Anda di halaman 1dari 7

Nama : Elsa Mahdalena

NIM : 20211101007

Jurusan : PGSD

Matkul : Pengantar Ilmu Pendidikan

TUGAS SESI 14
1.Telusurilah dan cermati minimal 3 (tiga) referensi mengenai kesejawatan (Peer coaching) bagi guru-
guru dalam mengembangkan profesionalnnya. Tuliskan tautannya!

 Pengembangan Profesi Guru Di Indonesia


https://rise.smeru.or.id/id/blog/pengembangan-profesionalisme-guru-dalam-empat-dekade-
terakhir-di-indonesia-satu-langkah-maju

 pengembangan profesi guru dalam meningkatkan kinerja guru


https://media.neliti.com/media/publications/287686-strategi-peningkatan-kinerja-guru-yang-p-
42eee1c7.pdf

 pengembangan profesi guru paud


https://media.neliti.com/media/publications/259919-pengembangan-profesional-
berkelanjutan-b-fff471aa.pdf

2.
Guru merupakan elemen penting dalam keberhasilan Pendidikan. Oleh karena itu,
untuk menjadi seorang guru wajib memenuhi kualifikasi yang wajib dimiliki oleh seorang
guru. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru
dan Dosen pasal 10, yang diatur kemudian dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Guru, menyatakan bahwa ada empat kompetensi yang harus dimiliki guru. 1.
Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan atau keterampilan seorang guru mengelola proses
pembelajaran atau interaksi belajar mengajar dengan siswa.

2. Kompetensi Kepribadian berkaitan dengan karakter personal guru yang mencerminkan


kepribadian positif yaitu: supel, sabar, disiplin, jujur, rendah hati, berwibawa, santun, empati,
ikhlas, berakhlak mulia, bertindak sesuai norma sosial & hukum, dan lain sebagainya.

3. Kompetensi profesional guru adalah Sejauh mana seorang guru menguasai materi pelajaran
yang diampu, berikut struktur, konsep, dan pola pikir keilmuannya.
4. Kompetensi sosial berkaitan dengan keterampilan berkomunikasi, bersikap dan berinteraksi
secara umum, baik itu dengan peserta didik, sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua siswa,
hingga masyarakat secara luas.

Hal yang perlu dibutuhkan untuk pengembangan profesionalisme guru adalah program
pengembangan profesionalisme guru. Untuk itu, Guru pintar harus tahu cara meningkatkan
profesionalisme guru. Cara meningkatkan profesionalisme guru dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Upaya meningkatkan profesionalisme guru harus didukung banyak pihak seperti:
pemerintah, instansi tempat Guru pintar mengajar, dan diri Guru pintar sendiri. Berikut ini adalah
enam cara meningkatkan profesionalisme guru:

1. Melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi


Salah satu upaya pemerintah meningkatkan profesionalisme guru adalah dengan kualifikasi dan
persyaratan jenjang pendidikan yang lebih tinggi bagi tenaga pengajar mulai tingkat
persekolahan sampai perguruan tinggi. Pemerintah juga mengadakan program-program sehingga
guru memiliki akuntabilitas yang memadai untuk menjalankan perang dan fungsinya dalam
mendidik siswa.

2. Aktif mengikuti kegiatan KKG (Kelompok Kerja Guru)


dan Komunitas Guru
Strategi pengembangan profesi guru dapat dilakukan dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang
bertujuan untuk meng-upgrade kemampuan dan keterampilan guru. Untuk mendapatkan
inspirasi tidak harus belajar dari seorang profesor atau orang yang memiliki gelar lebih tinggi
dari kita. Justru belajar dari sesama guru yang sudah berhasil mempraktikkan strategi atau
terobosan besar adalah pembelajaran sangatlah penting karena tidak hanya sekedar teori saja.

3. Mengikuti pelatihan yang mendukung kualitas


pembelajaran
Pembinaan dan pengembangan profesi guru dapat dilakukan dengan mengikuti pelatihan-
pelatihan. Saat ini banyak sekali pelatihan-pelatihan yang ditujukan untuk meningkatkan
profesionalitas guru baik secara online maupun offline. Guru pintar dapat mengikuti berbagai
pelatihan yang mengajarkan berbagai keterampilan untuk menunjang pembelajaran seperti
pelatihan IT, menggambar, coding, dan lain sebagainya. Jadi untuk menjadi guru yang
professional Guru pintar tidak melulu belajar tentang strategi pembelajaran tetapi harus
diimbangi dengan keterampilan lainnya juga.

4. Banyak Membaca
Buku adalah salah satu sumber belajar tidak hanya bagi siswa, tetapi bagi guru juga. Jangan
sampai Guru pintar hanya menyuruh siswa untuk gemar membaca tanpa memberikan teladan
pada mereka. Guru pintar dapat membaca buku-buku yang mengandung pengetahuan seputar
konten pelajaran, kompetensi pedagogik, cara berkomunikasi, dan lain sebagainya. Sumber
bacaan dapat berasal dari perpustakaan sekolah, koleksi pribadi, artikel, dan juga buku digital
yang dapat diakses dengan internet.

5. Peer Observation and Evaluation


Bentuk kegiatan yang dapat meningkatkan kompetensi guru adalah melalui kegiatan peer
observation and evaluation. Guru pintar tidak perlu malu meminta masukan dari rekan sejawat
tentang cara mengajar, media yang Guru pintar buat, dan juga penilaian yang Guru pintar
laksanakan. Jika ada rekan yang dianggap memiliki keterampilan atau pengetahuan lebih, jangan
segan untuk meminta izin melakukan observasi atau bertanya.

6. Membuat Karya Tulis


Hal yang perlu dibutuhkan guru agar berkembang selain mengikuti seminar, membaca buku, dan
bertanya pada orang lain adalah dengan membuat karya tulis. Sebagai seorang guru, Guru pintar
sangat dianjurkan untuk banyak menulis, terutama mengenai tema pendidikan dan pengajaran.
Hasil karya tulisan Guru pintar yang berupa penelitian, artikel, jurnal, atau praktik baik
pengajaran dapat dijadikan dokumentasi atas apa saja yang telah guru pintar lakukan dan juga
salah satu metode untuk meningkatkan kemampuan Guru pintar dalam menuangkan konsep-
konsep dan gagasan. Tanpa Guru pintar sadari karya tulis yang Guru pintar hasilkan dapat
dijadikan portofolio atau bahkan menjadi sumber inspirasi bagi guru-guru lainnya.

Guru pintar, keenam langkah cara meningkatkan kompetensi profesional guru di atas tidak akan
berhasil tanpa kemauan dan komitmen yang kuat. Jangan bosan memotivasi diri sendiri untuk
menjadi seorang guru yang lebih baik lagi. Membangun pendidikan nasional, dibutuhkan guru
(pendidik) dengan standar mutu kompetensi dan terjaminnya profesionalisme. Dibutuhkan pembinaan
yang kontinuitas, efektif, dan efisien dalam memenuhi jumlah guru profesional sebagai penggerak
kemajuan pendidikan nasional. Harapan tersebut perlu ditopang oleh elemen terkait denga guru.
Elemen tersebut bisa disesuaikan demi menciptakan sistem yang bekerja untuk pembentukan guru
profesional. Selaras dengan kebijakan pemerintah, lewat pasal 7 UU No. 14 Tahun 2005, bahwa
pemberdayaan profesi guru dilakukan lewat pengembangan diri secara demokratis, adil, tidak
diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai
kultural, kemajemukan bangsa dan kode etik profesi. Juga pada pasal 20, guru dalam bertugas secara
profesional wajib meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetenesi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan , teknologi, dan seni (Getteng, 2012:98-
105). Pendidikan di suatu Negara memiliki peran yang penting untuk pembangunan bangsa. Pendidikan
merupakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan sekelompok orang yang di
turunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.
Tuinamuana (dalam Sri Utami 2019) mengemukakan Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat
mengagumkan. Hal ini di buktikan dengan data UNESCO, berdasarkan data UNESCO dalam Global
Education Monitoring (GEM) Report 2016, Indonesia menempati peringkat ke -10 dari 14 negara
berkembang, sedangkan kualitas guru Indonesia menempati urutan ke -14 dari 14 negara berkembang
(Yunus:2017). Hal serupa juga dikemukakan oleh sebuah situs berjudul Youth Corps Indonesia yang
mencatat bahwa Indonesia menempati peringkat 62 dari 72 negara. Sungguh sebuah ironi dimana
anggaran pendidikan besar namun kualitas pendidikan masi jauh dari memadai. Menteri keuangan
Republik Indonesia pada bulan Juli 2018, menyatakan bahwa tunjangan guru dalam bentuk dana
sertifikasi tidak mencerminkan kualitas pendidik. Hal tersebut diperparah dengan hasil Uji Kompetensi
Guru (UKG) yang menunjukan bahwa nilai rata-rata nasional berada di angka 56.68. dari 34 provinsi
hanya 10 provinsi yang berhasil mencapai batas rata-rata, sisanya sekitar 75% masi dibawah rata-rata.
Dari hal itu dapat di lihat bahwa indeks dan kualitas pendidikan di Indonesia yang kurang, masalah yang
serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya kualitas pendidikan di
berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah. Salah satunya faktor kualitas pengajar
yang masih kurang, yang kedua adalah sistem pendidikan yang kurang baik dalam waktu pembelajaran,
dan yang ketiga adalah biaya pendidikan yang mahal. Dari beberapa faktor tersebut, ada beberapa solusi
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Yang pertama adalah
meningkatkan kualitas guru di Indonesia, dan yang kedua adalah perlu adanya kebijakan Negara
mengenai biaya pendidikan di Indonesia. Membangun pendidikan sebagai perkara yang kompleks,
sehingga dibutuhkan upaya dalam menciptakan tenaga pendidik yang profesional. Hal mana untuk
mengokohkan pendidikan dan menjaga kualitasnya. Sejumlah syarat agar guru disebut tenaga pendidik
profesional, di antaranya punya keterampilan berasaskan konsep dan teori, filosifs, psikologis, dan
sosiologis. Kompetensi yang cakap meliputi kompetensi profesional, pedagogik, sosial, dan personal.
Dalam implementasinya, kompetensi tersebut berdampak bagi kepribadian guru guna mengukur
kualitas belajar peserta dididk. Guru sebagai salah satu komponen manusia dalam proses pengajaran
dan berperan dalam pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan.
Olehnya itu, sebagai bagian dari dunia pendidikan, guru harus berperan aktif sesuai kebutuhan
masyarakat yang terus berkembang dan posisi profesinya. Dalam hal ini, guru bukan hanya mentransfer
ilmu, tapi juga mentransfer nilai, serta guru yang baik dan teman yang membantu membimbing siswa
dalam belajar. Meningkatkan kualitas pendidkan menjadi tugas besar bagi dunia pendidikan di
Indonesia. Untuk mewujud semua itu, tidak bisa lepas dari peran semua elemen, di antaranya peran
tenaga pendidik. Hamalik (2014: 9) Karena tugasnya mengajar, maka dia harus mempunyai wewenang
mengajar berdasarkan kualifikasi sebagai tenaga pengajar. Sebagai tenaga pengajar, setiap
guru/pengajar harus memiliki kemampuan professional dalam bidang proses belajar mengajar atau
pembelajaran. dengan kemampuan itu, guru dapat melaksanakan perannya, yakni sebagai fasilitator,
pembimbing, penyedia lingkungan, komunikator, sebagai model yang memberikan contoh yang baik,
sebagai evaluator, innovator, agen moral dan politik, agen kognitif dan sebagai manajer. Oleh karena itu,
pendidikan bermutu bukan sekedar mempersiapkan perserta didik menjadi manusia yang besar,
bermakna, dan bermanfaat di zamannya, tapi juga dapat membekali peserta didik menghadap Allah Swt,
di alam yang abadi kelak. Itulah pemaknaan yang benar dari hakikat pembentukan manusia yang
beriman dan bertakwa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Seperti yang di kemukakan oleh Ki Hajar Dewantara
(1889-1959) memandang “Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti
(karakter, kekuatan batin), pikiran (intellect), dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan
masyarakatnyaa.” (Mulyasana, 2012: 03). Aspek pokok yang menentukan kualitas pendidikan yakni
kualitas guru. Hal ini disebabkan guru sebagai titik sentral untuk memperbaharui dan meningkatkan
kualitas pendidikan. Artinya, salah satu syarat esensial bagi peningkatan mutu pendidikan yakni jika
penerapan proses belajar dilakukan oleh pendidik yang profesional. Guru punya motivasi kuat,
menjadikan kekurangan di sekolah sebagai tantangan dan mencari jalan untuk mereduksi kekurangan
tersebut. Adanya perhatian kepada guru, akan memberi motivasi bagi guru untuk bekerja dengan baik,
sehingga tumbuh komitmen untuk bekerja dan bertanggung jawab. (Tiara Anggia Dewi: 2015). Guru
SMA harus beradaptasi dengan segala perubahan dalam pembelajaran. Olehnya itu, guru harus selalu
meningkatkan profesionalitasnya, memperbaiki isu materi yang diajarkan, sehingga proses belajar lebih
mudah dipahami. Di sisi lain, guru juga harus peka terhadap perubahan yang muncul dalam dunia
pendidikan, seperti perubahan kurikulum 2013. Guru harus bisa beradaptasi dengan mengikuti pelatihan
dan bimbingan agar bisa menyalurkan pembelajaran sesuai ketentuan kurikulum. Berdasarkan
pengamatan peneliti di SMA Negeri 2 Wera permasalahan yang masih terjadi yaitu faktor dari dalam dan
faktor dari luar guru itu sendiri, masih kurangnya kesadaran guru terhadap tugas dan tanggung jawab
mereka sebagai seorang pendidik yang profesional, terdapat guru yang belum benar-benar memegang
komitmennya dalam mendidik siswa seperti banyak guru yang ijin tidak mengajar dan pada saat masuk
pagi ada yang terlambat, dalam kegiatan sekolah terkadang masih ada guru yang tidak datang dalam
kegiatan tersebut untuk melatih atau membina peserta didik, dan masih terdapat guru belum dapat
beradaptasi dengan perkembangan zaman sehingga dalam pelaksanaan pendidikan tidak sepenuhnya
terlaksana secara profesional, dan mutu pendidikan dianggap masih tertinggal. Memperlihatkan adanya
korelasi antara profesionalisme guru dengan peningkatan mutu pendidikan. Sejumlah faktor pendukung
dan penghambat profesionalisme guru tampak pada kompetensi dan kualifikasi guru. Jika bagus, tentu
akan baik bagi mutu pengajaran di kelas dan SMA Negeri 2 Wera Kabupaten Bima pada umumnya.
Terlebih peran guru yang cukup vital bagi keberhasilan siswa yang siap menempuh pendidikan ke
perguruan tinggi, sehingga kinerja guru SMA perlu diawasi dengan baik. Kompetensi adalah suatu
kemampuan yang mutlak dimiliki guru agar tugasnya sebagai pendidik dapat terlaksana dengan baik.
Peranan guru sangat menentukan dalam usaha peningkatan mutu pendidikan formal. Untuk itu guru
sebagai agen pembelajaran dituntut untuk berkompetensi dalam menyelenggarakan proses
pembelajaran dengan sebaik baiknya, guru mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis dalam
pembangunan bidang pendidikan, oleh karena itu perlu dikembangkan sebagai profesi yang
bermartabat. Guru yang berkompetensi tidak tumbuh begitu saja, melainkan harus dididik melalui
sistem pendidikan yang tertata, terprogram, menggunakan kurikulum yang terstandar dan terstruktur.
Manejmen pendidikanya pun harus transparan, partisipatif, dan akuntabel. Ditengah berbagai gugatan
didunia pendidikan terhadap dunia pendidikan nasional, termasuk madrasah, peran sental guru dalam
meningkatkan kualitas pendidikan sulit diabaikan. Guru secara khusus sering diistilahkan sebagai “jiwa
bagai tubuh” pendidikan. Pendidikan tidak akan berarti apa–apa tanpa kehadiran guru. Apapun model
kurikulum pendidikan yang berlaku, gurulah pada akhirnya yang menentukan tercapainya program
tersebut Guru sebagai tenaga profesional harus mempasilitasi dirinya dengan seperangkat pengalaman,
keterampilan, dan pengetahuan tentang keguruan, selain menguasai subtansi keilmuan yang
ditekuninya. Dan banyaknya guru yang mengajar masih terkesan hanya memerlukan strategi, kiat dan
berbagi metode tertentu dalam mengajar. Baginya yang terpenting bagaimana sebuah peristiwa
pembelajaran dapat berlangsung. Ia tidak peduli latar belakang peserta didik dan karakteristiknya. Ia
merasa tidak perlu membuat pelaksanaan mengajar, dan pengembangan tujuan, pengembangan
pengembangan pesan dan mengabaikan mengunakan berbagai media, evaluasi dalam pembelajaran.
Seorang guru harus memiliki sejumlah kiat dalam melaksankan pembelajaran. Kiat yang dimiliki bukan
saja untuk mencapai tujuan pembelajaran, tapi lebih jauh dan itu adalah dalam rangka menumbuhkan
belajar siswa. Seorang guru yang berkompetensi, cerdas dan professional, memiliki seperangkat kiat
khusus dalam kelas. Dengan itu ia akan menjadi guru yang dirindukan kehadiranya dikelas. Kalau
demikian halnya seberat apapun bidang studi yang diajarkan akan diminati dan dianggap ringan oleh
siswa. Dan kualitas pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain ketersedian guru
profesional, apabila ditilik dari konsep propfesionsl, sebagaimana yang telah dikutip oleh Salfen Hasri,
didalam peraturan pemerintah digunakan dengan istilah “standar pendidik”. Didalam pasal tersebut
dinyatakan dengan jelas bahwa “Pendidik harus memilki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai
agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional”. Sementara itu undang-undang No.14 tahun 2005 Bab 1V pasal 8, 9 dan 10
menyatakan dan mengulang dengan tegas bahwa, “guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk meujudkan
tujuan pendidikan nasional”. Kualifikasi akademik sebagaimana yang dimaksud pada pasal 8 itu
diperoleh melalui pendidikan tingi program sarjana atau program diploma empat. Sedangkan
kompetensi yang harus dimiki oleh guru menurut undangundang tersebut minimal ada empat
kompetensi yakni (1) kompetensi paeda gogink, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi profesionl,
(4) kmpetensi sosial.1 Ketersediaan sarana dan prasarana, media, kurikulum, kepemimpinan pendidikan,
manejemen pendidikan, dan tenaga pendukung lainya. Dari berbagai faktor yang berpengaruh tersebut,
hampir semua orang percaya bahwa faktor guru adalah faktor yang utama. Mengapa demikian?
Jawabannya adalah bahwa guru tidak hanya berperan mentransfer ilmu, atau materi pelajaran kepada
siswanya di sekolah, lebih dari itu guru memberikan bimbingan, menanamkan nilai-nilai kepada siswa,
seperti nilai kejujuran, keadilan, tanggung jawab, kepatuhan, nilai kebersamaan dan demokrasi. Dan
guru profesional yaitu guru yang tahu mendalam tentang apa yang diajarkan, mampu mengajarkannya
secara efektif, efisien, dan berkepribadian mantap. Guru yang bermoral tinggi dan beriman tingkah
lakunya digerakkan oleh nilai-nilai luhur.2 . Menurut Oemar Hamalik dalam bukunya Proses Belajar
Mengajar menyatakan syarat-syarat menjadi guru diantaranya ialah: 1. Harus memiliki bakat menjadi
guru 2. Harus memiliki keahlian sebagai guru. 3. Memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi. 4.
Memiliki mental yang sehat. 5. Berbadan sehat. 6. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas. 7.
Guru adalah berjiwa Pancasila, dan 8. Guru adalah seorang warga negara yang baik.3 Sehubungan
dengan hal tersebut, agar mutu pembelajaran akidah akhlak dapat meningkat, terutama di tingkat
madrasah tsanawiyah, maka guru harus berkompeten berarti pula mempunyai pengetahuan
manajemen pendidikan, terampil dan profesional, bersikap etos kerja positif, dan mempunyai tekat yang
kuat untuk mencapai tujuan yang telah disepakati.4 studi ini berkenaan dengan kompetensi guru dalam
meningkatkan mutu pembelajaran akidah akhlak. Untuk menigkatkan mutu pembelajaran guru dituntut
untuk memiliki kompetensi. Nana Sudjana berpendapat bahwa kemampuan atau kompetensi guru yang
banyak berhubungan dengan usaha meningkatkan proses dan hasil belajar dapat diguguskan ke dalam
empat kemampuan yakni : 1. Merencanakan program belajar mengajar. 2. Melaksanakan dan
memimpin/mengelola proses belajar mengajar. 3. Menilai kemajuan proses belajar mengajar. 4.
Menguasai bahan pelajaran dalam pengertian menguasai bidang studi atau mata pelajaran yang
dipegangnya/dibidangnya.5 Dari uraian ini maka jelas bahwa guru merupakan pelaksana pendidikan.
Sehubungan dengan hal tersebut, untuk memudahkan serta memantapkan kerja guru, maka
perencanaan guru sangat diperlukan. Sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara No. 84/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, Bab II pasal 3
menyebutkan bahwa “Tugas pokok guru adalah menyusun program pengajaran, menyajikan program
pengajaran, evaluasi belajar, analisis hasil evaluasi belajar, serta menyusun program perbaikan
pengajaran terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya”.6 Dari syarat-syarat diatas penulis
paparkan profil guru-guru Akidah Akhlak sebagai berikut: 1. Mahmuda, A.Ma TTL : Sei Majo 1 April 1967
Mahmuda menyelesaikan SD Teluk Merbau pada tahun 1979, dan melanjutkan pendidikan di MTs
Hubbul Wathon Duri Kabupaten Bengkalis dan tamat pada tahun 1985, setelah itu Mahmuda
melanjutkan pendidikan MA msih ditempat yamg sama yakni Hubbul Wathon, dan tamat pada tahun
1988, kemudian pada tahun yang sama Mahmuda dipinta untuk mengajar di sekolah tersebut selama
dua tahun. Setelah itu mahmuda pulang kekampung halaman dan mengajar di MTs Mu’alimin Rantau
Panjang Kiri, beriring dengan berjalanya waktu mahmuda melanjutkan Pendidikan Agama Islam di
Hikmatul Fadilah Medan D2 Jurusan PAI dan selesai pada tahun 2007, langsung dipinta mengajar di MTs
Aljami’yatu Al-Washiliyah Desa Sei Majo Kubu Kabupaten Rokan Hilir, dan sekaligus melanjutkan SI di
STIT Aswaja Sei pinang kubu akhirnya selesai pada tanggal 7 Oktober 2010. 2. Zulkifli TTl : Sei Pinang, 2
Agustus 1983 Zulkifli menyelesaikan SD 06 Desa Sei Pinang Kecamatan kubu Kabupaten Rokan Hilir pada
tahun 1996, dan pada tahun yang sama zulkifli melanjutkan pendidikan MTs dan Aliyah di Ponpes
Aswaja Desa Sei Pinang Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir selama enam tahun dan selesai pada
tahun 2003, setelah itu zulkifli melanjutkan masa pengabdian di pondok tersebut sampai 2004 akhir, dan
pada awal bulan juni 2006 zulkifli diterima sebagai tenaga honorer di MTs Al-jami’yatu Al- Washiliyah
Desa Sei Majo Kecamatan kubu Kabupaten Rokan Hilir sebagai guru Akidah Akhlak, bersamaan dengan
itu zulkifli melanjutkan studiya di STIT ASWAJA Sei Pinang kubu Kabupaten Rokan Hilir, jurusan PAI dan
menyelesaikan studinya pada anggal 7 oktober 2010.

Anda mungkin juga menyukai