Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dahulu orang mendapatakan air dengan cara menimba air di sumur sekarang
orang-orang sudah menggunakan pompa air untuk mendapatkan air dari sumur. Dulu
orang jika berpergian dari satu tempat ke tempat lain dengan jalan kaki, sekarang orang
berpergian dengan menggunakan mobil, kereta, pesawat, dan lain-lainnya.
Dari contoh diatas, pada era globalisasi ini manusia tidak akan pernah luput yang
namanya IPTEK yang mempunyai kepanjangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Teknologi selalu disangkut pautkan dengan alat-alat canggih dan modern, sedangkan
ilmu pengetahuan disangkut-pautkan dengan pelajaran yang kita terima di sekolah atau
kuliah.
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi orang-orang semakin
meninggalkan iman mereka. Mereka selalu bergantung pada IPTEK dan mulai
melupakan Tuhan mereka. Lalu bagaimana dengan Agama - agama dalam menghadapi
kemajuan dunia dalam era globalisasi yang serba IPTEK ini?
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang didasarkan atas fakta-fakta di mana
pengujian kebenarannya diatur menurut suatu tingkah laku system.
Teknologi merupakan pengetahuan terhadap penggunaan alat dan kerajinan, dan
bagaimana hal tersebut mempengaruhi kemampuan untuk mengontrol dan beradaptasi
dengan lingkungan alamnya.
Dari pengertian ini bisa dilihat bahwa ilmu pengetahuan cenderung berpijak pada
teori, sedangkan teknologi merupakan suatu ilmu terapan.
Gereja adalah suatu persekutuan atau suatu individu yang percaya kepada Tuhan
Yesus.

1
Teknologi sangat berkaitan erat dalam gereja karena gereja dan teknologi harus
berjalan selaras dan sesuai dengan pandangan Tuhan yaitu Alkitab.

B. Rumusan masalah
1) Apakah dampak dari perkembangan IPTEK?
2) Bagaimana sikap agama agama terhadap IPTEK?

C. Tujuan penulisan
1) Mengetahui dampak perkembangan IPTEK
2) Mengetahui sikap agama agama terhadap IPTEK

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dampak perkembangan IPTEK

Kemajuan IPTEKS awalnya bertujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia,


tetapi kenyataannya teknologi menimbulkan ketakutan dan keresahan baru bagi
kehidupan manusia. Karena adanya kekhawatiran tentang penyalagunaanya oleh orang
yang tidak bertanggung jawab.

Dampak perkembangan IPTEKS dihadapkan pada berbagai bidang, bahkan


pada semua aspek yang ada dalam kehidupan dunia ini. seperti yang kita lihat sekarang
ini, semua orang dalam kehidupannya sehari-hari hampir tidak bisa lepas dari teknologi,
seorang dosen, guru maupun pegawai kantoran kalau pergi ke tempat kerja tidak lupa
membawa, laptop dan LCD, setiap orang selalu berdampingan dengan HP, saat jam
istirahat di rumah selalu ditemani dengan tayangan Televisi, dan lain sebagainya,
semuanya itu hanya sebagian kecil dari pengaruh perkembangan yang ditimbulkan oleh
IPTEKS.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa dengan adanya IPTEKS , manusia


dapat terbantu untuk memenuhi berbagai kebutuhan dan menyelesaikan berbagai
permasalahan yang dihadapi. Tetapi di sisi lain juga harus sadar akan adanya berbagai
ancaman yang dapat di timbulkan oleh perkembangan dan membahayakan manusia itu
sendiri.

Bidang-bidang yang di pengaruhi oleh perkembangan IPTEKS, antara lain :

1. Bidang Pendidikan
Dalam bidang pendidikan terdapat beberapa dampak positif dan negatif, yaitu :
a). Dampak Positif

3
Munculnya Media Massa, khususnya media elektronik sebagai sumber ilmu
dan pus`at pendidikan.
Munculnya metode pembelajaran yang baru, yang memudahkan siswa dengan
guru dalam proses pembelajaran
System pembelajaran tidak harus melalui tatap muka.
Adanya system pengolahan data hasil penelitian yang menggunakan
pemanfaatan teknologi.
Pemenuhan akan kebutuhan fasilitas pendidikan dapat dipenuhi dengan cepat.
b). Dampak Negatif
Siswa menjadi malas belajar
Terjadinya pelanggaran asusila
Penyalagunaan pengetahuan untuk melakukan tindakan kriminal.

2. Bidang Informasi dan Komunikasi


a). Dampak Positif
Informasi tersebar dan cepat akurat
Berkomunikasi jarak jauh dengan waktu yang sama dan praktis
Dapat mencari dan mendapatkan informasi dengan cepat
Diskusi online
Melakukan transaksi dengan cepat kapanpun, dimanapun secara onlne.
b). Dampak Negatif
Information Overload (Kelebihan Informasi)
Dehumanization ( Hilang/turun penghargaan)
Lost of Privacy ( Hilangnya Privasi)
Digital Cap
Possible Massive Unemployment
Impact on Globalization on Culture
3. Bidang Ekonomi dan Industri
a). Dampak Positif
Peningkatan Kualitas Produk
Peningkatan Kantitas Produk

4
Produksi Barang Semakin Cepat dan Benar
Transaksi Ekonomi dapat dilakukan dengan Mudah dan Cepat
Tidak perlu ke Bank untuk Melakukan pembayaran/transfer
Persaingan dalm dunia Kerja sehingga menuntut para pekerja untuk
menambah skill dan pengetahuan yang dimiliki
Terjadinya ndustrialisasi
b). Dampak Negatif
Terjadinya PHK
Meningkatnya Pengangguran
Polusi dan Limbah Pabrik mencemari Lingkungan sekitar
Pembobolan dan Pencurian Uang dalam rekening/ATM Bank.
4. Bidang Sosial dan Budaya
Sikap Konsumerisme
Individualisme
Munculnya Kemerosotan Moral
Menghilangnya sikap bergotong-royong
Pola interaksi antar manusia berubah
Kesenjangan Sosial.
Secara Umum adapun Dampak Negatif dan Positif dari perkembangan
IPTEKS, yaitu :
a). Dampak Negatif
Mempengaruhi Pola Berpikir
Hilangnya Budaya Tradisional
Banyak Menimbulkan Berbagai Kerusakan
b). Dampak Positif
Memberikan berbagai kemudahan
Mempermudah meluasnya berbagai informasi
Bertambahnya pengetahuan dan berwawasan

5
B.Sikap agama agama terhadap IPTEK

1. Sikap agama Kristen terhadap iptek

Adakah IPTEK dalam Alkitab?

Pertama, dalam sejarah air bah dengan jelas bahwa Allah memerintahkan Nuh
membuat kapal untuk menyelamatkan ia dan keluarganya dari kebinasaan akibat air bah
dan kebobrokan moral dunia pada waktu itu. Dimensi ruang dalam kapal ataupun bahan
telah ditentukan oleh Allah (Kej 6:14-15).

Kedua, ketika Musa diperintahkan untuk membuat Kemah Suci (Kel 25:9), Allah
sendiri telah menjadi arsitek yang merencanakan ruang-ruang, dimensi dan bahan untuk
kemah suci tersebut (Kel 25:1-27:21). Kemudian kita membaca bahwa kemuliaan Allah
memenuhi Kemah Suci tersebut (Kel 40:35).

Ketiga, tentang Bait Suci dan istana yang dibangun oleh Salomo (1 Raj 7-8). Dari
contoh-contoh di atas dapat dilihat bahwa Allah tidak pernah menghalangi ataupun
menutup segala perkembangan IPTEK. Kita pun melihat dalam contoh-contoh ini bahwa
setiap teknologi selalu di kaitkan dengan keselamatan dan maksud Allah terhadap
manusia dan dunia.

Akan tetapi di sisi lain, kita akan melihat bahwa Allah juga menentang setiap penciptan
teknologi yang bermotivasikan kebesaran diri, kelompok, ataupun bangsa.

Keempat, ketika Allah memporak-porandakan Babel (Kej 11:1-9), yang ditentang


bukanlah pendirian kota dan menara Babelnya tapi motivasi mereka yang mencari nama
dan ingin menyamai Allah (Kej 11:4).

6
Kelima, kemewahan, gemerlap teknologi di zaman Salomo dapat menyebabkan
dia banyak mengoleksi wanita asing sehingga dia kemudian jatuh kepada penyembahan
berhala (I Raj 11:1-13).

Keenam, Ketika murid-murid menunjuk pada bangunan Bait Suci, Yesus


mengatakan bahwa bangunan tersebut akan diruntuhkan (Mat 24:1-2).

Ketujuh, Tuhan Yesus juga menentang penyalahgunaan fungsi Bait Suci yang
dibangun selama empat puluh enam tahun menjadi arena komersil (Yoh 2:16).

Dari tinjauan Alkitab ini bisa disimpulkan bahwa IPTEK telah dimulai sejak awal
sejarah manusia. Manusia memiliki daya cipta IPTEK karena dia diciptakan sebagai
gambar Allah dan sebagai pribadi yang berakal budi. Allah sendiri adalah pencipta alam
semesta, pendorong dan pencetus ide terhadap lahirnya IPTEK. Kita harus ingat bahwa
Yesus sendiri adalah tukang kayu (Mrk 5:3). Ia adalah seorang yang mengerti pondasi
dan mekanika tanah (Mat 7:24-27). Allah tidak pernah membatasi daya cipta dan kreasi
manusia akan IPTEK. Namun perlu juga dicatat bahwa ide dan tujuan penciptaan IPTEK
dan produknya oleh manusia akan dipengaruhi oleh pandangan-pandangannya terhadap
Allah, manusia dan alam semesta.

PERINTAH ALLAH UNTUK MANUSIA

Manusia diberikan kebebasan mutlak oleh Tuhan untuk menguasai alam ini seperti yang
tertulis didalam Kejadian 1:28. Alatalat perlangkapan yang diciptakan hendaknya
ditujukan yakni untuk memuji nama Tuhan (1 Kor 10:13)

Jadi, manusia yang diberi kebebasan mutlak oleh Tuhan harus menguasai alam ini
termasuk teknologi yang diciptakan dengan tujuan yang baik dan yang terutama untuk
memuji dan memuliakan nama Tuhan.

ALLAH DALAM DUNIA YANG BERUBAH CEPAT

7
Perubahan cepat yang dirasakan pada kehidupan manusia di sebabkan oleh modernisasi.
Perubahan yang baru dikenal oleh manusia dapat menimbulkan keputusasaan pada
sebagian orang. Unsur yang paradoksal dapat kita jumpai dalam kitab Yohanes tentang
masalah dunia. Yohanes 3:16 menyatakan bahwa ALLAH mengasihi dunia ini,
sedangkan dalam Yohanes 17:15 dijelaskan bahwa: Yesus berdoa supaya dunia tempat
murid-murid Yesus berada dilindungi, diberkati oleh ALLAH dari yang jahat. Dalam hal
ini, Yesus menuntut agar setiap manusia mau bertobat dan memulai kehidupan yang baru
agar manusia tidak serupa dengan dunia yang penuh dengan teka-teki kehidupan dan
perubahan cepat. Perubahan yang terjadi dalam dunia tidak dapat mengalahkan
perubahan hidup yang baru yang hanya terjadi didalam Yesus (2 Kor 5:17).

Tugas gereja pada sekarang ini dan mendatang dimana IPTEK mencapai kemegahannya
dapat memanfaatkan teknologi untuk pelayanan gereja sehingga mampu membuat
manusia seutuhnya mengabdi kepada ALLAH bapa. Gereja harus memikirkan bagaimana
program pelaynan, kesaksian dan persekutuan dapat diisi secara manusiawi dan
bertanggung jawab dihadapan ALLAH melalui teknologi. Untuk menghadapi perubahan
dunia yang begitu cepat gereja harus berperan didalamnya untuk memperhatikan
generasi-generasi muda saat ini (anak-anak & remaja) agar mereka tidak diperbudak oleh
teknologi, jika tidak maka gereja akan kehilangan generasi.

Hubungan Timbal Balik antara Iman dengan IPTEK

Teknologi dapat bertentangan dengan iman, sebagai contohnya:

IPTEK dapat menjadi berhala karena dapat menjelaskan segala perkara, masalah
hidup dan memenuhi harapan manusia. Maka IPTEK dijadikan dewa dan manusia tidak
memerlukan Tuhan

Menciptakaan keadaan tak bernorma. Ini telah terbukti dimana teknologi audio dan
visual seperti alat-alat elektronik, telah menciptakan dunia hiburan yang tak bermoral.

Teknologi termasuk alat bukan tujuan, Contoh yang jelas adalah perkembangan
teknik nuklir. Penemuan tenaga atom adalah suatu penemuan yang hebat. Sama

8
pentingnya dengan penemuan api oleh manusia purba. Tetapi jika di dalam penggunaan
tenaga nuklir itu kita tidak bertanya, Untuk apa tenaga itu akan kita pergunakan? maka
tenaga nuklir itu akan menjadi alat yang dipergunakan manusia untuk menghancurkan
diri sendiri.

Teknologi Dan Iman Dapat Menjadi Persekutuan, sebagai contoh:

Alkitab menyatakan kepada kita beberapa tuntunan yang jelas tentang Teknologi:

1. Teknologi adalah tugas

Pengaruh Kekristenan yang mendorong lahirnya IPTEK merupakan cermin sikap


Kristiani yang bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan Allah kepada manusia
sebagaiamana tertulis dalam Kejadian 1:28 Allah memberkati mereka, lalu Allah
berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan
taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas
segala binatang yang merayap di bumi." Artinya, Tuhan memerintahkan kita seabagai
manusia untuk menguasai segala yang ada di bumi termasuk teknologi untuk memuji dan
memuliakan nama Tuhan.

2. Teknologi harus sesuai dengaan nilai moral

Setiap Orang Percaya dapat menggali dan mempergunakan teknologi sesuai dengan
nilai-nilai moral, dengan taat dan bertanggung jawab kepada norma-norma Allah.
Teknologi juga digunakan harus sesuai dengan norma-norma yang berlaku di dalam
masyarakat. Jika tidak demikian maka teknologi justru akan membawa dampak buruk
bagi kehidupan.

IMAN KRISTEN DALAM IPTEK

Kekristen dengan ilmu pengetahuan dapat saling menopang satu sama lain, atau
sebaliknya dapat menjadi berlawanan, dimana seringkali ilmu pengetahuan menyerang

9
ajaran-ajaran fundamental dalam agama yang dapat menggoyahkan iman percaya
Kristen.

Agama mengalami pergeseran cara pemahaman yang diakibatkan oleh ilmu pengetahuan.
Alkitab yang tidak pernah berubah, tetapi dibaca oleh orang-orang yang tidak sama cara
pemikirannya dari zaman ke zaman.

Apakah Iman dan Ilmu bertentangan?

Di dalam dunia ini tidak ada hal yang baru untuk diciptakan. Science is discovery of truth
yang berarti segala sesuatu di dunia ini telah ada, namun perlu ditemukan oleh manusia
itu sendiri melalui ilmu pengetahuan. Iman mengandung makna percaya walau tidak
melihat. Sama seperti otak manusia dimana kita percaya bahwa kita memiliki otak yang
menjadi pusat hidup manusia walau kita tidak pernah melihat otak itu. Olah sebab itu,
dibutuhkan ilmuan-ilmuan untuk meneliti dan menemukan bagaimana bentuk dan cara
kerja otak itu. Ilmu pengetahuan adalah sebagai penopang Iman untuk sesuatu hal yang
mustahil namun tidak semua hal Iman dapat dijelaskan melalui ilmu pengetahuan. Hal-
hal Iman tersebut banyak kita temukan dalam Alkitab; Laut Tiberau yang terbelah dua,
Tembok kota Yeriko yang runtuh, air biasa manjadi anggur, hingga kebangkitan Yesus.

Maka Yesus berkata kepadanya, "Engkau percaya karena sudah melihat Aku, bukan?
Berbahagialah orang yang percaya meskipun tidak melihat Aku!" (Yohanes 20:29-BIS).
Ini perkataan yang ditujukan Yesus kepada Thomas karena dia tidak akan percaya pada
murid-murid lainnya yang telah melihat Yesus yang bangkit sebelum ia sendiri melihat
dan menaruh tangannya pada tangan dan kaki Yesus yang dipaku.

IMAN KRISTEN adalah percaya mendahului pengetahuan yang berarti Percaya dulu
pada Allah baru kita dapat mengenal DIA karena DIA tidak dapat dibuktikan melakui
ilmu pengetahuan manusia yang terbatas. Untuk memperoleh ilmu sejati, pertama-tama
orang harus mempunyai rasa hormat dan takut kepada TUHAN. Orang bodoh tidak
menghargai hikmat dan tidak mau diajar (Amsal 1:7-BIS). Hiduplah takut akan Allah
dengan menghormati-NYA sebagai Tuhan, maka DIA akan menolong kita untuk
mengerti akan hal-hal yang sulit dipahami.

10
Sumber IPTEK adalah ALLAH

Alkitab mengatakan Baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah
orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbanngan (Amsal 1:5). Dari ayat ini
kita bisa lihat bahwa Allah sebenarnya menghendaki manusia terus mengembangkan diri,
menambah ilmu, dan menambah pengertian. Hal ini berarti bahwa kita tidak perlu
menjauhi IPTEK tapi justru terus mengembangkannya menjadi lebih baik lagi untuk
kemuliaan Tuhan.

Ilmu pengetahuan & teknologi memilki dua sisi yaitu sisi negatif dan sisi positif. Bailklah
kita sebagai manusia harus bisa dan memang seharusnya menggunakan teknologi untuk
hal-hal positif dan yang pasti tujuan utamanya adalah untuk memuji dan memuliakan
nama Tuhan Allah yang adalah pencipta kita.

2. Sikap agama islam terhadap IPTEK

Untuk memperjelas, akan disebutkan dulu beberapa pengertian dasar. Ilmu


pengetahuan (sains) adalah pengetahuan tentang gejala alam yang diperoleh melalui proses
yang disebut metode ilmiah (scientific method) .Sedang teknologi adalah pengetahuan dan
ketrampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia
sehari-hari. Perkembangan iptek, adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk
memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek

Peran Islam dalam perkembangan iptek, adalah bahwa Syariah Islam harus
dijadikan standar pemanfaatan iptek. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam)
wajib dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga bentuknya. Iptek
yang boleh dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan
iptek yang tidak boleh dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan syariah Islam.

Kewajiban mencari ilmu

11
Pada dasarnya kita hidup didunia ini tidak lain adalah untuk beribadah kepada
Allah. Tentunya beribadah dan beramal harus berdasarkan ilmu yang ada di Al-Quran dan
Al-Hadist. Tidak akan tersesat bagi siapa saja yang berpegang teguh dan sungguh-sungguh
perpedoman pada Al-Quran dan Al-Hadist.

Disebutkan dalam hadist, bahwasanya ilmu yang wajib dicari seorang muslim ada 3,
sedangkan yang lainnya akan menjadi fadhlun (keutamaan). Ketiga ilmu tersebut adalah
ayatun muhkamatun (ayat-ayat Al-Quran yang menghukumi), sunnatun qoimatun (sunnah
dari Al-hadist yang menegakkan) dan faridhotun adilah (ilmu bagi waris atau ilmu faroidh
yang adil)

Dalam sebuah hadist rasulullah bersabda, mencari ilmu itu wajib bagi setiap
muslim, dan orang yang meletakkan ilmu pada selain yang ahlinya bagaikan
menggantungkan permata dan emas pada babi hutan.(HR. Ibnu Majah dan lainya)

Juga pada hadist rasulullah yang lain,carilah ilmu walau sampai ke negeri cina.
Dalam hadist ini kita tidak dituntut mencari ilmu ke cina, tetapi dalam hadist ini rasulullah
menyuruh kita mencari ilmu dari berbagai penjuru dunia. Walau jauh ilmu haru tetap
dikejar.

Dalam kitab Talimul mutaalim disebutkan bahwa ilmu yang wajib dituntut
trlebih dahulu adalah ilmu haal yaitu ilmu yang dseketika itu pasti digunakan dal diamalkan
bagi setiap orang yang sudah baligh. Seperti ilmu tauhid dan ilmu fiqih. Apabila kedua
bidang ilmu itu telah dikuasai, baru mempelajari ilmu-ilmu lainya, misalnya ilmu
kedokteran, fisika, matematika, dan lainya.

Kadang-kadang orang lupa dalam mendidik anaknya, sehingga lebih


mengutamakan ilmu-ilmu umum daripada ilmu agama. Maka anak menjadi orang yang
buta agama dan menyepelekan kewajiban-kewajiban agamanya. Dalam hal ini orang tua
perlu sekali memberikan bekal ilmu keagamaan sebelum anaknya mempelajari ilmu-ilmu
umum.

12
Dalam hadist yang lain Rasulullah bersabda, sedekah yang paling utama adalah
orang islam yang belajar suatu ilmu kemudian diajarkan ilmu itu kepada orang lain.(HR.
Ibnu Majah)

Maksud hadis diatas adalah lebih utama lagi orang yang mau menuntut ilmu
kemudian ilmu itu diajarkan kepada orang lain. Inilah sedekah yang paling utama dianding
sedekah harta benda. Ini dikarenakan mengajarkan ilmu, khususnya ilmu agama, berarti
menenan amal yang mutaadi (dapat berkembang) yang manfaatnya bukan hanya
dikenyam orang yang diajarkan itu sendiri, tetapi dapat dinikmati orang lain.

Keutamaan orang yang berilmu

Orang yang berilmu mempunyai kedudukan yang tinggi dan mulia di sisi Allah dan
masyarakat. Al-Quran menggelari golongan ini dengan berbagai gelaran mulia dan
terhormat yang menggambarkan kemuliaan dan ketinggian kedudukan mereka di sisi Allah
SWT dan makhluk-Nya. Mereka digelari sebagai al-Raasikhun fil Ilm (Al Imran : 7),
Ulul al-Ilmi (Al Imran : 18), Ulul al-Bab (Al Imran : 190), al-Basir dan as-Sami'
(Hud : 24), al-A'limun (al-A'nkabut : 43), al-Ulama (Fatir : 28), al-Ahya' (Fatir
: 35) dan berbagai nama baik dan gelar mulia lain.
Dalam surat ali Imran ayat ke-18, Allah SWT berfirman: "Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan
melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang- orang yang
berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". Dalam ayat ini ditegaskan pada golongan orang berilmu bahwa mereka
amat istimewa di sisi Allah SWT . Mereka diangkat sejajar dengan para malaikat yang menjadi saksi
Keesaan Allah SWT. Peringatan Allah dan Rasul-Nya sangat keras terhadap kalangan yang
menyembunyikan kebenaran/ilmu, sebagaimana firman-Nya: "Sesungguhnya orang-orang yang
menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk,
setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati
pula oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati." (Al-Baqarah: 159) Rasulullah saw juga bersabda:
"Barangsiapa yang menyembunyikan ilmu, akan dikendali mulutnya oleh Allah pada hari kiamat dengan
kendali dari api neraka." (HR Ibnu Hibban di dalam kitab sahih beliau. Juga diriwayatkan oleh Al-Hakim.
Al Hakim dan adz-Dzahabi berpendapat bahwa hadits ini sahih). Jadi setiap orang yang berilmu harus
mengamalkan ilmunya agar ilmu yang ia peroleh dapat bermanfaat. Misalnya dengan cara mengajar atau
mengamalkan pengetahuanya untuk hal-hal yang bermanfaat[1].

13
Tanggung jawab ilmuwan terhadap alam

Manusia, sebagaimana makhluk lainnya, memiliki ketergantungan terhadap alam.


Namun, di sisi lain, manusia justru suka merusak alam. Bahkan tak cukup merusak, juga
menhancurkan hingga tak bersisa.

Tiap sebentar kita mendengar berita menyedihkan tentang kerusakan baru yang
timbul pada sumber air, gunung atau laut. Para ilmuwan mengumumkan ancaman
meluasnya padang pasir, semakin berkurangnya hutan, berkurangnya cadangan air minum,
menipisnya sumber energi alam, dan semakin punahnya berbagai jenis tumbuhan dan
hewan.

Sayangnya, meski nyata terasa dampak akibat kerusakan tersebut, sebagian besar
manusia sulit menyadarinya. Mereka berdalih apa yang mereka lakukan adalah demi
kepentingan masa depan. Padahal yang terjadi justru sebaliknya; tragedi masa depan itu
sedang berjalan di depan kita. Dan, kitalah sesungguhnya yang menjadi biang kerok dari
tragedi masa depan tersebut.

Manusia telah diperingatkan Allah SWT dan Rasul-Nya agar jangan melakukan
kerusakan di bumi. Namun, manusia mengingkari peringatan tersebut.
Allah SWT menggambarkan situasi ini dalam Al-Quran:

Dan bila dikatakan kepada mereka, Janganlah kamu membuat kerusakan di


muka bumi, mereka menjawab, Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan
perbaikan. (QS Al-Baqarah:11)
Allah SWT juga mengingatkan manusia: Telah tampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Katakanlah, Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang
mempersekutukan (Allah). (QS Ar-ruum: 41-42)

14
Pada masa sekarang pendidikan lingkungan menjadi mutlak diperlukan. Tujuannya
mengajarkan kepada masyarakat untuk menjaga jangan sampai berbagai unsur lingkungan
menjadi hancur, tercemar, atau rusak.

Untuk itu manusia sebagai khalifah di bumi dan sebagai ilmuwan harus bisa
melestarikan alam. Mungkin bisa dengan cara mengembangkan teknlogi ramah
lingkungan, teknologi daur ulang, dan harus bisa memanfaatkan sumber daya alam dengan
bijak.

Bukti-bukti ilmu pengetahuan yang telah di jelaskan dalam al quran.

1.Nebula

Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi mawar merah seperti (kilapan) minyak.
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

(Q.S. Ar Rahmaan:37-38)

Nebula adalah kumpulan 100 milyar galaksi yang berbentuk seperti bunga mawar.

2.Kesempurnaan Di Alam Semesta

Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada
ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-
ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi
niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat
dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah.

(QS. Al Mulk: 3-4)

Di alam semesta, miliaran bintang dan galaksi yang tak terhitung jumlahnya bergerak
dalam orbit yang terpisah. Meskipun demikian, semuanya berada dalam keserasian.
Bintang, planet, dan bulan beredar pada sumbunya masing-masing dan dalam sistem yang
ditempatinya masing-masing. Terkadang galaksi yang terdiri atas 200-300 miliar bintang

15
bergerak melalui satu sama lain. Selama masa peralihan dalam beberapa contoh yang
sangat terkenal yang diamati oleh para astronom, tidak terjadi tabrakan yang menyebabkan
kekacauan pada keteraturan alam semesta.

3.Orbit

Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-
masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.

(QS. Al Anbiya: 33)

Bintang, planet, dan bulan berputar pada sumbunya dan dalam sistemnya, dan alam semesta
yang lebih besar bekerja secara teratur. Semuanya bergerak pada orbit tertentu.

4.Perjalanan Matahari

Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha


Perkasa lagi Maha Mengetahui.(QS. Yasin:38)

Berdasarkan perhitungan para astronom, akibat aktivitas galaksi kita, matahari berjalan
dengan kecepatan 720.000 km/jam menuju Solar Apex, suatu tempat pada bidang angkasa
yang dekat dengan bintang Vega.

5.Langit Tujuh Lapis

Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.

(QS. Ath-Thalaq:12)

Atmosfer bumi ternyata terbentuk dari tujuh lapisan. Berdasarkan Encyclopedia Americana
(9/188), lapisan-lapisan yang berikut ini bertumpukan, bergantung pada suhu, yaitu lapisan
troposfer, stratosfer, mesosfer, termosfer, ionosfer, eksosfer, dan magnetosfer.

6.Gunung Mencegah Gempa Bumi

16
Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-
gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan
memperkembangbiakkan padanya segala macam jenis binatang.

(QS. Luqman:10)

Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan dan gunung-gunung
sebagai pasak?

(QS. An-Naba:7)

Informasi yang diperoleh melalui penelitian geologi tentang gunung sangatlah sesuai
dengan ayat Al Quran. Salah satu sifat gunung yang paling signifikan adalah
kemunculannya pada titik pertemuan lempengan-lempengan bumi, yang saling menekan
saat saling mendekat, dan gunung ini mengikat lempengan-lempengan tersebut. Dengan
sifat tersebut, pegunungan dapat disamakan seperti paku yang menyatukan kayu.

Selain itu, tekanan pegunungan pada kerak bumi ternyata mencegah pengaruh aktivitas
magma di pusat bumi agar tidak mencapai permukaan bumi, sehingga mencegah magma
menghancurkan kerak bumi.

7.Air Laut Tidak Saling Bercampur

Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara
keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing.

(QS. Ar-Rahman:19-20)

Pada ayat di atas ditekankan bahwa dua badan air bertemu, tetapi tidak saling bercampur
akibat adanya batas. Bagaimana ini dapat terjadi? Biasanya, bila air dari dua lautan
bertemu, diduga airnya akan saling bercampur dengan suhu dan konsentrasi garam
cenderung seimbang. Namun, kenyataan yang terjadi berbeda dengan yang diperkirakan.
Misalnya, meskipun Laut Tengah dan Samudra Atlantik, serta Laut Merah dan Samudra
Hindia secara fisik saling bertemu, airnya tidak saling bercampur. Ini karena di antara

17
keduanya terdapat batas. Di Selat Gibraltar lebih terlihat lagi. Antara air di Selat Gibraltar
dengan Laut Mediteran terdapat perbedaan warna yang jelas yang menjadi batas antara
keduanya.

3. Sikap AgamaBudha terhadap IPTEK

Pendidikan dalam Agama Buddha

Sang Buddha adalah guru para dewa dan manusia (Satta Deva Manussanam). Sebagai guru, Sang
Buddha mengajar para dewa dan manusia dengan menggunakan cara atau metode yang tepat.
Dalam mengajar Sang Buddha selalu melihat keadaan batin para siswaNya. Jika keadaan batin
para siswanya itu cukup bersih, maka beliau akan memberikan pelajaran Dhamma yang cukup
tinggi seperti Cattari Ariya Saccani. Sebaliknya jika keadaan batin para siswanya tidak cukup
bersih maka beliau akan memberikan pelajaran Dhamma yang ringan seperti Anupubbikatha.
Dengan demikian para siswa Sang Buddha yang mau mendengar Dhamma dengan sungguh-
sungguh akan dapat mengerti Dhamma dengan baik.

Pengajaran dalam agama Buddha juga mencakup pengertian yang sama dengan pendidikan
umum yaitu merupakan interaksi antara guru dan siswa (belajar dan mengajar). Seperti yang
dijelaskan dalam Sigalovada Sutta tentang lima kewajiban guru dan lima kewajiban siswa. Lima
kewajiban seorang guru yaitu: melatih siswa sedemikian rupa sehingga ia terlatih dengan baik;
membuat ia menguasai apa yang telah diajarkan; mengajar secara mendalam ilmu pengetahuan
dan kesenian; berbicara baik tentang muridnya diantara sahabat dan kawan-kawannya;
memperlengkapi muridnya demi keamanan dalam setiap arah. Sedangkan lima kewajiban murid
adalah: bangkit dari tempat duduk mereka (memberi hormat); melayani mereka; dengan tekad
baik untuk belajar; memberikan persembahan kepada mereka; dan memberikan perhatian sewaktu
diberi pelajaran.

18
Metode atau cara Sang Budha dalam mengajarkan Dhamma terdiri dari berbagai macam, antara
lain: metode ceramah (kotbah), metode tanya jawab, dengan perumpamaan-perumpamaan/contoh-
contoh. Selain itu Sang Buddha selalu menganjurkan para siswanya untuk aktif, tidak menerima
begitu saja ajaran yang diberikan melainkan dengan menyelidiki dan membuktikan sendiri apakah
ajaran itu baik atau tidak (dalam Kalama Sutta). Namun pada prinsipnya ada tiga cara Sang Buddha
mengajar yaitu:

1. Beliau mengajar agar mereka yang mendengar dapat mengetahui secara mendalam
dan melihat dengan benar apa yang pantas untuk diketahui dan dilihat.
2. Beliau mengajar dengan alasan-alasan, sehingga mereka yang mendengar dapat
merenungkan (Dhamma) dan melihatnya dengan benar (bagi diri mereka sendiri).
3. Beliau mengajar dengan suatu cara yang luar biasa, sehingga mereka yang
mengikuti ajarannya itu dapat memperoleh faedah-faedah sesuai dengan praktek mereka.
(Dhamma Vibhanga I, 45)

Menurut kitab Mahayana, ada berbagai macam cara Sang Buddha dalam menerangkan Dharma,
seperti:

1. Sutra: kotbah-kotbah Sang Buddha dalam menerangkan Dharma


2. Gatha: syair-syair kembar yang mengisahkan pujaan-pujaan.
3. Itivrttaka: mengisahkan kehidupan lalu para siswa.
4. Jataka: mengisahkan kehidupan Tathagata.
5. Adbhuta: mengisahkan kemukjizatan Sang Buddha serta para siswa.
6. Nidana: mengisahkan sebab akibat
1. Aupanya: dengan perumpamaan yang mudah untuk menerangkan hal-hal
yang sukar dimengerti.
2. Geya: syair yang diucapkan untuk menyimpulkan apa yang telah
diterangkan semula serta menitikberatkan artinya.
7. Upadesa: menerangkan hal-hal yang sukar dimengerti dengan cara tanya jawab.

Angutara Nikaya, III bab X terdapat penjelasan tentang bagaimana Sang Buddha mengajarkan
Dhamam yaitu:

19
Sang Bhagava memanggil para Bhikkhu dan berkata : Para Bhikkhu, saya mengajarkan
Dhamma dengan penuh pengertian atau pemahaman, bukan tanpa pemahaman. Saya mengajarkan
Dhamma dengan penuh hubungan atau alasan, bukan tanpa hubungan atau alasan. Saya
mengajarkan Dhamma dengan cara yang luar biasa, bukan tanpa keajaiban. Sejak saya melakukan
hal itulah, sebabnya kenapa saya akan mengingatkan atau mengajarkan. Inilah alasan tepat kenapa
saya akan mengajar. Hal inilah yang mungkin akan membuatmu bahagia. Inilah yang akan
memuaskan hatimu. Hal inilah yang akan membuatmu mencapai kebebasan, Penerangan
sempurna dari Sang Buddha.

Jadi, dengan adanya bukti-bukti itu menunjukkan bahwa agama Buddha lahir dengan adanya
pendidikan/pengajaran yang telah dipelopori oleh Sang Buddha. Proses pengajaran yang dilakukan
tidak pernah bertentangan dengan prinsip pengajaran/pendidikan yang ada sekarang ini. Bahkan
metode yang digunakan oleh Sang Buddha tetap relevan untuk dijalankan, meskipun harus
dilakukan penyesuaian-penyesuaian karena kapasitas kemampuan manusia pada jaman sekarang
berbeda dengan kualitas manusia pada jaman Sang Buddha.

Pengajaran pada jaman Sang Buddha juga memiliki komponen-komponen yang sama dengan
komponen pendidikan sekarang, yaitu:

1. Guru, yaitu Sang Buddha dan para siswa utamanya.


2. Murid, yaitu para siswa Sang Buddha baik para pertapa/bhikkhu maupun umat
perumah tangga dengan berbagai macam karakter dan latar belakang.
3. Tujuan, yaitu untuk membebaskan manusia dari kekotoran batin dan agar mereka
mencapai pembebasan.
4. Materi atau bahan pengajarannya adalah Dhamma (Hukum Kesunyataan).
5. Metode atau alat perlengkapan adalah metode-metode yang digunakan Sang
Buddha (seperti yang dijelaskan di atas).
6. Evaluasi, yaitu dengan cara pengamatan langsung secara fisik dan
dengan kekuatan batinnya.

Belajar merupakan jalan satu-satunya untuk dapat membebaskan diri dari kebodohan.
Sang Buddha juga menjelaskan pentingnya belajar dalam kehidupan manusia. Orang yang tidak

20
mau belajar akan menjadi tua seperti sapi; dagingnya bertambah tetapi kebijaksanaannya tidak
berkembang (Dhp. 152).

Namun, perlu diingat bahwa metode agama Buddha dalam mencapai kebenaran tertinggi -
kebangkitan dari kebodohan untuk mencari pengetahuan penuh tidak didasarkan pada kemajuan
intelek akademis. Penerimaan ajaran itu dalam praktek yang menuntun para pengikut kepada
penerangan sempurna dan tujuan akhir Nirvana. Pendidikan dalam Agama Buddha

Sang Buddha adalah guru para dewa dan manusia (Satta Deva Manussanam). Sebagai guru, Sang
Buddha mengajar para dewa dan manusia dengan menggunakan cara atau metode yang tepat.
Dalam mengajar Sang Buddha selalu melihat keadaan batin para siswaNya. Jika keadaan batin
para siswanya itu cukup bersih, maka beliau akan memberikan pelajaran Dhamma yang cukup
tinggi seperti Cattari Ariya Saccani. Sebaliknya jika keadaan batin para siswanya tidak cukup
bersih maka beliau akan memberikan pelajaran Dhamma yang ringan seperti Anupubbikatha.
Dengan demikian para siswa Sang Buddha yang mau mendengar Dhamma dengan sungguh-
sungguh akan dapat mengerti Dhamma dengan baik.

Pengajaran dalam agama Buddha juga mencakup pengertian yang sama dengan pendidikan
umum yaitu merupakan interaksi antara guru dan siswa (belajar dan mengajar). Seperti yang
dijelaskan dalam Sigalovada Sutta tentang lima kewajiban guru dan lima kewajiban siswa. Lima
kewajiban seorang guru yaitu: melatih siswa sedemikian rupa sehingga ia terlatih dengan baik;
membuat ia menguasai apa yang telah diajarkan; mengajar secara mendalam ilmu pengetahuan
dan kesenian; berbicara baik tentang muridnya diantara sahabat dan kawan-kawannya;
memperlengkapi muridnya demi keamanan dalam setiap arah. Sedangkan lima kewajiban murid
adalah: bangkit dari tempat duduk mereka (memberi hormat); melayani mereka; dengan tekad
baik untuk belajar; memberikan persembahan kepada mereka; dan memberikan perhatian sewaktu
diberi pelajaran.

Metode atau cara Sang Budha dalam mengajarkan Dhamma terdiri dari berbagai macam, antara
lain: metode ceramah (kotbah), metode tanya jawab, dengan perumpamaan-perumpamaan/contoh-
contoh. Selain itu Sang Buddha selalu menganjurkan para siswanya untuk aktif, tidak menerima
begitu saja ajaran yang diberikan melainkan dengan menyelidiki dan membuktikan sendiri apakah

21
ajaran itu baik atau tidak (dalam Kalama Sutta). Namun pada prinsipnya ada tiga cara Sang Buddha
mengajar yaitu:

1. Beliau mengajar agar mereka yang mendengar dapat mengetahui secara mendalam
dan melihat dengan benar apa yang pantas untuk diketahui dan dilihat.
2. Beliau mengajar dengan alasan-alasan, sehingga mereka yang mendengar dapat
merenungkan (Dhamma) dan melihatnya dengan benar (bagi diri mereka sendiri).
3. Beliau mengajar dengan suatu cara yang luar biasa, sehingga mereka yang
mengikuti ajarannya itu dapat memperoleh faedah-faedah sesuai dengan praktek mereka.
(Dhamma Vibhanga I, 45)

Menurut kitab Mahayana, ada berbagai macam cara Sang Buddha dalam menerangkan Dharma,
seperti:

1. Sutra: kotbah-kotbah Sang Buddha dalam menerangkan Dharma


2. Gatha: syair-syair kembar yang mengisahkan pujaan-pujaan.
3. Itivrttaka: mengisahkan kehidupan lalu para siswa.
4. Jataka: mengisahkan kehidupan Tathagata.
5. Adbhuta: mengisahkan kemukjizatan Sang Buddha serta para siswa.
6. Nidana: mengisahkan sebab akibat
7. Aupanya: dengan perumpamaan yang mudah untuk menerangkan hal-hal yang
sukar dimengerti.
8. Geya: syair yang diucapkan untuk menyimpulkan apa yang telah diterangkan
semula serta menitikberatkan artinya.
9. Upadesa: menerangkan hal-hal yang sukar dimengerti dengan cara tanya jawab.

Angutara Nikaya, III bab X terdapat penjelasan tentang bagaimana Sang Buddha mengajarkan
Dhamam yaitu:

Sang Bhagava memanggil para Bhikkhu dan berkata : Para Bhikkhu, saya mengajarkan
Dhamma dengan penuh pengertian atau pemahaman, bukan tanpa pemahaman. Saya mengajarkan
Dhamma dengan penuh hubungan atau alasan, bukan tanpa hubungan atau alasan. Saya
mengajarkan Dhamma dengan cara yang luar biasa, bukan tanpa keajaiban. Sejak saya melakukan

22
hal itulah, sebabnya kenapa saya akan mengingatkan atau mengajarkan. Inilah alasan tepat kenapa
saya akan mengajar. Hal inilah yang mungkin akan membuatmu bahagia. Inilah yang akan
memuaskan hatimu. Hal inilah yang akan membuatmu mencapai kebebasan, Penerangan
sempurna dari Sang Buddha.

Jadi, dengan adanya bukti-bukti itu menunjukkan bahwa agama Buddha lahir dengan adanya
pendidikan/pengajaran yang telah dipelopori oleh Sang Buddha. Proses pengajaran yang dilakukan
tidak pernah bertentangan dengan prinsip pengajaran/pendidikan yang ada sekarang ini. Bahkan
metode yang digunakan oleh Sang Buddha tetap relevan untuk dijalankan, meskipun harus
dilakukan penyesuaian-penyesuaian karena kapasitas kemampuan manusia pada jaman sekarang
berbeda dengan kualitas manusia pada jaman Sang Buddha.

Pengajaran pada jaman Sang Buddha juga memiliki komponen-komponen yang sama dengan
komponen pendidikan sekarang, yaitu:

1. Guru, yaitu Sang Buddha dan para siswa utamanya.


2. Murid, yaitu para siswa Sang Buddha baik para pertapa/bhikkhu maupun umat
perumah tangga dengan berbagai macam karakter dan latar belakang.
3. Tujuan, yaitu untuk membebaskan manusia dari kekotoran batin dan agar mereka
mencapai pembebasan.
4. Materi atau bahan pengajarannya adalah Dhamma (Hukum Kesunyataan).
5. Metode atau alat perlengkapan adalah metode-metode yang digunakan Sang
Buddha (seperti yang dijelaskan di atas).
6. Evaluasi, yaitu dengan cara pengamatan langsung secara fisik dan
dengan kekuatan batinnya.

Belajar merupakan jalan satu-satunya untuk dapat membebaskan diri dari kebodohan.
Sang Buddha juga menjelaskan pentingnya belajar dalam kehidupan manusia. Orang yang tidak
mau belajar akan menjadi tua seperti sapi; dagingnya bertambah tetapi kebijaksanaannya tidak
berkembang (Dhp. 152).

Namun, perlu diingat bahwa metode agama Buddha dalam mencapai kebenaran tertinggi -
kebangkitan dari kebodohan untuk mencari pengetahuan penuh tidak didasarkan pada kemajuan

23
intelek akademis. Penerimaan ajaran itu dalam praktek yang menuntun para pengikut kepada
penerangan sempurna dan tujuan akhir Nirvana.

Ditinjau dari sudut ilmiah, sebenarnya ajaran Sang Buddha, walaupun tidak seluruhnya
dapat dibuktikan secara ilmiah, tetapi dalam banyak hal ajaran Beliau dapat dikatakan bersifat
ilmiah, sebab dapat dibuktikan atau ditelusuri kebenarannya. Contoh ajaran Sang Buddha yang
dapat dibuktikan secara nyata dengan fakta-fakta yang ada adalah tentang Empat Kebenaran
Mulia, PaticcaSamuppada, hukum karma dan Tilakkhana. Bahkan teori tentang evolusi dunia
dalam Aganna Sutta (dalam Sutta Pitaka Digha Nikaya) dan tentang adanya banyak tata surya lain
di alam semesta ini telah dikemukakan oleh Sang Buddha dalam Ananda Sutta (dalam Anguttara
Nikaya) dan dalam Maha Prajnaparamita Sutra, hampir 25 abad sebelum munculnya teori evolusi
modren. Hal ini menunjukkan bahwa memang Sang Buddha benar-benar telah mencapai
pengetahuan sempurna yang tiada bandingnya, sebagai manusia paling bijaksana yang pernah
terlahir di dunia.

Dalam perkembangan ilmu dan teknologi sekarang ini, banyak timbul pertentangan (dalam
agama/ajaran lain) mengenai apakah suatu perkembangan ilmu pengetahuan tertentu sesuai
dengan kehendak Tuhan atau tidak, apakah diridhoi/direstui oleh Tuhan atau tidak. Sebenarnya
masalah ini agak mengherankan jika dikaitkan dengan Tuhan, karena jika Tuhan tidak menyetujui,
sebagai kekuatan supranatural yang luar biasa (Maha Kuasa) Tuhan pasti bisa menggagalkan
usaha-usaha tersebut. Sehingga perkembangan teknologi yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya
tidak akan pernah bisa terwujud. Misalnya mengenai bayi tabung, Inseminasi buatan, operasi ganti
kelamin, perkembangan teknologi senjata-senjata canggih seperti rudal, bom hydrogen dan lain-
lain.

Sebagai umat Buddhis, kita tidak pernah mempersoalkan hal-hal tersebut dari sudut
pandang apakah sesuai kehendak Tuhan atau tidak, karena kita sadar dan mengetahui dengan pasti
bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah akibat dari keadaan yang saling bergantungan (Sankhara)
: Dengan adanya ini maka muncullah itu, dan dengan lenyapnya ini maka lenyaplah itu.

24
Disamping itu manusia mempunyai kemampuan berpikir yang sangat luar biasa jika dapat
dikembangkan sebaik-baiknya. Jadi jelas tidak mustahil bagi manusia untuk bisa mengembangkan
apapun juga dan hal ini seluruhnya tergantung pada diri manusia sendiri. Hanya saja Sang Buddha
dengan jelas mengatakan jika manusia berbuat dengan pikiran jahat, maka pederitaan akan
mengikutinya seperti roda pedati yang mengikuti jejak kaki lembu yang menariknya. Sebaliknya,
jika manusia berbuat dengan pikiran yang baik, maka kebahagiaan akan mengikutinya seperti
bayang-bayang yang tidak pernah lepas dari badannya. Jadi jelas jika manusia berbuat berdasarkan
kehendak (Cetana) yang tidak baik maka ia telah membuat karma baru yang buruk (Akusala
karma) dan sebagai akibatnya ia akan menerima penderitaan jika karma buruknya berbuah.
Demikian pula sebaliknya.

Jadi sebenarnya dalam pandangan Buddhis, tidak ada pembatasan untuk pengembangan
ilmu pengetahuan, sejauh ilmu pengetahuan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kebahagiaan
dan kesejahteraan manusia. Seperti misalnya penemuan serum-serum dan vaksin-vaksin untuk
berbagai macam penyakit, bayi tabung dan inseminasi buatan untuk menolong pasangan suami
istri yang tidak mampu mempunyai keturunan secara alami, operasi ganti kelamin untuk menolong
orang-orang yang mempunyai kelainan seksual sehingga tidak merasa rendah diri, pengembangan
teknologi satelit dan ruang angkasa dan sebagainya. Tampak bahwa beberapa perkembangan
IPTEK yang kadang-kadang menjadi perdebatan di kalangan agama lain, seperti misalnya program
bayi tabung dan operasi ganti kelamin, didalam Buddhisme tidak menjadi masalah. Karena otak
(daya pikir) manusia memang luar biasa dan jelas program tersebut bertujuan untuk menolong
sesama manusia. Jadi manusia sebagai Sang pencipta haruslah selalu mawas diri dan
mengembangkan cinta kasihnya demi kebahagiaan sesama. Janganlah manusia justru menuruti
nafsu keinginan rendah, keserakahan dan kebencian yang menginginkan orang lain menderita.
Dari konsep ini jelas bahwa Buddhisme tidak akan pernah menghambat kemajuan perkembangan
IPTEK, tetapi seharusnya manusia mengembangakan cinta kasih terhadap sesama dengan tidak
menciptakan teknologi yang bersifat destruktif tetapi yang bersifat konstruktif.

25
4. Sikap agama Hindu terhadap IPTEK

lmu pengetahuan dan teknologi adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, ketika ilmu
pengetahuan berkembang dengan otomatis teknologi juga ikut mengalami perkembangan.

Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan lagi dari
perkembangan zaman saat ini. Semua hal kini selalu berkenaan dengan teknologi. Berbagai
produk teknologi diluncurkan guna mempermudah kegiatan manusia, semua hal kini dilakukan
dengan bantuan teknologi.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memang sudah tidak diragukan lagi manfaatnya ,
tetapi disisi lain ada beberapa hal yang nampaknya kini sudah diabaikan Karena perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, hal-hal tersebut diantaranya akibat dari kemudahan yang
ditimbulkan oleh perkembangan teknologi kini manusia menjadi mahluk yang manja, hidup
beketergantungan pada teknologi, ini menyebabkan manusia tidak mau lagi bekerja keras dalam
menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupannya, sehingga ketika suatu keadaan
mengharuskannya untuk tidak menggunakan teknologi ia seperti orang yang kehilangan arah dan
tidak tahu harus berbuat apa. Hal inilah yang membuat manusia dapat terjebak pada pola hidup
yang hedonis, hidup hanya untuk mengejar kenikmatan indriawi semata.

Seyogianya Iptek itu sebagai alat manusia untuk mensukseskan tujuan hidupnya,tetapi Hidup
yang dimanjakan oleh hasil pengembangan Iptek dapat menimbulkan budaya menerabas
budaya yang menimbulkan sikap hidup yang ingin serba cepat dengan mengabaikan herbagai
norma hidup. Untuk mendapatkan kekayaan misalnya, orang yang memliki peluang akan
menggaruk kekayaan dengan mengabaikan norma hukum, etika, sopan santun maupun norma
agama. Misalnya, dalam mentaati suatu prosedur birokrasi, mereka akan menerabas saja dengan
kekuasaan, pengaruh maupun dengan

uang. Budaya menerabas inilah akan menimbulkan kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN).
Budaya menerabas ini akan melemahkan hukum

26
maupun moral elit yang berlaku. Untuk suatu urusan di suatu instansi, mereka akan
menggunakan prosedur koneksi-koneksi atau juga sogok-sogokan. Kalau punya koneksi, apapun
menjadi lancar, tidak perlu melalui prosedur birokrasi yang ditetapkan berdasarkan hukum.
Demikian pula tidak perlu melalui etika moral. Yang penting untuk mendapatkan sesuatu, dapat
diperoleh dengan cepat.

Budaya menerabas tanpa diredam dengan moral agama dan akan dapat menimbulkan sikap hidup
yang keras dan kasar. Hal itu nampak dalam berbagai kegiatan hidup misalnya berlalu lintas,
ketidaksabaran mengikuti prosedur birokrasi yang wajib melalui suatu prosedur/sistem.
Masyarakat akan kehilangan kesabaran menunggu suatu proses. Padahal, untuk mencapai apapun
membutuhkan proses.

Ada orang yang tidak malu-malu menambahkan Prof. Dr. di depan namanya, padahal mereka
tidak pernah diangkat menjadi guru besar di suatu perguruan tinggi. Bukankah gelar Profesor itu
adalah jabatan akademis, bukan titel keahlian seperti gelar Doktor? Pun di birokrasi, banyak
rumor tentang orang-orang menduduki jabatan tertentu di kalangan sipil maupun militer dengan
mengeluarkan sejumlah dana. Tanpa itu, jabatan tidak mereka peroleh hanya berdasarkan
kecerdasan dan prestasi kerja.

Jadi, budaya menerabas ini sesungguhnya salah satu penyebab munculnya korupsi yang telah
merambah dalam berbagai aspek kehidupan. Masyarakat banyak melihat orang yang tidak
memiliki kualifikasi mendapatkan posisi yang enak melalui budaya menerabas. Berbagai norma
ataupun kriteria hanyalah bersifa formalitas belaka. Hal itu hanyalah basa-basi saja. Akibatnya
manusia modern makin banyak yang tidak memiliki kesabaran, mentalnya tidak tangguh
menunggu suatu proses untuk mencapai sesuatu. Hal ini menimbulkan makin semerawutnya
herbagai aspek kehidupan. Segala sesuatunya dilakukan dengan tergesa-gesa agar cepat tercapai
apa yang dikehendaki. Karena, kalau ada koneksi dan uang, prosedur yang bertele-tele

akan menjadi mudah. Kalau tidak ada uang dan koneksi, prosedur yang semestinya mudah
menjadi sulit dan bertele-tele.

Budaya menerabas tersebut akan membuat mereka yang susah akan semakin susah. Tak ada
keindahan dalam kehidupan bersama ini. Hanya dengan mengaplikasikan spiritual agama, dan

27
ilmu secara terpadu, budaya menerabas yang negatif itu dapat diatasi. Untuk itu, umat hendaknya
memposisikan agama dan ilmu dalam kehidupannya secara seimbang.

Pada dasarnya ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan, yang harus
dipelajari untuk dapat mempermudah kehidupan manusia, sehingga ketika seseorang
memanfaatkan teknologi maka tetap harus memperhatikan aspek agama sehingga akan tercapai
suatu keseimbangan antara hal yang menyangkut keduniawian dan juga ketuhanan.

Iptek bertujuan untuk memberikan berbagai kemudahan hidup. Penerapan Iptek seperti itu
banyak menimbulkan kenikmatan hidup. Kenikmatan hidup yang dinikmati dengan batas-batas
tertentu dengan kesadaran rokhani tentunya memberi makna pada arti kehidupan.

Dalam Hindu ilmu pengetahuan adalah suatu hal yang sangat diagungkan sebagai suatu anugerah
Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang didasari dharma, sehingga ketika sesorang memanfaatkan
pengetahuan itu diharapkan selalu mengingat Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai suatu bentuk
pengamalan dari berkarma berdasarkan dharma, dan Kemudahan serta kenikmatan yang dapat
diberikan oleh hasil pengembangan Iptek itu tentunya patut disyukuri sebagai sebagai anugerah
Tuhan.

Dengan pengembangan Iptek yang tepat dan akurat, berbagai hal dapat dilakukan dengan cepat
praktis dan dapat memberi kemudahan dalam menjalankan kehidupan ini tetapi tetap
berdasarkan dharma sehingga keseimbangan antara hal-hal tersebut dapat tercapai sekaligus
tujuan hidup manusia untuk kebebasan didunia dan moksa dengan berdasarkan dharma.

Kesimpulan dari semua hal diatas adalah bahwa dalam Hindu iptek adalah suatu hal yang
memang merupakan suatu hal yang sangat penting, Karena

Hindu mengagungkan ilmu pengetahuan sebagai suatu anugerah Tuhan untuk dapat didaya
gunakan dengan baik oleh manusia sehingga dapat mempermudah manusia dalam kehidupannya,
tetapi kembali lagi kepada azas tunggal yang tidak dapat diabaikan, bahwa setiap hal harus
dilakukan

28
berdasarkan dharma, sehingga keseimbangan hidup dapat dicapai yang menuju pada tercapainya
tujuan hidup dalam agama Hindu yaitu Mokshartam Jagadhita Ya Ca Iti Dharma.

5. Sikap Agama Katolik terhadap IPTEK

Meskipun sejumlah orang berpandangan bahwa Gereja adalah anti sains, namun faktanya tidak
demikian. Sejarah mencatat betapa banyak ahli sains Katolik yang menyumbangkan penelitian
mereka yang memberikan dasar bagi ilmu pengetahuan sampai sekarang. Sebut saja, tokoh-tokoh
sains seperti Rene Descartes (dalam geometrik analit), Blaise Pascal (penemu mesin hidrolik,
teori probabilitas dalam matematika), Gregor Mendel seorang imam Agustinian (penemu teori
modern genetika), Louis Pasteur (penemu mikrobiologi, vaksin untuk rabies dan anthrax),
Copernicus yang mempelopori penelitian tentang kemungkinan bumi mengelilingi matahari dst,
termasuk banyaknya para imam Jesuit yang secara khusus terlibat dalam pencapaian
pengembangan ilmu sains dalam berbagai bidang. Kebanyakan orang yang berpandangan bahwa
Gereja Katolik anti-sains, adalah karena mereka hanya berfokus pada kasus Galileo. Namun
sejujurnya, dalam kasus inipun, sesungguhnya Gereja Katolik tidak anti sains, dan karena itu
meminta Galileo untuk membuktikan argumennya dengan standar sains pada saat itu.

Nah, maka Gereja Katolik tidak anti ilmu pengetahuan/ sains. Beberapa kutipan pengajaran para
Paus tentang ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut:

Paus Leo XIII (1810-1903)

Gereja dan para pastornya tidak menentang ilmu pengetahuan yang sejati dan solid, entah itu
ilmu pengetahuan manusiawi ataupun ilahi, tetapi bahwa mereka merangkulnya, mendorongnya
dan memajukannya dengan dedikasi sepenuh mungkin. (Ut Mysticam, March 14, 1891, dalam
pendirian kembali Vatican Observatory).

Paus Pius XII (1939-1958)

29
Ilmu pengetahuan sejati menemukan Allah dalam derajat yang terus bertambah- seperti
seakan-akan Allah sedang menanti di belakang setiap pintu yang dibukakan oleh ilmu
pengetahuan (Address to the Pontifical Academy of Sciences, November 22, 1951, 2)

. Filosofi dan ilmu pengetahuan berkembang dengan analogi dan metoda yang kompatibel,
dengan mengambil keuntungan dari elemen-elemen empiris dan masuk akal dengan tolok ukur
yang berbeda dan bekerjasama bersama dalam kesatuan yang selaras menuju penyingkapan
kebenaran Ilmu pengetahuan, yang menemukan Sang Pencipta dalam jalannya, filosofi, dan
lebih lagi, wahyu, dalam kerjasama yang selaras, sebab semua dari ketiganya adalah alat-alat
kebenaran, seperti berkas-berkas sinar dari matahari yang sama, mengkontemplasikan hakekat,
menyatakan garis-garis besarnya, menggambarkan detail dari Sang Pencipta yang sama.
(Audience granted to the Plenary Session of the Academy and to the Study Week on The
Question of Microseisms)

St. Paus Yohanes Paulus II (1920-2005)

St. Paus Yohanes Paulus II mengajarkan adanya hubungan yang tak terpisahkan antara iman dan
akal budi, antara Theologi dan filosofi.

Iman dan akal budi adalah seperti dua sayap yang atasnya roh manusia naik menuju
kontemplasi kebenaran; dan Allah telah menempatkan di dalam hati manusia keinginan untuk
mengenali kebenaran dengan kata lain, mengenali dirinya sendiri- sehingga dengan mengenali
dan mengasihi Allah, baik para pria dan wanita juga dapat mendekati kepenuhan kebenaran
tentang diri mereka sendiri (lih. Kel 33:18; Mzm 27:8-9; 63:2-3; Yoh 14:8; 1Yoh 3:2- Fides et
Ratio, 1)

Ilmu pengetahuan dapat memurnikan agama dari kesalahan dan tahyul; agama dapat
memurnikan ilmu pengetahuan dari pemberhalaan dan kemutlakan yang salah. Masing-masing
dapat memperoleh dari yang lain, dunia yang lebih luas, dunia di mana keduanya dapat mencapai
puncaknya. (Surat kepada Rev. George V. Coyne., SJ, Direktur dari the Vatican Observatory)

Namun demikian, St. Paus Yohanes Paulus II juga memperingatkan kita akan ancaman
scientism:

30
[Scientism] adalah pandangan filosofis yang menolak untuk menerima validitas dari bentuk-
bentuk ilmu pengetahuan yang lain daripada ilmu pengetahuan positif (positive science); dan
[pandangan ini] membuang pengetahuan religius, theologis, etis dan estetis ke ranah fantasi
semata. Di masa lalu, ide serupa muncul di positivism dan neo-positivism, yang menganggap
pernyataan-pernyataan metafisik sebagai sesuatu yang tidak berarti. Penilaian epistemologi -
cabang ilmu filosofi yang meneliti asal usul, kodrat, cara dan batasan-batasan ilmu pengetahuan
manusia- yang kritis telah menampik klaim tersebut, tetapi sekarang kita lihat hal ini hidup
kembali dalam nama samaran scientism, yang membuang nilai-nilai [kebajikan] sebagai produk
emosi dan menolak pengertian being/ keberadaan, agar melapangkan jalan menuju faktualitas -
keadaan faktual- yang murni dan sederhana. Karena itu, ilmu pengetahuan diposisikan untuk
mendominasi semua aspek kehidupan manusia melalui kemajuan teknologi

Sayangnya, scientism menyerahkan segala yang berkenaan dengan pertanyaan tentang arti
kehidupan ke ranah hal imajiner dan tidak rasional. Tidak kalah mengecewakan adalah caranya
yang olehnya pandangan ini mendekati masalah filosofi, yang jika tidak diabaikan, ditundukkan
pada analisa yang didasari oleh analogi-analogi yang superfisial, yang kekurangan semua dasar
akal budi. Ini mengarahkan kepada pemiskinan pemikiran manusia, yang tidak lagi membahas
pertanyaan-pertanyaan tertinggi yang manusia, telah selalu merenungkannya secara terus
menerus sejak mulai adanya waktu. Dan karena ilmu pengetahuan tidak meninggalkan ruang
bagi kritik yang diberikan oleh penilaian etis, mentalitas sains telah berhasil mengarahkan
banyak orang untuk berpikir bahwa jika sesuatu itu secara teknis mungkin terjadi, maka sesuatu
itu dapat diterima secara moral. (Fides et Ratio, 88)

Paus Benediktus XVI (2005-2013)

Paus Benediktus XVI lebih lanjut juga menjelaskan tentang pandangan Gereja Katolik tentang
sains:

31
[Tradisi Katolik] telah selalu menolak prinsip fideism, yaitu keinginan untuk percaya tanpa
akal budi . Memang, meskipun merupakan sebuah misteri, Tuhan tidak ngawur/ (absurd)
Kalau, dalam mengkontemplasikan misteri, akal budi melihat hanya kegelapan, ini bukan berarti
bahwa misteri tidak mengandung terang, tetapi karena [misteri itu] mengandung terlalu banyak
terang. Seperti ketika kita menatang mata kita langsung ke matahari, kita hanya dapat melihat
bayangan -siapa yang dapat berkata bahwa matahari tidak terang? Iman memperbolehkan kita
memandang sang matahari itu, yaitu Tuhan, sebab iman menyambut wahyu-Nya dalam
sejarah. Tuhan telah mencari manusia dan membuat Diri-Nya dapat dikenal, dengan
membawa Diri-Nya ke dalam keterbatasan akal budi manusia

Hubungan yang benar antara ilmu pengetahuan dan iman juga adalah berdasarkan interaksi
yang berdayaguna antara pemahaman dan kepercayaan. Penelitian ilmiah mengarahkan kepada
pengetahuan akan kebenaran-kebenaran baru tentang manusia dan kosmos. Kebaikan sejati
manusia, yang dapat dicapai melalui iman, menunjukkan arah yang harus diikuti oleh jalan
penyingkapannya. Oleh karena itu, adalah penting untuk mendorong, misalnya, penelitian yang
melayani kehidupan dan yang berusaha memerangi penyakit. Penyelidikan rahasia-rahasia planet
kita dan alam semesta juga penting untuk alasan ini, dalam pengetahuan bahwa manusia
ditempatkan di puncak penciptaan, bukan untuk mengeksploitasinya tanpa perasaan, tetapi untuk
melindungi dan menjadikannya dapat dihuni.

Dengan cara ini, iman tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan tetapi bekerjasama
dengannya, dengan menawarkan kriteria fundamental untuk memastikan bahwa ilmu memajukan
kebaikan universal, dan hanya meminta bahwa ilmu pengetahuan berhenti dari inisiatif-inisiatif
itu yang, bertentangan dengan rencana awal Tuhan, dapat menghasilkan akibat-akibat yang
menentang manusia itu sendiri. Alasan lainnya yang masuk akal untuk dipercaya adalah ini: jika
ilmu pengetahuan adalah rekan pendukung yang bernilai bagi iman dalam pemahaman kita akan
rencana Tuhan bagi alam semesta, iman juga mengarahkan kemajuan ilmu pengetahuan menuju
kebaikan dan kebenaran tentang manusia, yang setia kepada rencana awal itu. (General
Audience, Nov 21, 2012.

32
Bab III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kemajuan teknologi informasi ternyata tidak hanya mempengaruhi bidang


eknomi, sosial, budaya, tapi juga berdampak dalam bidang penyebaran
kepercayaan atau agama. Teknologi telekomunikasi dan informasi telah
memunculkan pengaruh yang besar dalam berkehidupan di masyarakat, dimana
informasi dapat diakses kapan dan dimanapun tanpa adanya batasan ruang dan
waktu.

Kita tidak dapat memisahkan iptek dari kehidupan kita karena manusia
diberikan akal budi oleh Allah. Maka Allah menciptakan manusia itu menurut
gambarNya, menurut gambar Allah diciptakanNya dia (Kejadian 1:27a). Dengan
anugerah akal budi tersebut, manusia mengembangkan teknologi untuk
melaksanakan mandat Allah: beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah
bumi dan taklukanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di
udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi (Kejadian 1:28).

Ada dua prinsip yang harus kita pegang dengan teguh. Pertama, takut akan
Tuhan apapun yang kita lakukan. Takut akan Tuhan adalah permulaan
pengetahuan (Amsal 1:7a). Walaupun kita seorang ilmuwan, kita tidak
mengembangkan teknologi yang menyengsarakan umat manusia, seperti senjata
pemusnah massal/senjata nuklir. Bila kita menjadi pedagang, kita berdagang
dengan jujur dengan tidak menipu konsumen.

Kedua, kita tidak boleh sombong atas anugerah akal budi yang Allah
berikan kepada kita. Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan
janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri (Amsal 3:5). Dari tujuh dosa
utama yang dikemukakan oleh teolog Yohanes Calvin yaitu sombong, iri, amarah,
malas, boros, rakus, dan nafsu, maka sombong adalah akar daripada ketujuh dosa
tersebut.

33
Iptek bersifat netral, tergantung bagaimana seseorang menanggapinya.
iptek bersifat netral oleh karena bukan ilmu yang berasal dari iblis untuk
menghancurkan iman percaya kita. iptek bisa menjadi sesuatu yang baik apabila
digunakan dengan baik, dan menjadi sesuatu yang buruk apabila digunakan
dengan buruk

B. Saran

Semoga dengan selesainya makalah ini, diharapkan agar para pembaca


khususnya mahasiswa stikes Jayapura dapat lebih mengetahui dan memahami
tentang penggunaan IPTEK secara positif menurut ajaran Agama. Serta
memperiapak diri untuk bersaing di dunia global yang menuntut kita untuk selalu
menggunakan teknologi Dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-
hari. Kami selaku penulis memohon kritik dan saran dari para pembaca mengenai
makalah kami demi kesempurnaan kedepannya.

34
Daftar pustaka

http://yayunita.blogspot.co.id/2013/05/makalah-pendidikan-agama-kristen-iptek.html

http://feddyance-ely.blogspot.co.id/2011/07/iptek-dalam-pandangan-kristen.html

http://akharil.blogspot.co.id/2010/03/iptek-menurut-pandangan-islam.html

https://indonesiana.tempo.co/read/71492/2016/04/22/fernandez1995/teknologi-informasi-
dalam-pendidikan-agama-buddha

http://www.katolisitas.org/pandangan-para-paus-tentang-ilmu-pengetahuan-sains

https://puspadevianti.wordpress.com/2011/03/15/iptek-dalam-pandangan-hindu

35

Anda mungkin juga menyukai