Disusun Oleh :
Khoirotunnisa 2284110092
Fatimah Syabani Nur 2284110111
Moh. Hardyansyah Lazuardi 2284110093
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengaruh Budaya Dalam Psikologi
Agama” ini dengan baik dan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada
Rosulalloh SAW beserta keluarga, sahabat dan umatnya hingga akhir zaman. Makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Psikologi Agama.
Oleh karena itu, kami menyampaikan terima kasih kepada semua yang telah
berkontribusi dalam penyusunan makalah ini. Dengan terselesaikannya penyusunan makalah
ini semoga dapat memberi manfaat bagi kami selaku penulis dan semua pembaca pada
umumnya.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan.
Maka, untuk kesempurnaan makalah selanjutnya kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca, baik segi isi makalah maupun penggunaan bahasa (kosa kata, EYD dan fungtuasi).
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................4
C. Tujuan................................................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................5
A. Hubungan Agama dan Kebudayaan dalam Masyarakat....................................................5
B. Tradisi Keagamaan dan Sikap Keagamaan........................................................................6
C. Pengaruh Budaya Masyarakat dan Psikologi Agama........................................................7
D. Agama dan Pembangunan Kebudayaan Masyarakat.......................................................10
BAB III....................................................................................................................................13
PENUTUP...............................................................................................................................13
Kesimpulan...........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebudayaan yang ada dalam suatu masyarakat pada dasarnya merupakan cerminan dari
pola pikir, perilaku, dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat itu sendiri. Tirandis (1994)
mendefinisikan budaya sebagai seperangkat buatan manusia yang terdiri dari elemen objektif
dan subjektif yang pada masa lalu mampu meningkatkan peluang untuk survival dan berhasil
dalam menghadapi lingkungan ekologis, dan oleh karenanya buatan itu dipakai bersama-
sama oleh mereka yang bisa saling berkomunikasi dengan menggunakan bahasa umum, dan
mereka yang hidup dalam tempat dan waktu yang sama. Budaya subjektif adalah norma,
peran dan nilai-nilai, dan cara manusia mengkategorisasi dan mengasosisasi informasi dalam
menghadapi lingkungannya. Budaya objektif adalah hasil karya manusia berupa benda
objektif misalnya alat-alat sehari-hari yang kita pakai, radio, jalan, dan stasiun.
B. Rumusan Masalah
1. Hubungan Agama dan Kebudayaan dalam Masyarakat
2. Tradisi Keagamaan dan Sikap Keagamaan
3. Pengaruh Budaya Masyarakat dan Psikologi Agama
4. Agama dan Pembangunan Kebudayaan Masyarakat
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Hubungan Agama dan Kebudayaan dalam Masyarakat
2. Untuk mengetahui Tradisi Keagamaan dan Sikap Keagamaan
3. Untuk mengetahui Pengaruh Budaya Masyarakat dan Psikologi Agama
4. Untuk mengetahui Agama dan Pembangunan Kebudayaan Masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN
Tradisi keagamaan merupakan kerangka acuan norma yang sudah dianggap baku dalam
kehidupan dan perilaku masyarakat. Tradisi keagamaan sebagai pranata primer dari
kebudayaan memang sulit untuk berubah, karena keberadaannya didukung oleh kesadaran
bahwa pranata tersebut menyangkut kehormatan, harga diri, dan jati diri masyarakat
pendukungnya. Para ahli antropologi membagi kebudayaan dalam bentuk dan isi. Menurut
bentuknya kebudayaan terdiri atas tiga, yaitu: sistem kebudayaan, sistem sosial, dan benda-
benda budaya. Sedangkan isinya terdiri atas tujuh unsur, yaitu: bahasa, sistem teknologi,
sistem ekonomi, organisasi sosial, sistem pengetahuan, religi, dan kesenian.
Kebudayaan merupakan lingkungan yang terbentuk oleh norma-norma dan nilai-nilai
yang dipelihara oleh masyarakat pendukungnya. Kemudian nilai dan norma tersebut
berkembang dalam berbagai kebutuhan masyarakat, sehingga terbentuk suatu sistem sosial.
Dari sistem ini selanjutnya terwujud pula benda-benda kebudayaan dalam bentuk benda fisik.
Dalam kaitannya dengan pembentukan tradisi keagamaan, secara konkret, dapat digambarkan
melalui proses penyiaran agama hingga terbentuk suatu komunitas keagamaan. Sebagai
contoh, masuknya agama-agama ke Nusantara. Pada tahap pertama, penyebar agama datang
dan para pemimpin agama menyampaikan ajaran kepada penduduk setempat. Ajaran tersebut
berisikan konsep-konsep agama yang disebut sistem kebudayaan (cultural system). Dalam hal
ini terjadi proses transfer ilmu yang dalam psikologi pendidikan disebut aspek kognitif (yang
menyangkut pengetahuan agama). Pada tahap kedua, masyarakat diarahkan kepada
bagaimana melaksanakan ajaran agama. Ilmu yang telah diperoleh diharapkan mampu
dilakukan dengan baik dalam keseharian. Pada tahap ini terlihat bahwa agama sudah
mencapai tingkat sistem sosial (social system). Di tahap selanjutnya, terciptalah benda-benda
keagamaan baik dalam bentuk bangunan maupun karya-karya para penganut agama. Tahap
ini merupakan tahap akhir dan telah terwujud suatu bentuk kebudayaan fisik (material
culture) suatu agama.
Tradisi keagamaan dan sikap keagamaan saling mempengaruhi. Sikap keagamaan
mendukung terbentuknya tradisi keagamaan, sedangkan tradisi keagamaan sebagai
lingkungan kehidupan turut memberi nilai-nilai, norma-norma pola tingkah laku keagamaan
kepada seseorang. Dengan demikian, tradisi keagamaan memberi pengaruh dalam
membentuk pengalaman dan kesadaran agama sehingga terbentuk sikap keagamaan pada diri
seseorang yang hidup dalam lingkungan tradisi keagamaan tertentu. Bagaimana pengaruh
tradisi keagamaan terhadap sikap keagamaan ini dapat dilihat dari contoh berikut. Seorang
muslim dibesarkan di lingkungan keluarga yang taat akan menunjukkan sikap yang menolak
ketika diajak masuk ke Kelenteng, Pure, atau Gereja. Sebaliknya, hatinya akan tentram saat
menjejakkan kakinya di masjid. Demikian pula seorang penganut agama Kristen, Katolik,
Budha maupun Hindu akan mengalami hal yang serupa.
Salah satu cara yang dapat digunakan ialah dengan memadukan pengaruh budaya religius
dan self regulated. Adapun makna suasana keagamaan menurut Muntasir adalah suasana yang
memungkinkan setiap anggota keluarga beribadah, kontak dengan Tuhan dengan cara-cara
yang telah ditetapkan agama, dengan suasana tenang, bersih, dan hikmat.
C. Pengaruh Budaya Masyarakat dan Psikologi Agama
Psikologi agama dan budaya lahir tidak lain untuk bisa mengakomodir segala bentuk
gejala yang bersifat destruktif. Dalam konteks Indonesia, negara yang mempunyai kuantitas
penduduk muslim tidak kurang dari 220 juta jiwa, yang sering dicap sebagai negara
demokrasi dengan cara pandang yang moderat. Apalagi dapat hidup berdampingan dengan
kalangan yang plural, baik dari segi agama, ras, suku, adat istiadat, bahasa, dan lain-lain.
Psikologi agama mempelajari masalah-masalah kejiwaan yang ada sangkut pautnya
dengan keyakinan beragama seseorang. Dimana manusia berupaya menyembuhkan gangguan
kejiwaannya melalui ajaran-ajaran agama, karena agama menawarkan suatu hubungan
transendental terhadap sesuatu melalui pemujaan dan upacara-upacara keagamaan yang
memberikan dasar emosional bagi rasa aman dan identitas yang lebih kuat di tengah
ketidakpastian, ketidakmungkinan dan kelengkapan yang dialami manusia dalam hidup dan
kehidupannya. Psikologi dan agama merupakan dua unsur yang berbeda, namun keduanya
saling berhubungan dan mempengaruhi manusia dalam bersikap dan bertingkah laku.
Disebabkan cara bersikap, berfikir dan tingkah laku seseorang tidak dapat dipisahkan dari
keyakinannya, karena keyakinan yang dimiliknya itu termasuk kedalam konstruksi
kepribadian.
Secara historis pengobatan jiwa melalui agama telah lahir semenjak manusia primitif,
dalam sejarah tercatat betapa besarnya pengaruh kepercayaan terhadap penyembuhan suatu
penyakit. Mereka mempercayai bahwa segala sesuatu datang dari alam gaib, termasuk
penyakit yang dialami sesorang yang disebabkan oleh syaitan, hantu, dan roh-roh jahat,
karena menurut mereka sakitnya seseorang sakit bukanlah bakteri penyakit yang
menyerangnya, sebagaimana kepercayaan dan pengalaman masyarakat modern. Untuk
penyembuhanya masyarakat primitif mempergunakan cara- cara yang bersifat tradisional atau
bentuk-bentuk gaib, yaitu melalui kepercayaannya dengan minta bantuan kepada dukun-
dukun. Berbeda dengan manusia dewasa ini, mereka telah menghubungkan agama dengan
kesehatan, agama tidak hanya membicarakan segala sesuatu nyang berkenaan dengan hal-hal
yang gaib misalnya, surga, neraka, dosa, pahala, maut, roh dan sebagainya.
Mahmud Yusuf mengutip pendapat Norman Vincent Peale bahwa agama adalah dapat
memberikan rasa keimanan dan rasa keyakinan kepada individu untuk pasrah dan memohon
pertolongan kepada Tuhan dari segala hal yang tidak menyenangkan dan dari masalah-
masalah kehidupan yang dihadapinya. Maka terapi agama adalah sejenis perawatan dan
penyembuhan penyakit dengan menggunakan metode psikologi yang dipadukan dengan
ajaran agama terhadap permasalah-permasalah yang bersumber dari kehidupan emosional
untuk dikembalikan kepada kesehatan dan keseimbangan jiwa seseorang. Dalam Islam,
perkembangan ilmu pengetahuan sejalan dengan agama, bahkan Islam mendorong umatnya
menuntut dan mempelajari ilmu pengetahuan sebagaimana terdapat dalam al- Qur’an dan as-
Sunnah. Sehingga dalam Islam terdapat perpaduan antara agama dan ilmu pengetahuan.
Perkembangan kejiwaan seseorang adalah sebuah bentuk kewajaran dan pasti terjadi
dalam diri seseorang. Oleh karena itu pendidikan merupakan suatu keniscayaan dalam
mengarahkan proses perkembangan kejiwaan. Terlebih lagi dalam lembaga pendidikan islam,
tentu akan mempengaruhi bagi pembentukan jiwa keagamaan. Jiwa keagamaan ini perlu
ditanamkan pada anak sejak usia dini.
Suatu fenomena abadi di dalam di sisi lain juga memberikan gambaran bahwa keberadaan
agama tidak lepas dari pengaruh realitas di sekelilingnya. Seringkali praktik-praktik
keagamaan pada suatu masyarakat dikembangkan dari doktrin ajaran agama dan kemudian
disesuaikan dengan lingkungan budaya. Pertemuan antara doktrin agama dan realitas budaya
terlihat sangat jelas dalam praktik ritual agama. Dalam Islam, misalnya saja perayaan Idul
Fitri di Indonesia yang dirayakan dengan tradisi sungkeman bersilaturahmi kepada yang lebih
tua adalah sebuah bukti dari keterkaitan antara nilai agama dan kebudayaan.
Pertautan antara agama dan realitas budaya dimungkinkan terjadi karena agama tidak
berada dalam realitas yang vakum. Mengingkari keterkaitan agama dengan realitas budaya
berarti mengingkari realitas agama sendiri yang selalu berhubungan dengan manusia, yang
pasti dilingkari oleh budayanya. Kenyataan yang demikian itu juga memberikan arti bahwa
perkembangan agama dalam sebuah masyarakat baik dalam wacana dan praktis menunjukkan
adanya unsur konstruksi manusia. Walaupun tentu pernyataan ini tidak berarti bahwa agama
semata-mata ciptaan manusia, melainkan hubungan yang tidak bisa dielakkan antara
konstruksi Tuhan. Seperti yang tercermin dalam kitab-kitab suci dan konstruksi manusia dan
interpretasi dari nilai-nilai agama yang direpresentasikan pada praktek ritual keagamaan.
Agama Atas Problematika Psikis Manusia
Setiap tingkah laku manusia merupakan manifestasi dari beberapa kebutuhan yang
ditujukan untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan kata lain bahwa setiap tingkah
laku manusia selalu terarah pada obyek atau tujuan yang hendak dicapainya, tingkah laku
adalah satu kesatuan perbuatan yang berarti bagi manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
Kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki manusia merupakan pendorong untuk berbuat sesuatu
dalam memenuhi kebutuhannya.
Agama dan moral merupakan dua unsur yang penting dalam menjaga kesusilaan dan
ketertiban masyarakat. Nilai-nilai moral itu bersifat otonom, artinya nilai-nilai seperti
keadilan, kejujuran, kesadaran, keteguhan hati. Manusia sebagai makhluk selalu memberikan
arti pada hidupnya, dan tanpa adanya arti dalam kehidupan manusia tidak bisa hidup dalam
taraf kemanusiaan. Oleh sebab itu, orang mencari penyelesaiannya dengan bantuan norma-
norma dan kepercayaan agama. Dengan demikian, seseorang tidak bisa hidup disisi Tuhan
bila kenyataannya bahwa hidupnya tidak sesuai dengan norma-norma agama. Manusia wajib
hidup bermoral menjaga kesusilaan demi untuk Allah dan dirinya sendiri yaitu dengan
mendengar atau perantaraan suara hatinya sendiri, karena suara hati itu tidak pernah bohong.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebudayaan merupakan keseluruhan kecakapan (adat, akhlak, kesenian, ilmu, dan
lain-lain) yang dimiliki oleh manusia sebagai subjek dalam masyarakatnya.
Kebudayaan yang ada dalam suatu masyarakat pada dasarnya merupakan cerminan
dari pola pikir, perilaku, dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat itu sendiri.
Psikologi dan agama merupakan dua unsur yang berbeda, namun keduanya saling
berhubungan dan mempengaruhi manusia dalam bersikap dan bertingkah laku.
Disebabkan cara bersikap, berfikir dan tingkah laku seseorang tidak dapat dipisahkan
dari keyakinannya, karena keyakinan yang dimiliknya itu termasuk kedalam
konstruksi kepribadian.
DAFTAR PUSTAKA