Anda di halaman 1dari 5

Dasar Membangun Kehidupan Orang

Kristen
(Perumpamaan Tentang Dua Dasar)
Oleh: Niken Nababan

Matius 7:24-27 dan Lukas 6:47-49

A. PERBANDINGAN AYAT

1. Perbandingan perumpamaan
(Perbandingan cara mendirikan rumah)

Matius

Cara mendirikan rumah pertama:


• Mendirikan rumah di atas batu.
• Akibat saat datang musibah: rumah tidak rubuh.
Cara mendirikan rumah kedua:
• Mendirikan rumah di atas pasir
• Akibat saat datang musibah: rumah rubuh dan hebat kerusakannya.

Bentuk musibah yang datang: hujan, banjir, dan angin.

Lukas

Cara mendirikan rumah pertama:


• Menggali lebih dulu dalam-dalam lalu meletakkan dasarnya di atas batu.
• Akibat saat datang musibah: rumah kokoh dan tidak dapat digoyahkan
Cara mendirikan rumah kedua:
• Mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar
• Akibat saat datang musibah: rumah rubuh dan hebat kerusakannya.

Bentuk musibah yang datang: air bah dan banjir

2. Perbandingan Penjelasan Perumpamaan


(Perbandingan tentang dua kriteria pembangun rumah)

Matius

a) Orang yang mendengar perkataan Yesus dan melakukannya, sama dengan orang
yang bijaksana.
b) Orang yang mendengar perkataan Yesus dan tidak melakukannya, sama dengan
orang yang bodoh.

Lukas

a) Orang yang datang kepada Yesus dan mendengarkan perkataan-Nya serta


melakukannya.
b) Orang yang mendengar perkataan Yesus tetapi tidak melakukannya.

B. LATAR BELAKANG

1. Pada zaman Yesus, rumah-rumah di pedesaan biasanya dibangun dari lumpur yang
mengeras. Pencuri bisa melubangi tembok rumah semacam itu karena terbuat dari
bahan yang rapuh (Matius 6:19).
2. Di Israel cuaca dapat berubah dengan cepat. Selama musim panas yang sering
terjadi sangat lama, sungai-sungai banyak yang kering. Di musim dingin, hujan lebat
membuat sungai kering bisa berubah menjadi aliran air yang sangat deras dan kadang-
kadang merubah daratan secara drastis. Di padang gurunpun bisa terjadi banjir yang
menyapu bersih perkemahan, menghilangkan nyawa manusia dan ternak.
3. Saat musim kering, orang-orang yang berdiam di lembah mengambil kesempatan
bercocok tanam di tepi-tepi sungai, bahkan mendirikan pondok-pondok di situ, di atas
tanah pasir. Mereka hanya memikirkan hasil yang akan mereka peroleh, tanpa
memikirkan bahaya yang akan mereka alami jika sewaktu-waktu datang hujan.
4. Perumpamaan ini adalah penutup khotbah di bukit (Mat. 7:28; 8:1).
5. Matius menulis untuk pembaca bangsa Yahudi yang tinggal di Israel. Teknik-teknik
pembangunan sebagaimana yang ditulis Matius dalam perumpamaan ini mudah
dipahami. Matius menulis tentang hujan yang turun, aliran yang naik, dan angin yang
bertiup.
6. Lukas menulis untuk bangsa Yunani dan Helenis. Jadi Lukas mengganti prosedur
cara membangun yang berbeda dengan cara membangun di Israel. Tukang bangunan
menggali fondasi rumah dalam-dalam dan meletakkannya di atas batu karang. Lukas
menunjukkan adanya banjir yang datang dan aliran air yang deras.
7. Orang yang mendengar perumpamaan ini sangat mudah mengerti maksudnya karena
merupakan kejadian yang sering mereka lihat maupun mereka alami.
8. Matius memunculkan perbandingan antara orang bijaksana yang membangun di atas
batu dan orang bodoh yang membangun di atas pasir. Lukas menekankan pada dasar
untuk membangun. Kedua bagian diawali dengan pernyataan (teguran) Yesus
mengenai orang-orang yang pandai berseru ‘Tuhan’ tetapi tidak melakukan perkataan-
Nya. Fokus pelajaran dari perumpamaan ini adalah mengenai ‘dasar untuk
membangun’.

C. PERSOALAN

1. Tuhan menegur orang-orang yang menyerukan nama Tuhan tetapi tidak melakukan
apa yang dikatakan Tuhan. Mengapa Yesus menyatakannya sebagai penutup khotbah-
Nya? Apakah hal itu merupakan kesimpulan dari pengajaran-Nya pada hari itu?
2. Terjadi musibah banjir yang menyebabkan kerusakan hebat pada rumah jika rumah
dibangun di atas pasir. Sebaliknya rumah tetap kokoh jika dibangun di atas batu.
Mengapa orang tetap membangun rumah di atas pasir jika sudah tahu akan rusak jika
datang banjir? Apakah mereka memang orang yang bodoh dan malas? Ataukah karena
mereka orang yang miskin?

D. AJARAN PERUMPAMAAN

1. Hujan, angin dan banjir


a. Musibah banjir yang sering terjadi di Palestina, bisa menyebabkan kerusakan hebat
pada bangunan rumah, bahkan meruntuhkannya. Namun jika fondasi rumah itu kokoh
(fondasinya adalah batu) maka rumah itu tidak akan goyah, rusak atau runtuh.
b. Musibah alam ini menggambarkan berbagai masalah yang sering dihadapi manusia.
Ketika dihadapkan dengan berbagai masalah hidup yang berat, orang Kristen tidak akan
goyah imannya jika dia mempunyai dasar yang kokoh pada saat membangun
kehidupannya. Dasar yang kokoh agar tahan menghadapi berbagai masalah dalam
kehidupan adalah datang kepada Yesus, mendengar perkataan-Nya serta
melakukannya. (Mat 7:24; Luk 6:47). Masalah yang dihadapi dapat merupakan cobaan
dari iblis; atau karena kesalahan yang kita buat; atau karena Tuhan mau menguji iman
kita dengan membiarkan kita menghadapi berbagai masalah.

2. Pembangun yang bijaksana


a. Batu adalah fondasi yang keras dan kuat. Rumah yang dibangun di atasnya tidak
mudah goyah pada saat datang banjir atau angin.
b. Lukas menggambarkan caranya membangun adalah dengan menggali dalam-dalam
dan meletakkan dasarnya di atas batu karang. Tidak disinggung secara jelas soal
tempat yang digali itu, apakah itu berupa tanah atau batu karang itu sendiri. Jika tanah,
tentunya yang dimaksud adalah tanah keras yang di dalamnya ada batu karang.
Kemungkinan lain, yang digali adalah batu karang itu sendiri. Apapun itu, menggali
adalah pekerjaan yang berat, terlebih jika yang digali adalah batu. Berat, sulit, memakan
waktu yang lama, membutuhkan tenaga yang besar dan harus mau bekerja keras serta
pantang menyerah jika ingin berhasil.
c. Pembangun rumah ini memikirkan tujuan jangka panjang. Dia memperhitungkan
bahwa sewaktu-waktu akan datang hujan, angin dan banjir, yang dapat merobohkan
rumah jika rumah tidak kokoh. Maka ia harus membangun rumah di atas batu supaya
rumah itu kokoh. Meskipun memerlukan waktu yang lama, tetap akan ditempuhnya
karena ia mau memakai rumah itu untuk jangka waktu yang lama. Apa yang telah
dikorbankannya tidak akan sia-sia.
d. Matius menyebutnya sebagai orang yang bijaksana, karena ia mendengar perkataan
Yesus dan melakukannya. Orang yang melakukan perkataan Yesus sama dengan
melakukan kehendak Bapa, dan dialah yang akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga (Mat
7:21). Lukas menulis, orang seperti ini adalah orang yang datang kepada Yesus dan
mendengarkan perkataan Yesus serta melakukannya (Luk 6:46).
e. Dasar yang kuat untuk membangun kehidupan adalah datang kepada Yesus,
mendengarkan firman-Nya dan melakukannya. Kehidupan akan menjadi kuat, tidak
akan mudah goyah imannya, dan siap setiap saat menghadapi berbagai persoalan yang
berat. Hasilnya adalah keselamatan.

3. Pembangun yang bodoh


a. Matius menulis tentang membangun rumah di atas pasir, sedangkan Lukas,
membangun di atas tanah tanpa dasar. Sifat pasir adalah: mudah digali, mudah tergerus
air, dan mudah bergeser karena angin. Karena sifat-sifatnya ini, maka jika membangun
rumah di atas pasir rumah tersebut tidak akan kokoh, melainkan mudah rusak bahkan
runtuh saat dilanda banjir atau diterpa angin yang kuat. Demikian pula jika membangun
di atas tanah tanpa dasar. Sifat tanah juga mudah tergerus air, sehingga jika rumah
dibangun tanpa fondasi batu, rumah itu akan runtuh di saat banjir.
b. Membangun rumah di atas pasir menunjukkan pekerjaan yang sembarangan, tidak
mau repot mencari lokasi yang aman. Membangun rumah tanpa dasar menunjukkan
tidak mau melakukan pekerjaan yang berat dan sukar. Pembangun rumah ini tidak
memikirkan tujuan jangka panjang. Dia hanya berpikir pendek, menginginkan rumah
segera jadi, segera bisa ditempati, menggunakan cara yang mudah, tidak mau bekerja
keras dan tidak mau melakukan hal-hal yang sukar. Dia tidak memperhitungkan adanya
musibah yang akan datang. Pada saat datang hujan dan banjir, rumah itupun akan
roboh karena fondasinya tidak kokoh. Apa yang telah dikorbankannya pada akhirnya
menjadi sia-sia.
c. Matius menyebut orang ini adalah orang yang bodoh. Kedua Injil menulis bahwa
orang ini adalah orang yang berseru kepada Yesus, mendengar perkataan Yesus tapi
tidak melakukannya. (Mat 7:26; Luk 6:46, 49).
d. Orang yang datang kepada Yesus tetapi tidak mau mendengarkan perkataan-Nya,
apalagi melakukan-Nya, akan menghasilkan kehidupan yang lemah, tidak siap jika tiba-
tiba datang persoalan berat, dan tidak mampu mengatasinya. Hasilnya adalah
kehancuran.

• Perbedaan kedua rumah itu terletak pada dasarnya. Dilihat dari luar mungkin tampak
sama baik dan indah, namun berbeda dalam hal kekuatan dan kualitasnya. Ini hanya
bisa dilihat jika kita menyelidiki dengan membongkar lantainya, atau setelah rumah itu
roboh.
E. APLIKASI

1. Hujan, angin dan banjir


a. Kita, orang Kristen, sering menghadapi berbagai masalah yang berat, yang datang
dari luar. Masalah keluarga, ekonomi, tekanan-tekanan dari masyarakat non Kristen,
godaan iblis, dan lain sebagainya.
b. Masalah kadang-kadang datang secara tiba-tiba atau di luar rencana kita, bahkan di
luar kemampuan kita dapat memikirkannya.
c. Kita harus selalu siap menghadapi berbagai masalah yang datang.

2. Pembangun yang bijaksana


a. Membangun rumah diartikan sebagai membangun kehidupan. Setiap orang percaya
yang mengalami lahir baru maka ia mulai membangun kehidupan yang baru (2 Kor
5:17).
b. Supaya kehidupan ini kuat maka harus dibangun di atas dasar yang kokoh. Yesus
menyebut dasar ini adalah batu karang. Apa yang diwakili oleh batu karang? Paulus
menyatakan bahwa batu karang yang menjadi landasan bangunan kehidupan ini adalah
Kristus. Jika kita membangun kehidupan di atas Kristus, kita akan memiliki kehidupan
yang kokoh, dan kita akan aman serta selamat. Apa arti membangun di atas Kristus?
Artinya, seluruh kehidupan kita bergantung sepenuhnya kepada Kristus. Seluruh
bangunan kehidupan kita bertumpu sepenuhnya kepada Kristus sebagai landasan hidup
kita. Rumah yang kita bangunpun seharusnya menggunakan bahan yang terbaik,
seperti emas dan perak. Kita harus memberikan yang terbaik dari diri kita di dalam
membangun kehidupan kita. Kristus akan menopang kita dalam menghadapi berbagai
persoalan kehidupan dan memampukan kita melewati ujian sehingga kita tetap kokoh
dan memperoleh keselamatan kekal (1 Kor 3:10-14).
c. Lukas menulis tentang ‘menggali dalam-dalam’. Hal ini bukan saja hanya diartikan
sebagai bekerja keras, namun juga dapat diartikan ‘menggali sampai ke dalam Kristus’.
Seharusnya kita membangun hubungan yang dalam dengan Kristus.
d. Hidup kita setiap hari harus bergerak ke arah Kristus. Jika kita telah membangun
hubungan yang kokoh dengan Tuhan, rumah kita bukan sekedar berdiri di atas batu,
tetapi ia tertanam di batu itu. Paulus menyebutnya sebagai “berakar di dalam Kristus”.
Tuhan menginginkan kita memiliki hubungan yang kuat terikat dengan Kristus, seperti
akar yang mencengkeram. Tuhan ingin kita bertambah teguh di dalam iman kepada
Kristus dan hati kita melimpah dengan ucapan syukur. (Kol 2:6-7).
e. Kita harus menjadi orang Kristen yang memandang jauh ke depan, bahwa hidup
bukan hanya untuk sesaat di dunia ini saja, tetapi sampai kepada kehidupan kekal.
Menjadi orang Kristen tidak cukup hanya mendengarkan firman-Nya saja tetapi harus
menjadikan firman itu hidup dalam diri kita dengan mempraktekkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
f. Kita perlu merenungkan hal-hal yang kita lakukan setiap hari:
• Berapa banyak waktu yang kita gunakan untuk merenungkan firman Allah?
• Berapa banyak waktu yang kita gunakan untuk mengenal Allah?
• Sudahkah kita melakukan kehendak Allah?
• Sudahkah kita benar-benar hidup di dalam Kristus?
• Sudahkah kita mengandalkan Kristus sepenuhnya untuk menopang kehidupan kita?

3. Pembangun yang bodoh


a. Orang yang bodoh membangun kehidupannya di atas ‘dunia’, misalnya: harta,
kekuasaan, kekasih, kehormatan, dll. Semua hal dunia ini sifatnya tidak tetap, seperti
pasir, yang mudah bergeser. Bagaimana jika datang persoalan? Kedua Injil dengan
jelas menuliskan, hasilnya adalah kehancuran. Jika kita mengandalkan ‘dunia’ ini
sebagai landasan kehidupan kita, maka yang akan kita dapat adalah kehidupan yang
lemah, mudah terseret arus yang jahat, dan pada akhirnya hidup kita menjadi hancur.
b. Orang ini membangun kehidupannya dengan asal-asalan karena ia berpikir hidup
hanya untuk hari ini saja. Dia hanya memikirkan tujuan jangka pendek dan tidak ingin
bersusah payah membangun hubungan yang dalam dengan Kristus. Bagaimana
dengan kita? Apakah kita termasuk jenis orang yang berkata, “Marilah kita makan dan
minum sebab besok kita mati. Hari inilah milik kita jadi mari kita nikmati selagi sempat?”.
Jika ya, maka kita akan menjadi orang yang lemah imannya tidak akan siap jika tiba-tiba
datang persoalan yang berat. Pastilah hidup kita akan hancur. Meskipun kita tetap
memperoleh keselamatan karena kita percaya kepada Yesus, tetapi seperti di dalam api
(1 Kor 3:15). Dalam buku Tafsiran Alkitab Masa Kini ditulis, bahwa meskipun dia
selamat tetapi upahnya tidak akan sama besarnya dengan orang yang memberikan apa
yang terbaik dari dirinya di dalam membangun kehidupan bersama Kristus.
c. Orang yang rumahnya tersapu banjir akan sangat menyesal. Jika kita tidak ingin
menyesal maka kita tidak boleh berbuat seperti pembangun yang bodoh ini. Ketika kita
selamat dari banjir, hendaknya kita bukan sekedar selamat saja, yaitu tidak memiliki
apa-apa lagi selain hanya tangan kosong. Kita akan tetap selamat namun dengan
menyesali kelalaian kita yang tidak membangun untuk masa depan. Mari kita pikirkan
hal ini, bagaimana jika kita selamat dari banjir dan harus menghadap Allah dengan
tangan hampa? Sama halnya dengan orang yang berseru kepada Tuhan tetapi tidak
melakukan kehendak Bapa di sorga (Mat 7:21). Dan hasilnya adalah, Tuhan tidak
mengenal kita dan mengusir kita dari hadapan-Nya, karena kita tidak pernah mau
berusaha membangun hubungan yang dalam dengan Kristus (Mat 7:23).
d. Kita sering mengatakan bahwa kita percaya kepada Kristus. Tetapi sudahkah kita
melakukan firman-Nya? Berbuat tidak semudah mengatakannya. Mungkin harus kita
akui bahwa sangat sulit untuk mempraktekkan firman Tuhan dalam kehidupan kita
sehari-hari. Namun jika kita benar-benar mengandalkan Kristus sebagai landasan hidup
kita dan kita setiap hari mau berusaha keras membangun hubungan yang dalam dengan
Kristus, maka Dia akan menolong kita untuk dapat melakukan kehendak-Nya. Niscaya
kita akan mampu menahan badai kehidupan yang menerpa kita dan menerima upah
yang indah karena kita berhasil melewati ujian.

Anda mungkin juga menyukai