MAKALAH
Disusun Oleh:
Penulis
Mirza Khoirun Nisa'
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat Madura selama ini identik dengan religiusitas. Madura yang
juga terkenal kental akan budaya dan tradisinya memiliki banyak sekali tradisi-
tradisi yang masih dilestarikan dan dijaga sampai pada saat ini. Agama dan
budaya merupakan dua unsur penting dalam masyarakat yang saling
mempengaruhi. Ketika ajaran agama masuk dalam sebuah komunitas yang
berbudaya, akan terjadi tarik menarik antara kepentingan agama di satu sisi
dengan kepentingan budaya di sisi lain. Demikian juga halnya dengan agama
Islam yang diturunkan di tengah-tengah masyarakat Arab yang memiliki adat-
istiadat dan tradisi secara turun-temurun. Sedangkan tradisi merupakan bagian
dari kebudayaan.
Islam Madura merupakan salah satu varian Islam kultural yang ada di
Indonesia setelah terjadinya dialektika antara Islam dengan budaya Madura.
Proses dialektika tersebut pada gilirannya akan menghasilkan Islam Madura yang
unik, dan khas dengan ragamnya tradisi-tradisi Madura yang sudah disisipi nilai-
nilai Islam. Yang pada perkembangan selanjutnya, tradisi-tradisi tersebut
dihasilkan dari kebiasaan-kebiasaan yang berbasis Islam membentuk suatu budaya
madura yang khas seperti tahlil, rokat tasè' dan sebagainya.
Namun, tradisi-tradisi dan kebudayaan ini dahulunya jauh dari nilai-nilai
keislaman. Seiring berjalannya waktu dan keinginan melestarikan budaya
kampung halaman, tradisi dan kebudayaan tersebut tersisipi dengan nilai-nilai
keislaman. Untuk itulah lebih jelasnnya disini penulis akan membahas tentang
“Tradisi dan Budaya Madura Dalam Perapektif Islam.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka rumusan masalah
yang hendak dijawab antara lain adalah:
1.
1
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui apa itu tradisi dan budaya.
2. Untuk mengetahui apa saja macam-macam tradisi dan budaya Madura.
3. Untuk mengetahui tradisi dan budaya Madura dalam perspektif Islam.
D. Manfaat Pembahasan
1. Bagi penulis, makalah ini menjadi sebuah media kreatifitas ilmu dalam
pengkajian tradisi dan budaya Madura dalam perspektif Islam.
2. Bagi pembaca, makalah ini diharapkan mampu memberi wawasan
pengetahuan mengenai tradisi dan budaya Madura dalam perspektif Islam.
2
BAB II
1
Mahfudlah Fajrie, Budaya Masyarakat Pesisir Wedung Jawa Tengah: Melihat Gaya komunikasi
dan Tradisi Pesisiran, (Wonosobo: CV. Mangku Bumi Media, 2016), hal. 23.
3
tradisi (tradition). Dalam hal ini tradisi diartikan sebagai kebiasaan
masyarakat yang tampak.2
Budaya atau culture merupakan istilah yang datang dari disiplin
antropologi sosial. Dalam dunia pendidikan budaya dapat digunakan
sebagai salah satu transmisi pengetahuan, karena sebenarnya yang
tercakup dalam budaya sangatlah luas. Budaya laksana software yang
berada dalam otak manusia, yang menuntun persepsi, mengidentifikasi
apa yang dilihat, mengarahkan fokus pada suatu hal, serta menghindar
dari yang lain.3
Budaya adalah suatu konsep yang membangkit minat dan
berkenaan dengan cara manusia hidup, belajar berpikir, merasa,
mempercayai, dan mengusahakan apa yang patut menurut budanya dalam
arti kata merupakan tingkah laku dan gejala sosial yang menggambarkan
identitas dan citra suatu masyarakat.
Jadi, budaya didefinisikan sebagai cara hidup orang yang
dipindahkan dari generasi ke generasi melalui berbagai proses
pembelajaran untuk menciptakan cara hidup tertentu yang paling cocok
dengan lingkungannya. Budaya merupakan pola asumsi dasar bersama
yang dipelajari kelompok melalui pemecahan masalah adaptasi eksternal
dan integrasi internal. Sekelompok orang terorganisasi yang mempunyai
tujuan, keyakinan dan nilai-nilai yang sama, dan dapat diukur melalui
pengaruhnya pada motivasi.
2
Software Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
PT.Balai Pustaka, 2005), hal. 149.
3
Sumarto, Budaya, Pemahaman dan Penerapannya “Aspek Sistem Religi, Bahasa, Pengetahuan,
Sosial, Keseninan dan Teknologi”, Jurnal Literasiologi, VOLUME 1, NO. 2 Juli- Desember 2019.
4
keluarga, dan perasaan malu. Istri merupakan manifestasi martabat dan
kehormatan suami, karena istri adalah bhantal lapate berarti landasan kematian.
Tradisi carok secara tidak langsung telah mempengaruhi pandangan
masyarakat luar Madura negatif. Carok adalah tindakan secara fisik yang
dilakukan oleh orang Madura terhadap orang lain yaitu dengan menyerang
menggunakan senjata dan biasanya membunuh orang yang menghinanya (Fauzi
2004). Selain carok, Madura juga dikenal dengan tradisi kebudayaan yang lain
seperti Karapan sapi. kerapan sapi sebagai salah satu kesenian yang diangkat
sebagai budaya Madura, sedangkan bentuk budaya tersebut adalah
memperagakan pertandingan pacuan sapi jantan yang memang khusus untuk
dipertandingkan (Fuad2012).
2. Kerapan Sapi
Disebut kerapan sapi karena dua pasang sapi jantan diadu cepat larinya (ê
kerrap) sejauh jarak tertentu. Setiap satu pasang sapi dikendalikan seorang joki
(bhuto/tokang tongko’) dengan memakai peralatan/perlengkapan berupa
pangonong dan kalêlês. Yang paling awal sampai ke garis finis dianggap sebagai
pemenang.4
Kerapan Sapi adalah salah satu tradisi dan budaya Madura yang sangat
terkenal hingga ke mancanegara. Puncaknya pada acara tahunan yang tak luput
digelar oleh pihak pemerintah, yaitu Kerapan Sapè Gubeng yang
memperebutkan piala bergilir dari Presiden. Selain mempertontonkan kontes
kerapan sapi, di dalam acaranya pun menampilkan berbagai tradisi dan budaya
Madura lainnya. Tentu dengan adanya acara tahunan ini memberikan dampak
terhadap peningkatan ekonomi di Madura dengan banyaknya wisatawan yang
berkunjung. Jadi tak heran jika masyarakat sangat antusias.
3. Pèlèt Betteng
5
dan Tuhannya. Dan dalam tradisi ini dianggap sebagai penghormatan terhadap
roh leluhur dan rasa syukur kepada Allah SWT sebagai bentuk menghargai
nikmat dan yang dipergunakannya nikmat tersebeut. Karna sejatinya nikmat
akan terus bertumbuh, mengembang dan bertambah apabila nikmat yang Tuhan
berikan di syukuri dengan sebaik mungkin sama halnya dengan ritual rokat pelet
betteng ini sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT.
Dalam tradisi rokat pelet betteng atau selametan atau sedekah kandungan
calon ibu pada usia kehamilan 4 atau 7 bulan tersebut merupakan wujud rasa
syukur atas dikaruniakannya seorang keturunan terhadap keluarga tersebut, yang
mana keluarga dan calon ibu memiliki harapan atas direalisasikannya ritual
Rokat pelet betteng jabang bayi yang berada dalam kandungan dan ibu yang
sedang hamil dapat selamat dan lancar hingga melahirkan.5
4. Rokat Tase’
Upacara rokat tase’ ini merupakan suatu upacara ritual yang penting bagi
kehidupan masyarakat yang kehidupannya bergantung pada hasil laut serta
penduduk yang bertempat tinggal di pesisir pantai.
Rokat dalam bahasa Madura berarti ruatan/ruwatan, tase’ berarti laut atau
pesisir, pangkalan mengandung arti tempat berpangkal perahu para nelayan dan
salameddhen berarti selamatan. Rokat tase’, rokat pangkalan atau salameddhen
tase’ dimaksudkan untuk menjaga ketentraman dan keselamatan yang
berhubungan dengan tempat berpangkal perahu dan seluk beluk kehidupan di
laut.6
Pada dasarnya upacara rokat tase’ ini berkaitan dengan sistem religi dan
upacara keagamaan yang diselenggarakan dengan adanya kesadaran para
nelayan yang menggantungkan hidupnya kepada hasil laut dengan melakukan
selametan rokat tase’ dengan tujuan untuk mencari keselamatan dan
5
Musholli dkk, LIVING QUR’AN TRADISI ISLAM NUSANTARA: KAJIAN TERHADAP TRADISI
PELET BETTENG PADA MASYARAKAT PROBOLINGGO, Jurnal Islam Nusantara Vol. 05 No.
02 (2021) : 37-51. Januari 2021. hal. 49.
6
Ainur Rahman Hidayat, Makna Relasi Tradisi Budaya Masyarakat Madura dalam Perspektif
Ontologi Anton Bakker dan Relevansinya bagi Pmebinaan Jati Diri Orang Madura, Jurnal Filsafat
Vol.23, Nomor 1, April 2013.
6
menunjukkan rasa syukur kepada Allah SWT. Dengan adanya kesadaran
masyarakat setempat tersebut, sehingga dengan kesepakatan bersama
masyarakat setempat mengadakan tradisi rokat tase’.
5. Tanèyan Lanjhâng
Tanèyan Lanjhâng adalah pola hunian yang terdiri dari satu keluarga
besar yang mengelompok dengan halaman panjang di tengahnya. Namun,
taneyan ini bersifat tertutup dan memiliki aturan dan etika bagi setiap orang
yang akan masuk ke dalamnya.7
Yang menarik dari tradisi tanèyan lanjhâng ini adalah bahwa susunan
rumah berdasarkan hirarki dalam keluarga. Barat-Timur adalah arah yang
menunjukkan urutan tua muda. Sistem yang demikian mengakibatkan ikatan
kekeluargaan menjadi sangat erat. Dari pengamatan dan hasil observasi selama
di lapangan, pemukiman masyarakat Madura diawali dengan sebuah rumah
induk yang disebut dengan tongghuh, yakni rumah cikal bakal atau leluhur suatu
keluarga. Tongghuh dilengkapi dengan kobhung, kandhang, dan dapor. Apabila
sebuah keluarga memiliki anak yang berumah tangga, khususnya anak
perempuan, maka orang tua akan membuatkan rumah bagi anak perempuan.
Penempatan rumah untuk anak perempuan berada persis di sebelah timur rumah
tongghuh.8
7
Lintu Tulistyantoro, Taneyan Lanjhang- Sebuah Kasus Hunian Masyarakat Madura,
Ensiklopedia Arsitektur Nusantara, Kendari 2021.
8
Abdul Sattar, TANIYAN LANJANG Pola Kekerabatan dan Tata Kekerabatan Masyarakat
Madura, Jurnal Undip Semarang, Januari 2023.
7
Arti toleransi dalam Islam sebenarnya tidak cukup hanya diartikan sebagai
menghargai perbedaan agama, akan tetapi juga menghargai budaya masyarakat
yang mungkin saja agak jauh dari nilai Islam. Hal tersebut merupakan hasil
akulturasi dari pada nenek moyang. Oleh sebab itu, sikap yang paling tepat
sebagai agama Islam ialah bagaimana menjadikan nilai atau subtansi dari budaya-
budaya masyarakat yang tidak ada unsur Islam menjadi budaya yang memiliki
nilai keislaman.
8
pinggiran kota, mereka mengucapkan do’a-do’a tertentu, meminta kesehatan,
umur panjang dan kemakmuran.9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah di atas, maka penulis dapat menarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
9
Abd. Jalal, Tradisi Carok dan Identitas Kesukuan Masyarakat Madura. Proposal Penelitian. h.3.
9
1. Tradisi merupakan bagian dari budaya. Karena tradisi adalah roh yang dari
sebuah kebudayaan, karena tanpa tradisi tidak mungkin suatu kebudayaan
akan hidup dan bertahan lama.
2. Macam-macam tradisi dan kebudayaan di Madura antara lain, carok,
kerapan sapi, rokat tasè’, pèlèt betteng, tahlilan, molodan, rasolan,
molodan, dan lain sebagainya.
3. Tradisi dan budaya di Madura kini telah disisipi dengan nilai-nilai
keislaman yang kental.
B. Saran
Dari pembahasan makalah di atas, maka penulis dapat memberikan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Sebagai umat Islam yang mengajarkan nilai-nilai toleransi dan kita
sebagai masyarakat Madura dengan beragam tradisi dan kebudayaan,
hendaknya tetap melestarikan tradisi dan budaya dengan mengganti
substansi yang awalnya jauh dari nilai keislaman menjadi kental akan
nilai keislaman.
2. Selain itu, kita juga harus mempelajari sejarah tradisi dan budaya Madura
yang ada, untuk kita wariskan pada generasi-generasi selanjutnya.
10
DAFTAR PUSTAKA
11
12