OLEH
Eka Setya Maharani (12060120561)
Muhammad Zikri (12060112484)
Renni Khadijah (12060122828)
Syamsia Hayati (12060120545)
Puji syukur atas kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “aspek-
aspek psikologis berkaitan dengan perkembangan keagamaan” ini sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan. Sholawat serta salam senantiasa penulis sampaikan kepada Nabi
Muhammad saw.
Makalah tentang “aspek-aspek psikologis berkaitan dengan perkembangan keagamaan” ini
telah kami usahakan semaksimal mungkin dan dengan bantuan dari berbagai pihak,
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak luput
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini. Tidak lupa kami menyampaikan rasa hormat dan terima kasih
kepada Bapak Khairil Anwar, Dr., S.Ag., M.A. selaku dosen mata kuliah Studi Hadist.
Namun, kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan panulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.
Semoga dengan selesainya makalah ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya
sehingga dapat memberikan inspirasi dan wawasan bagi pembaca.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perkembangan manusia mulai dari prenatal hingga lanjut usia mengalami
perkembangan agama yang selalu mengikuti seperti pada saat manusia itu dilahirkan
pasti akan mengikuti agama yang dianut oleh orang tuanya karena hanya orang tuanya
yang menjadikan anak itu islam, majusi, yahudi atau nasrani tetapi ketika manusia itu
sudah menginjak usia remaja maka dia akan mulai berpikir secara mandiri bagaimana
cara mengimplementasikan ajaran agama yang dianutnya dalam khidupan sehari-harinya
hingga dia menginjak usia dewasa maka dia akan lebih matang dalam beragama.
Manusia dilahirkan di dunia ini dalam keadaan lemah, fisik maupun psikis. Walaupun
dalam keadaan yang demikian ia telah memiliki kemampuan bawaan yang bersifat laten.
Potensi bawaan ini memerlukan pengembangan melalui bimbingan dan pemeliharaan
yang mantap lebih-lebih pada usia dini. Fisik atau jasmani manusia baru akan berfungsi
secara sempurna jika dipelihara dan dilatih. Akal dan fungsi mental lainnya pun baru
akan berfungsi jika kematangan dan pemeliharaan serta bimbingan dapat diarahkan
kepada pengeksplorasian perkembangannya. Kemampuan itu tidak dapat dipenuhi
secara sekaligus melainkan melalui pentahapan. Demikian juga perkembangan agama
pada diri anak. Perasaan anak terhadap orang tuanya sebenarnya sangat kompleks. Ia
merupakan campuran dari bermacam- macam emosi dan dorongan yang saling
bertentangan.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Pengertian Intelektual, sikap, dan tingkah laku!
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan keagamaan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Intelektual, sikap, dan tingkah laku
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan keagamaan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Intelektual
Kecerdasan dalam Bahasa Inggris disebut intelligence dan dalam Bahasa Arab adz-
Dzaka menurut arti bahasa adalah pemahaman, kecepatan, dan kesempurnaan sesuatu.
Dalam arti, kemampuan (al-qudrah) dalam memahami sesuatu secara cepat dan
sempurna.
Crow dan Crow, mengemukakan bahwa inteligensi berarti kapasitas umum dan
individu yang dapat dilihat pada kesanggupan pikirannya dalam mengatasi tuntutan
kebutuhan-kebutuhan baru, keadaan ruhaniah secara umum yang dapat disesuaikan
dengan problem-problem dan kondisi-kondisi yang baru di dalam kehidupan.
Macam-macam Inteligensi (Kecerdasan):
1. Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan Intelektual adalah kecerdasan yang berhubungan dengan proses
berpikir seperti: daya menghubungkan dan menilai atau mempertimbangkan
sesuatu. Atau, kecerdasan yang berhubungan dengan strategi pemecaham
masalah dengan menggunakan logika. Kecerdasan intelektual ini dari segi
kuantitas tidak bisa dikembangkan karena ia merupakan pembawaan sejak lahir,
namun kualitasnya dapat dikembangkan.
Menurut Kohnstam, kualitas kecerdasan intelektual dapat dikembangkan
dengan beberapa syarat:
a) Bahwa pengembangan tersebut hanya sampai batas kemampuan, dan tidak dapat
melebihinya.
b) Setiap orang mempunyai batas kemampuan yang berbeda.
c) Bahwa pengembangan tersebut tergantung kepada cara berpikir yang metodis.
d) Tinggi rendahnya kecerdasan intelektual seseorang dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu:
Pembawaan, yaitu kesanggupan yang dibawa semenjak lahir dan setiap
orang tidak ada yang sama.
Kematangan, yaitu saat munculnya daya intelek yang siap untuk
dikembangkan mencapai puncaknya (masa peka).
Lingkungan, yaitu factor luar yang mempengaruhi inteligensi pada masa
perkembangannya.
Minat, yaitu motor penggerak dalam perkembangan inteligensi.
3
3. Kecerdasan Moral
Pengertian kecerdasan moral adalah kemampuan untuk merenungkan mana
yang benar dan mana yang salah, dengan menggunakan sumber emosional dan
intelektual manusia. Indikator dari kecerdasan moral adalah adalah bagaimana
seseorang memiliki pengetahuan tentang moral yang benar dan yang buruk,
kemudian ia mampu menginternalisasikan moral yang benar ke dalam kehidupan
nyata dan menghindarkan diri dari moral yang buruk.
5
Menurut Abdul Mujib, kecerdasan moral tidak bias dicapai dengan menghafal
atau mengingat kaedah atau aturan yang dipelajari di dalam kelas melainkan
membutuhkan interaksi dengan lingkungan luar.
4. .Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual bukanlah doktrin agama yang mengajak manusia untuk
cerdas memilih salah satu agama, ia merupakan sebuah konsep, yaitu bagaimana
seseorang mengelola maknamakna, nilai-nilai dan kualitas kehidupan
spiritualnya. Kehidupan spiritual meliputi:
a) Hasrat untuk hidup bermakna
b) Motivasi mencari makna hidup
c) Mendambakan hidup bermakna
5. Kecerdasan Qalbiyah
Pengertian kecerdasan Qalbiyah adalah sejumlah kemampuansecara cepat dan
sempurnauntuk mengenal kalbu dan aktifitas-aktiftasnya, mengelola dan
mengekspresikan jenis-jenis kalbu secara benar, memotivasi kalbu untuk
membina hubungan moralitas dengan orang lain dan hubungan Ubudiyah
denganTuhan. MenurutToto Tasmara, Qalbu adalah hati nurani yang menerima
limpahan cahaya kebenaran Ilahiyah yaitu ruh. Dengan kalbu inilah Allah
memanusiakan manusia dan memulikannya dibandingkan makhluk yang lain.
B. Sikap
1. Pengertian Sikap keagamaan
Sikap keagamaan merupakan suatu keadaaan yang ada dalam diri seseorang
yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya
terhadap agama. Sikap keagamaan tersebut oleh adanya konsistensi antara
kepercayaan terhadap agama sebagai unsur kognitif, perasaan terhadap agama
sebagai unsur afektif, dan perilaku terhadap agama sebagai unsur konatif. Jadi,
sikap keagamaan merupakan integrasi secara kompleks antara pengetahuan
agama, perasaan agama serta tindak keagamaan dalam diri seseorang. Sikap
keagamaan dapat dilihat dari sikap yang ditampilkan dari unsur kognitif, afektif,
dan konasi. Baiknya sikap keagamaan seseorang tergantung dari keserasian
antar ketiga unsur tersebut dalam jiwa seseorang. Begitu juga sebaliknya, jika
tidak serasi maka akan mengalami gangguan atau ketimpangan dalam perilaku
keagamaannya seperti ateis, konversi agama, fanatisme dan lain-lain. Menurut
Zakiah Darajat, Psikologi agama adalah suatu cabang ilmu yang meneliti
tentang pengaruh agama terhadap sikap dan tingkah laku manusia atau
6
mekanisme yang bekerja dalam diri seseorang, karena cara berpikir, bersikap,
bereaksi, dan bertingkah laku seseorang tidak dapat dipisahkan dari
keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam konstruksi kepribadiannya
(Darajat, 1971). Sementara itu Jalaluddin (2012), mendefinisikan psikilogi
agama sebagai cabang ilmu yang meneliti dan mempelajari tingkah laku
manusia dalam hubungannya dengan pengaruh keyakinan terhadap agama yang
dianutnya serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia masing-masing.
Upaya untuk mempelajari tingkah laku keagamaan tersebut dilakukan melalui
pendekatan psikologi. Berdasarkan pada definisi tersebut di atas, dapat diketahui
adanya suatu pengertian yang bersifat umum, yaitu masalah proses kejiwaan
terhadap agama serta pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari. Dari pengertian
ini, paling tidak akan diperoleh gambaran tentang bagaimana fungsi dan
pengaruh keyakinan terhadap suatu agama kepada sikap dan tingkah laku lahir
(sikap dan bereaksi) dan batin (cara berpikir, merasa dan sikap emosi)
seseorang. Sedangkan penulis menyimpulkan, bahwa psikologi agama adalah
salah satu cabang ilmu psikologi yang mengkaji tentang gejala-gejala kejiwaan
dan tingkah laku seseorang yang dapat diamati secara langsung, dimana gejala-
gejala kejiwaan dan tingkah laku tersebut dibentuk dan dipengaruhi oleh aspek-
aspek keagamaan yang dia yakini.
2. Mempengaruhi Perkembangan Jiwa sikap Keagamaan Remaja
Sikap keagamaan terbentuk dari oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor
ekstern. Perkembangan jiwa keagamaan selain ditentukan oleh faktor ekstern
juga ditentukan intern seseorang. Seperti halnya aspek kejiwaan lainnya, maka
para ahli psikologi agama mengemukakan berbagai teori berdasarkan
pendekatan masing-masing. Tetapi, secara garis besarnya faktor-faktor yang ikut
mempengaruhi terhadap perkembangan jiwa keagamaan antara lain faktor
hereditas, tingkat usia, kepribadian, dan kondisi kejiwaan seseorang (Jalaludin,
2012).
a) Faktor Intern
Perkembangan jiwa keagamaan selain ditentukan oleh faktor ekstern
juga ditentukan oleh faktor intern seseorang.
Kepribadian
Kepribadian menurut pandangan psikologi terdiri dari dua unsur,
yaitu unsur hereditas dan lingkungan. Adanya kedua unsure yang
membentuk kepribadian itu menyebabkan munculnya konsep
tipologi da karakter. Tipologi lebih ditekankan kepada unsur
bawaan, sedangkan karakter lebih ditekankan oleh adanya
pengaruh lingkungan. Unsur pertama (bawaan) merupakan faktor
intern yang memberi ciri khas pada diri seseorang. Dalam kaitan
ini, kepribadian sering disebut identitas seseorang yang sedikit
banyaknya menampilkan ciri-ciri pembeda dan individu lain luar
dirinya. Dalam kondisi normal, memang secara individu manusia
memiliki perbedaan dalam kepribadian. Dan perbedaan ini
7
Dengan demikian agama orang dewasa secara umum sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu:
Faktor hereditas dan asal usul keluarganya sendiri
Kondisi keberagamaan keluarga suami/istri serta kondisi keberagamaan keluarga
yang dibangunnya sekarang.
Pendidikan formal maupun nonformal yang pernah dialaminya.
Pengalaman hidup, baik masa lalu maupun sekarang.
Lingkungan hidup, baik masa lalu maupun sekarang.
Pekerjaan dan Pergaulan, baik dilingkungan masyarakat sekitar maupun di
tempat kerja.
Hasil olah pikir, motivasi, inovasi, serta olah perasaan yang dialami dan
dilakukan selama ini.
Pengaruh media, baik cetak maupun elektronik yang mereka terima selama ini.
Faktor hidayah dari Allah SWT.
C. Tingkah Laku
a) Pengertian Tingkah Laku
Dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan bahwa tingkah laku sama artinya
dengan perangai, kelakuan, atau perbuatan. Tingkah laku itu merupakan tanggapan
atau atau rangkain tanggapan yang dibuat sejumlah mahkluk hidup. Dalam hal ini
tingkah laku itu walaupun harus mengikut sertakan tanggapan pada suatu
organisme, termasuk yang ada diotak, bahasa, pemikiran, impian-impian, harapan-
harapan, dan sebagainya, tetapi iya juga menyangkut mental sampai aktivitas fisk.
10
suatu saat. Tetapi berbagai interprestasi mengenai istilah tersebut perlu dipahami,
dalam arti bahwa definisi-definisi, konsep-konsep, ataupun kegiatan-kegiatan yang
dibahas atau diteliti sebagai perilaku menyimpang menunjuk pada ciri-ciri perilaku
tertentu.
Cohen mendefinisikan perilaku menyimpang adalah tingkah laku yang melanggar,
bertentangan, atau menyimpang dari aturan-aturan normatif, pengertian-pengertian
normatif maupun dari harapan-harapan lingkungan sosial yang bersangkutan. Terjadinya
keagamaan yang menyimpang berkaitan erat dengan perubahan sikap.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kecerdasan Intelektual adalah kecerdasan yang berhubungan dengan proses berpikir seperti:
daya menghubungkan dan menilai atau mempertimbangkan sesuatu. Atau, kecerdasan yang
berhubungan dengan strategi pemecaham masalah dengan menggunakan logika.
Sikap keagamaan merupakan integrasi secara kompleks antara pengetahuan agama,
perasaan agama serta tindak keagamaan dalam diri seseorang.
Tingkah laku itu merupakan tanggapan atau atau rangkain tanggapan yang dibuat
sejumlah mahkluk hidup.
Faktor-faktor yang ikut mempengaruhi terhadap perkembangan jiwa keagamaan antara
lain faktor hereditas, tingkat usia, kepribadian, dan kondisi kejiwaan seseorang
(Jalaludin, 2012).
Agama orang dewasa secara umum sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
Faktor hereditas dan asal usul keluarganya sendiri
Kondisi keberagamaan keluarga suami/istri serta kondisi keberagamaan keluarga
yang dibangunnya sekarang.
Pendidikan formal maupun nonformal yang pernah dialaminya.
Pengalaman hidup, baik masa lalu maupun sekarang.
Lingkungan hidup, baik masa lalu maupun sekarang.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA