Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HADIS LANDASAN, LEGALITAS, DAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

Diajukan sebagai salah satu tugas pada Mata Kuliah Hadis Manajemen
Pendididkan

Pengampu: Dr. Dadan F. Ramdhan, M.Ag., M.M.Pd.

Disusun Oleh:

Carni Trisnawati NIM: 2220060007

Fitri Hasanah NIM: 2220060014

Prodi Manajemen Pendidikan Islam S-2

PASCASARJANA

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2022/1444

1
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses sadar yang dilakukan kepada peserta didik
guna menumbuhkan dan mengembangkan jasmani maupun rohani secara optimal
untuk mencapai tingkat kedewasaan. Pendidikan senantiasa dikaitkan dengan
upaya pembentukan karakter. Pada sisi lain, karakter akan terbentuk oleh berbagai
faktor yang ada, dan di antaranya adalah prinsip, desain, strategi, dan model belajar
yang dipengaruhi lingkungannya (Ramdhani, 2018).
Salah satu naluri manusia yang terbentuk dalam jiwanya secara individual
adalah kemampuan dasar yang disebut para ahli psikologi sosial sebagai instink
gregorius (naluri untuk hidup berkelompok) atau hidup bermasyarakat. Dan dengan
naluri ini, tiap manusia secara individual ditinjau dari segi antropologi sosial
disebuthomo socius artinya makhluk yang bermasyarakat, saling tolong menolong
dalam rangka mengembangkan kehidupannya di segala bidang.
Untuk memajukan kehidupan mereka itulah, maka pendidikan menjadi sarana
utama yang perlu dikelola secara sistematis dan konsisten berdasarkan berbagai
pandangan teoretikal dan praktikal sepanjang waktu sesuai dengan lingkungan
hidup manusia itu sendiri. Manusia itu adalah makhluk yang dinamis, dan bercita-
cita ingin meraih kehidupan yang sejahtera dan bahagia dalam arti yang luas, baik
lahirian maupun batiniah, duniawi dan ukhrowi. Namun cita-cita demikian tak
mungkin dicapai jika manusia itu sendiri tidak berusaha keras meningkatkan
kemampuannya seoptimal mungkin melalui proses kependidikan, karena proses
kependidikan adalah suatu kegiatan secara bertahap berdasarkan perencanaan yang
matang untuk mencapai tujuan atau cita-cita tersebut.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas dapat kita ambil permasalahan-permasalahan yang perlu dan
penting untuk dibahas antara lain sebagai berikut:
1. Bagaimanakah hadits yang menjadi landasan pendidikan islam?
2. Bagaimanakah hadits legalitas pendidikan islam?

1
3. Bagaimanakah hadits tujuan pendidikan islam?
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka kami
memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hadits yang menjadi landasan pendidikan islam?
2. Untuk mengetahui hadits yang menjadi legalitas pendidikan islam?
3. Untuk mengetahui hadits tujuan, tujuan pendidikan islam?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Pendidikan
Istilah pendidikan dalam bahasa Inggris adalah education, berasal dari kata to
educate yang berarti mengasuh atau mendidik. Makna education adalah kumpulan
semua proses yang memungkinkan seseorang mengembangkan kemampuan, sikap
dan tingkah laku yang bernilai positif di masyarakat. Sedangkan dalam Islam,
proses pendidikan merupakan perjalanan yang tak pernah henti sepanjang hidup
manusia dan merupakan hal yang sangat signifikan dalam kehidupan manusia,
Pendidikan merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata “pendidikan” dan
“agama”.
Pendidikan merupakan suatu proses sadar yang dilakukan kepada peserta didik
guna menumbuhkan dan mengembangkan jasmani maupun rohani secara optimal
untuk mencapai tingkat kedewasaan. Pendidikan senantiasa dikaitkan dengan
upaya pembentukan karakter. Pada sisi lain, karakter akan terbentuk oleh berbagai
faktor yang ada, dan di antaranya adalah prinsip, desain, strategi, dan model belajar
yang dipengaruhi lingkungannya (Ramdhani, 2018).
pendidikan Islam pada masa Rasulullah SAW itu dilakukan dengan penuh
perjuangan oleh Nabi. Sehingga untuk membantu mempermudah penyampaian
materi pelajarannya dan agar peserta didik dapat menerima, memahami serta
mengaplikasikan apa yang diajarkan oleh beliau dengan baik, maka Rasulullah
menggunakan beberapa metode yaitu metode ceramah, metode diskusi, metode
eksperimen, metode tanya jawab, metode demonstrasi, metode keteladanan (al-
Uswah al-Hasanah), metode pembiasaan (Ta'widiyat), metode mau izah dan
nasihat, metode kisah metode perumpamaan (amsal), hadiah dan hukuman metode
al-llikmah, al- Mau izah, dan Mujadalah. Metode Gradual, metode perbandingan
(Komparatif), metode kinayat, metode menggunakan gambar dan lainya. Metode
yang digunakan cukup bervariasi, dikemas dengan sedemikian rupa, sehingga Islam
bisa menyebar sesuai dengan yang diharapkan oleh Nabi Muhammad SAW
(Wathoni, 2020).

3
Pendidikan Islam yang dikembangkan di Indonesia sendiri berpatok pada
beberapa landasan,yaitu :
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis pendidikan Islam adalah asumsi filsafat yang
menjadi titik tolak dalam pendidikan Islam. Landasan filosofis berkenaan
dengan tujuan filosofis praktik pendidikan sebagai sebuah ilmu. Oleh
karena itu, kajian yang dapat dilakukan untuk memahami landasan filosofis
pendidikan adalah menggunakan pendekatan filsafat ilmu yang meliputi
tiga bidang kajian yaitu ontologi, epistimologi, dan aksiologi. Landasan
filosofis pendidikan Islam memberikan rambi-rambu yang seharusnya
dilaksanakan dalam pendidikan Islam. Filosofis pendidikan Islam
merupakan kerangka landasan yang sangat fundamental bagi sistem
pendidikan dan para pendidik. Ilmu pendidikan Islam hakikatnya bersumber
dari filosofi tentang Tuhan dan hal tersebut dapat melatih perasaan para
siswa dengan berbagai cara sehingga dalam sikap hidup, tindakan,
keputusan dan pendekatan terhadap seala jenis pendidikan, mereka
dipengaruhi oleh nilai spiritural dan sadar akan nilai etisreligiusitasnya.
Menurut Abdurrahman an-Nahlawi, “Pendidikan mengantarkan manusia
pada perilaku dan perbuatan manusia yang berpedoman pada tuntunan
Allah”.
2. Landasan Yuridis
Landasan yuridis adalahseperangkat konsep peraturan perundang-
undangan yang menjadi titik tolak system pendidikan. Pendidikan harus
dilandasi dengan dasar yuridis untuk sanksi. Dalam UUD ’45 pasal 31 ayat
5 dijelaskan bahwa “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa
untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Ada beberapa
jenis landasan yuridis, yaitu, landasan yuridis pelaksanaan pendidikan
global, landasan yuridis pelaksanaan pendidikan nasional, landasan yuridis
pelaksanaan pendidikan daerah dan landasan yuridis pelaksanaan
pendidikan lokal.

4
3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai ikatan yang sangat erat.
Setiap perkembangan iptek harus segera diakomodasi oleh pendidikan,
yaitu dengan segera memasukan perkembangan iptek itu ke dalam isi bahan
ajaran. Kemampuan dan sikap ilmiah sedini mungkin harus dikembangkan
dalam diri peserta didik. Pembentukan keterampilan dan sikap ilmiah sedini
mungkin tersebut secara serentak akan meletakan dasar terbentuknya
masyarakat yang sadar akan iptek dan calon-calon pakar iptek di kemudian
hari (Rubini, 2015).
Kita ketahui bersama bahwa salah satu landasan pendidikan islam adalah hadis
atau sunah. hadis yang menjadi landasan pendidikan islam adalah sebagai berikut:

Artinya:
“Barangsiapa menempuh jalan mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan
baginya jalan menuju surga”.

Untuk melihat keshahihan hadis diatas maka perlu dianalisis matan dan
sanadnya sebagai berikut:

Artinya: “Mahmud bin Ghailan menyampaikan kepada kami dari Abu


Usamah, dari ‘Amasy, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah bahwa
Rasulullah Saw bersabda “siapa yang menempuh suatu jalan untuk
menuntut ilmu, niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan menuju
surga”. Abu Isa berkata bahwa Hadis ini hasan” (H.R: Tirmidzi).

Kajian Sanad Hadis


Melalui redaksi hadis di atas dapat diketahui sanadnya sebagai berikut:

5
Dalam sebuah periwayatan sebuah Hadis, tentu sangat penting sekali
memandang kredibilitas informasi yang didapatkan. Salah satunya meneliti
tentang persambungan sanad, hal tersebut dapat diukur berdasarkan kualitas
sang periwayat dalam sanad dengan memandang ketsiqahannya yang
bersumber pada informasi di atas bisa dilihat persambungan sanadnya. Antara
Nabi dan Abu Hurairah hidup sezaman dan memiliki hubungan sahabat yang
dekat. Perihal tersebut mengingat Abu Hurairah merupakan sahabat Nabi serta
diketahui bagaikan seseorang sahabat Nabi yang sangat intens dalam
meriwayatkan hadits. Pada ilmu hadits berlaku sebuah kaidah bahwa seluruh
sahabat Nabi adalah orang yang ‘adil. Sehinga dapat disimpulkan bahwa
sighattahammul wa al-ada’ antara Nabi dengan Abu Hurairah merupakan ‘an.
Berikutnya sighat tahammul wa al-ada’ antara Abu Hurairah serta Abu
Shalih merupakan ‘an pula. Dalam kitab Tahdzib al-Kamal disebutkan bahwa
Abu Hurairah meninggal tahun 56 H, serta terdapat yang berkata 57 ataupun 58
H. Tetapi tidak terdapat informasi yang menampilkan kapan Abu Shalih
dilahirkan. Informasi tentang Abu Shalih cuma muat tahun wafatnya ialah
tahun 101 H. Meski begitu, dengan memandang angka tersebut masih
membolehkan untuk keduanya buat berjumpa serta hidup sezaman. Dalam kitab-
kitab rijal semacam sudah disebutkan di depan, kalau Abu Shalih merupakan
salah satu murid Abu Hurairah. Para kritikus memperhitungkan Abu Shalih
baik.
Setelah itu, sighat tahammul wa al-ada’ antara Abu Shalih serta Sulaiman
ibn Mihran merupakan ‘an. Abu Shalih meninggal pada tahun 101 H,
sebaliknya Sulaiman ibn Mihran lahir tahun 61 H serta meninggal pada tahun
147 ataupun 148 H. Semacam sudah disebutkan sebelumnya, Sulaiman ibn

6
Mihran memiliki hubungan dengan Abu Shalih sebagai murid. Dari informasi
tersebut bisa disimpulkan kalau antara Abu Shalih serta Sulaiman ibn Mihran
keduanya hidup sezaman, serta periwayatannya bersambung serta bisa diterima.
Para kritikus memperhitungkan Sulaiman ibn Mihran baik.
Berikutnya, hadis Sulaiman ibn Mihran diriwayatkan oleh muridnya,
yakni Abu Usamah. Shigat yang digunakan merupakan‘ an. Abu Usamah wafat
pada bulan syawal tahun 201 H pada umur 80 tahun, sedangkan gurunya,
Sulaiman ibn Mihran, wafat pad tahun 147 ataupun 148 H. Dari angka ini, bisa
dikenal kalau dikala gurunya wafat, Abu Usamah berumur 26 ataupun 27
tahun. Oleh karena itu, keduanya hidup sezaman, serta periwayatannya
bersambung. Para kritikus memperhitungkan Abu Usamah baik.
Setelah itu, antara Abu Usamah serta Mahmud ibn Ghailan, sighat yang
digunakan merupakan haddatsana. Abu Usamah merupakan salah satu guru
dari Mahmud ibn Ghailan. Mahmud ibn Ghailan wafat pada tahun 239 H. 38
tahun setelah gurunya, Abu Usamah, wafat. Dalam kitab-kitab rijal disebutkan
bahwa keduanya merupakan guru serta murid. Salah satu murid Mahmud ibn
Ghailan merupakan at-Tirmidzi. Sighat yang digunakan merupakan
haddatsana. Ulama menilainya baik.
Dengan urutan sanad yang bersambung dan kredibilitas periwayat
yang tidak diragukan lagi maka hadis tersebut dapat diterima. Walaupun
kualitas hadis tersebut hanya sebatas bersifat hasan serta bisa di terima bilhujjah
(Wijaya, 2021).

B. Legalitas Pendidikan islam


Pengertian Asas Legalitas adalah merupakan suatu jaminan dasar bagi
kebebasan individu dengan memberi batas aktivitas apa yang dilarang secara tepat
dan jelas. Asas ini juga melindungi dari penyalahgunaan wewenang hakim,
menjamin keamanan individu dengan informasi yang boleh dan dilarang.
Pengertian Asas legalitas (the principle of legality) yaitu asas yang menentukan
setiap tindak pidana harus diatur terlebih dahulu oleh suatu aturan undang-undang
atau setidak-tidaknya oleh suatu aturan hukum yang telah ada atau berlaku sebelum

7
orang itu melakukan perbuatan. Setiap orang yang melakukan tindak pidana harus
dapat mempertanggungjawabkan secara hukum perbuatannya itu.
Penulis mengambil hadist tentang legalitas pendidikan islam, dari sunah Ibnu
Majah, yaitu:

: ٢٢٢ - ‫ع َّمار بْن ِهشَام َحدَّثَنَا‬ َ ‫ع ْن ِش ْن ِظير بْن َكثِير َحدَّثَنَا سلَ ْي َمانَ بْن َح ْفص َحدَّثَنَا‬ َ ‫ب ِْن م َح َّم ِد‬
َ‫يرين‬ َ
َ ‫صلى الل ِه َرسول قَا َل قَا َل َما ِلك ب ِْن أن َِس‬
ِ ‫ع ْن ِس‬ َّ َّ َّ
َ ‫علَ ْي ِه الله‬َ ‫سل َم‬ َّ َ ‫طلَب َو‬ ْ ْ
َ ‫ضة ال ِعل ِم‬
َ ‫علَى فَ ِري‬ َ ‫ك ِل‬
‫اضع م ْس ِلم‬ ِ ‫غي ِْر ِع ْندَ ْال ِع ْل ِم َو َو‬
َ ‫ير َكمقَ ِل ِد أ َ ْه ِل ِه‬
ِ ‫َاز‬ِ ‫َب َواللُّؤْ ل َؤ ْال َج ْوه ََر ْال َخن‬َ ‫َوالذَّه‬
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar berkata,
telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Sulaiman berkata, telah
menceritakan kepada kami Katsir bin Syinzhir dari Muhammad bin Sirin
dari Anas bin Malik ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Dan
orang yang meletakkan ilmu bukan pada pada ahlinya, seperti seorang
yang mengalungkan mutiara, intan dan emas ke leher babi."
Kajian Sanad Hadis
Dari hadis di atas diketahui sanadnya sebagai berikut:
No Perawi Urutan Perawi
1. Anas bin Malik I
2. Hisyam bin Ammar II
3. Hafs bin Sulaiman III
4. Katsir bin Syinzhir IV
5. Muhammad bin Sirrin V

Anas bin Malik bin Nardr al-Kahzraj lahir pada 10 tahun sebelum hijriyah
atau padatahun 612 masehi dan wafat pada tahun 93 H atau 712 M. Anas dalah
khadim Rasulullah yang terpercaya. Umar memujinyaanak yang cerdas dalam baca
tulis, Abu Hurairah berkata shalatnya menyerupai Rasul, Ibn Sirrin berkata paling
bagus shalatnya dimanapun. Jumlah hadis yang diriwayatkannya 2.286 hadis
(Agama, 2014).

8
Hafs bin Sulaiman lahir pada 90 H, dan wafat pada 180 H, beliau merupakan
dalam hadis di atas beliau merupakan thabaqoh ke tiga, jarh wa ta’dil mutham
bilwudu’ (Sumarna, 2021).
Katsir bin Syinzir lahir di Bashrah Kuniyah Abu Qurrah. Ahmad bin Hambal:
Shalih Yahya bin Ma'in; Shalih Abu Zur'ah: layyin An Nasa'i; laisa bi qowiIbnu
Hazm:Dhaif Jiddan Al Bazzar; Laisa bihi ba'sIbnu Hajar al 'Asqalani: Shaduq yuhti
teramsuk tabi'in tetapi tidak jumpa Shahabat (dkk, 2022).
Muhammad bin Sirrin lahir pada 110 H, di negeri Bashrah, beliau
termasuktabi’in kalangan pertengahan, Ahmad bin Hambal: Tsiqah Yahya bin
Ma’in; Tsiqah Al’ Ajli: Tsiqah Muhammad bin Sa’d; Tsiqah Ma’mun Ibnu Hibban:
Hafizh Ibnu Hajar al ‘Asqalani; Tsiqah Tsabat (dkk, 2022).
Makna Legalitas dalam Hadis
Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu begitu saja dari diri manusia. Akan
tetapi mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama. Apabila tidak tersisa
sama sekali seorang Alim, manusia akan mengambil pemimpin-pemimpin yang
bodoh, tatkala mereka ditanya maka mereka akan berfatwa tanpa ilmu, maka
mereka sesat dan menyesatkan.

Ilmu itu ada tiga, sedangkan selebihnya hanyalah keutamaan; ayat muhkamat,
sunnah yang tegak dan fara'idl yang adil. Umatku yang paling penyayang terhadap
umatku adalah Abu Bakar, yang paling tegas di antara mereka adalah Umar, yang
paling benar rasa malunya adalah Utsman, yang paling tepat keputusannya adalah
Ali bin Abu Thalib, yang paling bagus bacaannya terhadap kitabullah adalah Ubai
bin Ka'ab, yang paling tahu terhadap perkara yang halal dan yang haram adalah
Mu'adz bin Jabal, dan yang paling paham terhadap ilmu Fara'idl adalah Zaid
binTsabit. Ketahuilah bahwa setiap umat itu mempunyai orang yang terpercaya,
dan orang terpercaya umat ini adalah Abu Ubaidah bin Al Jarrah. Telah
menceritakan kepada kami Ali bin Muhammad berkata, telah menceritakan kepada
kami Waki' dari Sufyan dari Khalid Al Hadzdza` dari Abu Qilabah seperti hadits di
atas. Hanya saja Ibnu Qudamah menyebutkan; bahwa Zaid adalah yang paling tahu
terhadap ilmu fara'idl.

9
Sungguh, dengan kitab ini Allah akan mengangkat suatu kaum dan
merendahkan kaum yang lain.Engkau berpagi-pagi untuk mempelajari satu ayat
dari kitab Allah lebih baik bagimu dari pada engkau shalat sebanyak seratus raka'at.
Dan engkau berpagi-pagi untuk mempelajari satu bab ilmu kemudian diamalkan
ataupun tidak diamalkan, adalah lebih baik bagimu dari pada engkau shalat
sebanyak seribu raka'at.

Barangsiapa meniti jalan untuk mencari ilmu, Allah akan permudahkan


baginya jalan menuju surga. Para Malaikat akan membentangkan sayapnya karena
ridla kepada penuntut ilmu. Dan seorang penuntut ilmu akan dimintakan ampunan
oleh penghuni langit dan bumi hingga ikan yang ada di air. Sungguh, keutamaan
seorang alim dibanding seorang ahli ibadah adalah ibarat bulan purnama atas semua
bintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidak
mewariskan dinar maupun dirham, akan tetapi mereka mewariskan ilmu.
Barangsiapa mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang sangat besar.

Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Dan orang yang
meletakkan ilmu bukan pada pada ahlinya, seperti seorang yang mengalungkan
mutiara, intan dan emas ke leher babi.

Barangsiapa mengilangkan kesusahan seorang muslim di dunia maka Allah


akan menghilangkan kesusahannya pada hari kiamat. Barangsiapa menutupi aib
seorang muslim di dunia maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat.
Barangsiapa memudahkan seorang muslim maka Allah akan memudahkannya di
dunia dan akhirat.

C. Tujuan Pendidikan Islam


Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya
manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan
seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud
menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah.
Menurut al Syaibani, tujuan pendidikan Islam adalah Tujuan yang berkaitan
dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah laku

10
masyarakat, tingkah laku jasmani dan rohani dan kemampuan-kemampuan yang
harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di akhirat.

Artinya: Menceritakan kepada kami Zuhair Ibnu harb menceritakan


kepada kami Ismail yakni Ibnu ‘ulayyat dari ‘Abdul Aziz dan dia adalah
Ibnu suhaib ia berkata qotadad bertanya kepada Anas “doa Apakah paling
sering digunakan Rasulullah anas menjawab kebanyakan doa Nabi
Shallallahu Alaihi Wasallam adalah Allahumma atina fiidunya hasanat
wafiil akhiroti hasanat waqina azabannar Ya Allah berilah kami kebaikan
di dunia dan kebaikan di akhirat dan perihal peliharalah kami dari siksa
neraka” (H.R Muslim).

Kajian Sanad Hadis


Dari hadis di atas, diketahui sanad hadis sebagai berikut:
No. Perawi Urutan Perawi
1 Abdul ‘aziz Ibn Suhaib I
2 Zuhair Ibn Harb II
3 Ismail Ibn Ulayyat III

Abdul aziz bin shuhaib adalah tabiin kalangan biasa yang hidup di madinah
dan wafat pada 130H jarh wa ta’dilnya adalah sebagaiberikut: Ahmad bin Hambil
mengatakan beliau Tsiqah tsiqah, Yahya bin Ma’in mengatakan beliau Tsiqah, Ibn
Sa’id berkata beliau Tsiqah, An-Nasa’i berkata: Tsiqah, Abu Hatim mengatakan
shaleh, Ibnu Hajar Al ‘Asqalani berkata ia Tsiqah dan Adz Dzahabi berkata Hujjah.
(Ba'diah, 2015).

Data-data dari ilmu al-jarh wa al-ta’di-lnya ditemukan dari komentar ulama


kritikus hadis tetang sifat-sifat yang melekat pada setiap periwayat hadis ini
menunjukkan kepada krediblitas periwayat yang baik dari tinggkat pertama, kedua,
ketiga dan keempat, seperti: 1) Mu’awiyah bin Shaleh berkata yang diambil dari

11
pendapat Yahya bin Mu’in diterang bahwa Zuhair bin Harbadalah periwayat
hadis yang tsiqah (orang yang dapat dipercaya). Abu Hatim menilai Zuhair bin
Harb adalah shaduq (orang selalu berkata benar). Imam al-Nasa‘i menilai bahwa
pendapatnya Zuhair bin Harb adalah periwayat hadis yang tsiqah ma‘mun (orang
yang dapat dipercaya dan bisa diyakini) (Siregar, 2014).
Makna Tujuan Pendidikan yang Terkandung dalam Hadis
Hadis di atas menunjukkan bahwa salah satu tujuan pendidikan dalam hadis
adalah meraih kebahagiaan dunia dan akhirat dunia sebagai alam uji coba banyak
tantangan rintangan yang dihadapi. Manusia dihadapkan dengan dua jalan yaitu
jalan taqwa dan jalan ke durhakaan, dunia beserta isinya dijadikan indah dalam
pandangan manusia tidak sedikit manusia bahkan umumnya mengharapkan
kekayaan hidup di dunia harta, tahta, jabatan, wanita, anak-anak termasuk hal-hal
yang terkadang membawa terlena tertipu yang akhirnya lupa dan terpaksa atau tidak
terpaksa mencari jalan pintas meski terlarang di dunia adalah tempat keluh kesah
kecuali orang yang memiliki iman dan ketakwaan (L, 2015).
Banyak juga orang yang berfikir bahwa kekayaan dan jabatan adalah sumber
kebahagiaan ada dihati, dan kebahagiaan dihati adalah ketenangan dalam berdzikir
kepada allah swt. Ala bidzikrillahi tathmainnul qulub’ (ingatlah hanya dengan
mengingat Allah, hati menjadi tenang).
Tujuan pendidikan Islam diarahkan pada upaya transformasi dan internalisasi
ilmu pengetahuan dan nilai-nilai pada diri peserta didik melalui penumbuhan dan
pengembangan potensi fitrahnya guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan
hidup dalam segala aspeknya. Keselarasan dan kesempurnaan hidup dalam
segala aspeknya sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan Islam adalah
terbentuknya insan kamil (conscience), yaitu manusia yang dapat menyelaraskan
kebutuhan hidup jasmani-rohani, struktur kehidupan dunia-akhirat,
keseimbangan pelaksanaan fungsi manusia sebagai hamba-khalifah Allah dan
keseimbangan pelaksanaan trilogi hubungan manusia. Akibatnya, proses
pendidikan Islam yang dilakukan dapat menjadikan peserta didik hidup penuh
bahagia, sejahtera, dan penuh kesempurnaan (Farabi, 2020).

12
Dengan demikian, kebahagiaan menjadi tujuan dalam pendidikan, namun
tujuan tersebut tidak hanya didunia tetapi juga kebahagiaan di akhirat.

13
BAIII
PENUTUP
Simpulan
Yang menjadi landasan perencanaan pendidikan, terbagi menjadi; landasan
filosofis, landasan yuridis, dan landasan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dari HR.
Bukhori: bahwa pendidikan adalah hal yang fitrah, hanya bagaimana orang tua dan
lingkungannya lah yang akan membantu proses dalam menempuh pendidikan
seseorang tersebut.
Hadis tentang legalitas pendidikan dari Ibnu Majah, memberikan gambaran
bahwa menuntut ilmu adalah sebuah keharusan untuk mencapai tujuan. Karen ilmu
merupakan alat dan jalan untuk kita menuju kehidupan yang lebih baik.
Hadis tentang tujuan pendidikan diatas menunjukan bahwa meraih
kebahagiaan dunia dan akhirat dunia sebagai alam uji coba banyak tantangan
rintangan yang dihadapi. Proses meraih kebahagiaan dunia dan akhirat inilah
merupakan salah satu dari proses pendidikan, dimana seseorang harus sabar dan
dalam meraih mimpi dan harapannya perlu mempelajari banyak ilmu sehingga bisa
menuntunnya lebih baik dan kuat.

14
Referensi

Agama, K. (2014). Ilmu Hadis Kleas x MA. jakarta: Bacaan Madani.


Ba'diah, S. (2015). Kritik Hadist di Kalangan Ilmuwan Hadist Era Klasik Dan
Ilmuwan Hadis Era Modern. Al-Dzikra.
dkk, L. H. (2022). Adab dan Ilmu dalam Pandangan Islam:Studi Takhrijdan Syarah
Hadis. Gunung Djati Conference.
Farabi, M. A. (2020). Tujuan Pendidikan Dalam Perspektif Hadis. TAZKIYA.
L, S. (2015). Tujuan Pendidikan dalam Hadis Nabi Muhammad SAW. Jurnal Al-
Ta'dib.
Ramdhani, M. A. (2018). Lingkungan Pendidikan dalam Impelementasi pendidikan
Karakter. Jurnal Pendidikan Universitas Garut, 35.
Rubini. (2015). Hadis Tarbawi Tentang Potensi Anak (FITRAH). Jurnal
Komunikasi dan Pendidikan Islam.
Siregar, K. i. (2014). Telaah Hadis Nabi Sebagai Pendidik. Jurnal Studi Al-Qur'an,
64.
Sumarna, N. K. (2021). Studyingbased on Prophet's HadithPerspective:The Takhrij
Study aboutProphet's HadithatSunan Ibnu Majah Number220. JKPIs.
Wathoni, L. M. (2020). Hadis Tarbawi: Analisis Komponen-komponen Pendidikan
Perspektif Hadis. Nusa Tenggara Barat: Forum Pemuda Aswaja.
Wijaya, M. M. (2021). Keutamaan Ilmu Sebagai Landasan Pendidikan. JALIE, 75.

15

Anda mungkin juga menyukai