Pancasila dapat diartikan sebagai lima dasar yang dijadikan dasar negara serta pandangan
hidup bangsa. Suatu bangsa tidak akan dapat berdiri dengan kokoh tanpa dasar negara yang kuat
dan tidak dapat mengetahui dengan jelas kemana arah tujuan yang akan dicapai tanpa Pandangan
Hidup. Dengan adanya Dasar Negara, suatu bangsa tidak akan terombang ambing dalam
menghadapi permasalahan baik yang dari dalam maupun dari luar. Pengertian Pancasila secara
Etimologis, Historis dan Terminologis
Pancasila telah menjadi istilah resmi sebagai dasar falsafah negara Republik Indonesia, baik
ditinjau dari sudut bahasa maupun sudut sejarah. Berikut ini adalah pengertian Pancasila:
a. Secara Etimologis
Secara etimologis istilah 'pancasila' berasal dari sansekerta dari india (bahasa kasta
brahmana). Menurut muhammad yamin, dalam bahasa sansekerta perkataan 'pancasila' memiliki
dua macam arti secara leksikal yaitu: "panca" artinya lima"syila" vokal i pendek artinya "batu sendi"
alas atau "dasar" "syiila" vokal i panjang artinya "peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau
yang senonoh"
b. Secara Historis
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
(4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan
Selanjutnya kelima sila tersebut dapat diperas menjadi 'Tri sila' yang rumusannya :
Tri Sila ini bisa diperas lagi menjadi Eka Sila, yaitu Gotong Royong.
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan
3. Persatuan Indonesia
2. Peri kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kerakyatan
5. Keadilan Sosial
2. Peri Kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kedaulatan rakyat
5. Keadilan Sosial
Fungsi pokok Pancasila adalah sebagai Dasar Negara yang merupakan sumber kaidah
hukum yang mengatur negara Republik Indonesia, termasuk di dalamnya seluruh unsur-unsurnya
yakni pemerintah, wilayah dan rakyat. Pancasila dalam kedudukannya seperti inilah yang merupakan
dasar pijakan penyelenggaraan negara dan seluruh kehidupan negara Republik Indonesia. Pancasila
sebagai dasar negara mempunyai arti menjadikan Pancasila sebagai dasar untuk mengatur
penyelenggaraan pemerintahan. Konsekuensinya adalah Pancasila merupakan sumber dari segala
sumber hukum. Hal ini menempatkan Pancasila sebagai dasar negara yang berarti melaksanakan
nilai-nilai Pancasila dalam semua peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu,
sudah seharusnya semua peraturan perundang-undangan di negara Republik Indonesia bersumber
pada Pancasila. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia mempunyai implikasi bahwa
Pancasila terikat oleh suatu kekuatan secara hukum, terikat oleh struktur kekuasaan secara formal,
dan meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai dasar negara.
Pancasila Sebagai Dasar Negara tentunya memiliki fungsi yang sangat penting.Fungsi
Pancasila adalah sebagai berikut:
(a) Pandangan Hidup Bangsa Indonesia. Bagi bangsa Indonesia, sikap hdup yang diyakini kebenarannya
tersebut bernama Pancasila. Nilai-nilai yang terkandung di dalam sila-sila Pancasila tersebut berasal
dari budaya masyarakat bangsa Indonesia sendiri. Oleh karena itu, Pancasila sebagai inti dari nilai-
nilai budaya Indonesia maka Pancasila dapat disebut sebagai cita-cita moral bangsa Indonesia. Cita-
cita moral inilah yang kemudian memberikan pedoman, pegangan atau kekuatan rohaniah kepada
bangsa Indonesia di dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
(b) Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa Indonesia. Menurut Von Savigny bahwa setiap bangsa punya jiwanya
masing-masing yang disebut Volkgeist, artinya Jiwa Rakyat atau Jiwa Bangsa. Pancasila sebagai jiwa
Bangsa Indonesia lahir bersamaan dengan adanya Bangsa Indonesia sendiri yaitu sejak jaman dahulu
kala. Menurut Prof. Mr. A.G. Pringgodigdo bahwa Pancasila itu sendiri telah ada sejak adanya Bangsa
Indonesia. karena Pancasila memberikan corak yang khas kepada bangsa Indonesia dan tak dapat
dipisahkan dari bangsa Indonesia, serta merupakan ciri khas yang dapat membedakan bangsa
Indonesia dari bangsa yang lain. Terdapat kemungkinan bahwa tiap-tiap sila secara terlepas dari
yang lain bersifat universal, yang juga dimiliki oleh bangsa-bangsa lain di dunia ini, akan tetapi kelima
sila yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan itulah yang menjadi ciri khas bangsa
Indonesia.
(c) Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia, artinya Pancasila lahir bersama dengan lahirnya
bangsa Indonesia dan merupakan ciri khas bangsa Indonesia dalam sikap mental maupun tingkah
lakunya sehingga dapat membedakan dengan bangsa lain. Nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila dapat dijadikan dasar dalam motivasi dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, untuk mencapai tujuan nasional, yaitu memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan berbangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Pancasila sebagai
pedoman dan pegangan dalam pembangunan bangsa dan Negara agar dapat berdiri dengan kokoh.
Selain itu, pancasila sabagai identitas diri bangsa akan terus melekat pada di jiwa bangsa Indonesia.
Pancasila bukan hanya di gali dari masa lampau atau di jadikan kepribadian bangsa waktu itu,
tetatapi juga diidealkan sebagai kepribadian bangsa sepanjang masa.
(d) Perjanjian Luhur artinya Pancasila telah disepakati secara nasional sebagai dasar negara tanggal 18
Agustus 1945 melalui sidang PPKI (Panitia Persiapan kemerdekaan Indonesia).
(e) Sumber dari segala sumber tertib hukum artinya; bahwa segala peraturan perundang- undangan
yang berlaku di Indonesia harus bersumberkan Pancasila atau tidak bertentangan dengan
Pancasila. Pancasila tercantum dalam ketentuan tertinggi yaitu Pembukaan UUD 1945, kemudian
dijelmakan atau dijabarkan lebih lanjut dalam pokok-pokok pikiran, yang meliputi suasana kebatinan
dari UUD 1945, yang pada akhirnya dikongkritisasikan atau dijabarkan dari UUD1945, serta hukum
positif lainnya.
(f) Cita- cita dan tujuan yang akan dicapai bangsa Indonesia, yaitu masyarakat adil dan makmur yang
merata materiil dan spiritual yang berdasarkan Pancasila. Dalamhal ini hendak diwujudkan oleh
bangsa Indonesia adalah masyarakat yang adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual
berdasarkan Pancasila dalam wadah NKRI yang merdeka, bersatu,berdaulatan rakyat dalam suasana
peri-kehidupan bangsa yang aman, tenteram,tertib dan dinamis, serta dalam lingkungan pergaulan
dunia yang merdeka,bersahabat dan tentram. “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu
Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa …” pada
kutipan alenia dapat disimpulkan bahwa tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia adalah.
a. Untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Republik Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Melindungi segenap bangsa artinya adalah
pemerintah berupaya untuk melindungi seluruh bangsanya, dari segi internal maupun eksternal.
b. Tujuan nasional bangsa yang kedua adalah memajukan kesejateraan umum/bersama. Negara
Indonesia menginginkan situasi dan kondisi rakyat yang bahagia, makmur, adil, dan sentosa.
c. Tujuan Indonesia menurut UUD 1945 yang ketiga adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sebuah bangsa akan maju bila didukung oleh rakyatnya yang memiliki pengetahuan luas, pintar, dan
intelek.
d. Tujuan nasional Indonesia yang terakhir adalah ikut berperan aktif dan ikut serta dalam
melaksanakan ketertiban dunia yang berlandaskan kemerdekaan, perdamaian abadi dan kedilan
sosial.
(g) Pancasila sebagai falsafah hidup yang mempersatukan Bangsa Indonesia. Pancasila merupakan
sarana yang ampuh untuk mempersatukan Bangsa Indonesia. karena Pancasila adalah palsafah
hidup dan kepribadian Bangsa Indonesia yang mengandung nilai-nilai dan norma-norma yang oleh
Bangsa Indonesia diyakini paling benar, adil, bijaksana dan tepat untuk mempersatukan seluruh
rakyat Indonesia.
(h) Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia. Ideologi dapat diartikan sebagai Ilmu tentang ide atau
gagasan yang bersifat mendasar. Ideologi ialah seperangkat nilai yang diyakini kebenarannya oleh
suatu bangsa dan digunakan untuk menata masyarakatnya. Pancasila sebagai ideologi nasional
merupakan kumpulan nilai yang diyakini kebenarannya oleh Bangsa Indonesia dan digunakan untuk
menata masyarakat. Sebagai ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila sebagai ikatan budaya(
cultural bond) yang berkembangan secara alami dalam kehidupan masyarakat Indo nesia bukan
secara paksaan atau Pancasila adalah sesuatu yang sudah mendarah daging dalam kehidupan sehari-
hari bangsa Indonesia. Sebuah ideologi dapat bertahan atau pudar dalam menghadapi perubahan
masyarakat tergantung daya tahan dari ideologi itu. Fungsi Pancasila sebagai Ideologi Negara, yaitu :
a. Memperkokoh persatuan bangsa karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk.
b. Mengarahkan bangsa Indonesia menuju tujuannya dan menggerakkan serta membimbing bangsa
Indonesia dalam melaksanakan pembangunan.
c. Memelihara dan mengembangkan identitas bangsa dan sebagai dorongan dalam pembentukan
karakter bangsa berdasarkan Pancasila.
d. Menjadi standar nilai dalam melakukan kritik mengenai kedaan bangsa dan Negara.
c. Menghendaki menjadi bangsa yang nasionalis yang mencintai tanah air Indonesia
UUD 1945 adalah hukum dasar yang menetapkan struktur dan prosedur organisasi yang
harus diikuti oleh otoritas publik agar keputusan-keputusan yang dibuat mengikat komunitas politik.
Undang-undang Dasar bukanlah hukum biasa, melainkan hukum dasar, yaitu hukum dasar
yang tertulis. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis. Dengan demikian
setiap produk hukum seperti undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, ataupun
bahkan setiap tindakan atau kebijakan pemerintah haruslah berlandaskan dan bersumber pada
peraturan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya kesemuanya peraturan perundang-undangan
tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan UUD 1945, dan muaranya
adalah Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara
Dalam kedudukan yang demikian itu, UUD 1945 dalam kerangka tata urutan perundangan
atau hierarki peraturan perundangan di Indonesia menempati kedudukan yang tertinggi. Dalam
hubungan ini, UUD 1945 juga mempunyai fungsi sebagai alat kontrol, dalam pengertian UUD 1945
mengontrol apakah norma hukum yang lebih rendah sesuai atau tidak dengan norma hukum yang
lebih tinggi, dan pada akhirnya apakah norma-norma hukum tersebut bertentangan atau tidak
dengan ketentuan UUD 1945.
Undang-Undang Dasar bukanlah satu-satunya atau keseluruhan hukum dasar, melainkan
hanya merupakan sebagian dari hukum dasar, yaitu hukum dasar yang tertulis. Disamping itu masih
ada hukum dasar yang lain, yaitu hukum dasar yang tidak tertulis.
Sebagai sumber hukum tertinggi dan sumber segala kewenangan karena UUD 1945 itu merupakan
sumber dari segala sumber hukum, sumber dari segala kewenangan, sumber dari segala badan
kenegaraan.
Fungsi UUD 1945 adalah sebagai pedoman acuan dalam penyelenggaraan kehidupan
berbangsa dan bernegara.
4. Sepakat untuk memindahkan hal-hal normative yang ada dalam penjelasan UUD 1945 kedalam
pasal-pasal UUD 1945.
(a) Sifatnya tertulis maka rumusannya jelas, merupakan suatu hukum positif yang mengikat pemerintah
sebagai penyelenggara negara maupun setiap warga negara.
(b) Dalam penjelasan UUD 1945 disebutkan Bahwa UUD 1945 bersifat singkat dan supel. Memuat
aturan-aturan pokok yang harus dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman serta memuat
HAM.
(c) Memuat norma-norma/ aturan yang dapat dan harus dilaksanakan secara konstitusional.
(d) Dalam setiap hukum nasional UUD 1945 merupakan peraturan hukum positif tertinggi, disamping itu
sebagai alat kontrol terhadap norma-norma hukum positif yang lebih rendah alam hirarchi tertib
hukum Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.diwarta.com/pengertian-pancasila-dan-fungsi-pancasila-sebagai-dasar-
negara/758/ (diakses 5 Maret 2013)
http://sosbud.kompasiana.com/2012/06/08/pancasila-adalah-visi-indonesia-463141.html (diakses 5
Maret 2013)
1 komentar:
1.
Konsep Pancasila
Pancasila dapat diartikan sebagai lima dasar yang dijadikan dasar negara serta pandangan hidup
bangsa. Suatu bangsa tidak akan dapat berdiri dengan kokoh tanpa dasar negara yang kuat dan tidak
dapat mengetahui dengan jelas kemana arah tujuan yang akan dicapai tanpa Pandangan Hidup.
Dengan adanya Dasar Negara, suatu bangsa tidak akan terombang ambing dalam menghadapi
permasalahan baik yang dari dalam maupun dari luar.Pengertian Pancasila secara Etimologis,
Historis dan Terminologis.
Pancasila telah menjadi istilah resmi sebagai dasar falsafah negara RepublikIndonesia, baik ditinjau
dari sudut bahasa maupun sudut sejarah. Berikut ini adalah pengertian Pancasila:
1. Secara Etimologis
Secara etimologis istilah 'pancasila' berasal dari sansekerta dari india (bahasa kasta brahmana).
Menurut muhammad yamin, dalam bahasa sansekerta perkataan 'pancasila' memiliki dua macam
arti secara leksikal yaitu: "panca" artinya lima"syila" vokal i pendek artinya "batu sendi" alas atau
"dasar" "syiila" vokal i panjang artinya "peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau yang
senonoh".
2. Secara Historis
· Peri Kebangsaan
· Peri Kemanusiaan
· Peri Ketuhanan
· Peri Kerakyatan
· Kesejahteraan Rakyat
4) Kesejahteraan Sosial
Tri Sila ini bisa diperas lagi menjadi Eka Sila, yaitu Gotong Royong.
3) Persatuan Indonesia
hamid darmadi
Selasa, 09 Juli 2013
Negara yang akan melangkah maju membutuhkan daya dukung besar dari
masyarakat, membutuhkan tenaga kerja yang lebih berkualitas, dengan semangat
loyalitas yang tinggi. Negara didorong untuk menggugah masyarakat agar dapat
tercipta rasa persatuan dan kesatuan serta rasa turut memiliki. Masyarakat harus
disadarkan untuk segera mengabdikan dirinya pada negaranya, bersatu padu dalam
rasa yang sama untuk menghadapi krisis budaya, kepercayaaan, moral dan lain-lain.
Negara harus menggambarkan image pada masyarakat agar timbul rasa bangga
dan keinginan untuk melindungi serta mempertahankan Negara kita.Pendidikan
kewarganegaraan adalah sebuah sarana tepat untuk memberikan gambaran secara
langsung tentang hal-hal yang bersangkutan tentang kewarganegaraan pada
mahasiswa.
Dalam perjuangan non fisik, harus tetap memegang teguh nilai–nilai ini
disemua aspek kehidupan, khususnya untuk memerangi keterbelakangan,
kemiskinan, kesenjangan sosial, korupsi, kolusi, dan nepotisme; menguasai IPTEK,
meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar memiliki daya saing; memelihara
serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa; dan berpikir obyektif rasional serta
mandiri.
Beberapa negara yang lain juga mengembangkan studi sejenis, yang dikenal
dengan nama Civic Education. Dari sini terlihat bahwa secara umum pendidikan
kewarganegaraan di negara-negara Asia lebih menekankan pada aspek moral
(karakter individu), kepentingan komunal, identitas nasional dan perspektif
internasional, sedangkan Amerika dan Australia lebih difokuskan pada pentingnya
hak dan tanggung jawab individu, sistim dan proses demokrasi, HAM dan ekonomi
pasar (Sobirin, 2003:11-12).
Pendidikan Kewarganegaraan sudah ada sejak zaman Presiden Soekarno.
Di era Soekarno, pendidikan kewarganegaraan dikenal dengan Pendidikan Civic.
Demikian pula masa Presiden Soeharto, pendidikan kewarganegaraan sangat
intensif dilakukan dengan bermacam nama dan tingkatan. Sayangnya, pelaksanaan
pendidikan kewarganegaraan semasa Orde Baru, seperti Pendidikan Moral
Pancasila (PMP) dan Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
(P4), ternyata tidak selamanya sejalan dengan impian luhur kemanusiaan yang
terkandung dalam dasar negara Pancasila. Budaya dan praktik penyalahgunaan
kekuasaan serta meningkatnya korupsi di kalangan elite politik dan pelaku bisnis
sejak masa Orde Baru hingga kini bisa menjadi fakta nyata gagalnya pendidikan
kewarganegaraan masa lalu. Hal itu menimbulkan suatu pertanyaan besar, apa ada
yang salah dengan Pendidikan Kewarganegaraan di Indoesia? Apakah pendidikan
kewarganegaraan hanya sekedar menjadi formalitas belaka yang tidak memiliki nilai
apapun di dalamnya? Mengapa nilai urgensitas pendidikan kewarganegaraan
menjadi begitu rendah? dan banyak lagi pertanyaan lainnya.
Membela negara bisa berarti luas dan dapat dilakukan dalam berbagai
bidang. Dengan hak dan kewajiban yang sama, setiap orang Indonesia tanpa harus
dikomando dapat berperan aktif dalam melaksanakan bela negara. Membela negara
tidak harus dalam wujud perang tetapi bisa diwujudkan dengan cara lain misalnya
ikut serta dalam mengamankan lingkungan sekitar (seperti siskamling), ikut serta
membantu korban bencana di dalam negeri, belajar dengan tekun mempelajari mata
kuliah Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan atau mengikuti kegiatan ekstra
klurikuler seperti Paskibra, PMR dan Pramuka dan sebagainya. Itu semua
merupakan manfaat yang didapatkan setelah mempelajari Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan Tidak lupa semua hal yang sudah disebutkan tadi juga harus
disesuaikan dengan dinamika kehidupan bermasyarakat dan diharapkan dapat
menjadi sarana pembentukan kepribadian bangsa dalam rangka mempertahankan
keutuhan dan kelangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Seperti kata pepatah “Amal tanpa ilmu buta” Ilmu tanpa amal, pincang…”
Amal tanpa ilmu akan membutakan karena ilmu merupakan petunjuk dan pemberi
arah amal yang akan dilakukan. Bagaimana mungkin kita tahu kalau amal yang kita
lakukan benar atau salah jika kita tidak tahu ilmunya. Hal itu sama saja dengan kita
berjalan tanpa tahu arah dan tujuan yang jelas. Dengan menghubungkannya dengan
topik yang kita bahas, pepatah itu tentunya memberikan kesadaran bahwa
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang merupakan suatu ilmu begitu
penting sebagai petunjuk dan pemberi arah untuk setiap tindakan. Begitu banyak
orang yang tidak memahami ilmu ini bisa jadi tidak sadar bahwa hal yang mereka
lakukan itu salah dan pada akhirnya yang terjadi adalah kekacauan di masyarakat.
Sebaliknya juga berlaku bahwa ilmu tanpa amal itu sesuatu yang sia – sia.
Dengan memegang prinsip itu dan menghubungkan dengan kenyataan yang ada
saat ini bahwa masih banyak orang yang hanya sekedar tahu dan mengerti saja
tanpa pengamalan. Dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan kita jadi tahu banyak hal dalam kehidupan bernegara, tapi
mengapa dalam praktiknya nol. Karena banyak warga negara yang hanya
menganggap ilmu itu sebagai angin lalu yang tidak bermanfaat. Kita cenderung
menganggap pendidikan kewarganegaraan patut disepelekan karena kurang begitu
penting dibandingkan dengan ilmu yang lain. Itu akibat yang terjadi ketika kita tidak
tahu manfaat apa yang didapat setelah mempelajarinya. Memang semenjak SD
sudah diajarkan apa yang harus dilakukan untuk menjawab soal – soal
kewarganegaraan yang intinya harus dipilih atau ditulis segala bentuk perbuatan
yang baik – baik dan kenyataannya semua itu cuma bertujuan untuk mendapatkan
nilai yang tinggi tanpa ada penerapan dalam kehidupan. Bisa dibayangkan berapa
banyak biaya dan waktu yang terbuang percuma ketika semuanya itu akan menguap
begitu saja tanpa meninggalkan manfaat apapun bagi diri kita. Tentunya itu akan
merugikan diri kita sendiri. Sebagai contoh adalah demonstrasi yang tidak
bertanggung jawab yang dilakukan oleh mahasiswa. Tidak ada yang melarang
siapapun untuk berdemonstrasi, tapi tentu saja semua itu ada aturannya. Kekacauan
yang terjadi selama ini adalah mereka tidak mengetahui secara jelas aturan – aturan
yang berlaku ( tidak tahu ilmunya ) sehingga mereka cenderung seenaknya sendiri
dalam mengungkapkan aspirasinya atau mungkin saja mereka tahu tapi tidak mau
tahu (pengamalan yang salah). Pada akhirnya hal tersebut bukannya memperbaiki
keadaan malah menjadikan keadaan semakin terpuruk.
Karena itu pada intinya perlu adanya keseimbangan antara ilmu dan amal.
Ketika semua warga negara sudah mengerti betul apa yang harus dilakukan,
memiliki kesadaran tinggi untuk mengetrapkannya dan akhirnya benar – benar
melaksanakannya sesuai aturan yang berlaku, bahwa negara ini akan menjadi
negara yang aman, tentram, damai seperti apa yang sudah diidam – idamkan oleh
para pendiri negara ini.
Diposting oleh hamid darmadi di 09.10
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
3 komentar:
1.
Balas
2.
http://bit.ly/2jEsb8i
http://bit.ly/2iMLFqk
http://bit.ly/2Aqro5r
http://bit.ly/2C0qQAo
http://bit.ly/2AHuP4p
Balas
3.
Informasinya pass
Balas
hamid darmadi
Lihat profil lengkapku
Update Informasi
http://pontianak.tribunnews.com/
http://metrotvnews.com
http://pontianakpost.com
http://kompas.com
http://mediaindonesia.com
http://www.vivanews.com
Arsip Blog
► 2018 (3)
► 2017 (14)
► 2016 (6)
► 2015 (1)
► 2014 (2)
▼ 2013 (33)
o ► November (1)
o ► Agustus (6)
o ▼ Juli (15)
PENILAIAN PENDIDIKAN Oleh : Hamid Darmadi
Kompetensi Guru Berdasarkan UU No 14 Tahun 2005 Te...
<!--[if gte mso 9]> Normal 0 false fa...
SULTAN HAMID HAMID II SANG PERANCANG LAMBANG NEGAR...
MEMAHAMI WAWASAN NASIONAL KEBANGSAAN Oleh : Hamid...
MEMAHAMI WAWASAN NASIONAL KEBANGSAAN Oleh : Hamid...
MEMAHAMI WAWASAN NASIONAL KEBANGSAAN Oleh : Hamid...
MEMAHAMI WAWASAN NASIONAL KEBANGSAAN Oleh : Hamid...
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI SARANA MEMBANGU...
PELAKSANAAN KKM DAN PPL TERPADU STKIP-PGRI PONTIA...
URGENSI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN ...
PENDIDIKAN PANCASILAN DAN KEWARGANEGARAAN DALAM WA...
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI ...
KESIAPAN STKIP-PGRI MELAHIRKAN TENAGA GURU DI KALB...
PEMBEKALAN KKM DAN PPL TERPADU STKIP-PGRI PONTIANA...
o ► Juni (1)
o ► Mei (10)
► 2012 (75)
► 2011 (92)
Tema Sederhana. Gambar tema oleh luoman. Diberdayakan oleh Blogger.
Beberapa contoh penerapan esensi pancasila sebagai dasar negara :
1. Sila pertama
Ketuhanan yang Maha Esa, artinya sesuai dengan agama dan keyakinan yang
sejalan dengan asas kemanusiaan yang adil dan beradap. Contohnya rakyat
Indonesia memiliki hak untuk memilih agama yang akan ia anut dan jalani tanpa
ada unsur paksaan, bebas melaksanakan kegiatan agama dengan syarat tidak
melanggar norma-norma di Indonesia dan saling menghormati dengan agama
lain.
2. Sila kedua
Kemanusiaan yang adil dan beradab, artinyasetiap warga negara telah mengakui
persamaan derajat, kewajiban antara sesama manusia sebagai asas
kebersamaan bangsa Indonesia, dan hak. Contoh penerapannya, majikan tidak
sewenang-wenangnya bertindak kepembantunya yang tidak
berperikemanusiaan.
3. Sila ketiga
4. Sila keempat
5. Sila kelima
URGENSI, LANDASAN,
DAN TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA
1. Tujuan Pendidikan Nasional
2. Pentingnya Pendidikan Pancasila
3. Landasan Pendidikan Pancasila
a. Landasan Filosofis
b. Landasan Kultural
c. Landasan Historis
d. Landasan Yuridis
4. Tujuan Pendidikan Pancasila
5. Manfaat Pendidikan Pancasila
Selanjutnya dalam Pasal 4 UU No.20 Tahun 2003 dikatakan bahwa tujuan pendidikan
nasional ialah:
Penegasan dalam UU No.20/2003 itu sesuai dengan Pasal 31 ayat 3 UUD 1945 yang
berbunyi sebagai berikut:
a. Landasan Filosofis
Landasan filosofis pendidikan Pancasila asalah UUD 1945 dan Pancasila. Sebagai
dasar kerohanian, Pancasila tercantum dalam paragraph 4 Pembukaan UUD 1945, yang
menjadi landasan penyelenggaraan pemerintahan, penyelenggaraan hukum dan semua
kegiatan operasional dalam negara, termasuk pendidikan.
b. Landasan Kultural
Landasan kultural pendidikan Pancasila adalah kearifan lokal. Pancasila digali dari
nilai-nilai lokal yang sudah dipraktikkan ratusan bahkan ribuan tahun sebelum berdirinya
negara Indonesia. Nilai-nilai itu antara lain kepercayaan kepada kekuatan Yang Mahatinggi,
gotong royong, penghormatan kepada nilai-nilai manusia dan persaudaraan, toleransi
terhadap perbedaan, dan sebagainya. Pancasila merupakan rumusan konseptual dari para
founding fathers seperti Soekarno, Mohammad Hatta, Mohammad Yamin, Mr. Supomo, dan
yang lainnya.
c. Landasan Historis
Pendidikan Pancasila merupakan bagian dari usaha untuk memerdekakan Indonesia
dari penjajahan asing (Inggris, Jepang, Belanda). Ia merupakan bagian dari proses perjuangan
bangsa Indonesia untuk membebaskan diri dari penjajahan bangsa asing. Hal ini mencakup
sejarah pembentukan bangsa Indonesia, mulai dari zaman prasejarah, masa kerajaan kuno,
masa kerajaan Islam, kedatangan bangsa asing dan penjajahan, perjuangan kemerdekaan,
kemerdekaan, sampai sejarah perumusan Pancasila sebagai dasar negara sejak siding
BPUPKI I.
d. Landasan Yuridis
Landasan yuridis pendidikan Pancasila adalah UUD 1945, UU No.2 Tahun 1989, UU
No.20 Tahun 2003, Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.30 Tahun 1990, PP
No.60 Tahun 1999, dan lain-lain.
Pembukaan UUD 1945 memuat cita-cita bangsa Indonesia (alinea II), dan tujuan serta
aspirasi kemerdekaan (alinea IV). Alinea IV Pembukaan UUD 1945 menyatakan bahwa
tujuan negara adalah “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluurh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial”.
Jelas, bahwa “mencerdaskan kehidupan bangsa” merupakan tujuan pendidikan. Sedangkan
pasal 31 UUD 1945 memuat tentang hak setiap warna negara untuk memperoleh pendidikan.
Pasal 39 ayat 2 UU No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan tentang isi kurikulum, jalur, dan jenjang pendidikan wajib yang memuat
pendidikan Pancasila, pendidikan agama, dan pendidikan kewarganegaraan.
UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menetapkan kurikulum
pendidikan tinggi yang wajib memuat pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, dan
bahasa.
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini menetapkan status pendidikan
Pancasila dalam kurikulum pendidikan tinggi sebagai mata kuliah wajib untuk setiap program
studi dan bersifat nasional.
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No.232 Tahun 2000 tentang Pedoman
Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi, dan No.45 Tahun 2002 tentang Kurikulum Inti
Pendidikan Tinggi menetapkan pendidikan agama, pendidikan Pancasila, dan pendidikan
kewarganegaraan sebagai kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian yang wajib
diberikan dalam kurikulum setiap program studi.
Pancasila adalah sebagai petunjuk hidup dan pegangan hidup dalam kehidupan sehari-hari,
yaitu Pancasila diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pancasila adalah jati diri bangsa indonesia sebagai falsafah, idelogi dan alat pemersatu
bangsa indonesia. Pancasila sebagai pandangan hidup dasar negara dan pemersatu bangsa
indonesia yang mejamuk.
Agar para pejabat publik dalam menyelengerakan negara tidak kehilangan arah. Partisipasi
aktif seluruh warga negara dalam proses pembangunan dalam berbagai bidang kehidupan
bangsa di jiwai oleh nilai-nilai pancasila serta memotivasi hidup yang lebih baik.
Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara Republik Indonesia seperti
tercantum dalam alenia ke keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan
kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran, kemampuan dan
kesaktiannya, sehingga tak ada satu kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan
Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia.
10 Fungsi Pancasila
Pancasila sebagai dasar negara
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Pancasila Sebagai Pandangan Hidup
Pancasila sebagai jiwa bangsa indonesia
Pancasila sebagai kepribadian bangsa indonesia
Pancasila sebagai ideologi bangsa indonesia
Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa indonesia
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum
Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa indonesia
Pancasilsa sebagai falsafah hidup bangsa
Pancasila selain menjadi dasar negara Indonesia ini juga memiliki fungsi dan peranan yang
luas dalam kehidupan bermasyarakat, bangsa dan negara. Fungsi Pancasila ini terus
berkembang karena Pancasila merupakan ideologi yang terbuka dan dapat digunakan tiap
zaman asalkan tidak melenceng dari nilai-nilai yang ada dalam Pancasila. Fungsi pokok
Pancasila yang terpapar pada Pembukaan UUD NKRI Tahun 1945 hakikatnya adalah pondasi
atau dasar negara kita yang dijadikan sumber dari segala sumber hukum.
BACA JUGA
Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara Republik Indonesia
seperti tercantum dalam alenia ke keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran,
kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu kekuatan manapun juga yang
mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia.
Meliahat betapa pentingnya fungsi pancasila dalam kehidupan bangsa indonesia maka
sudah seharusnya pancasila dipahami secara menyeluruh dan mendalam oleh orangnya
sendiri. Salah satu sarana dalam proses memahami pancasila adalah melalui pendidikan
formal mulai dari tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi. Pendidikan pancasila sudah
diatur sedemikian rupa dalam sebuah peraturan. Dasar hukum pelaksanaan pendidikan
pancasila di lembaga pendidikan formal bersumber pada TAP MPR no II/MPR/1998 tentang
GPHN yang menetapkan antara lain : pendidikan pancasila termasuk pendidikan pedoman
penghayatan dan pengamalan pancasila, pendidikan moral pancasila, pendidikan sejarah
perjuangan bangsa serta unsur-unsur yang dapat meneruskan dan mengembangkan jiwa,
semangat dan nilai-nilai perjuangan khususnya nilai-nilai 45 pada generasi muda, dilanjutkan
dan makin ditingkatkan disemua jenis jenjang pendidikan mulai dari TK sampai perguruan
tinggi negeri maupun swasta.
1. Landasan Historis
Landasan historis adalah landasan-landasan fakta sejarah yang dijadikan dasar bagi
pengembangan pendidikan pancasila, baik menyangkut formulasi tujuan, pengembangan
materinya, rancangan modal pembelajaranya, dan evaluasinya.
Formasi pendidikan pancasila tentu saja tidak hanya memiliki prespektif waktu kebelakang
yang berisi alasan-alasan historis perlunya perilaku tertentu bagi generasi muda. Pada
dasarnya, tujuan pendidikan pancasila memformulasikan apa yang penting dari masa
lampau, masalah yang dihadapi pada sekarang, dan cita-cita tentang kehidupan ideal dimasa
lampau.
\
2. Landasan Kultural
Landasan kultural adalah pengembangan pendidikan pancasila didasarkan atas nilai-
nilai yang diagungkan, dan karenanya disepakati dalam kehidupan nasional. Pendidikan
pancasila hendaknya memelihara dan mengembangkan nilai-nilai yang telah dan terus
disepakati tersebut.
3. Landasan Yuridis
Landasan yuridis menyangkut aturan perundang-undangan yang mendasari
pelaksanaan pendidikan pancasila. Landasan yuridis dapat ditelusuri dari UUD 1945,
ketetapan MPR, undang-undang, peraturan pemerinrah, keputusan menteri, keputusan
direktur jendral, dan lain-lain.
Pembukaan UUD 1945 menyatkan pentingnya pertubuhan nilai kebangsaan hingga terwujud
kemerdekaan naional.
Ketetpan MPR yang terkait dengan pelaksanaan pendidikan pancasila adalah GBHN.
Ketetapan MPR nomor IV 1999 tentang GBHN menyatakan misi pembangunan adalah
pengamalan pancasila secara konsisten dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Arah kebijakan di bidang pendidikan antara lain membangun manusia indonesia
berkualitas tinggi dengan peningkatan pendidikan watak dan budi pekerti, pemberdayaan
lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan nilai, dan untuk itu perlu menyusun
kurikulum nasional dan kurikulum lokal.
Peraturan pemerintah Nomor 60 tahun 1999 pasal 13 membawa implikasi bagi keputusan
mentri pendidikan nasional tentang pedoman penyusunan kurikulum pendidikan tinggi dan
penilaian hasil belajar mahasiswa yang menetapkan bahwa pendidikan pancasila, pendidikan
agama, dan pendidikan kewarganegaraan termasuk mata kuliah pengembangan kepribadian.
4. Landasan Filosofis
Landasan filosofis adalah penggunaan hasil-hasil pemikiran filsapat pancasila untuk
mengembangkan pendidikan pancasila sebagai sistem filsafat dapat dilihat dari dua segi.
Pertama, digunakan sebagai pandangan hidup. Kedua sebagai sistem filsafat yang
memenuhi persyaratan-persyaratan akademis.
2.3 Tujuan Pendidikan Pancasila
Tujuan pendidikan pancasila dapat dilacak keterkaitannya dengan tujuan nasional dan
tujuan pendidikan nasional.
Tujuan pendidikan pancasila adalah agar subjek didik memiliki moral yang sesuai
dengan nilai pancasila moralitas itu mampu itu terwujud dalam kehidupan sehari-hari (UU
No.2 Tahun 1989).
Perilaku moral adalah perilaki keimanan dan ketakwaan terhadap tuhan yang maha esa
dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai agama, perilau kemanusian yang adil dan
beradap, perilaku yang mendukung persatuan bangsa indonesia.
Selanjutnya pancasila yang benar itu dimalkan sesuai dengan pungsinya dan kemudian
pancasila yang benar kita amalkan agar jiwa dan semangat, perumusan, sistematiknya sudah
tepat dan benar.Tujuan itu sebenarnya bertitik tolakpada salah satu manusia yakitu sipat atau
hasrat “ingin tahu”.
Sebagai dasar negara dan ideologi negara pancasila harus menjadi pradigma dalam setiap
pembaharuan hukum. Materi-materi atau produk hukum dapat sentiasa berubah dan diubah
sesuai dengan perkembangan jaman dan perubahan masyarakat karena hukum itu tidak
berada pada situasi vakum. Dan dalam pembaharuan hukum yang terus menerus itu pancasila
tetap harus menjadi kerangka berpikir dan sumber-sumber nilainya.
Pancasila adalah dasar politik yakitu prinsip-prinsip dasar dalam kehidupan bernegara,
dan bermasyarakat. Maka bukan merupak ideologi tataliter yakitu yang mengatur seluruh
bidang kehidupan manusia. Pancasila sebagai dasar negara mengatur dan mengarahkan seluk
beluk negara bukan seluruh hidup manusia.
Sila ketuhanan yang maha esa. Sejak jaman purbakala orang indonesia mengatahui dan
percaya tentang ada yang mutlak sebagai maha pencipta yang di sebut tuhan. Ajaran agama,
bahwa semua manusia adalah mahluk tuhan yang saling menghargai, telah membawa
ketentraman hubungan beragama yang hidup di indonesia. (konsil, 1986, hal.83-84)
Keberagaman masyarakat hari ini merata cukup puas dengan frame (ibadah, ritual)
agama menyentuh esensi. Maka itu wajar pikiran fanatik sempat dengan menganggap beda
keyakinan sebagai musuh negara. Keberagaman yang gagal ini serta merta melakukan
berbagai pelanggaran nilai kemanusian.
Sila kemanusian yang adil dan beradap. Dalam pidato bung karno 1 juni 1945 dasar
perikemanusian diebut juga internasionalisme. Menurut perumusan dewan perancang
nasional (depernas), perikemanusiaan adalah “ daya serta kaya budi dan hati nurani manusia
untuk membangun dan membentuk kesatuan manusia sesamanya, tidak terbatas oleh manusia
pada sesamanya yang terdekat saja, melainkan meliputi juga seluruh umat manusia”. Sikap,
sifat dan perbuatan bangsa indonesia senantiasa ( seharusnya ) memperlihatkan unsur-unsur
perikemanusian ( kansul, 1986, hlm, 85 )
Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia dalam kenyataan tata-kehidupan dan
pengidupan manusia keadilan sekurang-kurangnya tampak dalam tiga perwujudan yakni:
jeadilan sosial, keadilan tukar menukar, dan keadilan membagi keadilan sosial adalah cipta,
kerja, rasa dan karya manusia untuk memberikan dan melaksanakan segala sesuatu yang
memajukan kemakmuran serta kesehjateraan bersama.
Setelah peristiwa kudeta untung tanggal 1 oktober 1945, dilanjutkan dengan serangan
bertubi-tubi terhadap PKI yang dijadikan kambing hitam dala peristiwa tesebut dan sasaran
pembataian massal tehadap kader-kader partai itu di berbagai tempat di indonesia pancasila
sebagai sebuah ideologi politik mulai mendapat kontesk pendukungnya.
Secara berturut-turut kita juga menyasikan pada era Orde baru perumusan pancasila
menjadi ideologi dari kekuatan-kekuatan politik di indonesia disini penting bagi kita untuk
memikirkan kembali fungsi dan arti pancasila sebagai sebuah “kontrak sosial”, bukan
ideologi dan falsafah ( onghakham dan andi actidian, dalam restorasi pancaila,2006 ).
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pengembangan dan pendidikan pancasila perlu dilakukan oleh perguruan tinggi dalam
rangka melastarikan nilai-nilai pancasila dan menanamkan nilai moral positif
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa harus dari dini dikenalkan dan diajarkan
kepada masayarakat indonesia termasuk diperguruan tinggi. Sebagai pembentuk intlektual
yang bermoral ketuhanan dan kemanusian
Melalui pendidikan pancasila, peserta didik akan menjadi manusia terlebih dahulu,
sebelum memasuki iptesk yang dipelajari nya. Menjadi warga negara indonesia yang unggul
dalam pengusaan ipteks, namun tidak kehilangan jati dirinya dan tidak tercabut dari akar
budaya bangsanya dan keimanannya.
3.2 SARAN
1. Pendidikan pancasila diperguruan tinggi harus terus dikembangkan untuk membentuk kadar
yang dibutuhkan oleh negara dan masyarkat demi tercapainya tujuan umum bangsa indonesia
2. Pancasila merupakan kepribadian bangsa, harus menjadi kepribadian para generasi muda
khususnya para mahasiswa yang menjadi generasi pendidikan.