Anda di halaman 1dari 9

Konsep Pengembangan Diri

1. Latar Belakang

Setiap orang ingin tumbuh, berkembang, sukses dan maju. Keinginan yang wajar dan
pantas untuk didukung. Manusia memiliki dimensi-dimensi psikis yang harus dipenuhi
kebutuhan-kebutuhannya. Selain itu manusia juga diberikan berbagai potensi diri yang selalu
berkembang.
Kemampuan seseorang untuk mengembangkan dirinya, mengoptimalkan potensi yang
dimilikinya, berbeda-beda dan seringkali kendala juga datang dari diri sendiri. Terkadang diri
sendiri tidak menyadari atau tidak memahami potensi yang ada dalam diri sendiri, Oleh karena
itu pemahaman yang benar terhadap potensi diri sangatlah penting.
Berbagai cara dapat dilakukan untuk mengembangkan diri. Dalam mengembangkan
dirinya, manusia perlu memahami potensi yang ada dalam dirinya. Beberapa potensi yang
dimiliki manusia yang dapat mendukung pengembangan diri adalah talenta, intelegensi, dan
personality
2. Pengembangan Diri
Pengembangan diri adalah upaya yang dilakukan untuk mengembangkan pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan-kemampuan mereka melalui usaha-usaha yang diarahkan oleh diri
mereka sendiri.
Dalam pengembangan diri kita harus mengetahui setidaknya tiga hal yaitu “What to do,
How to do, Why”. Kita harus mengetahui apa yang ingin kita lakukan, bagaimana cara
melakukan hal tersebut, dan alas an kenapa kita melakukannya sehingga kita mempunyai tujuan
serta motivasi untuk diri kita dalam melakukan sesuatu. Pengembangan diri dapat kita lakukan
dengan berbagai cara, diantaranya melalui observasi, mencari tantangan, kemudian melakukan
refleksi diri, merenungkan tentang bakat, dan kemampuan yang kita miliki yang bias kita
gunakan untuk mengembangkan diri kita.
Tujuan dari pengembangan diri yaitu untuk mendapatkan rasa aman dalam menjalani hidup
sesuai dengan piramida kebutuhan dasar manusia oleh maslow. Sehingga kita memliki
kemantapan dalam menjalani hidup.
Faktor yang menghambat diri kita untuk berkembang, yaitu:
a. Faktor yang berasal dari lingkungan
Sistem yang dianut. Kadang-kadang sistem yang berlaku dalam lingkungan kita,
apakah dalam pekerjaan pendidikan atau lingkungan sosial di mana kita berada,
tanpa disadari menghambat pengembangan diri kita, misalnya diberlakukannya
sistem senioritas dalam jenjang jabatan di mana kita bekerja. Tanggapan atau
sikap/kebiasaan dalam lingkungan kebudayaan. Kadang-kadang tradisi atau
kebiasaan yang berlaku menghambat perwujudan dari perkembangan diri
seseorang.
b. Faktor yang berasal dari diri individu sendiri
Faktor tujuan hidup yang tidak/belum tergambar dengan jelas. Faktor motivasi dan
factor keengganan untuk menelaah diri. Kadang kadang manusia takut untuk
menerima kenyataan bahwa ia memiliki kekurangan ataupun kelebihan pada
dirinya.
c. Faktor usia
Kadang-kadang orang yang sudah tua dalam usia tidak melihat bahwa kearifan dan
kebijaksanaan dapat dicapainya. Mereka cenderung memandang bahwa usia muda
lebih hebat karena produktif.
Konsep pengembangan diri terdiri dari:
1. Talent Theory
Talenta adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan dan
keterampilan, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus. Bakat umum
apabila kemampuan yang berupa potensi tersebut bersifat umum. Misalnya bakat
intelektual secara umum, sedangkan bakat khusus apabila kemampuan bersifat
khusus. Bakat khusus biasanya disebut talent sedangkan bakat umum (intelektual)
biasanya disebut gifted. Keberbakatan itu meliputi bermacam-macam bidang,
namun biasanya seseorang mempunyai talenta dalam salah satu bidang saja. Dan
tidak pada semua bidang. Misalnya: Si A menonjol dalam matematika, tetapi tidak
dalam bidang seni. Si B menunjukkan kemapuan memimpin, tetapi prestasi
akademiknya tidak terlalu menonjol.
Conny Semiawan dan Utami Munandar (1987) mengklasifikasikan jenis-jenis
bakat khusus, baik yang masih berupa potensi maupun yang sudah terwujud, yaitu:
a) Bakat akademik khusus
Bakat akademik khusus misalnya bakat untuk bekerja dalam angka-angka
(numeric), Logika bahasa, dan sejenisnya.
b) Bakat kreatif – produktif
Bakat khusus dalam bidang kreatif – produktif artinya bakat dalam
menciptakan sesuatu yang baru misalnya menghasilkan rancangan arsitektur
baru, menciptakan teknologi terbaru dan lainnya.
c) Bakat seni
Bakat khusus dalam bidang seni, misalnya mampu mengaransemen musik dan
sangat dikagumi, menciptakan lagu hanya dalam waktu 30 menit, mampu
melukis dengan sangat indah dala m waktu singkat dan sejenisnya.
d) Bakat kinestetik / psikomotorik.
Bakat khusus kinestetik / psikomotorik, misalnya bakat dalam bidang sepak
bola, bulu tangkis, tennis, dan keterampilan tekink.
e) Bakat social
Bakat khusus dalam bidang social misalnya sangat mahir melakukan negoisasi,
mahir berkomunikasi, dan sangat mahir dalam kepemimpinan.
2. Intelligence Theory
Kita sering menemukan ada orang yang cepat, cekatan dan terampil dalam waktu
yang relatif singkat dapat menyelesaikan tugas, pekerjaan yang dihadapinya. Begitu
pula sebaliknya banyak orang dalam menyelesaikan tugas, masalah yang
dihadapinya membutuhkan waktu yang relatif lama. Bahkan ada pula yang lamban
dan tak dapat menyelesaikan pekerjaannya. Salah satu faktor yang menentukan hal
tersebut adalah taraf intelegensi orang tersebut. Istilah intelegensi ini sudah menjadi
bahasa umum bagi masyarakat,hanya saja sebagian masyarakat menamakannya
kecerdasan, kecerdikan, kepandaian, ketrampilan dan istilah lainnya yang pada
prinsipnya bermakna sama. Istilah intelegensi dapat diartikan dengan dua cara,
yaitu:
a. Arti luas: kemampuan untuk mencapai prestasi yang di dalamnya berpikir
memegang peranan. Prestasi itu dapat diberikan dalam berbagai bidang
kehidupan, seperti pergaulan, sosial, tekhnis, perdagangan, pengaturan rumah
tangga dan belajar di sekolah.
b. Arti sempit: kemampuan untuk mencapai prestasi di sekolah yang di
dalamnya berpikir memegang peranan pokok. Intelegensi dalam arti ini, kerap
disebut “kemampuan intelektual” atau ”kemampuan akademik”.
Kata inteligensi adalah kata yang berasal dari bahasa latin yaitu “inteligensia“.
Sedangkan kata “ inteligensia “ itu sendiri berasal dari kata inter dan lego, inter
yang berarti diantara, sedangkan lego berarti memilih. Sehingga inteligensi pada
mulanya mempunyai pengertian kemampuan untuk memilih suatu penalaran
terhadap fakta atau kebenaran.
Menurut W. Stem dalam Abu Ahmadidan Widodo Supriyono mengemukakan
intelegensi adalah suatu daya jiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan
tepat di dalam situasi yang baru. Menurut David Wechsler, inteligensi adalah
kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan
menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan
bahwa intelegensi adalah suatu kemampuan mental ataupun rohani yang melibatkan
proses berpikir secara rasional untuk meyesuaikan diri kepada situasi yang baru.
Menurut Gardner, setidaknya ada delapan kecerdasan dasar. Adapun kedelapan
kecerdasan dasar tersebut meliputi:
a. Lingustik
Orang yang memiliki kecerdasan linguistic memilliki kemampuan
menggunakan kata secara efektif baik secara lisan maupun tulisan. Orang
dengan kecerdasan linguistic cenderung Suka membaca buku, suka dengan
permainan kata, menulis dengan baik, dan dapat berkomunikasi dengan
orang lain dengan cara yang sangat verbal
b. Matematis-logis
Kemampuan menggunakan angka dengan baik dan melakukan penalaran
yang benar. Memiliki kepekaan dalam mencerna pola-pola logis atau
numeris kemampuan mengolah alur pikiran yang panjang. Cenderung Suka
permainan catur, main dam, atau game strategi lain. Suka mengerjakan teka-
teki logika atau soal-soal yang sulit. Banyak bertanya tentang cara kerja
suatu hal. Suka pelajaran matematika, atau pekerjaan yang melibatkan
angka.
c. Spasial
Kemampuan mempersepsi dunia spasial-visual secara akurat dan
mentransformasikannya. Memiliki kepekaan mempersepsi (merasakan)
dunia spasial-visual secara akurat dan mentransformasi persepsi awal.
Menyukai kegiatan seni dan pandai menggambar. Lebih mudah belajar
dengan gambar dari pada teks. Sering membuat coret-coret di buku kerja,
kertas, atau bahan-bahan lain.
d. Kinestetis Jasmani
Memiliki kemampuan menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan
ide dan perasaan. Biasanya selalu bergerak, tidak bisa diam, mengetuk-
ngetuk, atau gelisah ketika duduk lama di suatu tempat. Menonjol di salah
satu atau lebih cabang olahraga. Suka berlari, melompat, gulat, atau kegiatan
semacamnya. Suka membongkar pasang barang.
e. Musikal
Memiliki kemampuan menangani bentuk-bentuk musikal dengan cara
mempersepsi, membedakan, mengubah dan mengekspresikannya. Dapat
menciptakan dan mengapresiasi irama, pola titinada, dan warna nada
apresiasi bentuk-bentuk ekspresi musikal. Dapat Memainkan alat musik atau
bernyanyi bersama paduan suara atau kelompok lain dengan sangat baik.
Peka pada bunyi-bunyian di sekitar.
f. Interpersonal
Memiliki kemampuan mempersuasi dan membedakan suasana hati, maksud,
motivasi, serta perasaan orang lain. Dapat mencerna dan meresoins secara
tepat suasana hati, temperamen, motivasi dan keinginan orang lain. Suka
bersosialisasi, dan mudah bergaul. Memiliki empati yang baik.
g. Intrapersonal
Memiliki kemampuan memahami diri sendiri dan berindak berdasarkan
pemahaman tersebut. Dapat memahami perasaan sendiri dan kemampuan
membedakan emosi, pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri.
Memiliki perencanaan diri yang baik. Lebih memilih bekerja sendiri dari
pada bekerjasama dengan orang lain. Tidak mengalami masalah jika
ditinggalkan bermain atau belajar sendirian. Menunjukkan sikap mandiri
atau kemauan yang keras. Memahami dengan baik kekurangan dan
kelebihan diri. Memiliki gaya hidup dan gaya belajar dengan irama
tersendiri. Mampu belajar dari kegagalan dan keberhasilan yang pernah
dialami.
h. Naturalis
Memiliki keahlian mengenali dan mengkategorikan spesies flora san fauna
di lingkungan sekitar, membedakan anggota-anggota suatu spesies,
mengenali eksistensi spesies lain dan memetakan hubungan antara beberapa
spesies baik secara informal, maupun formal. Menunjukkan minat pada
ekologi, alam, tanaman, atau binatang. Cenderung Suka melakukan proyek
yang berhubungan dengan alam, misalnya mengamati burung,
mengumpulkan serangga atau kupu-kupu, mempelajari pohon atau
memelihara binatang.
3. Personality Theory
Kepribadian (personality) merupakan salah satu kajian psikologi yang lahir
berdasarkan pemikiran, kajian atau temuan-temuan (hasil praktik penanganan
kasus) para ahli. Adapun kepribadian merupakan terjemahan dari bahasa Inggris
personality. Kata personality sendiri berasal dari bahasa Latin persona yang berarti
topeng yang digunakan oleh para aktor dalam suatu permainan atau pertunjukan. Di
sini para aktor menyembunyikan kepribadiannya yang asli, dan menampilkan
dirinya sesuai dengan topeng yang digunakan (Syamsu & Juntika, 2011).
Parlega & Jones (dalam Alwisol, 2004) kepribadian adalah sistem stabil
mengenai ciri-ciri individu yang bersifat internal yang kontribusi terhadap pikiran,
perasaan, dan tingkah laku yang konsisten. Menurut May (dalam Sujanto, 1980)
mengatakan personality adalah perangsang bagi oranglain, bagaimana orang
bereaksi atau memberikan respon terhadap kita. Jadi dapat disimpulkan bahwa
kepribadian pada hakikatnya merupakan karakteristik individu yang menunjukkan
identitas melalui pemikiran, emosi, dan perilaku yang termasuk pengaruh
lingkungan.
Kepribadian memiliki beberapa unsur antara lain :
1. Penampilan
Penampilan menyangkut raut muka, cara berdiri, cara berjalan, dan keluar
masuk ruang. Penampilan akan memberikan kesan pertama terhadap orang
lain yang memandang atau memperhatikan.
2. Hubungan antar pribadi
Hubungan antar pribadi menyangkut sikap dan atau perilaku saat
berkomunikasi, baik komunikasi langsung maupun tidak langsung.
3. Etika pergaulan
Dapat diartikan sebagai tata pergaulan atau aturan-aturan yang berkaitan
dengan norma perilaku disekitarnya, yang membuat disukai atau tidak
disukai oleh lingkungan sekitarnya.
Dalam teori psikoanalitik, struktur kepribadian manusia itu terdiri dari id, ego dan superego.
Id adalah komponen kepribadian yang berisi impuls agresif dan libinal, dimana sistem kerjanya
dengan prinsip kesenangan “pleasure principle”. Ego adalah bagian kepribadian yang bertugas
sebagai pelaksana, dimana sistem kerjanya pada dunia luar untuk menilai realita dan
berhubungan dengan dunia dalam untuk mengatur dorongan-dorongan id agar tidak melanggar
nilai-nilai superego. Superego adalah bagian moral dari kepribadian manusia, karena ia
merupakan filter dari sensor baik- buruk, salah- benar, boleh- tidak sesuatu yang dilakukan oleh
dorongan ego.
Selain itu, Gelanius juga mengklasifikasikan kepribadian manusia menjadi empat macam:
a. Sanguinis
Memiliki sifat dasar periang, optimis, percaya diri. Selain itu mudah menyesuaikan diri,
tidak stabil, baik hati, tidak serius, kurang dapat dipercaya karena kurang begitu
konsekuen
b. Melankolis
Sifat dasar pemurung, sedih, pesimistis, kurang percaya diri. Merasa tertekan dengan
masa lalunya, sulit menyesuaikan diri, berhati-hati, konsekuen, dan suka menepati janji
c. Koleris
Selalu merasa kurang puas, bereaksi negatif, dan agresif. Mudah tersinggung
(emosional), suka membuat provokasi, tidak mau mengalah, tidak sabaran, tidak toleran,
kurang memiliki rasa homor, cenderung beroposisi, dan banyak inisiatif (usaha)
d. Plegmatis
pendiam, tenang, netral (tidak ada aura perasaan), stabil. Merasa cukup puas, tidak peduli
(acuh tak acuh), dingin hati (tidak mudah haru), pasif, tidak mempunyai banyak minat,
bersifat lambat, sangat hemat, dan tertib/teratur
Meskipun kepribadian seseorang itu relatif konstan, namun dalam kenyataan sering
ditemukan bahwa perubahan kepribadian itu dapat dan mungkin terjadi. Faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya perubahan kepribadian di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Faktor Fisik
Gangguan otak, kurang gizi (malnutrisi) mengkonsumsi obat-obat terlarang (NAPZA
atau NARKOBA), minuman keras, dan gangguan organik (sakit atau kecelakaan)
a. Faktor Lingkungan Sosial Budaya
Krisis politik, ekonomi, moral, dan keamanan dapat menyebabkan terjadinya
masalah pribadi (stress, depresi) dan masalah sosial (pengangguran, premanisme, dan
kriminalitas)
b. Faktor Diri Sendiri
Tekanan emosional (frustasi yang berkepanjangan), dan identifikasi atau imitasi
tehadap orang lain yang berkepribadian menyimpang.
4. Hubungan Talenta, Intelegensi, dan Personality dalam Pengembangan Diri
Inteligensi merupakan suatu konsep mengenai kemampuan umum individu dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam kemampuan yang umum ini, terdapat
kemampuan-kemampuan yang amat spesifik. Kemampuan-kemampuan yang spesifik ini
memberikan pada individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan,
kecakapan, atau ketrampilan tertentu setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut
Bakat. Perkembangan intelegensi dan talenta juga sangat dipengaruhi oleh personality
dari individu tersebut, karena tanpa kesadaran dari individu tersebut untuk
mengembangkan dirinya, maka talenta dan intelegensi yang dimiliki tidak akan dapat
berkembang. Setiap orang pada dasarnya dapat mengembangkan diri, jika memiliki
keinginan yang kuat untuk berubah dan berkembang kearah yang lebih baik.
Dalam pengembangan diri, perlu mengetahui talenta seseorang yang ia miliki
sehingga dapat dikembangkan menjadi lebih baik dan bisa menjadi salah satu
ketrampilan khusus yang dapat menigkatkan kualitas hidup individu tersebut. Selain itu
mencari tahu tingkat intelegensi juga diperlukan untuk mengetahui sejauh mana batas
kemampuan dari individu tersebut. Kesadaran diri dari individu untuk mengembangkan
dirinya melalui motivasi yang dimiliki juga berperan penting. Ketika kita mengetahui apa
yang ingin kita lakukan, bagaimana cara kita melakukan hal tesebut serta alasan kita
melakukannya maka akan mendapatkan motivasi yang cukup untuk berusaha
mengembangkan diri melalui intelegensi dan talent yang telah dimiliki.

Anda mungkin juga menyukai