Anda di halaman 1dari 3

Refleksi Pembinaan Guru di Indonesia

Oleh : Febriman Zendrato


Jumlah penduduk dunia dewasa ini hampir 6 milyar orang dan dari jumlah itu sekitar
53 jutaan orang termasuk dalam kelompok profesi guru. Di Indonesia sendiri menurut Badan
Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, populasi penduduk sekitar 237 jutaan orang dan dari
jumlah itu terdapat tidak kurang dari 2,3 juta guru sendiri (Suparlan, 2006:112). Ironisnya,
dengan jumlah tersebut mutu pendidikan kita sampai sekarang masih terkesan jalan
ditempat saja dibandingkan dengan negara tetangga kita. Hal ini sungguh jauh dari yang
diharapkan terlebih apa yang diwacanakan (rencana) setiap tanggal 25 November (HUT
PGRI) yang seakan berbeda jalan dengan kenyataan. Indikatornya dapat kita lihat sendiri dari
rendahnya daya saing para lulusan kita. Artinya, para lulusan hanya menambah kompleksnya
masalah penggangguran. Indikator lainnya termasuk perilaku anak didik yang kian
memprihatinkan walaupun itu tidak semua.
Beberapa catatan kritis tentang pembinaan dan kompetensi guru di Indonesia dikutip
dalam buku Guru Sebagai Profesi karangan Drs. Suparlan, M.Ed antara lain:
Pertama, berkaitan dengan proses seleksi calon guru di Indonesia yang selama
beberapa dekade terakhir masih meninggalkan catatan negatif dimana tidak adanya
transparansi dan kejujuran serta adanya nepotisme dalam prakteknya.
Kedua, kelemahan manajemen yakni kurangnya koordinasi dan sinkronisasi
antar institusi dalam penyiapan calon guru serta seleksi. Antara pihak penghasil calon
guru dengan pihak pengguna (Disdik) serta stakeholder yang kurang sinkron secara
mendalam baik dalam proses recruitment maupun program internship berupa off campus
teaching.
Ketiga, sudah waktunya career development di Indonesia disusun dengan
komprehensif, termasuk kemungkinan perubahan karir bila diperlukan. Konon ada
pameo yang menyatakan bahwa untuk menjadi kepala sekolah tergantung kepada tangan
bupati/walikota melalui kepala dinasnya dan bukan ditentukan oleh standar yang jelas,
sungguh ironis memang.
Kemudian terkait masalah inspektorat atau pengawasan terhadap guru, kebanyakan
menimbulkan ketimpangan karena para pengawas yang notabene kebanyakan berasal dari
dinas yang diawasinya. Hal ini memicu adanya ketidakjujuran dalam penilaian terhadap
kinerja guru serta dinas terkait di lapangan. Menurut Saya, seharusnya institusi/lembaga
penilai/pengawas tersebut terpisah dan tidak ada kaitannya baik secara atasan-bawahan
dengan institusi yang diawasinya. Tetapi, oknum yang direkrut menjadi pengawas tersebut
haruslah berasal dari guru itu sendiri, sangat aneh jika seorang pengawas yang tugasnya
mengawasi dan membina guru tetapi ia tidak pernah menjadi guru sendiri, rasanya ibarat
penjahit mengajari koki memasak.
Berkaca dari sistem pendidikan di Finlandia, pembinaan keprofesionalan guru menjadi
prioritas utama, bahkan profesi guru disana merupakan profesi yang sangat dihormati. Hal ini
sejalan bahwa guru yang memiliki kesiapan secara kapasitas dan kapabilitas akan dapat
melahirkan generasi yang kompetitif. Jangan pernah berharap melahirkan pendidikan dan
generasi yang hebat tanpa ditunjang oleh pembinaan guru itu sendiri. Saya yakin bahwa guru
di Indonesia memiliki niatan dan tujuan yang baik terhadap pendidikan kita saat ini, namun
niat tanpa pengembangan keprofesionalan tidaklah cukup.
Pembinaan guru melalui pelatihan ataupun seminar yang banyak diadakan masih
perlu disempurnakan. Pasalnya, setelah kegiatan ini selesai seolah proyek selesai juga.
Seharusnya ada tindak lanjut setelah itu seperti adanya pemantauan/pembinaan di sekolah
yang dilatihkan, baik terhadap sekolah maupun guru sendiri selama beberapa bulan oleh
instruktur/pengawas terkait untuk memantau bagaimana kinerja serta juga untuk
mengevaluasi pelatihan yang sudah dilaksanakan apakah efektif ataupun tidak.
Dari beberapa isu kritis di atas, diperlukan suatu pembinaan terhadap guru jika kita
ingin wajah pendidikan kita sedikit berubah. Pembinaan keprofesionalan guru tersebut dapat
dilakukan dengan beberapa kegiatan berikut (Suparlan, 2005:182):
1. Peningkatan kualifikasi melalui jenjang pendidikan formal.
2. Peningkatan kompetensi melalui pendidikan dan pelatihan yang sistematis dan
berkelanjutan.
3. Peningkatan kompetensi melalui kegiatan yang dirancang oleh organisasi profesi.
4. Belajar mandiri.
Perlu digarisbawahi bahwa pembinaan terhadap guru juga harus dibarengi dengan
pembinaan kesejahteraan guru itu sendiri baik soal gaji, penghargaan, dan insetif (allowance).
Karena memang pengaruh antara kesejahteraan guru dan motivasi/profesionalisme seorang
guru sangat bertalian erat sehingga perlu dikaji lebih lanjut oleh pihak yang terkait tentunya
dengan penetapan sesuai standar nilai-norma dan regulasi yang berlaku. Terakhir yang tidak
kalah pentingnya menurut pemikiran Saya adalah agar mutu guru dapat terjamin, maka perlu
diupayakan pembinaan guru secara terpadu baik itu melalui preserve education (kegiatan
pendidikan di lembaga pendidikan), inservice training (pendidikan dan pelatihan), dan on the
job training (pendidikan dalam jabatan).
Tentunya kita menaruh harapan besar di tangan para guru untuk meningkatkan wajah
pendidikan kita karena guru memiliki posisi yang sentral dan strategis. Posisi guru tidak
dapat digantikan oleh siapapun dan oleh apapun bahkan dengan kemajuan teknologi itu
sendiri sehingga diperlukan guru-guru yang memang terampil dan berkualitas, tentunya
dengan pembinaan yang juga mumpuni. Oleh karena itu, kaidah berilah aku hakim dan jaksa
yang baik, yang dengan undang-undang yang kurang baik sekalipun akan dapat menghasilkan
keputusan pengadilan yang baik yang jika dianalogikan dengan guru menjadi berilah aku
guru yang baik, yang dengan kurikulum yang kurang baik sekalipun akan dapat menghasilkan
lulusan yang baik.

Pustaka
Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat Publishing.
Suparlan. 2006. Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing.
Bana, Tri. 2009. Pembinaan Guru dan Mutu Pendidikan, (Online),
(http://tribana.blogspot.com/2009/01/pembinaan-guru-dan-mutu-pendidikan.html?m=1,
diakses 2 April 2017).
Budiman, William. 2014. Berkaca dari Finlandia, Penghasil Sistem Pendidikan Terbaik Dunia,
(Online), (http://williambudiman.com/2014/05/13/berkaca-dari-finlandia-penghasil-
sistem-pendidikan-terbaik-dunia/, diakses tanggal 2 April 2017).
Prihantoro, FX Triyas Hadi. 2015. Opini: Mendambakan Guru Mulia, (Online),
(http://joglosemar.co/2015/11/opini-mendambakan-guru-mulia.html, diakses tanggal 2
April 2017).
www.bps.go.id/

Anda mungkin juga menyukai