ilmu begitu penting sebagai
petunjuk dan pemberi arah untuk setiap tindakan. Begitu banyak orang yang tidak
memahami ilmu ini bisa jadi tidak sadar bahwa hal yang mereka lakukan itu salah dan
pada akhirnya yang terjadi adalah kekacauan di masyarakat.

 Sebaliknya juga berlaku bahwa ilmu tanpa amal itu sesuatu yang sia – sia. Dengan
memegang prinsip itu dan menghubungkan dengan kenyataan yang ada saat ini bahwa
masih banyak orang yang hanya sekedar tahu dan mengerti saja tanpa pengamalan.
Dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan kita jadi tahu
banyak hal dalam kehidupan bernegara, tapi mengapa dalam praktiknya nol. Karena
banyak warga negara yang hanya menganggap ilmu itu sebagai angin lalu yang tidak
bermanfaat. Kita cenderung menganggap pendidikan kewarganegaraan patut
disepelekan karena kurang begitu penting dibandingkan dengan ilmu yang lain. Itu
akibat yang terjadi ketika kita tidak tahu manfaat apa yang didapat setelah
mempelajarinya. Memang semenjak SD sudah diajarkan apa yang harus dilakukan
untuk menjawab soal – soal kewarganegaraan yang intinya harus dipilih atau ditulis
segala bentuk perbuatan yang baik – baik dan kenyataannya semua itu cuma bertujuan
untuk mendapatkan nilai yang tinggi tanpa ada penerapan dalam kehidupan. Bisa
dibayangkan berapa banyak biaya dan waktu yang terbuang percuma ketika semuanya
itu akan menguap begitu saja tanpa meninggalkan manfaat apapun bagi diri kita.
Tentunya itu akan merugikan diri kita sendiri. Sebagai contoh adalah demonstrasi
yang tidak bertanggung jawab yang dilakukan oleh mahasiswa. Tidak ada yang
melarang siapapun untuk berdemonstrasi, tapi tentu saja semua itu ada aturannya.
Kekacauan yang terjadi selama ini adalah mereka tidak mengetahui secara jelas aturan
– aturan yang berlaku ( tidak tahu ilmunya ) sehingga mereka cenderung seenaknya
sendiri dalam mengungkapkan aspirasinya atau mungkin saja mereka tahu tapi tidak
mau tahu (pengamalan yang salah). Pada akhirnya hal tersebut bukannya
memperbaiki keadaan malah menjadikan keadaan semakin terpuruk.


 Karena itu pada intinya perlu adanya keseimbangan antara ilmu dan amal. Ketika
semua warga negara sudah mengerti betul apa yang harus dilakukan, memiliki
kesadaran tinggi untuk mengetrapkannya dan akhirnya benar – benar
melaksanakannya sesuai aturan yang berlaku, bahwa negara ini akan menjadi negara
yang aman, tentram, damai seperti apa yang sudah diidam – idamkan oleh para
pendiri negara ini.

Meliahat betapa pentingnya fungsi pancasila dalam kehidupan bangsa indonesia maka
sudah seharusnya pancasila dipahami secara menyeluruh dan mendalam oleh orangnya
sendiri. Salah satu sarana dalam proses memahami pancasila adalah melalui pendidikan
formal mulai dari tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi. Pendidikan pancasila sudah
diatur sedemikian rupa dalam sebuah peraturan. Dasar hukum pelaksanaan pendidikan
pancasila di lembaga pendidikan formal bersumber pada TAP MPR no II/MPR/1998 tentang
GPHN yang menetapkan antara lain : pendidikan pancasila termasuk pendidikan pedoman
penghayatan dan pengamalan pancasila, pendidikan moral pancasila, pendidikan sejarah
perjuangan bangsa serta unsur-unsur yang dapat meneruskan dan mengembangkan jiwa,
semangat dan nilai-nilai perjuangan khususnya nilai-nilai 45 pada generasi muda, dilanjutkan
dan makin ditingkatkan disemua jenis jenjang pendidikan mulai dari TK sampai perguruan
tinggi negeri maupun swasta.

Perguruan tinggi yang berperan dalam mengembangkan dan memperdalam pengatahuan


dan mengajarkannya dan memperoleh pengatahuan. Bahkan berbagai masalah yang sedang
terjadi di negara ini bisa dilestarikan dari memperdalam dan menemukan sebuah solusi
melalui pemahaman yang mendalam tentang pancasila. Melalui pendidikan pancasila,
diharapkan juga para mahasiswa memahami, menganalisis dan menjawab masalah-masalah
yang dihadapi masyarakat, bangsa secara berkesinambungan dan konsisten, dengan cita-cita
tujuan nasional. Disamping itu mahasiswa memiliki kemampuan untuk mengambil sikap
bertanggung jawab sesuai dengan hati nurani serta memaknai perestiwa sejarah dan nilai-
nilai budaya bangsa untuk menggalang persatuan indonesia. Selain itu dengan pengajaran
ditingkat perguruan tinggi memungkiankan mahasiswa menerapkan sehingga nilai-nilai
moral pancasila terkandung dalam sila-sila pancasila masuk dalam kepribadian mahasiswa.

2.2 Landasan Pendidikan Pancasila


Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi nomor 265/Kep/2000ntanggal 10 agustus
2000 tentang penyempurnaan kurikulum inti mata kuliah pengembangan kepribadian
(MKPK) Pendidikan pancasila mengemukakan empat landasan historis, landasan kultural,
landasan yuridis dan landasan filsopis.

1. Landasan Historis
Landasan historis adalah landasan-landasan fakta sejarah yang dijadikan dasar bagi
pengembangan pendidikan pancasila, baik menyangkut formulasi tujuan, pengembangan
materinya, rancangan modal pembelajaranya, dan evaluasinya.
Formasi pendidikan pancasila tentu saja tidak hanya memiliki prespektif waktu kebelakang
yang berisi alasan-alasan historis perlunya perilaku tertentu bagi generasi muda. Pada
dasarnya, tujuan pendidikan pancasila memformulasikan apa yang penting dari masa
lampau, masalah yang dihadapi pada sekarang, dan cita-cita tentang kehidupan ideal dimasa
lampau.
\
2. Landasan Kultural
Landasan kultural adalah pengembangan pendidikan pancasila didasarkan atas nilai-
nilai yang diagungkan, dan karenanya disepakati dalam kehidupan nasional. Pendidikan
pancasila hendaknya memelihara dan mengembangkan nilai-nilai yang telah dan terus
disepakati tersebut.

3. Landasan Yuridis
Landasan yuridis menyangkut aturan perundang-undangan yang mendasari
pelaksanaan pendidikan pancasila. Landasan yuridis dapat ditelusuri dari UUD 1945,
ketetapan MPR, undang-undang, peraturan pemerinrah, keputusan menteri, keputusan
direktur jendral, dan lain-lain.
Pembukaan UUD 1945 menyatkan pentingnya pertubuhan nilai kebangsaan hingga terwujud
kemerdekaan naional.

Ketetpan MPR yang terkait dengan pelaksanaan pendidikan pancasila adalah GBHN.
Ketetapan MPR nomor IV 1999 tentang GBHN menyatakan misi pembangunan adalah
pengamalan pancasila secara konsisten dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Arah kebijakan di bidang pendidikan antara lain membangun manusia indonesia
berkualitas tinggi dengan peningkatan pendidikan watak dan budi pekerti, pemberdayaan
lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan nilai, dan untuk itu perlu menyusun
kurikulum nasional dan kurikulum lokal.

Undang-undang sisitem pendidikan nasional tahun 1989 pasal 39 menyatkan bahwa


isi kurikulum setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan adalah pendidikan pancasila,
pendidika agama dan pendidikan kewarnegaraan.
Oleh karenaitu pendidikan pancasila perguruan tinggi harus terus menerus
ditingkatkan kualitas materinya dan efektivitas metodenya sehingga lulusan perguruan tinggi
mampu menjadi warga negara yang berperan aktif.

Peraturan pemerintah Nomor 60 tahun 1999 pasal 13 membawa implikasi bagi keputusan
mentri pendidikan nasional tentang pedoman penyusunan kurikulum pendidikan tinggi dan
penilaian hasil belajar mahasiswa yang menetapkan bahwa pendidikan pancasila, pendidikan
agama, dan pendidikan kewarganegaraan termasuk mata kuliah pengembangan kepribadian.

4. Landasan Filosofis
Landasan filosofis adalah penggunaan hasil-hasil pemikiran filsapat pancasila untuk
mengembangkan pendidikan pancasila sebagai sistem filsafat dapat dilihat dari dua segi.

Pertama, digunakan sebagai pandangan hidup. Kedua sebagai sistem filsafat yang
memenuhi persyaratan-persyaratan akademis.
2.3 Tujuan Pendidikan Pancasila
Tujuan pendidikan pancasila dapat dilacak keterkaitannya dengan tujuan nasional dan
tujuan pendidikan nasional.

Tujuan pendidikan pancasila adalah agar subjek didik memiliki moral yang sesuai
dengan nilai pancasila moralitas itu mampu itu terwujud dalam kehidupan sehari-hari (UU
No.2 Tahun 1989).

Perilaku moral adalah perilaki keimanan dan ketakwaan terhadap tuhan yang maha esa
dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai agama, perilau kemanusian yang adil dan
beradap, perilaku yang mendukung persatuan bangsa indonesia.

Adapun tujuan pendidikan pancasila diperguruan tinggi adalah agar mahasiswa:


1. Dapat memahami dan mampu melaksanakan jika pancasila dan UUD 1945 dalam kehidupan
sebagai warganegara indonesia.
2. Menguasai pengatahuan tentang beragam masalah dasar berkehidupan bermasrakat,
berbangsa dan bernegara yang hendak diatasi dengan penerapan pemikiran yang berlandasan
pancasila dan UUD 1945.
3. Memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma pancasila, sehingga
mampu menanggapi perubahan yang terjadi dalam rangka keterpaduan iptek dan
pembangunan.
4. Membantu mahasiswa dalam proses belajar, proses berpikir, memecahkan masalah dan
mengambil keputusan dengan menerapkan strategi heuristik terhadap nilai-nilai pancasila.

2.4 Tujuan Mempelajari Pancasila


Tujuan mempelajari pancasila adalah mengatahui pancasila yang benar, yakni yang dapat
dipertangung jawabkan baik secara yuridis. Secara yuridis-konstusionl karena pancasila
adalah dasar negara yang dipergunakan sebagai dasar pengatur/menyelenggerakan
pemerintahan negara. Secara objektip ilmiah karena pancasila adalah suatu paham filsafat,
yang uraiannya harus logis dan dapat diterima oleh akal sehat.

Selanjutnya pancasila yang benar itu dimalkan sesuai dengan pungsinya dan kemudian
pancasila yang benar kita amalkan agar jiwa dan semangat, perumusan, sistematiknya sudah
tepat dan benar.Tujuan itu sebenarnya bertitik tolakpada salah satu manusia yakitu sipat atau
hasrat “ingin tahu”.

Mengingat pancasila adalah dasar negara maka mengamalkan dan mengamankan


pancasila sebagai dasar negara mempunyai sipat imperatif /memaksa artinya setiap warga
negara indonesia harus tunduk/ taat kepadanya. Pengamalan pancasila dalam hidup sehari-
hari tidak disertai sanksi-sanksi hukum, tetapi mempunyai sipat mengikat artinya setiap
manusia indonesia terkait dalam cita-cita yang terkandung didalamnya.

2.5 Fungsi Dari Pancasila


1. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa indonesia
Setiap bangsa berdiri kokoh, kuat, dan sentausa perlu mengetahui dengan jelas kearah
mana tujuan yang ingin dicapai. Oleh sebab itu perlu juga bangsa itu memiliki pandangan
hidup.
Pancasila bagi kita merupakan pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita moral yang
meliputi kejiwaan watak yang sudah berurat-akar didalam. Pancasia dapat diihat sebagai
reprentasi ideal-ideal pokok kita tentang nasional dan demokrasi sekaligus.

2. Pancasila sebagai dasar negara RI


Pancasila tercantum dalam UUD 1945 dan bahkan menjiwai seluruh isi peraturan dasar
tersebut yang berpungsi sebagai dasar negara sebagi jelas tercantum salam alenia IV.
Pembukaan UUD 1945 tersbut, maka perturan perundangan-undangan RI yang dikeluarkan
nagara dan pemerintah RI haruslah pula sejiwa dengan didasari oleh negara pancasila.
Bahkan dalam ketetapan MPRS xx/MPRS/1966 ditegaskan bahwa pancasila itu adalah
sumber dari segala hukum. (sumber hukum pormal: undang-undang, kebiasaan, traktat,
Jurisprudensi, hakim, ilmu pengatahuan hukum). (Kosil, 1986, halaman 82-83).

Sebagai dasar negara dan ideologi negara pancasila harus menjadi pradigma dalam setiap
pembaharuan hukum. Materi-materi atau produk hukum dapat sentiasa berubah dan diubah
sesuai dengan perkembangan jaman dan perubahan masyarakat karena hukum itu tidak
berada pada situasi vakum. Dan dalam pembaharuan hukum yang terus menerus itu pancasila
tetap harus menjadi kerangka berpikir dan sumber-sumber nilainya.

Pancasila adalah dasar politik yakitu prinsip-prinsip dasar dalam kehidupan bernegara,
dan bermasyarakat. Maka bukan merupak ideologi tataliter yakitu yang mengatur seluruh
bidang kehidupan manusia. Pancasila sebagai dasar negara mengatur dan mengarahkan seluk
beluk negara bukan seluruh hidup manusia.

3. Pancasila sebagai kepribadian bangsa


Menurut dewan perancang nasional, kepribadian indonesia adalah “keseluruhan ciri-ciri
khas bangsa indonesia yang membedakan bangsa indonesia dan bangsa lain”. Keseluruhan
ciri-ciri khas bangsa indonesia adalah pencerminan dari garis pertumbuhan dan
perkembangan bangsa indonesia itu ditentukan oleh kehidupan budi bangsa indonesia dan
dipengaruhi oleh tempat, lingkungan dan suasana waktu sepanjang masa.

Sila ketuhanan yang maha esa. Sejak jaman purbakala orang indonesia mengatahui dan
percaya tentang ada yang mutlak sebagai maha pencipta yang di sebut tuhan. Ajaran agama,
bahwa semua manusia adalah mahluk tuhan yang saling menghargai, telah membawa
ketentraman hubungan beragama yang hidup di indonesia. (konsil, 1986, hal.83-84)

Keberagaman masyarakat hari ini merata cukup puas dengan frame (ibadah, ritual)
agama menyentuh esensi. Maka itu wajar pikiran fanatik sempat dengan menganggap beda
keyakinan sebagai musuh negara. Keberagaman yang gagal ini serta merta melakukan
berbagai pelanggaran nilai kemanusian.
Sila kemanusian yang adil dan beradap. Dalam pidato bung karno 1 juni 1945 dasar
perikemanusian diebut juga internasionalisme. Menurut perumusan dewan perancang
nasional (depernas), perikemanusiaan adalah “ daya serta kaya budi dan hati nurani manusia
untuk membangun dan membentuk kesatuan manusia sesamanya, tidak terbatas oleh manusia
pada sesamanya yang terdekat saja, melainkan meliputi juga seluruh umat manusia”. Sikap,
sifat dan perbuatan bangsa indonesia senantiasa ( seharusnya ) memperlihatkan unsur-unsur
perikemanusian ( kansul, 1986, hlm, 85 )

Sila persatuan ( kebangsaan ) indonesia untuk bekerja secara gotong-royong pancasila


dapat menjadi kerangka referensi identifikasi diri kalau pancasila dapat dipercaya yaitu
bahwa masayarakat mengalami secara nyata realisasi dan prinsi-prinsip yag tekandug dalam
pancasila.
Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebikjksanaan dalam permusyawaratan dan
perwakilan. Sifat kerakyatan yang hidup dalam masyarakat indonesi sejak dulu kala berbeda
dari pengertian demolrasi modern sifat kerakyatan yang indonesia adalah demokrasi yang
berdasarkan kekeluargaan dalam arti yang luas. Secara teori dan konstitusional kita telah
menerima demokrasi pancasila sebagai satu-satunya mekanisme pengambilan keputusan.

Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia dalam kenyataan tata-kehidupan dan
pengidupan manusia keadilan sekurang-kurangnya tampak dalam tiga perwujudan yakni:
jeadilan sosial, keadilan tukar menukar, dan keadilan membagi keadilan sosial adalah cipta,
kerja, rasa dan karya manusia untuk memberikan dan melaksanakan segala sesuatu yang
memajukan kemakmuran serta kesehjateraan bersama.

4. Pancasila sebagai kontrak sosial


Onghakham dan andi achdian ( panitia bersama simposium, 2006, restorasi pancisla)
mengatakan bahwa pancasila mulai bergeer perananya dari sebuah kontrak sosial menjadi
sebuah ideologi yang bertanding dengan ideologo-idelogi lain

Setelah peristiwa kudeta untung tanggal 1 oktober 1945, dilanjutkan dengan serangan
bertubi-tubi terhadap PKI yang dijadikan kambing hitam dala peristiwa tesebut dan sasaran
pembataian massal tehadap kader-kader partai itu di berbagai tempat di indonesia pancasila
sebagai sebuah ideologi politik mulai mendapat kontesk pendukungnya.

Secara berturut-turut kita juga menyasikan pada era Orde baru perumusan pancasila
menjadi ideologi dari kekuatan-kekuatan politik di indonesia disini penting bagi kita untuk
memikirkan kembali fungsi dan arti pancasila sebagai sebuah “kontrak sosial”, bukan
ideologi dan falsafah ( onghakham dan andi actidian, dalam restorasi pancaila,2006 ).

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pengembangan dan pendidikan pancasila perlu dilakukan oleh perguruan tinggi dalam
rangka melastarikan nilai-nilai pancasila dan menanamkan nilai moral positif

Yang terkandung didalamnyam pada generasi muda khususnya mahasiswa keberadaan


mahasiswa yang mempunyai penting dan vital. Selain itu karena pancasila sebagai dasar
negara dan kepribadian bangsa indonesia

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa harus dari dini dikenalkan dan diajarkan
kepada masayarakat indonesia termasuk diperguruan tinggi. Sebagai pembentuk intlektual
yang bermoral ketuhanan dan kemanusian

Melalui pendidikan pancasila, peserta didik akan menjadi manusia terlebih dahulu,
sebelum memasuki iptesk yang dipelajari nya. Menjadi warga negara indonesia yang unggul
dalam pengusaan ipteks, namun tidak kehilangan jati dirinya dan tidak tercabut dari akar
budaya bangsanya dan keimanannya.

3.2 SARAN
1. Pendidikan pancasila diperguruan tinggi harus terus dikembangkan untuk membentuk kadar
yang dibutuhkan oleh negara dan masyarkat demi tercapainya tujuan umum bangsa indonesia
2. Pancasila merupakan kepribadian bangsa, harus menjadi kepribadian para generasi muda
khususnya para mahasiswa yang menjadi generasi pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai