DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6 :
1. RISCHY HANDOVI BARUS
2. RUTH THERESIA M. NAINGGOLAN
M.KULIAH : KODE ETIK DAN PROFESIONALISME PAK
DOSEN : SYALAM.H. HASUGIAN, SS., M.Pd
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Alkitab Perjanjian Baru menampilkan sosok Yesus Sang Guru Agung yang
memberi teladan dan menjadi model mengajar dengan efektif dan efisien. Yesus adalah
sosok guru yang datang dari Allah (Yoh. 3:2). Orang-orang Yahudi yang
mengikuti-Nya memanggil-Nya dengan sebutan Rabbi. Sebutan Rabbi adalah gelar
kehormatan yang menunjukkan bahwa betapa kagumnya para pengikut-Nya. Dalam
Yohanes 13:13 tampak dialog Yesus terkait penga-kuannya sebagai guru. Dalam
Yohanes 13:13 dituliskan bahwa “Kamu menye-but aku Guru dan Tuhan, dan
katamu itu tepat. Memang Akulah Guru dan Tuhan.”(Alkitab, 2011, bk. Yohanes
13:13). Alasan yang menunjukkan bahwa Yesus layak disebut guru atau rabbi karena
dalam menyampaikan pengajaran-Nya disertai dengan kuasa, otoritas, wibawa,
mujizat sehingga para pengikut dan pendengarnya menjadi terpukau dan memberi
tanggapan positif (Karna-wati, Hosana, & Darmawan, 2019). Yesus menjadi Guru
yang Agung karena Ia menjadi Guru yang menjadikan seluruh kehidupannya dan
pengajaran menja-wab kebutuhan manusia yang berdosa. Dalam Alkitab tampak
bahwa Yesus adalah guru yang menggunakan metode yang kreatif dan kontekstual. Ia
meng-gunakan pengalaman hidup para pendengar-Nya untuk menyampaikan pesan
yang hendak disampaikan-Nya. Dengan demikian, pesan yang disampaikan mudah
dimengerti oleh para pendengar-Nya, sebab Ia menjawab kebutuhan para murid
(Darmawan, 2014). Ketika Ia bertemu dengan perempuan Samaria, tampak jika Yesus
memulai pembicaraan-Nya dengan berbicara tentang air dan Yesus kemudian masuk
lebih dalam berbicara tentang air kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
Guru Agung adalah seorang pengajar dan pendidik yang mememiliki karakter
yang dapat menjadi teladan bagi peserta didiknya dan pengajar itu memiliki nilai yang
mulia dan luhur dalam dirinya sehingga kewibawaannya dapat terpancar dari
perilakunya dan pembawaannya. Kehadiran Yesus Kristus di dunia ini dan kematian-
Nya, tidak ada seorang pun yang menyangkal hal tersebut. Bahkan kelahiran-Nya yang
adi kodrati atau supra alami itu telah dinubuatkan jauh ratusan tahun sebelum kelahiran-
Nya oleh para nabi. Jadi, pribadi Yesus merupakan sebuah pribadi yang istimewa
karena ialah Allah yang turun dari sorga dan menjadi serupa dengan manusia. “Yesus
tepat sekali bagi pekerjaan mengajar. Tidak ada orang yang lebih tepat untuk tugas ini
daripada Yesus. Yesus benar-benar seorang guru yang sempurna, baik dari segi ilahi
ataupun insani.” Sehingga, pastilah Ia memiliki karakter yang sempurna dan layak
dijadikan teladan untuk guru dimasa kini. Dalam Perjanjian Baru tugas mengajar sangat
penting yang dapat dipahami dari kehidupan dan pelayanan Yesus Kristus sendiri
karena PAK tidak terlepas dari Sang Guru Agung, yaitu Tuhan Yesus Kristus bahwa Ia
adalah guru yang datang dari Allah (Yohanes 3:2). Sebagai guru, Yesus sangat
diperhitungkan keahlian-Nya oleh rakyat Yahudi, sehingga menyebut sebagai RABBI.
Tuhan Yesus layak disebut Guru Agung atau Rabbi karena semua pengajarannya
disertai dengan kuasa, otoritas, wibawa, mujizat sehingga orang yang mendengar
pengajaranNya menjadi terpukau dan memberi tanggapan positif. Tuhan Yesus adalah
Guru yang tiada taranya dimana seluruh kehidupan dan pengajaran yang mulia sampai
akhir hidupnya yakni menyelamatkan manusia dari segala dosa.
Dalam hal ini John. M. Nainggolan mengemukakan 10 hal mengenai kehidupan Yesus
yang perlu diteladani oleh seorang guru Kristen diantaranya :
Hal yang paling penting dalam mengajar adalah memiliki tujuan yang jelas,
seperti yang diungkapkan oleh Price, “Salah satu hal yang sangat penting dalam hal
mengajar ialah tujuan yangn jelas dan khas.” Sehingga, para pengajar banyak yang
merasa tidak bersemangat dan tidak memiliki tujuan dan sasaran yang jelas. Tapi
tidak dengan Yesus, “Ia tidak pernah mengajar semata-mata karena Ia harus
mengajar. Ia selalu mempunyai tujuan yang akan dicapaiNya. Ia benar-benar tahu
apa yang dikehendakiNya, dan berusaha untuk mencapainya. Ia tahu arah
tujuanNya dan dengan gigih bergerak kearah itu.” Jika, setiap pendidik mampu
untuk seperti yang Yesus lakukan maka akan dapat memberi dampak yang postif
bagi peserta didik karena dapat menjadi teladan yang baik. “Ketika seorang masih
kanak-kanak, ia miliki kemungkinan yang sangat besar untuk kita bentuk. Mereka
sangat cepat untuk meniru orang lain, khususnya orang-orang yang mereka kagumi.
Hal ini lah yang medorong setiap pendidik untuk menjadi teladan bagi para peserta
didiknya karena mereka meniru apa yang mereka lihat dan meniru setiap orang yang
mereka kagumi. Oleh karena itu, seorang pendidik harus memiliki karakter seperti
Yesus sehingga dapat dijadikan teladan dan contoh bagi peserta didiknya.
Di dalam setiap kepribadian ada sifat rohani yang melampaui sifat natural biasa.
Kerohanian yang bersifat supranatural ini menjadikan kita harus bersikap sangat
serius di dalam masalah pendidikan. Kita mendidik orang dan bukan binatang untuk
mencari nafkah, bukan untuk bermain sirkus. Kita mendidik manusia yang harus
bertanggung jawab secara rohani dihadapan Tuhan yang berencana kekal bagi
mereka. Oleh karena itu, kita mendidik karakter-karakter yang bersifat spritual dan
supranatural. Ini merupakan keunikan dan signifikan pendidikan manusia.”
Kasih tidak dapat dididik melalui cara filsafat, kasih tidak bisa dibahas di dalam sebuah
skripsi. Kasih hanya bisa dimengerti melalui kematian Kristus untuk menjadi contoh
bagaimana mengabdi dan melayani sesama, bahkan Ia rela mati bagi murid-Nya.” dan
dengan pengorbanan-Nya Ia mengenalkan apa itu artinya kasih yang sesungguhnya.
“Manusia tahu bagaimana menjalankan komunikasi dalam relasi-antar-pribadi dengan
dunia ini dengan cinta yang ada dan dinyatakan oleh diri Kristus, yang telah berkorban
bagi Saudara dan saya, untuk menjangkau sesama manusia, berkorban bagi orang lain,
melayani mereka. Inilah yang akan mambentuk Karakter Kristen.”
Ketika Yesus mengajar, orang-orang tidak hanya mendengar perkataan yang sedang
dinyatakan tetapi dapat menangkap bahwa perkataan Yesus sangat berbeda dengan
para ahli Taurat. Yesus berkata-kata dengan penuh kuasa dari Allah dan
bertanggung jawab dengan pengajaran-Nya tersebut, se-hingga orang yang mendengar
sangat terkesan dan kagum bahkan terinspirasi akan pengajaran-Nya. Media yang
digunakan Yesus dalam menjawab setiap pertanyaan yang diberikan kepada-Nya
mendukung pemahaman para murid atau pengikut-Nya untuk memahami secara
nyata apa yang dimaksud dari pengajaran dan juga jawaban yang disampaikan-Nya.
Seperti misalnya ketika Yesus memberi lima ribu orang laki-laki dewasa makan
sampai kenyang dengan lima roti jelai dan dua ekor ikan saja, kemudian Ia memberkati
makan-an itu sehingga setelah itu pun masih ada sisanya (Mat. 14:13-21; Mrk. 6:30-44;
Luk. 9:10-17; Yoh. 6:1-13). Melalui media sederhana yang Yesus gunakan, ke-
butuhan seluruh pengikut-Nya terpenuhi baik secara rohani dan jasmani. Ini
merupakan contoh istimewa yang ditinggalkan Yesus kepada setiap guru masa kini
dalam pengajarannya.
Yesus tidak hanya Tuhan dan Juruselamat manusia tetapi Ia juga menjadi teladan bagi
seluruh umat manusia sepanjang masa dan etnis bahakan budaya. Termasuk guru,
Yesus menjadi sebagai sebuah patokan utama bagi karakter seorang pendidik. “Jika
Saudara-saudara sebagai guru-guru Kristen sendiri tidak menjunjung tinggi Kristus,
tidak memberitahukan Kristus dan tidak meneladani Kristus sungguh-sungguh, dan
mengajarkannya sesempurna mungkin kepada murid, maka Saudara tidak mungkin bisa
membentuk karakter yang baik. Oleh karena itu, karakter dari Yesus Kristus harus
menjadi patokan atau standard utama bagi para pendidik dalam mendidik muridnya.
2. Pendidik Yang Mencintai Murid
Seorang guru jika mengajar ia harus mengajar dengan kasih dan cinta kepada anak
didiknya, tanpa kasih dan cinta disaat mendidik, pelayanan kita tidak akan diingat oleh
Tuhan. Salah satu faktor yang terkadang membuat para pendidik tidak mengajar
dengan kasih dan cinta adalah rasa takut jika anak didiknya akan tidak menyukainya
saat mengajar, “Siapa yang takut, ia tidak sempurna dalam kasih”[10]. Karena jika
pendidik mengajar terdapat rasa takut dan bimbang dalam hati mereka akan tidak
maksimal dalam malayani.
KESIMPULAN
Pengajaran sungguh telah menjadi basis kehidupan pelayanan Yesus. Dalam segala
hal Yesus telah memenuhi persyaratan untuk menjadi seorang guru. Yesus tidak
hanya sekadar mengajar, tetapi apapun yang dilakukan-Nya adalah pengajaran.
Dengan kehidupan-Nya, Yesus memberikan teladan lang-sung yang terbuka dan bisa
dibaca oleh semua orang. Sebagai Guru Agung, Ye-sus tidak hanya sekadar lulus
kualifikasi tetapi Yesus sendiri lah logos itu. Dia-lah pusat pengajaran dan sumber
segala sumber pengetahuan dan ajaran. Per-hatian Yesus tertumpah sepenuhnya pada
pendidikan, pengajaran dan perse-kutuan. Hal-hal tersebut merupakan prioritas
dalam pelayanan-Nya. Karena sesungguhnya melalui pengajaran-Nya Ia dapat lebih
memperkenalkan Allah dan kasih-Nya kepada umat manusia. Dengan ketergantungan-
Nya pada Roh Kudus, Yesus selalu mengajar dengan maksimal dan Ia berkomitmen
menjadi teladan dalam pengajaran-Nya. Dari semua pembahasan yang telah dibahas
dari awal sampai akhir, maka dapat disimpulkan bahwa seorang pendidik atau seorang
guru pada era masa kini harus memiliki sebuah pegangan atau pedoman dalam ia
mengajar. Semua pegangan dan pedoman itu hanya bisa didapatkan dalam pribadi
Yesus Kristus sebagai sebuah standard yang mutlak bagi setiap guru di era modern ini.
DAFTAR PUSTAKA
Jonch, C. (2007). Yesus Sebagai Guru: Studi Injil Yohanes. Karnawati, K., Hosana,
H., & Darmawan, I. P. A. (2019). Lingkungan Proses Pembelajaran Yesus. Veritas
Lux Mea (Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen), 1(2), 76–89.