Anda di halaman 1dari 46

BAB 

 1
DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN  MASA KUNO

A. Pendidikan Yunani- Romawi


Gereja bukanlah penemu pendidikan agama, lebih tepat mengatakan bahwa gereja adalah
pendidikan itu karena persekutuan Kristen mengambil dasar agama Yahudi selaku dasar
iman kristen mereka, yaitu perbuatan hebat yang dilaksankan Allah di tengah-tengah
umat Israel. Ada dua pemikir Yunani dan salah seorang pendidik Romawi yaitu:

1. Plato ( kira-kira 428 -348 s.M )

Plato berasal dari keluarga bangsawan dan dalam silsilah nenek moyangnya tedapat raja-raja
Penemu Pendidikan Agama Kristen bukanlah GEREJA PURBA Orang- orang Kristen
pertama dibesarkan dalam negeri yang telah dipengaruhi  Kebudayaan Yunani kurang lebih 200
tahun lamanya.
1.1    Guru Plato adalah bernama Sokrates.
Sistim atau gaya mengajar Sokrates kepada murid melalui tiga tingkat fikiran ,yaitu :
1). Yakin yang tiada berdasar
2). Bimbang dan ragu-ragu tentang pendapatnya semula, dan ingin hendak mengetahui yang
sebenarnya.
3). Yakin yang berdasarkan kepada penyelidikan dan cara berpikir yang betul.
Tragis, Sokrates dijatuhi hukuman mati ( ia minum racun dalam mangkok dikelilingi murid-
muridnya ), Sokrates dituduh oleh musuh-musuhnya merusak akhlak para pemuda dengan
pendekatan belajarnya.
1.3     Plato kemudian mendirikan sekolah yang dinamakan “ Akademi “, pikiran matang Plato
tentang PENDIDIKAN dimuat dalam bukunya yang berjudul “Republik “   (bukunya
melukiskan bentuk suatu Negara yang sesempurna mungkin) .
1.4    Pendidikan menurut Plato, perlu untuk :
 Membimbing orang-orang meninggalkan  semua bayang-bayang yang tidak berakar dalam
kenyataan , agar melihat serta menganut Kebenaran
 Dalam Proses pendidikan, menurut Plato kita dibimbing  “ mengingat” inti abadi dari benda-
benda dalam dunia ini.
 Pria dan wanita berhak menerima pendidikan.
 Yang termasuk  dalam subyek Pendidikan adalah anak-anak dan muda-mudi dari kaum atasan.

 Menurut Plato latihan itu bukalah pendidikan, sebab pendidikan mencakup perkembangan


manusia secara keutuhan.
 Ruang lingkup perkembangan manusia secara keutuhan,terdapat tiga bagian pokok, yaitu :
1). Perkembangan emosi, dapat dikembangkan melalui : musik dan cerita-cerita
2). Perkembangan tubuh, dapat dilatih dengan olahraga
3).Perkembangan akal dikembangkan melalui semua ilmu yang menantang akal, misalnya ilmu
ukur, ilmu pasti, ilmu bintang dan dialetika.
 Orang-orang akan terdidik akan menjadi pemimpin masyarakat
1.5    Menurut Plato , pendidikan adalah menjadi tanggung- jawab negara.
1.6    Menurut Plato  Manusia cenderung condong lebih menghargai  keamanan pribadi  meskipun
dasarnya  salah, ketimbang membuka diri terhadap  pendekatan baru, pengetahuan baru,
pengertian baru dan sebagainya.

2.    Aristoteles ( kira-kira 384 -322 s.M ) 


2.1  Aristoteles lahir di desa  Stagira, negeri Thrakia, yaitu bagian utara Yunani moderen sekarang.
2.2  Ayahnya seorang dokter, dan pengalamannya di rumah ayahnya sangat mempengaruhi caranya
meninjau dunia sekitarnya.
2.3  Hoby atau kegemaran Aristoteles menggambarkan sifat-sifat berbagai jenis makhluk hidup
dan benda dari dunia alam.
2.4  Sekolah Aristoles di Akademi  Plato di Atena  , setelah tahun 367 ia pindah dari Thrakia
ke   Atena, sekolah selama 20 tahun.
2.5  Pada tahun343 Aristoteles menjadi Guru pribadi putra Filipus, Raja Makedonia, di Kota
Iskandar Mesir ia mendirikan perpustakaan dan Museum.
2.6  Pada Tahun 334, Aristoteles kembali ke Atena dan mendirikan sekolah Akademi.
2.7  Gaya mengajar Aristoteles membuat sekolahnya terkenal sebagai sekalah
“ peripatetis” dari kata Yunani , yang artinya berjalan-jalan.
2.8  Pandangan Aristoteles terhadap Pendidikan :
 Pendidikan termasuk kegiatan insani yang mempunyai maksud utama, yaitu : menolong orang
mencapai kebahagiaan ( eudaimonia). Hal tersebut terlihat dari  dua karya utamanya: Etika
Nikomakia dan Politik.
 Pertama-tama sebagai dasar pendidikan Aristoteles  menitikberatkan pentingnya panca indera
manusia.
 Pendidikan melalui kebiasaan harus mendahului  pendidikan melalui akal, dengan kata
lain, baik buruknya sesuatu orang dipelajari melalui apa yang dialaminya. Jadi para pelajar
hendaknya dituntun dan dianjurkan untuk bergaul dengan anak-anak, muda-mudi dan orang
Dewasa yang berbudi tinggi, Guru memiliki tugas menolong murid-muridnya meningkatkan
diri menjadi sama dengan orang-rang yang berbudi tinggi.
 Menurut Aristoteles,perkembangan kemampuan nalar para pelajar dapat didorong dengan cara
meneliti dunia alam dan sekitarnya.
 Dalam hal mengambil keputusan etis dan bagaimana caranya orang dapat menemukan  ukuran
yang  dapat  dipercaya, menurut Aristoteles  mengunakan  kunci “ Jalan Tengah Kencana “
( “Golden Mean”) atau menserasikan diri dengan irama alam dunia, misalnya : memilih jalan
tengan antara kepengecutan dengan kenekatan secara membabi buta, yaitu keberanian, antara
kemalasan dan nafsu ialah ambisi, antara kerendahan hati dan kesombongan adalah
kesederhanaan. Orang yang dapat menyerasikan dirinya dengan alam dunia,dan mengalami
kebajikan moral baru dapat beroleh gelar “ terpelajar”

3.    Quintilianes  ( kira-kira 384 -322 s.M )   


1.1.   Quintilianes berasal dari Spanyol, ia adalah guru Romawi pertama yang diangkat sebagai guru
Rhetorika ( seni berbicara di depan umum).Ia mengajar selama 20 th.
1.2.    Buku karyanya yang ternama adalah “Institutia Oratoria” ( Pengajaran tentang asas-asas Ilmu
Pidato ).
1.3.   Quintilianes berpendapat : Barangsiapa pandai berpidato dapat menolong orang-orang
lain  memperoleh keadilan melalui lembaga-lembaga negara.
1.4.   Perbedaan gagasan tentang pendidikan Quintilianes dengan Plato-Aristoteles :
 Plato-Aristoteles pendidik Yunani itu menjelaskan gagasan yang luas dan mendalam tentang
pendidikan , sedangkan Quintilianes lebih terbatas, yaitu mengajar orang-orang memperoleh
salah satu ketrampilan praktis.
1.5     Pendapat Quintilianes “ Filsafat dapat dipalsukan, tetapi kepandaian berpidato,tidak”
Artinya : orang-orang dapat memberi kesan seolah-olah kepandaian  mereka betul-betul
mendalam,meskipun mereka hanya melaporkan pemikiran yang terdapat di dalam buku-buku
saja, lain halnya dengan  dengan orang-orang yang berpidato, pada saat ia mengungkapkan
gagasannya, terampil atau tidaknya ia berpidato langsung kentara. Dia tidak dapat menipu
para pendengarnya.

1.6     Sumbangan besar Quintilianes terhadap perkembangan ilmu pendidikan, yaitu ;


 memperlakukan setiap anak didik sebagai seorang pribadi yang perlu dihormati
 para pendidik diharapkan merencanakan tugas belajar sesuai dengan kemampuan setiap golongan
umur peserta didik
 menolak bermacam-macam hukuman yang diberikan kepada murid.
1.7     Kekurangan atau kelemahan pandangan Quintilianes yaitu kefasihan berpidato menjadi suatu
nilai yang mutlak
1.8     Karyanya Quintilianes pada tahun 1410 M dipupulerkan kembali oleh Poggio, seorang
humanis, setelah Institutio Quintilianes  ditemukan kembali dalam biara Santo Gall, Swis.

B.  Pendidikan Agama Yahudi
B.1 Walaupun tidak 100% yang merupakan dasar Pendidikan Agama Kristen  agama
Yahudi adalah pemikiran pedagogis yang dikembangkan  dalam kebudayaan Yunani Romawi
seperti yang diwakili oleh Plato, Aristoteles, dan Quantilianes.
B.2 Para pemikir Kristen mengembangkan  struktur dan isi teologi atas kedua dasar kebudayaan,
yaitu Yahudi dan Yunani.
B.3 Hubungan Erat antara paguyuban Yahudi dengan Kristen dapat dilambangkan dengan
penemuan para ahli purbakala di kota Jaresy, Palestina Kuno abad ke 3 dan  gedung Gereja
Byzantium dari abad ke 6 suatu rumah ibadah agama yahudi yang jauh lebih tua.
B.4 Sejarah perkembangan Pendidikan Agama yahudi dapat dibagi dalam dua zaman:
       1). Zaman Saat terbentuknya bangsa Israel sampai pembuangan ke Babel
       2). Zaman Pembuangan Ke Babel dan permulaan Zaman Masehi

B.5.1Pendidikan Agama Yahudi Zaman Saat terbentuknya bangsa Israel sampai  pembuangan


ke Babel
 Berdasarkan sejarah,bangsa Israel (Ibrani) berasal dari salah satu suku Semit, yang terlibat
perpindahan umum 4000 tahun lalu di daerah barat daya Asia, sekitar tahun 2000 sM ( zaman
Abram )
 Dasar Teologis Pendidikan Agama Yahudi: berdasarkan keyakinan bahwa Allah memanggil
Abram, dan keturunan Abram dinamakan bangsa yang terpilih.
( dapat kita baca sebagai petunjuk daar Teologisnya di Ulangan 7:7-8,Kejadian 12,Ulangan 6 :4-
9 ).
 Ruang lingkup Pendidikan Agama yahudi : Pendidikan Agama menjadi bagian inti dari
kegiatan sehari-hari yang lazim dilakukan.Ruang lingkup Pendidikan Agama yahudi :
Pendidikan Agama menjadi bagian inti dari kegiatan sehari-hari yang lazim dilakukan.
 Perbedaan orang Yahudi dengan orang Yunani :
Orang Yunani amat optimis terhadap kekuatan akal manusia, Orang Yahudi lebih cenderung
bersandar pada Tuhan yang menyatakan diriNya melalui FirmanNya, peristiwa-peristiwa sejarah
dan perbuatan-perbuatanNya yang ajaib.

 Haluan Pendidikan Agama Yahudi dipengaruhi oleh :


(1). Kepastian akan adanya penyataan sebagai pengalaman yang diharapkan akan terjadi.
(2). Keyakinan Teologis yang berporos pada jati diri bangsa Israel sebagi umat yang terpilih oleh
Tuhan.
 Ada tiga hal yang menjadi dasar KeyakinanTeologis Pendidikan Agama Yahudi :
(1). Kepastian akan adanya penyataan sebagai pengalaman yang diharapkan akan terjadi.
(2). Keyakinan Teologis yang berporos pada jati diri bangsa Israel sebagi umat yang terpilih oleh
Tuhan.
(3). Ajaran tentang manusia di dalam Alkitab ( kejadian,Yeremia 2:13b, Yes.1:18-20).
 Tujuan Pendidikan Agama Yahudi , ialah :
“ Melibatkan angkatan muda dan dewasa dalam sejumlah pengalaman belajar yang menolong
mereka mengingat perbuatan-perbuatan ajaib yang dilaksanakan Allah pada masa lampau,
serta membimbing mereka mengharapkan terjadinya perbuatan sama dengan penyataan
ditengah-tengah kehidupan mereka guna memenuhi syarat-syarat perjanjian, baik yang
berkaitan dengan kebaktian keluarga dan seluruh persekutuan maupun yang mencakup perilaku
yang sesuai dengan kehendak Tuhan, sebagaimana Ia mengejawantahkan dalam urusan sosial
dan pemeliharaan ciptaan yang dinamakan baik oleh Tuhan”.

 Pengajar - pengajar dalam pendidikan Agama Yahudi , terdiri atas 4 golongan pemimpin,
yaitu :
1). Kaum Imam
2). Para Nabi
3). Kaum Bijaksana
4). Kaum penyair
 Kurikulum pendidikan Agama Yahudi
Kurikulum utama Pendidikan agama Yahudi adalah : “Sejarah yang Di ingat” ( yaitu
Keterlibatan Allah dalam kehidupan mereka)

B.5.2Pendidikan Agama Yahudi Zaman pembuangan ke Babel dan Permulaan Zaman Masehi


 Dasar teologi baru untuk Pendidikan agama Yahudi Zaman pembuangan ke Babel dan
Permulaan Zaman Masehi,  yaitu :
  “Dari Abu bencana yang sedang menimpa mereka dengan dua pendekatan nabi-nabi yang
bernubuat di Israel ( kerajan Utara) dan Yehuda ( Kerajaan Selatan).
  Teologinya mulai mencakup baik statusnya sebagai bangsa terpilih, maupun hukuman yang
seharusnya dijatuhkan Allah  atas diri mereka sebagai akibat melanggar hukum Tuhan.
 Langkah atau usaha yang dilakukan dalam rangka menerapkan Pendidikan Agama
Yahudi Zaman pembuangan ke Babel dan Permulaan Zaman Masehi,  yaitu :
  Condong mengutamakan Taurat
  Belajar menafsirkan Firman Tuhan, bahkan terbentuk hari penafsiran(Misyna).
  Didalam Misyna juga terdapat sejumlah petunjuk  mempelajari isi taurat dan mengamalkan serta
mentaati isinya (misal:Mazmur 119,Amzal22:6,)
 Lembaga-lembaga Pendidikan Agama Yahudi  Zaman pembuangan ke Babel dan awal
gerakan Kristen yang didirikan antara lain :
1). Lembaga rumah ibadah (sinagoge).
2). Sekolah Dasar (Beth-Hasepher atau rumah buku  ) tahun 75 sM, dikota Yerusalem.
Kemudian akhirnya  berdasarkan keputusan Imam Agung Yosua ben Gamala, disetiap kabupaten
dan kota praja didirikan sekolah dasar.
3). Sekolah Menengah Pertama ( Beth Talmud).
  Anak laki-laki mulai masuk sekolah dasar usia 6 tahun, mereka mulai mempelajari bahasa
Ibrani,Taurat, nubuat dan tulisan - tulisan lain, seperti Mazmur.
  Pada umur 10 tahun diharapkan mereka sudah mampu membaca seluruh Perjanjian Lama
dalam bahasa Ibrani.
  Sekitar umur 10 atau 11 tahun, mereka boleh diterima di SMP,dan mulai belajar tentang Misyna :
suatu penafsiran tentang alkitab.
   Disamping belajar Misyna, Talmud dan Haggadah ( bahan hukum dan etis dari Talmud ) murid-
murid itu juga mempelajari ilmu hitung, ilmu bintang,  ilmu bumi dan ilmu hayat.
 Gaya mengajar di sekolah Yahudi ;
 Menitik beratkan metode menghafalkan
 Bahan yang dipelajari murid dinyanyikan
 Ancaman hukuman dan  hukuman dipakai untuk meningkatkan perhatian murid.
 Para Pelajar :
 Anak –anak perempuan tidak memperoleh tempat dalam sistem persekolahan Yahudi. Hanya
diutamakan anak Laki-laki.
 Kurikulum : terbatas tetapi apa yang dipelajarinya, dipelajari dengan teliti, anak didiknya
terlatih untuk berpikir secara agamawi dalam menghadapi urusan sehari-hari.
BAB II
PENDIDIKAN AGAMAWI DALAM PERJANJIAN BARU

A.      Pendidikan Yang Berporos Yesus Sendiri


1.    Yesus sebagai Buah Pendidikan Agama Yahudi,
Karena Yesus yang lahir dan bertumbuh di lingkungan orang Yahudi, sedikit banyak
mempengaruhi tindakan-Nya dalam mengajar pendidikan Agama. Perjanjian Baru identik
dengan Yesus,  Artinya sebagian besar pokok bahasan dalam Perjanjian Baru berbicara
mengenai Yesus, terutama empat kitab pertama atau Injil sinoptis.
2.    Yesus Sebagai Seorang Guru
Yesus diakui sebagai Guru Agung, karenanya semua pembahasan tentang pendidikan agama
dalam Perjanjian Baru sepatutnya dimulai dari Pribadi ini. Yesus mempunyai hubungan yang
khusus dengan Bapa-Nya. Tetapi hubungan ini tidak menghalangi Yesus untuk belajar
sebagaimana layaknya anak laki-laki Yahudi lainnya. Ucapan Yesus dalam Lukas 6:40, Mat
10:24-25 dan Yoh 13:16-17, setidaknya menunjukkan pada kita bagaimana Yesus belajar.
Dulu Ia adalah seorang murid. Kemudian Ia belajar pada guru-guru-Nya. Sama seperti anak laki-
laki Yahudi lainnya, keluargalah guru-Nya yang pertama. Seperti yang diceritakan oleh empat
Injil dalam Alkitab, kita dapat menarik kesimpulan bahwa orang tua-Nya berusaha memenuhi
semua syarat agama Yahudi yang berlaku bagi mereka, baik yang bersifat liturgis maupun yang
bukan liturgis. Kemudian setelah Ia dewasa, Ia masuk ke rumah ibadat menurut kebiasaan-Nya
pada hari Sabat. Kemungkinan besar Ia juga menghadiri sekolah ibadat di Nazaret dan sekolah
Beth Talmud. Di sinilah Yesus memperoleh pengetahuan isi Perjanjian Lama dan
menafsirkannya. Ia juga mengetahui cara berpikir orang Farisi dan Saduki. Jadi, minimal Yesus
telah memperoleh pendidikan dalam bahasa Ibrani agar Ia mampu membaca Taurat.
Dalam kitab Matius dan Yohanes, Yesus diberi gelar “Rabi”, guru, suatu gelar yang tidak
dipakai sembarangan dalam pembicaraan. Di dalam Injil diceritakan tentang kegiatan-Nya,
“mengajar” yang merupakan pelayanan yang paling awal yang kemudian disusul dengan
“memberitakan Injil” dan “melenyapkan segala penyakit dan kelemahan”. Sama seperti rabi
lainnya, Dia menarik perhatian beberapa pengikut yang dinamakan “murid-murid”; suatu istilah
teknis yang berkaitan dengan orang-orang yang belajar dari bimbingan seorang pengajar.

Metode perdebatan-Nya sama seperti para rabi lainnya, misalnya menggunakan


perumpamaan-perumpamaan. Isi pengajaran-Nya juga menyerupai isi pengajaran para rabi,
seperti membicarakan hukum Taurat, hukum yang terutama yaitu keharusan mengasihi baik
Allah maupun manusia. Di antara para pengikut-Nya terdapat perempuan-perempuan,
memperhatikan anak-anak kecil, bergaul dengan orang-orang berdosa misalnya pemungut cukai
dan wanita sundal, yang pantang sekali bagi kaum rabi. Hal inilah yang membedakan Yesus dan
para rabi di zaman-Nya.
Dengan menekankan identitas Yesus sebagai guru bukan berarti identitas-Nya yang lain
harus ditolak. Sebenarnya istilah mana pun kurang mencukupi untuk mencakup semua segi
watak-Nya, tetapi dengan ‘Guru’ dan ‘Juruselamat’, kita mulai lebih dekat kepada siapa
sebenarnya Yesus itu. Sang Guru inilah yang memanggil jemaat-Nya untuk mengajar dan diajar.
Salah satu penyebab Yesus disebut sebagai Rabi adalah terdapat dalam kharisma yang dimiliki
oleh-Nya ketika Ia menyampaikan pengajaran-Nya. Ia mampu menarik perhatian banyak orang
melalui suara-Nya sehingga dapat menimbulkan kepercayaan dalam diri mereka yang
mendengarkan-Nya.
Kegiatan Yesus lebih sering digambarkan dengan kata kerja “mengajar”, daripada memberitakan
atau berkhotbah.
Mengajar bukan sekedar memindahkan pengetahuan dari orang yang lebih tahu pada
orang yang belum tahu. Mengajar adalah ilmu mengajarkan sesuatu secara tepat dan
cepat sehingga orang yang diajar dapat memahami, menanggapi dan mempraktikannya.
Kegiatan inilah yang Yesus lakukan saat itu. Ia ingin bahwa setiap orang yang menerima
pengajaran-Nya, bukan hanya mendengar tetapi juga memeliharanya dan orang yang melakukan
ini adalah orang yang berbahagia (Luk. 11:28). Memelihara dalam arti mempraktikkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Yang diajarkan-Nya adalah diri pribadi-Nya sendiri. Melalui kegiatan mengajar itu Ia
menyatakan seluruh rencana Allah
3.    Gaya Mengajar  Yesus
Yesus juga mengajar dengan cara memperhadapkan orang-orang kepada tantangan pokok, yaitu
apakah mereka rela mengabdikan diri kepada Allah yang dinyatakan dalam diri Yesus itu atau
tidak. Beberapa metode yang dipakai Yesus seperti yang ditulis dalam keempat Injil antara lain:
1. Ceramah, Yesus berusaha menyampaikan pengetahuan kepada murid-murid-Nya atau
menafsirkan pengetahuan tersebut. Melalui pendekatan ini Ia mengharapkan dua tanggapan dari
para pendengar-Nya yaitu pengertian mendalam dan perilaku baru.
2. Bimbingan, selain mengajar melalui ceramah Yesus juga memberikan bimbingan kepada
murid-murid-Nya mereka diajar melalui tinjauan yang harus diamalkan. Ia memberitahukan apa
yang mereka harus lakukan dan ke mana mereka pergi kelak.
3. Menghafalkan , menghafalkan  ayat-ayat tertentu dalam Alkitab.
4. Perwujudan, metode ini dipakai oleh penulis Injil Matius terhadap pelayanan Yesus dan
merupakan pendekatan khas Matius, namun contohnya diberikan oleh Yesus sendiri. Dengan
perwujudan-Nya Yesus mengajarkan kepada murid-murid-Nya bahwa diri pribadi-Nyalah
penyataan yang baru itu dan bukan hanya pengajaran-Nya.
5. Dialog, Yesus mengajukan pertanyaan yang baru sebagai tanggapan atas pertanyaan yang
sebelumnya diajukan kepada-Nya. Pada setiap tahap pertukaran pikiran, orang yang diajak
berdialog diarahkan untuk menggali pemahamannya lebih dalam lagi.
6. Studi Kasus, perumpamaan yang diceritakan Yesus merupakan studi kasus. Dengan
pendekatan ini Yesus menggariskan seluk-beluk salah satu kasus dan mengundang para
pendengar-Nya memanfaatkan akal dan iman-Nya. Mereka didorong untuk memikirkan inti
persoalannya dan bagaimana memecahkannya.
7. Perjumpaan, dengan metode ini para pelajar ditantang secara langsung untuk
mengambil keputusan. Di sini Yesus tidak bercerita. Ia memprakarsai pertanyaan yang pribadi
dan besar sekali maknanya. Contohnya di dalam peristiwa di Kaisarea Filipi (Mat 16:13-20)
8. Perbuatan Simbolis, maksud Yesus menggunakan metode  perbuatan simbolis
adalah Pelayanan itu perlu pengorbanan diri sebagai tujuan utama kehidupanNya. Contoh
perbuatan Simbolis : Yesus di depan umum  dibaptis oleh Yohanes Pembaptis.
.       Pendidikan Agama Kristen dalam surat-surat tertentu dari PB
1.    Surat kepada Jemaat di Tesalonika
  Surat kepada jemaat di Tesalonika ini rupanya dikirim dari kota Korintus pada tahun 50 SM, jadi
17 tahun sesudah kebangkitan Yesus.
  Pendidikan dalam jemaat merupakan salah satu cara yang disediakan agar rang-orang dapat
mendengarkan Firman Tuhan.
  Selama Paulus bekerja di Tesalonika, ia terlibat pelayanan berkotbah disusul kegiatan mendidik
dan membina jemaat. Jadi berkotbah saja tidak cukup, mesti ada pelayanan mendidik agar
para jemaat bertumbuh dalam imannya.
  Orang-orang Kristen tidak dihasilkan begitu saja, tetapi melalui pendidikan yang sungguh-sungguh
dalam  para-dosis ( melalui tradisi dan intisari Injil ).
  Paulus mengganggap bahwa  pengajaran yang disampaikannya bukan gagasan atau bukan berasal
dari dirinya, tetapi Allah yang memberi paraggelia(petunjuk, bimbingan) ( I Tes 4:2), Paulus
menyampaikan suatu paradosis ( pengajaran yang telah diterima) ( 2 Tes 2: 15).
  Ada 4 (empat) macam bahan dalam surat Tesalonika, yaitu :
1). Ajaran Teologis (1Tes 1:1-10, 1Tes 5:9, 1Tes 4:13-18 )
2).Pengajaran Etis ( 1 Tes 4:1,3 , 9, 1 Tes 5:14-15 )
3).Tata  Gereja ( 1 Tes 5 :12-13 )
4).Kata-kata yang menyerupai ucapan Yesus ( 1Tes 4:1,1Tes 4:15,1Tes 5:2, Mat24:43   1 Tes
5:5,7 )

2.     Surat – surat penggembalaan


 Surat-surat pengembalaan ( 1 dan II Timotius dan Titus ) disusun 50 dan 70 tahun sesudah
penulisan surat-surat Tesalonika.
 Rasul Paulus meninggal di Roma sekitar kira-kira tahun 64M, jadi jelaslah pengarang ketiga surat
penggembalaan bukanlah Paulus.
 Beberapa ajaran –ajaran yang dipertahankan:
 Ajaran teologis (I Tim 6:20, 2 Tim 1:14, 1 Tim 2:7, 2Tim 2:2, 1 Tim2:3)
 Pengajaran etis ( 1 Tim 6 :9-10, 2Tim 3:2-3, Titus 3:3)
 Petunjuk-petunjuk tentang  jabatan gerejawi ( 1 Tim 3 : 1-13)
 Perkataan-perkataan Tuhan Yesus sebagai ukuran yang dipakai untuk menilai mutu kehidupan
seorang Kristen. ( 1Tim 6:3)

 Beberapa ajaran teologis yang dipertahankan :


 I Tim 6:20 Hai Timotius, peliharalah apa yang telah dipercayakan kepadamu. Hindarilah omongan yang kosong
dan yang tidak suci dan pertentangan-pertentangan yang berasal dari apa yang disebut pengetahuan,
 2 Tim 1:14 Peliharalah harta yang indah, yang telah dipercayakan-Nya kepada kita, oleh Roh Kudus yang diam
di dalam kita.
 1 Tim 2:7, 2Tim 2:2, 1 Tim 2:3

BAB III
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM GEREJA  PURBA  ( Abad ke-2 dan ke-5 )
A.      Lingkungan Luasnya
B.       Tantangan Budaya terhadap
C.      Keprihatinan Gereja Terhadap Pelayanan Pendidikan
 Pendidikan agama Kristen yang dikembangkan oleh Gereja Purba merupakan usaha untuk
bergumul dengan kebudayaan yang nilai-nilainya bertentangan terhadap lingkungan luas
disekitarnya.
 Tantangan pertama yang dihadapi adalah terkait dengan kepercayaan sekitar gereja yang masih
politeisme.
 Tantangan kedua adalah terkait dengan masalah intelektual kebudayaan yang bertentangan
dengan Injil, sehingga membuat beberapa gereja memutuskan untuk memisahkan diri dari
kebudayaan itu.
 Sehingga dari sini muncul seorang Tertulianus yang menjadi tokoh gereja yang berani membuat
garis pemisah antara gereja dan kebudayaan. Dalam hal ini persekutuan Kristen wajib untuk
memisahkan diri secara mutlak dari pengaruh kebudayaan Yunani-Romawi.
  Sebaliknya, ada tokoh lain yaitu Hieronimus dan Basil lebih mengarah kepada pemahaman
untuk memanfaatkan kebudayaan tersebut yang tidak bertentangan secara langsung dengan nilai
Injil. Artinya, tidak semua kebudayaan itu buruk sehingga harus ditolak. Tetapi perlu ada
penyaringan yang baik, sehingga mendapatkan sebuah jalan keluar yang menjembatani keduanya
untuk berguna bagi pelayanan. Pertentangan kedua pendapat ini berlangsung cukup lama, bahkan
ketika 2 abad sesudah mereka wafat, perbedaan sudut pandang ini masih saja dipertentangkan.
 Tantangan ketiga yang dihadapi oleh Gereja purba adalah terkait dengan masalah relegiusitas
atau keagamaan.
Dalam hal ini ada beberapa aliran yang menghambat proses perkembangan gereja antara lain, :
 Gnostik,
 Mitraisme dan
 Neo-Platonisme.
Gnostik berasal dari bahasa Yunani “gnosis” yang berarti “pengetahuan”. Tetapi pengetahuan
disini bukan sesuatu yang bisa diperoleh dari mempelajari sesuatu, melainkan sesuatu yang
diterima langsung dan bersumber dari sorga.
Untuk Mitraisme, belum jelas sejauh mana agama Kristen dipengaruhi olehnya, tetapi bila
memperhatikan secara sejarah nampaknya pengaruh dari Mitraisme lahir dalam hal perayaan
dan sakramen. Contohnya adalah perayaan natal pada 25 Desember dan permandian dengan
darah lembu yang sebelumnya pesertanya harus di “sidi” terlebih dahulu.
  Tantangan keempat atau yang terakhir adalah tuduhan dari kebudayaan Unani-Romawi yang
mengatakan bila orang Kristen tidak bertuhan. Dalam hal ini mereka mengatakan bila orang
Kristen tidak menyembah dewa-dewi yang berwujud patung, maka dikatakan bila orang Kristen
tidak bertuhan.
Menanggapi semua tuduhan itu, para pendidik Kristen menolak semuanya. Artinya,
memang warga Kristen mengasihi sesamanya, termasuk musuhnya, tetapi mereka tidak berzinah.
Dalam hal ini perilaku mereka sangat susila dimana setiap hari mereka bersyukur pada Tuhan
atas segala keperluan hidup yang diberikan Tuhan pada mereka. Dalam menghadapi semua
tantangan dan tuduhan itu, pendidik Kristen memberikan pembelaan yang baik. Artinya disini
adalah, menjelaskan semua alasan dan fakta kebenaran mengapa mereka melakukan itu bukan
berdasarkan kebencian atau ketidak setiaan kepada Negara, tetapi lebih kepada keputusan untuk
member pada yang prioritas.
  Dalam memberikan tentangan terhadap semua tuduhan ini muncul seorang tokoh bernama
Origenes yaitu seorang teolog dari abad ke-3 yang menjawab melalui karyanya yang berjudul
“Contra Celsum” (Melawan Kelsus).
Sedkit terlepas dari tantangan yang dihadapi oleh gereja diatas, Gereja juga memiliki
keprihatinan terhadap pelayanan pendidikan. Dalam hal ini usaha untuk memperoleh suatu
gambaran yang jelas dan lengkap tentang keprihatinan pedagogis gereja purba itu agak sulit. Hal
ini disebabkan jemaat tidak memiliki Komisi Pendidikan Kristen. Sehingga dari sini muncul
masalah lain yaitu, tidak adanya penerbit Kristen yang mengeluarkankurikulumtertulis.
Keprihatinan selanjutnya juga menyangkut masalah ketidak pastian pengajaran atau dokmatika.
Sebagai akibatnya, mau tidak mau jemaat wajib mengambil keputusan tentang siapa sebenarnya
Yesus, sebab Dialah alasan pokok mengapa jemaat itu berada.
  Origenes dalam karyanya dogmatika yang berjudul De Principiis (Asas Dasariah Iman
Kristen) mengajarkan bila Yesus Kristus sudah ada sejak permulaan dunia. Ia tidak hanya
muncul pada titik tertentu dalam sejarah manusia. Dalam hal ini juga Origenes memecahkan
masalah mengenai Inkarnasi Kristus dengan jalan mengemukakan adanya nyawa yang dimiliki
Yesus dan yang tidak boleh diambil dari pada-Nya (Yoh. 10:17-18).
  Seorang tokoh lagi yang memberikan solusi pada masa keprihatianan gereja purba terkait
dengan dogmatika adalah Eusebius seorang ahli sejarah gereja Purba yang mengarang sekitar
tahun 325 M. Dalam hal ini Eusebius menegaskan bila Yesus Kristus adalah Anak Allah yang
tidak terbelenggu oleh persyaratan waktu manusia. Ia ada sejak permulaandunia.
  Disamping semua usaha diatas, pada umumnya terdapat pula pengajaran melalui dua
macam usaha, yaitu isi nyanyian rohani yang dipelopori oleh Efraim, pendeta di siria, dan
melalui mutu kehidupan para warga Kristen sendiri yang dipupuk melalui
kebaktian umum,doapribadidanpuasa.

D.      Lima Pendidik Besar


Terkait dengan perkembangan pendidikan agama Kristen dalam gereja purba, ringkasnya ada
lima pendidik besar yang cukup mempengaruhi perkembangan pendidikan Kristen dalam gereja
purba antara lain Clementus, Origenes, Hieronimus, Chysostomus dan Augustinus.
1. Clementus (150-215M.)
 Lahir di Athena dan meninggal di Palestina. Dalam hal ini Clementus sangat rajin dalam
menjembatani  pemikiran Kristen dengan kebudayaan Yunani sebagaimana diwakili dalam
tulisan - tulisan Homerus, Plato, dan kaum filsuf Stoa.
  Gagasan pokok dalam hal pendidikan Agama Kristen disampaikan dalam tiga karya besarnya
yaitu;
 Protrepikos atau nasihat yang disampaikan kepada kaum kafir,
 Paidagogos atau Sang pendidik yaitu Kristus dan
 Stomateis yang merupakan bunga rampai.
  Dalam hal ini Clementus menjembatani hubungan antara pekabaran Injil dan pendidikan
dengan sebuah pertanyaan; Apakah dengan pendidikan itu orang-orang bertobat dan menerima
Kristus, atau apakah mereka harus lebih dahulu mendengar Injil, bertobat dan sesudah itu baru
dapat diajar ? dalam hal ini Clementus tidak menarik garis pemisah yang lebar antara kedua
pelayanan itu, karena Kristus, Sang Pengajar itu, terlibat dalam kedua-duanya.
  Tujuan PAK tidak dikemukakan secara langsung, tetapi berdasarkan isi tulisannya dapat
disimpulkan bahwa Clementus ingin menghasilkan seorang Kristen yang mewujudkan dalam diri
pribadinya sifat yang paling kaya yang berasal dari Injil Kristus dan dari kebudayaan Yunani.
  Clementus memberikan 4 unsur dalam pendidikan antara lain adalah:
1).  pendidikan mencakup seorang yang rela diajar,
2). seorang lain yang mengajar,
3). suatu proses yang memperlancar pengalaman belajar mengajar dan
4). berbagi hasil dari pengalaman tersebut.

2.    Origenes (182-224 M.)


 Seorang pelajar sekaligus “rector” sekolah kakismus di Aleksandria. Dalam diri Origenes
tergabung filsafat Yunani dan Iman Alkitabiah. Origenes menghargai filsafat sebagai alat untuk
menolong orang-orang menjernihkan pikiran, tetapi filsafat itu sendiri kurang bobotnya untuk
memperoleh pengetahuan yang ilahi.
Origenes menerima gagasan tentang kedua tingkat kenyataan, yaitu kenyataan duniawi yang
selalu berubah dan kenyataan rohani yang sama selama-lamanya. Namun demikian bagi
Origenes akal manusia mempunyai kemungkinan yang teram kaya raya. Dalam hal ini juga
 Origenes menegaskan bila kemampuan daya pikir manusia terbatas. Itu sebabnya manusia
memerlukan penyataan dari Allah melalui Alkitab dan Yesus Kristus (Origenes menggunakan
metode penafsiran alegoris). Selain itu
 Origenes juga mengecam semua bentuk kebodohan dan ketidaktahuan, karena semuanya itu
menunjukan bagaimana orang-orang yang bersangkutan tidak mempergunakan karunia besar
yang diberikan Tuhan kepada manusia, yaitu kemampuan berpikir secara rasional.

3.  Hieronimus (345-420 M.)


  Hieronimus seperti yang telah disinggung di atas adalah seorang penterjemah Alkitab kedalam
Vulgata atau bahasa latin.
  Dalam hal pendidikan, Hieronimus adalah seorang seorang guru bagi kaum wanita golongan
elit Romawi.
  Metode pendidikan yang digunakan oleh Hieronimus agak kaku, mana ia lebih bersifat
mengindoktrinasi peserta didik dari pada bersifat pembinaan yang mendorong anak didik kreatif
untuk berpikir.
  Dalam hal ini, Hieronimus tidak secara langsung mengungkapkan tujuan dari pendidikan, namun
dari beberapa kasus pendidikan yang ditanganinya menunjukan bila tujuan dari pendidikan
adalah mendidik “jiwa”, yaitu menjadi sempurna seperti Bapa adalah sempurna (Mat. 5:48).
Sekalipun terkesan kaku dan mengindoktrinasi dalam melaksanakan pendidikan, Hieronimus
mengatakan bila hukuman jangan dipakai bila anak tidak depat menangkap atau berbuat sesuatu
yang mungkin masih terlampau sulit baginya. Mesti ada kesabaran dari pihak guru, demikian
nasehatnya.
Membahas mengenai ruang lingkup pendidikan, Hieronimus membaginya dalam tiga bagian
pokok yaitu, penggunaan bahasa baik Yunani maupun Latin, kemudian pengetahuan dan
pengalaman rohani, terakhir adalah ketrampilan memintal, menjahit dan sebagainya (bagi kaum
perempuan).
Dalam memberikan pengajaran Alkitab, Hieronimus tidak mengajar secara kronologis,
melainkan disesuaikan dengan kebutuhan yang tersusun dalam sebuah kurikulum.
4. Yohanes Chrysostomus (347-407 M.)
Berasal dari Antiokhia yang kemudian mendapat gelar “Chrysostomus” atau “mulut
Kecana” dan “maha guru dunia”. 

Gelar pertama melambangkan kemampuanya sebagai seorang pengkhotbah dan kedua adalah
terkait dengan sumbangannya dalam pendidikan. Sebagai seorang Uskup Agung kota
Konstantinopel (Istambul) ia sangat berani dalam usaha menerapkan peraturan gerejawi,
khususnya atas para pendeta, biarawan juga uskup. Buah pikirannya dalam hal pendidikan
dituangkan dalam judul “jalan yang layak bagi para orang tua untuk mendidik anaknya”. Tujuan
pendidikan Kristen menrutnya adalah menjadi seorang “olahragawan” bagi Kristus. Latihan
menurutnya bukan dilakukan untuk mengisi waktu senggang, tetapi melalui sebuah displin
khusus. Dalam disiplin ini, pendidikan melibatkan panca indra yang ada yaitu, mulut / dengan
pengucapan lisan, telinga/ pendengaran, hidung/ penciuman, mata / penglihatan dan terakhir
adalah indera peraba yang meliputi seluruh badan.

5. Augustinus (354-430 M.)


Agustinus seorang teolog yang dilahirkan di Afrika Utara, dalam hal ini Agustinus disebut
sebagai raksasa pertama dalam sejarah gereja yang diubah secara mendalam oleh surat Roma
selain dari Martin Luther dan John Wesley di Inggris. Tugas pertama dalam pelayanannya adalah
sebagai seorang kepala sekolah kateketika (perguruan tinggi Kristen). Pemikiran Augustinus
dalam hal pendidikan berakar dalam refleksinya sebagai seorang Kristen atas pendidikan yang ia
alami dulu, bidang filsafat, khususnya Plato dan misteri anugerah Allah yang dinyatakan melalui
Alkitab dan Yesus Kristus. Asas yang diyakini dalam hal pendidikan adalah, pelajar diajar bukan
oleh kata-kata saja, melainkan oleh segala apa yang dinyatakan secara batin kepadanya oleh
Allah.
Dengan kata lain,seseorang harus percaya sebelum dapat berpikir secara mendalam . artinya
seseorang tidak dapat belajar tentang kebenaran agamawi itu dengan jalan “diisi dari luar”,
malahan penerima kebenaran itu memerlukan respon pribadi terhadap Allah.
Sejauh dapat kita ketahui, Augustinus tidak pernah menyusun suatu tujuan yang bulat bagi
pendidikan agama Kristen. Ada perkiraan yang menyakan tujuan pendidikan menurut
Augustinus adalah meghantar para pelajar untuk memupuk kehidupan rohani, membukakan diri
kepada Firman Tuhan, memperoleh pengetahuan tentang perbuatan Allah yang dilaporkan dalam
Alkitab dan bacaan lainnya, agar dengan demikian mereka mengalami hikmat, suatu pengalaman
yang di dalamnya terkandung kesalehan, persekutuan dengan Allah, kebahagiaan pribadi,
pengetahuan dan pengertian serta kemampuan untuk hidup sebagai warga gereja dalam suatu
masyarakat umum. Dalam hal ini Augustinus melihat bila Yesus Kristus adalah satu-satunya
Guru Agung. Dari segi penyusunan isi pelajaran atau kurikulum, Augustinus menentang semua
kecondongan mengkotakan pelajaran dalam hal yang disebut “sekuler” dan yang disebut
“agamawi” atau “kristiani”. Artinya, Augustinus tidak setuju dengan pendekatan yang
mengajarkan setiap vak terpisah dari yang lain, khususnya dari pengalaman agamawi. Dalam hal
ini semua vak wajib disoroti sejauh mungkin dari iman kristiani. Terkait dengan metode
pembelajaran yang digunakan, nampaknya Agustinus lebih condong menggunakan metode
dialog sebagai metode terbaik dalam mencapai pendidikan yang diharapkan.
Cara mengajar yang digunakan oleh Augustinus condong memanfaatkan dua metode pokok,
yaitu penjelasan panjang lebar yang dibawakan secara lisan dan suatu pendekatan dialogis.
Namun demikian dalam hal ini Augustinus berceramah dan berdialog dengan bervariasi. Ia
menyiapkan bahan atau materinya dengan jelas dan sistematis.

E. Tiga wadah Pedagogis yang Pokok.


1.    Jemaat Sebagai Persekutuan Yang Beribadah
 Persekutuan yang beribada tersebut menghasilkan Liturgi  
2.     Wadah Katekumenat
 Katekumenat merupakan jawaban gereja Purba menanggulangi masalah banyaknya orang dewasa
yang ingin mengabdikan diri kepada Kristus.
3.    Wadah Sekolah Katekisasi
 Mutu pendidikan katekisasi yang diterima diperguruan Kristiani itu dibuktikan oleh nama-nama
tamatannya yang telah memberikan sumbangan yang kaya-raya kepada Gereja, misalnya
Clementus,Origenes dan Agustinus dan Nyssa.

BAB IV
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN PADA ABAD PERTENGAHAN
( Dari Abad ke-6 s/d Abad ke – 14 )
A.  Lingkungan Luasnya
1.    Pendidikan Agama Kristen melalui Bahasa dan Rupa Lambang
 Gaya berpikir secara simbolis mempunyai sejarah panjang sekali, khususnya yang
dikembangkan kebudayaan di mana saja untuk menyampaikan kebenaran rohani. Alasannya
ialah karena agama apapun melibatkan para pemeluknya dalam keprihatinan-keprihatinan yang
mustahil dibatasi dengan dunia ini saja. Terdapat keprihatinan yang melampaui kemampuan
bahasa insani untuk menguraikannya sehingga menjangkau ke kedalaman kenyataan.
 Keadaan bersejarah dari Gereja abad pertengahan merupakan tanah subur bagi
perkembangan simbol-simbol yang mendobrak hati jemaat.
 Tercatat ada enam jenis lambang yag memainkan peranan dalam Pendidikan Agama
Kristen zaman itu, yaitu:
  Sakramen Baptisan,
Persyaratan ketat yang dikembangkan Gereja Purba yang wajib dipenuhi oleh setiap calon
baptisan sebelum diterima sebagai anggota sah, diperlemmah bahkan dihapuskan sama sekali
dalam praktek Gereja abad pertengahan. Alasannya berakar dalam perbedaan budaya yang
dialami kedua gereja itu. Bagi Gereja Purba, kebudayaannya menghargai kepentingan
pendidikan. Pada abad pertengahan, gereja mengembangkan tindakan yang cenderung
mengutamakan kesan atau perasaan dalam diri para warga ketimbang menambah sejumlah
pengetahuan, pengertian dan pengabdian diri.  Perubahan tersebut dibenarkan berdasarkan
penafsiran teologi Augustinus. Jadi dalam praktek P.A.K pada abad pertengahan boleh diganti
dengan ritus baptisan.

  Sakramen Misa,
Selama para warga jemaat beribadah, mereka dididik melalui pancaindera yang menolong
mereka menyerap sebagian dari makna simbolis dari tindakan yang sedang berlangsung.
Walaupun para warga dididik melalui simbolisme Misa namun pendidikan tersebut berat
sebelah, karena para warga tidak diperlengkapi dengan pembinaan melalui sumber iman yang
tertulis.

  Drama Agamawi,
Para warga yang tidak dapat membaca masih diberikan kesempatan belajar melalui drama itu.
Meskipun sumber kesempatan tersebut masih terbatas, sama ruang lingkupnya, namun banyak
warga dapat dilibatkan dalam kegiatan yang menghasilkan injil yang tidak kelihatan menjadi
lebih nyata.

  Seni luki/patung,
Penggunaan seni lukis dan patung untuk memperlihatkan sejumlah peristiwa dari Alkitab yang
dipakai gereja untuk mendidik. Dari segi ilmu pendidikan, setiap lukisan/gambar yang termuat
dalam naskah yang berhiasan itu merupakan alat peraga yang amat menarik bagi para warga
jemaat yang tidak dikelilingi oleh bentuk komunikasi massal yang begitu kaya raya seperti yang
dianggap biasa dalam dunia modern.
  Buku naskah yang berhiasan
Penggunaan seni lukis dan patung untuk memperlihatkan sejumlah peristiwa dari Alkitab yang
dipakai gereja untuk mendidik. Dari segi ilmu pendidikan, setiap lukisan/gambar yang termuat
dalam naskah yang berhiasan itu merupakan alat peraga yang amat menarik bagi para warga
jemaat yang tidak dikelilingi oleh bentuk komunikasi massal yang begitu kaya raya seperti yang
dianggap biasa dalam dunia modern.
  Seni bangunan bangunan gedung Gereja.
Pengalaman belajar yang dikenal para warga gereja abad pertengahan melalui seni bangunan
gereja adalah:
a.  Mereka sedang belajar agar jangan mengorbankan kehidupan rohani demi kehidupan jasmani
saja.
b. Melalui seni bangunan, para warga diajar bagaimana lingkungan luas tempat beribadah apapun
tidak kunjung bebas dari nilai teologis, malahan selalu turut mengkomunikasikan pandangan
terhadap Allah dan hal-hal rohani.
c.  Melalui gaya seni freska, mozaik dan kaca cat-bakar serba warna, banyak peristiwa dari Alkitab
menjadi kelihatan kepada para warga yang buta aksara.
d.  Penggunaan bahasa simbol sebagai sarana utama untuk membina para warga tuna aksara erat
sekali hubungannya dengan inti agama apa pun dan khususnya agama Kristen.

B.  Wadah Pedagogis Yang Dikembangkan


Beberapa Wadah bertumbuh untuk pengajaran iman Kristen, antara lain :
1.    Jemaat itu sendiri
Jemaat itu sendiri sebagai wadah paling umum
Sakramen-sakramen yang diberikan dimaksudkan supaya anugerah disalurkan kepada setiap
orang yang lazimnya menghadapi kemelut-kemelut kehidupan.
2.    Sekolah Katedaral
Sekolah-sekolah katedral berkembang terus sesudah keputusan konsili Toledo, tetapi gereja
harus menunggu sampai pada tahun 1179, ketika diadakan konsili Lateran (di Roma) sebelum
wadah pendidikan agama Kristen menerima status dan struktur tetap.
3.    Universitas
Pada permulaannya, universitas dibentuk demi pertahanan diri para pelajar. Kata universitas
berasal dari bahasa Latin, yaitu unus dan versum. Unus artinya “satu”, versum artinya
“menjadikan”. Jadi universitas berarti “menjadikan satu atau menjadikan satu keutuhan”. Dengan
kata lain universitas merupakan kumpulan orang yang memanfaatkan tenaga demi kepentingan
pelayanan mengajar dan belajar.
4.    Kesatriaan (mendidik khususnya bagi anak laki-laki golongan bangsawan)
Khususnya bagi anak laki-laki golongan bangsawan, lembaga kesatriaan merupakan wadah
keempat yang disediakan untuk mendidik kaum muda dalam unsur-unsur iman Kristen.
5.    Sekolah Yang  Diselenggarakan Biara

C.  Beberapa Pendidik Besar


1.    Karel Agung
 Pada tahun 771, ketika Karel Agung naik takhta, ia memulai dengan penaklukan selama tiga
dekade. Ia mendorong perbatasan kerajaannya ke arah timur dan akhirnya ia menguasai
Burgundy, sebagian besar Italia, Alamania, Bavaria dan Thurginia.. Untuk pertama kali,
sebagian besar Eropa menikmati kepemimpinan yang stabil.
 Sampai pada hari Natal tahun 800, Karel Agung memegang gelar raja kaum Frank. Pada hari suci
itu, Paus Leo II menobatkan dia sebagai kaisar kekaisaran Romawi Suci, dan sekali lagi
tampaknya Eropa Barat mempunyai seorang kaisar yang mengikuti jejak Konstantin yang
Agung.
 Tentunya Karel Agung menerima sungguh-sungguh pemikiran bahwa ia telah menjadi kaisar
Kristen, karena semua surat-surat keluarnya berbunyi: "Karel, dengan kehendak Allah, Kaisar
Romawi".
 Meskipun Karel Agung sedikit saja terpelajar, di bawah pemerintahannya yang damai terwujud
kebangkitan seni dan ilmu yang dikenal sebagai Renaisans Karoling atau Kebangkitan
Karolingia. Kaisar tersebut mensponsori sebuah sekolah istana di ibu kota kekaisaran,
Aachen.
  Alcuin, seorang terpelajar Anglo-Saxon menjadi guru di sana; ia menasihati murid-muridnya:
"Waktu berjalan seperti air yang mengalir. Jangan sia-siakan hari-hari belajar dengan
bermalas-malasan!" Alcuin menulis buku teks tentang tata bahasa, ejaan, retorika dan logika.
 Karel memprakarsai tindakan yang mempertinggi kepentingan pendidikan , khususnya ia
mengeluarkan  proklamasi pedagogis yang amat berharaga bagi sejarah pendidikan, juga
memperkaya sejarah pendidikan agama Kristen dan melahirkan Piagam Umum pertama
dibidang Pendidikan yang didalamnya mencakup tiga Golongan ,yaitu :
1). Para Imam
2). Biarawan
3). Kaum muda ( laki-laki)
 Kurikulum dalam pendidikan Kristen yang Karel pelopori juga mencakup pokok-pokok
iman Kristen, moralitas, seni membaca dan menulis.
2.    Alfred Agung
 Raja Alfred adalah raja pertama dari bersatu Anglo-Saxon kerajaan yang secara bertahap
menjadi apa yang sekarang kita kenal sebagai Inggris.
 Alfred lahir pada tahun 849 M di desa Menginginkan, sekarang Wantage, Oxfordshire. Dia
adalah anak bungsu dari Raja Aethewulf dari Wessex oleh istri pertamanya, Osburga. Alfred
adalah anak bungsu dari lima putra dan satu putri Raja Aethelwulf. Ayahnya dan saudara-
saudara mati membela kerajaan mereka kebanyakan dari Viking. Dalam 868 Alfred menikah
Ealhswith, putri Aethelred Mucil dan dia berkuasa pada 871 M pada usia 22 dan memerintah
selama 28 tahun.
 Alfred ingin membuka pintu pengetahuan  yang terkunci dalam begitu banyak naskah, semua
itu akan bisa terjadi jika pemerintah dan Gereja mendirikan sekolah-sekolah yang akan
memperlengkapi kaum muda dan ketrampilan membaca dan menulis.
 Pendapat dan perjuangan Alfred; Pendidikan bukan hanya  bagi orang Elit yang mampu
membaca bahasa Latin, melainkan juga bagi setiap anak  yang sudah dapat berbicara dalam
bahasa Inggris.
 Alfres juga berhak dinamakan Pendidik Besar karena sebagai kepala negara ia memprakarsai
suatu Crash Program ( rencana Darurat ) untuk menterjemahkan  sejumlah karya dalam bahasa
latin ke dalam bahasa Inggris. Dan Alfred juga menjadi Guru agung bagi bangsanya.

3.    Rabanus Maurus
  Rabanus Maurus  warga Jerman, lahir di Mainz, dan ia belajar Teologi  di kota Paris yang
didirikan oleh para misionaris dari Inggris.
 Di Jerman Rabanus Maurus menjadi Guru Pertama di negaranya.
 Buku populer yang dikarangnya “Pendidikan Bagi kaum Imam”dan menitik beratkan artes
liberales sebagai dasar untuk pendidikan Teologi.
 Pikiran Rabanus Maurus layak dimasukkan ke dalam Sejarah Pendidikan Agama Kristen,
karena : “ Pada pokoknya Pendidikan Agama Kristen di jemaat bergantung kepada mutu
kepemimpinan.
 Maurus mendobrak agar dilatih mampu berpikir lebih kritis dan kreatif mengenai masalah-
masalah insani dalam terang Alkitab.
 Maurus ingin menghasilkan seorang pelayan Tuhan yang mempunyai pengetahuan yang
berimbang , sehingga ia mempertahankan  pokok-pokok seni liberal masuk kedalam kurikulum
pendidikan Teologi.

4.    Petrus Abelardus
 Kelahiran Petrus Abelardus berasal dari daerah Britanny, lahir di Pallet (Palais), tidak jauh dari
Nantes, Perancis, pada tahun 1079. Dia adalah anak tertua dari rumah Breton mulia. Nama
aslinya adalah Pierre de Palais. Peter Abelardus adalah seorang filsuf dan teolog yang terkenal
pada Abad Pertengahan.
 Ia dipandang sebagai pendiri skolastisisme bersama dengan Anselmus dari
Canterbury.Petrus Abelard dan Heloise, ada pada abad ke12, Perancis. Di puncak karir dan
kemahsyurannya Abelard hanya berusia tiga puluh lima tahun.
  Petrus Abelardus adalah Teolog dan dosen yang ketika itu merupakan guru dari Heloise .
Heloise adalah keponakan dari salah satu canon (clergyman) di Notre Dame bernama Fulbert
(sementara orang bilang bahwa Fulbert sebenarnya adalah bapak dari Heloise). Abelard sangat
mencintai Heloise muridnya yang baru tujuh belas tahun waktu itu
Fulbert begitu possessive dengan Heloise dan begitu marah dengan Abelard setelah mengetahui
hubungan mereka. Heloise jadi hamil dan Abelard harus menyembunyikan kekasihnya
dikampung halaman Abelard di Britanny. Heloise melahirkan anak laki laki bernama Astralabe
(penghormatan untuk astronomer yang menemukan letak bintang-bintang).
 Pokok-pokok Pikiran
Salah satu pemikiran Abelardus yang terkenal di bidang etika adalah tentang kemurnian sikap
batin. Disamping itu dia juga berfikir bahwa peranan akal dapat menundukan iman, iman harus
mau didahului oleh akal. Berfikir itu berada di luar iman. (di luar kepercayan). Oleh sebab itu
berfikir merupakan sesuatu yang berdiri sendiri. Peter Ablardus memberikan status yang tinggi
kepada penalaran dari pada iman.
 Gagasan Petrus Abelardus
Karangan paling terkenal yang menerapkan isi dan praktek berpikir dialektis berjudul “
Sic et Non “ ( ya atau tidak ). Dalam tulisannya yang berjudul "Kenalillah Dirimu Sendiri"
(dalam bahasa Latin Scito te ipsum), yang ditulis pada tahun 1130, ia mengajarkan bahwa suatu
tindakan lahiriah selalu bersifat netral. Yang membuat suatu tindakan bermoral atau tidak adalah
maksud atau sikap batin dari orang tersebut. Maksudnya, apakah batin orang tersebut menyetujui
tindakan yang diambil itu. Oleh karena itu, suatu hal yang dianggap tidak pantas, belum dapat
dinilai baik atau buruk. Bila batin orang itu di dalam batinnya menyetujui atau mengiyakan
sesuatu yang tidak pantas itu, maka barulah itu dianggap dosa. Eropa membuka kembali
kebebasan berikir yang dipelopori oleh Petrus Abelardus. Ia menginginkan kebebasan berfikir
dengan membalik diktum agustinus-Anselmus Credo ut
Intelligo ut credom (saya paham supaya saya percaya)
  Teori Petrus Abelardus
Semasa hidupnya Petrus Abelardus termasuk orang yang dikenal sebagai konseptualisme dan
sarjana yang dikenal dalam sastra romantik, sekaligus sebagai rasionalistik. memberikan alasan
bahwa berpikir itu berada di luar iman. Karena itu berpikir merupakan sesuatu yang berdiri
sendiri.
Hal ini sesuai dengan metode dialektika yang tanpa ragu-ragu ditunjukkan dalam teologi, yaitu
bahwa teologi harus memberikan tempat bagi semua bukti-bukti. Dengan demikian, dalam
teologi itu iman hampir kehilangan tempat.
Ia mencontohkan, seperti ajaran Trinitas juga berdasarkan pada bukti-bukti, termasuk bukti
dalam wahyu Tuhan.
  Adapun manfaat dari teori Petrus Abelardus adalah terbebasnya pemikiran-pemikiran yang
dahulunya cenderung terbelenggu oleh ajaran gereja menjadi bebas dalam berfikir. Teknologi
dan ilmu pengetahuan yang dapat kita pelajari sekarang ini adalah tidak lain dari akibat
kebebasan berfikir. Manusia bebas dalam menggunakan penalarannya dalam berfikir.

5.    Santo Thomas Aquuino


  Thomas berasal dari keluarga bangsawan yang mempunyai hubungan dengan sejumlah
keluarga bangsawan lainnya di Eropa, lahir di Aquino, dekat kota Naples di Italia.
  Thomas keputusannya teguh melayani Tuhan sebagai biarawan Dominikan walau kelurga
menentangnya.
  Karena gaya hidup dan besar tubuhnya dan satu matanya lebih besar dari yang lainnya,
Thomas dijuluki “ lembu bisu dari Sisilia”. Tetapi dosennya yang
bernama Albertus meramalkan bahwa suatu hari nanti “ lembu bisu itu akan mengisi dunia
dengan lenguhannya”.
  Pada tahun 1245 Thomas diundang mengikuti Albertus ke Paris untuk mengajar serta
melanjutkan studinya mencapai gelar doktor.
  Mulai pada tahun 1261 Thomas dipanggil ke Roma oleh Paus Urbanus IV untuk mengajar di
Universitas di Roma.
  Pada tahun 1323 Thomas dijadikan Santo oleh Gerejanya, dan diberi gelar :
 Doktor ( pengajar) bersifat malaikat
 Malaikat Persekolahan
 Doktor kelima dari Gereja
 Garuda semua Pelayan Gereja
 Doktor ordo Dominikan.
  Sumbangan Pedagogis Thomas ditulis dalam karyanya De Magistra, yang isinya :
 Seorang pelajar entah dia anak didik atau seorang mahasiswa, adalah pribadi yang mampu dan
berhak mencari pengetahuan
 Pendekatan utama dalam proses memperoleh pengetahuan yaitu :
(1). Setiap pelajar dapat menggunakan pikirannya untuk menemukan sesuatu yang tidak diketahuinya
sebelumnya
(2). Cara lain bergantung pada keahlian seorang mentor yang memupuk bakat si pelajar.
 Metode  belajar melalui pertolongan sang mentor lebih baik karena dia berpengalaman dan
pengetahuannya lebih luas.
 Guru sendiri menolong menghubungkan pengetahuannya yang sudah ada dengan masalah yang
belum diketahuinya untuk membuktikan sejauh mana inti dan menjernihkan proses berpikirnya.

  Beberapa kata mutiara Thomas yang diarahkan  baik kepada pengajar maupun pelajar:
 Jangan meninggalkan pokok masalah sebelum memecahkannya
 Pastikanlah pemahaman anda tentang isi apa saja yang anda baca ataupun dengar
 Janganlah banyak bicara banyak  tentang pokok yang belum dipahami
 Janganlah menggali di depan langkah pelajar parit yang belum ditutupi
(jangan menimbulkan keragu-raguan dalam pikiran sipelajar hanya dengan maksud mengejutkan
saja)
 Jangan mengemukakan masalah-masalah terusmenerus tanpa berusaha membimbing para pelajar
memperoleh jawaban yang benar
  Asas-asas mengajar Thomos :
 Apakah manusia mampu mengajar dan karena itu  selayaknya dinamakan seorang guru, atau
sebaliknya gelar itu hanya berlaku bagi allah saja ?
 Apakah dengan sendirinya siapa saja yang boleh digelari guru?
 Apakah manusia dapat di ajar oleh Malaikat?
 Apakah pengalaman mengajar  itu merupakan  kegiatan dari kehidupan aktif atau sebaliknya,
kehidupan bertafakur ?

6.  Jean Charlier De Gerson


 Jean Charlier Gerson berasal dari Gerson di Perancis, dia mempelopori teologi pada Kolegia
Navarre, bagian utara Paris.
 Tahun 1395, Gerson dikukuhkan menjadi Rektor Universitas Paris.
 Walaupun ia seorang rektor, Gerson tetap mengajar anak-anak gereja dan itu mendapat tentangan
para Imam.
 Sumbangsih Gerson terhadap Pendidikan, khususnya bagi pendidikan Agama Kristen antara lain :
  Kritikannya terhadap kaum Imam yang tidak menghiraukan kebutuhan pelayanan rohani anak-
anak, yang Gerson simpulkan karena kesombongan jabatan.
  Menurut Gerson, arti pendidikan Agama Kristen merupakan pengalaman rohani dan inteletual.
Setiap anak, selama belajar anak didik diundang untuk membuka hatinya.
Gerson ingin membimbing anak-anak meninggalkan kesalahannya,sehingga mempersiapkan
memeluk kelakuan baru.

  Warisan Pemikiran Gerson semua gereja segala abad dan semua tempat ditantang menentukan
prioritas, apakah pelayanan terhadap anak-anak merupakan bagian sambilan dari tugas pastor
atau pendeta?
      Mengapa biasanya begitu banyak pelayan Firman Tuhan menyerahkan pelayanan Pendidikan
agama Kristen bagi anak-anak kepada kaum pemuda?
      Setiap pelayan Tuhan harusnya mawas diri, jangan melalaikan pelayanan terhadp anak-anak
( tidak mungkin pelayanan terhadap anak-anak akan merendahkan martabat pendeta yang sudah
meraih gelar doktor dan sebagainya ).

BAB V
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN MENJELANG REFORMASI

A.  Lingkungan Luas Masyarakat Eropa Barat


 Dalam perkembangan sejarah Eropa dan dunia, pada abad 16 adalah hal yang sangat
penting. Reformasi gereja oleh kaum reformis menimbulkan banyak gejolak yang terjadi di
masyrakat. Pada saat itu, pendidikan di sekolah dan universitas sedang berkembang pesat.
 Dengan begitu, banyak perubahan yang terjadi diantaranya adalah timbulnya rasa nasionalisme
di Spanyol, Portugal, Belanda, dan Inggris. Penemuan mutakhir pada zaman itu pun
bermunculan, salah satunya adalah mesin cetak oleh Yohanes Gutenberg pada 1438 dan juga
teori heliosentris oleh Kopernikus.
 Pergerakan kaum humanis dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan mereka terhadap
gereja. Awalnya ada pembaruan di ordo biarawan dan biarawati. Lalu ada Wycliffe di Inggris,
Hus di Ceko, dan Groote di Belanda.
 Mereka bertiga mengatakan kekuasaan paus adalah sumber penyakit yang ada dalam gereja.
Namun hanya Groote yang menunjukkan rasa tidak puasnya dengan jalan lain. Dia mendirikan
rumah persaudaraan atau Brethren of the Common Life).
 Dalam lembaga ini, polanya mirip dengan biara hanya saja ini terbuka bagi siapa saja.
Pembelajaran yang diperoleh bukan saja tentang kehidupan spiritual mereka dengan Sang
Pencipta tapi juga nilai-nilai moral dan ilmu pengetahuan.
 Para pendidik dalam lembaga ini mengajar dengan memahami setiap anak didik dan tidak
ada kekerasan dalam mencapai kedisiplinan. Anak didik dihormati sebagai pribadi yang utuh.
Tamatan lembaga ini tercatat sebagai tokoh-tokoh penting pada zamannya. Salah satunya adalah
Erasmus.

B.  Disiderius Erasmus dari Rotterdam


1.    Erasmus, Pendidik OIKUMENIS
 Erasmus rajin menuntut ilmu untuk mencapai cita-citanya meraih gelar Doktor Teologi. Karya
pentingnya adalah naskah Perjanjian Baru yang paling asli yang ia cari lalu ia terjemahkan ke
dalam bahasa Latin. Dalam hidupnya, Erasmus tidak ingin ada pembatasan kemerdekaan pribadi
atas dirinya dan orang lain.
 Erasmus, dalam buku Boehlke, disebut-sebut memiliki dua peran dalam pendidikan agama
Kristen. Yang pertama adalah sebagai pendidik yang oikumenis. Apa yang dia pikirkan
adalah setiap warga Kristen harus mengamalkan kelakuan Yesus, terutama dalam hal rendah
hati, lemah lembut, murah hati, kasih, damai, dan kerelaan mengampuni serta berkorban demi
sesama.
 Dia juga mengajarkan bahwa upacara gerejawi bukanlah suatu hal yang mutlak. Ia juga
menantang masyarakat dan gereja atas pandangan pernikahan, hak memperoleh pendidikan,
perceraian, dan hidup selibat.
 Menurutnya, pernikahan harus dibangun atas dasar persetujuan calon mempelai, walaupun
orangtua menolak hal tersebut.
 Mengenai perempuan yang pada saat itu tidak berhak menerima pendidikan, Erasmus
mengatakan bahwa laki-laki dan perempuan harusnya memperoleh hak yang sama dalam
menerima pendidikan. Tentang perceraian, Erasmus memungkinkan hal itu jika hubungan
suami-istri itu tidak dapat terselamatkan lagi karena kehilangan dasarnya, yaitu cinta kasih.
Mengenai kehidupan selibat, Erasmus berdasar pada Kej. 2:23-24 di mana Allah memerintahkan
manusia untuk menikah sehingga manusia tidak boleh melarang apa yang sudah Allah
rencanakan sejak awal untuk kebahagiaan orang lain.

2.    Erasmus sebagai Pendidik Khusus


 Peran Erasmus yang kedua ialah sebagai pendidik khusus.
      Menurutnya, pendidikan di mana pun harus mengembangkan karunia pelajar dalam suasana
yang memberikan kebebasan berpikir dan mendorong lahirnya inovasi baru dalam terang Injil.
      Melalui pendidikan, Erasmus berharap dapat menghasilkan orang-orang Kristen yang beradab.
      Erasmus tidak menggunakan istilah kurikulum, dia memakai buku sumber untuk merumuskan
pembelajaran yang akan diajarkan.
      Dasar pembelajarannya adalah Alkitab, khususnya Injil.
      Tidak ada metodologi khusus yang digunakannya. Dia hanya mengemas pengajarannya dalam
bentuk yang menarik untuk mengajar.
      Ia mengembangkan suasana kelas yang melancarkan pengalaman belajar dan tidak ada
kekerasan dalam kelas.

BAB VI
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN PADA ZAMAN REFORMASI PROTESTAN

A.  Riwayat Hidup Martin Luther, Reformator dan Pendidik


 Martin Luther adalah putra sulung Margaretha dan Hans  Luther, yang terakhir bekerja ditambang
tembaga dekat kota Eisleben di Jerman.
Hans ayah Martin Luther setelah mengumpulkan uang akhirnya mampu membeli tambang
tembaga itu.
 MartinLuther pada tahun 1505 berhasil meraih gelar Magister Artes dari Universitas Effurt.
 Pada tahun 1508 Martin Luther menjadi dosen di universitas Wittenberg mata kuliah teologi
Alkitab.
B.  Dasar Teologisnya bagi Pendidikan Agama Kristen
 Dalam hal ini, Boehlke mengambil empat dasar teologis yang terdapat di dalam tulisan Luther
yang menjadi landasan bagi teori dan praktek pendidikan agama Kristen:
(1). Keadaan berdosa setiap warga: banyak teolog lain yang juga mengakui dosa asal, tetapi
pengakuan itu cenderung tetaplah sebuah ajaran kering saja. Namun berbeda halnya dengan
Luther yang melalui pengalamannya mendorong dia untuk mencari jalan keluar yang
mengenyangkan kelaparan jiwa, yang menurutnya tidak bisa diatasi melalui seluk-beluk sistem
sakramental yang merupakan soko-guru gereja zamannya. Karena itu baginya usaha
menyelamatkan jiwa menjadi pendorong utama menuju jalan memperbarui gereja dan bukan
pertengkarannya dengan lembaga Kepausan;
(2) Pembenaran oleh iman: melalui penderitaan jiwanya, Luther diyakinkan tentang kebenaran dosa
sebagai faktor dalam diri seiap orang. Dosa itu meresap ke dalam semua kebajikan insane di
samping tindakannya yang buruk. Jadi, dampaknya mengendalikan segala kegiatan yang
diprakarsai manusia termasuk pendidikan agama Kristen. Oleh karena itu ia mutlak diperhatikan
oleh para pendidik di kalangan jemaat/ gereja;
(3) Imamat semua orang percaya: menurut Luther, di dalam pengalaman pembenaran karena iman
tersebut tersirat pula persamaan hak setiap orang di hadapan Allah. Tidak ada satu golongan
tertentu yang menjadi penyalur anugerah Tuhan sehingga kemudian disampaikan kepada orang
yang lebih rendah martabatnya. Sebenarnya semua oleh iman telah dijadikan makhluk baru
dalam Yesus Kristus. Dengan kata lain, setiap warga adalah imam bagi warga seimannya;

(4) Firman Allah: dasar teologi ini sudah tersirat dalam ketiga dasar lainnya, karena semuanya
berakar dalam Alkitab, yaitu: Yesus secara pribadi dan ajaran-Nya aalah Firman Allah, Alkitab
sebagai Firman dan Firman sebagai Amanat Allah yang Diberitakan kepada Para Warga
kristen.

C.      Dasar sosiologi  untuk Pendidikan Agama Kristen


 Dasar Sosiologi yang dimaksudkan di sini tentang bagaimana dinamika dan unsur sosial turut
memperlancar pelaksanaan pembaruan gereja dan masyarakat atau sebaiknya menghambatnya.
 Dalam arti inilah akan dibahas tentang padangan Luther terhadap dua bagian pokok dalam
masyarakat, yaitu: Orangtua dan Penguasa sipil.
 Hal tersebut dilakukan karena kemerosotan mutu pendidikan yang terjadi di sekolah-sekolah dan
universitas-universitas merupakan salah satu dampak sampingan dari pembaruan gereja di
Jerman.
 Luther mengakui peranan pokok yang diperankan oleh para orangtua dalam mendidik anak
mereka.
 Namun bagi Luther justru tugas inilah yang dilalaikan, karena pertimbangan ekonomi. Untuk
memperkuat argumentasinya tentang kewajiban yang harus dilakukan oleh orangtua.
  Luther memberikan tiga hal pokok, yaitu
 contoh dari alam: dengan memberikan gambaran bagaimana binatang-binatang yang tidak
berakal selalu memelihara serta melatih anak-anak mereka dan jika dibandingkan dengan para
orangtua, maka para orangtua tentu akan jauh memberikan yang terbaik bagi anak-anak mereka;
 kebutuhan masyarakat: Luther juga sangat prihatin kepada orangtua yang merasa puas apabila
putranya hanya menerima pendidikan paling dasariah saja, yang dipandang cukup untuk
tugasnya (misalnya menjadi seorang pedagang). Pandangan tersebut menurut Luther tidaklah
bertanggung jawab, karena masyarakat menyeluruh termasuk kaum pedagang memerlukan
pemuda yang diajar sedalam-dalamnya demi keamanan dan kesejahteraan umum; dan yang
terakhir
 kehendak Allah: berdasarkan kehendak Tuhan, yang ditarik Luther dalam Mazmur 78:5di mana
para orangtualah yang paling bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anak mereka. Akan
tetapi hal itu tidak berarti bahwa seluruh tugas dibebankan kepada orangtua saja.

 Semua penguasa sipil, khususnya mereka yang bekerja di dalam pemerintahan wajib
menyediakan dana dan sarana demi kepentingan pendidikan bagi kaum muda.
 Luther memberikan beberapa alasan mengapa para pemimpin pemerintahan wajib
menyediakan kesempatan belajar bagi kaum muda, antara lain:
      kalau orangtua tidak mau mendidik anak-anak, atau tidak mampu, atau mampu tetapi
mempunyai waktu atau uang cukup untuk pendidikan, maka terdapat satu lembaga yang
mempunyai keuangan yang dapat dipergunakan untuk kesejahteraan umum.
      Walaupun dana yang dikeluarkan tidak sedikit jumlahnya, namun Luther telah memikirkannya
yaitu melalui kas gereja, para dermawan, dan kas Negara.

D. Asas-asas Pelayanan Pendidikan Agama Kristen di Jemaat

(1)   Tujuan Pendidikan Agama Kristen


Di dalam tulisan-tulisannya, Luther memberikan beberapa pokok pendidikan yang semuanya itu
berakar paling tidak dalam dasar teologi dan sosiologi yang dibahas di atas.
 Pertama, dengan pendidikan Kristen. Luther ingin menyadarkan anak didik dan orang dewasa
tentang keberdosaan mereka dan untuk menjelaskannya Luther membahas arti Dasa Titah dalam
Ketekismusnya. Dengan harapan mereka mengetahui hukum yang menyatakan tuntunan Allah
terhadap para warga jemaat entah muda atau lebih dewasa, agar mereka mengerti betapa
lebarnya jurang yang memisahkan manusia dari Allah dan mengantar mereka kepada kesadaran
akan dosa mereka pribadi.
 Kedua, para warga hendaknya mendengar isi Kabar Baik dalam Yesus Kristus serta
mengamalkannya.
 Ketiga, para pelajar diharapkkan memahami doa, serta melaksanakan kehidupan doa. Itulah
sebabnya mengapa Doa Bapa Kami merupakan doa teladan bagi kaum tua dan muda.

(2)   Pengajar dalam Pelayanan Pendidikan Agama Kristen


   Luther mengakui bahwa Allah sendiri merupakan pengajar pokok dalam pendidikan agama
Kristen dan bukan manusia.
   Bagi Luther, gaya mengajar yang diberikan oleh Allah sebaiknya menjadi contoh bagi semua
perkara pedagogis. Dalam hal ini, Luther menjelaskan bahwa peran orangtua, terutama ayah dan
guru sangat menentukan dalam memberikan pengajaran kepada anak.
(3)   Pelajar
 Dalam penjelasan sebelumnya, Luther secara tersirat telah menyebutkan beberapa jenis pelajar.
Luther berpandangan bahwa yang menyandang status pelajar bukan hanya anak-anak/ nara didik
saja, akan tetapi orangtua dan guru pun wajib menyandangnya.
 Menurut Luther, orangtua dan guru haruslah terlebih dahulu diberikan pengajaran, sebelum
mereka mulai mengajar. Hal ini dilakukan agar para orangtua dan guru memiliki dasar yang
kuat dalam mengajar anak-anak/ nara didik.
 Para pelajar kedua adalah para anak-anak/ nara didik, baik itu laki-laki maupun perempuan.
Menurut pandangan umum pada saat itu, pendidikan untuk anak perempuan sangat disepelekan.
Masyarakat menganggap bahwa hanya anak laki-laki saja yang dapat menerima pendidikan,
bukan perempuan.
 Namun pandangan ini ditolak oleh Luther. Menurut Luther, tingakatan pendidikan yang
diterima anak perempuan haruslah sama dengan anak laki-laki.
 Para pelajar lainnya yang menerima perhatian Luther adalah para orang dewasa. Luther
berpandangan bahwa orang dewasa pun perlu diperlengkapi dengan pengetahuan dan pengertian
tentang iman Kristen.
 Serta untuk mereka yang melek huruf, Luther telah menyusun Katekismus Besar, sebuah sumber
tercetak yang menolong orang dewasa memperoleh pengetahuan minimal tentang iman Kristen.
Tetapi kalau tidak dibuat demikian, maka secara praktis terdapat wadah lain lagi yang tersedia,
yaitu kebaktian pagi pada umumnya, dan khotbah pada khususnya.
 Golongan pelajar yang terakhir adalah para imam, biarawan dan awam yang ingin
dipersiapkan untuk dapat berkhotbah. Untuk para pelayan ini, Luther menyusun khotbah khusus
yang dapat dibaca pada jam kebaktian di jemaat lainnya. Sebagiannya dimanfaatkan pula sebagai
contoh atau pedoman bagi orang yang sedang dipersiapkan untuk memberitakan injil. Khotbah-
khotbah yang disalin itu kemudian dicetak dan disebar-luaskan ke mana-mana.

(4)   Kurikulumnya
 Pandangan Luther tentang kurikulum tidaklah sama dengan pandangan pada umumnya.
Pandangan tersebut coba digolongkan oleh Boehlke ke dalam tiga hal. Pertama, membahas
tentang ruang lingkup kurikulum Luther. Kedua, isi Katekismus merupakan kurikulumnya yang
paling lengkap dan teratur. Ketiga, pandangannya tentang isi kurikulum di sekolah-
sekolah.Penjelasan mengenai ketiga akan dijelaskan di bawah ini.
(a)   Ruang lingkup Kurikulum yang Luther sebutkan sepintas lalu dalam karyanya
 Di dalam ruang lingkup kurikulumnya, Luther memasukkan unsur musik sebagai sarana belajar
bagi semua pelajar.
 Menurutnya, musik merupakan salah satu karunia Tuhan yang paling indah. Tetapi Luther tidak
hanya memasukkan vak musik ke dalam kurikulumnya.
 Dia sendiri telah menggugah paling tidak sepuluh buah nyanyian rohani, yang di antaranya
termasuk nyanyian Reformasi yang terkenal, yaitu “Allahku benteng yang Teguh” (“Ein Feste
Burg Ist Unser Gott”).
 Selain vak musik, Luther juga menerapkan vak sejarah ke dalam keurikulumnya. Luther
berpandangan bahwa sejarah tidak lain daipada kisah yang bersaksi atas pemeliharaan Allah
sepanjang abad terhadap manusia.
 Dengan mengetahui serta memahami arti baik buruknya sejumlah peristiwa yang terjadi pada
masa lampau, maka warga diperkaya dalam keperluan mengambil keputusan bermakna pada
zaman sekarang ini.
 Selain itu, fakultas  ilmu hitung dan olahraga yang menurut Luther juga perlu ada dalam sekolah-
sekolah, di samping semua vak khusus yang berkaitan dengan bahasa Latin. Walaupun semua
vak-vak di atas adalah vak-vak pelengkap yang penting, namun bagi Luther tidak ada pokok
pelajaran yang lebih penting daripada Alkitab. Pembelajaran tentang Alkitab dipermudah dengan
adanya terjemahan Kitab Suci dalam bahasa Jerman.

(b)   Isi Katekismus
  Pada tahun 1529, Luther menghasilkan dua buku katekismus, yaitu yang Kecil untuk anak-anak
dan Besar untuk kaum dewasa.
  Kedua-duanya berporos pada lima tema, yaitu Dasa Titah, Pengakuan Iman Rasuli, Doa Bapa
Kami, Sakramen Baptisan dan Perjamuan Kudus, serta Jabatan Kunci.
   Luther berusaha menjelaskan arti setiap tema dengan menyusun suatu seri pertanyaan yang
diajukan kepada anak didik oleh guru/ pendeta, dan jawaban yang hendaknya diungkapkan oleh
setiap pelajar. Sebagai contoh kita dapat melihat beberapa pokok pertanyaan yang termuat
dalam Katekismus Kecil, antara lain tentang: (i) Pengakuan Iman Rasuli: “Aku percaya kepada
Allah Bapa yang Mahakuasa, yang menciptakan bumi dan semesta langit”; (ii) Doa Bapa Kami:
“Berilah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya”; dan (iii) Sakramen Perjamuan
Kudus.

  Luther berpandangan bahwa katekismus itu hendaknya dipakai oleh pendeta sebagai dasar
khotbahnya, tetapi pada pokoknya ia merupakan sumber pendidikan agama Kristen di rumah
tangga. Dengan buku katekismus dalam tangannya, seorang ayah mampu mendidik anak-
anaknya dalam pokok-pokok iman Kristen, walaupun pendidikannya terbatas.

(c)    Isi Kurikulum di Sekolah-sekolah


  Selain menentukan pokok kurikulumnya, Luhter juga telah menentukan isi dari kurikulumnya,
antara lain:
(i)       Anak-anak yang duduk di sekolah pada tahap pemula akan diajarkan membaca. Buku
pertamanya memuat alphabet (abjad), Doa Bapa Kami, Pengakuan Iman Rasuli di samping doa-
doa. Selain itu, anak-anak tidak belajar membaca dan menulis bahasa Jerman, melainkan bahasa
Latin. Oleh sebab itu, setiap anak diwajibkan menghafalkan beberapa kata setiap hari dan
kemudian mengucapkannya kembali secara tertulis dan lisan;
(ii)     Bagian Kedua: Di dalam tahap ini adalah anak-anak yang sudah mampu membaca dan menulis,
mata pelajarannya mencakup tiga vak pokok, yaitu: tata bahasa Latin, Dongeng-dongeng
Aesop dan pendidikan agama Kristen;
(iii)    Bagian Ketiga: Hanyalah anak-anak yang paling mampu dalam tata bahasa Latin boleh naik
tingkat bagian ketiga ini. Sepanjang pagi waktunya dimanfaatkan membaca karangan klasik
dalam bahasa Latin di samping mengupas berbagai pokok tata bahasa yang ada di dalamnya.
Dalam seminggu anak-anak diwajibkan menyusun sebuah syair dalam bahasa Latin. Selain itu,
pembicaraan dalam semua mata pelajaran hendaknya berlangsung dalam bahasa Latin juga. Vak
yang lebih ringan seperti musik dipelajari sesudah makan siang. Anehnya, vak pendidikan agama
Kristen hanya dipelajari secara tidak langsung melalui kebaktian saja.
  Sesungguhnya gaya mengajar yang disarankan Luther lebih maju ketimbang pendekatan yang
lazim dikenal di sekolah-sekolah sezamannya, namun dengan semua tekanan atas menaati pola
tetap, kekhawatiran terhadap ucapan pribadi, khususnya dalam penelaahan katekismus, dan
latihan terus-menerus menyatakan metode-metode mengajar yang dinamakan pembiasaan
(Conditioning)
 Setelah melihat penjelasan tentang pemikiran yang Luther berikan untuk pendidikan agama
Kristen, paling tidak kita mendapatkan beberapa pokok yang bermakna terhadap perkembangan
pendidikan agama kristen, antara lain: (a) Luther mengaitkan teologi sebagai dasar
pendidikannya, serta (b) berpandangan bahwa semua orang berhak belajar membaca dan menulis
sebagai dasar pendidikan bagi anak laki-laki dan perempuan. (c) Luther juga menyusun bahan
pendidikan khusus untuk anak didik, yaitu Katekismus kecil.
 Dia sangat prihatin pada perbedaan sifat setiap anak, sebagai suatu fakta yang perlu diperhatikan
sebagai dasar mengembangkan tugas-tugas belajar yang sesuai dan penggunaan kurikulum yang
digunakan.
 Walaupun gaya mengajarnya tidak sempurna, namun ia cenderung lebih maju ketimbang
pendekatan yang dominan di antara kebanyakan pendidik sezamannya. Hal itu terlihat dalam
pada saat
  Dia menitik-beratkan peranan musik dalam proses mendidik orang-orang di samping menjadi
unsur liturgi.
 Dia juga amat sadar akan kemungkinan-kemungkinan yang tersirat dalam pengalaman
pendidikan, dengan berakibat kepada warga Kristen yang berhak bertumbuh dalam iman Kristen
sehingga dihayatinya dalam kehidupan sehari-hari.
6.    Perpustakaan
 Sumbangan Luther di bidang Pendidikan amat besar pula ketika mendesak para pemimpin
Kota Praja mendirikan Perpustakaan –perpustakaan yang bermutu tinggi serta diletakkan dalam
gedung yang sesuai dengan maksud mulia.
 Dengan pendirian dan pemeliharaan perpustakaan bermutu tinggi, sama pentingnya dengan
persekolahan dan pembinaan lengsung pada wadah grejawi dalam rangka mendidik kaum muda
dalam iman Kristen.

BAB VII
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN PADA ZAMAN REFORMASIPROTESTAN

A.    Riwayat Hidup Calvin
 Pemikiran Calvin tentang pendidikan, jarang sekali ia bahas, karena ia mentitik-beratkan
dogmatika bukan pendidikan maupun pembinaan, tetapidengan mutu karyanya yang begitu
tinggi, dia berhak di gelari “Pengajar gereja”
 Calvin ditinggal ibu kangdungnya sejak ia berumur tiga tahun, dan tak lama kemudian
setelah ibunya meninggal, ayahnya menikah lagi dan akhirnya calvin tinggal bersama ibu tirinya
dan ayah kandungnya. Semasa itu Calvin hidup dengan kepribadian yang disiplin dan serius
karena ia dididik oleh ayahnya.
 Ia mendapatkan gelar doctor hukum di universitas Orléans.
 Pada 1536 ia menetap di Jenewa, ketika ia dihentikan dalam perjalannya ke Basel, oleh bujukan
pribadi dari William Farel, seorang reformator.
 Ia menjadi pendeta di Strasbourg dari 1538-1541, lalu kembali ke Jenewa. Ia tinggal di sana
hingga kematiannya pada 1564. Yohanes Calvin berniat menikah untuk menunjukkan sikap
positifnya terhadap pernikahan daripada kehidupan selibat.
 Pada 1539 ia menikah dengan Idelette de Bure, janda seseorang yang dulunya
anggota Anabaptis di Strasbourg. Idelette mempunyai seorang anak laki-laki dan perempuan dari
almarhum suaminya. Namun hanya anak perempuannya yang pindah bersamanya ke Jenewa.
Pada 1542, suami-istri Calvin mendapatkan seorang anak laki-laki yang dua minggu kemudian
meninggal dunia. Idelette Calvin meninggal pada 1549.

B.     Dasar Teologis pendidikan agama Kristen


 Calvin memiliki dasar teologi tentang pendidikan agama Kristen, yaitu
1.      kedaulatan Allah,
2.      Alkitab sebagai firman Allah,
3.      ajaran tentang manusia,
4.      ajaran gereja, dan
5.      tentang hubungan gereja dengan Negara.

1.    Kedaulatan Allah
 Calvin menjelaskan Allah dinyatakan sebagai Allah yang berdaulat atas dunia, karena Dialah
yang menciptakan segala sesuatu yang ada, tidak ada kekurangan dalam diri Allah.
  Hal ini Calvin menjelaskan bahwa setiap manusia yang di pilih oleh Allah harus memiliki
tanggung jawab terhadap hidupnya. Boehlke menjelaskan melalui perumpamaan bayi yang lahir
tanpa apa-apa, dengan dorongan alamiah hingga bertumbuh.
2.     Alkitab Sebagai Firman Allah
 Sumber pengetahuan yang dimiliki Calvin bersumber dari Alkitab.
 Alkitab adalah Firman Allah yang diucapkan demi kemajuan gereja secara rohaniah.
 Peranan Alkitab mutlak dalam kehidupan Calvin
 Bukan keputusan Gereja yang menyebabkan alkitab diterima sebagai  Firman Allah,sebab justru
dalam Alkitablah dapat dibaca bagaimana Gereja dibangun di atas dasar para Rasul dan para
Nabi, dengan Kristus sebagai batu Penjuru ( Efesus2:20).
3.    Ajaran Tentang Manusia
 Memandang manusia dalam dua sudut :
1).Manusia sebagai makhluk yang diciptakan segambar dengan Allah,
2). kemudian jatuh ke dalam dosa dengan dampak luas yang tersirat di dalamnya.
 Dalam pertumbuhan manusia yang semakin dewasa harus diberi pendidikan untuk lebih
mengenal Allah, seperti yang diajarakan Yesus yaitu kasih.
 Melalui sejumlah pengalaman belajar yang dilaksanakan gereja, sehingga pertumbuhan rohani
akan dihasilkan oleh mereka yang semakin dalam, pertumbuhan ini menjadikan tindakan-
tindakan kasih terhadap sesamanya.
4.    Ajaran Gereja
 Calvin bercita-cita Gereja Am yang selalu ada dalam proses pembaharuan kembali.
 Pandangan Calvin tentang Gereja, Calvin ingin mengembalikan persekutuan Kristen kepada
Gereja semula.
 Pemahaman tentang Gereja sangatlah oikumenis, Calvin ingin berusaha mencari jalan untuk
mempersatukan semua orang percaya kepada Kristus ke dalam satu persekutuan yang esa.

5.    Ajaran Tentang Hubungan Antara Gereja dan Negara


 Pengertian Calvin tentang pokok Teologis bertitik tolak dari praduga utama,yaitu :
1). Calvin tidak dapat membayangkan negara yang terbagi menurut isi iman warganya
  Demi keamanan negara semua warga wajib mengakui iman yang sama,kalau tidak
ditangkap,  Calvin tidak setuju.
2).Setiap pemerintah yang dikenalnya dari dekat terdiri dari warga yang yang menganggap percaya
kepada Kristus.
3). Setiap para pemimpin negara adalah manusia yang berdosa juga
4). Meskipun hubungan Gereja dengan Negara sangat erat, para pelayan diwajibkan  menetukan isi
firman dan siapa yang boleh menerima sakramen
 Sumbangan Pandangan Calvin bagi Gereja dan Negara, antara lain :
 Calvin menanamkan bibit demokrasi bagi negaranya
 Gagasannya tentang kekuasaan terbatas yang dipegang raja, mereka bertanggung-jawab kepada
Tuhan dan karena itu dapat dilepaskan tugasnya pula apabila mereka melanggar persyaratan
panggilannya yang ditentukan Allah.

C.  Pendidikan Agama Kristen, Asas-asas Pelaksanaannya


1.    Apa itu pendidikan Agama ?
 Menurut Boehlke calvin memandang pendidikan agama Krsiten adalah pemupukan akal
orang-orang percaya dan anak-anak mereka dengan Firman Allah dibawah bimbingan
Roh Kudus.
 Pendidikan Kristen yang yang mendasarkan bahwa orang Kriten pada mulanya sudah dipilih
oleh Allah sehingga sering timbul pertanyaan bahwa mengapa perlu mendidik jika Allah sudah
memilih orang orang tertentu (Kristen)?.
 Pandangan calvin terhadap tujuan pendidikan dipandang melalui hidup Yesus yang sebagai
seorang yang rajin berdoa dan beribadah.
 Calvin melihat diri Yesus yang hidup tanpa menginginkan seturut dengan kemauan-Nya
melainkan demi keprihatinan Allah terhadap manusia.
 Yesus yang menjalankan tugasnya yang begitu berat tetapi Ia bertanggung jawab untuk
melaksanakan tugasnya.
 Sehingga tujuan Calvin adalah setiap warga yang mawas diri terhadap kepentingan dirinya
sehingga ia melupakan bahwa dirinya bukan kepunyaannya sendiri melainkan kepunyaan Allah.
2.    Pendidikan agama Kristen mempunyai tujuan untuk : mendidik para putra putri melalui ibu
(gereja), dan dilibatkan dalam penelaahan Alkitab sebagaimana menurut roh kudus, dan
mengambil bagian dalam kebaktian, dan dapat mejalankan tugas panggilan sehari-hari.

3.    Para Pelajar
 Calvin menggunakan contoh gereja purba, yaitu keperluan untuk mendidik anak-anak(laki-laki
dan perempuan) dalam ajaran iman.
 Jemaat kedua adalah anak muda, mereka harus wajib menghadiri kebaktian minggu maupun hari-
hari lainnya yang sudah terlebih dahulu di beritahukan. Jika terlambat maupun tidak hadir  tanpa
izin maka akan di berikan denda, kebaktian sangatlah penting bagi pendidikan Kristen menurut
Luther dan Calvin, karena mereka berdua memandang khotbah sebagai wadah yang disediakan
Tuhan untuk mendidik  orang dewasa.
 Golongan ketiga adalah golongan pelajar maupun pendeta. Calvin ingin pemimpin gereja
dipimpin oleh orang-orang yang terpelajar, mereka-merekalah yang mengerti akan Alkitab.
4.    Siapakah Pendidik Kristen
 Pengajaran berawal dari firman Allah yang tertulis dalam Alkitab, karena dalam kehidupan di
Alkitab terdapat pengalaman mengajar dan belajar.
 Allah mengajar melalui orang-orang yang menaklukan dirinya kepada Firman Allah.
 Menurut Calvin  pengajar di bagi menjadi dua yaitu Pendeta dan guru.
 Di jenewa Calvin menggabungkan jabatan tersebut, yaitu pendeta yang sebagai gembala Jemaat
dan ia juga mengajar sebagai guru dan melayani jemaat sebagai guru juga.
 Selain Allah dan pendeta sebagai pengajar, perlu juga orang lain di ajar untuk dapat menjadi
pengajar, sehingga didirikannya Akademi di Jenewa. Sehingga keteratuaran yang terjadi dalam
pengajaran di gereja akan semakin kuat karena adanya dukungan satu sama lain.

5.    Kurikulumnya
Menurut Calvin katekimus sangat penting, katekimus hampir sama dengan ilmu pendidikan.
Terdapat empat tinjauan umum sebelum terbentuknya isinya yaitu,
         pertama tugas menyusun katekimus(disusun oleh orang-orang yang terpercaya),
         kedua bahan studi bagi anak yang disesuaikan menurut dengan kemampuan anak didik,
         ketiga pengalaman pengajaran katekimus menentukan pembentukan kurikulum,
         keempat buku kategkismus hendak memupuk hubungan di antara gereja-gereja yang terpisah.
         Kurikulum ini mencakup pada empat tema pokok yaitu  hukum, iman, doa dan sakramen-
sakramen.
6.    Akademi Jenewa
  Pada Tahun 1541 Calvin kembali ke Jenewa dalam rangka usahanya  untuk
 memperbaharui gereja dan masyarakat sesuai dengan asas-asas Alkitabiah.
 Mendorong Gereja dan kotapraja jenewa untuk mendirikan  suatu akademi yang bermutu yang
mencakup pendidikan menengah dan Perguruan Tinggi.
  Pada tahun 1559, tanggal 5 juni  berdirilah akademi Jenewa.
  Struktur akademi merupakan 2 sekolah, yaitu :
1). Scola Privata, semacam sekolah dasar samapai SMP kelas 1
2) Scola Publica,SMP kelas 2 samapi SMAdan perguruan tinggi.

BAB VIII
IGNATIUS LOYOLA,PENDIDIK JALAN KEHIDUPAN SUCI
Ignatius Loyola pada awal kehidupanya menerima Pendidikan militer, tetapi karena
menderita patah kaki didalam pertempuran dengan tantara Perancis, akhirnya dia menganti
pokok kesetiaan pengajaranya. Dengan demikian juga minatnya berubah bukan lagi pada prestasi
para pahlawan militer dan penyelamatan perempuan cantik dari bahaya, melainkankepada
keprihatinan-keprihatinan ilahi saja. Dia bernazar mengabdikan diri seluruhnya pada pelayanan
Yesus Kristus melalui gerejanya.

Didalam pertapaanya di gua dekat desa Manressa, Loyola mendapat didikan


Tuhanmelalui banyak penglihatan yang mengesankan, sehingga segala sesuatu yang
diterimannyadari Allah sampai ke umur enam puluh dua tahun pun tidak setara dengan apa
yangditerimannya pada waktu itu. Disana juga masa depannya semakin jelas. Iganatius pergi
ketanah suci dengan maksud hendak memberitakan Injil kepada orang muslim. Tetapi
setibanyaditanah suci, dia dilarang melakukan kegitan tersebut dan kemudian dipulangkan ke
tanahsuci. Kemudian dia mempelajari Bahasa latin sebagai persiapan menjadi seorang imam.

Selama delapan mahasiswa lainnya di Universitas Paris, Ignatius bersepakat


dalammaksud menawarkan tenaga mereka dengan tanpa syarat kepada Paus. Keputusan
itukemudian dijernihkan sampai mereka mendirikan tarekat baru, yaitu Kompi Yesus
(OrdoJesuit), dengan tiga tujuan yaitu:

 Mendidik kaum muda,


 Memberitakan injil kepada orang yang belum mendengar
 Melaksanakan perintah apapun dari Paus dan ditempat manapun.

Kemudian kompi Yesus di resmikan oleh Paus Paulus III pada tanggal 27 September 1540dan
kemudian ordo itu dikenal dengan nama “Yesuit”.Ada tiga hal yang mendasaru pokok
pandagannya secara umum dan khususnya untuk Pendidikan agama Kristen, yaitu:

 Pengalaman militernya
 Pengalaman kebatinan Injil dan sumber Iman Kristen,
 Gereja itu sendiri Dari pengalaman militernya dia belajar tentang kepentingan tentang
membentuk kesatuan“serdadu” Kristus yang berdisiplin dalam kehidupan pribadi yang
rela menaati perintah aapundari sang atasan.
Berdasarkan penglihatanya, khususnya di gua dekat Manressa yangditeruskan sepanjang
hidupnya. Dia yakin bahwa dia mengenal ketiga oknum dari Trinitasdan Bunda Maria secara
langsung dan bukan dari isi buku apapun. Dalam prosesdikembangkanya perasaan setia kepada
gereja melalui struturnya, berupa bawahan danatasan.

Adapun tujuan dari Pendidikan agama Kristen menurut Loyala adalah sebagai berikut:

 untuk melibatkan warga muda khususnya dalam latihan-latihan rohani dan


intelektual,yang memupuk kehidupan batiniah dan kognitif.
 Untuk membimbing mereka (kaum muda) mengambil bagian dalam kebatian
gerejasehingga menaati setiap perintah-Nya.
 Memberikan dampak yang luas dalam urusan-urusan masyarakat sampai akhirnyamereka
(kaum Muda) memenuhi alasan terakhir mengapa mereka diciptakan Allah.

Tempat Pendidikan yang pokok adalah Sekolah Menengah Pertama/ Atas danPerguruan Tinggi.
Dengan system persekolahan yang dikembangkan oleh Ordo Jesuit ituPendidikan dipandang
secara utuh. Semua pelajaran yang dipelajari para pelajar Dansuasana hidup mereka serta
pengajar dipersatu-padukan agar semua digembeleng(dibiasakan) menjadi korps terdidik yang
ingin melaksanakan maksud-maksud GerejaKatolik Roma.

Tinggi sekali mutu pendidikannya. Ongkos persekolahan dipikul oleh paradermawan dan
bukan oleh para pelajar. Para pengajar sendiri dilarang menerimahonorarium dari siapapun,
tetapi semua keperluan hidup di bayar oleh kas ordo.Sang pengajar utamanya adalah Tuhan
sendiri, tetapi Tuhan bekerja melalui pengajar dengan status baik awam maupun imam.
Persiapan mereka ketat dan diharapkan pulasupaya mereka bertumbuh terus secara intelektual
dan rohani. Mereka hendaknyawaspada terhadap pendekatan lain dari sumber manapun juga
yang dapat diterapkan demimaksud mereka.

Para pelajarnya adalah siswa laki-laki yang berumur empat belas tahun sampai dua puluh
tiga tahun. Jadi, ordo Jesuit itu tidak bermaksud mendidik anak didik taraf sekolahdasar.
Tamatan universitas Yesuit memperoleh gelar Magister Artes dan Doktor Teologi.
Kurikulumnya berporos pada Bahasa, khususnya Bahasa Latin, Yunani dan Ibrani.Jurusan lain
adalah yang lazimnya dikenal disekolah pada zaman itu. Tetapi untuk memperoleh pengertian
tentang isi kurikulum khas sekolah Yesuit, haruslah kita lihatdalam latihan rohani bagi setiap
pelajar dan dalam luas lingkungan kehidupannya yangditentukan para pemimpin dan para
pengajar. Demikinalah para pelajar belajar hiduosebagai seorang Kristen dengan gaya hidup
sebagai seorang Kristen sebagaimanaditentukan oleh Ordo Yesuit.

Pada umumnya metodologi mengajar yang berlaku di sekolah Yesuit agak serupadengan sokolah-
sekolah lain juga. Terdapat ceramah/kuliah, banyak penghafalan, pertandingan antar kelompok dalam
kelas dan perdebatan antara dua orang pelajar.Refleksi bebas atas isi pelajarannya tidak digiatkan, tetapi
terdapat dua metodologi khasYesuit yang mencap semua tamatan sekolahnya.Latihan rohani yang
dikembangkan Loyala dari pengalamannya cenderungmenanamkan dalam diri pelajar, hasrat mendalam
untuk melayani maksud Kristussebagaimana ditentukan oleh gereja. Latihanya terdiri atas doa,
keterbukaan terhadapmunculnya citra-citra yang berporoskan Alkitab dalam kesadaran, pembicaraan
denganTuhan dan keputusan untuk mewujudkan dalam diriya satu/dua unsur darikeseluruhannya.
Jadi,para pelajar Yesuit tidak hanya belajar tentang isi alkitab secarakognitif saja, malahan mereka turut
terlibat dalam peristiwa-peristiwa alkitabiah melalui proses pencitraan, yakni citra-citra yang dibiarkan
muncul secara bebas dalam pikirantentang pokok perhatian pada hari itu, menurut seri langkah yang
direncanalan pembimbingnya berdasarkan karya Loyala.

Metodologi kedua merupakan latihan dalam belajar menaati kehendak atasansehingga si pelajar
dapat mempertahankan perintah apapun dan menggap si atasan yangmemberikan perintah itu sama
dengan kristus.Dari segi sejarah Pendidikan agama Kristen, prestasi Loyala dan ordonya adalahcontoh
tentang Pendidikan yang dihasilkan oleh kemauan, tenaga, sarana dan dana yangsungguh-sungguh
dimuarakan pada maksud tersebut. Dari sudut lainnya, pengalaman persekolahan Yesuit itu menimbulkan
pertanyaan, apakah terdapat Pendidikan agama Kristen yang mampu mengubah haluan kehidupan para
pelajar apabila ia hanyadilaksanakan sebagai pelayanan gerejawi sambilan saja dengan sikap acuh
takacuhterhadapanya dari pihak warga Kristen?

RINGKASAN BUKU SEJARAH PERKEMBANGAN PRAKTEK


DAN PIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

(ROBERT R BOEHLKE)
Disusun Oleh:

Nama : Ruth Theresia Nainggolan (20.201.017)


M.Kuliah : PAK MASYARAKAT MAJEMUK
Dosen : Lamria Purba., S.Th., M.Pd.K

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI SUMATERA UTARA (STTSU)


MEDAN

2022/2023

Anda mungkin juga menyukai