NON KRISTEN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
KELOMPOK 3:
1. Juliana Sinaga NPM : 2201040004
2. Cinta Yulistra Tindaon NPM : 2201030078
3. Theodora Lumban Raja NPM : 2201030079
4. Devany Chairani NPM : 2201030093
5. Dwi Angeli Pardede NPM : 2201030066
DOSEN PENGAMPU:
Pdt.Ester Sitorus,S.TH,M.TH.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………….……………………………………….i
DAFTAR ISI……………………………………………………….……………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG……………………….………………………………………..
B.RUMUSAN MASALAH……………………..……………………………………….
C.TUJUAN…………………………………………..…………………………….……….
BAB II PEMBAHASAN
2.1 .ETIKA DALAM AGAMA ISLAM ………………………………………………………
2.2. ETIKA DALAM AGAMA BUDHA ……………………………………………………
2.3. ETIKA DALAM AGAMA HINDU……………………………………………………..
2.4. ETIKA DALAM AGAMA KONGHUCU………………………………………………
2.5. TUJUAN ETIKA ………………………………………………………………………..
2.6 .METODE ETIKA…………………………………………………………………………
BAB III PENUTUP………………………………………………………………………………….
KESIMPULAN……………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Etika merupakan aturan yang sangat penting dalam tatanan kehidupan manusia. Tanpa Etika
atau molaritas, manusia akan meninggalkan hati nuraninya. Manusia tidak dapat membedakan mana
yang baik dan mana yang tidak baik. Ilmu pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu manusia.
Untuk menentukan bahwa ilmu pengetahuan itu bebas nilai atau tidak, diperlukan sekurang-
kurangnya tiga faktor sebagai indikator.Pertama, ilmu tersebut harus bebas dari pengandaian dan
pengaruh faktor eksternal seperti politik, ideologi, agama, budaya, dan lainnya. Kedua, perlunya
kebebasan usaha ilmiah demi terjaminnya otonomi ilmu pengetahuan. Ketiga, penelitian ilmiah tidak
luput dari pertimbangan etis yang selalu dituding menghambat kemajuan ilmu pengetahuan. Indikator
pertama dan kedua menunjukkan upaya ilmuwan menjaga objektivitas ilmiah ilmu pengetahuan,
sedangkan indikator ketiga menunjukkan adanya faktor lain yang tidak dapat dihindarkan dari
perkembangan ilmu pengetahuan, yaitu pertimbangan etis.
Telaah terhadap etika dapat dilakukan dari berbagai perspektif dan sejarahnya. Hal ini perlu
dipahami karena tumbuh kembang nalar dan pewacanaan etika dari berbagai latar belakang
sejarah,pemikiran, dan sosialnya. Ada wacana etika ketimuran seperti etika Hinduisme dan Taoisme,
ada etika Barat, seperti etika Kristen dan etika modern, dan ada pula etika Islam. Dalam makalah kali
ini, kami akan membahas mengenai sistem agama-agama bukan / non Kristen, yaitu Etika menurut
pandangan agama Islam,Hindu, Budha dan Konghucu.
B.RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Sistem Etika dalam agama Islam, Budha, Hindu, dan Konghucu ?
2. .Apa Tujuan dan Fungsi dari Etika?
3. .Apa Metode ETIKA?
C.TUJUAN
1.Mengetahui tentang system etika dari agama Islam, Budha, Hindu dan Konghucu
2.Mengetahui Tujuan dan Fungsi dari Etika
3. Mengetahui tujuan ,defenisi,fungsi etika
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ETIKA DALAM AGAMA ISLAM
Dalam bahasa Arab, "Adab dan Akhlak Islamiyah" adalah etika dan moral yang dianjurkan di
dalam ajaran Islam yang tercantum di dalam Al-Quran dan Sunnah, dengan mengikuti contoh dari
teladan Nabi Muhammad, yang di dalam akidah Islamiyah dinyatakan sebagai manusia yang paling
sempurna akhlaknya.
Dalam pandangan Islam:
1. Akhlak memiliki makna yang sama dengan Adab, dan terbagi menjadi dua yaitu akhlak yang
terpuji (akhlaq mahmudah) dan akhlak yang tercela ("akhlaq madzmumah").
2. Akhlak secara bahasa maknanya adalah perangai atau tabiat, yaitu gambaran batin yang
dijadikan tabiat bagi manusia.
3. Menurut Iman Al-Qurthubi: "Akhlaq adalah sifat-sifat seseorang, sehingga dia dapat
berhubungan dengan orang lain. Akhlak ada yang terpuji dan ada yang tercela. Secara umum
makna akhlak yang terpuji adalah berhias dengan aklak terpuji ketika berhubungan dengan
sesama, dimana engkau bersikap adil dengan sifat-sifat terpuji dan tidak lalim karenanya.
Secara rinci ditampakkan dengan memaafkan, berlapang dada, dermawan, sabar,
menahan penderitaan, berkasih sayang, memenuhi kebutuhan hidup orang lain, mencintai,
bersikap lemah lembut dan sejenis itu. Sedangkan Akhlak yang tercela adalah sifat-sifat
yang berlawanan dengan itu” . Sedangkan pengertian Adab (Akhlak) yang adalah
kebalikannya.
Berikut ini beberapa contoh bagaimana beradab dan berakhlak mulia di dalam bermasyarakat:
1. Cintailah saudaramu sebagaimana mencintai diri sendiri
“Tidak beriman seseorang di antara kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia
mencintai dirinya sendiri” (HR. Bukhari dan Muslim).
2. Muliakan tamu dan tetanggamu
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan
tetangganya. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia
memuliakan tamunya” (HR. Bukhari dan Muslim)
Berikut adalah beberapa potongan ayat AL quran yang membahas arti dari kafir.
"Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri
peringatan, mereka tidak akan beriman. 7 Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan
penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat." (QS. Al Baqarah ayat 6-7)
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putera
Maryam". Katakanlah: 'Maka siapakah yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia
hendak membinasakan Al Masih putera Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang
berada di bumi kesemuanya?' Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada diantara
keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."
(QS. Al-Maidah ayat 17)
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah seorang dari yang
tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari
apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang
pedih." (QS. Al-Maidah ayat 73)
CATUR PARAMITHA
Pada hakekatnya, hanya dari pikiran yang benar yang menimbulkan perkataan yang benar dan
mewujudkan perbuatan yang benar. Catur Paramitha menuntut adanya kesatuan pikiran (satya
hrdaya), satunya perkataan (satya wacana), dan satunya perbuatan (satya laksana) sebagai
tuntunan susila yang membawa manusia kearah kemuliaan.
1.Jen
Konsep pertama adalah prinsip Jen. Secara etimologis terbentuk dari dua huruf Cina
untuk menggambarkan “manusia” dan “dua”, untuk menamakan hubungan ideal yang
seharusnya terjadi di antara manusia. Kata ini diterjemahkan dalam banyak erti, seperti
kebaikan, dari manusia ke manusia, pemurah hati, ataupun cinta, namun barangkali paling
baik diterjemahkan sebagai berhati manusiawi. Dalam pandangan Kong Hu Cu tentang
kehidupan, adalah kebajikan dari segala kebajikan. Hal ini diungkapkan melalui pengakuan
terhadap nilai dan kepedulian terhadap orang lain, tidak peduli pangkat atau kelas dan Jen
membuatnya menjadi suatu sistem moral.
Jen sekaligus mencakup suatu perasaan manusiawi terhadap orang lain dan
penghormatan terhadap diri sendiri, suatu perasaan mengenai keagungan martabat
manusia di mana pun juga. Selanjutnya akan muncul secara otomatis sikap-sikap, seperti
kemurahan hati, percaya, dan dermawan. Dalam bimbingan jen terletak kesempurnaan segala
hal yang membedakan manusia dari hewan dan menyebabkan menjadi manusia secara
sungguh-sungguh. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia jen rajin tampa mengenal lelah.
Dalam kehidupan peribadinya ia bersikap hormat, tidak mementingkan diri sendiri, dan
dikaruniai kemampuan merasakan perasaan orang lain yaitu dengan mengukur perasaan orang
lain dengan perasaan diri sendiri.
2.Chun-tzu
Konsep penting yang kedua adalah Chun-Tzu, ide tentang pria sejati. Ini adalah orang
yang hidup sesuai dengan standar etika tertinggi. Istilah ini telah diterjemahkan dengan
Kemanusiaan yang Benar, Manusia Sempurna, dan kemanusiaan yang Terbaik. Chun-tzu
adalah kebalikan dari seorang yang berjiwa kecil, orang yang kasar, dan orang yang picik. Ini
semua karena merasa berkecukupan, ia bersikap tenang, dan terhadap kehidupan secara
keseluruhan ia mempunyai sikap bagaikan seorang pria yang memahami lingkungannya
sedemikian rupa sehingga benar-benar bersikap tentram. Dalam keadaan demikian ia dapat
mengerahkan seluruh perhatiannya untuk menentramkan orang lain. Karena ia tidak
memerlukan apa pun juga, maka segala yang lain dibuang.
Dengan merasa kecukupan seorang pria yang sejati, timbullah suatu suasana yang
menyenangkan dan sikap sopan. Tenang, percaya kepada diri sendiri, dan mampu
melaksanakan tanggungjawab. Gerakannya bebas dari segala kekasaran dan kekerasan,
ekspresi wajahnya wajahnya terus terang dan perkataannya tidak mengandung nafsu yang
kebiadaban.
3.Li
Konsep ketiga adalah Li yang bermaksud kesopanan, yaitu cara bagaimana seharusnya
segala sesuatu harus dilakukan. Ajaran Konghucu amat menekankan kesopanan dalam
mewujudkan lima hubungan yang merupakan unsur kehidupan sosial yaitu hubungan antara
ayah dan anak, kakak dan adik, suami dan isteri, sahabat tua dan sahabat muda, dan penguasa
dan rakyatnya. Oleh karena itu demi kebaikan masyarakat hubungan-hubungan ini perlu
sekali ditata secara tepat. Seorang atah harus bersifat kasih dan seorang anak harus bersifat
patuh, seorang kakak lembut dan seorang adik hormat, seorang suami baik dan seorang isteri
setia, seorang sahabat tua penuh dengan pertimbangan dan seorang sahabat muda hormat,
seorang penguasa murah hati dan rakyatnya yang setia.8
Dalam pola kesopanan ajaran Konghucu yang cermat itu, yang merupakan bagian dari
Li, terhadap penghormatan terhadap usia. Usia memberikan nilai, martabat, dan keutamaan
kepada semua hal, baik hal itu merupakan suatu obyek, lembaga maupun kehidupan pribadi.
Sebagai akibatnya, penghormatan harus selalu mengarah ke atas, terhadap seseorang yang
telah maju dan berdiri lebih depan dari yang lain.
4.Te
Konsep yang keempat adalah Te yang secara harfiah kata ini berarti kekuatan,
khususnya kekuatan untuk memerintah manusia. Bagi ajaran Konghucu kekuatan yang yang
dimaksudkan adalah kemampuan bagi seseorang pemimpin yang mengabdikan secara jujur
kepada kepentingan bersama, dan memiliki watak yang mendorong timbulnya penghormatan.
Oleh karena itu, Te sesungguhnya terletak dalam kekuatan yang terkandung dalam teladan
moral yang merupakan persyaratan untuk kehidupan masyarakat terhadap kewibawaan
seorang pemimpin. Kekuasaan negara harus berdasarkan pada penerimaan yang luas di
kalangan rakyat terhadap kehendak Negara, yang selanjutnya menghendaki adanya suatu
himpunan kepercayaan yang positif terhadapkeseluruhan watak Negara itu.
Kong Hu Cu mengajarkan bahwa kebaikan yang tertanam dalam masyarakat bukan
melalui kekuatan fisik dan bukan melalui paksaan hukum, melaikan melalui kesan akan
kepribadian yang luhur. Segala sesuatu bergantung kepada watak dari orang yang menjadi
pemimpin. Jika ia seorang yang licik atau berwatak buruk, maka tidak ada harapan akan
adanya ketertiban dalam masyarakat.9
5.Wen
Konsep terakhir dari pandangan hidup Kong Hu Cu adalah Wen. Ini berhubungan dengan
“seni perdamaian” yang berlawanan dengan “seni perang”. Wen berkaitan dengan music, seni
lukis, puisi, rangkaian budaya dalam bentuknya yang estetis. Walaupun begitu ajaran
Konghucu tentang Wen bukan kepada seni semata-mata tetapi mengenai sesebuah negara
yang memperoleh kemajuan terletak pada negara yang mengembangkan Wen yang paling
tinggi, peradaban yang paling mulia, yaitu negara yang mempunyai kesenian yang paling
halus, filsafat yang paling mulia, syair yang paling hebat, dan membuktikan lewat
perealisasian bahwa “watak moral dari suatu lingkungan itulah yang memberikan kemulian
kepadanya”.
“Titahkan anak anda menjadi pemimpin Musik, dan didiklah anak-anak itu sehingga
mereka menjadi insan yang lurus tetapi ramah, luas hati tapi berwibawa, kuat tapi
tidak sewenang-wenang, tangkas tapi tidak sombong” Su King II.I.XXIV
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau re!erensi yang ada hubungannya dengan judul
makalahini.Penulis banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Stekom.ac.id<artikel>etik<,norma>,moral.
htt://kristenly.com>ayat-alkitab.
1 korintus 13:4-5
Filipi 2:5
Roma 14:13
1 petrus 1:14