Anda di halaman 1dari 26

SURGA DAN NERAKA

TPB 2
KELOMPOK 10
Willyam
Sindy
Chris

DOSEN PENGAMPU : YUSAK SETIANTO

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BETHEL INDONESIA


JAKARTA
2015

SURGA
Dalam bahasa Inggris disebut Heaven yang berarti wilayah atmosfir atau
dapat juga berarti dunia supranatural.1 Browning memandang surga sebagai
dunia yang supranatural yaitu sebagai tempat kediaman Allah (Yes.66:1)
yang juga dipahami masyarakat Israel sebagai langit di atas langit
(Mzm.148:4).2 Lebih lanjut Browning menyatakan bahwa Paulus juga memiliki
pengalaman mistis diangkat ke surga yang ketiga ( 2 Kor.12: 1 dst) dan
bahwa Paulus juga menuliskan tentang Kristus yang naik di atas segala
langit (Ef. 4:10) dan Browning juga mengutip dari Kitab Henokh yang
menyebutkan tentang tujuh surga.3 Browning juga menyatakan bahwa
surga merupakan tempat dimana Anak Manusia akan duduk di sebelah
kanan Bapa (Mark.14:62) dan menyediakan tempat bagi para murid-Nya
(Yoh.14:2)4
Istilah lain yang juga merupakan sinonim dari surga ialah firdaus
kata ini berasal dari bahasa Yunani paradeisos yang artinya taman. 5 Kata ini
diucapkan oleh Yesus dalam perkataannya di atas kayu salib kepada salah
satu dari penjahat yang turut disalibkan bersama-sama dengan Dia
(Luk.23:43) dan juga disebutkan dalam kesaksian Paulus dalam 2 Korintus 12

1 W .F. R. Browning, Kamus Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 427.
2 W .F. R. Browning, Kamus Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 427.
3 W .F. R. Browning, Kamus Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 427.
4 W .F. R. Browning, Kamus Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 427..
5 J. Stephen Lang, 1001 Hal Yang Selalu Ingin Anda Ketahui Tentang Alkitab, tetapi
tidak pernah Berpikir Untuk Menanyakannya ( Jakarta: Immanuel, 2001), 318.

tentang seseorang (kemungkinan adalah dirinya sendiri) yang dibawa ke


Firdaus dan mendengar hal-hal yang tak terkatakan.6
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan baik Browning maupun
Stephen Lang sama-sama berpendapat bahwa surga merupakan sebuah
tempat dimana Allah berdiam dan memerintah dan bahwa di sanalah Yesus
menyediakan tempat bagi para pengikut-Nya yaitu orang-orang percaya
yang setia. Gagasan mengenai surga sebagai sebuah tempat merupakan
sebuah gagasan yang sebenarnya ditentang oleh Donald Guthrie. 7 Memang
Donald Guthrie mengatakan bahwa gagasan mengenai surga sebagai
sebuah kediaman memang terdapat di dalam PL dan PB. 8 Namun
sebenarnya, Donald Guthrie yakin bahwa hal tersebut sebenarnya bukanlah
penggambaran mengenai sebuah tempat.9 Namun, lebih mengacu kepada
sebuah penggambaran mengenai kehadiran seseorang. 10 Donald Guthrie
menyatakan bahwa ungkapan-ungkapan yang seolah-olah menyatakan
seperti sebuah tempat, misalnya ungkapan-ungkapan seperti diatas atau
naik,

sebenarnya

hanyalah

ketidakmampuan

bahasa

untuk

mengungkapkan hal yang melampaui dunia manusia.11


KITAB-KITAB INJIL SINOPTIK
6 J. Stephen Lang, 1001 Hal Yang Selalu Ingin Anda Ketahui Tentang Alkitab, tetapi tidak
pernah Berpikir Untuk Menanyakannya ( Jakarta: Immanuel, 2001), 318.

7 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:


Gunung Mulia, 1993), 230.
8 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 229.
9 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 229.
10 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 229.

Donald Guthrie menulis bahwa dalam kitab-kitab Injil Sinoptik, tidak begitu
banyak hal yang dikatakan mengenai surga dan tidak ada perincian yang
mendetail mengenai isi surga ataupun bayangan mengenai sesuatu yang
indah-indah yang terdapat di dalam surga.12 Namun Donald Guthrie juga
mengatakan bahwa banyaknya ayat tentang surga memperlihatkan bahwa
topik ini memang topik yang sangat penting.13
Allah dalam Surga
Donald Guthrie mengatakan bahwa dalam Injil Sinoptik, hubungan antara
surga dan Allah itu sangat dekat.14 Donald Guthrie menulis bahwa di dalam
Injil Matius, ungkapan Bapa di Surga terdapat 14 kali, sedangkan ungkapan
bapa surgawi terdapat 5 kali.15 Ungkapan ini sama sekali tidak terdapat di
dalam di dalam Injil Markus dan di dalam Injil Lukas sendiri, hanya terdapat 1
kali (di dalam doa Bapa Kami).16
Donald Guthrie menulis bahwa bagi Tuhan Yesus sendiri, ungkapan Bapa
Kami yang ada di Surga sebagaimana yang terdapat di dalam doa bapa
kami bukanlah merupakan suatu hal yang dimaksudkan agar kita justru
merasa menjadi sangat jauh dengan Bapa yang ada di Surga, namun surga
sendiri searti dengan kehadiran Bapa-Nya.17 Jadi Donald Guthrie ingin
menyampaikan bahwa yang terpenting bagi Tuhan Yesus adalah gabungan
11 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 229.
12 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 229.
13 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 229.
14 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 229.
15 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 229.
16 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 229.

antara surga dengan kebapaan Allah.18 Itulah sebabnya Tuhan Yesus tidak
hanya pernah mengucapkan ungkapan Bapa-Ku yang di sorga, namun Dia
juga pernah mengucapkan ungkapan Bapa-Mu yang di surga. 19 Hal ini
dimaksudkan Tuhan Yesus agar murid-murid-Nya bisa mengerti bahwa
keakraban yang dinikmati-Nya itu juga bisa dinikmati oleh murid-muridNya.20
Donald Guthrie menyatakan dengan tegas bahwa gagasan tentang tempat
tidaklah penting dan tidak banyak dibicarakan oleh Tuhan Yesus. 21 Donald
Guthrie tampaknya lebih ingin mengatakan bahwa definisi tentang surga
tersebut lebih mengacu kepada kehadiran seseorang daripada tentang suatu
tempat. Donald Guthrie juga tampaknya lebih suka untuk menghubungkan
surga dengan hal melakukan kehendak Allah ketimbang sebuah tempat
dengan mengutip Mat. 12:50; 18:14.22
Makhluk Surgawi
Menurut Donald Guthrie, hanya ada sedikit keterangan mengenai makhluk
surgawi yang dijelaskan di dalam Injil-injil Sinoptik. 23 Misalnya seperti peran
malaikat di surga yang mana mereka menjaga anak-anak, tidak menikah,
17 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 230.
18 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 230.
19 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 230.
20 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 230.
21 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 230.
22 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 230.
23 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 231.

tidak tahu tentang kedatangan Tuhan, dan juga eksistensi mereka yang
sering turun dan naik ke surga. 24 Tuhan Yesus juga berbicara mengenai
malaikat yang bersukacita apabila satu orang berdosa saja bertobat. 25
Donald Guthrie mengatakan bahwa hal ini berhubungan dengan keprihatinan
dan juga kepeduliaan malaikat dalam merasakan apa yang dirasakan oleh
Allah mengenai orang-orang berdosa.26
Di dalam Injil Sinoptik sendiri, menurut Donald Guthrie, hanya terdapat
satu rujukan mengenai mengenai orang yang namanya tertulis di surga (Luk.
12:20).27 Mungkin hal ini merupakan keterangan yang tidak langsung
mengenai kitab kehidupan yang terdapat di dalam kitab Wahyu.28
Kehidupan yang akan Datang
Donald Guthrie mengatakan bahwa informasi mengenai kehidupan yang
akan datang dalam Injil Sinoptik bahkan jauh lebih sedikit ketimbang
informasi mengenai makhluk surgawi.29 Dalam Mat. 6:20 memang dijelaskan
soal harta di dalam surga, namun Donald Guthrie tampaknya tidak yakin
dan kurang setuju jika hal tersebut memang mengacu kepada harta secara
materi.30 Tidak begitu jelas mengenai keadaan apa yang akan orang-orang
24 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 231.
25 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 231.
26 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 231.
27 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 231.
28 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 231.
29 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 231.
30 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 231.

Kristen alami sewaktu mereka berada di sorga nanti. Namun yang jelas Injil
Sinoptik jelas menulis bahwa di sorga nanti, tidak ada lagi kawin
mengkawinkan. Meskipun begitu, Donald Guthrie tetap berpandangan bahwa
hal tersebut tidak berarti meniadakan hubungan kekeluargaan. 31 Donald
Guthrie sendiri di akhir dari bab ini, tampaknya juga tidak bisa memberikan
kesimpulan yang pasti mengenai persisnya kehidupan di surga nanti. Namun
yang jelas, dia mengatakan bahwa yang terpenting adalah keyakinan bahwa
kehidupan surgawi tersebut adalah kehidupan rohani yang tak bisa rusak.32
TULISAN-TULISAN YOHANES
Donald Guthrie menulis bahwa Yohanes kurang memperhatikan sifat-sifat
dari kehidupan orang-orang percaya nanti di sorga ketimbang Matius 33
Namun hal itu tidak berarti bahwa di dalam tulisan-tulisan Yohanes tidak
terdapat hal tersebut. Di dalam tulisan-tulisannya, jelas tersirat bahwa Tuhan
Yesus sendiri memang memikirkan tema tersebut. 34 Misalnya mengenai
pernyataan Tuhan Yesus yang mengatakan bahwa tidak ada seorangpun
yang telah naik ke sorga selain daripada Dia yang telah turun dari sorga,
yaitu Anak Manusia dan juga soal pengakuan Tuhan Yesus bahwa diri-Nya
adalah roti yang turun dari sorga merupakan bukti bahwa tema mengenai
surga ini memang terdapat di dalam tulisan-tulisan Yohanes.35
Fakta yang memang tidak bisa disangkal bahwa hanya sedikit saja yang
dikatakan oleh Yohanes mengenai sorga.36 Namun, ada satu bagian dalam
Injil Yohanes yang menarik mengenai keberadaan sorga dimana dalam
Yohanes 14:2, Tuhan Yesus jelas sekali berkata bahwa di rumah Bapa-Nya,
31 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 232.
32 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 232.
33 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 232.
34 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 232.
35 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 232.

ada banyak sekali tempat tinggal (Monai ). Menurut Donald Guthrie,


banyak sekali ahli-ahli yang tidak setuju dengan makna harafiah dari teks
tersebut dimana memang hal tersebut memang betul-betul mengacu kepada
banyaknya tempat tinggal yang ada di sorga.37
KISAH PARA RASUL
Donald Gutrie mengatakan bahwa dalam kitab yang berbau sejarah seperti
Kisah Para Rasul ini, tidaklah mengherankan bila kisah-kisah mengenai
kebahagiaan kekal, surga, dll tidak terlalu mendapatkan tekanan.38 Surga
hanya disebutkan beberapa kali dalam kitab ini, misalnya kisah Stefanus,
Petrus, dan Paulus yang memang menerima penglihatan dari surga. 39 Tidak
ada perincian yang sangat jelas mengenai surga di dalam Kisah Para Rasul,
namun Donald Guthrie jelas menekankan bahwa Kisah Para Rasul senada
dengan kitab-kitab Injil yang tidak mengartikan sorga sebagai sesuatu yang
bersifat materi.40
PAULUS
Donald Guthrie mengatakan bahwa Paulus memang mengharapkan tentang
kebahagian kekal, namun sama seperti penulis Perjanjian Baru lainnya,
Paulus hanya sedikit saja membicarakan mengenai kebahagiaan tersebut.
Allah dalam Surga

36 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:


Gunung Mulia, 1993), 233.
37 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 233.
38 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 234.
39 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 234.
40 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 234.

Donald Guthrie mengatakan bahwa sangat jelas sekali bahwa Paulus yakin
bahwa kediaman Allah ada di sorga.41 Paulus juga berbicara bahwa murka
Allah nanti akan datang dari sorga.42 Paulus juga membandingkan tentang
keberadaan Adam yang kedua yang berasal dari sorga dan juga Adam
pertama yang berasal dari bumi.43 Paulus sendiri juga menulis bahwa Kristus
nanti akan datang dari sorga.44
Yang menjadi pusat kebingungan dari Donald Guthrie adalah 2 Korintus 12:1
dimana dikatakan oleh Paulus bahwa dirinya pernah diangkat langsung ke
sorga tingkat tiga. Donald Guthrie menyatakan bahwa hal tersebut sangat
tidak jelas sekali apa maknanya, Namun, Donald Guthrie cukup yakin bahwa
hal itu tidak bisa dianggap sebagai pembenaran bahwa sorga adalah sebuah
tempat. Donald Guthrie cukup yakin bahwa Paulus memahami surga sebagai
sebuah keberadaan dan kehadiran Allah bukan sebagai tempat.45
Makhluk Surgawi
Mengenai makhluk surgawi, Donald Guthrie menulis bahwa Paulus memang
memusatkan perhatiannya pada kedudukan orang percaya di sorga dan juga
sedikit mengenai malaikat dan kegiatannya. 46 Paulus mengatakan bahwa ia
dan tekan-rekannya dijadikan tontonan bagi dunia, manusia, dan malaikat (1
Kor. 4:9).47 Donald Guthrie menyimpulkan berdasarkan hal ini bahwa
41 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 234.
42 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 234.
43 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 234.
44 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 234.
45 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 234.
46 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 235.

tampaknya malaikat memang tertarik terhadap kegiatan-kegiatan yang


dilakukan oleh manusia.48
Fokus Donald Guthrie tampaknya berfokus pada kewarganegaraan sorgawi
yang dsinggung-singgung oleh Paulus (Fil. 3:20). 49 Donald Guthrie
mengatakan bahwa pada zaman Paulus, orang begitu mendamba-dambakan
kewarganegaraan Roma, namun Donald Guthrie menegaskan bahwa Paulus
jelas mengatakan bahwa kewarganegaraan sorga jauh lebih berharga
ketimbang kewarganegaraan duniawi yang fana seperti itu.50
Kehidupan yang akan Datang
Donald Guthrie mengatakan bahwa Paulus meringkaskan pengharapan orang
percaya sebagai suatu pengharapan yang telah disediakan di sorga (Kol.
1:5).51 Paulus menekankan mutu kehidupan orang percaya dimana hidup
kekal itu bersifat nyata karena tidak dapat dirusak.52 Paulus juga memberikan
gambaran mengenai kemuliaan kekal yang akan diterima oleh setiap orang
percaya yang mana setiap orang percaya akan diubah menjadi serupa
dengan gambar-Nya dalam kemuliaan yang semakin besar (2 Kor. 3:18).53
47 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 235.
48 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 235.
49 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 235.
50 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 235.
51 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 235.
52 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 235.
53 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 235-236.

Donald Guthrie menulis bahwa memang dalam Filipi 3:20 dan juga Galatia
4:26, Paulus berbicara mengenai kota sorgawi. 54 Namun, Donald Guthrie
tampaknya ingin menegaskan bahwa hal tersebut tidak lain hanyalah
sebagai cara Paulus untuk mengungkapkan makna tentang sorga dalam
bahasa politik yang mana di dalamnya sebenarnya mengandung makna
persekutuan.55 Jadi, Donald Guthrie yakin bahwa Paulus sama sekali tidak
memaksudkan untuk membicarakan sebuah kota yang benar-benar harafiah,
itu semuanya hanyalah bahasa politik yang digunakan Paulus untuk
menyampaikan gagasan tentang persekutuan.56
SURAT IBRANI
Donald Guthrie menulis bahwa isi yang terdapat di dalam surat Ibrani ini
sangat menambah pengertian kita mengenai keadaan surgawi. 57 Keterangan
dari surat Ibrani tersebut dapat digolongkan sebagai bukti tentang tahta,
kemah suci, perhentian, dan kota sorgawi.58
Tahta
Menurut Donald Guthrie, gagasan tentang tahta sangat penting dalam surat
Ibrani (Ibr. 1:8; 4:16; 8:1; 12:2; 1:3). 59 Tahta sorgawi melambangkan
kedaulatan Allah yang menimbulkan perasaan takut dalam diri manusia (Ibr.

54 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:


Gunung Mulia, 1993), 236.
55 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 236.
56 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 236.
57 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 236.
58 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 236.
59 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 237.

12:28).60 Donald Guthrie menyatakan bahwa ketakutan akan Allah yang


Mahadashyat itulah yang membuat kehadiran Tuhan Yesus sebagai Imam
Besar itu perlu.61 Jadi Donald Guthrie ingin menyampaikan karena Allah
begitu dashyat dan menakutkan, maka diperlukan Tuhan Yesus yang menjadi
Imam Besar bagi kita untuk memperantarai antara Allah dan kita.
Kemah Suci
Donald Guthrie tampaknya ingin menyampaikan bahwa istilah mengenai
Kemah Suci ini sebenarnya hanyalah simbolik saja, karena dia yakin bahwa
tidak mungkin ada sistem upacara ibadah di sorga. 62 Donald Guthrie
menyatakan bahwa penulis kitab Ibrani mengambil istilah-istilah dari ibadah
kuno Israel untuk mengungkapkan konsep-konsep sorgawi. 63 Misalnya,
kemah yang di bumi itu mengacu kepada kemah yang lebih besar dan
sempurna (Ibr. 9:11).64 Tempat kudus di bumi sendiri mengacu kepada
tempat kudus baru yang lebih baik (Ibr. 8:12; 9:12). 65 Tuhan Yesus sendiri
digambarkan sebagai Imam Besar yang ditinggikan lebih daripada tingkattingkat sorga yang mana Donald Guthrie mengatakan bahwa itu hanyalah
gaya bahasa simbolik untuk menyatakan bahwa Kristus ditempatkan di
tempat yang setinggi-tingginya.66 Namun, meskipun Donald Guthrie
60 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 237.
61 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 237
62 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 237
63 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 237
64 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 237
65 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 237.
66 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 237

menyatakan bahwa banyak ungkapan-ungkapan simbolik di dalam Surat


Ibrani ini, dia tetap yakin bahwa ungkapan Tuhan Yesus duduk di sebelah
kanan Allah adalah sesuatu yang harafiah.67
Perhentian
Donald Guthrie menulis bahwa dalam Ibrani 3 dan 4, diuraikan tentang
perhentian yang dijanjikan Allah bagi umat-Nya.68 Donald Guthrie menulis
bahwa menurut bapa gereja mula-mula, ada tiga jenis perhentian, yatu
perhentian Tuhan dari pekerjaan-Nya, perhentian orang Israel di Palestina,
dan perhentian dalam kerajaan sorga.69 Perhentian dalam kerajaan sorga
adalah perhentian yang sejati dibandingkan dua perhentian yang lainnya.70
Kota
Menurut Donald Guthrie, gagasan sorga sebagai kota sebenarnya tidak
terdapat sama sekali di dalam ajaran Tuhan Yesus dan hanya muncul
sepintas di dalam tulisan-tulisan Paulus.71 Namun, tema seperti ini
merupakan tema yang khas di dalam surat Ibrani. 72 Penulis ktiab Ibrani
memberikan gambaran tersebut dengan memberikan contoh Abraham yang
mengembara dimana Abraham mengharapkan kota kekal yang dibangun
oleh Allah (Ibr. 11:10).73 Begitu juga orang-orang beriman yang disebutkan
oleh penulis kitab Ibrani dimana dikatakan bahwa orang-orang beriman
67 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 237
68 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 237.
69 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 237
70 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 237
71 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 238.
72 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 238.

tersebut merindukan tanah air sorgawi yang lebih baik (Ibr. 11:16). 74 Kota ini
dinyatakan dalam surat Ibrani 12:22 sebagai kota Allah yang hidup,
Yerusalem sorgawi.75
Menurut Donald Guthrie, tidaklah mengherankan dalam lingkungan orangorang Yahudi bahwa kota Yerusalem memang dilambangkan sebagai sorga
karena memang pengharapan orang-orang Yahudi terpusat pada kota
tersebut.76 Kota tersebut merupakan kota yang dicita-citakan dalam
Yehezkiel 40-48 dan di dalam tulisan-tulisan Apokaliptik sendiri, kota tersebut
menjadi gambaran sorga yang dianggap sudah ada sebelum segala sesuatu
ada (Apokalips Barukh 4:22; 4 Ezra 7:26). 77 Kota tersebut menjadi Yerusalem
Sorgawi (Testament Daniel 5:12; Henokh 90:28).78
Donald Guthrie sendiri memberikan penjelasan mengapa sorga harus
digambarkan sebagai kota dimana kota menggambarkan persekutuan dan
kerja sama dan kesuksesan kota tersebut bergantung pada semangat
kebersamaan.79 Kota Yerusalem Sorgawi melambangkan tata tertib yang
sempurna dimana segala sesuatu yang mencemarkan dihapus. 80 Kota
sorgawi yang mana penuh dengan kehidupan dan kegembiraan malaikat
yang tak terhitung jumlahnya dan orang-orang yang namanya terdaftar di
73 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 238.
74 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 238.
75 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 238.
76 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 238.
77 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 238.
78 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 238.
79 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 238.

sorga.81 Selain itu, di dalam kota tersebut, roh-roh orang benar juga telah
disempurnakan.82 Kota tersebut merupakan sebuah kota yang memiliki
kesempurnaan.83
SURAT-SURAT YAKOBUS DAN PETRUS
Donald Guthrie menulis bahwa surat Yakobus merupakan surat yang
berisikan tentang hal-hal yang bersifat praktis, karena itu, di dalam suratnya
tidak menjelaskan pengertian apapun mengenai sorga. 84 Namun, dalam
surat Petrus memuat beberapa petunjuk tentang sorga. 85 Seperti misalnya di
dalam 1 Petrus 1:4 dikatakan mengenai bagian yang tidak dapat binasa yang
akan diterima oleh orang-orang percaya nanti di sorga. 86 Dalam 1 Petrus
1:12, dikatakan bahwa tempat tinggal Roh Kudus adalah di sorga. 87 Dalam 1
Petrus 3:22 sendiri dikatakan bahwa saat ini Kristus juga sedang tinggal di
dalam sorga.88

80 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:


Gunung Mulia, 1993), 238.
81 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 238.
82 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 238.
83 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 238.
84 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 239.
85 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 239.
86 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 239.
87 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 239.

Dalam surat 2 Petrus sendiri, Donald Guthrie menyatakan bahwa surat ini
memberikan pandangan tentang masa depan yang berpusat pada keadaan
akhir langit dan bumi, kehancurannya oleh api, serta langit dan bumi yang
baru.89 Mengenai langit dan bumi yang baru ini, Donald Guthrie memberikan
komentar bahwa memang, bagian soal langit dan bumi ini mengindikasikan
sesuatu yang bersifat materi, namun dia cukup yakin bahwa hal itu tidak
berarti bahwa makna ayat itu harafiah.90 Yang jelas, inti dari 2 Petrus ini
adalah orang-orang percaya akan menerima hak untuk memasuki kerajaan
kekal, yaitu kerajaan Tuhan (2 Pet. 1:11).91
KITAB WAHYU
Donald Guthrie menyatakan bahwa kitab Wahyu lebih menarik perhatian
para pembaca mengenai masalah sorga ketimbang kitab-kitab yang lain. 92
Beberapa hal yang menjadi perhatian khusus dalam kitab; penglihatan
mengenai sorga, penggambaran mengenai Allah dan Anak Domba yang
ditinggikan, pemandangan penyembahan di sorga, perkawinan Anak Domba,
dan Yerusalem Baru.93
Penglihatan mengenai Sorga
Dalam bagian ini, Donald Guthrie menceritakan tentang penglihatan yang
dialami oleh Yohanes dimana Yohanes melihat banyak sekali hal tentang
88 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 239.
89 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 239.
90 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 239.
91 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 240.
92 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 240.
93 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 240.

sorga, misalnya Yohanes melihat Tuhan Yesus sendiri, selain itu ia melihat
malaikat, peniupan sangkakala, malapetaka, dan penghakiman.94
Menurut Donald Guthrie, hal yang paling khusus dibicarakan dalam kitab
Wahyu ialah kehadiran Anak Domba di sorga yang telah disembelih. 95 Donald
Guthrie mengatakan bahwa banyak sekali ayat di dalam kitab Wahyu yang
menggambarkan Anak Domba tersebut ditempatkan pada pusat sorga dan
disamakan dengan Allah.96 Ada dua tahta di dalam sorga, yaitu Tahta Allah
dan taha Anak Domba dimana Donald Guthrie mengatakan bahwa
penyembahan diarahkan kepada Dia yang duduk di atas tahta dan kepada
Anak Domba.97 Yang jelas, hal yang paling menonjol di dalam kitab Wahyu
adalah kedudukan Anak Domba yang ditinggikan dan Donald Guthrie cukup
yakin bahwa sama sekali tidak ada petunjuk bahwa hal tersebut tidak akan
berlanjut sampai selama-lamanya.98
Makhluk-makhluk Sorgawi
Donald Guthrie mengatakan bahwa terlepas dari makhluk-makhluk yang
muncul di dalam sorga, tampaknya ada golongan khusus lain di sorga
dimana tertulis ada golongan dari orang-orang yang mati syahid yang
berada di sorga (Why. 6:9; 20:4).99 Orang yang melalui kesusahan besar juga
dikhususkan (Why. 7:14) dan orang-orang yang dimateraikan sebagai
94 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 241.
95 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 241.
96 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 241.
97 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 241.
98 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 241.
99 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 241.

hamba-hamba Allah (Why. 7:3; 14:1).100 Donald Guthrie memberikan


kesimpulan bahwa kualifikasi untuk dapat masuk ke dalam golongangolongan ini ialah mereka yang jubahnya dicuci dalam darah Anak Domba
yang melambangkan kekudusan melalui pengorbanan Kristus. 101 Jadi, para
penghuni sorga adalah orang-orang dimana mereka adalah orang-orang
yang namanya dituliskan dalam buku kehidupan Anak Domba.102
Donald Guthrie mengatakan bahwa salah satu peristiwa yang paling penting
bagi umat Allah ialah Perjamuan Kawin Anak Domba (Why. 19:6; 21:2). 103
Dalam bagian ini, jemaat digambarkan sebagai pengantin perempuan
dimana para pengantin perempuan tersebut memakai pakaian pengantin
yang berkilauan yang melambangkan kemurniannya yang mana hal tersebut
mengacu kepada perbuatan benar dari orang-orang kudus. 104 Namun, Donald
Guthrie ingin memberikan penekanan bahwa hal ini tidak berarti bahwa
jemaat dapat berkenan kepada Allah melalui usaha mereka sendiri. 105
Namun, lebih karena perbuatan mereka yang dianggap benar berdasarkan
kebenaran yang telah mereka terima.106
Yerusalem Baru
100 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 241.
101 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 241.
102 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 241.
103 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 241.
104 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 242.
105 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 242.
106 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 242.

Donald Guthrie mengatakan bahwa zaman kita sekarang ini akan berakhir
dengan kehancuran langit dan bumi dan setelah itu dilanjutkan dengan
penciptaan langit dan bumi yang baru. 107 Yerusalem Baru merupakan pusat
dari langit dan bumi yang baru ini dimana Yerusalem Baru itu disamakan
dengan pengantin perempuan Anak Domba (Why. 21:2, 9, 10). 108 Donald
Guthrie menulis bahwa di dalam kota itu nanti, Allah dan Anak Domba-lah
yang akan disembah.109 Kesedihan, kematian, dukacita, kesakitan tidak akan
ada lagi disana.110 Donald Guthrie menulis bahwa memang hal ini disajikan
secara simbolik, namun kebenarannya sama sekali tidak bisa disangkal.111

NERAKA
Perjanjian Lama sebenarnya tidak memiliki doktrin tentang neraka sebagai
suatu tempat penghukuman yang kekal, 112 tetapi yang terdapat di dalam
Perjanjian Lama adalah sebuah istilah Sheol , yaitu sebuah kata dari
bahasa Ibrani yang disebutkan sebanyak lebih dari enam puluh kali di dalam
107 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 242.
108 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 242.
109 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 242.
110 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 242.
111 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 243.

Perjanjian Lama dan biasanya diterjemahkan sebagai kuburan. 113 Bahkan,


Alkitab King James Version kadang kala menerjemahkan Sheol
sebagai neraka.114 Orang Israel sendiri sebenarnya menganggap Sheol
sebagai tempat yang
dituju setiap orang setelah mati.115
Kepercayaaan masyarakat Israel ini dapat dilihat dalam Mazmur 6:6, sebab
di dalam maut tidaklah orang ingat kepada-Mu; siapakah yang akan
bersyukur kepada-Mu di dalam dunia orang mati? Oleh karena itu, bagi orang
Israel, makna dari kengerian Sheol adalah dipisahkan dari orang-orang yang
mereka kasihi termasuk persekutuan dengan Allah.116
Menurut Stephen Lang, alasan mengapa neraka digambarkan sebagai
tempat berapi kemungkinan berasal dari gambaran peristiwa yang terjadi di
Lembah Ben Hinom yang terletak di luar Yerusalem yang dikenal sebagai
tempat penyembelihan dimana anak-anak dikurbankan (dibakar) untuk dewa
Molokh (Yer.7:31).117 Meski pada masa PL praktek seperti itu telah dihentikan
oleh raja Yosia, tetapi sampai sekarang tempat itu terus diingat sebagai
tempat penyembahan berhala dan kematian. 118 Oleh karena itu, W.R.F
Browning juga sependapat dengan Stephen Lang bahwa lembah Ben-Hinom

112 J. Stephen Lang, 1001 Hal Yang Selalu Ingin Anda Ketahui Tentang Alkitab,
tetapi tidak pernah Berpikir Untuk Menanyakannya ( Jakarta: Immanuel, 2001), 318.
113 J. Stephen Lang, 1001 Hal Yang Selalu Ingin Anda Ketahui Tentang Alkitab,
tetapi tidak pernah Berpikir Untuk Menanyakannya ( Jakarta: Immanuel, 2001), 318.
114 J. Stephen Lang, 1001 Hal Yang Selalu Ingin Anda Ketahui Tentang Alkitab,
tetapi tidak pernah Berpikir Untuk Menanyakannya ( Jakarta: Immanuel, 2001), 318.
115 J. Stephen Lang, 1001 Hal Yang Selalu Ingin Anda Ketahui Tentang Alkitab,
tetapi tidak pernah Berpikir Untuk Menanyakannya ( Jakarta: Immanuel, 2001), 318.
116 J. Stephen Lang, 1001 Hal Yang Selalu Ingin Anda Ketahui Tentang Alkitab,
tetapi tidak pernah Berpikir Untuk Menanyakannya ( Jakarta: Immanuel, 2001), 318.
117 J. Stephen Lang, 1001 Hal Yang Selalu Ingin Anda Ketahui Tentang Alkitab,
tetapi tidak pernah Berpikir Untuk Menanyakannya ( Jakarta: Immanuel, 2001), 318.
118 W. R. F. Browning, Kamus Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 55.

ini merupakan gambaran dari neraka, tempat kutukan dan pemusnahan


orang-orang fasik (Mat.18:8-9).119
Mengenai letak neraka, Arif Santoso penulis buku The God Way
Handbook mengacu pada Bilangan 16:32-33 dan menyimpulkan bahwa
neraka itu berada di suatu tempat di rahim bumi. 120 Dan nampaknya,
sebagaimana apa yang tercatat dalam ayat ini bahwa bumi membuka
mulutnya dan menelan Korah dan keluarganya dengan segala harta mereka
sehingga mereka turun hidup-hidup ke dalam dunia orang mati jelas
menunjukkan bahwa neraka itu berada di bawah bumi.121
KITAB-KITAB INJIL SINOPTIK
Donald Guthrie mengatakan topik tentang neraka ini diungkapkan lebih
khusus di dalam Injil-injil Sinoptik ketimbang bagian-bagian PB lainnya. 122
Menurut Donald Guthrie, ada beberapa ungkapan Tuhan Yesus yang menarik
soal neraka ini.123 Ungkapan Gehenna terdapat beberapa kali di dalam Injil
Matius (Mat. 5:22, 29, 30; 10:28; 18:9; 23:15; 23:33), 3 kali di dalam Injil
Markus (Mrk. 9:43, 45, 47), dan 1 kali di dalam Injil Lukas (Luk. 12:5). 124 Kata
Hades sendiri juga ditemukan dalam arti tempat penghukuman
sebagaimana yang terdapat di dalam Mat. 11:23; 16:18 dan Luk. 10:15;
16:23.125 Yang jelas, Tuhan Yesus memang mengajarkan mengenai adanya
119 W. R. F. Browning, Kamus Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 55.
120 Arif Santoso, The God Way Handbook (Jakarta: PT MEC, 2009), 197.
121 Arif Santoso, The God Way Handbook (Jakarta: PT MEC, 2009), 197.
122 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 243.
123 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 243.
124 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 243.
125 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 243.

tempat yang berlawanan dengan surga yang hanya diperuntukkan bagi


orang-orang yang dihukum oleh Allah.126
Donald Guthrie menyatakan bahwa ada banyak sekali orang yang
tampaknya tidak menyukai gagasan mengenai neraka tersebut yang
dikatakan bahwa penghakimannya adalah kekal. 127 Mereka menganggap
bahwa sorga dan neraka itu hanyalah mitos yang diciptakan oleh tradisitradisi gereja saja.128 Namun, kita tidak bisa membantah ataupun
menyangkal bahwa Tuhan Yesus sendiri mengatakan bahwa tempat itu
memang ada. Tuhan Yesus jelas berbicara bahwa neraka itu adalah sebuah
tempat dimana apinya tidak akan pernah terpadamkan (Mrk. 9:43) sehingga
Tuhan Yesus berkata bahwa lebih baik bagi seseorang masuk ke dalam sorga
dalam keadaan cacat daripada masuk neraka dalam keadaan utuh. 129 Neraka
digambarkan sebagai keadaan penghukuman yang bersifat terus-menerus
dimana ulat-ulatnya tidak mati dan bangkainya tidak pernah padam.130
Dalam perumpamaan tentang kambing dan domba sendiri, dituliskan bahwa
para kambing tersebut akan dilemparkan ke dalam api kekal yang memang
telah disediakan bagi iblis dan malaikat-malaikatnya. 131 Donald Guthrie
mengatakan bahwa Allah adalah seorang Allah yang harus ditakuti karena Ia
memiliki kuasa untuk menghancurkan tubuh dan juga jiwa. 132 Lukas sendiri
juga mencatat mengenai kisah orang kaya dan Lazarus dimana orang kaya
tersebut diceritakan sedang mengalami penderitaan yang hebat di dalam api
126 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 243.
127 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 243.
128 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 243.
129 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 243.
130 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 243.
131 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 244.

siksaan tersebut dan juga dikatakan bahwa antara sorga dan neraka
terdapat jurang yang luar biasa jauhnya yang tidak mungkin bisa
diseberangi.133 Donald Guthrie tampaknya agak sedikit bingung apakah kisah
mengenai orang kaya yang di neraka tersebut menggambarkan tentang
keadaan orang sesudah kematian atau keadaan akhir. 134 Tetapi yang jelas,
sama sekali tidak ada petunjuk bahwa orang kaya tersebut dapat
melepaskan diri dari keadaannya yang sangat mengenaskan tersebut. 135
Yang jelas, Donald Guthrie ingin menekankan bahwa bagi Tuhan Yesus
sendiri, penghukuman jelas merupakan sesuatu yang penting.136
TULISAN-TULISAN YOHANES
Menurut Donald Guthrie, dalam tulisan-tulisan Yohanes hampir tidak
ditemukan sama sekali gagasan mengenai neraka. 137 Memang Yohanes
menyinggung sedikit soal neraka, namun tidak secara detail. Donald Guthrie
berkesimpulan bahwa Yohanes tampaknya tidak begitu tertarik soal topik
neraka, berbeda dengan para penulis Injil Sinoptik yang memuat banyak hal
tentang neraka.138
PAULUS
132 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 244.
133 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 244.
134 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 244.
135 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 244.
136 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 245.
137 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 245.
138 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 245.

Donald Guthrie tampaknya agak menitikberatkan perhatiannya pada surat 2


Tesalonika yang dia nilai berbicara lebih banyak mengenai keadaan akhir dari
orang-orang sesat meskipun di dalamnya juga tidak dibahas secara detail
mengenai keadaan penghukuman tersebut.139 Menurut 2 Tesalonika 1:5-9,
dikatakan bahwa para penindas orang Kristen akan dibalas dengan
penindasan lagi, inilah bagian dari apa yang Paulus sebutkan sebagai
keadilan penghakiman Allah.140 Selain itu, Paulus juga berbicara tentang
penampakan Kristus Yesus di dalam api yang bernyala-nyala untuk
mengadakan pembalasan bagi mereka yang tidak mau mengenal Allah dan
yang tidak mentaati Injil.141 Dikatakan juga hal tentang dijauhkan dari hadirat
Allah dan dari kemuliaan kekuataan-Nya yang merupakan penjelasan Paulus
mengenai penghukuman kekal.142 Donald Guhtrie menekankan bahwa
dijauhkan dari hadirat Allah merupakan arti dari neraka yang
sesungguhnya.143
BAGIAN-BAGIAN LAIN DARI PERJANJIAN BARU
Dalam bagian-bagian lain di dalam PB, Ibrani 10:27 jelas berbicara tentang
api penghakiman, yaitu masa yang mengerikan bagi mereka yang sengaja
berbuat dosa setelah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran. 144 Itulah

139 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 246.
140 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 246.
141 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 246.
142 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 246.
143 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 246.
144 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 247.

sebabnya penulis kitab Ibrani sampai berkata bahwa ngeri benar kalau jatuh
ke tangan Allah yang hidup.145
Donald Guthrie mengatakan keadaan akhir dari orang-orang jahat tidak
mendapatkan perhatian dalam bagian PB lainnya kecuali dalam surat 2
Petrus dan Yudas.146 Yudas menulis tentang Sodom dan Gomora yang
mengalami siksaan api yang kekal sebagai penghakiman karena percabulan
dan nafsu yang tidak wajar dan juga penghukuman yang ditentukan bagi
mereka yang menyalahgunakan anugerah Allah dan menyangkal Tuhan
Yesus.147 Dalam 2 Petrus 2:4 juga disebutkan mengenai malaikat-malaikat
jatuh yang telah dilemparkan ke dalam neraka (Tartarus). 148 Menurut Donald
Guhtrie, kata Tartarus ini tidak terdapat di dalam bagian-bagian PB lainnya
dan kata itu sendiri memiliki arti sebagai rumah penjara bagi malaikatmalaikat yang jatuh, tempat untuk menunggu penyerahan mereka kepada
hukuman yang kekal.149
Dalam kitab Wahyu, konsep mengenai neraka digambarkan lebih jelas lagi
dimana para orang-orang fasik akan disiksa dengan api dan belerang di
depan mata malaikat-malaikat kudus dan di depan mata Anak Domba. 150
Siang dan malam mereka tidak akan pernah berhenti disiksa dan nabi palsu
dan juga binatang tersebut juga akan dilemparkan ke dalam lautan api
tersebut. Inilah kematian kedua yang digambarkan oleh kitab Wahyu.151
145 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 247.
146 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 247
147 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 247
148 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 247
149 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 247
150 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 247

KESIMPULAN
Berdasarkan pandangan Donald Guthrie, maka kita bisa tahu bahwa Donald
Guthrie menyimpulkan bahwa surga bukanlah sebuah tempat, melainkan
kehadiran Allah.152 Selain itu, kehadiran malaikat sendiri memang nyata,
namun tidak jelas apa fungsi mereka di sorga. 153 Yang jelas, Donald Guthrie
mengatakan bahwa fungsi mereka pastilah tidak akan jauh berbeda dengan
fungsi mereka sewaktu di bumi, yaitu melaksanakan perintah-perintah
Allah.154 Donald Guthrie juga memberikan penekanannya soal neraka dimana
neraka adalah lebih kepada suatu keadaan penghukuman ketimbang sebuah
tempat meskipun memang Alkitab menggambarkannya sebagai sebuah
tempat.155

151 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 247
152 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 248.
153 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 248.
154 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 248.
155 Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (Jakarta:
Gunung Mulia, 1993), 248.

Anda mungkin juga menyukai