Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ISLAM DAN KEBUDAYAAN INDONESIA


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Studi Islam

Dosen Pengampu :

Sahliah, Dra, M.Ag

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 7

KELAS D SEMESTER I

MHD FIKRI MUZAKI 0206233137


CITA SUCI 0206233135
MHD FAIZ AL MAISI 0206233146

PROGRAM STUDI HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah


memberikan kemudahan dan kesehatan kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan sebuah makalah kelompok untuk mata kuliah METODOLOGI
STUDI ISLAM dengan judul “ISLAM DAN KEBUDAYAAN ISLAM”.

Tidak lupa, tim penyusun atau kelompok 7 mengucapkan terima kasih


kepada ibu Sahliah, Dra, M.Ag selaku dosen metodologi studi islam yang sudah
membantu kami dalam proses pembuatan makalah ini.

Kami pun menyadari jika isi makalah ini jauh dari sempurna karena
keterbatasan kami. Oleh sebab itu, kami harapkan adanya umpan balik berupa
kritik dan saran yang membangun agar dikemudian hari kami sanggup membuat
makalah yang lebih maksimal.

Semoga makalah yang sudah kami susun bersama-sama bias bermanfaat bagi
dunia pendidikan.

Medan, 17 September 2023

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3

C. Tujuan .......................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 4

A. Islam dan kebudayaa Indonesia ................................................................... 4

1. Kedatangan islam ..................................................................................... 4

2. Institusi politik .......................................................................................... 5

3. Penyebaran islam ...................................................................................... 5

B. Islam dan Kebudayaan Melayu .................................................................... 6

1. Hubungan manusia dengan tuhan ............................................................. 9

2. Hubungan manusia dengan lingkungan masyarakat .............................. 10

3. Hubungan manusia pada lingkungan alam ............................................. 11

C. Islam Dan Kebudayaan Jawa ..................................................................... 11

1. Masyarakat jawa ..................................................................................... 11

2. Kepercayaan masyarakan jawa............................................................... 13

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 16

A. Kesimpulan ................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk Allah yang diciptakan didunia sebagai
Khalifah. Manusia lahir, hidup dan berkembang di dunia,sehingga
disebut juga makhluk duniawi. Sebagai makhluk dunia wisudah barang
tentu bergulat dan bergumul dengan dunia, terhadap segala segi , masalah
dan tantangannya, dengan menggunakan budi dan dayanya serta
menggunakan segala kemampuannya baik yang bersifat cipta, rasa,
maupun karsa. Halini menunjukkan bahwa hubungan manusia dengan
dunia tidaklah selalu diwujudkan dalam sikap pasif, pasrah, dan
menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya. Tetapi justru harus
diwujudkan dalam sikap aktif, memanfaatkan lingkungannya untuk
kepentingan hidup dan kehidupannya. Dari hubungan yang bersifat aktif
itu tumbuhlah kebudayaan.

Terkait dengan ruang lingkup kebudayaan sangat luas mencakup


segala aspek kehidupan (hidup ruhaniah) dan penghidupan (hidup
jasmaniah) manusia. Bertolak dari manusia, khususnya jiwa,terkhusus
lagi pikir dan rasa, Sidi Gazalba merumuskan kebudayaan dipandang dari
aspek ruhaniah, yang menjadi hakikat manusia adalah cara berpikir dan
merasa, menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan sekelompok
manusia yang membentuk masyarakat, dalam suatu ruang dan suatu
waktu”. Dalam rangka member petunjuk bagaimana manusia hidup
berbudidaya, maka lahirlah aturan-aturan (norma) yang mengatur
kehidupan manusia. Norma-norma kehidupan tersebut umumnya
termaktub dalam ajaran agama. Sehingga agama adalah merupakan unsur
yang tak terpisahkan dari kehidupan sosial-budaya tahap awal manusia.1

1
Jurnal Al-ulum,Volume.12,Nomor1,Juni2012

1
Agama tidak hanya dapat dilihat sebagai hasil kebudayaan. Pada
agama-agama tertentu peranan kuat juga dimainkan oleh Yang
Transenden, baik langsung maupun tidak langsung. Lagi pula sesudah
agama berperan dalam kehidupan manusia, tak terhindarkan pengaruh
norma-norma agama yang diterima sebagai yang baku. Agama ikut
membentuk, secara positif ataupun negatif, apa yang difahami,
dirumuskan dan dilakukan manusia dalam menjalani kehidupan ini.
Bagaimana agama dan kebudayaan saling berbelitan satu dengan lainnya
menampakan dalam ritual agama. Berbagai simbol dan ungkapan budaya,
misalnya bahasa, gerak, tanda-tanda, musik, karya arsitektur dan bentuk-
bentuk kriya lainnya dipakai manusia untuk mengekspresikan
pengalaman keagamaan. Bahkan sejumlah orang kebablasan dengan
memahami bentuk-bentuk tertentu secara mutlak identik dengan apa yang
hendak diekspresikan. Bentuk-bentuk yang senyatanya sangat terikat
dengan budaya yang melahirkannya, dilepaskan dari konteksnya dan
dipahami secara baru dan menjadi milik eksklusif agama tertentu.
Konflik antar agama tidak jarang bersumber dari rebutan simbol
semacam ini.

Pembicaraan tentang Islam dalam diskusi kebudayaan selalu


menjadi sesuatu yang menarik. Namun sperti diketahui bahwa dalam
perspektif Islam, agama mengajarkan kepada manusia dua pola hubungan
yaitu hubungan secara vertikal yakni dengan Allah SWT. dan hubungan
dengan sesama manusia.Untuk mengetahui bagaimana konsep Islam dan
kebudayaan, maka dalam tulisan ini akan membahas beberapa hal yang
berkaitan.2

2
Jurnal Al-ulum,Volume.12,Nomor1,Juni2012

2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan islam dan kebudayaan Indonesia?

2. Bagaimana perkembangan islam dan kebudayaan melayu yang terjadi


di Indonesia?
3. Bagaimana perkembangan islam dan kebudayaan jawa yang terjadi di
Indonesia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan islam dan kebudayaan
indonesia

2. Untuk mengatahui bagaimana perkembangan islam dan kebudayaan


melayu yang terjadi di Indonesia
3. Untuk mengatahui bagaimana perkembangan islam dan kebudayaan
jawa yang terjadi di Indonesia

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Islam dan kebudayaa Indonesia

1. Kedatangan islam
Sampai saat ini waktu kedatangan islam diindonesia belum diketahui
secara pasti, dan memang sulit untuk mengetahui kapan suatu kepercayaan
mulai diterima oleh suatu komunitas tertentu. Disamping itu wilayah
Nusantara yang luas, dengan banyak daerah perdagangan yang
memungkinkan terjadinya kontak dengan orang asing mengakibatkan
suatu daerah mungkin lebih awal menerima pengaruh islam dari pada
daerah lain.

Bukti arkeologis menunjukan bahwa pada akhir abad XI masehi di


Indonesia, khusussnya di jawa, leran ,dekat kota gersik (jawa timur),
adanya batu nisan milik Fatimah binti maimun bin hibatallah, dan
disebutkan wafat pada tahun 475 H. Bersamaan dengan tahun 1082 M,
artinya masih dalam periode kekuasaan kerajaan Kediri. Namun tidak
diketahui apakah beliau memeluk agama islam atau tidak yang pastinya
dapat difahami bahwa beliau adalah seorang muslimah dari kalangan
rakyat biasa karena waktu itu pusat kekuasaan yang bercorak hindu masih
solid di kerajaan Kediri.

Data tentang kedtangan orang islam di nusantara baru mucul pada abad
XIII M, yaitu didalam bentuk nisan berprasasti huruf arab di kompleks
makam tuan Makhdum di Barus ( pantai barat sumatera barat). Prasasti itu
memuat nama: Siti tuhar amisuri, dan tahun meninggalnya yaitu 602 H.
yang bersamaan dengan tahun 1205 M.3

3
Claude Guilot, sejarah awal barus ,hal 4

4
2. Institusi politik
Pada tahap berikutnya, terbentuklah kerajaan yang bercorak islam.
Diindonesia kerajaan islam yang tertua adalah kerajaan samudra pasai,
yang terletak di pantai timur aceh sekarang. Di situs tersebut ditemukan
pemakaman kuno, yang nisan-nisannya memuat prasasti dengan bahasa
dan huruf arab. Pada salah satu nisan tersebut tercantum nama al- sultan al
malik al saleh yang wafat pada tahun 696 H ( bertepatan dengan tahun
1297 M). pencantuman aaaaaaaaaal sultan itulah yang menjadi dasar
interpretasi keberadaan suatu institusi politik dikawasan tersebut.

Dijawa institusi politik islam yaitu kesultanan demak baru lahir pada
abad XV, bersamaan dengan kemundurannya kerajaan majapahit.
Pergantian pemegang kekuasaan politik dari majapahit ke demak pada
tahun 1519 M hakekatnya adalah usaha perebutan tahta diantara anggota
keluarga raja. Dalam hal ini demak yang juga keturunan brawijaya
kertabhumi merasa berhak pula atas kendali kekuasaan kerajaan majapahit.
Sekalipun demikian tidak dapat pula diabaikan bahwa perbedaan pendapat
kegamaan juga memberikan kemungkinan kepada demak untuk
meneklukan majapahit.4

3. Penyebaran islam
Sebelum kesultanan demak lahir, penyebaran agama islam dijawa
sudah dilakukan. Baik oleh oraang asing maupun olrh bumiputra sendiri.
Adapun cara penyebaran yang dilakukan antara lain melalui pernikahan ,
dakwah, pendidikan, dan kesenian.

Jalur lain yang juga memegang peran dalam penyebaran islam adalah
tasawuf yang diberikan oleh para sufi menngandung persamaan dengan
konsep-konsep pikiran mistis hindu-budha yang berkembang di nusantara
pada waktu itu. Hal itulah yang mempermuddah masuknya islam.

4
Damais, makam islam di tralaya dalam epigrafi dan sejarah nusantara, hal 223-224

5
Cara lain yaitu melalui seni, misalnya seni sastram pertunjukan, pahat,
dan seni bangunan. Melalui seni pertunjukan misalnya wayang yang
digemari masyarakat pada masa itu, dari situlah islam dapat disebar
luaskan di nusantara.

B. Islam dan Kebudayaan Melayu


Dunia Melayu telah mengalami revolusi pandangan alam yang
disebabkan oleh masuknya Islam ke Melayu-Nusantara. Al-Attas yang
membantah teori-teori orientalis yang melihat bahwa Hindu-Budha yang
memberikan kesan terhadap peradaban Melayu-Nusantara dan bukannya
Islam, beliau menganggap kesimpulan ini keliru.

Ada beberapa poin penting yang dapat diuraikan perihal buku ini. Meski
belum dapat dikatakan merangkum keseluruhan karya tersebut yang begitu
padat substansi. Berikut poin-poin pentingnya:
1. Hindu-Budha merupakan agama yang rumusan ajarannya hanya
dipahami oleh golongan elite (bangsawan dan pendeta);
2. Agama Hindu-Budha yang ada di Nusantara berdasar pada falsafah
estetik yang wujud dalam bentuk seni dengan balutan mitos dan takhayul,
bukan bersifat rasional dan saintifik sebagaimana dalam Islam yang
bentuknya dapat dilihat dalam karya-karya Melayu-Nusantara.

Bukti fisik berupa peninggalan arkeologis bukanlah tolak ukur bagi


menilai keunggulan suatu peradaban. Misalnya candi (Borobudur), prasasti,
seni wayang, namun karya tulis yang mencakup pembahasan falsafah dan
metafisika yang ada dalam karya-karya ulama Melayulah yang menunjukkan
keunggulan peradaban. Sebagaimana karya-karya filsuf Yunani seperti Plato,
Aristoteles dan Plotinus yang menjadi pondasi dari ilmu pengetahuan.

6
4. Islamisasi Melayu-Nusantara dapat di lihat kenyataannya dalam struktur
bahasa Melayu. Bahasa sendiri memiliki peranan penting dalam konstruksi
logika manusia. Bahasa Arab setelah adanya al-Qur’an telah menjadi bahasa
saintifik yang kemudian mempengaruhi perkembangan bahasa Melayu. Hal
ini dapat dilihat dari serapan kata-kata yang sebagian besarnya mewakili
konsep kunci dalam Islam.

5. Sebagaimana bahasa Arab, bahasa Melayu belum terkontaminasi oleh


pengaruh bahasa yang memiliki kandungan falsafah estetik sebagaimana
Jawa-Kuno, Farsi Kuno atau Yunani-Romawi kuno. Bahasa Melayu masih
murni dan dengan perpaduannya dengan bahasa Arab, menjadikannya bahasa
yang rasional dan saintifik dan siap digunakan sebagai bahasa pengantar
ilmiah dalam keilmuan Islam di alam Melayu.

6. Bahasa tersebut menjadi ilmiah karena karakteristiknya mampu


menyampaikan makna-makna istilah dalam bahasa Arab yang memiliki
kekhususan semantik sehingga istilah tersebut menyampaikan maknanya
dengan benar dan tidak mudah terdistorsi. Islam dengan semangat
rasionalisme dan intelektualisme telah merevolusi pandangan alam
masyarakat dunia Melayu dan membebaskannya dari belenggu mitos,
takhayul dan kecenderungan sekular.

Kecenderungan sekular yang dimaksud di sini adalah agama dan


ajarannya hanya digunakan untuk meraih kepentingan duniawi. Seperti
misalnya Kartanegara, dari kerajaan Majapahit yang mengklaim dirinya
sudah mencapai level Budha atau gelaran yang disandang Gajah Mada yaitu
Lembu Moksha: tingkatan spiritual dalam agama Budha yang dapat
diibaratkan dengan konsep wusul dan fana dalam tradisi Islam.

7
7. Ilmuwan Barat gagal melihat kriteria peradaban yang dijelaskan Henri
Pirenne—yang dikutip oleh Al-Attas—perihal jaman baru (new age),
sehingga melihat pengaruh Hindu-Budha lebih besar ketimbang pengaruh
Islam di Melayu-Nusantara. Hal ini timbul dari kekeluruan metodologis yang
membuat mereka gagal melihat apa-apa yang menjadi penanda bagi
munculnya jaman baru (New Age)—sebagaimana perubahan yang terjadi
pada Eropa paska runtuhnya Romawi—namun terlalu asyik dan terpukau
dengan sesuatu yang sifatnya estetik, ketimbang yang rasional dan saintifik.

8. Aspek rasional dan saintifik dalam sejarah Islam di Melayu-Nusantara


dapat dilihat dari pembahasan karya-karya yang lahir pada masa itu. Bahasan
pada masa itu meliputi falsafah dan metafisika yang dibahas oleh golongan
ahli kalam dan ahli tasawuf yang meliputi ontologi, kosmologi dan psikologi.
Karya-karya inilah yang menjadi pondasi bagi revolusi pandangan alam,
khususnya dalam pembahasan perihal wujud atau existence. Selain itu juga
bermunculan karya-karya sastra dan sejarah dan dari cabang keilmuan
lainnya. Para ulama Melayu-Nusantara pun terlibat aktif dalam diskursus
keilmuan di Timur Tengah pada masa itu.

9. Konsekuensi dari terbuktinya fakta sejarah tentang revolusi pandangan


alam di Melayu-Nusantara tersebut, maka teori-teori seperti otoktoni; bahwa
Islam dan agama-agama lain tidak mengubah apa-apa. Agama-agama
tersebut hanya tampak pada lapisan luar, sementara yang ada di dalamnya
adalah ajaran, kepercayaan dan nilai-nilai lokal, telahpun terbantahkan. Islam
pada masa itu telah membawa masyarakat Melayu-Nusantara untuk turut
terlibat dalam pembicaraan ilmiah bertaraf global.Anggapan ini berada pada
benak seseorang yang ahistoris dan tidak lagi mengenal apa yang terkandung
dalam peradabannya.

8
Kolonialisme telah membuat masyarakat Melayu-Indonesia meninggalkan
huruf Jawi, yang diadopsi dari huruf Arab, dengan menggantinya dengan
huruf latin. Hal ini juga terjadi di Turki karena pengaruh sekularisme yang di
bawa oleh Attaturk.

10. Para ilmuwan Belanda dan Inggris yang mengkaji sejarah, kebudayaan
dan kesusasteraan Melayu-Nusantara, bagi Al-Attas, pada masa itu belum
mencapai taraf ilmiah yang tinggi sebagaimana para orientalis Barat lainnya
yang mengkaji kesusasteraan Farsi (seperti Oppert, West, Gieger dan Kuhn).
Dalam memahami Farsi, mereka sadar akan pentingnya penguasaan bahasa
dan kesusasteraan Arab.

11. Untuk itu penting bagi kita orang Melayu-Nusantara terkhusus Aceh,
dimana Aceh sebagai pusat peradaban Melayu-Indonesia untuk mengenal
sejarah dan mengenal falsafah, metodologi dan pendekatan sejarah dengan
benar sehingga mengetahui akar persoalan pendapat orientalis yang bias
dalam kajian Melayu-Nusantara.5

Usaha dengan menghidupkan kebudayaan melayu akhir –akhir ini


berlangsung cukup marak. Berbagai kegiatan dalam usaha menghidupkan
kebudayaan melayu kerab kali di lakukan mulai dari penerbitan buku,
festival, seminar sampai pemberian penghargaan dalam memajukan
kebudayaan lain. Etos kerja melayu meliputi:

1. Hubungan manusia dengan tuhan


Sebelum dijelaskan lebih jauh terlebih dahulu dijelaskan mengenai unsur
unsur penting dari kebudayaan melayu yaitu:

5
https://aceh.tribunnews.com/2016/08/27/islam-dalam-sejarah-dan-kebudayaan-melayu

9
1. Bahasa melayu, sejak abad ke-7 bahasa melayu sudah menjadi
bahasa penghubung dalam dunia perdagangan, disamping itu
bahasa melayu juga menghasilkan corak atau watak dalam bahasa
itu sendiri.

2. Beradat istiadat melayu , hal ini terlihat dalam pepatah melayu


mengatakan “ biar mati anak jangan sampai mati adat” artinya
kalau mati anak ributnya hanya satu kampung, kalau mati adat
akan ribut satu Negara.

3. Beragama islam, islam merupakan salah satu sumber isi sekaligus


bentuk kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam
lingkungan berkeluarga maupun masyarakat.6

Pada hakikatnya manusia hidup didunia ini mencari kebahagiaan


dunia. Artinya manusia dalam melakukan kehidupan sehari-hari harus
berpegang pada dua sisi kebutuhan yaitu kebutuhan jasmani dan
kebutuhan rohani melalui jalur agama. Kedua akebutuhan tersebut harus
saling melengkapi dan berjalan secara seimbang. Sesuai dengan konsep
atau sikap hidup masyarakat melayu, berpegang teguh pada ketua lama
yang mengatakan “ bekerjalah kamu seakan-akan hidup selamanya dan
beribadahlah kamu seakan-akan mati esok”.

2. Hubungan manusia dengan lingkungan masyarakat


Pada dasarnya dasarnya manusia adalah makhluk sosial, artinya
keberadaan mereka tidak dapat dilepaskan dari hubungan dengan manusia
yang lain. Dalam kebudayaan melayu hubungan antar manusia terbagi
menjadi dua:

6
Dibyo, peranan, hal 16

10
1. Hubungan vertikal, seseorang yang mengutamakan hubungan
ini lebih bersifat individualistis, menilai tinggi anggapan bahwa
mansia itu harus berdiri sendiri, namun dalam penyampaiannya
tetap memerlukan bantuan orang lain.

2. Hubungan horizontal antar manusia dengan sesamanya,


seseorang yang mengutamakan hubungan ini akan sangat
merasa saling menguntungkan sesamanya.

3. Hubungan manusia pada lingkungan alam


Pada umumnya dalam kehidupan masyarakat melayu, mereka
membedakan wujud alam menjadi dua:

1. Alam ghaib, pada dasarnya pemikiran orang melayu mengenai


alam ghaib merupakan sisa sisa kepercayaan lama sebelum orang
melayu memeluk islam yakni animisme dan dinamisme.
Pemikiran tentang adanya alam ghain membuahkan
kepercayaanadanya kekuasaan diluar kekuasaan manusia, seperti
adanya gunung, laut, hutan dan sebagainya. Untuk menjembatani
hubungan manusia dengan alam, masyarakat memerlukan bantuan
pawing, bomo atau dukun yang mana dipercayau memiliki
mantra-mantra tertentu.

2. Alam nyata yakni alam semesta ciptaan tuhan yang keberadaannya


bisa dilihat dan dirasakan oleh manusia.

C. Islam Dan Kebudayaan Jawa

1. Masyarakat jawa
Masyarakat jawa, atau tepatnya suku bangsa jawa, secara antropologi
budaya adalah orang-orang yang dalam hodup kesehariannya menggunakan
bahasa jawa dengan berbagai ragam dialegnya secara turun temurun,

11
sedangkan pengertia jawa yang dimaksud adalah pulau yang terbentang
diantara kepulauan Nusantara, yang konon banyak menghasilkan jewawut
(padi-padian), dari kata itulah kemudia dikenal dengan jawa.

Kebudayaan jawa telah ada sejak zaman prasejarah, datangnya hindu


dengan kebudayaanya dipulau jawa melahirkan kebudayaan hindu-jawa, dan
dengam maasuknya islam, maka kebudayaan jawa menjadi sifat sinkretis
yang memadukan unsur-unsur asli jawa, hindu jawa, dan islam dalam satu
kebudayaan jawa.7

Dalam segala perkembangannya, kebudayaan jawa masih tetap pada dasar


hakikinya yang menurut berbagai kitab-kitab jawa klasik dan peninggalan
lainnya, sebagai berikut:

1. Orang jawa percaya dan berlindung kepada sang pencipta, zat maha
tinggi, penyebab adanya dunia dan alam semesta yang awal dan yang
akhir.

2. Orang jawa yakin bahwa manusia adlah bagian dari kodrat alam.
Manusia dan kodrat alam semesta salong mempengaruhi, namun
manusia sekaligus harus sanggup melawan alam untuk mewujudkan
kehendknya, cita-citanya maupun fantasinya.

3. Rukun damai berarti tertib pada lahirnya dan damai pada hatinya
sekaligus membangkitkan sifat luhur dan prikemanusiaan.

4. Sikap hidup seperti diatas berlandaskan pada pokok pemikirannya


adanya keseimbangan hidup lahir dan batin, antara iman dan amal,
antara kemampuan dan kesungguhan.

7
M. darori amin, islam dan kebudayaan jawa, hal 3

12
2. Kepercayaan masyarakan jawa
 Animism dan dinamisme

Salah satu ciri masyarakat jawa adalah berketuhanan, suku bangsa jawa
sejak masa prasejarah telah memiliki kepercayaan animisme, yaitu suatu
kepercayaan tentang adanya roh atau jiwa pada benda-benda, tumbuh-
tumbuhan, hewan dan juga pada manusia sendiri, mereka membuat beberapa
monument yang terbuat dari batu-batu besar yang kurang halus
pengerjaannya sebagai tempat untuk memuja nenek moyang. Agar keluarga
mereka terlindung dari roh jahat, mereka menyiapkan sesajen dan membakar
kemenyan atau bau bauan lainnya yang digemari oleh nenek moyang.8

Seperti halnya upacara-upacara yang lainnya yakni slametan surtanah,


slametan telung auno, slametan mitung dio sampai slametan ngewis-ngewisi
atau peringatan saat kematian seseorang untuk terakhir kalinya.

Sedangkan dinamisme masyarakat jawa beranggapan bahwa semua yang


bergerak itu hidup dan mempunyai kekuatan gaib atau memiliki watak baik
dan buruk, disamping itu mereka percaya apa yang telah mereka bangun
adalah hasil dari adaptasi pergaulatan dengan alam.

 Masa hindu dan budha

Bukti-bukti tertua mengenai adanya Negara-negara hindu jawa berupa


prasasti-prasasti dari betu yang ditemukan dipantai utara jawa barat. Dari
tulisannya dapat diketahui bahwa prasasti itu meerupakan suatu deskripsi
mengenai beberapa irigasi dan bangunan keagamaan abad ke-4, yang
membuktikan adanya kehendak untuk menciptakan kembali geografis india
yang dianggap keramat itu. Bukan hanya gunung-gunungnya, tetapi juga
kerajaan-kerajaan yang namanya dipinjam dari Mahabarata.

8
Agus R.Sarjono, pembebasan budaya-budaya kita, hal 111-112

13
Seperti hanya pada masa animism dan dinamisme masyarakat jawa maka
pada masa hindu pun ada upacara-upacara, yakni wiwit yang diwujudkan
pada pemujaan dewi sri, upacara kurban kerbau, pergelaran wayang kulit dan
juga penjamasan dan perawatan pusaka dam sebagainya.

 Masa islam

Masukanya islam di jawa sampai sekarang masih menimbulkan hasil


telaah yang beragam. Bukti factualnya adalah ditemukannya batu nisan
kuburan Fatimah binti Maemun di Leran, bukti yang lain adalah adanya
masjid yang menunjukan adanya komunitas muslim yang pernah ada, da nada
juga kaligrafi serta letak tata kota.

Sulit untuk mengetahui tokoh-tokoh yang pertama kali memperkenalkan


islam di jawa dari factual tradisional, akan tetapi hal itu dapat ditelusuri
melalui alur hubungan negeri cempa-majapahit. Ditemukannya beberapa
makam disitus istanah majapahit, yang dapat disimpilkan bahwa makan
tersebut adalah makam orang-orang muslim dan menunjukkan tahun
kejayaannya majapahit.

Namun disisi lain juga dinyatakan sebagai lembaga yang memang


jumlahnya Sembilan orang. Prof. Tjan sebagaimana dikutip widji saksono
menyatakan bahwa walisongo adalah para wali yang dating dari depalan
penjuru angin dan ditambah satu yang menjadi titik pusatnya. Akan tetapi
menurut Ansan Wahyudi dan Abu Khalid bahwa kata itu bermakna lembaga
dakwah walisongo, yang mengalami empat kali periode perubahan.

Dan dikatakan pula kekuatan dagang dan hukum menunjukan salah satu
sumber islamisasi jawa, kesamaan arsitektur kian mengokohkan posisi ini. Di
kerala, jawa dan Lombok , masjid-masjid lama lebih banyak terbuat dari kayu
dari pada batu bata, yang bersusun sama dengan kuil-kuil hindu asia selatan.9

9
Mark R Woodward, islam jawa ( kesalehan Normatif vs Kebatinan), hal 82

14
Dari uraian diatas tentang hubungan antara jawa dan islam dlam aspek
kepercayaan ritual diatas menunjukan secara jelas, baik tersirat maupun
tersurat bahkan memang telah terjadi dalam kehidupan keberagaman orang
jawa suatu upaya untuk mengkomodasikan antara nilai-nilai islam dengan
budaya jawa pra-islam.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Didalam perjuangan perjalanannya, suatu kebudayaan memang lazim
mengalami perbuahan dan perkembangan. Oleh karena itu, corak kebudayaan
di suatu daerah berbeda-beda dari zaman ke zaman. Perubahan itu terjadi
karena ada kontak dengan kebudayaan lain, atau dengan kata lain karena ada
kekuasaan dan kekuatan dari luar. Hubungan para pendukung dan kebudayaan
yang berbeda mengakibatkan terjadinya akulturasi, yang mencerminkan
adanya oihak pemberi atau penerima.

Hasil akulturasi menunjukan kesinambungan,namun tetap dengan ciri-ciri


teersendiri. Hasil tersebut juga memperlihatkan adanya mata rantai yang nyata
yang dilakukan di Indonesia yang terintegrasi atas warisan-warisan budaya
Indonesia. hal ini perlu dikemukakan dan ditekankan terutama karena
kurangnya kepedulian dan pengertia masyarakat Indonesia sendiri.

16
DAFTAR PUSTAKA

Sarjono, Agus R., 1999, pembebasan budaya-budaya kita, Jakarta. Gramedia


pustaka utama

Simuh , 2003, islam dan pergumulan budaya jawa,Jakarta , teraju

Amin, Darori, 2000, islam dan kebudayaan jawa,Jakarta, gama media

Harsono, T. Dibyo, 2000, peranan nilai budaya melayu, riau, Departemen


Pendidikan Riau

Mark R Woodward, islam jawa ( kesalehan Normatif vs Kebatinan), yogyakarta,


LKiS

Jurnal Al-ulum,Volume.12,Nomor1,Juni2012

https://aceh.tribunnews.com/2016/08/27/islam-dalam-sejarah-dan-kebudayaan-
melayu dikutip pada 18 september 2023

17

Anda mungkin juga menyukai