Anda di halaman 1dari 10

Peran PGRI Dalam Meningkatkan Kualitas SDM

Nama Anggota :
1. Cisa Nada Salsabilla 2184202007
2. Indah Khurnia Aristanti 2184202027
3. Sellinda Fauziyah 2184202052
4. Nur Insiyyah Sakina 2184202056
Kemajuan teknologi dan perkembangan zaman saat ini tentu sangat berpengaruh terhadap
perkembangan dunia Pendidikan. Kemajuan Pendidikan juga sangat ditentukan oleh guru yang
professional dan berkualitas. Guru sebagai tenaga inti dalam proses pembelajaran bertanggung jawab
untuk mengembangkan potensi siswanya secara maksimal. Seorang guru juga harus mampu
membangun pertumbuhan dari siswa agar dapat menunjang perkembangan siswa tersebut. Dalam
mengembangkan dunia Pendidikan, menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru
dan Dosen, Guru Profesional, hendaknya memiliki empat kompetensi guru, yaitu kompetensi
pedagogic, kepribadian, professional, dan social. Guru dikenal sebagai “Hidden Curriculum”,
karena sikap dan tingkah laku, penampilan professional, kemampuan individual, dan apa saja yang
melekat pada guru akan diterima oleh siswa sebagai acaun untuk diteladani. Karena pentingnya
kualitas guru dalam menghasilkan mutu Pendidikan yang baik, dibentuklah organisasi PGRI. Salah
satu peran organisasi PGRI yaitu meningkatkan mutu atau kualitas seorang guru.

Untuk dapat mengatasi masalah kualitas SDM atau guru, PGRI harus melakukan berbagai upaya edukatif.
Yaitu :

1. Melaksanakan berbagai diklat bagi para guru sesuai dengan perkembangan kebijakan dan inovasi di
bidang pengelolaan pendidikan.
2. Merekomendasikan kepada pemerintah untuk memberikan bantuan program subsidi (beasiswa) bagi
para guru yang melanjutkan studinya ke jenjang lebih tinggi, seperti S-1, S-2 dan S-3.

Agar peran tersebut dapat terlaksana secara efektif dalam proses pendidikan, mutu pendidik dan tenaga
kependidikan perlu ditingkatkan dengan melalui alur atau skenario seperti berikut :

1. Peningkatan gaji dan kesejahteraan guru.


2. Hak utama yang harus diperoleh oleh tenaga pendidik yaitu penghasilan yang layak dan
kesejahteraan. Bukan penghasilan atau upah minimum, karena dengan upah atau penghasilan yang
layak tentu akan meningkatkan semangat kerja pada guru yang tentu akan memberikan kualitas atau
mutu yang baik dalam proses pembelajaran.
Berikut lima syarat pekerjaan sebagai profesi :
a. Bahwa pekerjaan itu memiliki fungsi dan signifikansi bagi masyarakat.
b. Bahwa pekerjaan itu memiliki bidang keahlian tertentu.
c. Bahwa keahlian itu dapat dicapai dengan melalui cabang pendidikan tertentu (body of
knowledge).
d. Bahwa pekerjaan itu memerlukan organisasi profesi dan adanya kode etik tertentu.
e. Bahwa pekerjaan tersebut memerlukan gaji atau kompensasi yang memadai agar pekerjaan itu
dapat dilaksanakan secara profesional.

Dari kelima syarat tersebut syarat kelima terkait gaji atau kompensasi. Padahal, upah dan
kesejahteraan ini sangat berpengaruh terhadap langkah lainnya. Agar peningkatan yang dilakukan
tidak menimbulkan iri terhadap pekerja lainnya peningkatan terhadap gaji dapat dilakukan secara
bertahap dan menyeluruh, sehingga semua rata mendapat haknya.
3. Alih Tugas Profesi dan rekrutmen guru untuk menggantikan guru yang dialih tugaskan ke profesi
lain.
Upaya yang ketiga ini merupakan konsekuensi dan kesinambungan dari langkah pertama. Pendidik
yang tidak memenuhi syarat atau standar kompetensi yang ditetapkan harus bersedia dialih tugaskan
ke profesi lainnya.
Pengalihan tugas tersebut dapat dilakukan dengan beberapa syarat berikut :
a. Mereka telah diberikan kesempatan untuk mengikuti diklat dan pembinaan secara intensif, tetapi
tidak menunjukkan perkembangan yang signifikan.
b. Guru tersebut tidak menunjukkan perubahan atau perkembangan terhadap kompetensi dan tidak
ada keinginan yang timbul untuk memperbaiki kompetensi yang dimilikinya.
Apabila kedua syarat tersebut telah terpenuhi, para guru tersebut harus rela dan menerima untuk
dialihtugaskan ke profesi lain. seperti tenaga administrasi, atau bahkan dipensiundinikan.
4. Membangun Sistem Sertifikasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan, serta Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan.
Sesuai dengan PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pembangunan Sistem
Sertifikasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan serta Sistem Penjamin Mutu Pendidikan merupakan
suatu langkah penting, yang akan memberikan dukungan terhadap pelaksanaan langkah pertama,
yang juga cukup berat karena terkait anggaran belanja negara yang besar. Penataan sistem sertifikasi
pendidik dan tenaga kependidikan dilakukan untuk menjamin terpenuhinya berbagai standar nasional
pendidikan yang telah ditetapkan.
5. Membangun suatu Standar Pembinaan Karier.
Seiring dengan pelaksanaan sertifikasi, disusunlah standar pembinaan karier, yang mana sistem atau
standar harus berbentuk suatu dokumen yang sah dalam bentuk undang-undang atau peraturan
pemerintah yang harus dilaksanakan oleh seluruh aparat otonomi daerah.
6. Peningkatan Kompetensi yang Berkelanjutan. Upaya peningkatan kompetensi bagi pendidik dan
tenaga kependidikan harus dilaksanakan secara terencana dan terprogram dengan jelas. Jumlah
pendidik yang besar tentu memerlukan penanganan secara sinergis oleh semua instansi terkait
Preservice Education, Inservice Training, dan On The Job Training. Kegiatan sinergis peningkatan
mutu pendidik dan tenaga kependidikan harus melibatkan organisasi pembinaan profesi guru, seperti
Kelompok Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Musyawarah Kerja
Kepala Sekolah (MKKS), dan Musyawarah Kerja Penilik Sekolah (MKPS) dan tentunya yang paling
penting ialah PGRI.
Adapun kriteria-kriteria kompetensi yang harus dimiliki seorang guru meliputi hal berikut :
a. Kompetensi Kognitif, yaitu kompetensi yang berkaitan dengan intelektual.
b. Kompetensi Afektif, yaitu kompetensi atau kemampuan bidang sikap, menghargai pekerjaan dan
sikap dalam menghargai hal- hal yang berkenaan dengan tugas dan profesinya.
c. Kompetensi Psikomotorik, yaitu kemampuan guru dalam berbagai keterampilan atau perilaku.
Selain hal tersebut, dalam meningkatkan kualitas dari SDM atau tenaga pendidik dapat dilakukan
dengan upaya lain sebagai berikut :
1. Menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sesuai kualifikasi akademik.
Hal ini berdasarkan UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, menegaskan bahwa
guru dan dosen wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik sehat
jasmani, rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi
tempat bertugas. Selain itu, memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional Terutama pada saat ini di mana dunia pendidikan dan sistem pendidikan sudah
semakin meningkat. Dengan meningkatkan kualifikasi akademik ke jenjang yang lebih tinggi
diharapkan guru atau tenaga pendidik lainnya dapat memperoleh dan mengembangkan
pengetahuan serta informasi terbaru terkait pendidikan. Sehingga guru atau tenaga pendidik
tersebut dapat mengetahui perkembangan ilmu pendidikan.
2. Mengikuti kegiatan KKG (Kelompok Kerja Guru).
Kelompok Kerja Guru (KKG) adalah wadah kerja sama antarguru yang dapat digunakan
untuk membina dan meningkatkan profesional guru. Dengan mengikuti kegiatan ini, guru
dapat mendiskusikan berbagai hal terkait dunia pendidikan. Mulai dari metodologi
pembelajaran yang digunakan, bahan ajar yang diterapkan, sistem penilaian dan masih
banyak lainnya.
3. Gerakan Guru Membaca (G2M).
Buku merupakan salah satu media atau sumber belajar yang bukan hanya dapat digunakan
oleh siswa saja, melainkan juga guru. Karena guru yang pintar bukanlah guru yang hany
memerintahkan siswanya untuk membaca, tetapi dirinya jug membiasakan untuk membaca
dan mencari pengetahuan lai terkait pendidikan. Guru dapat membaca atau mencari tahu
seputa konten pelajaran, kompetensi pedagogik, cara berkomunikasi, dan lain sebagainya,
yang mana sumber informasi dapat diperoleh melalui buku, media massa, artikel, dan
lainnya.
4. Mengikuti program sertifikasi pada guru.
Sesuai dengan PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pembangunan
sistem sertifikasi pendidik dan tenaga kependidikan serta sistem penjamin mutu pendidikan
merupakan langkah besar yang memberikan dukungan bagi pelaksanaan langkah pertama
(yang juga sangat berat). Hal ini karena terkait dengan anggaran belanja negara yang sangat
besar. Penataan sistem sertifikasi pendidik dan tenaga kependidikan harus dilakukan untuk
menjamin terpenuhinya berbagai standar nasional pendidikan yang telah ditentukan. Oleh
sebab itu, salah satu upaya meningkatkan kualitas guru atau tenaga pendidik yaitu melalui
program sertifikasi guru, di mana guru dalam sertifikasi guru tergambar suatu uji kelayakan
dan kepatutan yang harus dijalani oleh seorang guru terhadap kriteria yang telah ditentukan.
Dengan adanya sertifikasi ini tentunya semangat guru untuk meningkatkan kualitas dan
profesionalisme juga akan meningkat.
5. Aktif dalam membuat karya tulis di bidang Pendidikan.
Upaya selanjutnya, yang dibutuhkan guru untuk mengembangkan kemampuannya yaitu
dengan membuat suatu karya tulis, terutama terkait masalah pendidikan dan pengajaran.
Upaya ini merupakan salah satu cara agar guru dapat meningkatkan dan mengembangkan
kemampuan guru dalam menuangkan konsep dan gagasan berbentuk tulisan. Hasil karya tulis
yang dibuat choleh guru dapat berupa penelitian, jurnal, artikel praktik, dan lainnya. Dengan
hasil karya tulis tersebut, tentunya seorang guru telah menjadi sumber inspirasi bagi guru
lainnya untuk mau meningkatkan kemampuannya.
6. Mengikuti diklat dan pelatihan lainnya
Diklat dan pelatihan merupakan salah satu teknik pembinaan untuk menambah wawasan atau
pengetahuan yang dimiliki guru. Kegiatan diklat dan pelatihan perlu dilaksanakan oleh guru
dengan diikuti usaha tindak lanjut untuk menerapkan hasil-hasil diklat dan pelatihan. Adapun
kegiatan diklat dan pelatihan yang dapat diikuti antara lain :
a. koperasi dan kewirausahaan.
b. Pengembangan.
c. Pelatihan kepemimpinan
d. Public speaking
e. Ice breaking pembelajaran
f. Pendidikan lingkungan hidup
g. Pelatihan pengembangan kurikulum
h. Pelatihan pembuatan media belajar yang kreatif
i. Dan pelatihan lainnya

Anda mungkin juga menyukai