Dosen Pengampu :
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 7
KELAS D SEMESTER I
SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR
Kami pun menyadari jika isi makalah ini jauh dari sempurna karena
keterbatasan kami. Oleh sebab itu, kami harapkan adanya umpan balik berupa
kritik dan saran yang membangun agar dikemudian hari kami sanggup membuat
makalah yang lebih maksimal.
Semoga makalah yang sudah kami susun bersama-sama bias bermanfaat bagi
dunia pendidikan.
Kelompok 7
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
C. Tujuan .......................................................................................................... 3
A. Kesimpulan ................................................................................................ 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk Allah yang diciptakan didunia sebagai
Khalifah. Manusia lahir, hidup dan berkembang di dunia,sehingga
disebut juga makhluk duniawi. Sebagai makhluk dunia wisudah barang
tentu bergulat dan bergumul dengan dunia, terhadap segala segi , masalah
dan tantangannya, dengan menggunakan budi dan dayanya serta
menggunakan segala kemampuannya baik yang bersifat cipta, rasa,
maupun karsa. Halini menunjukkan bahwa hubungan manusia dengan
dunia tidaklah selalu diwujudkan dalam sikap pasif, pasrah, dan
menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya. Tetapi justru harus
diwujudkan dalam sikap aktif, memanfaatkan lingkungannya untuk
kepentingan hidup dan kehidupannya. Dari hubungan yang bersifat aktif
itu tumbuhlah kebudayaan.
1
Jurnal Al-ulum,Volume.12,Nomor1,Juni2012
1
Agama tidak hanya dapat dilihat sebagai hasil kebudayaan. Pada
agama-agama tertentu peranan kuat juga dimainkan oleh Yang
Transenden, baik langsung maupun tidak langsung. Lagi pula sesudah
agama berperan dalam kehidupan manusia, tak terhindarkan pengaruh
norma-norma agama yang diterima sebagai yang baku. Agama ikut
membentuk, secara positif ataupun negatif, apa yang difahami,
dirumuskan dan dilakukan manusia dalam menjalani kehidupan ini.
Bagaimana agama dan kebudayaan saling berbelitan satu dengan lainnya
menampakan dalam ritual agama. Berbagai simbol dan ungkapan budaya,
misalnya bahasa, gerak, tanda-tanda, musik, karya arsitektur dan bentuk-
bentuk kriya lainnya dipakai manusia untuk mengekspresikan
pengalaman keagamaan. Bahkan sejumlah orang kebablasan dengan
memahami bentuk-bentuk tertentu secara mutlak identik dengan apa yang
hendak diekspresikan. Bentuk-bentuk yang senyatanya sangat terikat
dengan budaya yang melahirkannya, dilepaskan dari konteksnya dan
dipahami secara baru dan menjadi milik eksklusif agama tertentu.
Konflik antar agama tidak jarang bersumber dari rebutan simbol
semacam ini.
2
Jurnal Al-ulum,Volume.12,Nomor1,Juni2012
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan islam dan kebudayaan Indonesia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan islam dan kebudayaan
indonesia
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kedatangan islam
Sampai saat ini waktu kedatangan islam diindonesia belum diketahui
secara pasti, dan memang sulit untuk mengetahui kapan suatu kepercayaan
mulai diterima oleh suatu komunitas tertentu. Disamping itu wilayah
Nusantara yang luas, dengan banyak daerah perdagangan yang
memungkinkan terjadinya kontak dengan orang asing mengakibatkan
suatu daerah mungkin lebih awal menerima pengaruh islam dari pada
daerah lain.
Data tentang kedtangan orang islam di nusantara baru mucul pada abad
XIII M, yaitu didalam bentuk nisan berprasasti huruf arab di kompleks
makam tuan Makhdum di Barus ( pantai barat sumatera barat). Prasasti itu
memuat nama: Siti tuhar amisuri, dan tahun meninggalnya yaitu 602 H.
yang bersamaan dengan tahun 1205 M.3
3
Claude Guilot, sejarah awal barus ,hal 4
4
2. Institusi politik
Pada tahap berikutnya, terbentuklah kerajaan yang bercorak islam.
Diindonesia kerajaan islam yang tertua adalah kerajaan samudra pasai,
yang terletak di pantai timur aceh sekarang. Di situs tersebut ditemukan
pemakaman kuno, yang nisan-nisannya memuat prasasti dengan bahasa
dan huruf arab. Pada salah satu nisan tersebut tercantum nama al- sultan al
malik al saleh yang wafat pada tahun 696 H ( bertepatan dengan tahun
1297 M). pencantuman aaaaaaaaaal sultan itulah yang menjadi dasar
interpretasi keberadaan suatu institusi politik dikawasan tersebut.
Dijawa institusi politik islam yaitu kesultanan demak baru lahir pada
abad XV, bersamaan dengan kemundurannya kerajaan majapahit.
Pergantian pemegang kekuasaan politik dari majapahit ke demak pada
tahun 1519 M hakekatnya adalah usaha perebutan tahta diantara anggota
keluarga raja. Dalam hal ini demak yang juga keturunan brawijaya
kertabhumi merasa berhak pula atas kendali kekuasaan kerajaan majapahit.
Sekalipun demikian tidak dapat pula diabaikan bahwa perbedaan pendapat
kegamaan juga memberikan kemungkinan kepada demak untuk
meneklukan majapahit.4
3. Penyebaran islam
Sebelum kesultanan demak lahir, penyebaran agama islam dijawa
sudah dilakukan. Baik oleh oraang asing maupun olrh bumiputra sendiri.
Adapun cara penyebaran yang dilakukan antara lain melalui pernikahan ,
dakwah, pendidikan, dan kesenian.
Jalur lain yang juga memegang peran dalam penyebaran islam adalah
tasawuf yang diberikan oleh para sufi menngandung persamaan dengan
konsep-konsep pikiran mistis hindu-budha yang berkembang di nusantara
pada waktu itu. Hal itulah yang mempermuddah masuknya islam.
4
Damais, makam islam di tralaya dalam epigrafi dan sejarah nusantara, hal 223-224
5
Cara lain yaitu melalui seni, misalnya seni sastram pertunjukan, pahat,
dan seni bangunan. Melalui seni pertunjukan misalnya wayang yang
digemari masyarakat pada masa itu, dari situlah islam dapat disebar
luaskan di nusantara.
Ada beberapa poin penting yang dapat diuraikan perihal buku ini. Meski
belum dapat dikatakan merangkum keseluruhan karya tersebut yang begitu
padat substansi. Berikut poin-poin pentingnya:
1. Hindu-Budha merupakan agama yang rumusan ajarannya hanya
dipahami oleh golongan elite (bangsawan dan pendeta);
2. Agama Hindu-Budha yang ada di Nusantara berdasar pada falsafah
estetik yang wujud dalam bentuk seni dengan balutan mitos dan takhayul,
bukan bersifat rasional dan saintifik sebagaimana dalam Islam yang
bentuknya dapat dilihat dalam karya-karya Melayu-Nusantara.
6
4. Islamisasi Melayu-Nusantara dapat di lihat kenyataannya dalam struktur
bahasa Melayu. Bahasa sendiri memiliki peranan penting dalam konstruksi
logika manusia. Bahasa Arab setelah adanya al-Qur’an telah menjadi bahasa
saintifik yang kemudian mempengaruhi perkembangan bahasa Melayu. Hal
ini dapat dilihat dari serapan kata-kata yang sebagian besarnya mewakili
konsep kunci dalam Islam.
7
7. Ilmuwan Barat gagal melihat kriteria peradaban yang dijelaskan Henri
Pirenne—yang dikutip oleh Al-Attas—perihal jaman baru (new age),
sehingga melihat pengaruh Hindu-Budha lebih besar ketimbang pengaruh
Islam di Melayu-Nusantara. Hal ini timbul dari kekeluruan metodologis yang
membuat mereka gagal melihat apa-apa yang menjadi penanda bagi
munculnya jaman baru (New Age)—sebagaimana perubahan yang terjadi
pada Eropa paska runtuhnya Romawi—namun terlalu asyik dan terpukau
dengan sesuatu yang sifatnya estetik, ketimbang yang rasional dan saintifik.
8
Kolonialisme telah membuat masyarakat Melayu-Indonesia meninggalkan
huruf Jawi, yang diadopsi dari huruf Arab, dengan menggantinya dengan
huruf latin. Hal ini juga terjadi di Turki karena pengaruh sekularisme yang di
bawa oleh Attaturk.
10. Para ilmuwan Belanda dan Inggris yang mengkaji sejarah, kebudayaan
dan kesusasteraan Melayu-Nusantara, bagi Al-Attas, pada masa itu belum
mencapai taraf ilmiah yang tinggi sebagaimana para orientalis Barat lainnya
yang mengkaji kesusasteraan Farsi (seperti Oppert, West, Gieger dan Kuhn).
Dalam memahami Farsi, mereka sadar akan pentingnya penguasaan bahasa
dan kesusasteraan Arab.
11. Untuk itu penting bagi kita orang Melayu-Nusantara terkhusus Aceh,
dimana Aceh sebagai pusat peradaban Melayu-Indonesia untuk mengenal
sejarah dan mengenal falsafah, metodologi dan pendekatan sejarah dengan
benar sehingga mengetahui akar persoalan pendapat orientalis yang bias
dalam kajian Melayu-Nusantara.5
5
https://aceh.tribunnews.com/2016/08/27/islam-dalam-sejarah-dan-kebudayaan-melayu
9
1. Bahasa melayu, sejak abad ke-7 bahasa melayu sudah menjadi
bahasa penghubung dalam dunia perdagangan, disamping itu
bahasa melayu juga menghasilkan corak atau watak dalam bahasa
itu sendiri.
6
Dibyo, peranan, hal 16
10
1. Hubungan vertikal, seseorang yang mengutamakan hubungan
ini lebih bersifat individualistis, menilai tinggi anggapan bahwa
mansia itu harus berdiri sendiri, namun dalam penyampaiannya
tetap memerlukan bantuan orang lain.
1. Masyarakat jawa
Masyarakat jawa, atau tepatnya suku bangsa jawa, secara antropologi
budaya adalah orang-orang yang dalam hodup kesehariannya menggunakan
bahasa jawa dengan berbagai ragam dialegnya secara turun temurun,
11
sedangkan pengertia jawa yang dimaksud adalah pulau yang terbentang
diantara kepulauan Nusantara, yang konon banyak menghasilkan jewawut
(padi-padian), dari kata itulah kemudia dikenal dengan jawa.
1. Orang jawa percaya dan berlindung kepada sang pencipta, zat maha
tinggi, penyebab adanya dunia dan alam semesta yang awal dan yang
akhir.
2. Orang jawa yakin bahwa manusia adlah bagian dari kodrat alam.
Manusia dan kodrat alam semesta salong mempengaruhi, namun
manusia sekaligus harus sanggup melawan alam untuk mewujudkan
kehendknya, cita-citanya maupun fantasinya.
3. Rukun damai berarti tertib pada lahirnya dan damai pada hatinya
sekaligus membangkitkan sifat luhur dan prikemanusiaan.
7
M. darori amin, islam dan kebudayaan jawa, hal 3
12
2. Kepercayaan masyarakan jawa
Animism dan dinamisme
Salah satu ciri masyarakat jawa adalah berketuhanan, suku bangsa jawa
sejak masa prasejarah telah memiliki kepercayaan animisme, yaitu suatu
kepercayaan tentang adanya roh atau jiwa pada benda-benda, tumbuh-
tumbuhan, hewan dan juga pada manusia sendiri, mereka membuat beberapa
monument yang terbuat dari batu-batu besar yang kurang halus
pengerjaannya sebagai tempat untuk memuja nenek moyang. Agar keluarga
mereka terlindung dari roh jahat, mereka menyiapkan sesajen dan membakar
kemenyan atau bau bauan lainnya yang digemari oleh nenek moyang.8
8
Agus R.Sarjono, pembebasan budaya-budaya kita, hal 111-112
13
Seperti hanya pada masa animism dan dinamisme masyarakat jawa maka
pada masa hindu pun ada upacara-upacara, yakni wiwit yang diwujudkan
pada pemujaan dewi sri, upacara kurban kerbau, pergelaran wayang kulit dan
juga penjamasan dan perawatan pusaka dam sebagainya.
Masa islam
Dan dikatakan pula kekuatan dagang dan hukum menunjukan salah satu
sumber islamisasi jawa, kesamaan arsitektur kian mengokohkan posisi ini. Di
kerala, jawa dan Lombok , masjid-masjid lama lebih banyak terbuat dari kayu
dari pada batu bata, yang bersusun sama dengan kuil-kuil hindu asia selatan.9
9
Mark R Woodward, islam jawa ( kesalehan Normatif vs Kebatinan), hal 82
14
Dari uraian diatas tentang hubungan antara jawa dan islam dlam aspek
kepercayaan ritual diatas menunjukan secara jelas, baik tersirat maupun
tersurat bahkan memang telah terjadi dalam kehidupan keberagaman orang
jawa suatu upaya untuk mengkomodasikan antara nilai-nilai islam dengan
budaya jawa pra-islam.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Didalam perjuangan perjalanannya, suatu kebudayaan memang lazim
mengalami perbuahan dan perkembangan. Oleh karena itu, corak kebudayaan
di suatu daerah berbeda-beda dari zaman ke zaman. Perubahan itu terjadi
karena ada kontak dengan kebudayaan lain, atau dengan kata lain karena ada
kekuasaan dan kekuatan dari luar. Hubungan para pendukung dan kebudayaan
yang berbeda mengakibatkan terjadinya akulturasi, yang mencerminkan
adanya oihak pemberi atau penerima.
16
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Al-ulum,Volume.12,Nomor1,Juni2012
https://aceh.tribunnews.com/2016/08/27/islam-dalam-sejarah-dan-kebudayaan-
melayu dikutip pada 18 september 2023
17