Anda di halaman 1dari 14

CRITICAL BOOK REVIEW

PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM GEREJA LOKAL

OLEH

NAMA : ENJELA ESTEFANI MANURUNG

NIM : 190201002

GRUP / SEMESTER :A/4

DOSEN PENGAMPU : MARIA WIDIASTUTI, M.Pd.K

PRODI TEOLOGI

FAKULTAS ILMU TEOLOGI

INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI (IAKN) TARUTUNG

2020 / 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat dan
Karunia-Nya kepada Penulis, sehingga critical book report ini dapat diselesaikan dengan baik
dan tepat waktu.

Adapun tujuan Penulis dalam menyusun critical book report ini adalah untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Kristen dan Critical Book Report ini juga dapat
digunakan sebagai bahan diskusi, serta dapat diaplikasikan sebagai bahan pembelajaran.

Critical book report ini Penulis susun dari berbagai bahan referensi terutama buku yang
berhubungan dengan judul critical book yang sebelumnya telah diberikan oleh dosen pengampu
mata kuliah Pendidikan Agama Kristen Dalam Gereja Lokal yakni, Ibu Maria Widiastuti,
M.Pd.K penulis berusaha seobjektif mungkin dalam menyusun critical book sederhana ini.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen mata kuliah Pendidikan Agama
Kristen Dalam Gereja Lokal yang telah mempercayakan tugas ini kepada Penulis, sehingga
mempermudah Penulis dalam memahami materi pada perkuliahan ini. Penulis menyampaikan
banyak terima kasih karena beliau, dosen Pendidikan Agama Kristen Dalam Gereja Lokal yang
telah memberikan instruktur dan memandu Penulis, sehingga hal tersebut turut membantu
Penulis dalam penyelesaian critical book ini, serta kepada semua pihak yang turut andil dalam
membantu Penulis dalam penyelesaian critical book ini, sehingga critical book ini dapat
terselesaikan dengan tepat waktu. Penulis menyadari bahwa critical book ini masih jauh dari kata
sempurna. Segala kritik konstruktif dan saran yang membangun selalu Penulis harapkan demi
penyempurnaan critical book ini dikemudian hari. Semoga critical book ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca.

Pekanbaru, 31 Maret 2021

Enjela Manurung
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1


1.3 Tujuan ............................................................................................................. 1
1.4 Manfaat ........................................................................................................... 1
BAB II ISI BUKU ................................................................................................. 5
2.1 Ringkasan Buku I ............................................................................................. 2
2.2 Ringkasan Buku II ............................................................................................ 7
III PEMBAHASAN .............................................................................................. 16
3.1 Keunggulan dan Kelemahan Buku I ................................................................. 9
3.2 Keungulan dan Kelemahan Buku II .................................................................. 9
IV. BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 18
4.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 10
4.2 Saran .................................................................................................................. 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam zaman postmodern tentunya banyak sekali hambatan yang mungkin dapat
menghalangi cara pandang manusia tentang pentingnya pendidikan. Dikarenakan, dengan
adanya teknologi yang semakin canggih membuat segala yang di inginkan serba bisa,
walaupun teknologi merupakan sarana dalam berbagai informasi pembelajaran namun
sangat di sayangkan apabila kita terkecimpung dalam teknologi dan mengesampingkan
pendidikan.
Pendidikan merupakan sarana yang sangat penting dalam mendidik manusia agar
dapat mengetahui apa yang belum pernah mereka ketahui, dengan beberapa pola dalam
mendidik perlunya kita harus mengetahui tujuan dari pendidikan. Pendidikan sendiri juga
mempunyai arti yaitu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang
sesuai prosedur pendidikan itu sendiri.
1.2 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan critical book report
ini untuk mengetahui lebih tentang PAK Dalam Gereja Lokal sebagai suatu pedoman
kehidupan, sebagai pengetahuan mengenai alkitabiah dan bagaimana prakteknya dalam
kehidupan kita sehari-hari. Critical Book Report ini juga juga dibuat untuk memenuhi
salah satu tugas perkuliahan.

1.3 Manfaat
1. Agar pembaca dan penulis dapat mengetahui bagaimana PAK Dalam Gereja Lokal
2. Agar pembaca dan penulis dapat menyelamatkan,memelihara dan membarui ciptaan-Nya
dalam kehidupan sehari-hari melalui pembelajaran agama kristen.

BAB II
ISI BUKU
2.1 IDENTITAS BUKU 1
Judul aslinya, Religious education in contex of plurality and pluralism, pengarangnya
Hope S. Antone, diterjemakan oleh Pdt. Maryam Sutanto, Judul buku, Pendidikan Kristiani
Kontekstual.
Judul Buku : Pendidikan Kristiani Kontekstual
Pengarang : Hope S. Antone
Penerbit : BPK Gunung Mulia
Tahun Terbit : 2015
Tempat Terbit : Jakarta
Jumlah Halaman : 186 halaman

Ringkasan

BAB I

Bagaimana Konteks Membentuk Teori Pendidikan

Teori pendidikan yang baik seharusnya memperhitungkan hal-hal yang terjadi di dalam konteks
kehidupan yang dinamis. Seperti waktu dan ruang berpindah dan berganti, seperti kejadian dan
pengalaman terus berjalan dan mengalir, teori pendidikan perlu merespons dengan segera dan
tepat. Karena teori pendidikan bersifat dinamis, akan tiba waktunya bagi teori itu untuk diubah,
dimodifikasi, dibuat mutakhir, atau diganti dengan yang lain. Suatu konteks yang hidup
memerlukan suatu teori pendidikan yang hidup. Dengan mengatakan bahwa teori pendidikan
harus kontekstual berarti jyga mengakui dengan rendah hati keterbatasan dari upaya dan
kemampuan manusia. Persepsi, konsepsi, artikulasi dan analisis seseorang dibentuk oleh
kemampuan fisik dan psikologis seseorang seperti juga budaya dan konteksnya.

BAB II

Perubahan dalam Teori Pendidikan

Teori-teori pendidikan yang kontekstual berkembang dalam merespons kebutuhan yang berubah
dari suatu konteks tertentu. Di lapangan pendidikan umum, teori-teori berkembang bersama
dengan perubahan dalam masyarakat. Gerakan-gerakan sosial telah muncul di tengah-tengah
konflik. Dalam upaya mengahadapi konflik-konflik inim perubahan sosial terlihat seperti
menciptakan lebih banyak konflik karena berbenturan dengan status quo. John Dewey berkata,
bukanlah tanda-tanda yang sehat jika pendidikan tidak dipengaruhi oleh konflik dan kebnagkitan
gerakan sosial. Begitu juga, tidak sehat jika pendidikan itu sendiri bukanlah suatu arena konflik.
Banyak juga teori pendidikan yang berkembang dengan gerakan dan perubahan sosial serta
keagamaan dalam tren teologis. Seperti dalam gerakan-gerakan sosial, perubahan dalam tren
teologis juga merefleksikan beberapa konflik atau kontroversi yang mempengaruhi masyarakat
luas.

Asal-usul pendidikan bermula dari awal kebudayaan manusia. Pendidikan dalam bentuk
apapun dipelihara oleh generasi muda untuk hidup, baik di dalam keluarga maupun di dalam
komunitas yang lebih luas. Tidak ada garis pemisah antara kehidupan dan pendidikan, juga
antara agama dan pendidikan. Demikian halnya yang terjadi pada pendidikan Ibrani atau
Yudaisme, di mana pendidikan Kristiani menemukan akar-akarnya. Bagaimanapun juga
kekristenan berkembang dari Yudaisme. Karena itu untuk melihat pendidikan Kristen harus
melihat kembali pendidikan Yahudi. Bagi para sejarawan, ada tiga periode utama dalam Alkitab
yang perlu ditinjau kembali agar daoat memahami bagaimana Pendidikan Agama terjadi pada
zaman Alkitab: periode sebelum pembuangan (pre-exilic); periode sesudah pembuangan (post-
exilic) dari masa PL; dan periode Perjanjian Baru. Pendidikan pre-exilic dijelaskan dalam
Ulangan 6, yang menyiratkan pola-pola kehidupan keluarga yang kuat yang memberikan latar
belakang utama bagi pemeliharaan iman. Karena pembuangan berarti suatu gangguan terhadap
pola kehidupan keluarga yang stabil dan suatu ketidakpastian mengenai identitas dan masa depan
komunitas, pendidikan selama dna setelah waktu itu menjadi semakin kultis sementara
kebutuhan akan pentingnya institusi pendidikan lain, di samping keluarga, harus dihadapi secara
sengaja.

BAB III

Pendekatan Teologis dan Edukatif terhadap Kemajemukan

Ada tiga tipologi yang dipandang sebagai respons umum dari banyak orang di hampir
semua tradisi agama-agama yaitu, eksklusivisme, inklusivisme, dan pluralisme. Meskipun
demikian, respons-respons itu tidak hanya merupakan respons agama terhadap agama lain, tetapi
respons manusiawi terhadap semua isu mengenai keberagaman dan perbedaan. Diterapkan pada
kemajemukan agama, tipologi-tipologi ini sangat bermanfaat untuk memhami sikap orang
Kristen Asia satu sama lain, begitu juga untuk memahami sikap orang Asia dari komunitas
agama lain. Eklusivisme adalah suatu sikap dari satu melawan semua, inklusivisme adalah satu
di atas semua, pluralisme adalah satu dengan dan di antara semua.

“Satu melawan semua” = Arogansi agama

Menurut Hick, eklusivisme adalah pandangan bahwa satu tradisi tertentu mengajarkan
kebenaran dan membentuk jalan menuju keselamatan atau kebebasan.

“Satu di atas semua” = Imprealisme agama

Hick mendeskripsikan inklusivisme sebagai suatu respons pada keterbatasan


eksklusivisme primitif. Posisi ini membuat ruang untuk yang lain dan keberlainan sambil
mencoba secara bersamaan untuk mempertahankan keunggulan imannya sendiri. Pandangan ini
menganggap tradisi imannya sendiri sebagai sentral dan normatif.

“Satu dengan dan di antara semua” = Keterbukaan agama

Menurut Hick, pandangan ini berpegang bahwa: agama-agama besar di dunai


mewujudkan persepsi dan konsepsi yang berbeda mengenai yang Nyata atau yang Tertinggi, dan
bahwa di dalam setiap agama tersebut, secara mandiri, transformasi eksistensi manusia dari yang
terpusat pada diri sendiri menuju keterpusatan pada realitas, sedang terjadi. Jadi, tradisi agama-
agama besar dipandang sebagai “ruang” soteriologis alternatif yang di dalamnya laki-laki dan
perempuan dapat menemukan keselamatan, pembebasan dan pemenuhan. Pluralitas kekristenan
tampak jelas dalam banyak denominasi. Konsekuensinya, terdapat suatu keberagaman
pandangan dan komitmen teologis di antara mereka.

BAB IV

Dukungan Alkitab pada Pluralisme Agama

Frasa plurarlisme agama atau kemajemukan agama mungkin tidak ada dalam Alkitab,
namun nampak dalam tantangan yang dilibatkan merespons terhadap kemajemukan yang nyata
di dalamnya. Untuk menemukan itu dalam Alkitab adalah dengan membaca dengan pandangan
yang baru agar menemukan bagaimana Yesus berhadapan dengan orang lain, baik dari luar
lingkungan terdekatNya maupun dari mereka yang diluar lingkungan Yudaisme. Dimana
kehidupan yang keluar dari zona aman sendiri. Yang dilakukan pertama adalah dengan
menceritakan kembali kisah dari perempuan-perempuan agar dapat menolong untuk memahami
kisah secara lebih baik jika kita mencoba menempatkan diri sebagai seorang perempuan, yang
menuntut rasa empati terutama bagi orang lain yang diabaikan dan disakiti.

BAB V

Basis Kultural bagi Pluralisme Agama

Istilah dialog dipakai sebagai metaphor inklusif bagi hubungan antar agama yang positif di
Antara masyarakat yang berbeda tradisi imannya, yang sudang menjadi praktik actual di antara
kelompok masyarakat yang berbeda. Tom Michel membagi dialog ini dalam beberapa bentuk
yaitu ‘dialogue of being’ (dialog menjadi) yaitu menjadi suatu kehadiran yang psoitif di anatara
yang lain (others) demi kebersamaan atau berada dengan yang lainnya, ‘dialogue of doing
(dialog melakukan) yaitu melakukan aksi bersama dalam menjawab persoalan yang menjadi
keprihatinan masyarakat tanpa memandang latar belakang kepercayaan dan agama mereka,
‘dalogue of ideas’ (dialog pikran) yaitu berbagi dan bertukar pikiran melalui studi bersama agar
saling memahami, demi meperluas wawasan dan perspektif. Dan terakhir dialog of experience
(dialog pengalaman) yaitu membagikan kedalam pengalaman kemanusiaan dan keagamaan yang
mendalam untuk saling memperkaya iman dan spiritualitas.

BAB VI

Percakapan di Meja Makan dan Pendidikan Agama

Apa kaitan percakapan di meja makan dengan pendidikan Agama di Asia? Percakapan di
meja makan makan memberikan gambaran terkait mengenai undangan terbuka dan
keramahtamahan yang berlimpah demi orang lain.percakapan di meja makan mewakili tindakan
saling berbagi dan persekutuan jujur yang menyapa kebutuhan paling manusia.

Persiapan

Persiapan yang disengaja memerlukan perencanaan dan strategi hati-hati. Itu berarti
bahwa para pendidik agama di Asia tidak dapat hanya menjiplak, mentransplantasikan, dan
menerapkan teori-teori yang berasal dari mana-mana sebagaimana yang biasa kita lakukan.
Orientasi pekabar Injil tradisional terhadap warisan kekristenan telah menanmkan dalam diri kita
sikap sangat eksklusif terhadap sesama kita yang berasal dari komunitas iman berbeda. Sikap
eksklusif itu dicerminkan dalam teologi, kurikulum, gaya hidup, dan sikap terhadap orang lain.
Karena itu, persiapan untuk suatu pendidikan agama yang sejati melibatkan pemeriksaan
saksama sikap eksklusif yang kita warisi dalam pikiran, teori, pengajaran, tingkah laku, dan
tindakan kita. Hal ini juga mencakup perencenaan berhati-hati yang akan memadukan
pendekatan pluralistik.

Suatu alasan untuk melakukan pendidikan Agama adalah bahwa hal ini merupakan
kesetiaan kepada Allah Pencipta yang menciptakan dunia dalam kemajemukan dan yang telah
menunjukkan cara-cara menjalin hubungan yang bermakna dengan orang-orang dari berbagai
latar belakang agama dan etnis. Keramahtamahan Allah yang berlimpah merupakan tekadan
yang jelas, yang ditunjukkan dalam praktik meja makan dan penyembuhan yang dilakukan
Yesus. Sebagaimana orang Kristen yang mengklaim mengakui dan menghayati cara hidup
Kristus, orang Kristen Asia sudah memiliki model sendiri bagi hidup bersama dan berhubungan
dengan yang lain. Pendidikan Agma juga mengundang dan mengajak karena pendidikan ini
bertujuan menyapa kebutuhan yang paling manusiawi untuk memahami, rekonsiliasi,
penyembuhan, dan perdamaian, yang dibutuhkan di Asia dan dunia masa kini.

BAB VII

Menuju Teori Pendidikan Agama yang Kontekstual

Metafora dari undangan untuk bergabung di “komunitas meja makan” merupakan


metafora yang cocok dengan pendekatan pluralis atau ekumenis dalam pendidikan. Penulis
mengatakan bahwa baik pluralisme dan ekumenisme menggambarkan realitas kehidupan yang
sama, yaitu kehidupan dalam komitmen kepada iman orang lain di samping juga dalam
keterbukaan terhadap yang lainnya. Ungkapan “undangan untuk bergabung dalam meja makan”
sebenarnya mengungkapkan tiga metafora: pertama, suatu komunitas yang dibangun di
sekeliling meja dan memeberikan visi atau tujuan yang ke arahnyalah pendidikan Agama
berharap bergerak maju; kedua, meja makan yang di sekitarnya orang-orang berkumpul bersama,
yang menggambarkan muatan dan makanan yang dipersiapkan dan dilayani pendidikan Agama;
ketiga, undangan secara alami bersifat terbuka kepada semua orang karena ia bersifat
bersahabat, mengajak, hangat dan ramah serta mencerminkan praktik dan proses dalam
pendidikan Agama.

2. 2 IDENTITAS BUKU 2

Judul Buku : Dinamika Pendidikan Kristen


Pengarang : Iris V. Cully
Penerbit : BPK Gunung Mulia
Tahun Terbit : 1985
Tempat Terbit : Jakarta
Jumlah Halaman : 173 halaman

Ringkasan
A. Pendahuluan
Dalam zaman postmodern tentunya banyak sekali hambatan yang mungkin dapat
menghalangi cara pandang manusia tentang pentingnya pendidikan. Dikarenakan, dengan
adanya teknologi yang semakin canggih membuat segala yang di inginkan serba bisa,
walaupun teknologi merupakan sarana dalam berbagai informasi pembelajaran namun
sangat di sayangkan apabila kita terkecimpung dalam teknologi dan mengesampingkan
pendidikan.
Pendidikan merupakan sarana yang sangat penting dalam mendidik manusia agar
dapat mengetahui apa yang belum pernah mereka ketahui, dengan beberapa pola dalam
mendidik perlunya kita harus mengetahui tujuan dari pendidikan. Pendidikan sendiri juga
mempunyai arti yaitu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang
sesuai prosedur pendidikan itu sendiri.
Dalam buku ini dimana penulis berupaya menjelaskan tentang perkembangan atau
pertumbuhan rohani setiap orang Kristen, melalui proses pembelajaran baik itu melalui
pendidikan sekolah, Gereja, dan juga Kursus-kursus Alkitab lainnya, dimana dapat
menolong orang Kristen dalam menghidupi kehidupan yang berkenan kepada Allah.
Dengan mempelajari buku “Dinamika Pendidikan Kristen” Karya Iris V. Cully.
Memberikan kita pemahaman bahwa pentingnya pendidikan bagi kehidupan kita di
zaman yang semakin canggih ini, dengan melihat apakah benar hidup kita sudah berada
dalam hidup orang Kristen yang sesungguhnya. Sangatlah penting untuk melihat akan
adanya pendidikan Kristen guna menggenapi tugas dan tanggung jawab yang di berikan
oleh Guru Agung kita Yesus Kristus kepada murid-muridnya.
B. Isi Resensi
Pada bagian ini terbagi menjadi 3 bagian utama yang nantinya dapat
menggambarkan tentang keberadaan buku yang dibuat yaitu: deskripsi, analisis dan
evaluasi isi buku. Berikut akan dipaparkan berkaitan dengan hal tersebut.
1. Deskripsi Buku
Tujuan Penulisan buku ini berangkat dari keprihatinan penulis terhadap beberapa
hal diantaranya, dimana ada masyarakat yang belum memahami betapa pentingnya
pendidikan dan menggunakan potensial yang ada pada diri mereka masing-masing
sebagai manusia, perlunya kita ketahui bahwa dengan adanya pendidikan dapat menolong
kita dalam memahami hal-hal dalam mendidik.
Penulis juga memberikan metode-metode dalam pengajaran yang disertai dengan
penggertian dari kata Pendidikan dan tujuan-tujuan dalam unsur mendidik dalam konteks
Alkitabiah, guna memperlengkapi orang Kristen dalam pemahaman akan jalan-jalan
Tuhan. Dimana dalam era globalisasi ini tentu banyak sekali hambatan yang terjadi
dimana dunia memberikan wacana yang sangat memanjakan manusia sehingga banyak
orang Kristen yang telah mengesampingkan kebutuhan rohani dalam diri mereka masing-
masing.
Sudut Pandang Buku. Penulis buku mengemukakan pendapatnya tentang
Dinamika Pendidikan Kristen berangkat dari sudut pandang education. Sudut pandang
education yang dimaksudkan ialah bagaimana cara pandang dan tindakan manusia dalam
melaksanakan perintah Tuhan, guna memperbaiki sikap polemik dalam kehidupan orang
percaya.
Dasar Berpijak/Acuan Buku. Penulisan buku Dinamika pendidikan Kristen ini
diharapkan dapat menjadi acuan dalam mengembangkan metode pendidikan Kristen.
Karena kelompok belajar agama Kristen berpijak pada kebenaran Alkitab yang dimana
menjadi landasan dalam kehidupan orang percaya.
Sasaran Penulisan Buku. Penulis berharap keberadaan buku ini dapat memberikan
sebuah pemahaman baru bagi mereka yang membacanya. Secara umum diharapkan buku
ini dapat dibaca oleh semua orang Kristen atau guru sekolah Kristiani, guna semua orang
percaya agar dapat memahami prinsip-prinsip Alkitabiah tentang pendidikan.
Fokus Bidang Isi buku. Buku ini ditulis, dalam bidang yang berkaitan dengan
“Pendidikan Agama Kristen. Artinya, segala sesuatu yang berhubungan dengan
Pendidikan Agana Kristen dan setiap orang Kristen yang membecanya. Secara khusus
orang Kristen dimana mereka berpikir bahwa pentingnya, mendidik orang untuk berjalan
dalam Terang Allah sesuai dengan buku pedoman yaitu Alkitab.
Isi Pokok Buku. Penulis dalam menuliskan gagasanya membagi dalam beberapa bagian
isi pokok buku yang menghentar pembaca untuk dapat memahami tentang “Dinamika
Pendidikan Kristen”. Yaitu : pembaca harus memahami akan pentingnya pendidikan dan
juga sekolah, Gereja, konteks pendidikan, pusat proses pendidikan,tujuan pendidikan.
BAB III
PEMBAHASAN

3. 1 Buku Pendidikan Kristiani Kontekstual


Kelebihan Buku
Kelebihan dalam teori kontekstual dalam pendidikan bidang agama yang layak bagi konteks
majemuk khususnya di Asia. Disini Penulis sengaja mengambil objek pembahasan pada kontek
Asia yang memiliki kemajemukan, hal ini bertujuan untuk mengajarkan bagaimana memahami
pendidikan agama kristiani itu secara mendasar,dengan kata lain permasalahan penginjilan dan
pelaksanaan pendidikan agama tidak serta merta pada satu aspek tapi multi aspek.
Kekurangan Buku
Kelemahan dari buku ini yaitu tidak mencantumkan refrensi ayat-ayat Alkitab yang sesuai
dengan pokok bahasan buku tersebut dan sistematikan penulisan yang kurang menarik sehingga
membuat jenuh bagi para pembacanya.

3.2 Buku Dinamika Pendidikan Kristen


Kelebihan Buku
Kelebihan buku ini dibandingkan dengan buku lain, tentunya berada pada sudut pandang yang
dipakai oleh penulis. Dalam hal ini sudut pandang yang sangat baik guna berkelangsungan
proses pembelajaran.
Kekurangan Buku
Kekurangan isi buku, dalam buku “Dinamika Pendidikan Kristen” ini dalam yang menjadi
kekurangan dalam buku ini yaitu Struktur dalam pengkalimatan yang kurang baik, dan ada
beberapa yang sangat kontrasm kalau di lihat dari sudut Tema besar dalam penguraian buku ini.
Hal ini tentunya mempengaruhi cara pandang dari setiap orang yang mengambil bagian dalam
pendidikan.

BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Pendidikan merupakan langkah penting dalam kehidupan ini karena itu pergunakanlah
waktu yang ada, untuk mengikuti metode-metode yang Allah inginkan kita kerjakan dalam
kehidupan ini. Pendidikan yang sangat berharga dalah pendidikan dalam kehidupan sehari-hari
dimana sikap dan karakteristik kita dibentuk oleh Guru Agung kita Tuhan Yesus Kristus. Karena
itu sebagai orang Kristen agar kita tidak meleset dari pendidikan yang bersifat curang dan tidak
ada lagi asas-asas kebenaran di dalamnya maka kita harus mendasarkan diri kita pada dasar
Firman Allah yang merupakan dasar hidup orang percaya.
Kedua buku ini bisa saling melengkapi satu sama lain, karena dari masing-masing buku
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Berdasarkan kelebihan dan kekurangan
buku di atas, dapat kita ketahui bahwa buku Pendidikan Agama Kristen memang lebih banyak
digunakan di dalam proses pembelajaran tingkat universitas, karena mengupas tuntas semua
materi dan juga membahasnya satu per satu sehingga pembaca dapat memilah-milah satu per
satu dari materi tersebut. Akan tetapi, bukan berarti buku Pendidikan Agama Kristen tidak bagus
untuk digunakan di dalam proses pembelajaran. Hanya saja buku ini tidak secara lengkap
menyampaikan pembahasan materi.

SARAN
Sebaiknya Buku Pendidikan Agama Kristen ini,
seharusnya dikembalikan pada pemahaman akan suatu kebenaran Alkitabiah yang bertanggung
jawab dan menghargai pemahaman, dan gagasan yang lain,sehingga semakin melengkapi isi dari
buku tersebut, dan sistematika penulisannya dibuat lebih menarik sehingga menambah minat
bagi para pembacanya untuk mengetahui apa isi buku tersebut.

Anda mungkin juga menyukai