Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“SEJARAH GEREJA ABAD I-IV”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Historika

DOSEN PENGAMPU
Dr. Denni Pinontoan

DISUSUN OLEH
Ziendy E. T. Lestuny

PROGRAM PASCA SARJANA TEOLOGI


INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI MANADO
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus hanya

karena kasih, anugerah, serta penyertaan-Nya bagi saya hingga makalah

ini bisa selesai dengan baik dan juga tepat waktu.

Makalah ini disusun agar para pembaca dapat mengetahui dan

memahami tentang “Sejarah Gereja Abad I-IV”. Makalah ini dibuat juga

dengan bantuan dari beberapa sumber yang saya dapat.

Saya juga tidak lupa berterima kasih kepada dosen pengampu

mata kuliah Historika, yaitu Dr. Denni Pinontoan yang telah memberikan

tugas ini.

Saya sangat berharap tugas ini akan membawa dampak yang baik

bagi para pembacanya, terlebih dapat menambah wawasan kita mengenai

mata kuliah Historika. Saya tahu bahwa makalah ini masih tidak luput dari

kesalahan dalam penulisan baik disengaja maupun tidak di sengaja untuk

itu saya memohon maaf sebesar-besarnya, dan tentu saja saya sangat

membutuhkan saran dan pesan perihal makalah ini.

Manado, September

2021.

i
Ziendy E. T. Lestuny

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................1

B. Rumusan Masalah..........................................................................2

C. Tujuan.............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3

A. Sejarah Gereja Kuno (Abad I-IV)....................................................3

B. Sejarah yang Mempengaruhi Masa Kini......................................18

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seorang sejarawan asal Amerika Serikat bernama David

McCullough pernah berkata: “History is a guide to navigation in

perilous times. History is who we are and why we are the way we

are.” Apa yang dikatakan oleh sejarawan tersebut adalah sesuatu

yang tidak dapat dipungkiri dan benar adanya. Sejarah adalah

sesuatu yang dapat menjadi penunjuk arah ketika dalam keadaan

atau situasi yang berbahaya, apa yang terjadi di masa sekarang

adalah cerminan dari masa yang sudah lewat.

Masa lalu tidak akan pernah menjadi sesuatu yang hilang

begitu saja dari bagian kehidupan manusia. Masa lalu adalah

sesuatu yang akan terus melekat pada masa kini dan masa yang

akan datang. Seberapa jauh pun masa depan ingin berlari, namun

masa lalu tetap akan terus berjalan mengiringi. Sejarah gereja

menjadi sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan orang

Kristen di masa sekarang dan masa yang akan datang. Peristiwa-

peristiwa yang terjadi di masa lalulah yang membentuk gereja di

masa ini dan masa yang akan datang.

Oleh karena itulah, mengapa sangat penting untuk

mempelajari sejarah gereja demi untuk perkembangan pelayanan

1
2

pekerjaan Tuhan di masa sekarang maupun di masa mendatang.

Jika masa lalu yang membentuk masa sekarang tidak mengerti,

bagaimana bisa menghadapi masa yang akan datang?

Di dalam makalah ini penulis akan membahas tentang

sejarah gereja kuno (abad I-IV) serta mencoba melihat apa yang

terjadi di dalam sejarah, yang kemudian mempengaruhi kekristenan

dalam perjalanannya hingga masa kini.

B. Rumusan Masalah

1. Peristiwa-peristiwa penting apa sajakah yang terjadi dalam

rentang waktu abad I-IV?

2. Apa yang dari sejarah itu telah mempengaruhi kekristenan

dalam perjalanannya hingga masa kini?

C. Tujuan

Adapun berdasarkan pada rumusan masalah tersebut maka

dirumuskan tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk

menganalisis dan merumuskan pemahaman teologis terhadap:

1. Peristiwa-peristiwa penting yang terjadi dalam rentang waktu

abad I-IV.

2. Sejarah gereja yang mempengaruhi masa kini.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Gereja Kuno (Abad I-IV)

Sejarah gereja dimulai dengan berdirinya jemaat mula-mula

sekitar tahun 30.1 Kekaisaran Romawi adalah dunia di mana Gereja

mulai tampak. Kekaisaran itu berkuasa mulai dari selat Gibraltar

sampai sungai Efrat dan dari tanah Mesir sampai ke Inggris. Batas

kekuasaan di sebelah utaranya adalah sungai Rin dan Donau,

namun kuasa tentara Romawi dirasakan sampai jauh di luar batas

itu. Kota Roma adalah pusat kekasairan Romawi di mana para

kaisar tinggal. 2

Dilihat dari hal demikian maka dapat dikatakan bahwa

kekuasaan pemerintahan Romawi terhadap peradaban di negeri

yang mereka duduki sangatlah besar dan kuat. Kekuasaan Romawi

sungguh besar, bahkan dirasakan hingga di luar batas kekuasaan

mereka. Secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa kekaisaran

Romawi pada saat itu sangatlah ditakuti, sehingga setiap

pergerakkan apa pun pasti akan diawasi dan sejarah gereja dimulai

pada masa pemerintahan Romawi.

Pada masa itu bangsa-bangsa yang ada di daerah-daerah

perbatasan takluk pada kekuatan politik Roma (seperti orang Kopt

di
1
Christian De Jonge, Pembimbing Ke Dalam Sejarah Gereja (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2019), h. 49.
2
H. Berkhof dan I. H. Enklaar, Sejarah Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2019), h. 1.

3
4

Mesir, orang Siria atau Syam, orang Yahudi dan sebagainya),

namun budaya yang menguasai kerohanian pusat kekaisaran

Romawi tidaklah begitu mempengaruhi bangsa-bangsa itu. Mereka

memelihara sifat dan adat sendiri, namun akibatnya bangsa-

bangsa itu pun kehilangan ketentraman jiwa serta adat yang baik.

Dewa-dewa sembahan bangsa mereka tidak lagi memiliki kuasa

ditengah dunia mereka yang begitu luas. Oleh karena itu, minat

orang terhadap perkara-perkara rohani semakin bertambah besar

dan pada waktu itu pengaruh agama-agama dari Timur menjadi

perhatian mereka. Dari abad pertama sampai abad yang ketiga

berkembanglah pengaruh agama-agama itu diseluruh kekaisaran,

dan dewa-dewa itu antara lain: dewi Isis dan dewa Osiris di negeri

Mesir, Baal di Siria, dewa Mitras di Persia dan dewi Kybele di Asia

Kecil. Segala agama itu mengajarkan bahwa dunia yang fana ini

berdasarkan dan berbataskan pada sesuatu yang lain. Dengan

melakukan latihan askese dan penahbisan rohani secara intens,

maka jiwa manusia dapat mengalahkan kefanaan dan berada

dalam keadaan ilahi yang abadi. Jenis agama ini disebut juga

dengan pantheisme dan dualisme, di mana kepercayaan ini

meyakini bahwa alam dan segala isinya (semua), termasuk di

dalamnya manusia bersifat ilahi.3

Kepercayaan yang tetap dipegang teguh oleh para bangsa

yang dikuasai oleh kekaisaran Romawi memberikan secercah


3
Ibid, hh. 1-3.
5

harapan akan adanya perubahan di mana Kekristenan dapat

masuk. Ini adalah suatu celah yang tanpa disadari sudah muncul

sejak awal gereja muncul. Kepercayaan akan dewa-dewi,

kebutuhan rohani yang semakin tinggi membuat bangsa-bangsa

pada masa itu terus-menerus mencari akan kepuasan. Namun,

pada akhirnya mereka tidak mendapatkan kepuasan itu yang

berujung kepada kegagalan yang mengakibatkan merosotnya

ketentraman jiwa mereka serta perilaku yang baik.

Ketertarikan akan agama-agama yang baru itu muncul

karena adanya jawaban akan apa yang menjadi kekuatiran mereka

pada saat itu. Persoalan tentang kebebasan atau kelepasan akan

segala penderitaan yang ada di dunia menjadi sesuatu yang sangat

mereka cari pada saat itu. Agama-agama tersebut menawarkan hal

itu, sesuatu yang wajar jika manusia mempertanyakan hal itu dalam

hidupnya, karena ketakutan akan masa depan, mengenai hal yang

tidaklah pasti membuat mereka terdorong untuk mempertanyakan

segala sesuatu, bahkan kerohanian mereka.

Allah memberikan manusia free will (kehendak bebas),

namun manusia juga harus mengetahui dan memahami akan

konsekuensi atas setiap keputusan yang mereka ambil. Peristiwa

mengenai ketertarikan bangsa-bangsa pada saat itu terhadap

agama-agama baru yang berasal dari Timur memberikan pelajaran

yang begitu besar. Peristiwa itu secara lantang menyatakan bahwa


6

kebutuhan rohani manusia selalu bertambah-tambah dari waktu ke

waktu dan harus dipuaskan. Begitu pula dengan Kekristenan di

zaman sekarang, apakah kebutuhan rohani sudah dipuaskan,

sehingga tidak ada terjadi kemerosotan secara rohani yang tentu

saja berbahaya. Di dalam Matius 5:6 dikatakan bahwa,

“Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena

mereka akan dipuaskan”. Di dalam kutipan ayat tersebut dapat

dilihat dengan jelas bahwa sesuatu yang wajar bagi seseorang

untuk memiliki kebutuhan yang sangat besar akan kebutuhan

secara rohani itu, dan sudah pasti akan dipuaskan. Oleh karena

itulah, mengapa sangat penting bagi orang percaya untuk selalu

mengutamakan Kitab Suci dalam segala hal, karena apa pun yang

menjadi pertanyaan akan persoalan-persoalan dunia, Kitab Suci

memiliki jawabannya yang akan memerdekakan dan memuaskan

mereka.

Pada saat gereja masuk zaman Hellenisme terdapat

beberapa golongan ahli filsafat yang terkenal baik di Yunani (Kis.

17:18), maupun di Italia dan negeri lainnya. Ajaran mereka

berbeda-beda, tetapi memiliki tujuan yang sama, yaitu membaharui

hidup kesusilaan agar manusia dapat menggapai kebahagiaan

batiniah yang mereka idam-idamkan itu dengan berusaha hidup

berkelakuan dan perbuatan baik. Ahli filsafat yang mengajarkan


7

filsafat moralistis ini, antara lain ialah Seneca (guru kaisar Nero),

Epictetus dan kaisar Marcus Aurelius (161-180 M). 4

Pada periode kelahiran gereja, tanah Palestina takluk

dibawah pemerintahan Romawi. Yudea dipimpin oleh seorang wali

negeri Romawi, yaitu di antaranya adalah Pilatus, Festus, Felix dan

Raja Galilea pada waktu itu ialah Herodes Antipas. 5 Hari kelahiran

gereja ialah hari keturunan Roh Kudus pada hari raya Pentakosta.

Pada waktu itu murid-murid dipenuhi oleh Roh Kudus dan mereka

pun berani bersaksi tentang keselamatan yang dikaruniakan Allah

melalui Yesus Kristus kepada dunia. Jemaat-jemaat kecil dibentuk

di mana pun orang menyambut Injil dengan percaya kepada Yesus

Kristus. Permulaan dari sejarah gereja dapat dilihat dengan jelas

dalam kitab Kisah Para Rasul yang menceritakan kehidupan jemaat

mula-mula, yang rukun dan berbahagia. Tapi, bukan berarti pada

waktu itu mereka hanya berbahagia saja, di sana terdapat berbagai

konflik yang terjadi seperti Ananias dan Safira (Kis. 5), perselisihan

tentang pembagian pada janda-dalam dalam pelayanan (Kis.6),

serta nasihat-nasihat Rasul Paulus kepada jemaat yang ada di

Korintus.6

Pada awalnya, orang Kristen yang ada di Yerusalem

belumlah sadar akan panggilan mereka untuk menyebarkan Injil

kepada semua bangsa, dan untuk mencapai hal itu perlulah kaum
4
Ibid, h. 4.
5
Ibid, h. 4
6
Ibid, h. 8.
8

Kristen pada waktu itu memisahkan diri dari agama Yahudi.

Pemisahan itu pun dimulai setelah peristiwa pembunuhan

Stefanus, maka pada waktu orang Kristen sangat dianiaya oleh

Sanhedrin, yang kemudian membuat mereka lari ke mana-mana.

Namun, dengan begitu Injil pun mulai dikabarkan bukan hanya

kepada orang Yahudi saja, melainkan kepada orang kafir (bangsa-

bangsa lain) yang pertama-tama di kota Anthiokhia. Dari Anthiokhia

pengikut-pengikut Yesus mulai disebut “orang Kristen” (Kis. 11:26)

dan dari sana juga Paulus serta Barnabas diutus, baik itu kepada

orang Yahudi maupun ke daerah orang kafir. Mulai saat itu gereja

tidak lagi terkurung pada batas-batas adat atau agama Yahudi dan

Gereja sedunia pun mulai berkembang.7

Ketidaksadaran akan panggilan mereka di dalam dunia

membawa mereka kepada suatu kenyataan akan konsekuensi

meresponi panggilan Tuhan, yaitu penderitaan. Mengikut Tuhan

tidak akan selalu berada di saat atau waktu yang senang saja,

justru ketika mengikut Tuhan cobaan pun tetap akan ada karena

selama berada di dunia yang fana, manusia akan terus mengalami

penderitaan. Namun, Tuhan tidak pernah memberikan cobaan

kepada anak-anak-Nya. Ia selalu merancangkan segala yang

terbaik. Proses bagi jemaat mula-mula pada saat itu untuk

menyadari akan panggilan mereka adalah setelah datangnya

bertubi-tubi penderitaan, dan puncaknya adalah sesudah


7
Ibid, hh. 8-9.
9

pembunuhan Stefanus. Namun, apa yang patut dicontohi dari sikap

jemaat mula-mula ini adalah bagaimana mereka sama sekali tidak

menjadi tawar hati pada waktu, mungkin ada beberapa dari

mereka, tetapi Injil pun terus diberitakan dengan berpencarnya

mereka dari Yerusalem.

Jika ditelusuri akan perkembangan sejarah gereja hingga

saat ini, semangat yang dimiliki oleh jemaat mula-mula nampaknya

masih ada, hanya saja tidak begitu berkobar dan hanya terlihat

dikalangan orang-orang yang dikatakan oleh para kaum awam

sebagai Hamba Tuhan atau Pendeta. Namun, pada dasarnya misi

atau panggilan untuk mengabarkan Injil itu bukan hanya kepada

mereka yang diurapi secara khusus oleh Tuhan, melainkan adalah

panggilan bagi seluruh warga gereja.

Pada masa sesudah rasul-rasul (kira-kira 70 sampai 140 M)

Gereja Kristen pun mengalami perkembangan yang sangat pesat

karena semangat semua orang percaya untuk bersaksi tentang

Nama Tuhan Yesus Kristus. Terdapat jemaat-jemaat Kristen di

tanah Siria, Asia Kecil, Yunani, Mesir, Mesopotamia, Italia, dan

bahkan tempat-tempat yang lebih jauh lagi. Pada waktu itu pusat

Gereja Kristen masih terdapat di negeri-negeri sekitar pantai Timur

Laut Tengah. 8

Perkembangan gereja pada masa sesudah para rasul

sangatlah pesat dan Injil sudah tersebar ke berbagai penjuru.


8
Ibid, h. 10.
10

Semua hal itu dapat terjadi karena semua orang percaya dengan

gencar terus bersaksi tentang Kristus yang adalah Juruselamat.

Mereka tidak hanya berdiam diri, melainkan melaksanakan

panggilan mereka dengan takut dan gentar. Hal inilah yang perlu

dilakukan oleh orang percaya zaman sekarang yang terkadang

lebih memilih untuk berbincang mengenai hal-hal yang tidak

berfaedah daripada bersaksi tentang kemurahan Allah.

Setelah gereja hadir di tengah-tengah dunia Helenis, gereja

pun mulai mengembangkan bentuk organisasi, liturgi dan theologia,

meskipun seringkali terancam oleh dunia sekitar.

Bentuk organisasi atau tata gereja dikembangkan

berdasarkan pada organisasi yang terdapat dalam rumah ibadah

Yahudi (Sinagoge) maupun di masyarakat. Rumah ibadah Yahudi

dipimpin oleh para penatua yang dalam bahasa Yunani adalah

presbyteros.9 Di antaranya juga dipilih orang yang berperan

sebagai pengawas atau penilik jemaat, yang dalam bahasa Yunani

adalah episkopos (uskup), yang kemudian dibantu pula oleh

beberapa orang pelayan atau pembantu yang dalam bahasa

Yunani adalah diakonos (diaken atau syamas), yang bertugas

untuk melayani orang miskin, memungut uang derma dan menjaga

tempat kebaktian.10 Tata gereja yang diterima di seluruh gereja ini

9
Christian De Jonge, Pembimbing Ke Dalam Sejarah Gereja, h. 53.
10
H. Berkhof dan I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, h. 11.
11

disebut tata gereja episcopal11, yang kemudian dibedakan menjadi

tiga jabatan, yaitu uskup (episkopos), presbyteros dan diakonos.

Jabatan uskup dianggap lebih tinggi dari presbyteros dan keduanya

lebih tinggi jabatannya dari diakonos.

Tugas dari seorang episkopos adalah mengatur kehidupan

jemaat, sebagai pemimpin dalam peribadatan dan melayani

sakramen-sakramen. Presbyteros turut membantu dengan

memimpin jemaat dan melayani sakramen. Di Indonesia istilah

presbyteros dalam gereja kuno diterjemahkan sebagai imam.

Uskup dan imam yang dibantu oleh para diakonos memiliki tugas

rangkap. Di dalam peribadatan mereka melayankan, dengan

pemberitaan Firman dan meja Perjamuan Kudus. Mereka juga

memberikan diakonia, pelayanan kepada orang yang sakit dan

miskin.12

Theologia harus dikembangkan karena gereja mendapatkan

tantangan dari luar dan dari dalam untuk

mempertanggungjawabkan imannya. Tantangan eksternal berasal

dari filsafat Yunani dan dari agama-agama lain, yang menganggap

bahwa agama Kristen adalah suatu kebodohan. Tantangan internal

berasal dari ajaran-ajaran sesat yang muncul di dalam gereja itu

sendiri, dan ajaran sesat yang paling mengancam gereja adalah

gnostik. Gnostik sendiri berasal dari bahasa Yunani gnosis di mana


11
Episkopal merujuk kepada sistem kepemimpinan Gereja yang bersifat hierarkhis, di
bawah kepemimpinan seorang Uskup.
12
Christian De Jonge, Pembimbing Ke Dalam Sejarah Gereja, h. 54.
12

pengetahuan rohani dan rahasia tentang kelepasan, yang

merupakan kelepasan dari materi atau zat karena materi dianggap

sebagai sumber segala dosa. Dalam ajaran gnostik, Yesus Kristus

adalah guru yang mengajar tentang sumber dosa dan kelepasan

dari materi agar manusia mendapatkan keselamatan. Paulus dan

Yohanes sudah mengingatkan untuk tidak tertipu oleh para

pengajar sesat, yang suka membanggakan diri sendiri dan yang

menyangkal bahwa Kristus sudah datang ke dunia sebagai

manusia (1 Tim. 6:20; 1 Yoh.4:1-3). Puncak dari pengaruh gnostik

terdapat kira-kira pada tahun 150. Pusatnya ialah kota Alexandria,

tempat di mana Basilides kerja, yang mengarang sebuah tafsiran

dari Perjanjian Baru secara gnostik, dan kota Roma tempat

Valentinus mengajar gnostiknya, dia adalah ahli gnostik Kristen

yang paling termasyhur dan ahli. 13 Untuk menentang ancaman dari

ajaran gnostik ini, gereja mengemukakan ada tiga hal yang dapat

menjamin ortodoksi, yaitu kanon Alkitab, pengakuan iman dan

pewarisan jabatan uskup.14

Tantangan yang mengharuskan umat percaya untuk

mempertanggungjawabkan imannya ternyata bukanlah suatu

masalah atau perbincangan yang berhenti begitu saja pada masa

itu, melainkan berlanjut hingga masa sekarang. Tantangan dari

dalam dan luar gereja datang dan orang percaya kembali harus

13
H. Berkhof dan I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, h. 20.
14
Christian De Jonge, Pembimbing Ke Dalam Sejarah Gereja, hh. 54-55.
13

mempertanggungjawabkan iman mereka. Oleh karena itu,

mengapa theologia tidak boleh stagnan, melainkan harus

senantiasa mengalami perkembangan agar mampu memberikan

pemahaman-pemahaman akan sesuatu yang tidak dipahami

berdasarkan pada perspektif Alkitabiah.

Pada awalnya, Negara Romawi menganggap bahwa kaum

Kristen sebagai mazhab (denominasi) Yahudi, sehingga mereka

diberikan kebebasan untuk melakukan agamanya. Namun,

kehidupan orang Kristen yang sangat berbeda dari mereka dengan

tidak menyembah kepada dewa-dewi, menjauhkan diri dari

persundalan, sandiwara, arena (gelanggang tempat pertunjukkan

perkelahian antara binatang atau pahlawan) dan menjabat suatu

pangkat di kemiliteran.

Oleh karena itu, orang Kristen pun mengalami

penghambatan-penghambatan. Hambatan yang pertama ada pada

tahun 64 di kota Roma atas perintah kaisar Nero. Ia

mempersalahkan orang Kristen atas kebakaran besar yang

memusnahkan sebagian dari kota Roma. Pada waktu itu orang

Kristen dianiaya dengan begitu kejamnya, seperti dilabur dengan

gala-gala, kemudian dibakar hidup-hidup dan dijadikan obor pada

pesta malam. Dalam abad yang ke-3, kebencian terhadap orang

Kristen semakin menjadi-jadi di seluruh kekaisaran.


14

Di bawah kekuasaan Domitianus yang adalah seorang

kaisar lalim (81-96), jemaat Kristen sangat ditindas dan dilarang

dengan berbagai maklumat dari kaisar karena dianggap sebagai

bahaya bagi Negara. Menurut tradisi yang ada pada masa inilah

Rasul Yohanes dibuang ke pulau Patmos.

Di bawah kekuasaan Trayanus (98-117) penganiayaan pun

berkurang menyadari bahwa orang Kristen bukanlah suatu

ancaman bagi Negara. Trayanus menulis surat kepada Plinius yang

adalah wali negeri Bitinia di Asia Kecil, ia memberi perintah supaya

surat-surat buta yang mengadu tentang orang Kristen diabaikan

saja atau tidak usah diperhatikan. Bila orang Kristen sungguh

melakukan suatu tindak kejahatan, barulah boleh mengambil suatu

tindakan untuk menangkap serta mengadili orang yang

bersangkutan. Sejak itu sampai tahun 250, kedudukan Gereja

Kristen dalam kerajaan Roma adalah pemerintah tetap menaruh

curiga terhadap orang Kristen, tetapi pada umumnya mereka

dibiarkan saja.15

Pada masa kesesakkan itu banyak orang Kristen martir oleh

karena keberanian dan iman percaya mereka pada saat itu. Mereka

akan dituduh sebagai seorang kafir, kemudian ditangkap dan

dibawa ke hadapan hakim untuk diadili. Hukuman-hukuman yang

harus dihadapi pada waktu itu seperti kepala dipancung, dibuang

ke sebuah pulau yang jauh atau dipekerjakan sebagai seorang


15
H. Berkhof dan I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, h. 16.
15

budak di sebuah tambang, dan dibakar hidup-hidup atau diterkam

oleh binatang buas di dalam gelanggang arena, yang kemudian

ditonton oleh ribuan orang. Orang-orang martir tersebut antara lain

ialah Polykarpus seorang uskup Smirna, Yustinus Martyr, Blandina

seorang budak perempuan muda di Lyon (pada tahun 177 di masa

kekuasaan kaisar Marcus Aurelius), Perpetua dan Felicitas di

Kartago (pada tahun 202 di masa kekuasaan kaisar Septimius

Severus), dan sebagainya.16

Pada bagian abad kedua beberapa orang Kristen yang

terpelajar mulai membuat surat-surat pembelaan atau apologia. Hal

itu dilakukan gereja untuk mempertahankan diri terhadap

kebencian dan penghinaan yang diterima oleh kaum kafir pada saat

itu, karena ketika mereka berada di hadapan hakim, mereka sama

sekali tidak berikan kesempatan untuk membela kepercayaan

mereka. Para penulis ini disebut apologet, yang paling terkenal

ialah Yustinus Martyr, yang martir di Roma pada tahun 165. Pada

akhir abad kedua muncullah Tertullianus yang adalah seorang ahli

hukum yang saleh dengan kitab apologianya yang ditulis dalam

bahasa Latin.

Ketika kaisar Konstantinus Agung merebut kekuasaan di

kekaisaran Romawi, mulai dari saat itulah gereja mendapatkan

dukungan yang besar dari pemerintah. Pada tahun 313 kaisar

Konstantinus Agung, ketika ia berada di kota Milano, Italia, ia


16
Ibid, h. 17.
16

mengeluarkan suatu surat perintah (edikt), yang disebut sebagai

edikt Milano. Di dalam surat itu disebutkan bahwa kekaisaran

Romawi memberikan kebebasan kepada warga negaranya untuk

menganut agama Kristen, yang mana berarti agama Kristen tidak

lagi dilarang dan diperbolehkan.17

Babak baru bagi gereja dimulai dari dikeluarkannya edikt

Milano ini. Gereja dapat berkembang setelah mendapatkan hak-

hak yang sama dengan agama yang lain. Keadaan ini pun menjadi

suatu hukum Negara pada tahun 380, sewaktu kaisar Theodosius

mengeluarkan edikt. Dalam edikt tersebut kaisar Theodosius

menjadikan agama Kristen sebagai agama Negara dan semua

warga Negara Romawi diwajibkan menjadi anggota gereja Katolik.

Setelah edikt Milano dikeluarkan maka untuk mendiskusikan

mengenai persoalan ajaran gerejani dapat dilakukan secara

terbuka. Sejak abad kedua telah mulai timbul pertikaian tentang

Kristus, yang kemudian pada periode ini dibicarakan dan

diputuskan pada konsili-konsili oikumenis, yaitu siding yang dihadiri

oleh uskup-uskup dari seluruh gereja. Berkaitan dengan oknum

Kristus ada dua pokok hal yang dibicarakan:.18

1. Soal Trinitas (konsili Nicea 325 dan konsili Konstantinopel

381), pertanyaan tentang apakah Kristus sederajat dengan

Allah atau lebih rendah, dan bagaimanakah status Roh

17
Christian De Jonge, Pembimbing Ke Dalam Sejarah Gereja, hh. 56-57.
18
Ibid, h. 58.
17

Kudus. Dogma yang diputuskan adalah bahwa Allah ada tiga

oknum yang memiliki hakikat keilahian yang sama: satu

hakikat, tiga oknum.

2. Soal Kristologia (konsili Chalcedon 451), pertanyaan tentang

apakah dan bagaimanakah Kristus benar-benar manusia.

Dogma yang diputuskan adalah dalam satu oknum Kristus

ada dua tabiat, yaitu tabiat ilahi dan tabiat manusiawi: satu

oknum, dua tabiat.

Gereja tidak lagi menjadi sebuah ancaman dan makin

berkembang pesat. Dengan perkembangan yang pesat ini muncul

kerinduan di dalam hati orang-orang dan kelompok tertentu untuk

menjauhkan diri dari kehidupan duniawi untuk merenungkan iman

mereka di tempat yang sunyi, di sana mereka berpuasa,

bermeditasi dan berdoa. Pada abad ke-4 kelompok-kelompok

tersebut pun mulai hidup menurut peraturan-peraturan yang ada

dalam biara-biara.
18

B. Sejarah yang Mempengaruhi Masa Kini

Dalam perjalanan sejarah dari abad pertama sampai

keempat dapat dilihat bahwa gereja mengalami perkembangan

atau pertumbuhan yang pesat. Dimulai dari gereja mula-mula yang

mengalami berbagai guncangan secara internal dan eksternal,

namun setiap hambatan dan guncangan yang ada memiliki

solusinya.

Apa yang terjadi pada masa lampau memberikan pelajaran

yang begitu penting mengenai bagaimana gereja dapat

berkembang dan menjangkau hampir seluruh pelosok bumi. Begitu

banyak pengorbanan yang harus dibayar oleh para rasul dan orang

Kristen pada saat itu untuk mengabarkan Injil dan mempertahankan

iman mereka. Sangat disayangkan jika semangat atau gairah

pelayanan itu padam di masa kini, yang mana sudah tersedia

segala akses yang dapat dipergunakan untuk pemberitaan Injil.

Hal yang sangat berpengaruh dari abad pertama sampai

keempat dalam perjalanannya ke masa kini adalah bagaimana

semangat apologet pada waktu itu untuk membela iman Kristiani

dengan cara membuat karangan teologis yang mampu membela

kebenaran gereja. Semangat apologet inilah yang tidak dapat

ditinggalkan begitu saja di masa lalu, melainkan masa depan pun

membutuhkan apologet yang mampu mempertanggungjawakan

iman Kristen dengan tanpa bantahan.


BAB III

KESIMPULAN

Sejarah gereja kuno (abad I-IV) memberikan sebuah pembelajaran

mengenai masa lalu yang tidak akan pernah berhenti menghantui masa

kini dan masa yang akan datang. Banyak orang berkata bahwa masa lalu

ada bukan untuk diingat, melainkan untuk dilupakan dan fokuskan diri

pada apa yang ada di depan. Namun, pada kenyataannya masa lalu ada

untuk dijadikan sebuah pelajaran atau dalam istilah penulis sejarah adalah

sebuah laporan nilai (raport), karena jika di masa lalu ada satu atau dua

hal yang di mana ada kekurangannya maka sangat perlu untuk

ditingkatkan. Oleh karean itu, bercermin dari masa lalu orang percaya

dalam hal ini pada masa gereja kuno, kita dapat memahami betapa

pentingnya untuk memahami apa isi hati Tuhan, maka dengan begitu kita

dapat menjalankan panggilan pelayanan kita selama hidup di dunia ini.

Peristiwa-peristiwa penting sepanjang sejarah gereja, seperti

tantangan dalam gereja pada waktu itu, perkembangan gereja sesudah

masa para rasul, perkembangan organisasi pelayanan serta

penghambatan-penghambatan yang harus dialami oleh gereja Tuhan

pada saat itu, hingga mereka mencapai hari di mana orang Kristen

diberikan kebebasan, bahkan menjadi agama yang harus dianut pada

masa pemerintahan Theodosius. Semua peristiwa itu menunjukkan akan

kehadiran dan kemahakuasaan Tuhan di tengah-tengah kehidupan

19
manusia dan itulah Teologi. Di mana kita mencoba untuk memahami

Tuhan

20
yang jalan pikiran-Nya tidaklah terselami, bagaimana karya-Nya atas

makhluk ciptaan-Nya.

Pengaruh sejarah akan masa kini sangatlah terasa, buktinya di

Indonesia agama Kristen bisa ada itu karena perjuangan para rasul

bersama dengan jemaat mula-mula pada waktu itu untuk terus berjuang

memperkatakan Kristus Sang Juruselamat di tengah-tengah bangsa-

bangsa.

20
DAFTAR PUSTAKA

Christian De Jonge, Pembimbing Ke Dalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK


Gunung Mulia, 2019.

H. Berkhof dan I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia,


2019.

21

Anda mungkin juga menyukai