Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH AL-QUR’AN DAN HADITS TARBAWI

“Tafsir ayat Al-Quran dan Hadis Nabi SAW. Tentang Lingkungan Pendidikan Keluarga”

Kelompok 5
Disusun Oleh :
1. Sinta Novita Sari, S.Pd (2011540056)
2. Ilfad Ramadan, S.Pd (201154004 )

Dosen Pengampu:
1. Prof. Dr. Rohimin, M.Ag
2. Dr. Kasmantoni, M. Si

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PASCASARJANA


FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU
TAHUN 2021

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
meskipun dalam prosesnya banyak sekali halangan dan hambatan. Namun demikian,
kami sadari dengan sepenuh hati bahwa ini adalah benar-benar pertolongan Allah SWT.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW. sebagai teladan dalam dunia pendidikan yang patut dicontoh. Penyusunan makalah
merupakan pemaparan singkat tentang “Tafsir ayat Al-Quran dan Hadis Nabi SAW.
Tentang Lingkungan Pendidikan Keluarga”. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan pemahaman kami. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati kami banyak mengucapkan terima kasih yang sedalam-
dalamnya.

Waalaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Bengkulu, April 2021

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Al Qur an dan Hadist adalah kitab suci yang Allah swt turunkan kepada
umat manusia agar dijadikan sebagai pedoman hidup. Oleh karena itu Al Quran
dan Hadist penuh dengan petunjuk dan tuntunan yang mencakup seluruh aspek
dan sektor kehidupan manusia. Termasuk di dalamnya adalah petunjuk dan
tuntunan dalam membangun kehidupan rumah tangga.Setiap manusia pasti
menginginkan memiliki kehidupan rumah tangga yangharmonis yang di dalamnya
terdapat sakinah, mawaddah dan rahmah, ada ketentraman, kedamaai serta cinta
dan kasih sayang yang tumbuh sumbur di dalamnya sehinggatercipta rumah
tangga yang harmonis. Diantara petunjuk dan tuntunan Allah swt yang terkait
dengan kehidupan rumah tangga adalah terdapat hadist-hadist nabi yang
menganjurkan pendidikan keluarga.
Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi anak.
Dalam kehidupan anak tentunya keluarga merupakan tempat yang sangat vital.
Anak-anak memperoleh pengalaman pertamanya dari keluarga. Dalam keluarga
peranan orang tua sangatlah penting. Mereka merupakan model bagi anak. Ketika
orang tua melakukan sesuatu anak-anak akan mengikuti orang tua mereka.
Hal ini disebabkan anak dalam masa meniru. Orang tua yang satu dengan
orang tua yang lainnya dalam mendidik anak-anak tentunya juga berbeda. Mereka
mempunyai suatu gaya atau tipe-tipe tersendiri. Dan tentunya gaya-gaya tersebut
akan berpengaruh terhadap perkembangan anak. Oleh karena itu lingkungan
keluarga sangatlah penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak terutama
perkembangan sosio-emosinya.

Tafsir menurut bahasa adalah penjelasan atau keterangan , menyingkap


dan menampakkan atau menenrangkan makna yang abstrak. Menurut Az-
Zarkasyi dalam Burhan Fi’Ulum Al-Qur’an Tafsir adalah ilmu untuk
memahami kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
mnerangkan maknanya, menyingkap hukum dan hikmahnya, dengan merujuk
kepada ilmu bahasa arab. Fungsi tafsir dalam kehidupan adalah untuk
memudahkan seseorang dalam memahami ayat perayat agar enghindari hal-
hal yang menyimpang dari ajaran , mengajarkan seseorang bagaimana
mencintai Al-Qur’an dan Hadis beserta isi kandungannya, menjadikan tafsir
tersebut sebagai ilmu yang bermanfaat ke depannya, membantu orang awam
menghindari ayat-ayat yang sulit dimengerti.

Sebagai pedoman bagi umat islam, Al-Qur’an dan Hadis tidak hanya
mengatur kehidupan mansianya saja, akan tetapi semua aspek dalam
kehidupan dimuka bumi inipun ada di dalam Al-Qur’an dan Hadis. Bahkan
kehidupan setelah alam dunia ini pun semuanya ada didalam Al-Qur’an dan
Hadis.

Pendidikan merupakan hal terpenting bagi setiap manusia. Menurut


MJ. Langeveld Pendidikan Merupakan Upaya dalam membimbing manusia
yang belum dewasa kearah kedewasaan. Aristoteles juga menyebutkan
Education is a function of the state, and is conducted, primarily at least for the
end of state. Berdasarkan Undang-Undang SIKDIKNAS Nomor 2 Tahun
1989 Pendidikan adalah Usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan , pengajaran, dan latihan bagi perannya dimasa yang akan
datang. Tak jauh berbeda dengan Undang-Undang SIKDIKNAS Tahun 1989,
selanjutnya Pemerintah mengeluarkan UU SIKDIKAN Nomor 20 Tahun
2003 yang didalmnya dinyatakan bahwa Pendidikan adalah Usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif menegembangkan potensi dirinya untuk memiliki
keutamaan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan diirinya dan masyarakat.

Allah SWT juga berfirman dalam QS. Ar-Rahman : 1-4 yang berarti :
Tuhan yang maha pemurah, yang telah mengajarkan Al-Qur’an, Dia
menciptakan manusia, mengajarkannnya Pandai Berbicara. Hal ini dikuatkan
pula dalam QS. Al Alaq : 1-5 yang menyebutkan bahwa Allah memerintahkan
kepada manusia untuk terus belajar.

Berdasarkan teori-teori tersebut diatas maka dalam makalah ini penulis


akan memaparkan tentang : Tafsir Ayat Al-Quran dan Hadist Tentang
Pendidikan dalam Keluarga.

B. Rumusan masalah

Adapun Rumusan masalah dalam makalah ini adalah : Merumuskan


Karakteristik Belajar Mengajar (Pendidikan) sesuai ayat-ayat Al-Qur’an dan
Hadis Nabi SAW

C. Tujuan penulisan

Tujuan Penulis dalam pembuatan makalah ini adalah Untuk


megetahui Ciri-ciri atau karakteristik Belajar mengajar (Pendidikan) yang
sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadis.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian pendidikan
Secara etimologi istilah pendidikan dalam bahasa indonesia berasal dari
kata “didik” dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “kan”, mengandung
arti “pembuatan”(hal, cara, dan sebagainya).1 Sedangkan secara terminologi
pendidikan adalah usaha sadar memanusiakan manusia. Atau membudayakan
manusia. Pendidikan adalah proses sosialisasi menuju kedewasaan intelektual,
sosial, moral sesuai dengan kemampuan dan martabat sebagai manusia.2
Pendidikan dalam Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003
pasal 1 bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.3
Lebih lanjut dijelaskan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

1
Ramayulis, Dasar-Dasar Kependidikan Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan,(Jakarta: Kalam Mulia
,2015), h. 15.
2
Ramayulis, Dasar-Dasar Kependidikan Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan..., hal.16
3
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Undang-Undang Sisdiknas (Sistem
Pendidikan Nasional), (Bandung: Fokusindo Mandiri, 2012), h.2-3.
Indonesia tahun 1945 pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga
negara berhak mendapatkan pendidikan dan ayat (3) menegaskan bahwa
pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-
undang.4
1) Wiliam Mc Gueken, SJ,.

Pendidikan diartikan oleh ahli scholakkik sebagai suatu perkembangan dan


kelengkapan dari kemampuan-kemampuan manusia baik moral, intelektual,
maupun jasmaniah yang diorganisasaikan dengan atau untuk kepentingan
individual dan diarahkan kepada kegiatan-kegiatan yang bersatu dengan
penciptaanya sebagai tujuan akhir.
2) Motimer J. Adler

Pendidikan adalah proses yang mana semua kemampuan manusia


yanga dapat pengaruhi oleh adanya pembiasaan, disempurnakan dengan
kebiasaan-kebiasaan yang baik melalaui sar yang secara artistik dibuat dan
dipakai oleh siapapun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan yaitu kebiasaan yang baik.5
Mengenai tujuan utama pendidikan adalah menanamkan keyakinan dan
memfasilitasi proses belajar siswa. Secara normatif tujuan pendidikan di
Indonesia diamanatkan dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas. Di
dalam UU ini disebutkan bahwa pendidikan bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakep, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negera yang demokratis serta
bertanggung jawab.
a. Pengertian pendidikan Islam

Pendidikan Islam berbeda dengan Pendidikan Agama Islam.


Sampai sekarang, masih sering disamakan antara istilah “pendidikan Islam”
dengan istilah “pendidikan agama Islam”. Masih cukup banyak yang mengira
bahwa pendidikan Islam itu adalah pendidikan agama islam. Untuk itu, perlu
4
Jalur Mas Media, UUD 1945 dan Perubahannya, (Jakarta: Jalur Mas Media, 2010) h.36
5
Dayun Riadi dkk, Ilmu Pendidikan Islam...,h. 4.
dibakukan perbedaan pengertian kedua istilah tersebut.
Pendidikan Islam adalah sistem, yaitu sistem pendidikan yang Islami.
Dengan demikian, pendidikan Islam adalah pendidikan yang teori-teorinya
disusun berdasarkan al-Qur’an dan Hadits. Adapun pendidikan agama Islam
adalah nama kegiatan dalam mendidikkan agama Islam. Dengan demikian,
pendidikan Islam sejajar dengan mata pelajaran lain di sekolah seperti
pendidikan matematika, ataupun pendidikan biologi, dll 6
Ilmu pendidikan Islam tidak mungkin terlepas dari objek yang menjadi
sasarannya, yaitu manusia, secara filosofi ilmu pendidikan Islam harus
mengikut sertakan objek utamanya, yaitu manusia dalam pandangan Islam.
Sebagai petunjuk ilahi, Islam mengandung implikasi kependidikan(paedagogis)
yang mampu membimbing dan mengarahkan manusia menjadi mukmin,
muslim, muhsin, dan muttaqin melalui proses tahap demi tahap.7
Kata“pendidikan”yang umum kita gunakan sekarang, dalam bahasa
arabnya adalah “tarbiyah”, dengan kata kerja rabba. Kata pengajaran dalam
bahasa arabnya adalah ta’lim dengan kata kerjanya ulama. Pendidikan dan
pengajaran dalam bahasa arabnya tarbiyah wa ta’lim sedangkan pendidikan
Islam dalam bahasa arabnya adalah tarbiyah islamiyah. 8
Kata pendidikan berasal dari bahasa arab at-tarbiyah (sebagai padaan dari
robbani) adalah proses transformasi ilmu pengetahuan dari tingkat dasar menuju
tingkat selanjutnya. Proses robbani bermula dari proses pengenalan, hafalan,
dan ingatan yang belum menjangkau proses pemahaman dan penalaran.9
Kemudian definisi pendidikan Islam menurut para ahli di antaranya:
1. Menurut Drs. Ahmad D. Marimba : Pendidikan islam adalah bimbingan
jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama islam menuju kepada
terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.
2. Menurut Musthafa Al-Ghulayaini: Pendidikan Islam ialah menanamkan
akhlak yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan
menyiraminya dengan air petunjuk dan nasihat, sehingga akhlak itu menjadi

6
Dayun Riadi, Nurlaili, Junaidi Hamzah, Ilmu Pendidikan Islam..,h. 23
7
Dayun Riadi, Nurlaili, Junaidi Hamzah, Ilmu Pendidikan Islam...,h.1
8
Teguh Triwiyanto, Pengantar Pendidikan (Jakarata: Sinar Grafika Offset), h. 21-22.
9
Made Pidarita, Manajemen Pendidikan Indonesia (Jakarta: Pt Renika Cipta, 2017), h. 33.
salah satu kemampuan (meresap dalam) jiwanya kemudian buahnya berwujud
keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah air.10

Namun dari perbedaan pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan adanya


titik persamaan yang secara ringkas dapat dikemukakan Pendidikan Islam ialah
bimbingan yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada anak didik dalam masa
pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian muslim.
Berdasarkan pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan pendidikan Islam adalah usaha terencana untuk membentuk
manusia yang berkepribadian Islam sesuai dengan petunjuk ajaran Islam agar
meraih kebahagiaan di dunia maupun akhirat.

B. Pengertian keluarga
Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta: kula dan warga "kulawarga" yang
berarti "anggota atau kelompok kerabat". Keluarga adalah lingkungan di mana
beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah, bersatu. Keluarga
12
inti ( nuclear family ) terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak mereka.
Adapun keluarga non-inti atau yang dikenal dengan keluarga luas (extentended
family) yaitu keluarga yang terdiri dari semua orang yang berketurunan dari
kakek, nenek yang sama termasuk dari keturunan masing-masing isteri dan
suami.
Keluarga adalah sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat, atau sebagai unit
13
masyarakat terkecil yang terdiri atas ayah, ibu dan anak. Menurut
DEPKES RI Tahun 1988, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang tinggal dan
berkumpul di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
keluarga adalah:
a. Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah
b. Hidup dalam satu rumah tangga
c. Di bawah asuhan kepala rumah tangga
10
Dedi Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya,
2016), h. 6.
d. Berinteraksi satu sama lain
e. Setiap anggota keluarga menjalankan peranannya masing-masing
f. Menciptakan dan mempertahankan suatu kebudayaan.

C. Pendidikan dalam keluarga


Pendidikan keluarga adalah pendidikan yang berlangsung dalam keluarga
yang dilaksanakan oleh orang tua sebagai tugas dan tanggung jawabnya
17
dalam mendidik anak dalam keluarga. Pendidikan pada umumnya
terbagi pada dua bagian besar, yakni pendidikan sekolah dan pendidikan luar
sekolah. Pendidikan keluarga merupakan salah satu jalur pendidikan luar
sekolah.
Pendidikan luar sekolah adalah setiap kesempatan di mana terdapat
komunikasi yang teratur dan terarah di luar sekolah dan seseorang
memperoleh informasi, pengetahuan, latihan maupun bimbingan sesuai
dengan usia dan kebutuhan kehidupan, dengan tujuan mengembangkan
tingkatan keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang memungkinkan baginya
menjadi peserta-peserta yang efisien dan efektif dalam lingkungan keluarga
pekerjaan bahkan lingkungan masyarakat dan negaranya.
Selanjutnya Philips H. Combs, mengungkapkan bahwa:
Pendidikan luar sekolah adalah setiap kegiatan pendidikan yang terorganisir
yang diselenggarakan di luar sistem formil. baik tersendiri maupun
merupakan bagian dari suatu kegiatan yang luas, yang dimaksudkan
untuk memberikan layanan kepada sasaran didik tertentu dalam rangka
mencapai tujuan-tujuan belajar.
Keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang pertama sangat
penting dalam membentuk pola kepribadian anak, karena di dalam keluarga
anak pertama kali berkenalan dengan nilai dan norma. Pendidikan keluarga
memberikan pengetahuan dan ketrampilan dasar, agama dan kepercayaan,
nilai moral, norma sosial dan pandangan hidup yang diperlukan peserta didik
untuk dapat berperan
dalam keluarga dan dalam masyarakat.

Dalam buku The National Studi On Family Strength, Nick dan De Frain
mengemukakan beberapa hal tentang pegangan menuju hubungan keluarga
yang sehat dan bahagia, yaitu:
1. Terciptanya kehiduapan beragama dalam keluarga

2. Tersedianya waktu untuk bersama keluarga

3. Interaksi segitiga antara ayah, ibu dan anak

4. Saling menghargai dalam interaksi ayah, ibu dan anak

5. Keluarga menjadi prioritas utama dalam setiap situasi dan kondisi

Seiring kriteria keluarga yang diungkapkan di atas Sujana memberiakan


beberapa fungsi pada pendidikan keluarga yang terdiri dari fungsi biologis,
edukatif, relegius, protektif, sosialisasi dan ekonomi. Dari beberapa fungsi
tersebut, fungsi relegius diangap fungsi paling penting, karena sangat erat
kaitannya dengan edukatif sosialisasi, ekonomis dan protektif. Jika
fungsi keagamaan dapat dijalankan, maka keluarga tersebut akan memiliki
kedewasaan dengan pengakuan pada suatu sistem dan ketentuan norma
beragama yang diralisasikan dalam
kehudupan sehari-hari.
Secara garis besar pendidikan dalam keluarga dapat dikelompokkan
menjadi tiga bagian yaitu:
1. Pembinaan Akidah dan Akhlak

2. Pembinaan intelektual

3. Pembinaan kepribadian dan sosial

Pendidikan keluarga adalah proses transformasi perilaku dan sikap di


dalam kelompok atau unit sosial terkecil dalam masyarakat. Sebab keluarga
merupakan lingkungan budaya yang pertama dan utama dalam menanamkan
norma dan pengembangan berbagai kebiasaan dan perilaku yang penting
bagi kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Kunci keberhasilan
pendidikan dalam keluarga sebenarnya terletak pada pendidikan rohani
dengan artian keagamaan seseorang. Beberapa hal yang memegang
peranan penting dalam membentuk pandangan hidup seseorang meliputi
pembinaan akidah, akhlak, keilmuan dan kreativitas yang mereka miliki.

D. Tafsir Ayat Al-Quran dan hadist tentang pendidikan dalam keluarga


1. At- taubah ayat 23
‫ َولَّهُ ْم ِّم ْن ُك ْم‬Rَ‫ان َو َم ْن يَّت‬R ْ ‫ا َء اِ ِن‬Rۤ Rَ‫ َوانَ ُك ْم اَوْ لِي‬R‫ا َء ُك ْم َواِ ْخ‬Rۤ Rَ‫ ُذ ْٓوا ٰاب‬R‫وْ ا اَل تَتَّ ِخ‬RRُ‫ا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمن‬RRَ‫ٰيٓاَيُّه‬
ِ ۗ R‫ َر َعلَى ااْل ِ ْي َم‬R‫تَ َحبُّوا ْال ُك ْف‬R‫اس‬
ٰ ‫كَ هُم‬R‫ولٕى‬ ۤ
َ‫الظّلِ ُموْ ن‬ ُ ِِٕ ٰ ُ ‫فَا‬
‘’Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu jadikan bapak-bapakmu
dan saudara-saudaramu sebagai pelindung, jika mereka lebih menyukai
kekafiran daripada keimanan. Barangsiapa di antara kamu yang menjadikan
mereka pelindung, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.’’ (At- taubah
ayat 23)

Tafsir ibnu khatsir Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian


jadikan bapak-bapak dan saudara-saudara kalian pemimpin-pemimpin
(kalian), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa
di antara kalian yang menjadikan mereka pemimpin-pemimpin, maka mereka
itulah orang-orang yang zalim. Katakanlah, "Jika bapak-bapak, anak-anak.
saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian
usahakan, perniagaan yang kalian khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah
tempat tinggal yang kalian sukai, adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan
Rasul-Nya dan (daripada) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai
Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang fasik.
Allah Subhanahu wa ta’ala memerintahkan kepada orang-orang yang
beriman agar memiliki sikap yang berbeda dengan orang-orang kafir,
sekalipun mereka adalah bapak-bapak dan anak-anaknya. Dan Allah melarang
orang-orang mukmin menjadikan mereka sebagai pemimpin, jika mereka
lebih menyukai kekafiran daripada keimanan. Allah Subhanahu wa ta’ala
mengancam orang mukmin yang berani melakukannya, seperti yang
disebutkan oleh firman Allah Subhanahu wa ta’ala: Kamu tidak akan
mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling
berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya,
sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara
ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah
menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan
pertolongan yang datang dari-Nya. Dan dimasuk-kan-Nya mereka ke dalam
surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. (Al-Mujadilah: 22), hingga
akhir ayat.
Al-Hafiz Al-Baihaqi telah meriwayatkan melalui hadits Abdullah ibnu
Syaizab yang mengatakan bahwa ayah Abu Ubaidah ibnul Jarrah dalam
Perang Badar menyebut-nyebut nama berhala-berhalanya kepada anaknya,
lalu anaknya (yakni Abu Ubaidah) menjauh darinya. Tetapi setelah ayahnya
banyak mengeluarkan darah dari luka-lukanya, Abu Ubaidah datang
kepadanya dan membunuhnya. Maka Allah Subhanahu wa ta’ala menurunkan
ayat ini berkenaan dengan peristiwa tersebut, yaitu firman-Nya: Kamu tidak
akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat,
saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-
Nya. (Al-Mujadilah: 22), hingga akhir ayat.
Kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala memerintahkan kepada Rasul-Nya
mengancam orang yang lebih mementingkan keluarga, kerabat, dan sanak
familinya daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya. Untuk
itu, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman: Katakanlah, "Jika bapak-bapak,
anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga kalian, harta kekayaan
yang kalian usahakan. (At-Taubah: 24) Maksudnya, harta benda yang
merupakan hasil jerih payah kalian. Perniagaan yang kalian khawatirkan
kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai. Yakni
rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai karena keindahan dan
kenyamanannya. Dengan kata lain, jika semuanya itu: Lebih kalian sukai
daripada Allah dan Rasul-Nya dan (daripada) berjihad di jalan-Nya, maka
tunggulah  (At-Taubah: 24) Yakni tunggulah apakah yang akan menimpa
kalian dari siksaan dan pembalasan-Nya. Karena itulah dalam firman
selanjutnya disebutkan: Sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (At-Taubah: 24)
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah ibnu
Sa'id, telah menceritakan kepada kami Ibnu Luhai'ah, dari Zahrah ibnu Ma
bad, dari kakeknya yang mengatakan bahwa kami bersama Rasulullah
Shollallohu alaihi wa sallam, pada saat itu beliau Shollallohu alaihi wa sallam
sedang memegang tangan Umar ibnul Khattab. Umar ibnul Khattab "berkata,
Demi Allah, wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau lebih aku sukai daripada
segala sesuatu kecuali diriku sendiri." Maka Rasulullah Shollallohu alaihi wa
sallam bersabda: Tidaklah beriman (dengan iman yang sempurna) seseorang
di antara kalian sebelum aku lebih dicintai olehnya daripada dirinya sendiri.
Lalu Umar ibnul Khattab berkata, "Sekarang engkau lebih aku cintai daripada
diriku sendiri." Dan Rasulullah Shollallohu alaihi wa sallam bersabda,
"Memang begitulah seharusnya, hai Umar."
Imam Bukhari mengetengahkan hadits ini secara munfarid. Dia
meriwayatkannya dari Yahya ibnu Sulaiman, dari Ibnu Wahb, dari Hauwah
ibnu Syuraih, dari Abu Aqil Zahrah ibnu Ma'bad, bahwa ia pernah mendengar
kakeknya (yaitu Abdullah ibnu Hisyam) menceritakan hadits ini dari Nabi
Shollallohu alaihi wa sallam Di dalam hadits yang sahih telah disebutkan dari
Rasulullah Shollallohu alaihi wa sallam bahwa beliau Shollallohu alaihi wa
sallam pernah bersabda: Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam
genggaman kekuasaanNya, tidaklah beriman seseorang di antara kalian
sebelum diriku ini lebih dicintai olehnya daripada orang tuanya, anak-
anaknya, dan semua orang.
Imam Ahmad dan Imam Abu Daud telah meriwayatkan hadits ini
berdasarkan lafaz yang ada pada Imam Abu Daud, melalui hadits Abu
Abdurrahman Al-Khurrasani, dari Ata Al-Khurrasani, dari Nafi', dari Ibnu
Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah Shollallohu alaihi wa sallam telah
bersabda: Apabila kalian melakukan transaksi barang dagangan, dan kalian
mengikuti ekor sapi, serta kalian puas dengan pertanian, sedangkan kalian
meninggalkan jihad, niscaya Allah akan menguasakan kehinaan atas kalian
yang tidak dapat dicabut, kecuali jika kalian kembali kepada agama kalian.

Hadits-hadits pendidikan di bawah ini adalah sebagian dari nasehat bapak


pendidikan umat Islam Nabi Muhammad SAW, di antaranya:
ُ ‫ص َّل‬
‫هللا‬ ِ ‫ َا ْقبَ َل رَ ُج ٌل ِالَى رَ سُوْ َل‬:َ‫هلل عَ ْن ُه َقال‬
َ ‫هللا‬ ُ ‫ي َا‬َ ‫ض‬ ِ َ‫عَ نْ َا ِبى ُهرَ يْرَ َة ر‬
:َ‫هللا َق ال‬ِ َ‫اآلجرَ ِمن‬ ْ ‫اله ْجرَ ِة وَ ا ْل ِج َها ِد َا ْبتَ ِغى‬
ِ ‫ اُب َِايعُكَ عَ لَى‬:َ‫سلَّ َم َف َقال‬
َ َ‫عَ لَ ْي ِه و‬
ْ‫ َف ارْ ِجعْ ِالَى وَ ا ِل َديْكَ ف َا ْح ِس ن‬:َ‫ َق ال‬.‫ نَ َع ْم‬:َ‫َه ْل ِمنْ وَ ا ِل َديْكَ َا َح ٌد َحيٌّ؟ َق ال‬
(‫(رواه مسلم‬ ‫صُ ْحبَتَ ُهم َا‬
Artinya: “Dari Abu Hurairota r.a. berkata: Ada seorang laki-laki
menghadap kepada Rasulullah SAW lalu ia berkata : Saya berjanji kepada
engkau, wahai Rasulullah untuk berhijrah dan berjuang agar mendapatkan
pahala dari Allah. Beliau bersabda: Apakah salah seorang dari kedua orang
tuamu masih hidup? Laki-laki itu menjawab: Ya, masih. Beliau bersabda
pula: Pulanglah kamu kepada kedua orang tuamu dan dampingilah
keduanya dengan baik." (H.R. Muslim)

‫س ْفيَانَ عَ لَى‬ ُ ‫ت ِه ْن ٌد ِبنْتُ عُ ْتبَ ِة ِامْ رَ َأ ُة َأ ِبى‬


ْ َ‫ دَخَ ل‬:‫ت‬ ْ َ‫ي هللا ُعَ ْن َها َقال‬ َ ‫ض‬
ِ َ‫ش ٍة ر‬ َ ‫عَ ِن عَ ا ِئ‬
‫س ْفيَانَ رَ ُج ٌل‬ ُ ‫ َانْ َأبَ ا‬ ‫هللا‬ ِ ‫س وْ َل‬ ُ َ‫ يَا ر‬: ‫ت‬ ْ َ‫سلَ َم َف َقال‬َ َ‫هللا عَ لَ ْي ِه و‬
ُ ‫هللا صَ لَّى‬ ِ ‫رَ سُوْ َل‬
‫ت ِمنْ مَا ِل ِه ِب َغ ْي ِر‬ َ ‫ْط ْي ِنيْ ِمنَ النَ َف َق ِة مَا يَ ْك ِف ْي ِنى وَ يَ ْك ِفى ِا ْب ِنى ِااَّل م‬
ْ ‫َاأخَ َذ‬ ِ ‫ش ِحيْحٌ اَل يُع‬ َ
ِ ‫ خُ ِذى ِمنْ مَا ِل ِه ِبالمْ عَرْ وُ ْف‬:َ‫اح؟ َف َقال‬
َ‫ي مَا َي ْك ِف ْي ك‬ ِ َ‫ى ِفى َذ ِلكَ ِمنْ ُجن‬ َّ ‫ َف َه ْل عَ ل‬,ُ‫عَ لَّ َمه‬
(‫ (متفق عليه‬. َ‫وَ مَا يَ ْك ِفي بَ ِنيْك‬
Artinya: “Aisyah RA menceritakan, bahwa pada suatu kali datanglah
Hindun binti ‘Utbah, yaitu isteri Abu Sufyan menemui Rasulullah SAW
seraya berkata, “Hai Rasulullah! Abu Sufyan itu ialah laki-laki yang kikir,
sehingga tidak diberinya saya nafkah yang memadai untukku, kecuali hanya
dengan mengambil hartanya tanpa sepengetahuannya. Apakah saya berdosa
dengan begitu?” Jawab Beliau, “Ambillah sebagian hartanya itu dengan niat
baik secukupnya yaitu untukmu dan anak-anakmu.” (Mutafaq ‘Alaih)

Seorang ayah mempunyai tugas dan kewajiban terhadap anaknya yaitu,


mengurus segala hajat dan keperluan mereka manakala membutuhkan.
Seperti dalam hadits Nabi SAW:
‫ ِا َذا‬:َ‫سلَّ َم َق ال‬
َ َ‫هللا عَ لَ ْي ِه و‬
ُ ‫ى‬ َّ ‫هللا عَ ْن ُه عَ نْ الن َِّبي صَ ل‬
ُ ‫ى‬ َ ‫ض‬ Gِّ ‫عَ نْ َأ ِبى مَسْ عُوْ ٍد ال َبد ِْر‬
ِ َ‫ِي ر‬
(‫الرَّج ُل عَ لَى َا ْه ِل ِه ي َْحتَ ِسبُ َها َف ُهوَ لَ ُه صَ َد َق ٌة (رواه متفق عليه‬
ُ ‫َا ْن َف َق‬
Artinya: “Dari Abu Mas’ud Badri r.a. dari Nabi SAW bersabda:
apabila seorang lelaki memberikan nafkah kepada keluarganya dengan
rela maka yang demikian itu suatu sedekah baginya.” (HR. Mutafaq
‘Alaih)

Lebih dari itu, seorang ayah harus mendidik anak-anaknya, mengurus


segala keperluan hidupnya, membimbingnya kepada akhlak yang terpuji,
kelakuan yang baik dan perangai yang mulia, di samping memelihara dan
menjauhkan mereka dari perkara-perkara yang sebaliknya. Juga , memuliakan
semua perintah dan larangan agama, menyampingkan urusan keduniaan,
melebihkan dan mengutamakan urusan akhirat. Tugasnya yang lain ialah,
memberi nama yang baik kepada anaknya, memilihkan istri dari keturunan
orang-orang yang berbudi pekerti yang baik dan sholih, agar menjadi ibu yang
diberkati oleh anaknya kelak. Hendaklah seorang ayah berlaku adil dalam
pemberiannya kepada anak-anaknya. Tidak boleh melebihkan seorang atas
lainnya, karena membedakan kasih sayang dan mengikuti kehendak hawa
nafsunya sendiri.
Orang yang mengabaikan pendidikan anak-anaknya sebagaimana tersebut
di atas, tidak memperhatikan pengajaran atas mereka, malah membuka pintu
hatinya agar senantiasa cinta dunia dan tunduk di bawah kekuasaannya, sehingga
anak-anak itu mendurhakai mereka dan tidak mengikuti petunjuk ajarannya,
maka janganlah ia menyalahkan orang lain selain diri sendiri. Kerugian itu selalu
menimpa orang yang alpa dan lalai. Di zaman ini, terlalu banyak anak-anak yang
durhaka dan tidak mau mendengar perkataan ibu-bapaknya tersebar dimana-
mana. Apabila kita teliti, penyebabnya tidak lain karena kelalaian ibu-bapaknya
yang telah menyia-nyiakan pemeliharaan anak-anak itu sejak kecil.
Pendidikan tentang tugas-tugas istri atau ibu. Tugas-tugas istri ialah
fardhu’ain. Para ulama dalam hal ini sepakat, Syaikh Al Ghazali ulama Mesir
kontemporer yang sering membela hak-hak perempuan menyatakan: ”Betapapun
juga, prinsip dasar yang harus kita ikuti atau kita upayakan agar selalu dekat
padanya ialah “rumah”. Saya benar-benar merasa gelisah pada kebiasaan para
ibu rumah tangga yang meninggalkan (membiarkan) anak-anaknya tinggal dan
diasuh oleh para pembantu atau diserahkan pada tempat penitipan anak. Nafas
seorang ibu memiliki pengaruh yang luar biasa dalam menumbuhkan dan
memelihara perilaku kebajikan dalam diri anak-anaknya.
Tugas seorang ibu yang paling utama adalah melahirkan, menyusui hingga
membesarkan anak. Setelah melahirkan peran ibu sangat dibutuhkan oleh bayi
yaitu pemberian ASI yang cukup. Mulai dari mengandung hingga proses
menyusui, pendidikan sudah mulai diajarkan. Berdasarkan pandangan yang
diteliti, bahwa bayi yang baru lahir khususnya pada hari-hari dan bulan-bulan
pertama, akan ditemukan sosok tubuh yang tulangnya masih lemah dan urat-
uratnya masih lemas. Dia ibarat adonan roti yang terhidang di hadapan kita, siap
dipolakan sesuai dengan keinginan kita. Setiap aspek kesehatan yang berkaitan
dengan pertumbuhannya secara wajar, wajib diikuti dan harus diperhatikan,
khususnya mengenai kebersihan dan kesucian, waktu musim, pergantian udara
dan lain sebagainya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan keluarga adalah suatu proses bimbingan, pengarahan, pengajaran dan

latihan baik jasmani maupun rohani yang dilakukan oleh keluarga berdasarkan hukum-

hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ajaran

dalam Islam. Jadi, di sini yang menjadi seorang pendidik adalah kedua orang tuanya yaitu

ayah dan ibunya.


Hakikat pendidikan keluarga dalam perspektif Al-Qur’an yaitu Allah menyuruh

kepada kepala keluarga untuk menjaga dirinya dan keluarganya dari siksaan api neraka,

yaitu dengan ketaatan kepada Allah SWT dan menjahui segala larangan-Nya. Dan

hendaklah kamu mengajarkan kepada keluargamu perbuatan sehingga mereka dapat

menjaga diri mereka dari api neraka, yaitu dengan cara melalui nasehat dan pengajaran.

Merupakan kewajiban kedua orang tua, khususnya ayah karena iya merupakan

kepala keluarga untuk menjaga keluarganya dari keburukan dan bahaya yang mengancam

baik dari sebi agama maupun dunia. Melindungi diri dari api neraka adalah dengan

meninggalkan semua yang dilarang Allah SWT dan dengan mendidik keluarga, yaitu

dengan memerintahkan mereka kepada kebaikan dan melarang mereka dari kejelekan

bahkan diperbolehkan untuk memberikan sanksi atas mereka dan dirinya sendiri jika

melanggar hukum-hukum Allah.

Adapun materi-materi pendidikan dalam keluarga antara lain yaitu:


1. Pendidikan akidah islamiyah

2. Pendidikan ibadah

3. Pendidikan akhlakul karimah

4. Pendidikan dan pengajaran Al-Qur’an serta pokok-pokok ajaran islam

Teladan merupakan metode yang paling efektif dalam mendidik anak, karena

hampir sebagian besar yang dilakukan atau ditiru oleh anak adalah dari sikap dan tingkah

laku orang-orang disekitarnya. Pendidikan keluarga dilaksanakan dengan contah dan

taladan dari orang tua, perilaku sopan santun orang tua dalam pergaulan antara ibu, bapak

dan masyarakat yang akan di tiru oleh anak. Oleh karena itu orang tua harus dapat

menjadi contoh atau teladan yang baik bagi anaknya.

Sifat seorang pendidik yang sukses adalah memberi ketauladanan yang baik

terhadap anak didiknya dan perbuatannya tidak menyalahi perkataannya. Agar dapat

mendidik anak menjadi anak yang shaleh, pendidik tidak hanya memberikan prinsip saja,

tetapi yang harus diberikan adalah ketauladanan dalam menjalankan prinsip tersebut.

Pendidik harus melaksanakan apa yang diperintahkannya kepada anak didiknya supaya

bisa menjadi tauladan yang baik. Apabila pendidik menyampaikan prinsip saja tetapi

tidak melaksanakannya maka tidak akan menjadi tauladan yang baik bagi anak didik dan

akan sia-sia.

B. Saran

Melalui tulisan penelitian ini penulis inggin memeberikan saran berhubungan

dengan pendidikan keluarga dalam perspektif Al-Qur’an yaitu bagi para orang tua

hendaknya benar-benar memeperhatikan pendidikan bagi anak-anaknya di dalam rumah

terutama pendidikan agama. Janganlah para orang berpandangan bahwa pendidikan

agama sudah cukup diberikan di dalam lingkungan sekolah karena disanalah ada guru

agama.
DAFTAR PUSTAKA

Abd. Al- Hayy Al- Farmawi, Metode Tafsir Mawdhû’i, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 1996

Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Media

Group, 2008

Abdul Rahman Shaleh, Pendidiklan Agama Dan Pembangunan Watak Bangsa, Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada, 2005

Abudin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Bandung: Angkasa, 2003

Ahmad D. Rimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam Cet.VIII, Bandung: Al-Ma’arif,

1989

Ahmad Mudjab Muhalli, dkk, Hadits- hadits Muttafaiq ’alaih, Jakarta: Kencana, 2004

A. Mustafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, Semarang: Toha Putra, 1993

Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, Jakarta: Gema Insani, 2004

Andi Hakim Nasoetion, Pendiidkan Agama Dan Akhlak Bagi Anak Dan Remaja, Jakarta:

Logos, 2001

Al-Qur’an dan Terjemah

AR. Adi Candra dan Pius Abdillah, Kamus Lengkap Inggris Indonesia, Indonesia-Inggris

, Surabaya: Arkola

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers,

2002

--------------, Reformulasi Pendidikan Islam Cet. 1, Jakarta: CRSD Press, 2005


A. Warson Munir, Kamus Al-Munawir, Yogyakarta: Unit pengadaan Buku-buku
Ilmiah

Keagamaan Cet. I, 1984

Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1973

Burhanudin Salam, Pengantar Pedagonik: Dasar-dasar Ilmu Mendidik, Jakarta:


Rineka

Cipta, 1997

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia Cet. II,

Jakarta: Balai Pustaka

Depdiknas, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Pendidikan Agama Islam Sekolah

Menengah Atas dan Madrasyah Aliyah, Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbag

Depdignas, 2003

file:///D:/Ketikan/internet/pendidikan-agama-di-lingkungan-keluarga.html

Fuad Hasan, dkk, Beberapa Asas Metodologi Ilmiah Di Dalam Metode-


Metode

Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia, 1977

Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2008

Hamka, Tafsir Al- Azhar, Jakarta: PT. Pustaka Panjimas, Juz XVI, 1984

Hamzah Ahmad, Kamus Pintar Bahasa Indonesia, Surabaya: Fajar Mulya, 1996

Hasan Sadily, Ensiklopedia, Jakarta: Ikhtiar Baru Van Houve, 1980

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Prrsada, 2006

http://mahardhikazifana.com/religion-philosophy-agama-filsafat/konsep-islam-

dalam-pendidikan-keluarga.html

Anda mungkin juga menyukai