Anda di halaman 1dari 15

MODEL-MODEL PENELITIAN AGAMA

SEBAGAI PRODUKSI BUDAYA

Dosen pengampu:

Sri Rosmalina Soejono, S. Pd. I., M. Pdi

Disusun Oleh:

Seiri. 43222010166
Muhammad daafa putra syarifuddin. 44120010129

Kelas:
1A2325CC/B-301/Jum’at 14.00-15.40

UNIVERSITAS MERCU BUANA


FAKULTAS EKONOMI&BISNIS
PRODI S1 AKUNTANSI
JAKARTA BARAT
2023
Kata Pengantar

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas Model-Model
Penelitian Agama Sebagai Produksi Budaya.
Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penulis menyampaikan rasa
hormat dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah
memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan
makalah ini, terutama kepada:
1. Allah SWT, atas segala petunjuk dan kemudahan-Nya sehingga pada
akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tugas besar 1 ini.
2. Orang Tua penulis sebagai pendukung utama dalam penyelesaian makalah
ini dan juga pendukung segala macam kegiatan yang penulis lakukan.
3. Sri Rosmalina Soejono, S. Pd. I., M. Pdi selaku dosen mata kuliah
Pendidikan Agama Islam kelas A,C program studi S1 Akuntansi, di
Universitas Mercu Buana yang telah mengajarkan bagaimana cara
Menyusun makalah ini dengansistematis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik
bentuk, isi, maupun teknik penyajiannya. Oleh sebab itu, kritikan dan saran yang
konstruktif dari berbagai pihak, penulis terima dengan tangan terbuka dan sangat
diharapka. Semoga kehadiran makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca.

Jakarta, 13 April, 2023


Penulis,

2
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ........................................................................................ 2

DAFTAR ISI ...................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 4

A. Latar Belakang .................................................................................. 4


B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
C. Tujuan dan Manfaat .......................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 6

A. Pengertian Budaya ............................................................................ 6


B. Model-Model Penelitian Agama ....................................................... 7
C. Agama Sebagai Produksi Budaya ..................................................... 9
D. Islam sebagai Produk Budaya ........................................................... 10
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 14

A. Kesimpulan ....................................................................................... 14
B. Saran ................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 15

3
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Berbicara tentang ilmu sosial di dunia ini tidak bisa terlepas dari
lingkaran masyarakat. Lingkaran ini diibaratkan sebagai organ tubuh manusia
yang terdiri dari kulit, tubuh otak dan lain-lain yang tersambungkan secara
alami, akhirnya membentuk sebuah masyarakat yang tidak bisa lepas dari
kebudayaan.
Penelitian agama telah dilakukan beberapa abad yang lalu namun hasil
penelitiannya masih dalam bentuk aktual atau perbuatan saja dan belum
dijadikan sebagai sebuah ilmu. Setelah bertambahnya gejala-gejala agama yang
berbentuk sosial dan budaya, ternyata penelitian dapat dijadikan sebagai ilmu
yang khusus dalam rangka menyelidiki gejala-gejala agama tersebut.
Perkembangan penelitian agama pada saat ini sangatlah pesat karena
tuntutan-tuntutan kehidupan sosial yang selalu mengalami perubahan. Kajian-
kajian agama memerlukan relevansi dari kehidupan sosial berlangsung.
Permasalahan-permasalahan seperti inilah yang mendasari perkembangan
penelitian-penelitian agama guna mencari relevansi kehidupan sosial dan
agama.
Dewasa ini, penelitian agama diisi dengan penjelasan mengenai
kedudukan penelitian agama dalam konteks penelitian pada umumnya,
elaborasi mengenai penelitian agama dan penelitian keagamaan serta
konstruksi teori penelitian keagamaan, dari beberapa penjelasan singkat
tersebut maka pemakalah perlu mengkaji secara rinci terhadap penjelasan
tersebut.
Secara garis besar, pembahasan penelitian agama dan model-
modelnya dibagi dua; pertama, penelitian agama; kedua, model-model
penelitian agama. Penelitian agama diisi dengan penjelasan mengenai
kedudukan penelitian agama dalam kompleks penelitian pada umumnya;
elaborasi mengenai penelitian agama (research on religious) dan penelitian
keagamaan (religious research); dan konstruksi teori penelitian keagamaan.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud budaya ?
2. Apa saja model-model penelitian agama ?
3. Apa yang dimaksud agama sebagai produksi budaya ?
4. Apa maksud dari Islam sebagai produk budaya ?

C. Tujuan dan Manfaat


1. Mengetahui pengertian budaya.
2. Mengetahui model-model penelitian agama.
3. Memahami agama sebagai produksi budaya.
4. Mengerti Islam sebagai produk budaya.

5
BAB II
Pembahasan

A. Pengertian Budaya
Budaya (pengertian,unsur & fungsi) Pengertian menurut S. Takdir
Alisyahbana: Kebudayaan adalah suatu keseluruhan yang kompleks yang
terjadi dari unsur-unsur yang berbeda- beda seperti pengetahuan,
kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat dan segala kecakapan yang
diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan adalah warisan
sosial atau tradisi. Kebudayaan adalah cara, aturan dan jalan hidup manusia. 1
Unsur –unsur kebudayaan : sistem religius (homo religius), sistem
organisasi kemasyarakatan (homo socius), sistem pengetahuan (homo
safiens), sistem mata pencaharian hidup dan system ekonomi (homo
ekonomicus), sistem peralatan hidup dan tehnologi (homo faber), sistem
bahasa (homo longuens), kesenian.
Fungsi – Fungsi budaya berperan sebagai penentu batas-batas; artinya,
budaya menciptakan batas perbedaan atau yang membuat unik suatu
organisasi dan membedakannya dengan organisasi lainnya, identitas budaya
memuat rasa identitas suatu organisasi. Budaya memfasilitasi lahirnya
komitmen terhadap sesuatu yang lebih besar daripada kepentingan individu.
Budaya meningkatkan stabilitas sistem sosial karena budaya adalah stabilitas
perekat sosial yang membantu menyatukan organisasi dengan cara
menyediakan standar mengenai apa yang sebaiknya dikatakan dan dilakukan.
Budaya bertindak sebagai mekanisme. Pembentuk sikap dan prilaku alasan
yang masuk akal (sense-making) serta kendali yang menuntun dan
membentuk sikap dan perilaku .
Budaya yang digerakkan agama timbul dari proses interaksi manusia
dengan kitab yang diyakini sebagai hasil daya kreatif pemeluk suatu agama
tapi dikondisikan oleh konteks hidup pelakunya yaitu faktor geografis, budaya
dan beberapa kondisi yang objektif. Faktor kondisi objektif menyebabkan
terjadinya budaya agama yang berbeda-beda walaupun agama yang

1. http://Islam sebagai produk budaya dan pengetahuan ilmiah.htm

6
mengilhaminya adalah sama. Hal pokok bagi semua agama adalah bahwa
agama berfungsi sebagai alat pengatur dan sekaligus membudayakannya
dalam arti mengungkapkan apa yang ia percaya dalam bentuk budaya yaitu
dalam bentuk etis, seni bangunan, struktur masyarakat dan adat istiadat.
Kebudayaan adalah sebuah lingkungan yang dibangun di atas alam
secara spontan. Kebudayaan ini ini tercipta karena dua faktor yakni faktor
alam dan faktor sosial. Dimana dunia alam ditemukan dan dikonstruk oleh
dunia sosial (termasuk agama dan sains). Sedangkan dunia sosial sepenuhnya
dibuat oleh manusia dalam rangka mempertahankan hidup secara aman dan
sejahtera. Selanjutnya kebudayaan sosial ini melahirkan beribu-ribu budaya
yang terabadikan secara historis oleh bahasa dan tradisi, yang terbangun
secara konvensional. Dengan menggunakan simbol-simbol dengan arti-arti
efektif secara lokal (kebudayaan lokal). Selanjutnya kebudayaan ini
mempengaruhi arus tingkah laku manusia, atau membawa orang kedalam
tibgkah laku religius atau tingkah laku lain yang mengandung kekuatan
(keyakinan)
Dari kondisi konkret di dalam masyarakat di atas, Edward B. taylor,
seorang antropolog, mendefinisikan kebudayaang adalah; “suatu keseluruhan
kelompok yang melibatkan bahasa, keprcayaan, seni dan moral, hokum, adat,
dan satu atau beberapa kemampuan dan kebiasaan yang diperoleh manusia
sebagai anggota masyarakat Maksudnya; bahwa pengethauan yang dimiliki
oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari dapat menjadi sebuah teori yang
merupakan kegiatan ilmiah. Proses pembentukan teori berangkat dari images
fundamental tertentu mengenai kenyataan sosial.

B. Model-Model Penelitian Agama


Model-model penelitian keagamaan disesuaikan dengan perbedaan
antara penelitian agama dan penelitian hidup keagamaan. Djamari,
menjelaskan bahwa kajian sosiologi agama dengan menggunakan metode
ilmiah. Pengumpulan data dan metode yang digunakan antara lain:

1. Analisis Sejarah

7
Dalam hal ini, sejarah hanya sebagai metode analisis atas dasar pemikiran
bahwa sejarah dapat menyajikan gambaran tentang unsur-unsur yang
mendukung timbulnya suatu lembaga, dan pendekatan sejarah bertujuan
untuk menemukan inti karakter agama dengan meneliti sumber klasik
sebelum dicampuri yang lain.
Seperti halnya agama Islam, sejarah mencatat bahwa ia adalah agama yang
diturunkan melalui Nabinya yaitu Muhammad saw berdasarkan kitab
sucinya yaitu Alquran yang ditulis dalam bahasa arab. Islam diturunkan
bukan untuk satu bangsa saja melainkan untuk seluruh bangsa secara
universal. Sedangkan agama lain ada yang hanya diturunkan untuk satu
bangsa saja seperti yahudi untuk ras yahudi saja.
Pendekatan sejarah dalam memahami agama dapat membuktikan apakah
agama itu masih tetap pada orisinalitasnya seperti ketika ia baru muncul
atau sudah bergeser jauh dari prinsip-prinsip utamanya. Bila hal itu
dihubungkan dengan agama islam maka ia dapat dimasukkan pada
kategori agama yang bertahan konsisten dengan ajaran seperti pada masa
awalnya.
Menurut ahli perbandingan agama seperti A. Mukti Ali, apabila kita ingin
memahami sebuah agama maka kita harus mengidentifikasi lima aspek
yaitu konsep ketuhanan, pembawa agama atau nabi, kitab suci, sejarah
agama, dan tokoh-tokoh terkemuka agama tersebut.2
2. Analisis lintas budaya
Analisis lintas budaya bisa diartikan dengan ilmu antropologi, karena
dilihat dari definisi antropologi sendiri secara sederhana dapat dikatakan
bahwa antropologi mengkaji kebudayaan manusia.
Islam sebagai agama yang dibawa oleh Muhammad saw sampai saatnya
kini telah melalui berbagai dimensi budaya dan adat-istiadat. Masing-
masing negeri memiliki corak budayanya masing-masing dalam
mengekspresikan agamanya. Karena itu dari segi antropologi kita dapat
memilah-milah mana bagian islam yang merupakan ajaran murni dan
mana ajaran islam yang bercorak lokal budaya setempat.
3. Eksperimen.

2. A. Mukti Ali, Metode Memahami Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), hal. 37-38.

8
Penelitian yang menggunakan eksperimen agak sulit dilakukan dalam
penelitian agama. Namun, dalam beberapa hal,eksperimen dapat dilakukan
dalam penelitian agama, misalnya untuk mengevaluasi perbedaan hasil
belajar dari beberapa model pendidikan agama.
4. Observasi partisipatif.
Dengan partisipasi dalam kelompok, peneliti dapat mengobservasi
perilaku orang-orang dalam konteks religius. Baik diketahui atau tidak
oleh orang yang sedang diobeservasi. Dan diantara kelebihannya yaitu
memungkinkannya pengamatan simbolik antar anggota kelompok secara
mendalam. Adapun kelemahannya yaitu terbatasnya data pada
kemampuan observer.
5. Riset survei dan analisis statistik
Penelitian survei dilakukan dengan penyusunan kuesioner, interview
dengan sampel dari suatu populasi. Sampel bisa berupa organisasi
keagamaan atau penduduk suatu kota atau desa. Prosedur penelitian ini
dinilai sangat berguna untuk memperlihatkan korelasi dari karakteristik
keagamaan tertentu dengan sikap sosial atau atribut keagamaan tertentu.
6. Analisis isi
Dengan metode ini, peneliti mencoba mencari keterangan dari tema-tema
agama, baik berupa tulisan, buku-buku khotbah, doktrin maupun deklarasi
teks, dan lainnya. Umpamanya sikap kelompok keagamaan dianalisis dari
substansi ajaran kelompok tersebut.

C. Agama Sebagai Produksi Budaya.


Budaya menurut koenjaraningrat (1987:180) adalah keseluruhan
system gagasan tindakan dan hasil kerja manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar. Yojachem wach
berkata tentang pengaruh agama terhadap budaya manusia yang immaterial
bahwa mitologis hubungan kolektif tergantung pada pemikiran terhadap
Tuhan.
Budaya yang digerakkan agama timbul dari proses interaksi manusia
dengan kitab yang diyakini sebagai hasil daya kreatif pemeluk suatu agama
tapi dikondisikan oleh konteks hidup pelakunya.yaitu faktor geografis, budaya

9
dan beberapa kondisi yang objektif. Faktor kondisi objektif menyebabkan
terjadinya budaya agama yang berbeda-beda walaupun agama yang
mengilhaminya adalah sama. Hal pokok bagi semua agama adalah bahwa
agama berfungsi sebagai alat pengatur dan sekaligus membudayakannya
dalam arti mengunkapkan apa yang ia percaya dalam bentuk budaya yaitu
dalam bentuk etis, seni bangunan, struktur masyarakat dan adat istiadat.
Selain itu, ijtihad juga sebagai pembentuk kebudayaan Islam. Tentang
ljtihad, Dr. Muhainmad iqbal berkata ; “is the principle of movement in the
structure of Islam” ( ljtihad itu merupakan prinsip gerakan di dalam stuktur
Islam ). Ijtihad dalam rumusan lain ialah ” mengerahkan cipta, rasa dan karsa
untuk menghasilkan suatu kreasi.
Ijtihad itulah yang menjadi karakteristik manusia, merupakan
keistimewaan yang membedakan dan manusia dari makhluk-makhluk lainnya
di dunia ini. ljtihad yang merupakan, daya cipta manusia harta dimanfaatkan
sebagai kekuatan dalam hidup dan kehidupan di bumi. Maka dengan Ijtihadlah
manusia dapat rnempelajari, Menganalisa dan mengeksploitis rahasia-rahasia
alam.

D. Islam Sebagai Produk Budaya


Islam Antara Gejala Sosial & Budaya Islam sebagai agama yang
rahmatan lil alamin tentunya mempunyai konsep atau ajaran yang bersifat
manusiawi dan universal, yang dapat menyelamatkan ummat manusia dan
alam semesta dari kehancurannya. Oleh karean itu, Islam harus bisa
menawarkan nilai, norma, dan aturan hidup yang bersifat manusiawi dan
universal itu kepada manusia modern, dan diharapkan dapat memberikan
alternatif pemecahan terhadap problematis ummat manusia yang hidup di
dunia modern dan era global ini. Ajaran agama Islam telah tumbuh dan
berkembang sesuai dengan perkembangan akal dan sosial budaya masyarakat.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ajaran Islam telah tumbuh dan
berkembang sejalan dengan akal pikiran manusia serta sosial budayanya untuk
mewujudkan suatu sosial budaya dan masyarakat yang Islami.

10
Agama merupakan kenyataan yang dapat dihayati. Sebagai kenyataan,
berbagai aspek perwujudan agama bermacam-macam, tergantung pada aspek
yang dijadikan sasaran studi dan tujuan yang hendak dicapai oleh orang yang
melakukan studi.
Cara-cara pendekatan dalam mempelajari agama dapat dibagi ke dalam
dua golongan besar, yaitu model studi ilmu-ilmu sosial dan model studi
budaya. Untuk yang pertama telah dibahas didalam sub bab yang lalu,
sedangkan yang kedua akan menjadi pembahasan saat ini.
Tujuan mempelajari agama Islam juga dapat dikategorikan ke dalam
dua macam, yang pertama, untuk mengetahui, memahami, menghayati dan
mengamalkan. Kedua, untuk obyek penelitian. Artinya, kalau yang pertama
berlaku khusus bagi umat Islam saja, baik yang masih awam, atau yang sudah
sarjana. Akan tetapi yang kedua berlaku umum bagi siapa saja, termasuk
sarjana-sarjana bukan Islam, yaitu memahami. Akan tetapi realitasnya ada
yang sekedar sebagai obyek penelitian saja.
Untuk memahami suatu agama, khususnya Islam memang harus
melalui dua model, yaitu tekstual dan konstektual. Tekstual, artinya
memahami Islam melalui wahyu yang berupa kitab suci. Sedangkan
kontekstual berarti memahami Islam lewat realitas sosial, yang berupa
perilaku masyarakat yang memeluk agama bersangkutan.
Studi budaya di selenggarakan dengan penggunaan cara-cara penelitian
yang diatur oleh aturan-aturan kebudayaan yang bersangkutan.
Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan yang dipunyai oleh
manusia sebagai mahkluk sosial yang isinya adalah perangkat-perangkat
model-model pengetahuan yang secara selektif dapat digunakan untuk
memahami dan menginterprestasi lingkungan yang di hadapi, dan untuk
mendorong dan menciptakan tindakan-tindakan yang diperlukan.3
Islam merupakan agama yang diwahyukan Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai jalan hidup untuk meraih kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat. Agama islam disebut juga agama samawi . selain agama
Islam, Yahudi dan Nasrani juga termasuk ke dalam kategori agama samawi.

3. Persudi Suparlan. "Kebudayaan dan Pembengunan" dalam kapan Agama dan Masyarakat,
Balitbang Agama. Departemen Agama. Jakarta. 1991-1992. Hal.85

11
Sebab keduanya merupakan agama wahyu yang diterima Nabi Musa dan Nabi
Isa sebagai utusan Allah yang menerima pewahyuan agama Yahudi dan
Nasrani.
Agama wahyu bukan merupakan bagian dari kebudayaan. Demikian
pendapat Endang Saifuddin Anshari yang mengatakan dalam suatu tulisannya
bahwa:
"agama samawi dan kebudayaan tidak saling mencakup; pada prinsipnya yang
satu tidak merupakan bagian dari yang lainnya; masing-masing berdiri sendiri.
Antara keduanya tentu saja dapat saling hubungan dengan erat seperti kita
saksikan dalam kehidupan dan penghidupan manusia sehari-hari. Sebagaimana
pula terlihat dalam hubungan erat antara suami dan istri, yang dapat
melahirkan putra, namun suami bukan merupakan bagian dari si istri,
demikian pula sebaliknya."4
Atas dasar pandangan di atas, maka agama Islam sebagai agama
samawi bukan merupakan bagian dari kebudayaan (Islam), demikian pula
sebaliknya kebudayaan Islam bukan merupakan bagian dari agama Islam.
Masing-masing berdiri sendiri, namun terdapat kaitan erat antara keduanya.
Menurut Faisal Ismail, hubungan erat itu adalah bahwa Islam merupakan
dasar, asas pengendali, pemberi arah, dan sekaligus merupakan sumber nilai-
nilai budaya dalam pengembangan dan perkembangan cultural. Agama
(Islam)lah yang menjadi pengawal, pembimbing, dan pelestari seluruh
rangsangan dan gerak budaya, sehingga ia menjadi kebudayaan yang bercorak
dan beridentitas Islam.5
Lebih jauh Faisal menjelaskan bahwa walaupun memiliki keterkaitan,
Islam dan kebudayaan merupakan dua entitas yang berbeda, sehingga
keduanya bisa dilihat dengan jelas dan tegas. Shalat misalnya adalah unsur
(ajaran) agama, selain berfungsi untuk melestarikan hubungan manusia dengan
Tuhan, juga dapat melestarikan hubungan manusia dengan manusia juga
menjadi pendorong dan penggerak bagi terciptanya kebudayaan. Untuk tempat

4. Endang Saifuddin Anshari. Pokok-pokok Pikiran Tentang Islam.cet. 1 9 Bandung: C.V. Pelajar.
1996), hlm.46
5. Faisal Ismail, Paragdima Kebudayaan Islam Studi Kritis dan Refleksi Historis (Yogyakarta:
Titian Ilahi Press, 1998), hlm. 43-44.

12
sholat orang membangun masjid dengan gaya arsitektur yang megah dan
indah, membuat sajadah alas untuk bersujud dengan berbagai disain, membuat
tutup kepala, pakaian, dan lain-lain. Itulah yang termasuk aspek kebudayaan.6
Proses interaksi Islam dengan budaya dapat terjadi dalam dua
kemungkinan. Pertama adalah Islam mewarnai, mengubah, mengolah, an
memperbaharui budaya. Kedua, justru Islam yang diwarnai oleh kebudayaan.
Masalahnya adalah tergantung dari kekuatan dari dua entitas kebudayaan atau
entitas keislaman. Jika entitas kebudayaan yang kuat maka akan muncul
muatan-muatan lokal dalam agama, seperti Islam Jawa. Sebaliknya, jika
entitas Islam yang kuat mempengaruhi budaya maka akan muncul kebudayaan
Islam.7
Agama sebagai budaya, juga dapat dilihat sebagai mekanisme control,
karena agama adalah pranata sosial dan gejala sosial, yang berfungsi sebagai
kontrol, terhadap institusi-institusi yang ada.
Dalam kebudayaan dan peradaban dikenal umat Islam berpegang pada
kaidah: Al-Muhafadhatu ala al-qadim al-shalih wa al-akhdzu bi al jaded al-
ashlah, artinya: memelihara pada produk budaya lama yang baik dan
mengambil produk budaya baru yang lebih baik.8
Oleh karena itu, dapat di simpulkan bahwa hasil pemikiran manusia
yang berupa interprestasi terhadap teks suci itu disebut kebudayaan, maka
sisitem pertahanan Islam, system keuangan Islam, dan sebagainya yang timbul
sebagai hasil pemikiran manusia adalah kebudayaan pula. Kalaupun ada
perbedaannya dengan kebudayaan biasa, maka perbedaan itu terletak pada
keadaan institusi-institusi kemasyarakatan dalam Islam, yang disusun atas
dasar prinsip-prinsip yang tersebut dalam al-Qur`an.

6. Ibid
7. Simuh. Islam dan Pergumulan Budaya Jawa (Jakarta: Teraju, 2003)hlm.8.
8. Masyhur Amin, Ismail S. Ahmad (ed), Dialog Pemikiran Islam dan Empirik, LAKPESDAM.
Yogyakarta, cet. I, 1993, hal. VI.

13
BAB III
Penutup

A. Kesimpulan
Dari uraian yang dikemukakan pada pembahasan, dapat disimpulkan
bahwa Islam Antara Gejala Sosial & Budaya Islam sebagai agama yang
rahmatan lil alamin tentunya mempunyai konsep atau ajaran yang bersifat
manusiawi dan universal, yang dapat menyelamatkan ummat manusia dan
alam semesta dari kehancurannya. Oleh karena itu, Islam harus bisa
menawarkan nilai, norma, dan aturan hidup yang bersifat manusiawi dan
universal itu kepada manusia modern, dan diharapkan dapat memberikan
alternatif pemecahan terhadap problematis ummat manusia yang hidup di
dunia modern dan era global ini. Ajaran agama Islam telah tumbuh dan
berkembang sesuai dengan perkembangan akal dan sosial budaya masyarakat.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ajaran Islam telah tumbuh dan
berkembang sejalan dengan akal pikiran manusia serta sosial budayanya untuk
mewujudkan suatu sosial budaya dan masyarakat yang Islami.

B. Saran
Demikian makalah yang dapat saya sampaikan. Sebagai manusia
biasa tentunya masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Kritik
dan saran sangat kami harapkan dari pembaca sekalian untuk perbaikan dan
evaluasi dari apa yang penulis dapat sajikan.

14
Daftar Pustaka

Http://Islamsebagai produk budaya dan pengetahuan ilmiah.htm

A. Mukti Ali, Metode Memahami Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991).

Persudi Suparlan. "Kebudayaan dan Pembengunan" dalam Kapan Agama dan


Masyarakat, Balitbang Agama. Departemen Agama. Jakarta. 1991-1992.

Endang Saifuddin Anshari. Pokok-pokok Pikiran Tentang Islam.cet. 19 Bandung:


C.V. Pelajar. 1996).

Faisal Ismail, Paragdima Kebudayaan Islam Studi Kritis dan Refleksi


Historis(Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1998).

Simuh. Islam dan Pergumulan Budaya Jawa (Jakarta: Teraju, 2003).

Masyhur Amin, Ismail S. Ahmad (ed), Dialog Pemikiran Islam dan Empirik,
LAKPESDAM. Yogyakarta, cet. I, 1993.

15

Anda mungkin juga menyukai