Anda di halaman 1dari 17

ELECTRICITY DALAM BIOFISIKA

Disusun oleh :

Febriman Zendrato
15100025

Dosen Pengampu :
Mariana Br Surbakti, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya
sehingga Saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Electricity dalam
Biofisika”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata
kuliah Biofisika di Universitas HKBP Nommensen, Medan.
Fisika merupakan salah satu cabang ilmu alam yang mendasari perkembangan
teknologi sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam. Fisika juga memberikan pelajaran
yang sangat baik kepada manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam. Dengan
adanya penyusunan laporan tentang Electricity dalam Biofisika, kita dapat mengetahui
tentang keterkaitannya dengan ilmu kesehatan dan dalam kehidupan manusia.
Dalam penulisan makalah ini, masih banyak kekurangan yang dirasa baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki. Untuk itu, kritik dan
saran dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini
kedepannya. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 04 April 2018

Febriman Zendrato

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 1


DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 4
1.3 Tujuan ................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Biolistrik .............................................................................................. 5
2.2 Rumus atau Hukum dalam Biolistrik.....................................................................5
2.3 Macam-Macam Gelombang Arus Listrik............................................................ ..6
2.4 Kelistrikan dan Kemagnetan dalam Tubuh ...........................................................6
2.5 Isyarat Magnet Jantung dan Otak..........................................................................8
2.6 Penggunaan Listrik dan Magnet pada Tubuh........................................................9
2.7 Magnetik Blood Flow Water ............................................................................... 10
2.8 Syok Listrik ......................................................................................................... 10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................16

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Elektricity dalam biofisika (biolistrik) adalah listrik yang terdapat pada makhluk
hidup, tegangan listrik pada tubuh kita berbeda dengan apa yang kita bayangkan. Seperti
listrik di rumah tangga. Kelistrikan pada tubuh berkaitan dengan komposisi ion yang terdapat
dalam tubuh. Komposisi ion ekstra sel berbeda dengan komposisi ion intra sel. Pada ekstra sel
lebih banyak ion Na dan Cl2, sedangkan intra sel terdapat ion H dan anion protein.
Kelistrikan merupakan sesuatu yang biasa di gunakan dalam kehidupan sehari-hari
dan biasanya kita tidak terlalu banyak memikirkan hal tersebut. Walaupun pemakaian praktis
dari kelistrikan telah dikembangkan khususnya pada abad ke-20, penelitian dibidang
kelistrikan mempunyai sejarah yang panjang. Pengamatan terhadap gaya listrik dapat
ditelusuri sampai pada zaman Yunani kuno. Orang-orang Yunani telah mengamati bahwa
setelah batu amper digosok, batu tersebut akan menarik benda kecil seperti jerami atau bulu.
Kata listrik berasal dari bahasa Yunani untuk amper yaitu electron. Selama periode
hujan badai pada tahun 1786, Luigi Galvani menyentuh otot tungkai seekor katak dengan
menggunakan suatu metal, dan teramati bahwa otot katak tersebut berkontraksi. Dari
pengamatan tersebut, ia menyimpulkan bahwa aliran listrik akibat badai tersebut merambat
melalui saraf si katak sehingga otot-ototnya berkontraksi. Sel saraf menghantarkan impuls
dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain. Namun dengan mekanisme yang jauh
berbeda dengan hantaran aliran listrik pada suatu konduktor metal. Dalam rentang waktu yang
cukup lama, kita mengetahui implus dalam sistem saraf terdiri dari ion-ion yang mengalir
sepanjang sel-sel saraf lebih lambat dan kekuatannya lebih rendah (konduksinya ada atau
tidak sama sekali) dibandingkan konduksi pada metal.

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian Biolistrik
2. Rumus atau Hukum dalam Biolistrik
3. Macam-Macam Gelombang Arus Listrik
4. Kelistrikan dan Kemagnetan dalam Tubuh
5. Isyarat Magnet Jantung dan Otak
6. Penggunaan Listrik dan Magnet pada Tubuh
7. Magnetik Blood Flow Water
8. Syok Listrik

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Biolistrik
2. Mengetahui Rumus atau Hukum dalam Biolistrik
3. Mengetahui Macam-Macam Gelombang Arus Listrik
4. Mengetahui Kelistrikan dan Kemagnetan dalam Tubuh
5. Mengetahui Isyarat Magnet Jantung dan Otak
6. Mengetahui Penggunaan Listrik dan Magnet pada Tubuh
7. Mengetahui Magnetik Blood Flow Water
8. Mengetahui Syok Listrik

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Biolistrik


Biolistrik adalah energi yang dimiliki setiap manusia yang bersumber dari ATP
(Adenosine Tri Posphate) dimana ATP ini dihasilkan oleh salah satu energi yang bernama
mitchondria melalui proses respirasi sel. Biolistrik juga merupakan fenomena sel. Sel-sel
mampu menghasilkan potensial listrik yang merupakan lapisan tipis muatan positif pada
permukaan luar dan lapisan tipis muatan negatif pada permukaan dalam bidang
batas/membran. Kemampuan sel syaraf (neurons) menghantarkan isyarat biolistrik sangat
penting.
Transmisi sinyal biolistrik (TSB) mempunyai sebuah alat yang dinamakan dendries
yang berfungsi mentransmsikan isyarat dari sensor ke neuron. Stimulus untuk mentringer
neuron dapat berupa tekanan, perubahan temperatur, dan isyarat listrik dari neuron lain.
Aktifitasi bolistrik pada suatu otot dapat menyebar ke seluruh tubuh seperti gelombang pada
permukaan air.
Pengamatan pulsa listrik tersebut dapat dilakukan dengan memasang beberapa
elektroda pada permukaan kulit. Hasil rekaman isyarat listrik dari jantung (Electrocardiogran-
ECG) diganti untuk diagnosa kesehatan. Seperti halnya pada ECG, aktivitasi otak dapat
dimonitor dengan memasang beberapa elektroda pada posisi tertentu. Isyarat listrik yang
dihasilkan dapat untuk mendiagnosa gejala epilepsy, tumor, geger otak dan kelainan otak
lainya.

2.2 Rumus atau Hukum dalam Biolistrik


Ada beberapa rumus atau hukum yang berkaitan dengan biolistrik antara lain.
1. Hukum Ohm
Perbedaan potensial antara ujung konduktor berbanding langsung dengan arus yang
melewati, berbanding terbalik dengan tahanan dari konduktor.
Hukum Ohm ini dapat dinyatakan dalam rumus:
𝑉
𝑅=
𝐼
Keterangan: R = Hambatan (Ω)
I = Kuat arus (A)
V = Tegangan (Volt)

5
2. Hukum Joule
Arus listrik melewati konduktor dengan perbedaan tegangan (V) dalam waktu tertentu
akan menimbulkan panas. Hukum ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
𝑉.𝐼.𝑇
𝐻 (𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒) = 3

Keterangan : V = Tegangan dalam Voltage


I = Arus dalam Ampere
T = Waktu dalam detik
J = Joule = 0.239 Kal

2.3 Macam-Macam Gelombang Arus Listrik


1. Arus bolak-balik/sinusoidal
2. Arus setengah gelombang
3. Arus searah penuh tapi masih mengandung ripple/desir
4. Arus searah murni
5. Faradik
6. Surged faradic/sentakan sinusoidal
7. Surged sinusoidal/sentakan sinusoidal
8. Galvanik yang interuptus
9. Arus gigi gergaji

2.4 Kelistrikan dan Kemagnetan dalam Tubuh


a. Sistem Saraf dan Neuron
Sistem saraf dibagi dalam 2 bagian yaitu:
1. Sistem Saraf Pusat
Terdiri dari otak, medulla spinalis dan saraf perifer. Saraf perifer ini adalah serat saraf
yang mengirim informasi sensoris ke otak atau ke medulla spinalis disebut saraf affren,
sedangkan serat saraf yang menghantarkan informasi dari otak atau medulla spinalis ke otot
atau medulla spinalis ke otot serta kelenjar disebut saraf efferen.

2. Sistem Saraf Otonom


Serat saraf ini mengatur organ dalam tubuh. Misalnya jantung, usus dan kelenjar-
kelenjar. Pengontrolan ini dilakukan secara tidak sadar. Otak berhubungan langsung dengan
medulla spinalis, keduanya diliputi cairan serebro spinalis dan dilindungi tulang tengkorak

6
serta tulang vertebralis (columna vertebralis). Berat otak 1500 gram dan hanya 50 gram yang
efektif.
Struktur dasar dari sistem saraf disebut neuron/sel saraf. Suatu sel saraf mempunyai fungsi
menerima, interpretasi dan menghantarkan aliran listrik.

b. Kelistrikan Saraf
Kalau ditinjau besar kecilnya serat saraf maka serat saraf dapat di bagi dalam 3 bagian
yaitu serat saraf tipe A, B, dan C. dengan mempergunakan mikroskop elektron, serat saraf
dibagi dalam 2 tipe: yakni serat saraf bermielin dan serat saraf tanpa myelin. Saraf bermielin
banyak terdapat pada manusia. Myelin merupakan suatu insulator (isolasi) makin menurun
apabila melewati serat saraf yang bermielin.
Kecepatan aliran listrik pada serat saraf yang berdiameter yang sama dan panjang yang
sama sangat tergantung kepada lapisan mielin ini. Akson tanpa mielin (diameter 1 mm)
mempunyai kecepatan 20-50 m/detik. Serat saraf bermielin pada diameter 10 µm mempunyai
100 m/detik. Pada serat saraf bermielin aliran sinyal dapat meloncat dari suatu simpul ke
simpul yang lain.
Suatu saraf atau neuron membrane otot-otot pada keadaan istirahat (tidak adanya proses
konduksi implus listrik), konsentrasi ion Na+ lebih banyak diluar sel dari pada di dalam sel, di
dalam sel akan lebih negatif dibandingkan dengan di luar sel.
Apabila potensial diukur dengan galvanometer akan mencapai -90 m Volt, membran sel
ini disebut dalam keadaan polarisasi, dengan potensial membran istirahat -90 m Volt.

c. Perambatan Potensial Aksi


Potensial aksi terjadi apabila suatu daerah membran saraf atau otot mendapat rangsangan
mencapai nilai ambang. Potensial aksi itu sendiri mempunyai kemampuan untuk merangsang
daerah sekitar sel membran untuk mencapai aksi kesegala jurusan sel membran, keadaan ini
disebut perambatan potensial aksi atau gelombang depolarisasi.
Setelah timbul potensial aksi, sel membran akan mengalami repolarisasi sel membran
disebut suatu tingkat refrakter. Tingkat refrakter dibagi dalam 2 fase:
1. Periode Refrakter Absolut
Selama periode ini tidak ada rangsangan, tidak ada unsur kekuatan untuk
menghasilkan aksi yang lain.
2. Periode Refrakter Relatif

7
Setelah sel membran mendekati repolarisasi seluruhnya maka dari periode refrakter
absolute akan menjadi periode refrakter relatif, dan apabila ada stimulus/rangsangan yang
kuat secara normal akan menghasilkan potensial aksi yang baru.
Sel membrane setelah mencapai potensial membran istirahat, sel membran tersebut
telah siap untuk menghantarkan implus yang lain. Gelombang depolarisasi setelah mencapai
ujung dari saraf atau setelah terjadi depolarisasi seluruhnya, gelombang tersebut akan berhenti
dan tidak pernah aliran balik kearah mulainya datang rangsangan.

d. Kelistrikan pada Sinapsis dan Neuron


Hubungan antara dua buah saraf disebut sinapsi, berakhirnya saraf pada sel
otot/hubungan saraf otot disebut neuromyal junction. Baik sinapsis maupun neuromyal
junction mempunyai kemampuan meneruskan gelombang depolarisasi dengan cara lompat
dari satu sel ke sel yang berikutnya. Gelombang depolarisasi ini penting pada sel membran
otot, oleh karena pada waktu terjadi depolarisasi. Zat kimia yang terdapat pada otot akan
tringger/bergetar/berdenyut menyebabkan kontraksi otot dan setelah itu akan terjadi
repolarisasi sel otot dimana otot akan mengalami reaksi.

2.5 Isyarat Magnet Jantung dan Otak


Mengalirnya aliran listrik akan menimbulkan medan magnet. Medan magnet sekitar
jantung disebabkan adanya aliran listrik jantung yang mengalami depolarisasi dan
repolarisasi. Pencatatan medan magnet disebut magnetoksdiogram. Besar medan magnet
sekitar jantung adalah sekitar 5 x 10-11 T (Tesla) atau sekitar 10-5 medan magnet bumi.
Hubungan Tesla (T) dengan Gauss dapat dinyatakan:

1 T = 104 Gauss

Untuk mengukur medan magnet dari suatu besaran benda diperlukan suatu ruang yang
terlindung dan sangat peka terhadap detektor medan magnet (magnetometer). Detektor yang
dipergunakan yaitu SQUID ( Superconding Quantum Interference Device) yang bekerja pada
suhu 5 K, dan dapat mendeteksi medan magnet yang disebabkan arus searah atau arus bolak-
balik. Ada 2 alat untuk mencatat medan magnet ini antara lain:

1) Magnetokardiografi (MKG)
MKG memberi informasi jantung tanpa mempergunakan elektroda yang
didekatkan/ditempelkan pada badan, tidak seperti halnya pada waktu melakukan EKG.
Pencatatan dilakukan di daerah badan dengan jarak 5 cm. lokasi rekaman diberi kode B, D, F,
8
H, I, J, L (vertical). Horizontal dilakukan perekaman 5-6 kali dibubuhi huruf I dan ditandai
dengan angka (1, 3, 5, 9).
Informasi yang diperlukan pada MKG tidak dapat dipakai sebagai EKG oleh karena
dalam pengukuran medan magnet mempergunakan arus searah yang mengenai otot dan saraf.
Perekaman MCG akan memberi informasi yang berguna dalam diagnosis apabila dikerjakan
pada waktu jantung mengalami serangan oleh karena pada saat ini dipergunakan arus listrik.

2) Magnetoensefalogram (MEG)
MEG yaitu pencatatan medan magnet sekeliling otak dengan mempergunakan arus
searah. Alat yang adalah SQUID magnetometer. Pada ritme α, medan magnet berkisar 1 x 10-
13
T.

2.6 Penggunaan Listrik dan Magnet pada Tubuh


Pada tahun 1890 Jacques A.D. Arsonval telah menggunakan listrik berfrekuensi rendah
untuk menimbulkan efek panas. Tahun 1992 telah pula menggunakan listrik dengan frekuensi
30 MHz untuk memanaskan yang disebut “Short Wave Diaththermy”. Pada 1950 sudah
diperkenalkan penggunaan gelombang mikro dengan frekuensi 2450 MHz untuk keperluan
diathermi dan pemakain radar.
Sesuai dengan efek yang ditimbulkan oleh listrik, maka arus listrik di bagi dalam 2
bentuk:
a. Listrik Berfrekuensi Rendah
Batas frekuensi antara 20 Hz sampai dengan 500.000 Hz, frekuensi rendah ini
mempunyai efek merangsang saraf dan otot sehingga terjadi kontraksi otot. Untuk pemakain
dalam jantung waktu singkat dan bersifat merangsang persarafan otot, maka dipakai arus
faradic. Sedangkan untuk jangka waktu lama dan bertujuan merangsang otot yang telah
kehilangan persarafan maka dipakai arus listrik yang intereptur/terputus-putus atau arus DC
yang telah dimodifikasi.
Selain arus DC ada pula menggunakan arus AC dengan frekuensi 50 Hz arus AC ini
serupa dengan arus DC, mempunyai kemampuan antara lain merangsang saraf sensorik,
merangsang saraf motoris, dan efek kontraksi otot.

b. Listrik Berfrekuensi Tinggi


Yang tergolong berfrekuensi tinggi adalah frekuensi arus listrik diatas 500.000 siklus
perdetik (500.000 Hz). Listrik berfrekuensi tidak mempunyai sifat merangsang saraf motoris
atau saraf sensoris, kecuali dilakukan rangsangan dengan pengulangan yang lama. Frekuensi
9
sifat ini maka frekuensi tinggi digunakan dalam bidang kedokteran di bagi menjadi 2 bagian
yaitu:
1. Short Wave Diathermy ( Diatermi Gelombang Pendek)
2. Mikro Wave Diathermy ( Diatermi Gelombang Mikro)

2.7 Magnetik Blood Flow Water


Alat pengukur aliran darah magnetis berdasarkan atas prinsip induksi magnetis.
Apabila suatu konduktor listrik digerakkan dalam medan magnet akan menghasilkan suatu
tegangan yang sebanding dengan kecepatan gerakan (hukum Faraday). Prinsip yang sama
pula dipergunakan disini yaitu apabila konduktor bukan suatu melainkan pipa konduksi yang
ditempati pada medan magnet dan dilewati zat cair.
Apabila darah melewati pipa konduksi tersebut, dengan rata-rata kecepatan v melewati
medan magnet B maka tegangan yang dihasilkan antara elektroda dinyatakan:
V= B.d.v

Keterangan : V = Tegangan (Volt)


B = Kuat Medan Magnet (Gauss)
D = Diameter pembuluh darah
v = Kecepatan (m/s)

Jumlah zat cair/darah dapat pula dihitung yaitu :


𝜋2𝑑 𝑉
𝑄= 𝑥
4 𝐵. 𝑑
Q = Kecepatan x Luas Penampang

2.8 Syok Listrik


Syok listrik atau kejutan adalah suatu nyeri pada syaraf sensorik yang diakibatkan
aliran listrik yang mengalir secara tiba-tiba melalui tubuh. Kejadian syok listrik merupakan
kejadian yang timbul secara kebetulan. Bahaya syok listrik sangat besar, tubuh penderita akan
mengalami ventricular fibrillon, kemudian diikiuti dengan kematian. Oleh karena itu, perlu
diketahui perubahan-perubahan yang timbul akibat syok listrik, metoda pengamanan sehingga
bahaya syok dapat dihindari.
Dalam bidang kedokteran ada 2 macam syok listrik antara lain :
1. Syok dengan Tujuan Tertentu

10
Syok listrik ini dilakukan atas dasar indikasi medis. Dalam bidang psiaktri dikenal
dengan nama “Electric Convultion Teraphy”

2. Syok tanpa Tujuan Tertentu


Timbulnya syok ini diakibatkan dari suatu kecelakaan. Faktor-faktor yang
menyokong sehinggga timbulnya syok ini listrik ini :
a. Peralatan
 Petunjuk penggunaan alat-alat yang kurang jelas
 Prosedur testing secara teratur tidak atau kurang jelas
 Peralatan ECG yang lama tanpa menggunakan transformator
b. Perorangan
 Petugas-petugas yang kurang latihan
 Kurang pengertian akan kelistrikan maupun bahaya-bahaya yang ditimbulkan
 Kurang pengertian tetang cara-cara proteksi bagi petugas sendiri maupun penderita
Syok yang timbul dari suatu kecelakaan ini dikenal dengan “Earth Syok”.
Berdasarkan besar kecilnya tegangan “Earth Syok” dapat di bagi menjadi 2 :
1. Low tension shock (syok tegangan rendah), dan
2. High tension shock (syok tegangan tinggi)
Syok semakin serius apabila arus yang melewati tubuh semakin besar. Menurut
hukum Ohm intensitas arus listrik tergantung kepada tegangan dan tahanan yang ada. (I =
V/R) berarti tegangan penting dalam menentukan beberapa arus yang dapat dilewati oleh
tahanan yang diberikan oleh tubuh. Disamping itu ada pula parameter-parameter lain yang
turut berperan mempengaruhi tingkat syok.
1. Dari Sudut Arus
a. Seseorang akan menderita syok lebih serius pada tegangan 220 volt dari pada
tegangan 80 volt. Oleh karena, kuat arus pada tegangan 220 volt lebih besar dari
pada tegangan 80 volt jika (R) sama.
b. Basah atau tidaknya kulit penderita
c. Basah tidaknya lantai
2. Dari Sudut Parameter-Parameter lainnya :
a. Jenis kelamin
b. Frekuensi AC
c. Durasi
d. Berat badan
e. Jalan yang ditempuh arus
11
Oleh karena bahaya syok sangat besar, dapat mengakibatkan kematian sehingga
dipandang perlu untuk melakukan tindakan pencegahan yang meliputi alat-alat yang
dipergunakan

Hukum-Hukum Biolistrik
a. Besaran Pokok
Medan Listrik
Medan listrik merupakan ruangan disekitar benda bermuatan listrik yang mengalami
gaya tarik atau tolak.
Jika suatu benda yang bermuatan listrik diletakan di suatu ruangan, maka ruangan
tersebut terdapat medan listrik. Jika benda lain yang bermuatan listrik di ruangan tersebut
maka kedua benda akan mengalami gaya.

Gaya Tolak
P

Q Gaya Tarik

Kuat medan listrik pada lokasi dimana muatan uji berada kita defenisikan sebagai
besar gaya coloumb (gaya listrik) yang bekerja pada muatan uji dibagi dengan besar muatan
uji.
𝐹
𝐸= E = Kuat Medan Listrik (N/C)
𝑄𝑜

F = Gaya Coloumb (N)


Qo = Besar Muatan Listrik (C)
Menurut Hukum Coloumb besar gaya coloumb yang bekerja pada muatan uji :
𝑄1 𝑄2 𝑄1
𝐹=𝑘 berarti 𝐸 = 𝑘
𝑟2 𝑟2
k = Tetapan Coulomb (9 x 109 Nm2/C2)
r = Jarak antara dua muatan (m)
Q = Muatan listrik pada sumber medan (C)

12
Arus listrik
Muatan listrik adalah sejumlah muatan yang mengalir melalui suatu penampung kawat
dalam setiap sekon ketika arus satu ampere melalui kawat itu. Hubungan muatan elementer p
dengan coloumb adalah
1 p = 1,60 x 10-19C
Sifat-sifat muatan listrik :
a. Muatan listrik digolongkan menjadi 2 jenis yaitu muatan positif dan muatan negatif.
b. Muatan listrik sejenis tolak-menolak dan muatan listrik tak sejenis tarik-menarik.

Potensial Listrik
Potensial listrik adalah perubahan energi potensial persatuan muatan ketika sebuah
muatan diuji dipindahkan diantara dua titik.
Untuk mengatur potensial listrik digunakan alat ukur voltmeter. Voltmeter harus
dipasang paralel dengan sumber listrik atau peralatan listrik yang akan diukur beda potensial
atau tegangannya.
𝑄
𝑉=𝑘
𝑟
V = Potensial listrik (Joule)
k = Tetapan (9 x 109 Nm2/C2)
q = Muatan listrik (C)
r = Jarak antara dua muatan (m)

Daya Listrik
Daya listrik adalah kecepatan melakukan usaha/kerja persatuan waktu.
𝑈𝑠𝑎ℎ𝑎 𝑊
𝐷𝑎𝑦𝑎 = → 𝑃=
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡
P = Daya (watt)
W = Usaha (J)
t = Waktu (s)

13
b. Harga efektif arus dan potensial listrik
Arus listrik mengalir diantara dua titik pada penghantar jika ada beda potensial antara
dua titik. Oleh karena itu pada tahun 1826 George Simon Ohm menyelidiki hubungan arus
dan potensial listrik, beda potensial sebanding dengan kuat arus dan berbanding balik dengan
hambatan penghantar .
Hukum Ohm :
𝑉 = 𝐼𝑅
V = Beda potensial (v)
R = Hambatan (Ω)
I = Kuat arus (A)

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Electricity dalam biofisika adalah listrik yang terdapat pada makhluk hidup, tegangan
listrik pada tubuh berbeda dengan yang kita bayangkan seperti listrik di rumah tangga.
Kelistrikan pada tubuh berkaitan dengan komposisi ion yang terdapat dalam tubuh.
Kelistrikan dan kemagnetan didalam tubuh sangat berpengaruh pada sistem saraf. Sistem
saraf di dalam tubuh mempunyai listrik.

15
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document_downloads/direct/24110660?extension=doc&ft=15229289
04&lt=1522932514&user_id=307702731&uahk=ovx9hKNYd_VXi3G8Z43e_pEjdBs
https://www.convertworld.com/id/medan-magnet/tesla.html
https://www.slideshare.net/aalhardian/makalah-biolistrik

16

Anda mungkin juga menyukai