Anda di halaman 1dari 12

ASPEK-ASPEK KECERDASAN SPIRITUAL

Oleh:
1. SYAHYADI 2021205201039
2. DEWI APRIANA 2021205201022
3. INNI ZAHRAN NAFIISA MARZUQI 2021205201006
4. ROFIKO 2021205201021

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2022/2023
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Aspek-Aspek Kecerdasan Spiritual”.
Makalah ini kami susun berdasarkan pengamatan kami dari buku dan
internet. Dalam penyusunan makalah ini, tentunya tidak lepas dari adanya
bantuan pihak tertentu. Oleh karena itu, penulis tidak lupa mengucapkan terima
kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu kami menyelesaikan
makalah ini.
Penulis berharap agar tulisan ini dapat diterima dan dapat berguna bagi
semua pihak. Penulis juga mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun untuk melengkapi makalah ini.

i
Daftar Isi

Sampul
Kata Pengantar..................................................................................................................i
Daftar isi.............................................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan ......................................................................................................................2
1.4 Manfaat ....................................................................................................................2
BAB 2. PEMBAHASAN ...................................................................................................3
1
2
2.1 Pengertian Kecedasan Spiritual )..........................................................................3
2.2 Aspek-Aspek Kecedasan Spiritual .......................................................................4

BAB 3. PENUTUP.............................................................................................................8
1
2
3
3.1 Simpulan ..................................................................................................................8
3.2 Saran.........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................10

ii
BAB 1.
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada masa modern, banyak orang berlomba-lomba untuk
meningkatkan tingkat kecerdasan intelegensinya (IQ). Kalau dirinya gagal
mencapai tujuan itu, setidaknya anak yang dimiliki haruslah lebih tinggi
tingkat kecerdasannya. Berbagai usaha ditempuh untuk mendukung
keinginannya tersebut, mulai dari mendengarkan alunan musik klasik saat
anak masih dalam kandungan, mainan-mainan yang merangsang kinerja
otak anak, sekolah-sekolah favorit, les-les tambahan sampai asupan
makan benar-benar dipilih secara selektif demi tercapainya tujuan itu. Tak
terhitung banyaknya biaya yang harus dikeluarkan. Semua itu dilakukan
hanya untuk satu hal, anak memiliki IQ yang di atas rata-rata.
Sebenarnya kalau kita mau berpikir realistis, kecerdasan
intelegensi bukanlah satusatunya hal penting yang harus kita wujudkan.
Tanpa mengurangi nilai pentingnya IQ, menurut penulis justru EQ dan
Spiritual Quotient (SQ) jauh lebih penting. Kalau IQ adalah kemampuan
intelektual, analisis, logika, dan rasio yang membuat otak seseorang
mampu untuk menerima, menyimpan, dan mengolah informasi menjadi
fakta, maka EQ adalah kemampuan mengenali perasaan sendiri dan
perasaan orang lain, serta kemampuan mengolah emosi dengan baik pada
diri sendiri dan orang lain. Sedangkan Spiritual Quotient (SQ) merupakan
kemampuan seseorang untuk mengerti dan memberi makna pada apa yang
dihadapi dalam kehidupan, sehingga seseorang akan memiliki fleksibilitas
dalam menghadapi persoalan di masyarakat1.
Jadi IQ membuat orang menjadi pintar, EQ membuat orang
menjadi baik dan Spiritual Quotient (SQ) membuat orang menjadi bijak.
Kita ambil contoh sederhana, seorang profesor (IQ) tidak akan diterima di
kalangan masyarakat apabila dia tidak memiliki kepribadian atau sifat
yang baik (EQ), sedangkan orang yang memiliki sifat yang baik (EQ)

1
2

akan tetap diterima oleh masyarakat meskipun dia tidak sepintar profesor
(IQ). Faktanya seseorang tidak bisa menjadi baik jika tidak melalui proses
bijak sebelumnya walaupun itu sedikit.
Jadi sudah jelas kalau EQ dan SQ itu lebih penting bagi manusia
sebagai makhluk sosial. Dan secara khusus Spiritual Quotient (SQ)
berperan dalam diri manusia kaitannya dengan kehidupan dan keagamaan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Spiritual Quotient (SQ)?
2. Apakah aspek-aspek Spiritual Quotient (SQ)?

1.3 Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian Spiritual Quotient (SQ).
2. Mendeskripsikan aspek-aspek Spiritual Quotient (SQ).
BAB 2. PEMBAHASAN

1
2
2.1 Pengertian Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan berasal dari kata cerdas, secara etimologi cerdas yaitu
sempurna perkembangan akal budi untuk berfikir dan mengerti. Menurut
kamus Webster mendefinisikan kecerdasan sebagai: 1) kemampuan untuk
mempelajari atau mengerti pengalaman, kemampuan untuk mendapatkan
dan mempertahankan pengetahuan, kemampuan mental, 2) kemampuan
untuk memberikan respon secara cepat dan berhasil pada situasi baru,
kemampuan untuk menggunakan nalar dalam memecahkan masalah.
Istilah spiritual berasal dari bahasa latin yang berarti sesuatu yang
memberikan kehidupan atau vitalitas pada sebuah sistem. Spiritualitas
juga dipandang sebagai peningkatan kualitas hidup, baik dalam kehidupan
berkeluarga, bermasyarakat dan berorganisasi. Menurut Zohar dan
Marshall, penerjemah Helmy Mustofa : (1) Kecerdasan spiritual adalah
kecerdasan yang kita gunakan untuk membuat kebaikan, kebenaran,
keindahan, dan kasih sayang dalam kehidupan sehari-hari, keluarga,
organisasi, dan institusi. (2) Kecerdasan spiritual adalah cara kita
menggunakan makna, nilai, tujuan, dan motivasi itu dalam proses berpikir
dan pengambilan keputusan.
Zohar dan Marshall yang dikutip oleh Abdul Wahib Hasan
menyatakan dengan kalimat: “By SQ, I mean the intelligence with which
we address and solve problems of meaning and value, the intelligence
with which we can place our actions and our lives in a wider, richer,
meaning and-giving context, the intelligence with we can assess that one
course of action or one life-path is more meaningful than other.”
Selanjutnya menurut Marsha Sinetar menyatakan: kecerdasan spiritual
adalah pikiran yang mendapat inspirasi, dorongan, dan efektivitas yang
lebih baik.

3
4

Aribowo dan Irianto menyatakan: kecerdasan spiritual berarti


kemampuan kita untuk dapat mengenal dan memahami diri kita
sepenuhnya sebagai makhluk spiritual maupun sebagai bagian dari alam
semesta. Dengan memiliki kecerdasan spiritual berarti kita memahami
sepenuhnya makna dan hakikat kehidupan yang kita jalani. Melengkapi
pembahasan pengertian tentang kecerdasan spiritual menurut Ary
Ginanjar Agustian, kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk
memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui
langkah-langkah dan pemiran tauhidi (integralistik) serta berprinsip
karena Allah.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang dimiliki setiap manusia untuk
dapat memberikan makna, nilai dan tujuan dalam hidupnya serta
meningkatkan motivasi dalam bekerja sehingga selalu bersemangat karena
didasarkan bekerja bukanlah keterpaksaan melainkan suatu ibadah.
2.2 Aspek-Aspek Kecerdasan Spiritual
Berdasarkan teori Zohar dan Marshall (2021) dan Sinetar (2021),
aspek-aspek kecerdasan spiritual sebagai berikut:
1. Mempunyai kesadaran diri. Adanya tingkat kesadaran yang tinggi dan
mendalam sehingga bisa menyadari antuasi yang datang dan
menanggapinya.
2. Mempunyai visi. Ada pemahaman tentang tujuan hidupnya,
mempunyai kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai.
3. Fleksibel. Mampu bersikap fleksibel, menyesuaikan diri secara
spontan dan aktif untuk mencapai hasil yang baik, mempunyai
pandangan yang pragmatis (sesuai kegunaan) dan efisien tentang
realitas.
4. Berpandangan holistik. Melihat bahwa diri sendiri dan orang lain
saling terkait dan bisa melihat keterkaitan antara berbagai hal. Dapat
memandang kehidupan yang lebih besar sehingga mampu menghadapi
5

dan memanfaatkan serta melampaui, kesengsaraan dan rasa sehat serta


memandangnya sebagai suatu visi dan mencari makna dibaliknya.
5. Melakukan perubahan. Terbuka terhadap perbedaan, memiliki
kemudahan untuk bekerja melawan konvensi dan status quo, menjadi
orang yang bebas merdeka.
6. Sumber inspirasi. Mampu menjadi sumber inspirasi bagi orang lain,
mempunyai gagasangagasan yang segar dan aneh.
7. Refleksi diri, mempunyai kecenderungan apakah yang mendasar dan
pokok.

2.3 Contoh dalam kehidupan sehari-hari


1. Kesadaran Diri. Kesadaran bahwa saya, atau organisasi tempat saya
bergabung, pertama-tama mempunyai pusat internal, memberi makna
dan autentisitas pada proyek dan kegiatan saya.
2. Spontanitas. Istilah spontaneity berasal dari akar kata bahasa Latin
yang sama dengan istilah response dan responsibility. Menjadi sangat
spontan berarti sangat responsive terhadap momen, dan kemudian rela
dan sanggup untuk bertanggung jawab terhadapnya.
3. Terbimbing oleh visi dan nilai. Terbimbing oleh visi dan nilai berarti
bersikap idealistis, tidak egoistis, dan berdedikasi.
4. Holistik. Holistik adalah satu kemampuan untuk melihat satu
permasalahan dari setiap sisi dan melihat bahwa setiap persoalan punya
setidaknya dua sisi, dan biasanya lebih.
5. Kepedulian. Kepedulian merupakan sebuah kualitas dari empati yang
mendalam, bukan hanya mengetahui perasaan orang lain, tetapi juga
ikut merasakan apa yang mereka rasakan.
6. Merayakan Keberagaman. Menghargai orang lain dan pendapat-
pendapat yang bertentangan atas dasar perbedaan bukannya
meremehkan perbedaan-perbedaan itu.
6

7. Independensi Terhadap Lingkungan. Independensi terhadap lingkungan


berarti teguh, terfokus, tabah, berpikiran independent, kritis terhadap
diri sendiri, berdedikasi, dan berkomitmen.
8. Bertanya “mengapa”. Keingintahuan yang aktif dan kecendurungan
untuk mengajukan pertanyaan “mengapa” yang fundamental sangat
penting bagi segala macam kegiatan ilmiah, yang merupakan semangat
dan motivasi untuk meneliti secara terus menerus.
9. Membingkai Ulang. Orang atau organisasi yang bisa membingkai
ulang akan lebih visioner, sanggup merealisasikan masa depan yang
belum ada. Mereka terbuka terhadap kemungkinan-kemungkinan.
10. Pemanfaatan Positif atas Kemalangan. Orang yang mengambil manfaat
atas kemalangan, mereka setia pada proyek atau sebuah ide dan
memperjuangkannya, tidak peduli betapa sulit dan menderitanya
perjuangan itu.
11. Rendah Hati. Orang yang rendah hati tidak mementingkan ego, mereka
menyadari keberhasilan yang dicapai banyak bersandar pada prestasi
orang lain dan pada anugerah dan keberuntungan yang telah
dicurahkan.
12. Rasa Keterpanggilan. Rasa keterpanggilan adalah pasangan aktif dari
memiliki visi dan mewujudkan visi tersebut.
BAB 3. PENUTUP

1
2
3
3.1 Simpulan
. Menurut Zohar dan Marshall, penerjemah Helmy Mustofa : (1)
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang kita gunakan untuk membuat
kebaikan, kebenaran, keindahan, dan kasih sayang dalam kehidupan
sehari-hari, keluarga, organisasi, dan institusi. (2) Kecerdasan spiritual
adalah cara kita menggunakan makna, nilai, tujuan, dan motivasi itu dalam
proses berpikir dan pengambilan keputusan.
Aribowo dan Irianto menyatakan: kecerdasan spiritual berarti
kemampuan kita untuk dapat mengenal dan memahami diri kita
sepenuhnya sebagai makhluk spiritual maupun sebagai bagian dari alam
semesta. Dengan memiliki kecerdasan spiritual berarti kita memahami
sepenuhnya makna dan hakikat kehidupan yang kita jalani. Melengkapi
pembahasan pengertian tentang kecerdasan spiritual menurut Ary Ginanjar
Agustian, kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna
ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah-langkah dan
pemiran tauhidi (integralistik) serta berprinsip karena Allah.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang dimiliki setiap manusia untuk
dapat memberikan makna, nilai dan tujuan dalam hidupnya serta
meningkatkan motivasi dalam bekerja sehingga selalu bersemangat karena
didasarkan bekerja bukanlah keterpaksaan melainkan suatu ibadah.
Ciri-ciri kecerdasan spiritual sebagai berikut:
1. Mempunyai kesadaran diri.
2. Mempunyai visi.
3. Fleksibel.
4. Berpandangan holistik.

7
8

5. Melakukan perubahan.
6. Refleksi diri, mempunyai kecenderungan apakah yang mendasar dan
pokok.
Adapun manfaat kecerdasan spiritual tersebut sabagai berikut:
a. Menjadi lebih bijaksana.
b. Memiliki motivasi kerja yang tinggi.
c. Memiliki tanggung jawab yang baik.
d. Memiliki rasa keadilan dan tidak egois.
e. Memiliki kedisiplinan yang baik.
f. Bersifat integritas.
3.2 Saran

3
3.1
3.2
3.2.1 Saran Institusi
Diharapkan kampus UMPRI menyediakan berbagai referensi
buku tentang pengembangan kepribadian yang lebih banyak
sehingga bisa bermanfaat bagi mahasiswa.

3.2.2 Saran Mahasiswa


Mahasiswa diharapkan mampu memahami materi ini dengan
baik sehingga bisa diterapkan dalam kehidupan nyata.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa


Indonsia.
Ginanjar, Ary. 2021. Emotional Spiritual Quotient. Jakarta: Arga Wijaya
Persada.
Gunawan,Adi W. 2005. Born to Be a Genius. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada
Media Grouph.
Yusuf, Syamsu. 2012. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja.
Jakarta: Remaja Rosdakarya.
Zohar, Danah dan Ian Marshall. 2021. SQ Memanfaatkan Kecerdasan
Spiritual Dalam Berpikir Integralistik Dan Holistik Untuk Memaknai
Kehidupan. Bandung : Mizan Media Utamah.

Anda mungkin juga menyukai