Anda di halaman 1dari 23

Tugas Kelompok 4

Agama dan perspektif penganut teori sosiologi kontemporer

Nama Kelompok: Daniel F.N Hutabarat


Sri Dewita Br Purba Girsang
Tabita Mutia Tambunan
Yandri A. Silaban
Yosef Arnando Situmorang
Feronica Gomos Simanjuntak
Bella Priskilla Br Sitepu
Elvan L. Nababan
David E Sihite
Prodi : Pendidikan Agama Kristen
Mata Kuliah : Sosiologi
Dosen Pengampu : Taripar Aripin Samosir, M.Si

INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI (IAKN)


TARUTUNG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas
berkat dan limpahan rahmatNyalah maka kami boleh menyelesaikan tugas kelompok untuk
mata kuliah Sosiologi dengan beberapa topik yang kami bahas ialah Agama dan perspektif
penganut teori sosiologi kontemporer
Melalui kata pengantar ini kami lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bila mana isi tugas kami ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat
kurang tepat atau menyinggu perasaan pembaca.kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan
yang kami miliki.

Oleh karena itu kami mengharapkan segala bentuk saran bantuan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan
penuh rasa terima kasih dan Tuhan Yang Maha Esa memberkahi makalah ini sehingga dapat
memberi manfaat.

Tarutung, April 2023

Tim Penulis

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................... 2

KATA PENGANTAR......................................................................................................... 1

BAB I PENDAHULUAN :

1.1 Latar Belakang................................................................................................... 3


1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................. 4
1.3 Tujuan................................................................................................................ 4
1.4 Manfaat.............................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN :

A. Pengenalan Teori Sosiologi Kontemporer......................................................... 5


B. Hubungan antara Agama dan Teori Sosiologi Kontemporer............................ 5
C. Perspektif Penganut Teori Sosiologi Kontemporer terhadap Agama................ 11
D. Kontribusi agama dalam sosiologi kontemporer............................................... 13
E. Kontroversi agama dalam sosiologi kontemporer............................................. 14
F. Agama Dan konflik Sosial ................................................................................ 16
G. Agama dan Identitas Sosial............................................................................... 19

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan.............................................................................................................. 21
2. Saran........................................................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 22

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sosiologi kontemporer adalah sebuah disiplin ilmu yang mempelajari hubungan sosial
dan perilaku manusia dalam masyarakat pada masa sekarang. Agama, di sisi lain, adalah
sebuah sistem kepercayaan dan praktik spiritual yang banyak mempengaruhi cara berpikir,
bertindak, dan berhubungan dengan orang lain dalam masyarakat. Makalah ini akan
membahas bagaimana teori sosiologi kontemporer melihat peran agama dalam masyarakat
saat ini, baik dalam konteks global maupun lokal.

Selain itu, makalah ini juga akan membahas perubahan-perubahan dalam praktik agama
dan bagaimana hal tersebut memengaruhi dinamika sosial dalam masyarakat. Dalam konteks
global, agama memiliki pengaruh yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan manusia,
seperti politik, ekonomi, dan budaya. Di banyak negara, agama menjadi sumber nilai dan
moral yang penting dalam kehidupan sehari-hari, dan seringkali mempengaruhi kebijakan
publik dan hukum. Namun, di sisi lain, perkembangan teknologi dan globalisasi telah
membawa perubahan-perubahan dalam cara orang mempraktikkan agama dan bagaimana
agama berperan dalam masyarakat.

Dalam konteks lokal, agama dapat memiliki peran yang sangat berbeda-beda, tergantung
pada kondisi sosial dan politik di masyarakat tersebut. Beberapa masyarakat mungkin sangat
religius dan memegang teguh nilai-nilai agama, sementara yang lain mungkin lebih sekuler
dan tidak terlalu memperhatikan agama dalam kehidupan sehari-hari. Dalam makalah ini, kita
juga akan memperhatikan berbagai perspektif yang berbeda dari penganut teori sosiologi
kontemporer tentang agama.

Beberapa teori mungkin melihat agama sebagai sumber konflik dan ketidaksetaraan
dalam masyarakat, sementara teori lain mungkin melihat agama sebagai faktor yang dapat
memperkuat solidaritas dan integrasi sosial. Dengan memperhatikan berbagai perspektif ini,
diharapkan makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang peran
agama dalam masyarakat saat ini dan bagaimana teori sosiologi kontemporer memandang
agama sebagai faktor yang memengaruhi dinamika sosial dalam masyarakat.Rumusan
Masalah

3
1.2 Rumusan Masalah

Ada beberapa rumusan masalah yang dapat dibahas dari materi Agama dan perspektif
penganut teori sosiologi kontemporer,Yaitu:

- Pengenalan Teori Sosiologi Kontemporer- Pemanfaatan TIK dalam pendidikan

- Hubungan antara Agama dan Teori Sosiologi Kontemporer(

- Perspektif Penganut Teori Sosiologi Kontemporer terhadap Agama

- Kontribusi agama dalam sosiologi kontemporer

- Kontroversi agama dalam sosiologi kontemporer

- Agama Dan konflik Sosial

- Agama dan Identitas Sosial

1.3 Tujuan

Tujuannya berkaitan erat dengan rumusan masalah yang dirumuskan, Berangkat dari
rumusan masalah sebagaimana yang telah di kemukakan diatas. Maka perlu menjabarkan

penelitian yang akan di capai : “Untuk mengetahui materi Agama dan perspektif penganut
teori sosiologi kontemporer”

1.4 Manfaat

Adapun manfaat penelitian Materi ini sebagai mana yang diharapkan oleh kami

adalah untuk menambah wawasan tentang “Materi Agama dan perspektif penganut teori
sosiologi kontemporer”

4
BAB 2

PEMBAHASAN
A. Pengenalan Teori Sosiologi Kontemporer
Sosiologi kontemporer adalah bidang studi yang berfokus pada pemahaman dan analisis
masyarakat modern dalam berbagai aspeknya. Teori sosiologi kontemporer mengembangkan
pemahaman yang lebih kompleks tentang fenomena sosial dengan memperhatikan perubahan
sosial dan budaya yang terjadi dalam masyarakat modern. Beberapa teori sosiologi
kontemporer yang penting untuk dipelajari meliputi:
1. Teori Sistem Sosial Luhmann Teori ini dikembangkan oleh Niklas Luhmann, dan
menggambarkan masyarakat sebagai sistem sosial yang kompleks. Menurut Luhmann,
masyarakat terdiri dari banyak sistem yang berbeda-beda seperti sistem ekonomi, politik,
pendidikan, budaya, dan lain-lain. Setiap sistem ini memiliki fungsi dan cara beroperasi yang
berbeda-beda, namun tetap saling terkait dan saling memengaruhi.
2. Teori Sosiologi Refleksif Anthony Giddens Teori ini mengemukakan bahwa masyarakat
modern semakin kompleks dan sulit diprediksi. Anthony Giddens mengatakan bahwa
manusia memiliki kemampuan untuk merefleksikan tindakan mereka, dan karena itu
masyarakat juga berubah secara reflektif. Teori ini menyoroti pentingnya pengetahuan,
kekuasaan, dan pengalaman dalam membentuk masyarakat modern.
3. Teori Strukturasi Pierre Bourdieu Teori ini mengemukakan bahwa masyarakat modern
terdiri dari kelas sosial yang berbeda-beda, dan setiap kelas memiliki akses yang berbeda
terhadap sumber daya dan kekuasaan. Pierre Bourdieu juga menyoroti pentingnya budaya
dalam membentuk pola-pola perilaku manusia dan masyarakat.
4. Teori Tindakan Sosial Jürgen Habermas Teori ini mengemukakan bahwa tindakan sosial
manusia terbentuk melalui komunikasi dan diskusi. Jürgen Habermas menekankan
pentingnya dialog dan debat dalam membentuk masyarakat modern yang lebih demokratis
dan inklusif.
Dalam mempelajari teori sosiologi kontemporer, kita juga harus memperhatikan isu-isu
penting seperti globalisasi, teknologi, lingkungan, identitas, dan perbedaan sosial yang
semakin memperumit masyarakat modern.

B. Hubungan antara Agama dan Teori Sosiologi Kontemporer

5
Hubungan antara agama dan teori sosiologi kontemporer merupakan topik yang kompleks
dan terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan pemikiran manusia. Namun,
secara umum, ada beberapa konsep dan teori dalam sosiologi kontemporer yang sangat
relevan dengan agama, baik sebagai fenomena sosial maupun sebagai lembaga sosial yang
memiliki pengaruh besar dalam masyarakat.
Pertama-tama, agama sebagai fenomena sosial telah menjadi fokus perhatian para
sosiolog sejak awal abad ke-19. Max Weber, salah satu bapak pendiri sosiologi modern,
memperkenalkan konsep "protestan etika dan semangat kapitalisme" yang menjelaskan
bagaimana nilai-nilai dan keyakinan agama dapat mempengaruhi sistem ekonomi dan sosial
di masyarakat. Weber juga menunjukkan bagaimana agama dapat berperan dalam
pembentukan identitas individu dan kelompok, serta dalam membentuk struktur dan hierarki
sosial. Selain itu, teori fungsionalisme juga memberikan pandangan tentang peran agama
dalam masyarakat. Menurut teori ini, agama berfungsi sebagai institusi sosial yang
memberikan nilai-nilai, norma, dan tata cara bagi anggotanya, serta membentuk solidaritas
sosial dan memelihara stabilitas sosial di masyarakat. Teori konflik, di sisi lain, melihat
agama sebagai instrumen kontrol sosial yang digunakan oleh kelompok dominan untuk
mempertahankan kekuasaan dan memanipulasi masyarakat.
Selain itu, teori kritis dan postmodernisme menunjukkan bagaimana agama dapat menjadi
alat kontrol politik dan ideologi dalam masyarakat. Teori kritis menyoroti bagaimana agama
digunakan untuk mempertahankan status quo dan membenarkan ketidakadilan sosial,
sementara postmodernisme menunjukkan bagaimana agama dapat menjadi sumber konflik
dan perbedaan dalam masyarakat yang pluralis.
Namun, ada juga pendekatan teoritis yang menekankan pada dimensi subjektif agama
dalam kehidupan individu, seperti fenomenologi dan hermeneutika. Pendekatan ini melihat
agama sebagai pengalaman dan makna yang sangat personal dan bervariasi, yang dapat
membentuk identitas dan persepsi dunia individu. Dalam konteks sosiologi kontemporer,
hubungan antara agama dan teori sosiologi terus berkembang dan berubah seiring dengan
perkembangan sosial dan budaya. Terdapat juga pendekatan-pendekatan baru seperti teori
post-sekuler yang menyoroti peran agama dalam masyarakat yang semakin sekuler dan
pluralis, serta teori religiusitas yang membahas bagaimana individu mengalami dan
mengekspresikan keyakinan dan praktik agama dalam masyarakat modern. Secara
keseluruhan, hubungan antara agama dan teori sosiologi kontemporer sangat kompleks dan
multidimensi.

6
Teori-teori tersebut membahas agama sebagai fenomena sosial yang mempengaruhi
masyarakat dalam berbagai aspek, mulai dari ekonomi, politik, sosial, hingga psikologis dan
personal. Oleh karena itu, penelitian dan pengembangan teori tentang agama dan Selain itu,
sosiologi kontemporer juga mempelajari peran agama dalam membentuk konflik sosial dan
identitas kelompok.
Konflik agama dapat menjadi penyebab konflik sosial, seperti perang antara kelompok
Kristen dan Muslim di berbagai negara di dunia. Sosiologi kontemporer juga mempelajari
bagaimana agama memengaruhi identitas kelompok dan bagaimana identitas ini terbentuk
dan berubah dalam masyarakat. Contohnya, di India, identitas agama memainkan peran
penting dalam menentukan posisi sosial dan ekonomi dalam masyarakat.
Agama dan sosiologi kontemporer juga berkaitan dalam kajian tentang globalisasi dan
modernisasi. Sebagai contoh, dalam masyarakat yang semakin modern, agama dapat berubah
dan menyesuaikan diri dengan nilai-nilai modern, seperti kesetaraan gender, hak-hak LGBT,
dan hak asasi manusia. Sebagai hasilnya, agama dapat mempengaruhi bagaimana orang
berperilaku dalam masyarakat modern, serta bagaimana nilai-nilai modern itu sendiri
diinterpretasikan dan dipraktikkan. memengaruhi perilaku sosial manusia. Sosiologi
kontemporer Agama dan sosiologi kontemporer saling terkait dan mempengaruhi satu sama
lain. Agama sebagai fenomena sosial yang penting dalam kehidupan manusia, memainkan
peran penting dalam sosiologi kontemporer sebagai studi tentang perilaku sosial manusia dan
pola-pola yang muncul dari interaksi sosial.
Salah satu hubungan antara agama dan sosiologi kontemporer adalah bahwa agama
mempengaruhi perilaku sosial dan budaya manusia. Agama dapat mempengaruhi norma dan
nilai-nilai masyarakat, serta menentukan struktur sosial dan hierarki kekuasaan dalam
masyarakat. Agama juga dapat memengaruhi cara manusia berinteraksi dan saling
menghargai dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, dalam masyarakat Islam, konsep
seperti zakat, haji dan shalat, memengaruhi cara orang berinteraksi dalam masyarakat,
sehingga membentuk pola-pola sosial yang khas dalam masyarakat Muslim. Dan sebagai
contoh dalam masyarakat kristen yaitu fenomena budaya populer dalam ibadah kontemporer.
Fenomena Budaya Populer Dalam Ibadah Kontemporer Konteks bergereja dewasa ini
adalah “perang gaya baru,” yaitu perang ibadah.Gereja-gereja kontemporer tampil dengan
wajah segar dalam berbagai bidang pelayanan yang peka pasar (market sensitive), peka
dengan keinginan orang-orang di zaman ini, termasuk ibadah yang ditata untuk menarik
pengunjung gereja. Tentu saja orang tidak sepenuhnya mengira bahwa penulis hendak
beribadah ke gereja, jika penulis adalah anggota salah satu gereja aliran Pentakosta. Betapa

7
tidak, segalanya disesuaikan. Sebagai contoh jemaat tidak lagi membawa Alkitab ke gereja.
Beberapa kemungkinan jemaat tidak membawa Alkitab ke gereja, pertama: kenyataannya
saat ini telah tersedia Digital Bible yang dapat dengan mudah di simpan di dalam telepon
selular atau perangkat (gadget) lainnya, sehingga saat ibadah ketika pengkhotbah
memerintahkan jemaat membaca firman Tuhan, kita mungkin akan melihat beberapa orang
justru sedang mengutak-atik telepon selularnya (kemungkinan sedang mencari ayat tertentu).
Yang kedua, di gereja karismatik tersedia in focus dengan screen yang siap menampilkan
ayat-ayat yang sedang menjadi topik bahasan dalam khotbah, sehingga jemaat merasa tidak
perlu membawa Alkitab dari rumah.
Dengan kapasitas gedung yang terbilang cukup besar, mampu menampung ribuan jemaat,
tentu tidak mudah bagi pelayan untuk mengenal secara fisik maupun secara personal setiap
jemaat yang hadir di ibadah. Salah satu pola gereja Karismatik (kontemporer) saat ini adalah
jumlah jemaat yang super-besar (mega church), namun Wilfred J. Samuel mengungkapkan
dalam gereja yang super-besar koinonia (persekutuan) tidak berfungsi dengan maksimal. Sisi
lain yang menarik dalam ibadah kontemporer adalah terdapat panggung (stage) dalam istilah
teologi disebut altar yang di atasnya terdapat podium kayu yang memiliki tanda salib di
depannya seakanakan menegaskan bahwa kita sedang berada di gereja. Juga dilengkapi
seperangkat alat band dan sound system Electro Voice (EV) tergantung di langit-langit, juga
terdapat beberapa kamera video profesional yang siap menampilkan jalannya ibadah ke
dalam layar yang besar yang terpasang di atas mimbar. Semua perangkat hardware tadi
mungkin biasa ditemukan dalam suasana konser artis-artis profesional, tetapi saat ini telah
“mampir” di gereja. Kebaktian dimulai dengan doa, sang pemimpin pujian (worship leader)
dan penyanyi latar (singer) bernyanyi diiringi oleh combo band dengan membawa pujian dan
penyembahan yang dilantunkan secara berulang-ulang. Jemaat kemudian diundang untuk
berdiri sambil bernyanyi, melompat, menari, bersalaman, bersorak karena gembira,
menangis, mengepalkan, mengacungkan tangan, dan sebagainya. Sementara itu bagi anggota
jemaat yang telah lanjut usia, diperbolehkan tetap duduk dan menikmati musik yang terkesan
hingarbingar. Ibadah berlangsung tanpa liturgi yang kaku, saatnya bagi pengkhotbah
menyampaikan firman Tuhan, lalu pengkhotbah mulai naik ke altar, bernyanyi dan berdoa
dengan suara ringan. Sambil menyapa jemaat, pengkhotbah mengeluarkan gadget pendukung
dalam menyampaikan materi khotbah misalnya, Notebook, Handphone, I-Pad, Blackberry
dan sebagainya. Sepanjang khotbah, diselingi beberapa nyanyian yang relevan dengan tema
khotbah, menggunakan kisah-kisah kesaksian tentang kesembuhan, Roh Kudus, tentang
berkat, menggunakan berbagai ilustrasi untuk menyampaikan firman Tuhan dan diselingi

8
humor-humor untuk menghindari perasaan kantuk jemaat. Khotbah dilakukan dengan sangat
sistematis, menyerupai orasi, berapiapi, suara yang menggelegar dan cenderung komunikatif
dua arah dengan mengajak jemaat untuk berdialog. Gambaran suasana ibadah persekutuan di
atas mencerminkan sejumlah ciri khas gerakan dan persekutuan gereja Karismatik
(kontemporer) yang juga dapat dijumpai di banyak tempat di seluruh belahan dunia.
Perubahan-perubahan dan perkembangan-perkembangan yang terjadi dan dialami gereja
selama ini merupakan sebuah sejarah yang sangat panjang selama ±2000 tahun. Sejarah
gereja menceritakan tentang kisah pergumulan antara Injil dengan bentuk-bentuk yang
digunakan untuk mengungkapkan Injil tersebut.
David R. Ray mengatakan jika sebuah gereja ingin ibadahnya menjadi autentik dan
kontekstual, ibadah tersebut haruslah merefleksikan bagaimana jemaat itu sesungguhnya.
Suatu ibadah jemaat yang autentik merefleksikan siapa diri mereka secara kultural, waktu dan
tempat mereka tinggal, dan iman dari hati dan pikiran mereka. Beribadah secara autentik dan
kontekstual tidak semudah dan dapat diduga seperti dengan cara biasanya dilakukan atau
seperti diambil dari buku salah satu denominasi, namun jauh lebih dapat dinikmati, diimani
dan efektif. Pola ibadah yang sifatnya liturgikal merupakan sesuatu yang telah lama menjadi
pertentangan hangat bagi kaum gereja tradisional dan karismatik. Secara populer masyarakat
awam mengartikan liturgi sebagai upacara gereja, atau tata cara ibadah gereja, dan
sebagainya. Sangat berbeda dengan yang dilakukan oleh kalangan gereja-gereja
karismatik/kontemporer, musik dalam ibadah sifatnya lebih fleksibel, spontan, tidak
dilakukan dengan struktur yang kaku. Inilah salah satu cara kerja budaya populer dalam
pembentukan hegemoni dan pengaruh yang dahsyat bagi masyarakat sekarang. Ketika gereja
Karismatik menggunakan musik yang dikenal sebagai musik Kristen kontemporer (Christian
Contemporary Music) dalam sebuah ibadah, kalangan gereja tradisional justru
menganggapnya sebagai sebuah ketidakmengertian akan arti himne dan telah “mencuri
kemuliaan Allah.” Christian Music Contemporer identik dengan terminologi musik masa kini
dengan perangkat musik combo band komplit. Penggunaan musik Kristen kontemporer
dengan peralatan combo band, gaya musik dan aransemennya seperti musik populer
umumnya tersebut kemudian merefleksikan sebuah ibadah yang disebut sebagai ibadah
kontemporer (contemporary worship) yang sifatnya dinamis dan penuh antusiasme.
Kalangan industri rekaman di Indonesia, produser dan pengamat musik memberi label
yang berbeda terhadap musik-musik yang memiliki pesan Injil, yakni menyebutnya sebagai
musik atau rohani. Sedangkan untuk lagu atau musik yang bernafaskan Islam mereka
menyebutnya sebagai musik atau lagu religi. Pembedaan ini selain untuk memberi klasifikasi

9
juga lebih bertujuan kepada motif penjualan di pasar industri musik Indonesia. Di luar dari
perilaku penyanyinya, musik rohani merupakan musik yang mengandung nilai-nilai ibadah.
Musik rohani adalah musik gerejawi, namun musik gereja adalah musik yang dipakai dalam
ibadah gereja. Sementara itu kalangan gereja Karismatik memiliki pandangan yang berbeda
terhadap musik-musik yang ada di luar gereja. Mereka menyebutnya sebagai musik “dunia”
(sekuler) yang sangat berbeda tujuan dengan musik-musik Kristen kontemporer. Bagi
sebagian orang sekilas tidak ada yang berbeda antara musik-musik Kristen kontemporer
dengan musik-musik “dunia” tadi, baik dari segi instrumentasi maupun aspek musikal, seperti
aransemen dan iramanya. Letak perbedaan yang signifikan justru hanya pada penggunaan
lirik lagu tersebut. Musik Kristen kontemporer cenderung menggunakan lirik-lirik alkitabiah
yang diarahkan vertikal kepada Allah, sedangkan musik “dunia” menggunakan lirik-lirik
yang lebih diarahkan horizontal kepada sesama manusia atau alam. Di dalam musik gereja
penggunaan lirik yang alkitabiah mendapat perhatian khusus, karena melalui lirik tersebut
akan muncul interpretasi musikal yang akan menghidupkan lirik tersebut. Dengan kekuatan
lirik akan terjadi “aklamasi” dan “proklamasi” tentang iman percaya di dalam nyanyian.
Dari perspektif sosiologis, sebuah ibadah kontemporer menurut pandangan ilmu sosial
merupakan sebuah pertunjukan seni (performing art) yang juga dengan mudah dipahami bagi
pandangan masyarakat awam. Menyaksikan seseorang menyanyi (worship leader) di
panggung diiringi oleh musisi yang memainkan seperangkat alat musik seperti, piano,
synthesizer, gitar bas, drum dan beberapa penyanyi latar (backing vocal), sehingga orang
yang mengikuti ibadah tersebut menyimpulkannya bahwa yang ia saksikan lebih menyerupai
sebuah konser daripada sebuah ibadah di gereja yang selama ini ia kenal. Dalam sebuah
ibadah kontemporer, proses “membangun”mezbah bagi Tuhan melalui doa, pujian dan
penyembahan yang dipenuhi atmosfer penyembahan yang intim dengan Tuhan dilakukan
ketika lagu penyembahan pertama dinyanyikan. Atmosfer penyembahan adalah menciptakan
atau membangun suasana dalam keintiman (intimacy) dengan Tuhan melalui musik sehingga
menghadirkan suasana yang penuh dengan hadirat Tuhan (His presence). Atmosfer
penyembahan dibangun melalui lagu-lagu penyembahan yang kemudian dilanjutkan dengan
menggunakan sebuah pola akor penyembahan yang disebut flowing dilakukan berulang-
ulang dengan dinamik yang bervariatif dengan mengundang Roh Kudus dan hadirat Tuhan
memenuhi tempat ibadah tersebut. Selain itu penyajian musik dalam ibadah bersifat progresi
akor, modulasi, open chord, slash chord, pemakaian nada dasar, improvisasi, pemakaian kode
jari, pola ending dan sebagainya.

10
Seorang ahli musik gereja John F. Wilson mengatakan, tidak semua musik yang
ditampilkan di gereja digunakan secara efektif bagi kemuliaan Tuhan. Beberapa cara
membawakan musik tidak menyumbangkan apa-apa hanya sekedar atmosfer euphoria belaka,
sementara yang lain melakukan sedikit lebih baik karena berhasil menggugah emosi jemaat.
Wilfred J. Samuel dalam bukunya Kristen Karismatik mengatakan bahwa musik dalam
ibadah kontemporer cenderung overdosis atau berlebihan dalam ibadah. Memang pernyataan
Wilfred sangat subjektif, namun penulis berharap pernyataan tersebut dapat menempatkan isu
tentang musik yang menurut Wilfred overdosis tersebut pada perspektif yang tepat. Ibadah
kontemporer adalah berlabel Karismatik. Orang melihat karismatik sebagai individu-individu
yang berorientasi pada pengalaman, imperialis dalam pandangan, elitis dalam sikap, tidak
terkontrol dalam ibadah, dan bebas dari setiap pegangan nyata dari Alkitab yang lebih dari
sekedar bukti teks. Gerakan Karismatik memiliki perkembangan yang pesat dan telah
menjadi lebih beragam, sehingga akan menyesatkan untuk menempatkan mereka semua di
bawah panji identik.
Tingkah laku yang demikian sangat melekat dengan orang-orang yang terlibat dalam
gereja Karismatik. Saat istilah “kebudayaan” digunakan dalam konteks gereja karismatik,
maka pribadi-pribadi dan kelompok-kelompok yang ada di dalamnya memiliki kebutuhan
yang spesifik seperti gaya, ekspresi, sikap, yang mudah dikenali dan memberikan mereka
image maupun identitas yang khas sebagai Karismatik. Contohnya, jemaat dalam lingkungan
Karismatik sangat biasa menggunakan sapaan shalom ketika bertemu dengan yang lain,
selalu berjabat tangan ketika bertemu dengan rekan-rekan, bahkan beberapa orang
memandang memiliki sikap rohani yang lebih dari orang lain.
Dalam kesimpulan, hubungan antara agama dan sosiologi kontemporer adalah kompleks
dan saling mempengaruhi satu sama lain. Agama memainkan peran penting dalam
membentuk norma dan nilai-nilai masyarakat, serta memengaruhi perilaku sosial manusia.
Sosiologi kontemporer mempelajari peran agama dalam konflik sosial dan identitas
kelompok, serta bagaimana agama berevolusi dalam masyarakat modern.

C. Perspektif Penganut Teori Sosiologi Kontemporer terhadap Agama


Sosiologi Kontemporer adalah studi sosiologi yang akan mempelejari segenap problem
sosial mutakhir. sekelumit persoalan yang melanda kehidupan masyarakat kontemporer
adalah satu tema yang sangat penting ditelisik dalam kajian sosiologi. Pandangan/perspektif
pengamut teori sosiologi kontemporer terhadap agama, Berikut diantaranya adalah ahli-ahli;
pandangan Weber, Talcott Parsons, Dahrendorf, Immanuel Wallerstein, Anthony Giddens,

11
Herbert Blumer, Erving Goffman, Pierre Bourdieu, Marvin Harris, Robert Merton, Craig
Calhoun terhadap agama Pandangan para tokoh sosiologi terkenal terhadap agama dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1.Max Weber: Weber menganggap bahwa agama memiliki peran penting dalam
mempengaruhi perilaku dan tindakan individu dalam masyarakat. Dia juga mengemukakan
bahwa agama dapat berfungsi sebagai alat kontrol sosial, terutama dalam mendorong
masyarakat untuk mematuhi norma dan nilai-nilai yang dianggap penting.
2.Talcott Parsons: Parsons melihat agama sebagai salah satu subsistem dalam masyarakat,
yang memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan sosial dan koherensi sistem
keseluruhan. Dia juga menganggap agama sebagai sumber nilai-nilai yang dapat membantu
individu mengatasi ketidakpastian dan kecemasan.
3. Ralf Dahrendorf: Dahrendorf berpendapat bahwa agama memiliki potensi untuk digunakan
sebagai alat kontrol sosial oleh kelompok dominan dalam masyarakat. Namun, ia juga
menyatakan bahwa agama dapat menjadi alat pembebasan dan perubahan sosial bagi
kelompok yang terpinggirkan dalam masyarakat.
4. Immanuel Wallerstein: Wallerstein melihat agama sebagai bagian dari budaya dan sistem
kepercayaan dalam masyarakat, yang membentuk pola pikir dan tindakan individu. Dia juga
menganggap bahwa agama dapat menjadi alat untuk mempertahankan status quo atau untuk
memicu perubahan sosial.
5. Anthony Giddens: Giddens menyatakan bahwa agama dapat berfungsi sebagai sumber
identitas sosial dan nilai-nilai, yang membantu individu memahami diri mereka sendiri dan
tempat mereka dalam masyarakat. Namun, ia juga mengakui bahwa agama telah kehilangan
pengaruhnya di beberapa masyarakat modern.
6. Herbert Blumer: Blumer melihat agama sebagai fenomena sosial yang terus berubah dan
berkembang dalam masyarakat. Dia juga mengakui bahwa agama dapat membentuk pola
pikir dan perilaku individu, tetapi ia menekankan pentingnya memahami peran agama dalam
konteks sejarah dan budaya tertentu.
7. Erving Goffman: Goffman melihat agama sebagai salah satu bentuk ritual sosial yang
membantu membentuk identitas individu dan kelompok. Dia juga menganggap bahwa agama
dapat digunakan sebagai alat untuk memperkuat atau mengubah hierarki sosial dalam
masyarakat.
8. Pierre Bourdieu: Bourdieu berpendapat bahwa agama dapat menjadi sumber kekuasaan
dan kapital sosial bagi kelompok-kelompok dalam masyarakat. Dia juga menekankan
pentingnya memahami peran agama dalam menghasilkan dan mempertahankan struktur

12
sosial dan hierarki kekuasaan.
9. Marvin Harris: Harris melihat agama sebagai bagian dari sistem kepercayaan dan budaya
dalam masyarakat, yang terbentuk sebagai hasil dari faktor-faktor ekonomi, sosial, dan
politik. Dia juga mengakui bahwa agama dapat memainkan peran penting dalam membentuk
pola pikir dan tindakan individu, tetapi ia menekankan pentingnya memahami peran agama
dalam konteks kebudayaan yang lebih luas. Pandangan Terkenal Terhadap Agama.
Beberapa tokoh atau orang yang menganut teori sosiologi kontemporer adalah: Zygmunt
Bauman Ulrich Beck Manuel Castells Pierre Bourdieu Anthony Giddens Bruno Latour
Saskia Sassen Michel Foucault Donna Haraway Judith Butler Richard Sennett Jürgen
Habermas Manuel DeLanda Nancy Fraser George Ritzer Arjun Appadurai Immanuel
Wallerstein Cornel West Raewyn Connell Angela McRobbie Namun, daftar ini tidaklah
lengkap karena teori sosiologi kontemporer terus berkembang dan terdapat banyak orang
yang berkontribusi dalam memperkaya dan mengembangkan teori-teori sosiologi tersebut.
Beberapa akademisi dan intelektual di Indonesia yang menganut teori sosiologi kontemporer
adalah: Arief Budiman Adi Suryadi Bambang Purwanto Noer Fauzi Rachman Harry
Budianto Ahmad Ali Koentjaraningrat Koentjaraningrat Koentjaraningrat Koentjaraningrat
Namun, daftar ini tidaklah lengkap karena teori sosiologi kontemporer terus berkembang dan
terdapat banyak akademisi dan intelektual di Indonesia yang berkontribusi dalam
memperkaya dan mengembangkan teori-teori sosiologi tersebut. Penganut teori sosiologi
kontemporer berasal dari berbagai negara dan latar belakang akademis. Beberapa di
antaranya adalah: Zygmunt Bauman - Polandia Ulrich Beck - Jerman Manuel Castells -
Spanyol Pierre Bourdieu - Prancis Anthony Giddens - Inggris Bruno Latour - Prancis Saskia
Sassen - Belanda Michel Foucault - Prancis Donna Haraway - Amerika Serikat Judith Butler
- Amerika Serikat Richard Sennett - Amerika Serikat Jürgen Habermas - Jerman Manuel
DeLanda - Meksiko Nancy Fraser - Amerika Serikat George Ritzer - Amerika Serikat Arjun
Appadurai - India Immanuel Wallerstein - Amerika Serikat Cornel West - Amerika Serikat
Raewyn Connell - Australia Angela McRobbie – Inggris
Para penganut teori sosiologi kontemporer memiliki pandangan yang berbeda-beda
terhadap agama, tergantung pada sudut pandang teoretis dan metodologis yang mereka
gunakan. Namun, secara umum, terdapat beberapa pandangan yang sering muncul dalam
perspektif sosiologi kontemporer terhadap agama

D. Kontribusi agama dalam sosiologi kontemporer

13
Agama memiliki banyak kontribusi dalam sosiologi kontemporer, di antaranya adalah:
Identitas Sosial: Agama dapat membentuk identitas sosial seseorang dan kelompok
masyarakat. Hal ini terjadi karena agama memberikan kerangka moral dan nilai-nilai yang
diterima dalam masyarakat. Masyarakat dan Kebudayaan: Agama dapat mempengaruhi
kebudayaan dan nilai-nilai masyarakat. Agama dapat menjadi sumber inspirasi untuk seni,
musik, dan arsitektur, serta membentuk nilai-nilai sosial yang diterima dalam masyarakat.
Keadilan Sosial: Banyak agama memiliki prinsip-prinsip keadilan sosial yang penting dalam
membentuk masyarakat yang adil dan harmonis. Agama dapat memberikan dukungan moral
dan spiritual bagi gerakan sosial dan advokasi keadilan sosial. Konflik dan Perdamaian:
Agama dapat berkontribusi dalam mengatasi konflik antar kelompok dengan menyediakan
kerangka moral dan nilai-nilai yang dapat mempromosikan perdamaian dan kerjasama. Studi
Sosiologi: Agama juga menjadi objek studi sosiologi dan memberikan wawasan yang
berharga tentang kehidupan sosial manusia. Penelitian tentang agama dapat membantu
memahami dinamika sosial dan nilai-nilai dalam masyarakat. Spiritualitas dan Kesejahteraan:
Agama dapat memberikan dukungan dan bimbingan spiritual bagi individu, serta dapat
membantu meningkatkan kesejahteraan psikologis dan fisik. Secara keseluruhan, agama
memiliki banyak kontribusi dalam sosiologi kontemporer, termasuk memahami hubungan
antara agama dan masyarakat, kritik sosial, peran moral dalam kehidupan, membentuk
identitas individu dan kelompok, dan studi tentang pluralisme agama. Meskipun agama
memiliki kontribusi yang penting dalam sosiologi kontemporer, namun juga dapat menjadi
sumber konflik dan ketidakharmonisan dalam masyarakat. Oleh karena itu, sosiolog dan ahli
agama harus bekerja sama untuk mempromosikan pengertian dan dialog antar kelompok
agama, serta memahami peran agama dalam masyarakat secara holistik dan kritis.
E. Kontroversi agama dalam sosiologi kontemporer
Kontroversi agama dalam sosiologi kontemporer meliputi berbagai isu penting yang
berkaitan dengan peran dan pengaruh agama dalam masyarakat modern. Beberapa isu
kontroversial yang sering dibahas dalam konteks ini antara lain: Sekularisasi: Sejak abad ke-
18, banyak pemikir sosial dan politik yang mengusulkan bahwa agama akan kehilangan
pengaruhnya di dunia modern karena adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Namun, sampai saat ini, masih terjadi perdebatan mengenai apakah proses sekularisasi benar-
benar terjadi dan sejauh mana pengaruh agama masih relevan di masyarakat modern.
Fundamentalisme: Beberapa kelompok agama yang terus menerus menegaskan kebenaran
dan keabsolutan keyakinan agama mereka dan menentang nilai-nilai dan norma-norma
modern. Sikap fundamentalis sering kali menciptakan konflik dengan kelompok-kelompok

14
lain di masyarakat. Pluralisme agama: Pluralisme agama merujuk pada keadaan di mana
masyarakat modern memiliki beragam keyakinan agama dan spiritual.
Isu yang kontroversial dalam konteks ini adalah bagaimana cara mengelola dan
menghargai perbedaan-perbedaan agama yang ada dan memastikan bahwa pluralisme agama
tidak mengancam integritas nasional. Agama dan kekuasaan: Agama seringkali digunakan
sebagai alat untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan. Perdebatan kontemporer
tentang agama dan kekuasaan meliputi isu seperti bagaimana kekuasaan politik dapat
memanfaatkan agama sebagai alat kontrol sosial dan seberapa jauh pengaruh agama harus
dibatasi dalam kebijakan publik. Feminisme dan agama: Sejak abad ke-20, muncul gerakan
feminis yang menantang pandangan-pandangan patriarki yang dianut oleh banyak agama.
Perdebatan kontemporer tentang agama dan feminisme meliputi isu seperti bagaimana
menghargai keyakinan agama sambil tetap memperjuangkan kesetaraan gender dan hak-hak
perempuan. Semua isu ini menunjukkan bahwa agama adalah topik yang sangat kompleks
dan kontroversial dalam sosiologi kontemporer. Para sosiolog dan peneliti sosial terus
melakukan penelitian dan analisis untuk memahami lebih jauh peran dan pengaruh agama
dalam masyarakat Kontroversi agama dan sosiologi kontemporer adalah topik yang sangat
kompleks dan menarik untuk dibahas.
Kontroversi agama dalam sosiologi kontemporer adalah topik yang kompleks dan
menarik dalam studi sosiologi agama. Beberapa isu kontroversial dalam sosiologi agama
adalah:
- Pentingnya agama dalam kehidupan masyarakat.
Agama seringkali dianggap sebagai bagian integral dari kehidupan masyarakat dan menjadi
penghubung antara individu dengan masyarakat yang lebih besar. Namun, ada juga
pandangan yang menyatakan bahwa agama semakin tidak relevan dalam masyarakat modern
dan seringkali menjadi sumber konflik dan perselisihan.
- Peran agama dalam memengaruhi perilaku individu dan masyarakat. Agama dapat
memengaruhi perilaku individu dan masyarakat dalam berbagai cara. Sebagai contoh, agama
dapat mempromosikan nilai-nilai seperti kasih sayang, keadilan, dan kerukunan, atau
sebaliknya dapat menjadi sumber ekstremisme dan intoleransi. Kontroversi muncul ketika
agama digunakan untuk membenarkan tindakan-tindakan ekstrem atau tidak toleran.
- Hubungan antara agama dan konflik sosial. Agama seringkali menjadi sumber konflik
sosial, baik di tingkat lokal maupun global. Misalnya, konflik antara umat Muslim dan
Kristen di Indonesia dan konflik antara Palestina dan Israel yang didorong oleh pertentangan
agama. Namun, ada juga contoh di mana agama dapat mempromosikan kerukunan antarumat

15
beragama dan mendorong dialog antarumat beragama.
- Bagaimana agama dapat mempromosikan toleransi dan kerukunan antarumat beragama.
Meskipun agama sering dianggap sebagai sumber konflik, namun agama juga dapat
mempromosikan toleransi dan kerukunan antarumat beragama. Contohnya, prinsip-prinsip
universal yang terdapat dalam agama-agama seperti cinta kasih, perdamaian, dan toleransi
dapat digunakan sebagai jembatan antara perbedaan agama.
- Dinamika agama dalam masyarakat modern dan globalisasi. Dalam masyarakat modern dan
terhubung secara global, agama dapat mengalami perubahan dan penyesuaian untuk tetap
relevan. Misalnya, munculnya gerakan-gerakan agama baru atau agama-agama yang
berkembang di negara-negara maju dapat menjadi tantangan bagi agama-agama tradisional.
Kontroversi agama dalam sosiologi kontemporer dapat menjadi bahan diskusi yang
menarik dan penting dalam upaya memahami dinamika masyarakat modern dan cara agama
berperan dalam masyarakat.

F. Agama Dan konflik Sosial


Agama adalah salah satu perspektif penting dalam teori sosiologi kontemporer. Agama
dipandang sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi pola-pola perilaku, nilai, dan norma
sosial dalam masyarakat. Teori sosiologi kontemporer mengemukakan bahwa agama
merupakan bentuk kebudayaan yang kompleks dan bervariasi dalam bentuk dan fungsinya di
masyarakat. Dalam perspektif sosiologi kontemporer, agama dipandang sebagai salah satu
institusi sosial yang memiliki pengaruh besar terhadap pola-pola sosial, nilai, dan norma
dalam masyarakat. Agama juga dianggap sebagai sumber inspirasi bagi individu dalam
membentuk identitas dan mencari makna dalam hidup. Agama dapat memberikan kerangka
normatif yang membantu individu dalam memahami dunia sekitarnya dan memberikan rasa
keterikatan pada nilai-nilai yang dianggap penting dalam masyarakat. Selain itu, agama juga
dipandang sebagai sumber konflik dalam masyarakat. Terdapat berbagai konflik yang
berkaitan dengan agama, seperti konflik antara kelompok agama yang berbeda atau konflik
dalam hal penerapan nilai-nilai agama dalam masyarakat. Konflik ini dapat menjadi
destruktif jika tidak dikelola dengan baik dan dapat memengaruhi stabilitas sosial dalam
masyarakat. Namun, dalam perspektif sosiologi kontemporer, agama juga dianggap sebagai
sumber kemajuan dan perubahan sosial dalam masyarakat. Agama dapat memotivasi individu
dan kelompok dalam masyarakat untuk melakukan perubahan sosial yang positif, seperti
gerakan sosial yang berasal dari nilai-nilai agama. Agama juga dapat menjadi sumber
kreativitas dan inovasi dalam seni, musik, dan sastra, yang memengaruhi budaya dan

16
identitas masyarakat. Secara keseluruhan, perspektif sosiologi kontemporer menganggap
agama sebagai faktor penting dalam membentuk pola-pola sosial, nilai, dan norma dalam
masyarakat. Agama juga dipandang sebagai sumber konflik, tetapi juga dapat menjadi
sumber kemajuan dan perubahan sosial dalam masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk
memahami peran dan pengaruh agama dalam masyarakat untuk dapat mengelola konflik dan
memanfaatkan potensi positif dari agama untuk mencapai perubahan sosial yang positif.
Penganut teori sosiologi kontemporer memiliki perspektif yang berbeda-beda terkait
dengan pengertian agama. Namun, secara umum, agama dalam perspektif penganut teori
sosiologi kontemporer dianggap sebagai fenomena sosial yang kompleks, memiliki beragam
dimensi, dan berperan penting dalam membentuk pemikiran, tindakan, dan identitas individu
dalam masyarakat. Beberapa penganut teori sosiologi kontemporer, seperti Peter L. Berger
dan Zygmunt Bauman, memandang agama sebagai salah satu bentuk komunitas atau institusi
sosial yang membantu individu menemukan arti dan tujuan hidup mereka di tengah-tengah
dunia yang semakin kompleks dan tidak stabil. Di sisi lain, teori konflik memandang agama
sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaan dan dominasi oleh kelompok tertentu, dan
teori feminis memandang agama sebagai institusi sosial yang mempertahankan struktur
patriarki dan ketidaksetaraan gender. Dalam perspektif teori simbolik, agama dipandang
sebagai sistem simbolik yang digunakan oleh masyarakat untuk memberikan arti pada
realitas, mempengaruhi norma dan nilai dalam masyarakat, serta membentuk identitas
individu. Sedangkan dalam perspektif teori rasionalisasi, agama dipandang sebagai fenomena
yang dikendalikan oleh logika dan rasionalitas modern. Secara keseluruhan, pengertian
agama dalam perspektif penganut teori sosiologi kontemporer mencakup berbagai dimensi,
seperti kebudayaan, institusi sosial, sistem simbolik, kekuasaan, dan identitas, serta
memainkan peran penting dalam membentuk kehidupan individu dan masyarakat secara
keseluruhan.
Teori agama dalam sosiologi kontemporer memandang agama sebagai fenomena sosial
yang kompleks dan multidimensional. Beberapa teori agama dalam sosiologi kontemporer
antara lain: Teori Fungsionalis: Teori fungsionalis memandang agama sebagai salah satu
institusi sosial yang memiliki fungsi khusus dalam masyarakat. Menurut teori ini, agama
berperan dalam memelihara stabilitas sosial, memberikan penghargaan moral, dan
memfasilitasi koordinasi sosial. Teori Konflik: Teori konflik memandang agama sebagai alat
untuk mempertahankan kekuasaan dan dominasi oleh kelompok tertentu. Menurut teori ini,
agama dapat digunakan untuk mengontrol dan membatasi kebebasan individu serta
membenarkan ketidaksetaraan sosial. Teori Simbolik: Teori simbolik memandang agama

17
sebagai salah satu sistem simbolik yang digunakan oleh masyarakat untuk memberikan arti
pada realitas. Menurut teori ini, agama berperan dalam membentuk identitas individu,
menentukan norma dan nilai, serta memberikan makna pada kehidupan. Teori Rasionalisasi:
Teori rasionalisasi memandang agama sebagai fenomena yang dikendalikan oleh logika dan
rasionalitas modern. Menurut teori ini, agama mengalami penurunan signifikansi karena
semakin banyak orang yang bergantung pada pengetahuan ilmiah dan rasionalitas dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari. Teori Feminis: Teori feminis memandang agama sebagai
institusi sosial yang mempertahankan struktur patriarki dan ketidaksetaraan gender. Menurut
teori ini, agama digunakan untuk membenarkan diskriminasi terhadap perempuan dan
membatasi peran serta hak-hak mereka dalam masyarakat. Dengan berbagai teori tersebut,
sosiologi kontemporer dapat memahami agama sebagai fenomena yang sangat kompleks dan
beragam, serta memberikan kontribusi besar dalam pemahaman terhadap agama dan
peranannya dalam masyarakat modern.
Konflik sosial merupakan fenomena sosial yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan
masyarakat. Dalam perspektif teori sosiologi kontemporer, konflik sosial dianggap sebagai
bagian yang inheren dari masyarakat modern yang kompleks dan beragam. Konflik sosial
dapat terjadi akibat adanya ketidakadilan atau ketimpangan dalam distribusi kekuasaan,
sumber daya, atau hak-hak sosial, ekonomi, dan politik. Konflik sosial juga bisa terjadi akibat
adanya perbedaan nilai, pandangan, dan identitas yang muncul dalam masyarakat yang
pluralistik. Dalam teori sosiologi kontemporer, konflik sosial tidak selalu negatif, karena
dapat memacu perubahan dan perkembangan sosial. Konflik sosial dianggap sebagai motor
perubahan sosial, karena dapat menggerakkan masyarakat untuk memperjuangkan hak-hak
dan kepentingannya. Namun, konflik sosial yang tidak diatasi dengan baik dapat berdampak
buruk bagi stabilitas sosial dan keamanan. Oleh karena itu, dalam perspektif teori sosiologi
kontemporer, penyelesaian konflik sosial diupayakan dengan berbagai cara seperti dialog,
negosiasi, mediasi, dan konsiliasi. Dalam hal ini, negara atau pemerintah dianggap memiliki
peran yang penting dalam menyelesaikan konflik sosial, melalui kebijakan-kebijakan yang
menjamin keadilan sosial dan memperkuat hak-hak warga negara. Selain itu, masyarakat juga
diharapkan memiliki kesadaran dan kemampuan untuk menyelesaikan konflik sosial secara
damai dan toleran, dengan mengembangkan dialog dan mempromosikan nilai-nilai keadilan,
kesetaraan, dan toleransi. Dalam teori sosiologi kontemporer, penyelesaian konflik sosial
dianggap sebagai bagian dari upaya membangun masyarakat yang lebih harmonis, sejahtera,
dan demokratis.

18
Penganut konflik sosial dalam prespektif sosiologi kontemporer menganggap konflik
sosial sebagai bagian penting dari dinamika sosial dan menekankan pentingnya memahami
akar permasalahan dan memperjuangkan hak-hak yang dianggap tidak adil. Beberapa tokoh
dan teori dalam sosiologi kontemporer yang menganut perspektif konflik sosial antara lain:
Karl Marx: Marxisme adalah teori yang menganggap konflik sosial sebagai kekuatan utama
yang mendorong perubahan sosial. Marx menekankan pentingnya memahami konflik antara
kelas sosial dalam konteks ekonomi dan produksi, dan memperjuangkan hak-hak buruh dan
kelas pekerja. Max Weber: Weberisme adalah teori yang menekankan pentingnya memahami
peran kekuasaan dan status dalam dinamika sosial. Weber menekankan konflik antara
kelompok yang memperebutkan kekuasaan dan pengaruh dalam masyarakat, dan
menganggap bahwa konflik ini dapat memacu perubahan sosial dan politik. Ralf Dahrendorf:
Teori konflik Dahrendorf menekankan pentingnya memahami peran konflik antara
kelompok-kelompok sosial dalam dinamika sosial. Dahrendorf menganggap bahwa konflik
antara kelompok-kelompok yang bersaing untuk sumber daya dan kekuasaan dapat memacu
perubahan sosial dan politik. Jurgen Habermas: Teori aksi komunikatif Habermas
menekankan pentingnya dialog dan perspektif pluralisme dalam memahami konflik sosial.
Habermas menganggap bahwa konflik sosial dapat diselesaikan melalui dialog yang terbuka
dan toleransi terhadap perbedaan. Dalam perspektif konflik sosial, agama sering dianggap
sebagai salah satu faktor yang memperkuat atau melemahkan konflik sosial. Agama dapat
berperan sebagai alat untuk memperjuangkan hak-hak minoritas dan menentang diskriminasi,
atau dapat juga digunakan untuk memperkuat kekuasaan dan dominasi kelompok mayoritas.

G. Agama dan Identitas Sosial


Materi agama dapat memengaruhi identitas sosial seseorang dalam beberapa cara.
Identitas sosial adalah cara seseorang mengidentifikasi dirinya dalam konteks kelompok
sosial seperti agama, budaya, kelompok etnis, dan lain sebagainya. Berikut beberapa cara
bagaimana materi agama dapat memengaruhi identitas sosial seseorang: Agama sebagai
sumber nilai-nilai sosial Agama seringkali mengajarkan nilai-nilai moral dan etika yang
penting dalam kehidupan sosial. Misalnya, agama dapat mengajarkan tentang pentingnya
saling menghormati, menghargai perbedaan, dan berbuat baik kepada sesama. Hal ini dapat
membentuk identitas sosial seseorang sebagai orang yang taat nilai-nilai tersebut. Agama
sebagai sumber norma sosial Selain nilai, agama juga dapat memberikan norma sosial yang
mengatur perilaku seseorang dalam masyarakat. Misalnya, agama dapat mengajarkan tentang
aturan-aturan dalam berkeluarga, berdagang, dan berpolitik. Hal ini dapat membentuk

19
identitas sosial seseorang sebagai anggota masyarakat yang taat norma-norma tersebut.
Agama sebagai sumber identitas kelompok Agama seringkali menjadi faktor yang
mempengaruhi identitas kelompok seseorang. Misalnya, seseorang yang beragama Islam
akan merasa memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok Muslim lainnya. Identitas ini dapat
mempengaruhi cara seseorang berinteraksi dengan orang lain dan membentuk persepsi orang
lain terhadap dirinya. Agama sebagai sumber konflik identitas Namun, agama juga dapat
menjadi sumber konflik identitas dalam masyarakat yang plural. Ketika orang memiliki
keyakinan agama yang berbeda-beda, hal ini dapat menimbulkan konflik identitas dan konflik
sosial. Hal ini terjadi ketika identitas agama seseorang dianggap lebih penting daripada
identitas lainnya, seperti identitas nasional atau identitas budaya. Dalam kesimpulannya,
materi agama dapat memengaruhi identitas sosial seseorang melalui nilai, norma, dan
identitas kelompok yang dianutnya. Namun, konflik identitas dapat muncul ketika identitas
agama dipertentangkan dengan identitas sosial lainnya.

20
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Sosiologi kontemporer adalah sebuah disiplin ilmu yang mempelajari hubungan sosial
dan perilaku manusia dalam masyarakat pada masa sekarang. Agama, di sisi lain, adalah
sebuah system kepercayaan dan praktik spiritual yang banyakmempengaruhicaraberpikir,
bertindak, dan berhubungandengan orang lain dalammasyarakat. Teorisosiologi kontemporer
mengembangkan pemahaman yang lebih kompleks tentang fenomena social dengan
memperhatikan perubahan sosial dan budaya yang terjadi dalam masyarakat modern.
Hubunganantara agama dan teori sosiologi kontemporer merupakan topik yang kompleks dan
terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan pemikiran manusia.Para
penganut teori sosiologi kontemporer memiliki pandangan yang berbeda-beda terhadap
agama, tergantung pada sudut pandang teoretis dan metodologis yang mereka gunakan.
Agama memiliki banyak kontribusi dalam sosiologi kontemporer, di antaranya adalah:
Identitas Sosial: Agama dapat membentuk identitas social seseorang dan kelompo
kmasyarakat. Kontroversi agama dalam sosiologi kontemporer meliputi berbagai isu penting
yang berkaitan dengan peran dan pengaruh agama dalam masyarakat modern.Agama
dipandang sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi pola-pola perilaku, nilai, dan norma
social dalam masyarakat.

2. Saran

Agama dapat memiliki peran yang sangat berbeda-beda, tergantung pada kondisisosial
dan politik di masyarakattersebut. Beberapa masyarakat mungkin sangat religius dan
memegangteguhnilai-nilai agama, sementara yang lain mungkinlebihsekuler dan
tidakterlalumemperhatikan agama dalamkehidupansehari-hari.Oleh karena itu masyarakat
juga harus bisa memperhatikan berbagai perspektif yang berbeda dari penganut teori

21
sosiologi kontemporer tentang agama. Masyarakat juga dapat mempertimbangkan pentingnya
menjaga keseimbangan antara kebebasan beragama dan nilai-nilai sosial yang dipegang oleh
masyarakat yang lebih besar. Selain itu, masyarakat juga dapat mempertimbangkan
pentingnya memahami dan menghargai keberagaman agama dan keyakinan dalam
masyarakat yang lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA

Sosiologi Konflik dan Reko Sosiologi Konflik dan Rekonsiliasi.Beilharz, Peter,


2003.nsiliasi Beilharz, Peter, 2003.
Fajri M. Kasim, Abidin Nurdin. 2015. Sosiologi Masyarakat.
The Social Construction of Reality: A Treatise in the Sociology of Knowledge" karya
Peter L. Berger dan Thomas Luckmann
Barnes,Barry, 1972, Sociology of Science, Middlesex, Penguin Book Ltd Berger,
Peter L. & Thomas Luckmann 1990. Tafsir Sosial atas Kenyataan: Risalah tentang Sosiologi
Pengetahuan (diterjemahkan dari buku asli The Social Construction of Reality oleh Hasan
Basari). Jakarta: LP3ES.
Berger, Peter L. & Thomas Luckmann 1992. Pikiran Kembara: Modernisasi
M. Machasin & A.Mukhammad (2013). "Sosiologi Agama: Perspektif
Kontemporer".Jurnal Al-Qalam, 20(2),285-304
Yanwar.P & Asep.S(2016)."Religiusitas dalam Perspektif Sodiologi
Kontemporer".Jurnal Komunitas,8(1),1-13
Erianto, Suyanto. (2019). Agama dan Identitas Sosial: Kajian Teoretis dan Aplikatif.
Yogyakarta: Gava Media.
Susan, Novri. 2009. Sosiologi Konflik Dan Isu-isu Konflik Kontemporer. Jakarta:
Kencana.

22

Anda mungkin juga menyukai