Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

RUANG LINGKUP DAN PENGERTIAN SKI DAN BUDAYA LOKAL


Dosen Pengampu:
Amalia Taufik, MA

Disusun Oleh:
Kelompok 1
No Nama Nim
1 Niswatun Aini 220106153
2 Nurul Aini Rusdiana 220106177
3 Ahmad Yusuf 220106184

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, puji syukur kehadiran
Allah SWT yang telah memberikan kesetehan, kenikmatan hidup sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kami ataupun
teman-teman sebagai salah satu acuan atau referensi untuk diskusi.

Harapan kami semoga ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca , sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini, agar kedepannya lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Mataram, 9 september 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2

DAFTAR ISI............................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 4

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 4


B. Rumusan Masalah....................................................................................... 4
C. Tujuan .......................................................................................................... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................. 6

A. Pengertian SKI dan Budaya Lokal ............................................................ 6


B. Hukum dan Sumber Sejarah ...................................................................... 8
C. Pengertian dan Wujud Kebudayaan .......................................................... 11
D. Ruang Lingkup SKI dan Periodisasi SKI ................................................. 13

BAB III PENUTUP ............................................................................................... 17

A. Kesimpulan ................................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 18

3
BAB I

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejarah merupakan sebuah rangkaian peristiwa yang dialami oleh


manusia dari masa lampau, di dalam sejarah terdapat beberapa aspek yaitu
masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Sejarah tersebut akan terus
dipahami oleh generasi penerus sebagai cerminan kemajuan kehidupan
berbangsa dan bernegara. Sejarah juga berkaitan erat dengan kebudayaan,
karena kebudayaan merupakan sebuah perilaku atau kebiasaan yang terdapat
pada suatu masyarakat.

Islam pun turut ambil andil menjadi bagian dari sejarah di dunia, Islam
mulai berkembang sejak abad ke-7 dan berkembang secara pesat ke seluruh
dunia dari waktu ke waktu. Pada saat penyebarannya Islam meletakkan nilai-
nilai kebudayaan. Kebudayaan Islam ini merupakan hasil dari akal, budi, serta
karya yang diciptakan oleh manusia dengan berlandaskan pada tauhid-tauhid
di dalamnya.

Oleh karena itu penulis ingin mengangkat tema makalah tentang Aspek
Sejarah dan Kebudayaan Islam dikarenakan banyak sekali keterkaitan Islam
dengan sejarah-sejarah yang ada, dimulai dari beberapa periodesasi sejarah
peradaban Islam, fungsi dari peradaban Islam serta banyaknya tokoh yang
terlibat dalam sejarah peradaban Islam tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu SKI dan Budaya Lokal?


2. Bagaimana Hukum dan Sumber Sejarah?
3. Apa Pengertian dan Wujud Kebudayaan?
4. Bagaimana Ruang Lingkup SKI dan Periodisasi SKI?

4
C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Pengertian SKI dan Budaya Lokal

2. Untuk Mengetahui Hukum dan Sumber Sejarah

3. Untuk Mengetahui Pengertian dan Wujud Kebudayaan.

4. Ruang lingkup dalam SKI dan Periodisasi SKI

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian SKI dan Budaya Lokal

Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah satu mata pelajaran


pendidikan agama Islam yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan,
peranan kebudayaan atau peradaban Islam dan para tokoh yang berprestasi
dalam sejarah Islam pada masa lampau, mulai dari sejarah masyarakat Arab
pra-Islam, sejarah kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad SAW, sampai
dengan masa Khulafaurrasyidin. Secara substansial, mata pelajaran Sejarah
Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan
Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk
melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian, Sehingga
pelajarann SKI ini dapat memperbaiki perilaku kurang baik siswa. 1

Pengertian SKI (Sejarah Kebudayaan Islam) Menurut bahasa: sejarah


berarti riwayat atau kisah, dalam bahasa Arab, sejarah disebut degan tarikh
yang mengandung arti ketentuan masa atau waktu. Sebagian orang berpendapat
bahwa sejarah sepadan dengan kata syajarah yang berbati pohon (kehidupan).
Sedangkan menurut istilah, sejarah ialah proses perjuangan manusia untuk
mencapai penghidupan kemanusiaan yang lebih sempurna dan sebagai ilmu
yang berusaha mewariskan pengetahuan tentang masa lalu suatu masyarakat
tertentu. Sejarah juga merupakan gambaran tentang kenyataan-kenyataan masa
lampau yang dengan menggunakan indranya serta memeberi kepahaman
makna yang tekandung dalam gambaran itu.2

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu


buddhayah. Buddhayah merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal),

1
Sunhaji. (2022). Pengembangan Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah /
Madrasah. Jawa Tengah: CV.Zt Corpora. Hlm, 77
2
Joko Subando. (2021). Teknik Analisis Data Kuantitatif Teori dan Aplikasi dengan SPSS. Jawa
Tengah: Lakeisha. Hlm, 173

6
yang mana diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture. Culture berasal
dari kata latin colore, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa juga diartikan
mengolah tanah atau bertani. Kata culture, juga kadang diterjemahkan sebagai
kultur dalam bahasa Indonesia. Itu merupakan pengertian budaya atau
kebudayaan secara umum.3

Kebudayaan lokal ialah kebudayaan yang timbul sebagai usaha budi daya
rakyat suatu daerah. Kebudayaan lama dan asli yang terdapat dalam suatu
kelompok etnis, terhitung sebagai kebudayaan lokal. Pengertian budaya lokal
dapat dirumuskan sebagai bentuk dari nilai-nilai lokal yang terwujud dari hasil
pemikiran serta perilaku masyarakat tersebut yang terbentuk secara alami
seiring dengan berjalannya waktu.

Pada umumnya, dapat berwujud sebagai hasil seni, tradisi, hukum adat,
ataupun pola pikir.4 Oleh karena luas wilayah Indonesia yang begitu luas serta
memiliki bentuk masyarakat yang benar-benar bervariasi maka terdapat
keberagaman khazanah kekayaan lokal yang tercantum sebagai kebudayaan
lokal Jambi.

Budaya lokal merupakan budaya asli atau dapat didefinisikan sebagai ciri
khas berbudaya sebuah kelompok dalam berinteraksi atau berprilaku dalam
ruang lingkup kelompok tersebut.5 Kelompok yang dimaksudkan biasanya
terikat dengan tempat atau masalah geografis. Seperti halnya kebudayaan pada
umumnya yang memang banyak mendapatkan pengaruh dari banyak faktor
(Geografis, agama, politik, ekonomi, dll) yang merupakan usnur-unsur
kebudayaan.

3
http://tazkiainsancita.blogspot.co.id/2014/12/normal-0-false-false-false-en-us-xnone di akses tlg
8-9-2016 Jam 6:01
4
Miftah, Ambok Pangiuk, dkk. (2020). Budaya Bisnis Muslim Jambi dalam Perspektif Kearifan
Lokal. Malang: Ahlimedia Press. Hlm, 198
5
Arina Restian, Belinda Dewa Regina, Danang Wijoyanto. Seni Budaya Jawa dan Karawitan.
Malang: UMM Press. Hlm, 101

7
B. Hukum dan Sumber Sejarah

Hukum sejarah adalah sifat-sifat yang beraturan tentang suatu kejadian,


yang kemudian membentuk substansi filsafat sejarah. Hukum sejarah sama
halnya dengan hukum-hukum alam, yakni merupakan suatu hipotesis yang
sangat kuat, namun meskipun demikian, hipotesis tersebut dapat saja
disingkirkan jika tidak bekerja.

Ibnu Khaldun dalam karya monumentalnya, yakni muqaddimah,


mengelompokkan hukum sejarah menjadi tiga, yakni:

1. Kausalitas

Hukum kausalitas merupakan salah satu hukum sejarah yang


termasuk dalam bagian determinisme sejarah. Dalam hukum ini,
sebuah peristiwa sejarah dikaji dengan menekankan kepada kausa-
kausa atau sebab-sebab yang mempengaruhi terjadinya sebuah
peristiwa sejarah. Herodotus (484-425 SM), menyatakan bahwa studi
sejarah merupakan usaha untuk meneliti kausa-kausa atau sebab-
sebab. Sedangkan Montesquieu merupakan tokoh awal yang
menerapkan hukum-hukum kausa di dalam karyanya yang berjudul
De l'esprit des lois. Melalui karyanya tersebut, ia menolak asumsi
bahwa ketentuan yang buta telah menghasilkan seluruh fenomena
yang ada di alam. Ia berpendapat bahwa perilaku manusia selalu
mengikuti hukum-hukum tertentu.

Ibnu Khaldun berpendapat bahwa antar satu peristiwa dengan


peristiwa lainnya dijalin oleh adanya hubungan sebab-akibat. Hukum
kausalitas tidak hanya berlaku pada ilmu-ilmu kealaman, melainkan
juga pada manusia. Fenomena yang terjadi pada manusia
membuktikan bahwa manusia tunduk kepada hukum-hukum yang
tetap. Namun ada beberapa hal yang menurut Ibnu Khaldun tidak
berlaku hukum kausalitas, yakni pada fenomena mukjizat para nabi
dan karomah para wali serta ilmu-ilmu sihir.

8
2. Peniruan (pengulangan)

Hukum peniruan didasarkan pada kesamaan yang terkadang terjadi


antar satu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Hukum ini
menurut Ibnu Khaldun sangat erat kaitannya dengan penaklukan-
penaklukan yang terjadi di dunia Islam. la berpendapat bahwa, "pihak
yang ditaklukkan pasti akan meniru pihak yang menaklukkan".

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya peniruan


tersebut, di antaranya adalah: Pertama, masyarakat senantiasa meniru
pada pemegang kekuasaan. Kedua, para pemegang kekuasaan yang
baru, selalu meniru para pemegang kekuasaan sebelumnya. Ketiga,
pemegang kekuasaan yang kalah meniru pada pemegang kekuasaan
yang baru. Hukum peniruan ini merupakan sebuah hukum yang
umum. Selain itu, hukum ini juga nantinya akan menunjukkan adanya
perkembangan-perkembangan, dikarenakan pada dasarnya pihak-
pihak yang meniru akan lebih melengkapi kekurangan-kekurangan
dari hal-hal yang ditirunya.

3. Perbedaan

Hukum perbedaan menurut Ibnu Khaldun juga merupakan dasar


dalam determinisme. Meskipun pada satu sisi masyarakat memiliki
beberapa kesamaan, namun tidak secara mutlak dan keseluruhan antar
masyarakat itu sama persis, melainkan pasti terdapat perbedaan-
perbedaan. Perbedaan-perbedaan tersebut merupakan salah satu hal
yang harus diketahui oleh para sejarawan. 6 Banyak hal yang
menyebabkan terjadinya perbedaan-perbedaan di masyarakat, di
antaranya adalah factor politik, ekonomi, geografi, dan lain-lain.

Sumber sejarah adalah jejak-jejak masa lampau sebagai hasil


peninggalan dan kebudayaan manusia. Kedudukan sumber sejarah menjadi

6
https://wawasansejarah.com/hukum-sejarah/ di akses tgl 11-9-2023 Jam 21:32

9
sangat penting untuk mengetahui kabar kehidupan masyarakat pada masa
lampau. Adapun untuk mengetahui kehidupan masa lampau itu harus
dilakukan melalui penelitian sejarah. Pada ilmu sejarah, sumber dibedakan
menjadi primer, sekunder, dan tersier.

Pembedaan itu didasarkan atas kedekatan pihak yang mengeluarkan


sumber dengan peristiwa sejarah. Sumber primer adalah informasi yang
disampaikan oleh pihak yang terdekat dengan peristiwa yang dikaji. Apabila
tokoh-tokoh yang menjadi pelaku dalam peristiwa dijadikan sumber,
misalnya melalui wawancara, maka tokoh tersebut ditempatkan sebagai
sumber primer. Hasil investigasi polisi, berita surat kabar, dan laporan
pemerintah juga dapat dikelompokkan sebagai sumber primer. Sumber
informasi dikelompokkan sebagai sekunder apabila diperoleh melalui
perantara yang tidak terkait langsung dengan peristiwa sejarah.

Contoh yang paling mudah tentang sumber sekunder adalah informasi


yang disampaikan oleh sejarawan, baik melalui buku, paper, maupun artikel
surat kabar. Sementara itu sumber tersier dan kategori selanjutnya adalah
informasi yang disampaikan oleh pihak ketiga atau lebih. Adapun
berdasarkan bentuknya, sumber sejarah dapat dibedakan menjadi tiga hal,
yaitu:7

a. Sumber Lisan (Oral) Sumber lisan adalah keterangan langsung yang


dituturkan oleh pelaku sejarah yang pada saat pencarian fakta tersebut
dapat memberikan keterangan dan bukti tentang peristiwa tersebut.
b. Sumber Tertulis (Dokumen) Sumber tertulis yaitu sumber yang
dijumpai berupa tulisan tangan pada kertas, dokumen, prasasti, dan
inskripsi yang masih dapat dikenali dan terbaca.
c. Sumber Benda (Artefak) Artefak adalah sumber sejarah yang berupa
benda peninggalan, dapat berupa patung, manik-manik atau pun alat
sejarah lain. Namun sumber sejarah ini belum dapat

7
Sumardianta. dkk. Sejarah Untuk SMA/MA Kelas X. Grasindo. Hlm, 45

10
menginformasikan adanya kejadian dan peristiwa yang terjadi.
Sumber sejarah ini hanya dapat digunakan sebagai penafsiran awal
tentang aktivitas yang terjadi pada masa tertentu. Artefak yang
digunakan dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemajuan
kebudayaan setiap periode sejarah yang telah terlampaui, Sebagai
contoh, untuk mengukur tingkat peradaban pada zaman megalitikum
atau zaman Pleistosin bawah dan atas.

C. Pengertian dan Wujud Kebudayaan

Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah, yaitu


bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian,
kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal.
Kata kebudayaan dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan istilah culture
dan dalam bahasa Belanda disebut cultuur. Kedua kata ini berasal dari kata
bahasa Latin colere yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan
mengembangkan tanah (bertani). Dengan demikian, culture atau cultuur berarti
sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah
alam. Melville J. Herkovits memandang kebudayaan sebagai suatu yang
superorganic karena dapat diwariskan secara yang turun-temurun dari generasi
ke generasi dan tetap hidup walaupun orang-orang yang menjadi anggota
masyarakat senantiasa berganti. Sementara itu Edward B. Taylor melihat
kebudayaan sebagai hal kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, kemampuan-kemampuan, kebiasaan-
kebiasaan atau semua hal yang dimiliki manusia sebagai anggota masyarakat.

Ahli lain, Ralph Linton, mengemukakan bahwa kebudayaan adalah


keseluruhan dari pengetahuan, sikap, dan pola perilaku yang merupakan
kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat
tertentu. Sejalan dengan Linton, Koentjaraningrat merumuskan kebudayaan
sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan
belajar. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi merumuskan kebudayaan

11
sebagai semua hasil karya rasa dan cipta masyarakat. Contoh hasil karya
masyarakat adalah teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan
jasmaniah (material culture). Kebudayaan kebendaan itu diperlukan oleh
manusia untuK menguasai alam sekitarnya.

Contoh hasil rasa yang meliputi jiwa manusia adalah segala kaidah dan
nilai sosial yang perlu untuk mengatur masalah- masalah kemasyarakatan
secara umum dan luas. Rasa meliputi agama, ideologi, kebatinan, kesenian, dan
semua unsur yang merupakan hasil ekspresi jiwa manusia sebagai anggota
masyarakat.

Cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berpikir orang-


orang yang hidup bermasyarakat. Contoh hasil cipta manusia antara lain filsafat
dan ilmu pengetahuan. Semua karya, rasa, dan cipta ini dikuasai oleh manusia
dan dimanfaatkan sesuai dengan kepentingan sebagian besar atau seluruh
masyarakat.8 Dari berbagai definisi di atas, dapat kita simpulkan bahwa
kebudayaan merupakan sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau
gagasan yang terdapat di dalam pikiran manusia.

Selanjutnya, kebudayaan atau peradaban sebagai hasil cipta, rasa, dan


karsa manusia mempunyai wujud. Menurut pendapat yang umum,
Widyosiswoyo mengemukakan bahwa wujud kebudayaan ada dua. Pertama,
wujud kebudayaan badaniah (berwujud material) yang dapat dilihat, diraba,
dipegang, dan dirasa karena bersifat konkret (berbentuk). Kedua, wujud
kebudayaan rohaniah (nonmaterial) yang hanya dapat dirasa karena bersifat
abstrak (tidak berbentuk) sehingga sulit dipahami. Koentjaraningrat
berpendapat bahwa ada tiga wujud kebudayaan, yaitu 1) wujud kebudayaan
sebagai unsur kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan lain-lain
yang sejenis; 2) wujud kebudayaan sebagai kompleks aktivitas kelakuan
berpola dari manusia dalam masyarakat; dan 3) wujud kebudayaan sebagai
benda-benda hasil karya manusia.9 Wujud kebudayaan berupa ide termasuk

8
Kun Maryati, juju suryawati. Sosiologi. Esis. Hlm, 109
9
Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan, hlm. 5.

12
wujud kebudayaan rohaniah yang dapat dirasakan, tetapi tidak dapat dilihat dan
diraba, seperti adat istiadat, filsafat, dan ilmu pengetahuan. Wujud kebudayaan
berupa pola kelakuan manusia dapat dirasakan dan dilihat, tetapi tidak dapat
diraba, seperti gotong royong sebagai wujud kebudayaan badaniah. Begitu pula
wujud kebudayaan berupa benda-benda hasil karya manusia dapat dilihat,
dirasakan, dan diraba, seperti bangunan, kendaraan bermotor, jembatan, dan
rumah ibadah yang mempunyai bentuk adalah wujud kebudayaan badaniah.10

D. Ruang Lingkup SKI dan Periodisasi SKI

Sejarah peradaban Islam sebagai ilmu tentu memiliki objek kajian.


Karena sejarah peradaban Islam mengungkapkan fenomena berdasarkan fakta-
fakta tentang perkembangan historis umat Islam dari masa ke masa dalam
segala aspeknya, maka yang menjadi ruang lingkup kajiannya mencakup
perkembangan Islam (perkembangan penganut dan wilayah) pada masa Nabi,
Khulafa Al-Rasyidin, dinasti Umayah, dinasti Abbasiyah, dinasti Fathimiyah,
dinasti Umayah II, tiga dinasti besar, perkembangan peradaban Islam dalam
lingkup unsur dan wujud kebudayaan/peradaban (pendidikan, ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, filsafat, arsitektur, militer, ekonomi, pemikiran,
dan pola perilaku) pada masa-masa tersebut, praktik pemerintahan Islam yang
berkembang dalam sejarah, dan perkembangan pemikiran Islam.
Sejarah adalah peristiwa masa lampau, di mana manusia menghasilkan
peradaban sebagai bukti jejak kehidupannya. Peristiwa tersebut terjadi dalam
ruang dan waktu tertentu serta mengalami pasang surut dari masa ke masa.
Pernyataan ini menggambarkan bahwa sejarah peradaban melalui periodisasi.
Demikian juga periodisasi sejarah peradaban Islam. Nourouzzaman Shiddiqi
membagi perjalanan Sejarah adalah peristiwa masa lampau, di mana manusia
menghasilkan peradaban sebagai bukti jejak kehidupannya. Peristiwa tersebut
terjadi dalam ruang dan waktu tertentu serta mengalami pasang surut dari masa
ke masa. Pernyataan ini menggambarkan bahwa sejarah peradaban melalui
periodisasi. Demikian juga periodisasi sejarah peradaban Islam.

10
Suyuthi Pulungan. (2017). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah. Hlm, 18

13
Nourouzzaman Shiddiqi membagi perjalanan sejarah peradaban Islam ke
dalam tiga periode besar.
1. Periode Klasik; diawali dengan Rasulullah yang mulai berdakwah
sampai dinasti Abbasiyah runtuh (656 H/1258 M).
2. Periode Pertengahan; dimulai sejak runtuhnya dinasti Abbasiyah
hingga abad XI Hijriyah (abad XVII M). Periode ini dicirikan
dengan terjadinya disintegrasi kekuasaan politik, di mana dinasti
besar dan kecil saling ber- musuhan.
3. Periode Modern; sejak abad ke XII Hijriyah (abad XVIII Maschi)
sampai sekarang. Cirinya umat Islam tidak lagi memiliki kekuasaan
politik yang disegani. Turki Utsmani tidak kuasa mempertahankan
kekuasaan yang luas dibagi-bagi oleh Inggris, Prancis, dan Rusia.11
Adapun menurut A. Hasymi, periode sejarah peradaban Islam dibagi
oleh para ahli sejarah kebudayaan Islam menjadi sembilan periode.
1. Masa permulaan Islam; diawali sejak Islam diturunkan pada 17
Ramadhan 12 tahun sebelum Hijriyah (610 M) sampai tahun 41
Hijriyah (661 Masehi).
2. Masa dinasti Umayah; dari 41 Hijriyah (661 M) sampai tahun 132
Hijriyah (750 M).
3. Masa dinasti Abbasiyah I; dari 132 Hijriyah (750 M) sampai 232
Hijriyah (847 M).
4. Masa dinasti Abbasiyah II; dari 232 Hijriyah (847 M) sampai 334
Hijriyah (946 M).
5. Masa dinasti Abbasiyah III; dari 334 Hijriyah (946 M) sampai 467
Hijriyah (1075 M).
6. Masa dinasti Abbasiyah IV; dari 467 Hijriyah (1075 M) sampai 656
Hijriyah (1261 M).
7. Masa dinasti Mughal; dari 656 Hijriyah (1261 M) sampai 925
Hijriyah (1520 M).

11
Nourozzaman Shiddiqi, Tamaddun Muslim, (Jakarta: Bulan Bintang, 1986). Hlm, 113.

14
8. Masa dinasti Utsmaniyah; dari 925 Hijriyah (1520 M) sampai 1213
Hijriyah (1501 M).
9. Masa Kebangkitan Baru; dari tahun 1213 Hijriyah (1891 M) sampai
abad XX.12
Pembagian tersebut berdasarkan keberadaan suatu pemerintahan dan
masa pemerintahannya. Sementara itu, Harun Nasution membagi sejarah
peradaban Islam ke dalam tiga periode sebagaimana berikut.
1. Periode Klasik (650-1280 M) merupakan zaman kemajuan yang
dibagi menjadi dua fase, yaitu a) fase ekspansi, integrasi, dan puncak
kemajuan (650-1000 M); dan b) fase disintegrasi (1000-1250 M).
Pada fase dis- integrasi, kekuasaan politik Islam mulai pecah yang
ditandai dengan kemunculan dinasti-dinasti kecil sehingga dunia
Islam menjadi lemah dan mudah dihancurkan oleh Hulagu Khan
pada tahun 1258 M.
2. Periode Pertengahan (1250-1800 M) dibagi menjadi dua fase.
Pertama, fase kemunduran (1250-1500 M). Pada periode ini
disintegrasi dan desentralisasi semakin tajam. Pertentangan antara
Sunni dan Syiah serta Arab dan Persia sangat marak terjadi. Kedua,
fase Tiga Dinasti Besar (1500-1800 M) yang ditandai dengan Zaman
Kemajuan (1500-1700 M) dan Zaman Kemunduran (1700-1800 M).
Tiga Dinasti Besar yang dimaksud adalah Turki Utsmani di Turki,
dinasti Safawi di Persia, dan dinasti Mughal di India. Masing-masing
dinasti menunjukkan kemajuan peradaban di bidang politik, militer,
arsitektur, dan ilmu pengetahuan (terutama di Persia).
3. Periode Modern (1800 M-sekarang) merupakan zaman kebangkitan
umat Islam. Periode ini ditandai dengan wilayah-wilayah Islam yang
memerdeka kan diri dari penjajahan Barat. Selain menyatakan diri

12
Hasymi, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993). Hlm. 42.

15
sebagai negara yang berdaulat, dari wilayah-wilayah tersebut
muncul pembaruan pemikiran Islam.13
4. Berbeda dengan periodisasi sebelumnya, periodisasi yang
dilakukan Harun Nasution lebih mempertimbangkan pasang surut
peradaban Islam di bawah pemerintahan Islam.

13
Harun Nasution, Pemahaman Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan. (Jakarta: Bulan
Bintang, 1995). Hlm. 13.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah satu mata pelajaran


pendidikan agama Islam yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan,
peranan kebudayaan atau peradaban Islam dan para tokoh yang berprestasi
dalam sejarah Islam pada masa lampau, mulai dari sejarah masyarakat Arab
pra-Islam, sejarah kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad SAW.

Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah, yaitu bentuk


jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian, kebudayaan
diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal. Kata
kebudayaan dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan istilah culture dan
dalam bahasa Belanda disebut cultuur. Kedua kata ini berasal dari kata bahasa
Latin colere yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan
mengembangkan tanah (bertani). Dengan demikian, culture atau cultuur berarti
sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah
alam.

17
DAFTAR PUSTAKA

Arina Restian, Belinda Dewa Regina, Danang Wijoyanto. Seni Budaya Jawa dan
Karawitan. Malang: UMM Press.

Harun Nasution, Pemahaman Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan.


(Jakarta: Bulan Bintang, 1995).

Hasymi, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993).

http://tazkiainsancita.blogspot.co.id/2014/12/normal-0-false-false-false-en-us-
xnone di akses tlg 8-9-2016 Jam 6:01.

https://wawasansejarah.com/hukum-sejarah/ di akses tgl 11-9-2023 Jam 21:32

Joko Subando. (2021). Teknik Analisis Data Kuantitatif Teori dan Aplikasi dengan
SPSS. Jawa Tengah: Lakeisha.

Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan,

Kun Maryati, juju suryawati. Sosiologi. Esis

Miftah, Ambok Pangiuk, dkk. (2020). Budaya Bisnis Muslim Jambi dalam
Perspektif Kearifan Lokal. Malang: Ahlimedia Press.

Nourozzaman Shiddiqi, Tamaddun Muslim, (Jakarta: Bulan Bintang, 1986).

Sumardianta. dkk. Sejarah Untuk SMA/MA Kelas X. Grasindo

Sunhaji. (2022). Pengembangan Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam


di Sekolah / Madrasah. Jawa Tengah: CV.Zt Corpora.

Suyuthi Pulungan. (2017). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.

18

Anda mungkin juga menyukai