Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

METODOLOGI, PENDEKATAN DAN ALIRAN KAJIAN SOSIOLOGI


AGAMA

OLEH

KELOMPOK 3

NAMA : Enjela Manurung (190201002)


: Delila Nababan (190201008)
: Nurjannah Sihotang (190201014)
MATA KULIAH : Sosiologi Agama
DOSEN PENGAMPU : Tifanny Tamba, M.Si.Teol

PRODI TEOLOGI
FAKULTAS ILMU TEOLOGI
INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI (IAKN) TARUTUNG
TAHUN AJARAN
2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan limpahan rahmatnyalah maka kami dapat menyelesaikan sebuah makalah dengan
tepat waktu.
Berikut ini saya mempersembahkan sebuah makalah dengan judul "Metodologi,
Pendekatan dan Aliran Kajian Sosiologi Agama: Pengertian Metodologi, Ciri Khas Metodologi
Sosiologi Agama, dan Aliran Metodis Sosiologi Agama", yang menurut saya dapat memberikan
manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajarinya.
Melalui kata pengantar ini kami lebih dahulu meminta maaf dan memohon memaklumi
bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat atau
menyinggu perasaan pembaca.
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan
semoga Tuhan Yesus memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.

Tarutung, 28 September 2020


Penyusun

Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2    Perumusan masalah......................................................................................................1
1.3    Tujuan...........................................................................................................................1
BAB IIPEMBAHASAN

2.1  Pengertian Metodologi.......................................................................................2

2.2  Ciri Khas Metodologi Sosiologi Agama....................................................................................2


2.3  Aliran Metodis Sosiologi Agama...............................................................................................3
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................7
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sosiologi adalah suatu kajian Ilmu tentang kemasyarakatan yang ingin


mengetahui secara mendalam tentang gejala-gejala dan struktur sosial yang ada
didalam masyarakat, yang dimana akan membentuk suatu pola pikir dan tindakan
pola pikir. Sosiologi juga suatu ilmu yang bersifat empiris sehingga dalam
mengkaji sesuatu yang ada. Maka dalam Sosiologi agama ini kita akan mengkaji
tentang Metodologi dan Aliran Sosiologi agama.
Banyak dari kalangan Ilmuan yang telah mengkaji tentang keagamaan dari
berbagai disiplin ilmu ataupun dari berbagai aspek yang dimana dapat mengetahui
pengaruh agama terhadap kehidupan sosial yang dimana masyarakat hidup dengan
dua aspek tersebut.
Maka harus ada pendekatan dan metode-metode terhadap masalah dalam
kemasyarakatan. Karena apabila kita ingin mengetahui hal ini kita harus
melihatnya dari berbagai sisi, karena dari berbagai sisi ini kita akan menemukan
suatu paparan yang dimana akan menunjukkan kita pada permasalahan tersebut.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Pengertian Metodologi ?
2. Ciri Khas Metodologi Sosiologi Agama ?
3. Aliran Metodis Sosiologi Agama ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan pembuatan makalah ini ialah agar kita dapat mengetahui apa itu
Metodologi didalam Sosiologi agama, selain itu Untuk memenuhi Tugas dari mata
kuliah Sosiologi Agama.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN METODOLOGI


Metodologi berasal dari bahasa Yunani “metodos” dan "logos,"
kata metodos terdiri dari dua suku kata yaitu “metha” yang berarti melalui atau
melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan yang
dilalui untuk mencapai tujuan. logos artinya ilmu.
Metodologi adalah tata cara yang menentukan proses penelusuran apa yang akan
digunakan.

Metodologi penelitian adalah tata cara yang lebih terperinci mengenai tahap-
tahap melakukan sebuah penelitian.
Jadi, metodologi adalah  ilmu-ilmu/cara yang digunakan untuk
memperoleh kebenaran menggunakan penelusuran dengan tata cara tertentu dalam
menemukan kebenaran, tergantung dari realitas yang sedang dikaji. Metodologi
tersusun dari cara-cara yang terstruktur untuk memperoleh ilmu.

2.2 CIRI KHAS METODOLOGI SOSIOLOGI AGAMA

Berikut adalah ciri-ciri mengenai sosiologi:

 Empiris Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang didasarkan pada


observasi terhadap kenyataan dan tidak bersifat spekulatif.
 Teoritis Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang dibangun menjadi sebuah
teori yang disusun secara logis. Di mana untuk bertujuan mencari sebab
akibat dari suatu fenomena sosial.
 Kumulatif bersangkutan dengan kumulasi atau bersifat menambah.
Sehingga sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang dinamis, berkembang
dari teori yang sudah ada. Kemudian dikritisi, diperbaiki agar teori tersebut
dapat lebih relevan dengan mengikuti perkembangan zaman.
 Non etis Dalam ciri-ciri non etis, sosiologi membahas na suatu
permasalahan sosial tanpa mempersoalkan nilianya yaitu baik atau
buruknya suatu persoalan yang dibahas.

2.3 ALIRAN METODIS SOSIOLOGI AGAMA

Sosiologi agama bukan merupakan satu kesatuan yang seragam. Adapun


perbedaan aliran dalam sosiologi agama dengan cirri-ciri tersendiri disebabkan
oleh:

1. Perbedaan visi atas realitias masyarakat, khususnya mengenai kekuatan


tertentu yang dianggap memerankan peranan dominan atas kehidupan masyarakat;

2. Akibat dari perbedaan visi tesebut, digunakan pula metode dan pendekatan
yang berbeda.

A. Aliran Klasik

Aliran ini muncul pada pertengahan abad ke-19 dan belahan pertama dari abad ke-
20 yang ditopang oleh sejumlah sarjana (kecuali Durkheinm dan Weber). Bagi
mereka kedudukan sosiologi agama sangat dekat dengan sejarah dan filsafat dan
merupakan suatu refleksi dan analisis sistematis terhadap masyarakat, kebudayaan
dan agama.

Tujuan aliran ini adalah hendak mengungkap pola-pola social dasar dan
peranannya dalam mencipatakan masyarakat. Instansi pemerintah dan kalangan
agama yang berkonsultasi dengan pendukung aliran ini, akan mendapat jawaban
panjang tentang sejarah dari masyarakat agama yang bersangkutan dan akan
ditunjukkan kekuatan-kekuatan (social) yang mendorong berdirinya unsure-unsur
budaya yang menopang kelangsungan hidup, disbanding dengan tuntutan-tuntutan
modern dalam situasi yang sudah berubah, lantas mempersilakan instansi yang
bersangkutan untuk mengadakan perubahan yang sesuai.

B. Aliran Positivisme

Aliran ini mengikuti sosiologi yang empiris-positivistis dan menyetarakan


masyarakat agama dengan benda-benda alamiah. Ia menyibukkan diri dengan
kuantifikasi dari dimensi masyarakat yang kualitatif dengan metode pengukuran
yang eksak dan menarik kesimpulan yang dibuktikan dengan fakta-fakta. Dengan
kata lain, kesimpulan yang sifatnya netral tanpa diwarnai pertimbangan teologis
atau filosofis, dilepas dari konteks sejarah perkembangan yang dialami masyarakat
itu dalam waktu yang lampau. Cara penganalisisan demikian itu dipegang ketat
dan konsekuen demi tercapainya hasil yang diinginkan, yaitu hasil yang seobjektif
mungkin.

Instansi pemerintah atau keagamaan yang berkonsultasi dengan pendukung aliran


ini untuk mengadakan penelitian mengenai lembaganya atau organisasinya, akan
mendapat keterangan banyak tentang struktur organisasinya, mengenai kualitas
pemimpinnya dan reaksi (baik positif maupun negative) dari naggota-anggota
lemaganya. Instansi yang berkonsultasi akan diyakinkan mengenai pentingnya
keterangan (ilmiah) itu, tetapi kepadanya diserahkan sepenuhnya untuk
menentukan sendiri bagaimana ia akan menggunakan informasi itu.

C. Aliran Teori Konflik (Teori Kritis)

Menurut ahli teori ini, masyarakat yang baik ialah masyarakat yang hidup dalam
situasi konfliktual. Masyarakat yang hidup dalam keseimbangan (equilibrium)
dianggap sebagai masyarakat yang tertidur dan berhenti dalam peruses
kemajuannya. Karena konflik social dianggapnya sebagai kekuatan social utama
dari perkembangan masyarakat yang ingin maju kepada tahap-tahap yang lebih
sempurna. Gagasan ini dicetuskan oleh Hegel, Karl Marx dan Weber. Sebagai
sarana mutlak (yang diberikan oleh alam sendiri) untuk memajukan masyarakat
manusia.

Aliran ini tidak sepakat dengan para ahli aliran fungsionalisme yang melihat
keseimbangan soosial masyarakat sebagai bentuk hidup yang ideal, karena
dianggap kurang menyadari atau membiarkan adanya kekurangan dan
ketidakadilan yang dibungkam oleh struktur kekuasaan yang bertahan. Aliran ini
juga tidak menyetujui metode kuantitatif dari aliran positivism, karena dianggap
sebagai suatu hal yang mengasingkan orang dari masyarakat.

Aliran ini tidak dapat memusatkan perhatiannya pada problem mikro saja, karena
pengkajian masalah yang kecil akan mengundang persoalan yang lebih besar. Dan
hal yang tidak boleh dilupakan dalam analisisnya adalah usaha menempatkan
situasi yang dhadapi dalam kurun sejarah perkembangan yang telah dilewati yang
tidak dapat dilepaskan dari masalah baru yang hendak dicari pemecahannya. Aliran
sosiologi ini mempunyai persamaan dengan aliran sosiologi kalsik yang selalu
tertarik pada problem-problem makro, dan masalah-masalah mikro hanya
diperhatikan sejauh itu dapat memberikan keterangan bagi pemecahan masalah
yang besar.

Jika salah satu instansi pemerintah dan keagamaan berkonsultasi dengan


pendukung aliran ini, maka mereka akan mendapat seperangkat penjelasan tentang
unsure-unsur pertentangan yang ada dalam tubuh organisasinya, dan yang berhasil
digali dari keasadaran kelompok-kelompok yang saling bertentangan, lalu
diberikan solusi yang dipandang tepat untuk mengatasi masalah-masalah yang
dihadapi.
D. Airan Fungsionalisme

Para pendukung aliran ini bertolak belakang dari pendirian dasar bahwa
masyarakat itu suatu system perimbangan, di mana setiap kelompok memberikan
sumbangannya yang khas melalui peranannya masing-masing yang telah
ditentukan demi lestarinya suatu masyarakat. Menurut mereka, timbulnya suatu
bentrokan dalam organisasi dipandang berfungasi korektif untuk membenahi
kesalahan-kesalahan yang telah terjadi, yang tidak berjalan baik. Penelitian yang
dilakukan sebegaian besar bertujuan untuk mendapatkan keterangan-keterangan
tentang apakah tugas-tugas yang dilaksanakan oleh pimpinan adan anggotanya
berjalan dengan baik.

Aliran ini menerima prinsip kerja yang memperkecil penelitiannya pada suatu
problem mikro, yang dianggap berguna sebagai sampel untuk mengetahui kedaan
keseluruhannya sebagai system keseimbangan. Apabilapendukung aliran ini
diminta untuk melakukan sebuah penelitian terhadap suatu masyarakat agama,
maka ada 2 hal pokok yang menjadi perhatian utamanya: 1). Bagian mana dari
lembaga tersebut yang berfungsi baik 2). Bagian mana dari lembaga tersebut yang
tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Aliran ini menerima prinsip kerja yang memperkecil penelitiannya pada suatu
problem mikro, yang dianggap berguna sebagai sampel untuk mengetahui kedaan
keseluruhannya sebagai system keseimbangan. Apabilapendukung aliran ini
diminta untuk melakukan sebuah penelitian terhadap suatu masyarakat agama,
maka ada 2 hal pokok yang menjadi perhatian utamanya: 1). Bagian mana dari
lembaga tersebut yang berfungsi baik 2). Bagian mana dari lembaga tersebut yang
tidak berfungsi sebagaimana mestinya.Menurut aliran ini, baik masyarakat
religious maupun masyarakat profan, keduanya mengembang fungsi bagi umat
manusia, dan mempunyai kewajiban moril untuk menyadari sifat saling
ketergantungannya.

Teori ini melihat agama sebagai suatu bentuk kebudayaan yang istimewa, yang
pengaruhnya meresapi tingkah laku manusia penganutnya, baik lahiriyah maupun
bathiniyah, sehingga system sosialnya untuk sebagian besar terdiri dari kaidah-
kaidah yang dibentuk oleh agama.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Studi agama dapat dimaknai sebagai pengkajian dan penyelidikan atau penelitian
terhadap agama atau agama-agama dengan berbagai pendekatan keilmuan,
sebagaimana telah dikembangkan dalam ilmu agama atau ilmu perbandingan
agama ataupun yang dikenal dengan istilah science of religions. Dalam sebuah
studi tentunya tidak akan terlepas dari Metodologi yang akan dgunakan, sebab
metodologi adalah kombinasi sistematik dari proses-proses kognitif, dengan
menggunakan teknik-teknik khusus.

DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.statistikian.com/2016/11/metodologi-penelitian.html
2. https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwjy75Onm4vsAh
WV73MBHQQWBU4QFjAEegQIBBAB&url=http%3A%2F
%2Fejournal.radenintan.ac.id%2Findex.php%2FalAdyan%2Farticle
%2Fdownload
%2F2111%2F1600&usg=AOvVaw1hFAaQWPf2D0mlsanRbxi5
3. http://ejournal.uin-
suka.ac.id/ushuluddin/SosiologiAgama/article/download/1559/1325

Anda mungkin juga menyukai