Anda di halaman 1dari 28

CRITICAL BOOK REPORT

KEPEMIMPINAN KRISTEN
Dosen Pengampu
Dr. Ibelala Gea, S.Th, M.Si
OLEH
NAMA : ENJELA ESTEFANI MANURUNG
NIM : 190201002
GRUP :A

PRODI TEOLOGI
FAKULTAS ILMU TEOLOGI
INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI (IAKN) TARUTUNG
TAHUN AJARAN
2020/2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadiratan Tuhan Yang Maha Esa
karena dengan rahmat dan karunia penulis dapat menyelesaikan laporan
critical book dengan buku “Kepemimpinan Kristen”. Untuk memenuhi
tugas mata kuliah Pembelajaran Kepemimpinan Kristen di IAKN
Tarutung ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Dan juga saya berterimakasih kepada Bapak Dr. Ibelala Gea, S.Th, M.Si
selaku Dosen mata kuliah yang telah memberikan tugas ini kepada
penulis.
Penulis sangat berharap kiranya critical book ini dapat bermanfaat
bagi pembaca untuk mengetahui isi buku beserta kelebihan dan
kekurangan dari buku tersebut sebelum membelinya. Penulis juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam critical book ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan critical book
yang telah penulis buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Tarutung, 29 Maret 2021

Enjela Manurung

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

IDENTITAS BUKU......................................................................................... 4

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................................6
BAB II ISI BUKU

1.1 Buku Utama.......................................................................................................7

2.2 Identitas Buku Pembanding.............................................................................23

BAB III PEMBAHASAN

A. Kritik Buku Utama...........................................................................................26


B. Kelebihan Buku Pembanding....................................................................27
C. Kekurangan Buku Pembanding........................................................................27
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan.............................................................................................28
2. Saran.......................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA

IDENTITAS BUKU
1.1 IDENTITAS BUKU UTAMA

Judul Buku : Jadilah Pemimpin Demi Kristus

Penulis : Sen Sendjaya, PhD.

Penerbit : Literatur Perkantas

Kota Terbit : Jawa Timur

Tahun Terbit : 2004

1.2 IDENTITAS BUKU PEMBANDING


Judul Buku : Kepemimpinan Agape

Penulis :Robert L. Peterson & Alexander Strauch

Penerbit : Yayasan ANDI

Kota Terbit : Yogyakarta

Tahun Terbit : 2008

BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Latar belakang kedua buku ini dibuat adalah untuk menumbuhkan


imankerohanian seseorang setelah membacannya. Isi buku utama tentang
bagaimanamenjadi seorang pemimpin Kristen yang baik dan takut akan Tuhan
yang dimanadi dalam buku ini terdapat cara – cara untuk menjadi seorang
pemimpin Kristenmulai dari manjemen waktu dan manajemen sebagainya, ada
juga cara – caramenjadi pemimpin Kristen yang baik di dalam organisasi –
organisasi khususnyaorganisasi Kristen apalagi seperti yang kita tahu saat ini
sedikit sekali yang kitatemukan seorang pemimpin Kristen sejati

Pemimpin Kristen saat ini sama saja seperti pemimpin yang lain
yangtidak mengenal takut akan Tuhan, jadi harapannya dengan membaca buku ini
kitabisa menjadi pemimpin Kristen sejati yang tidak serupa dengan dengan
pemimpinyang tidak mengenal takut akan Tuhan. Sedangkan isi dari
buku pembandingmemaparkan mengenai hal – hal kerohanian seperti : jalan
kesalamatan, jaminankesalamatan, Kristus sebagai pusat hidup orang
percaya, Roh kudus di dalamhidup orang percaya, waktu teduh, firman,
doa, bersaksi, bersekutu, danpelipatgandaan rohani “ berakar dalam kristus”.
Semua itu dijelaskan secara jelasdi dalam buku itu.

BAB II
ISI BUKU

BUKU UTAMA
 Krisis Kepemimpinan Global
Krisis kepemimpinan adalah masalah krusial. Kepemimpinan adalah sebuah fungsi, krisis
kepemimpinan mengakibatkan gereja telah kehilangan pengaruhnya karena olehnya
kepemimpinan yang efektif. Banyak masalah akut dan kronis yang melumpuhkan berbagai jenis
organisasi disebabkan yang dipimpin orang yang kurang diperlengkapi dengan kompetensi
kepemimpinan seperti cacat karakter, ambisi tidak terhormat. Krisis kepemimpinan disebabkan
karena hilangnya kapasitas institusional dan interpersonal yang mampu mentransformasi
individual secara utuh untuk mencapai keefektifan kehendak Allah. Kapasitas institusional dan
interpersonal kurangnya kaderisasi pemimpin/banyaknya hal yang mematikan potensi pemimpin.
Krisis kepemimpinan dapat mengakibatkan masalah kepedulian. Untuk menghadapi krisis ini
diperlukan kemampuan kita untuk senantiasa berdoa dan memohon belas kasihan Allah.
 Memimpin di tengah dua pilihan Adopsi atau Aborsi
Ada dua sisi di dalam dunia bisnis yakni mengadopsi prinsip dan pola kepemimpinan biblikal dan
umat Allah yang mengaborsinya. Ada empat area proses aborsi dan adopsi yakni :
 Visi (konsep biblikal)
Visi dalam Alkitab menunjukkan arah dan pimpinan Allah kepada para hamba-Nya.
Tanpa visi orang menjadi akan liar. Saat ini, banyak orang tidak memiliki visi baik itu
lembaga, gereja maupun pribadi sehingga apa yang hendak dilakukan tidak terarah dan
jelas kemana tujuannya sehingga seringkali menjadi motivasi yang tidak benar. Memiliki
visi dapat menjadikan kita bisa mencapai tujuan kita dengan senantiasa bergantung
kepada Tuhan dan senantiasa membangun komitmen dan semangat hidup.
 Akuntabilitas
Pemimpin yang dipercayakan dan diberi tanggung jawab oleh orang yang dipimpin jika
semakin besar maka akuntabilitas atau kemampuan memperhitungkan kondisi-kondisi
yang ada semakin besar pula. Akuntabilitas merupakan salah satu hal yang krusial dan
harus dimiliki para pemimpin dalam membangun kembali sistem yang kurang
berintegritas.
 Pemberdayaan
Kemampuan menggunakan karunia Allah untuk menjadi percaya dan memberdayakan
tubuh Kristus, awalnya ketika Rasul Paulus menasehati dan mengajar orang semakin
sempurna dalam Kristus.
 Kepemimpinan yang Melayani
Kepemimpinan itu ada dalam teladan Yesus yakni membasuh kaki murid-murid-Nya.
Ketika memiliki orientasi melayani maka harus belajar mempercayai orang lain. Tanpa
hati melayani pemimpin tak mungkin melakukan akan tumbuh kultur saling mempercayai
yang otentik.
 Kejatuhan Pemimpin Gereja
Kejatuhan pemimpin gereja yang memiliki sikap dan teladan dari Yesus berubah menjadi sikap
konsep moral, doktrinal, relasional, emosional dan finansial karena cacat karakter. Kategori
manifestasi kejatuhan pemimpin gereja yakni finansial, seksual, relasional, intelektual,
emosional, kuasa.
 Pemimpin Visioner Berbahaya tapi Tidak Liar
Karakteristik pemimpin paling penting yang membedakannya.
 Manusia liar
Manusia yang tidak memiliki visi disebut manusia liar karena manusia tersebut berjalan
tanpa ada arah dan tujuannya. Sedangkan visi merupakan kehidupan di masa depan
dengan bergantung kepada Tuhan berdasarkan pengenalan akurat tentang Allah, diri
sendiri dan lingkungan. Visi adalah perpaduan atau fusi yang harmonis dari tiga elemen
yang interdependen yakni Allah : kehendak dan beban dari Allah, diri kita : talenta dan
kapasitas yang Allah berikan, lingkungan: kebutuhan zaman yang Allah tunjukkan. Visi
hidup kita adalah proses terhadap panggilan Allah. Setiap orang yang hidup di dunia ini
memiliki visi yang berbeda. Jadi, orang yang memberi hati kepada visi itu maka dia akan
mendapatkan kebahagian. Hidupnya akan lebih efektif dan efisien. Visi akan menjadi
alasan mengapa seseorang itu harus terus berjuang.

 Manusia berbahaya
Sebagai pemimpin diharapkan memiliki ide yang dapat mempengaruhi banyak orang dan
mampu mengubah dunia walaupun berbahaya. Namun, banyak orang takut menjadi
orang berbahaya karena berbagai alasan. Alasan ini terjadi karena masih banyak yang
dipikirkan tentang hal dunia. Visi dan kepemimpinan tidak dapat dipisahkan, pemimpin
tanpa visi adalah pemimpin liar. Pemimpin dengan visi tunggal adalah pemimpin
berbahaya, karena ia mempengaruhi dunia baik secara positif maupun negatif.
 Memimpin denganAir Mata
Allah mengambil setiap orang yang ia kehendaki sebagai pemimpin dengan cara beragam.
Terkadang ia memakai cara yang sederhana seperti percakapan Hanani-Nehemia, untuk
menunjukkan pimpinan dan kehendaknya. Kepemimpinan kristen adalah kepemimpinan yang
dimulai dan hanya dimulai dengan panggilan dari Allah. Kepemimpinan Kristen bukanlah sebuah
ambisi pribadi. Pemimpin kristen adalah pemimpin yang peduli tentang hal-hal yang ada di hati
Allah. Jika Tuhan menjawab doa, seringkali ia memulainya dengan bekerja dalam dan melalui
orang yang memanjatkan doa itu. Air mata seseorang menunjukkan betapa seriusnya dia
menggumulkan perasaannya kepada Tuhan. Bahwa beban yang terjadi di hidup kita terjadi karena
ada tekanan di jiea kita maka dengan menggumulkannya kepada Tuhan hal itu dapat terjadi.
Selain berdoa juga ada renacana atau usaha yang harus dilakukan dalam memenuhi panggilan
Allah. Dengan kata lain, kita dapat mengetahui hubungan saat ini dengan masa depan dan kita
mempersiapkannya atau meminimilkan ketidakpastian di masa depan. Allah bekerja tidak hanya
dalam dan melalui diri orang percaya. Seorang pemimpin yang dipanggil Allah adalah pemimpin
yang pragmatis yang beriman kepada Allah, tahu visi hidupnya, dan berserah total kepada Allah.
Meski visi dan integrasinya memiliki resiko tinggi ia tahu persis bahwa Allah bersamanya. Setiap
kali seorang pemimpin Kristen mulai melangkahkan imannya menjalani panggilan Allah, akan
muncul berbagai halangan dan tantangan. Dalam menjalani panggilan Allah dibutuhkan
keinginan untuk berjuang, semangat yang tinggi, dan tetap bertolak kepada Allah.

 Kualifikasi Eksklusif Pemimpin Kristen


Pemimpin Kristen harus memiliki visi, integritas, stamina, wawasan, dan seterusnya. Hal tersebut
sama dengan pemimpin sekuler yang membedakannya kualifikasi pemimpin kristen dari 1
Timotius 3 dan Titus 1 adalah sebagai berikut:

Qualification Kualifikasi
Self-Controlled Bijaksana
Hospitable Suka memberi tumpangan
Able to teach Cakap mengajar orang
Not violent but gentle Bukan pemarah, melainkan peramah
Not quarrelsome Pendamai
Not a lover money Bukan hamba uang
Not a recent convert Bukan seorang yang baru bertobat
Has a good reputation with outsiders Punya nama baik di luar jemaat
Not overbearing Tidak angkuh
Not quick-tempered Bukan pemberang
Loves what is good Suka yang baik
Upright, holy Adil, saleh
disciplined Dapat menguasai diri
Above reproach (blameless) Tak bercacat
Husband of one wife Suami dari satu isteri
Temperate Dapat menahan diri
Respectable Sopan
Not given to drunkness Bukan peminum
Manages his on family well Kepala keluarga yang baik
Sees that his children obey him Disegani dan dihormati anak-anaknya
Does not pursue dishonest gain Tidak serakah
Keeps holds of deep truths Memelihara rahasia iman
Sincere Tidak bercabang lidah
Tested Harus diuji dulu

 Downward Mobility
Yesus mengkonfrontasi Petrus sekaligus mengajarkan kepadanya sebuah kebenaran yang
sangat sulit yaitu bahwa pemimpin Kristen adalah pemimpin yang rela dipimpin ke
tempat yang ia tidak ingin dituju, ke tempat yang ia tidak inginkan, ke tempat yang penuh
air mata dan penderitaan. Jalan pemimpin Kristen bukanlah upward mobility yang sangat
dijunjung tinggi oleh sistem dunia. Jalan pemimpin Kristen adalah downward mobility
yang berakhir pada salib.
 Salib dan pemimpin Kristen
Paulus menyatakan bahwa Allah hanya bekerja di dalam orang-orang yang mengakui
kelemahannya. Kuasa ilahi dinyatakan dalam kelemahan manusia. Hikmat Allah hanya
ditunjukkan dalam kebodohan manusia, itu sebabnya pemimpin Kristen yang merasa
pandai, kuat dan hebat tidak akan dapat dipakai oleh Allah sebagai alat menyatakan
kuasa-Nya.
 Proses Melemahkan Diri
Kepemimpinan Kristen bukanlah sebuah proses pembesaran diri yang mengandalakan
kemampuan sendiri untuk mencapai ambisi pribadi. Kepemimpinan Kristen adalah proses
pelucutan diri yang mengandalkan penyerahan diri secara total kepada Allah untuk
mencapai kehendak-Nya dalam dan melalui diri pemimpin. Karakteristik eksklusif
pemimpin Kristenyang membedakannya dari pemimpin non-Kristen adalah kelemahan.
Semakin menonjol karakteristik ini, semakin leluasa Allah bekerja di dalam dan melalui
diri pemimpin.
 Memimpin dengan Integrasi
Integrasi adalah modal seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang memiliki integrasi
membangun rasa percaya dan menunjukkan kepada orang lain bahwa apabila ia diperhadapkan
dengan tantangan moral segala keputusan dan aksinya dapat diprediksi.
 Mencermati integrasi
Integrasi dimengerti sebagai keseluruhan, kesempurnaan, keutuhan. Keutuhan yang
dimaksud adalah keutuhan dalam keseluruhan aspek hidup, khususnya perkataan dan
perbuatan. Yakobus memberikan definisi integritas sebagai iman dan perbuatan menyatu.
Integritas menunjukkan kita siapa sebenarnya.

 Integrasi Etika dan Moralitas


Etika adalah standar tentang mana yang benar atau salah, baik atau jahat. Moralitas
adalah di level praktika. Integrasi adalah terletak diantara etika dan moralitas. Anda dapat
memiliki integritas tanpa menjadi pemimpin. Namun kita tidak mungkin menjadi
pemimpin tanpa integritas. Apalagi menjadi pemimpin Kristen.
 Saat Tiada Orang yang Tahu
Integritas kita diukur dari apa yang kita pikirkan, katakan, dan lakukan pada saat kita
benar-benar sendirian. Pada saat kita menutupi perbuatan yang salah dihadapan Tuhan
dan dunia, Allah dalam kedaulatan-Nya dapat membukanya dan menyatakannya kepada
publik. Jika kita bersikeras menutupi dosa dan kesalahan kita, Allah yang akan
membukakannya dengan cara dan konteks yang berbeda sesuai dengan kedaulatan-Nya.
Dan kalau itu terjadi, biasanya berakibat fatal.
 Menipu Orang lain, Diri Sendiri, dan Allah
Orang yang tidak berintegritas adalah orang yangs sedang mengalami dekadensi moral
dan spritual. Tahap pertama menuju kegelapan, yaitu menipu orang lain (munafik), tahap
kedua kita bukan hanya menipu orang lain, tetapi kita juga menipu diri sendiri dan
menganggap kita benar. Kita bukan hanya munafik, namun kita juga mengalami
duplisitas, tahap ketiga kita bukan hanya menipu orang lain dan menipu diri kita sendiri,
tetapi kita juga menipu orang Allah. Yang paling mengerikan semua ini dapat terjadi
pada diri seseorang saat ia aktif melayani Tuhan, saat ia sepintas tampak intim bersekutu
dengan Tuhan. Jalan menuju integritas begitu sulit dan berliku. Begitu banyak pemimpin
Kristen yang jatuh ke dalam area integritas, berkompromi dalam area kuasa, uang dan
seks.
 Pemimpin dan Arogansi
Kesombongan dapat menjadi penyakit menular dan ganas apabila diderita oleh pemimpin, karena
pengaruh yang ia miliki , semakin besar pengaruh yang dimiliki seorang pemimpin karena peran
atau posisinya, semakin berbahaya bila ia menjadi sombong.

 Dari Rendah Hati menjadi Tinggi Hati


Yang dapat menyebabkan seorang pemimpin terjangkit kesombongan dapat disebabkan
sedikitnya tiga hal yakni kuasa, persepsi umum dan perlakuan khusus, dan keberhasilan.
Banyak pemimpin yang pada awal memimpinnya ia rendah hati, berubah menjadi tinggi
hati.
 Pemimpin Sebagai Mentor
Setiap pemimpin cenderung memimpin sebagaimana ia pernah dipimpin. Jika seseorang
pemimpin tidak memilki mentor dengan prinsip, pola dan perilaku kepemimpinan yang baik,
maka kemungkinan besar ia juga tidak akan menjadi pemimpin yang baik.
 Faktor Manusiawi
Seperti halnya Timotius yang senantiasa belajar dari Paulus segala yang ia perlu ketahui
untuk menjadi pemimpin-pelayan yang berkenan bagi Allah dan berpadanan dengan injil.
Ia telah meneladani ajaran, cara hidup, pendirian iman, kesabaran, kasih dan ketekunan
Paulus, bahkan sama-sama merasakan penderitaan aniaya dengan Paulus. Fungsi
pemimpin bukan menciptakan pengikut, tetapi melahirkan pemimpin.
 Faktor Ilahi
Timotius bukan saja memiliki Paulus sebagai mentor yang berkualitas dan rela membagi
hidupnya, namun ia juga memiliki karunia yang Allah percayakan kepadanya. Paulus
menasehati Timotius dalam keterbatasannya terus ingat untuk menggunakan dan
menerapkan karunianya atau karunia tersebut akan mubazir. Kepemimpinan Kristen pada
dasarnya adalah kepemimpinan berdasarkan karunia yang Allah berikan kepada hamba-
Nya. Paulus menulis agar Timotius bersandar pada Allah yang membangkitkan tiga hal
yakni kekuatan, kasih dan ketertiban dalam menjalankan tugasnya yang berat. Dengan
bersandar kepada Roh Allah pemimpin Kristen dipersiapkan untuk berhadapan dengan
segala bentuk tantangan, kesulitan, dan bahya kepemimpinan, bahkan kematian.
 Harmonisasi
Faktor manusiawi dan ilahi bekerjasama dalam proses pengembvangan kepemimpinan
dalam diri calon pemimpi Kristen.

 Gaya Hidup “Akribos”


Kata asli yang dipakai untuk “perhatikan dan seksama” adalah akribos. Hidup akribos adalah
hidup yang tidak sembarangan. Akribos yaitu ketelitian atau akurasi yang begitu tinggi yang
mampu dipertanggung jawabkan. Dalam Matius akribos digunakan untuk orang Majus yang
diminta Herodes menjadi detektif menyelidiki bayi kudus yang baru lahir. Dalam injil Lukas dr.
Lukas melihat dirinya sebagai seorang jurnalis melaporkan pandangan mata dan pengalamannya
bersama Yesus Kristus. Dalam Kisah Para rasul digunakan Apolos sebagai seorang guru yang
mengajar jemaat Efesus dengan akurat , dan digunakan jemaat Tesalonika sebagai murid yang
telah menguasai ajaran dengan mendalam tentang kedatangan Kristus. Kita harus hidup dengan
akribos karena Kristus telah membangkitkan kita dari kematian rohani. Hidup dengan akribos
adalah hidup yang dipimpin oleh firman Allah. Hidup akribos adalah hidup yang reflektif dalam
penglaman hidup keseharian yang kita anggap sederhana, sepele, yang remeh, namun seringkali
itu semua tanapa kita sadari membnetuk karakter kita. Hidup akribos memperhatikan apa yang
kita katakan, pikirkan, perbuat dalam keseharian hidup kita.
 “Be-Know-Do” Pengembangan Kepemimpinan Efektif
Pengembangan kepemimpinan yang efektif terdiri dari tiga elemen : knowing, being, dan doing.
Elemen be adalah elemen karakter (know-why). Elemen know adalah elemen pengetahuan (know-
what) dan elemen do adalah elemen keterampilan (know-how). Proses pengembangan
kepemimpinan yang efektif akan menolong seseorang menjadi seorang pemimpin, tahu
kepemimpinan, dan kapabel memimpin. Know adalah fungsi dari pendidikan, do adalah fungsi
dari pelatihan. Dan be adalah konsep diri, nilai hidup-hidup, prinsip moral, dan etika tidak akan
ditelan oleh berjalannya waktu.
 Belajar dari Rasul Paulus
Pada saat Paulus berada di dalam penjara ia menulis surat kepada Timotius bahwa injil,
harta yang indah itu harus dipercayakan kepada orang-orang yang memiliki dua
karakteristik yaitu dapat dipercaya (karakter), dan cakap mengajar orang lain
(kompetensi).
 Belajar dari West Point Academy
Ketiga elemen be. Know, do menjadi bagian integral kepemimpinan militer bagi tentara
Amerika. Proses pengkaderan kepemimpinan yang sangat baik mempersiapkan mereka
seja tahun pertama berhadapan dengan tanggung jawab, keputusan, dan tantangan besar
di bawah tekanan. Di West Point Academy, kapasitas knowing dan doing realatif lebih
mudah dibangun dan dibentuk dalam setipa kader ketimbang untuk kapasitas being.
Dalam suasana belajar yang aman, di West Point Academy diperhadapkan dengan
berbagai dilema etis dan konflik moral yang memaksa mereka untuk keluar dari zona
aman.
 Keseimbangan tiga elemen
Ketiga elemen tersebut harus diberikan dalam dosis yang seimbang dalam pengkaderan
kepemimpinan. Dari ketiga elemen tersebut yang paling sering dilupakan dalam
pengembangan kepemimpinan Kristen adalah elemen karakter. Kerendahan hati,
akuntabilitas pribadi, integritas dan kerelaan untuk diajar, dan hati yang melayani adalah
beberapa contoh klasik dari karakter yang sering dilewati dalam proses pengkaderan
pemimpin Kristen.
 Memimpin Lewat Tulisan (Teladan C.S Lewis)
Defenisi kepemimpinan terpendek adalah pengaruh. Memimpin pada dasarnya adalah
mempengaruhi C.S Lewis adalah salah seorang pemimpin yang Allah pakai melalui
cendekiawan. Memimpin lewat tulisan teladan C.S Lewis untuk mempengaruhi, membentuk dan
mengukir sejarah gereja.
 Perjumpaan Dengan Allah
Saat Clive Staple Lewis telah menganggap Tuhan sebagai musuhnya dia menjadi orang
yang tidak mengakui Allah. Namun, ketika ia membaca buku dan bersahabat dengan
Hugo Dyson dan J.R.R Tolkien dan berdiskusi tentang kekristenan. Lalu dia bergumul
dengan pandangannya terhadap Kristus. Dan akhirnya ia mengakui bahwa Allah adalah
Allah dan ia pun bertobat.
 Reorientasi Konflik
Pengaruh C.S Lewis tetap hidup sampai hari ini, mengubah hati dan hidup banyak orang.
Tidaklah mengherankan bila begitu banyak orang Kristen yang sangat mengagumi, terus
belajar dari dan diinspirasikan oleh C.S Lewis.
 Menulis Bagi pemimpin
Menulis adalah salah satu kapasitas yang seharusnya dimiliki oleh pemimpin Kristen.
Ada tiga alasan yang relevan :
1. Dengan menulis: pemimpin mau tidak mau dipaksa untuk menuangkan buah-
buah pikiran dengan sistematis, logis, dan jelas
2. Dengan menulis juga salah satu cara bagi pemimpin untuk membangun legacy
dari hidupnya yang singkat untuk dapat diambil hikmahnya oleh orang lain
3. Menulis juga seni untuk mengenal diri sendiri
 Pemimpin Kristen dan Pola Pikirnya
 Berpikir itu penting
Manusia adalah makhluk berpikir dan inilah yang membedakannya dengan ciptaan lain.
Kita diwajibkan memiliki hikmat, berpengertian, mampu membeda-bedakan, cinta
kebenara, dsb. Dan ada peringatan keras bagi mereka yang malas berpikir tak
sembarangan dalam berpikir, tidak dewasa dalam berpikir, mudah diombang-ambingkan
dan memiliki kesombongan intelektual. Ada hubungan yang erat antara intelekual dan
karakater manusia. Ini menjadi landasan filosofis yang penting untuk direfleksikan oleh
setiap pemimpin Kristen sebelum mereka terjun melayani sebagai pemimpin.
 Kepunahan Pemimpin Kristen yang berpikir
Diera modern ini banyak orang Kristen yang tidak berpikir dengan kritis, tajam, dan
serius. Sebagai makhluk moral, orang Kristen masih berperilaku dengan memegang
prinsip dari Firman Allah. Sebagai makhluk spritual ia masih berupaya dengan doa dan
meditasi untuk memiliki dimensi kehidupan yang tidak diketahui oleh orang bukan
Kristen. Namun, sebagai makhluk rasional, orang Kristen telah menyerahkan diri pada
sekularisme.
 Defenisi dan Implikasi
Seorang pemimpin yang memiliki pikiran Kristen secara konsisten menginterpretasikan
apa yang terjadi dalam hidupnya dari kacamata firman Allah. Seringkali kita
mengindentikkan berpikir secara Kristen dengan berpikir tentang topik-topik rohani
seperti doa, disiplin rohani, predestinasi, akhir zaman, dll. Asumsi yang demikian
mengesampingkan bagian yang lebih besar dari hidup yang kompleks ini. Yesus adalah
Tuhan atas dunia ekonomi, dunia politik, dunia pendidikan, dan dunia segala dimensi lain
dalam hidup kita. Maka, setiap pemimpin Kristen dituntut untuk memiliki pikiran seperti
Kristus.

 Membangun Kebiasaan Berpikir


Kita dipanggil untuk tidak berkompromi dengan kultur sekuler yang melumpuhkan iman
Kristen secara perlahan-lahan namun hendaklah mengalami suatu pembaharuan.
Transformasi bermula dari pikiran, transformasi nilai hidup itu hanya bisa terjadi bial
pikiran kita diperbaharui bial cara pandang kita diubahkan, sehingga kita mampu
membedakan mana kehendak Allah, mana yang baik dan sempurna. Pemimpin Kristen
perlu membangun kebiasaaan berpikir yang baru yang diterangi oleh firman Allah dan
dipimpin Roh kudus saat ia menunaikan perannya sebagai pemimpin.
 Sekolah Kepemimpinan Allah
Lebih dari pendidikan, lebih dari pengalaman, lebih dari pelatihan, tingkat resilince seseorang
yang akan membedakan siapa yang sukses dan siapa yang gagal.
 Empat Respons
Orang-orang yang memiliki kapasitas untuk bangkit dari penderitaan hidup menunjukkan
empat respons yang tipikal : mereka menaruh derita hidup yang mereka alami, dalam
sebuah persepektif kebenaran yang kekal, mereka mengacu kepada teladan hidup orang
lain saat mereka merefleksikan derita tersebut, mereka mengidentifikasikan diri mereka
dengan orang lain dalam penderitaan, mereka menata ulang prioritas mereka untuk lebih
melayani orang lain yang berada dalam penderitaan serupa.
 Kelegaan Memikul Beban
Kristus yang menyadari misi-Nya di dunia naik ke atas Salib untuk diremukkan Allah
Bapa-Nya. Kelegaan yang Yesus tawarkan bukan kelegaan tanpa beban hidup, tetapi
justru kelegaan meskipun ada beban hidup. Yesus tidak pernah memberi kita “kuk”
(crucible) yang satu ukuran dan kita perlu bersyukur untuk itu karena tugas kita hanyalah
mengikuti arah dan gerakan irama Kristus untuk menggenapi tugas yang dipercayakan
kepada kita di dunia ini. Karena ketenangan hidup tidak lagi bergantung kepada kondisi
eksternal, hidup lancar, karir mantap, keuangan solid, relasi dengan keluarga baik, tubuh
sehat. Ketenangan hidup itu berasal dari Allah sendiri yang sifat, rencana, dan janjinya
kekal dan tak pernah berubah.
 Imitasi Kristus : Bonhoeffer dan Radikalisme Pemimpin Kristen
Setiap murid Kristus harus secara berkala bertanya pada dirinya sendiri beberapa pertanyaan suli
dengan jujur tanpa topeng, tanpa kosmetik. Tantangan Yesus yang radikal kepada kita mengakui
menjadi murid-Nya. Tantangan untuk menapaki jalan salib yang telah ia tempuh. Tantangan
untuk menjadi imitasi Allah, Allah tidak memanggil kita untuk menjadi nyaman. Menyerahkan
segala hak-Nya kepada Bapa dan rela mati menjadi korban tebusan bagi banyak orang adalah
bentuk dari kekuatan Yesus.

 Pemuas Hati Manusia


Tindakan pemimpin yang cenderung mengikuti selera publik maka segala hal diubah demi
memenuhi ekspektasi massa, tradisi ditinggalkan, karya klasik dibuang, ritual yang bermakna
ditiadakan. Sementara untuk memuaskan hati massa, peraturan terus diperbaharui, kebijakan terus
diubah, program kerja terus diganti.
 Mencari Kesukaan Manusia
Panggilan dan substansi pelayanan yang dilakukan Paulus dan orang Kristen bukanlah
berasal dari manusia, namun dari Allah. Yang patut diperhatikan adalah Kristus bukan
manusia. Paulus tidak menginjilkan pelayanannya dikendalikan oleh segelintir orang
yang berhak memegang kendali bagi Paulus yang memegang kendali pelayanan adalah
Allah. Orang Kristen seharusnya meneladani sikap Paulus yang mengorbankan
kebebasannya dengan suka rela menjadi budak bagi orang lain agar mereka juga memiliki
kebebasan dalam Kristus. Menerapkan disiplin hidup Paulus berarti pemimpin rela untuk
tidak menuntut hak-hak yang pantas ia dapatkan. Rela kehilangan hak dan berkorban
melakukan hal-hal ekstra bagi orang lain demi melayani mereka.
 Motivasi Hati
Letak kunci kepemimpinan Paulus adalah ia menyenangkan hati orang bukan untuk
mendapat imbalan jasa, materi atau bantuan. Namun untuk melayani mereka sehingga
perannya sebagai pemimpin menjadi efektif.
 Discontenment dan Contenment : Barometer Kepemimpinan Kristen
Alkitab tidak berdiam diri tentang kepemimpinan yang terbaik. Alkitab menghadirkan Rasul
Paulus, yang gaya hidupnya sebagai pemimpin bukan saja menjadi teladan namun juga bersifat
normatif. Rasul Paulus ternyata memiliki rasa tidak puas dan rasa puas dalam hidupnya.
 Tidak Berpuas Diri (Discontenment)
Paulus tidak akan pernah berpuas diri dalam hal penderitaan Yesus di kayu Salib untuk
menyelamatkan manusia berdosa. Bagi Paulus kesempurnaan bukanlah kesempurnaan
tetapi sebuah proses mencapai keserupaan dengan Kristus yang tidak akan pernah
berakhir. Keinginannya adalah menjadi serupa dengan Kristus yang tidak akan pernah
berakhir. Paulus tidak pernah berpuas diri dalam mengenal Kristus, mengalami Kristus,
bekerja bagi Kristus, menderita bagi Kristus, dan bahkan mati bagi Kristus
 Berpuas Diri (Contentment)
Paulus telah belajar bahwa Kristus itu cukup baginya. Ia belajar berserah bukan lagi
kepada berkat-berkat yang datang dari Kristus, tetapi kepada Kristus sendiri. Paulus tidak
mengizinkan kondisi eksternal, disekitarnya mengendalikan modalnya, semangatnya, dan
hidupnya. Kepuasan dirinya ada di dalam Kristus, bukan manusia apalagi materi, ia telah
belajar tidak melekatkan diri dengan hal-hal eksternal agar ia dapat benar-benar melekat
dengan Kristus.
 Pemimpin berukuran besar
Dunia membutuhkan pemimpin Krsiten yang memiliki discontentment dan contentment
dalam area yang tepat. Dunia memerlukan pemimpin Kristen yang tidak pernah puas
dengan status quo dalam dirinya maupun di luar dan yang tidak pernah memusingkan
dirinya dengan hidupnya sendiri. Dunia menantikan pemimpin Kristen yang ambisinya
adalah Kristus bukan dirinya sendiri.
 Ritme Engagement dan Withdrawal
Efektifitas adalah kapabilitas untuk melakukan sesuatu dengan prioritas dan misi hidup yang
Allah berikan dalam hidup kita. Pemimpin yang efektif bekerja dengan kesadaran dan keyakinan
bahwa ia sedang bekerja untuk merealisasikan misi hidup yang Allah berikan kepadanya.
Pemimpin harus memiliki pola hidup seimbang antara engegement dan withdrawal.
 Diamlah
Karena posisi dan keterburu-buruan kita sebagai pemimpin kita seringkali terjebak
dengan situasi eksternal yang menggiring kita untuk mengandalkan pikiran rasional dan
kekuatan kita dan berlaku seakan Tuhan tidak ada dalam hidup kita. Pemimpin yang
supersibuk perlu memperhatikan kata-kata pengamsal ini : berdiam dirilah dihadapan
Tuhan dan nantikanlah dia, diamlah dan ketahuilah bahwa akulah Allah.
 Teladan Yesus
Yesus adalah orang yang sangat sibuk, namun tidak pernah terburu-buru. Yesus sibuk
dengan arah yang jelas yaitu melakukan kehendak Bapa-Nya di surga. Hidup Yesus
berjalan sesuai dengan ritme engagement dan withdrawal. Ada waktu yang aktif
melakukan berbagai hal sesuai dengan tugasnya. Namun, ada waktu untuk mengundurkan
diri, berdiam diri dihadapan Allah.
 Arti dan Tujuan Berdiam Diri
Withdrawal atau berdiam diri berarti mengalokasikan waktu bersama Tuhan agar kita
memiliki hati yang dengar-dengaran dan taat kepada-Nya. Saat kita berkontempelasi di
hadapan Allah, kita menciptakan ruang bagi Allah untuk menata ulang orientasi hati dan
persepektif hidup kita. Meditasi new age yakni mengosongkan pikiran, mengajak kita
memisahkan diri dari dunia dan mendekat kepada Allah, untuk kepuasan batiniah yang
dangkal dan semu. Hasil meditasi terhadap firman Allah adalah perilaku yang diubahkan
karena perjumpaan dan relasi dengan Allah yang signifikan dan transformatif. Berdiam
diri di hadapan Tuhan bukan soal waktu, tempat, posisi tubuh, namun berdiam diri
dihadapan Allah adalah soal hati dan pikiran kita.
 Manfaat berdiam diri
Ada tiga manfaat yang didapat dalam upaya berdiam diri dihadapan Tuhan:
1. Mendengarkan Tuhan
2. Penyerahan Diri
3. Menolong saya untuk mengalami perubahan yang real dan tahan lama
 Seni Menegur Pemimpin
Tak seorang pun di dalam gereja yang memiliki status spesial sebagai orang yang diurapai Allah
karena setiap orang percaya diurapi Allah. Dan tidak ada satupun manusia yang kebal terhadap
nasehat, kritik dsb. Juga ada perintah Yesus agar kita tidak menghakimi sesama manusia.
Ada beberapa hal yang Yesus sampaikan tentang hal menghakimi :
1. Relativisme yang kental yang mewarnai dunia berdosa justru semakin membutuhkan
penilaian dan penghakiman
2. Penghakiman berbeda dengan pendapat
3. Benang merah dari seluruh khotbah Yesus Kristus agar dapat menjadi pengikutnya hidup
berbeda dengan dunia
 Kritik Bagi Pemimpin : Sahabat atau Musuh
Bagi pengikut fanatik buta (uncritical lovers) maupun pengkritik sadis (unloving critics)
keduanya melumpuhkan efektifitas pemimpin. Yang menarik reaksi pemimpin terhadap aksi
kedua kelompok ini sangat berbeda. Tentu pengikut fanatik lebih fatal dan laten daripada
pengkritik sadis. Karena pengkritik sadis, meskipun cara-cara yang menyakitkan hati, mungkin
memberi kritikan yang substansi dan benar adanya sesuai fakta. Manfaat kritik bagi pemimpin
adalah kritik mencegah sesuatu yang destruktif terjadi pada diri si pemimpin,kritik penolong
pemimpin untuk menyadar
“blind spots” dalam dirinya, kritik membuat pemimpin tetap tajam dalam kesaksian hidup dan
efektivitas pekerjaan pelayanan.
 Berpacu melawan kuda sebuah tantangan kepemimpinan
Banyak orang yang mau memimpi menjadi pemimpin bahkan mereka berambisi. Ada popularitas,
hormat, akses, posisi, fasilitas, kebangga, kepuasan diri yang dapat menikmati. Inilah sisi
glamorous dari seorang pemimpin yang memang menjadi rebutan orang.
Sisi yang membuat ia kesepian. Sisi yang membaut hati yang begitu padih karena ditolak,
dikecewakan, dibenci dan dimusuhi orang lain.
Tugas pemimpin kristen itu bagai pisau bermata dua. Disatu sisi, ia harus comfort the
afficted. Di sisi lain, ia harus affict the comforted.menghibur orang yang susah dan menyusahkan
orang yang terhibur. Keduanya memerlukan cadangan emosi yang sangat besar.
Menghibur orang yang sedang kesusahan justru menolong kita untuk semakin kuat secara
spiritual, mental, dan emosional. Obat yang paling mujarab untuk mengatasi penderitaan kita
adalah menolong orang yang sangat menderita.
 Berani mederita demi kebanaran
Tekadang, mau tak mau pemimpin harus terlibat dalam konflik. Bukan sebagai tujuan, tetapi
sebagai konsekuensi logis dari tugas yang dipikulnya dan prinsip yang dipengangnya. Pada
dasarnya, pemimpin harus siap dan rela berhadapan dengan konflik, dan jatuh dalam pelukan
kompromi. Karena konflik menimbulkan luka-luka hati yang terkadang membutuhkan waktu
lama untuk diobati.

 Beban kasih yang dalam


Namun,yeremia tidak memilih kedua sifat tersebut. Reputasinya sebagai “ the weeping prophet”
muncul bukan karena ia mengasihi diri sendiri. Tapi karena ia mengasihi dosa bangsanya.
Matanya menjadi pancuran air mata karena cintanya kepada Allah karena cintanya kepada orang-
orng yang dilayani, bahkan termaksud orang- orang yang membencinya, mencacimakinya,
mengkhianatinya, dan ingin membunuhnya. Namun yeremia membuktikan kebenarannya. Ia tetap
taat melakukan panggilan allah dalam dirinya. Ia tidak membiarkan penderitaan yang ia alami
membuat dia mengasihi diri dan patah semangat. Ia tidak mengizinkan kapahitan hidupnya
manjadikan hatinya tawar kapada Allah dan sesamanya. Ia tidak mengizinkan kondisi sekitarnya
dari orang di disekililingnya mengganggu komitmennya menjalankan panggilan Allah dalam
hidupnya.
 Konflik internal : penjara ketakutan
saya kira inilah yang membedakan pemimpin dengan non-pemimpin: reaksi terhadap konflik
internal dalam diri kita.reaksi terhadap ketakutan.sering kali ketakutan melumpuhkan pemimpin
dengan ampuh. Pemimpin bergelut dengan rasa takut tersebut, dan memilih untuk tidak tunduk
kepadanya. Hal ini berlaku khususnya bagi pemimpin kristen karena ia tahu hidupnya ada
ditangan Tuhan Yesus telah mati dan bangkit baginya. Dan karena Allah berdaulat mutlak, maka
tidak ada sehelai rambut yang akan lepas dari kapala kita tanpa sepengatahuan dan seizin Allah.
 Konflik ekternal:intimidasi dan pengkhianatan
Kepemimpinan memang identik dengan konflik.memilih menjadi pendamping adalah memilih
untuk mengakrabi konflik.karena pemimpin pada esensinya memobilisasi orang lain untuk
bergerak dari status quo menuju kesuatu tujuan yang lebih ideal.pendek kata, untuk berubah.dan
perubahan yang riil selalu mengundang konflik internal maupun eksterna. Semakin besar
tanggung jawab seorang pemimpin,semikin sepi jalan yang harus ia lalui. Dan ketika ia
menggambilnya sebagai tanggung jawab pribadi, tindakan menyuarakan kebenaran seperti ketiga
wanita diata, hampir pasti aku muncul resistensi.
 Anarki dan tirani : penyimpangan otoritas pemimpin
Itu sebabnya mengapa pemahaman yang salah tentang otoritas dapat berakibat fatal,khususnya
bila pemahaman tersebut dimiliki oleh seorang pemimpin yang memiliki pengaruh yang sangat
besar.

 Defenisi otoritas
Otoritas “hak seseorang untuk melakukan hal-hal tertentu karena posisi atau kedudukan yang ia
miliki” otoritas itu dibrikan kepada posisi, bukan induvidual,otoris adalah hak induvidu yang
memiliki posisi tersebut. Ada tiga hal tentang otoritas yang sering kali menjadi sumber potensi
intrik dan konflik dalam gereja.
 A.natru otoritas
Otoritas intrinsik adalah otorits yang secara inheren dimiliki kerena natur dari pemiliknya.hanya
ada satu pribadi yang memiliki otoritas intrinsik,yaitu Allah. Allah. Otoritasnya bersifat kekal
dan absolut baik terhadap alam, pemerintahan, sejarah, maupun manusia. Otoritas kedua adalah
otoritas yang didelegasikan.Alkitab memberitahu kita bahwa minimal ada empat jenis otoritas
turunan yang Allah tetapkan dan diberikan dalam kedaulatanya kepada empat institusi di dunia.
 Tujuan otoritas
Yesus kristus yang memiliki seluruh otoritas disurga dan di bumi menggunakan otoritas tersebut
untuk manusia yang berdosa. Inilah salah satu tantangan terberat bagi setiap pemimpin kristen
meneladani kristus dalam menggunakan otoritas yang memiliki bukan untuk memrintah orang
lain,melainkan untuk melayani.
 Memimpin tanpa mengontrol orang lain
 Nature dan nurture keinginan untuk selalu mengontrol segala sesuatu yang ada disekitar kita
adalah suatu yang inheren dalam natur manusia. Kecendrungan diatas cendrung mengalami
pembesaran dalam diri seseorang pemimpin. Apalagi proses kondisi sosial (nature) melegitamasi
seorang pemimpin untuk selalu menjadi seorang yang selalu incontrol.bahkan ia akan dicap tidak
kompoten bila mulai timbul persepsi bahwa kehilangan kntrol.ilusi kontrol dapat menjadi hal
yang berbahaya karena menciptakan ilusi bahwa sipemimpin harus selalu dapat mengontrol
segala sesuatu diluar dirinya.ilusi ini memberi kepuasan tersendiri dalam diri pemimipin.lalu ia
berupaya keras mengubah ilusi tersebut menjadi sebuah realitas. yang menarik, justru pemimpin
yang dicintai orang banyak cendrung memiliki ilusi kontrol dan kuasa. Semakin ia disanjung dan
dipuja orang. Semakin ia ingin mendomonasi dan menguasai lebih banyak orang lain.gejala
pisikologis seperti ini terjadi dengan sangat gradual dan laten(subtle),sehingga sering kali luput
dari perhatian pemimpin. Tidak sedikit pemimpin yang awalnya rendah hati lalu menjadi
pemimpin yang haus kuasa karena digerogoti oleh ilusi kontrol. Penyerahan diri pada saat
seorang pemimpin berpikir ia sedang mengontrol orang lain,sebenarnya ia sedang dikontrol oleh
ambisinya. Pemimpin yang demikian perlu kembali kepada yesus, yang mengajar bahwa
pemimpin adalah pelayan dari sessamanya,dan bahwa kuasa (power) yang otentik terletak pada
penyerahan diri.saat pemimpin menyangkal diri,ia menyalibkan ambisi dengan agenda pribadinya
dan menuruh dirinya dibawah orang lain,demi ketaatan kapada kristus. Saat pemimpin
menyangkal diri, ia bahkan menyarahkan hak-haknya kepada Allah,demi melayani orang lain.
Yang di serahkan adalah hak-hak yang selama ini yang dianggap menjadi milik seorang
pemimpin by defaul. Hak untuk mendapat penghargaan, hak untuk didengar, hak untuk membuat
keputusan akhir, hak untuk maran dan hak untuk mendapat imbalan dan bahkan hak untuk
mengatakan dirinya sebagai pemimpin. Ia memimpin dengan melayani orang lain, bukan
mengontrol orang lain. Banyak pemimpin tidak rela kehilangan kontrol karena khawatir
segalanya akan berantakan. Yang perlu dimiliki adalah kesadaran bahwa yang memegang kontrol
akhirnya adalah Allah, bukan manusia. Ketika pemimpin selalu memegang kontrol maka ia
sedang tergoda ingin menjadi Allah.

BUKU PEMBANDING

Robert Cleaver Chapman (1803-1902) adalah seorang yang sangat dihormati sebagai tokoh
Kristen di Inggris pada abad 19. dia sangat terkenal karena kehidupan yang saleh dan penuh cinta
kasih. Chapman adalah seorang pendeta, guru dan penginjil. Dia adalah seorang pemimpin yang
perkasa, sebagai hasil dari hidup pekerjaannya telah lebih dari cukup dinyatakan. Namun corak
kepemimpinannya tidak melanggar prinsip-prinsip kepemimpinan kasih dan anugerah dari Allah.
Situasi di mana Roh Allah bekerja seharusnya tercipta– bukan hanya hasil– adalah hal yang
terpenting baginya.

Kepemimpinan Agape

Pertama-tama kita harus rendah hati, tidak mencari tempat atau nama terhormat. Kasih agape
adalah tanda pengenal yang dimiliki oleh semua pengikut Kristus. Setiap pemimpin yang tidak
bekerja dengan kasih agape hanya meyia-nyiakan hidupnya pada masa sekarang ini dan akan
kehilangan pahala-pahalanya yang kekal nanti. Seorang pemimpin yang demikian itu juga
menjadi penghalang pertumbuhan rohani di dalam Kristus. kasih adalah keberhasilan keluarga,
begitu juga kasih itu harusnya menjadi unsur pemersatu dalam gereja lokal (II Kor 12-15).

 Gemar dalam Firman Tuhan


Tekun berdoa dan gemar Firman Tuhan adalah rahasia keberhasilan seorang pemimpin dalam
menggembalakan gereja. Dia memiliki kebebasan untuk mengajar semua yang dia temukan
dalam Firman Tuhan. Dia yakin bahwa hanya Firman Tuhan yang memberi makanan dan
membawa pertumbuhan; hanya Firmanlah yang melindungi gereja dari musuh utama, pengajaran
palsu; hanya Firman yang memimpin gereja ke tingkat yang lebih tinggi dan ke dasar yang lebih
baik. Dengan sangat hati-hati ia mendasarkan pandangan teologianya pada Alkitab keseluruhan,
tidak hanya mendasarkan beberapa cuplikan ayat-ayat saja. Dia telah merasakan bahwa Alkitab
adalah sangat eksklusif, sumber yang cukup untuk menjawab semua tantangan hidup.

Karakter yang dipimpin oleh Roh

Perpaduan yang indah antara buah Roh yang menyenangkan dan pengajaran Alkitab yang kokoh
memperjelas kesuksesan seorang pemimpin. “ bagi mereka yang memangku jabatan di gereja—
penginjil, pendeta—bukanlah pengetahuan dan kefasihan  berbicara saja yang dibutuhkan; tetapi
juga, dan di atas segalanya, anugerah dan (cara hidup) yang tak bercacat.” Wajah seorang
pemmpin sungguh merefleksikan sukacita dan kebaikan di dalam hatinya, dia menunjukkan rasa
iba terhadap kebutuhan rohani mereka sama seperti kebutuhan pada orang-orang dewasa.

Menjadi Sabar dan Lemah Lembut

Seorang pemimpin harus mengambil satu langkah lebih maju untuk merobohkan penyekat-
penyekat di antara masyarakat—sesuatu yang membuatnya menjadi sangat terkenal, dia harus
memiliki sikap sabar. Banyak perpecahan yang tidak terpuji dan tidak menghormati Allah dan
perebutan kekuasaan akan terhindari jika kita mengingat bahwa “kasih itu sabar” (I Kor 13:4)
dan para pemimpin gereja haruslah “lemah lembut” (1 Tim 3:3).

Memelihara Persatuan

Seorang pemimpin harus mempunyai keyakinan yang besar menentang perbedaan-perbedaan


denominasi yang tentu berkeinginan untuk menghilangkan penggunaaan nama denominasi
tersebut untuk orang kristen, dia sungguh-sungguh mencintai gereja-gereja Kristus seutuhnya–
tidak hanya satu bagian saja atau sekte di dalamnya. Dia tidak mempunyai pandangan sempit,
sikap yang dibatasi dengan sekte-sekte seperti yang dimiliki oleh beberapa orang yang
menyelidiki Alkitab. Seorang pemimpin harus mengerti bahwa persatuan kristen mempunyai arti
yang lebih dari sekedar sisi praktisnya; itu adalah refleksi yang dalam dari sifat Allah sendiri.
Jadi ia melakukan segalanya dalam kekuatannya “ untuk memelihara kesatuan dari Roh dalam
ikatan damai”.

Berdisiplin dan Memulihkan

Di dalam menyelesaikan dosa orang lain, seorang pemimpin sangat berhati-hati; kita harus
mengingat kasih Allah kepada kita.

Mengampuni dan Memberkati Orang Lain


Secara alami, tanggapan manusia karena penghinaan atau ejekan adalah marah, balas dendam,
sikap membenarkan diri sendiri atau pengunduran diri. Tetapi tanggapan orang-orang Kristen
apalagi seorang pemimpin berbeda: mereka bertindak seperti Kristus. Kita sulit membayangkan
apa yang Allah akan lakukan ketika umat-Nya sungguh-sungguh mengasihi seperti Kristus
mengasihi.

Keramahtamahan

Keramahtamahan adalah kehidupan sehari-sehari yang khusus dan dapat diperhatikan dalam
pernyataan kasih agape. Jika   seorang pemimpin rohani tidak mempunyai keramahtamahan,
maka jemaatnya akan mempunyai sifat yang tidak ramah dan gereja kita akan menjadi lembaga
sekolah minggu daripada sebagai perkumpulan rumah Tuhan (I Tim 3:15).

Memberi kepada yang Memerlukan

Seorang pemimpin adalah orang yang gampang merasa iba, dengan mudahnya dia memberi
waktu dan apa yang menjadi miliknya juga seorang yang dermawan. Dia memiliki sifat yang
suka memberi.

Bekerjasama dalam Kasih

Seorang pemimpin tidak pernah menjadi seorang yang ingin tampil seorang diri atau mencari
kemuliaan bagi dirinya sendiri. Kerendahan hati ilahi dan kasih memampukan seorang pemimpin
untuk bekerja bersama dalam damai dan harmoni bersama rekan-rekannya. Dia menunjukkan
kerendahan hati dan roh yang lemahlembut dengan selalu berserah kepada pemimpin yang lain
pada butir ketidaksetujuan, ini demi menjaga persatuan dia tidak akan mengajar pandangan yang
bertentangan dari para penatua yang lain; namun dia tidak melihat adanya satu keperluan untuk
mengubah interprestasinya.

Visi dan Penginjilan

Seorang pemimpin dengan terbuka menyaksikan Injil kepada siapa saja yang mau
mendengarnya. Dia berdoa bagi utusan Injil dengan tidak henti-hentinya.

Penguasaan Diri

Secara teratur seorang pemimpin selalu menati penguasaan diri dalam jiwa, pikiran dan tubuh
sepanjang hidupnya. Seorang pemimpin harus menyadari kebutuhan penting untuk tidak
mengalami kegagalan dalam komitmennya pada penguasan diri secara pribadi. Dia melihat nilai
itu besar dalam pikiran, tubuh dan rohnya. dia memberi makanan rohani bagi dirinya setiap hari.
Merenungkan Firman dan berdoa hendaknya menempati bagian utama dalam waktunya. Dia
adalah seorang yang berkesadaran sangat sehat.

Doa  dan Penyembahan


Bagi seorang pemimpin kristen, tidak ada komentar yang lebih baik lagi dengan mendorong
orang bagi Tuhan selain dari teladan hidup dalam kekudusan, kehidupan yang saleh, senang
menyembah Tuhan, seorang pendoa, ketergantungan pada perlindungan Allah dalam perjalanan
pekabaran Injil. Dia pada akhir-akhir tahun hidupnya telah dapat menyeselaikan tujuannya
melalui kesungguhan yang teguh, mendoakan orang lain. Kesucian hidup seorang pemimpin
membuat pengaruh yang banyak sekali bagi banyak orang.

BAB III

PEMBAHASAN

KRITIK BUKU UTAMA

Saat ini, banyak pemimpin-pemimpin dunia yang secara tidak disadari, telah menerapkan konsep-
konsep biblical dengan lebih baik daripada pemimpin-pemimpin Kristen dalam hal kepemimpinan. Hal
ini merupakan ironi, karena  seharusnya pemimpin-pemimpin Kristen yang justru memberikan teladan,
tapi malah pemimpin-pemimpin dunia yang menjadi teladan. Bersyukur saya dapat membaca buku ini,
karena sebagai seorang yang saat ini sedang menjalani panggilan sebagai pemimpin, saya dapat kembali
merefleksikan apakah saya saat ini telah menjadi pemimpin yang dikehendaki Allah. Ada 3 hal yang saya
nikmati dan menjadi bahan refleksi saya ketika membaca buku ini:

1. KELEMAHAN : Kualifikasi Eksklusif Kepemimpinan Kristen

Jika kita sebutkan karakter-karakter kepemimpinan Kristen yang diterapkan oleh pemimpin dunia secara
tidak disadari mungkin memang adalah hal yang umum dibawakan dalam acara-acara pelatihan, seminar,
training, buku, dsb. Karakter-karakter itu adalah visioner, berintegritas, rendah hati, melayani, akuntabel,
tabah dalam menghadapi kesulitan dan belajar dari pengalaman tersebutLalu apa yang membuat
pemimpin Kristen berbeda? Ada kualifikasi eksklusif yang dimilik oleh pemimpin Kristen, yaitu
kelemahan.

Pemimpin Kristen adalah pemimpin yang rela dipimpin ke tempat yang ia tidak ingin tuju, ke tempat
yang ia tidak inginkan, ke tempat yang penuh air mata dan penderitaan. (Yohanes 21:18). Jalan pemimpin
Kristen berakhir pada salib. Namun ada sesuatu tentang salib yang sangat kontradiksi dengan harapan
manusia. Bagaimana mungkin Juruselamat manusia mati di atas kayu salib? Bahkan Paulus menulis
bahwa salib adalah sebuah kebodohan bagi manusia dan untuk memberitakan berita kebodohan tersebut,
Allah memilih yang bodoh, yang lemah, yang tidak terpandang, yang hina dan yang tidak berarti bagi
dunia (1 Korintus 1:27-28). Yang dimaksudkan Paulus adalah bahwa kuasa Allah hanya bekerja di dalam
orang-orang yang mengakui kelemahannya, bukan orang-orang yang merasa diri pandai, kuat, dan hebat.

Sehingga seorang pemimpin Kristen harus menyadari bahwa tak ada satu kualifikasi pun yang ia miliki
yang dapat ia banggakan di hadapan Allah.

2. PENYIMPANGAN OTORITAS PEMIMPIN : Anarki dan Tirani

Ada 2 macam otoritas di dunia ini, yang pertama adalah otoritas intrinsic yaitu otoritas yang dimiliki
karena natur dari pemiliknya (hanya dimiliki oleh Allah) dan yang kedua adalah otoritas turunan yaitu
otoritas yang didelegasikan dari Allah (Roma 13:1 misalnya orang tua, pemerintah, pemimpin gereja,
majikan). Mungkin kita seringkali bingung, alkitab mengajarkan bahwa kita harus tunduk pada orang tua
dan pemerintah, tapi bagaimana apabila mereka meminta kita melakukan hal yang tidak sesuai dengan
kebenaran alkitab? Memang penolakan terhadap otoritas turunan adalah hal yang serius (anarki) tetapi
kita harus berkhikmat dalam hal ketaatan kepada otoritas turunan karena mereka jugalah manusia yang
bisa salah. Kita bisa lihat contoh 2 orang bidan di Mesir, SIfra dan Pua yang tidak taat pada Firaun
(Keluaran 1:16-17) mereka takut akan Allah sehingga mereka tidak taat pada Firaun. Ketaatan kita
terhadap otoritas turunan tidak boleh melebihi otoritas Allah, karena Allah memberikan otoritas turunan
kepada pemimpin untuk melayani. Yesus Kristus memiliki seluruh otoritas di sorga dan di bumi untuk
melayani manusia berdosa. Ironinya, memang kebanyakan pemimpin menyelewengkan otoritas tersebut
(tirani). Sehingga di dalam pengambilan keputusan kita perlu belajar dari Kisah Para Rasul 15:28,
pemimpin-pemimpin harus berdiskusi mencari kehendak Allah dan diakhiri dengan kebulatan hati
sebagai berikut, “Adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami.”

3. SENI MENEGUR PEMIMPIN

Ada 3 hal yang seringkali menjadi alasan mengapa kita segan menegur orang lain:

 Buktikan dulu bahwa kita sudah lebih baik daripada orang tersebut.
 Orang-orang yang lebih tinggi kedudukannya tidak bolek dikritik.
 Kita tidak boleh menghakimi

Pemimpin butuh orang-orang kritis yang peduli dengannya. Saling menegur dapat membentuk komunitas
umat Allah yang sehat dan bertumbuh, namun karena ketiga alasan diatas seringkali kita menjadi sulit
menegur atau mengkritik pemimpin padahal pemimpin tetaplah manusia yang bisa salah dan butuh kritik
atau teguran yang dapat membangun dia. Mari kita belajar untuk mengubah cara pandang kita:

 Menegur pemimpin adalah bukti kasih kita kepadanya. Pemimpin punya kelemahan dan resiko
untuk jatuh ke dalam jurang dosa, tidak menegurnya berarti membiarkan dia jatuh dan
mengabaikan tanggung jawab moral yang Allah berikan sebagai saudara seiman.
 Tujuan menegur bukan untuk mengutuk pemimpin atau membeberkan kesalahannya melainkan
untuk merestorasi pemimpin semakin efektif dalam hidup dan pelayanannya.
 Setiap teguran yang kita lontarkan harus didahului dengan 3 hal: fakta, firman Tuhan dan
pergumulan doa. Teguran yang positif juga disertai dengan tetesan air mata dan hati yang berat.
Kalau salah satu dari elemen-elemen tersebut tidak ada, sebaiknya batalkan niat untuk menegur.

Yang tidak pernah menegur perlu berdoa meminta hikmat, kepekaan, dan keberanian dari Allah. Yang
terlalu sering menegur perlu berdoa juga meminta pengontrolan diri dan pengampunan Allah.
KEUNGGULAN BUKU PEMBANDING

Buku ini sederhana, penulisannya sistematik, dapat dimengerti, terutama sangat


memberkati hamba-hamba Tuhan untuk menjadi seorang pemimpin kristen yang mengutamakan
kasih agape dalam segala aspek kehidupannya dan dapat membantu mengubah cara berpikir
pembaca bagaimana seharusnya menyelesaikan pekerjaan Tuhan dan mendorong pembaca agar
menjadi seperti Tuhan kita Yesus Kristus yang ajaib.

KELEMAHAN BUKU PEMBANDING

Buku ini terkesan tidak ilmiah karena merupakan suatu kesaksian dari Kehidupan R.C.
Chapman.

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Para pemimpin Kristen yang terbaik memperlihatkan sifat – sifat yangpenuh


dedikasi tanpa pamrih, keberanian, ketegasan, belas kasihan, dankepandaian persuasif
yang menjadi ciri pemimpin agung. Pemimpin kristen sejatitelah menemukan bahwa
kepemimpinan dimulai dari handuk dan baskom – dalamperan seorang pelayan. Dedikasi
tanpa pamrih dimungkinkan karena orangKristen tahu bahwa Allah mempuyai strategi besar
dimana ia menjadi bagiannya.Sistem nilai Kristen jelas merupakan satu hal yang
didasarkan pada Alkitab.Sebagai orang Kristen, kita tahu bahwa sasaran akhir kita
adalah untukmemberikan kemuliaan kepada Allah dan menikmati Dia untuk selamanya.
Tetapidalam banyak kesempatan dimana kita harus memberikan kemuliaan
kepadaAllah, ada tingkat – tingkat prioritas tertentu, tingkat – tingkat komitmen
tertentu.Perjanjian baru berbicara jauh lebih banyak mengenai hubungan yang penuh kasihdi
dalam tubuh Kristus daripada mengenai pekerjaan Kristus. Perjanjian baruberpendapat
bahwa bilamana kasih ini ada, maka kesakisian dan pekerjaan akanmaju terus.

SARAN

Saran yang dapat saya sebagai pembaca dapat sampaikan adalah


agarkelemahan – kelemahan yang saya sampaikan sebelumnya agar
diperbaikikedepannya supaya kedua buku tersebut menjadi lebih baik lagi. Dan harapannyaagar
semua orang termasuk mahasiswa wajib membaca kedua buku ini karenabuku ini sangat menarik
dan dapat menumbuhkan iman kerohanian kita agar kitadapat menjadi pemipin Kristen yang baik
dan iman kita dapat bertumbuh melaluibacaan rohani ini.

DAFTAR PUSTAKA

Sandjaya Sen, Jadilah Pemimpin Demi Kristus,Literatur Perkantas:Jawa Timur,2004

Peterson L. Robert dan Strauch Alexander, Kepemimpinan Agape,Yogyakarta:penerbit


ANDI,2008

Anda mungkin juga menyukai