ULAMA NUSANTARA
PROPOSAL TESIS
Dosen Pembimbing:
Dr. H. Kholid Murtadlo, S.E., M.E.
Disusun oleh:
Ulil Izzah
NIM. 201886130016
1
DAFTAR ISI
Daftar Isi............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
B. Fokus Penelitian.................................................................................14
a. Pengertian Pendidikan...............................................................20
b. Multikulturalisme .....................................................................22
a. Pengertian Sholawat..................................................................29
2
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian .........................................................40
LAMPIRAN-LAMPIRAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
pendekatan berdasarkan tasawuf yaitu mistik Islam. Dengan cara perlahan dan
penuh budaya masyarakat Jawa. Islam dapat diterima dengan baik karena
sebelumnya dianut oleh masyarakat Jawa justru sangat menekankan dalam hal
derajat sehingga pendekatan baru yang dibawa oleh walisongo ini menjadi sangat
Upaya Islamisasi Indonesia dengan cara akulturasi ini dapat dilihat dari
berbagai bukti-bukti sejarah, misalnya masjid Demak, ranggon atau atap yang
berlapis yang digunakan pada masjid tersebut diambil dari salah satu konsep dari
agama pra Islam (Hindu-Buddha) yang terdiri dari sembilan susun. Lalu Sunan
Kalijogo memotongnya menjadi tiga susun, yang mana ini melambangkan tentang
tiga tahap keberagamaan seorang muslim, yaitu iman, Islam dan Ihsan. Yang
1
Donny Khoirul Aziz, “Akulturasi Islam dan Budaya Jawa”, Fikrah, Vol. 1, No. 2 (2013), 263.
2
Limyah al-Amri, “Akulturasi Islam dalam Budaya Lokal”, Kuriositas, Vol. 11, No. 2 (2017), 200.
4
Proses Islamisasi Indonesia dilakukan dengan cara mengakomodasi
doktrin Islam dalam sejarah dan peradaban Indonesia menjadi lebih diterima. Pada
Proses Islamisasi yang lebih mengarah pada akulturasi ini tentunya lebih
bisa diterima dan perlahan menjadi pribumisasi Islam seperti yang dikemukakan
oleh Gus Dur pada era 1980-an.4 Kehadiran Islam dalam suatu masyarakat yang
memiliki budaya tersendiri ini menjadikan suatu dimensi baru, yaitu gabungan
antara Islam dan budaya lokal yang mengalami akulturasi sehingga pelaksanaan
Sunnah tetaplah menjadi tolok ukur utama sebagai sumber penentuan hukumnya. 5
(suku, agama, ras, dan antar golongan) melainkan juga meliputi hal-hal yang
5
negara, regional, dan mondial. Bahkan keberagaman ini mencakup pada hal-hal
yang tak terbatas, mulai dari latar belakang pendidikan, kemampuan ekonomi,
jenis kelamin, daya nalar, profesi, hobi, gaya hidup, selera, akses informasi, dan
hidup di mana pun dan kapan pun, sehingga konsekuensinya adalah keberagaman
pembawaannya, hal ini dapat dijadikan sebagai suatu kekayaan dan kekuatan
bangsa namun juga bisa dibawa ke arah pemecah belah dan pemicu konflik di
akan terjadi gesekan-gesekan konflik etnis, budaya, agama, sosial, politik dan
beberapa daerah di Indonesia. Kebanyakan kasus ini dipicu oleh beberapa oknum
tertentu yang memiliki sikap intoleran yang kemudian dibawa pada kelompoknya
yang lebih luas.8 Oleh karena itu penting adanya untuk dirumuskan pendidikan
6
Ali Maksum, Pluralisme dan Multikulturalisme; Paradigma Baru Pendidikan Islam di Indonesia,
(Yogyakarta: Aditya Media Publishing, 2011), 145.
7
Gina Lestari, “Bhinneka Tunggal Ika: Khasanah Multikultural Indonesia di Tengah Kehidupan Sara”.
Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 28, No. 1 (2015), 33.
8
Ibid..., 34.
6
diharapkan adanya kelenturan mental bangsa dalam menghadapi benturan konflik
sosial. 9
diyakini. Kesadaran bangsa Indonesia yaitu umat beragama menjadi kunci utama
diartikan sebagai hubungan antar perbedaan menjadi suatu ikatan yang beradab
pengetahuan agama termasuk juga budaya, yang mana agama seringkali dijadikan
penggabungan dimensi budaya dan agama. Islam dapat beradaptasi dengan budaya
9
Iis Arifudin, “Urgensi Implementasi Pendidikan Multikultural di Sekolah”, Insania: Jurnal
Pemikiran Alternatif Pendidikan, Vol. 12, No. 2 (2007), 2.
10
M. Syaiful Rahman, “Islam dan Pluralisme”, Fikrah, Vol. 2, No. 1 (2014), 404.
11
Muhammad Harfin Zuhdi, “Dakwah dan Dialektika Akulturasi Budaya”, Religia, Vol. 15, No. 1
(2012), 47.
7
kekuatan adikodrati, kesenian, sistem mata pencaharian, sistem peralatan hidup,
budaya setempat, merevisi budaya setempat, dan menyetujui budaya setempat. Hal
ini dilakukan oleh para founding father Islam di Indonesia terutama Jawa yaitu
tersebut. Oleh karena itu, konsep ini melahirkan istilah Islam Nusantara yang
mana menurut Moqsith Ghozali yaitu, Islam Nusantara datang ke Indonesia bukan
Jawa” yang diwujudkan dalam dakwah moderat yang telah dilakukan oleh para
aktif melakukan kegiatan dakwah bahkan hal ini sudah menjadi bagian integral
dalam Islam. Berhasil atau tidaknya dakwah tersebut sangat erat dengan
tidak lantas berpidato atau ceramah di depan umum seperti halnya yang berlaku
12
Maksum, Pluralisme dan Multikulturalisme…, 46.
13
Khabibi Muhammad Luthfi, “Islam Nusantara: Relasi Islam dan Budaya Lokal”, Shahih, Vol. 1, No.
1 (2016), 7.
8
yang terbatas (limited) dan bahkan dilakukan secara rahasia, face to face dan
dengan cara modifikasi budaya setempat agar lebih dapat diterima berbagai
kalangan. Bahkan hingga kini, tradisi tersebut masih dilakukan oleh berbagai
Ulama seperti halnya yang sering kita jumpai dalam majlis-majlis ta’lim yang ada
di masyarakat dengan berbagai model. Dalam hal ini salah satu bentuk dari
dakwah Islam yang ingin dibahas yaitu tentang sholawat, yang mana sholawat juga
merupakan salah satu media dalam menyebarkan agama Islam yang sangat
relevan, karena sholawat terkesan lebih mudah untuk dilafalkan dan diingat,
Sholawat merupakan salah satu dari amaliyah yang dimiliki oleh umat
Islam sebagai manifestasi memuliakan Nabi Muhammad sebagai rasul yang diutus
untuk membawa risalah agama. Di kalangan umat Islam, shalawat memiliki makna
Saw. Selain itu, shalawat bisa dimaknai sebagai suatu amalan ibadah. Tidak hanya
14
Fahrur Razi, “NU dan Kontinuitas Dakwah Kultural”, Jurnal Komunikasi Islam, Vol. 1, No. 2
(2011), 164.
9
itu saja, shalawat pun dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk mengetahui
berarti dia tidak dianggap benar dalam kecintaannya dan hanya mengaku-aku
(tanpa bukti nyata). Orang yang benar dalam (pengakuan) mencintai Rasulullah
Saw. adalah jika terlihat tanda (bukti) kecintaan tersebut pada dirinya. Tanda
(bukti) cinta kepada Rasulullah Saw. yang utama adalah sunnahnya, mengikuti
larangannya, serta menghiasi diri dengan akhlak yang beliau contohkan dalam
utusan Allah dan manusia terbaik serta kekasih yang paling dicintai Allah. Beliau
adalah makhluk yang dihiasi dengan keindahan baik jasmani dan rohani serta
sebagai perwujudan insan kamil. Hal ini terlihat dari firman Allah dalam Surah Al-
15
Fahruroji dan Yunus Choirul Azhar, “Perspektif Shalawat di dalam Al-Qur`an dan Al-Hadits serta
Implikasinya di dalam Penafsiran dan Penetapan Hukum (Analisis Semantik tentang Shalawat kepada
Nabi Muhammad Saw)”, Jurnal Pendidikan BASIS; Bahasa Arab dan Studi Islam, Vol. I, No. 1
(2017), 32.
16
Mohammad Mufid, Agar di Surga Bersama Nabi (Hidup Bahagia di Dunia dan di Surga), (Jakarta:
PT Elex Media Komputindo, 2015), 10.
10
“Sesungguhnya Allah dan Malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi.
Berdasarkan dari ayat di atas, menurut Ibnu Abbas RA yang dikutip oleh Syekh
Yusuf bin Ismail an-Nabhani dalam kitab Afdhalus Shalawat bahwa shalawat
Allah atas Rasulullah adalah rahmat, sedangkan shalawat malaikat atas Rasulullah
adalah istighfar.17
kaum muslimin atas Nabi Muhammad Saw. Shalawat merupakan lafadz jamak
dari kata shalat yang artinya do’a, rahmat Allah, memberi berkah, dan ibadah.
Kalau shalawat itu dilakukan oleh hamba kepada Allah, maka maksudnya hamba
itu beribadah atau do’a memohon kepada-Nya. Tetapi sebaliknya jika Allah
kepada Allah serta memuliakan Nabi Muhammad juga sering digunakan sebagai
dari keadaan Indonesia yang saat ini seringkali diuji oleh berbagai isu yang rawan
akan konflik SARA, perbedaan kepentingan dan aksi kekerasan atas nama agama,
17
Ahmad Farhan Holidi dan Miftahus Surur, “Memasyarakatkan Sholawat Nariyah di Bumi
Nusantara”, Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Hadits, Vol. 2, No. 1 (2019), 49-50.
18
Mambaul Ngadhimah, Shalawat Gembrungan Mutiara Budaya Jawa-Islam, (Ponorogo: STAIN
Ponorogo Press, 2010), 35.
11
dan ini memicu fanatisme kelompok tertentu yang rentan akan konflik sosial ini
kesatuan bangsa. Selain itu juga memudarnya rasa cinta tanah air karena
gencarnya aksi Islam radikal dan transasional semakin meneguhkan agar dakwah
baru. Para Ulama di Nusantara pun seperti telah mengetahui hal itu sejak lama dan
bahkan hingga saat ini. Terdapat beberapa karangan sholawat yang konten/isinya
dibuat oleh Ulama Nusantara bukan hanya sebagai sarana untuk menyebarkan
contoh sholawat Asnawiyyah yang dikarang oleh KHR. Asnawi pada tahun 1925.
yang dimaksud adalah untuk mendoakan Indonesia agar tetap aman dari berbagai
macam mara bahaya. Selain bermakna doa, hal ini juga menyiratkan tentang
semangat nasionalisme dan cinta tanah air. Sehingga pesan yang terkandung di
Machfud Syaefudin, “Gerakan Dakwah Cinta Tanah Air Indonesia (Strategi dan Metode Dakwah
19
KH. Habib Luthfi Pekalongan)”, Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 37, No. 2 (2017), 216.
12
dalamnya bukan hanya untuk bersholawat dan meminta syafa’at kepada Nabi
Indonesia karena melihat dari situasi Indonesia yang dinamis dengan berbagai isu-
isu politik serta paham-paham yang mencoba memecah belah persatuan umat
sehingga sholawat ini hadir sebagai salah satu doa untuk kebaikan negara
merupakan pribumi Indonesia. Hal ini akibat pengaruh dari hasil akulturasi dan
Islamisasi budaya sehingga agama menjadi dasar utama dalam melakukan banyak
hal apalagi dalam memandang sikap cinta tanah air yang diwujudkan dalam
berbagai bentuk. Berdasarkan hal ini peneliti beranggapan bahwa penting untuk
Ulama Nusantara.
20
Sholawat Asnawiyyah, https://www.nu.or.id/post/read/70291/mempopulerkan-shalawat-kebangsaan-
khr-asnawi diakses pada tanggal 11 Maret 2020 pukul 13.35 WIB
21
Sholawat Indonesia, https://pwnujatim.or.id/susun-lirik-shalawat-indonesia-kh-marzuki-mustamar-
nyatakan-cinta-pada-negeri/ diakses pada tanggal 11 Maret 2020 pukul 13.44 WIB
13
B. Fokus Penelitian
C. Tujuan Penelitian
berikut:
D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat menambah khazanah keilmuan dan
dalam menjaga kultur bangsa dalam basis Islam rahmatan lil ‘alamin. Sebagai
salah satu bentuk menjaga pluralisme bangsa Indonesia yang tetap relevan
E. Definisi Istilah
1. Pendidikan
14
Pendidikan adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar, terencana
dan sistematis. Suatu proses pembelajaran yang dilakukan bukan hanya dengan
peserta didik.
2. Multikultural
mana maksud dari culture adalah bukan hanya mencakup budaya, melainkan
3. Pendidikan Multikultural
4. Shalawat
Shalawat adalah salah satu karya sastra Islam yang mengandung esensi
prosa.
5. Nusantara
Nusantara yaitu istilah lain dari negara Indonesia, yaitu beberapa pulau-
15
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
A. Penelitian Terdahulu
kajian terhadap hal-hal yang sama. Adapun penelitian terdahulu yang relevan
1. Zainal Ilmi, Pesan Komunikasi Politik Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam
Samarinda, terdiri dari 218 responden dari warga pesantren dan 99 responden
(1) Pesan komunikasi politik Gus Dur dikelompokkan dalam empat kategori
16
Gus Dur sangat baik karena disampaikan dengan nuansa keagamaan. (3) Hasil
analisis pengaruh pesan komunikasi politik Gus Dur terhadap perilaku kalangan
2. Devi Arie Shandy, Representasi Makna Pesan Dakwah dalam Lirik Lagu
Tomat (Tobat Maksiat) pada Album Ingat Shalawat Karya Wali Band. Jom
Islam melaui lagu oleh band Wali berjudul Tomat (Tobat Maksiat) melalui
makna denotasi, konotasi dari lirik lagu. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu analisis semiotika Roland Barthes dengan asumsi bahwa
17
denotasi dan konotasi yang paling kuat adalah pada akhir lirik lagu. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa lirik lagu Tomat (tobat maksiat) disajikan
makna propagasi pesan yang terkait pesan propaganda dengan nilai-nilai bentuk
dalam syair burdah. Berikut juga dicantumkan biografi pengarang dan sejarah
bukan hanya berisikan tentang ungkapan rasa cinta melainkan juga pesan
moral, nilai-nilai spiritual, dan semangat perjuangan. Pengarang syair ini adalah
ash Shanja Asy-Syadzili Al-Bushiri yang kemudian dikenal dengan nama Imam
Bushiri. Sholawat ini dinamai oleh Imam Bushiri dengan nama burdah karena
dan menyelimutinya dengan baju jubah milik Rasulullah. Saat itu beliau dalam
18
keadaan lumpuh, dan ketika bangun beliau langsung sembuh dari
mengajarkan agar manusia tidak tenggelam dalam rasa cinta, tidak menuruti
hawa nafsu, serta tidak berbuat maksiat, beriman kepada Allah serta berpegang
agar manusia berjihad di jalan Allah, mengajarkan agar manusia tidak berputus
B. Kajian Teori
1. Pendidikan Multikultural
a. Pengertian Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat akrab bagi kita,
bahkan tanpa sadar setiap hari hal itu dilakukan. Menurut Darmaningtyas,
pendidikan yaitu usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup atau
kemajuan yang baik. Pendidikan harus dilakukan secara sadar dan sistematis.
22
Ngainun Naim dan Achmad Sauqi, Pendidikan Multikultural; Konsep dan Aplikasi. (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2010), 30.
19
memperbaiki tumbuhnya kekuatan ruhani dan jasmani yang ada pada anak-
anak. 23
memiliki 2 arti, yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas. Pendidikan
dalam arti sempit yaitu pendidikan tidak berlangsung selama seumur hidup,
pendidikan. Sedangkan secara arti luas, pendidikan berarti suatu usaha yang
pendidikan dalam dua arti. Pengertian pendidikan dalam arti luas hampir
sama dengan pendapat Prof. Lodge, yaitu segala pengalaman belajar yang
23
Ibid..., 31.
24
Rulam Ahmadi, Pengantar Pendidikan; Asas dan Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2014), 31.
20
diserahkan kepadanya dalam kesadaran penuh agar mempunyai kemampuan
yang sempurna. 25
apa yang sudah dipelajarinya sehingga bermanfaat bagi orang lain. Oleh
seseorang. 26
sebagai tokoh pendidikan nasional pada waktu itu yaitu pendidikan yang
sehingga dapat mengangkat derajat negara dan rakyatnya dan dapat bekerja
25
Ibid..., 37.
26
Najeemah Md. Yusof, Konsep Pendidikan, (Kuala Lumpur: PTS Professional, 2007), 1-4.
27
Anselmus JE Toenlioe, Teori dan Filsafat Pendidikan, (Malang: Gunung Samudera, 2016), 8.
21
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
yang dimaksud adalah usaha secara sadar dan terencana untuk mewujudkan
b. Multikulturalisme
budaya. Budaya yang mesti dipahami adalah bukan budaya dalam arti
adalah sebuah ideologi dan sebuah alat untuk meningkatkan derajat manusia
budaya dan etos, kebersamaan dalam perbedaan yang sederajat, suku bangsa
28
Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 No 1, Undang-Undang RI No 20 tahun 2003
22
publik, HAM, hak budaya komuniti, dan konsep-konsep lainnya yang
relevan. 29
29
Maksum, Pluralisme dan Multikulturalisme..., 144.
30
Rustam Ibrahim, “Pendidikan Multikultural: Pengertian, Prinsip dan Relevansinya dengan Tujuan
Pendidikan Islam”, Addin, Vol. 7, No. 1 (2013), 134.
31
Ahmad Fedyani Syaifuddin, “Membumikan Multikulturalisme di Indonesia”, Etnovisi: Jurnal
Antropologi Sosial Budaya, Vol. 2, No. 1 (2006), 6.
23
pemahaman, penghargaan, dan penilaian atas budaya seseorang serta
pengertian yang kompleks yaitu “multi” yang berarti plural, “kultural” yang
atas pluralisme budaya yang mana hal ini bukan merupakan sesuatu yang
komunitas. 33
menerima kelompok lain secara sama sebagai bentuk kesatuan dengan sikap
saling menghargai nilai, menerima bentuk budaya, etnik dan berbagai aspek
mengharapkan orang lain agar sama dengan dirinya. Oleh karena itu sikap
32
Siti Julaiha, “Internalisasi Multikulturalisme dalam Pendidikan Islam”, Dinamika Ilmu, Vol. 14, No.
1 (2014), 111.
33
Ainul Khalim, “Pendidikan Islam dan Multikultural”, dalam ejournal.kopertais4.or.id diakses pada
tanggal 27 Februari 2020 pukul 15.32 WIB
34
Ida Zahara Adibah, “Pendidikan Multikultral sebagai Wahana Pembentukan Karakter”, Jurnal
Madaniyah, Vol 4, No. 2 (2014), 178.
24
Multikulturalisme merupakan istilah yang digunakan untuk
yang begitu beragam dan luas. Sehingga terbentuklah suatu ikatan yang
Dalam hal ini peneliti lebih dominan pada teori yang disampaikan
berbagai aspek.
c. Pendidikan Multikultural
baru. Bahkan hingga saat ini masih banyak pakar pendidikan yang masih
35
Muhandis Azzuhri, “Konsep Multikultralisme dan Pluralisme dalam Pendidikan Agama (Upaya
Menguniversalkan Pendidikan Agama dalam Ranah Keindonesiaan)”, Forum Tarbiyah, Vol. 10, No. 1
(2012), 15.
36
Ibid..., 16.
25
mengenai keragaman kebudayaan. Sedangkan menurut James Banks,
proses pendidikan. 39
37
Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), 175-176.
38
Naim, Pendidikan Multikultural: Konsep..., 50.
39
Mahfud, Pendidikan Multikultural..., 176.
26
(teaching diversity).40 Hal ini senada dengan definisi yang dituturkan oleh
40
Ibrahim, “Pendidikan Multikultural: Pengertian..., 137
41
M. Ainul Yaqin, Pendidikan Multikultural: Cross-Cultural Understanding untuk Demokrasi dan
Keadilan, (Yogyakarta: Pilar Media, 2005), 25.
42
Hasan Baharun dan Robiatul Awwaliyah, “Pendidikan Multikultural dalam Menanggulangi Narasi
Islamisme di Indonesia”, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 5, No. 2 (2017), 230.
43
Murniati Agustian, Pendidikan Multikultural, (Jakarta: Universitas Katolik Indonesia, 2019), 9.
44
Mahfud, Pendidikan Multikultural..., 176-177.
27
Berbeda dengan yang diungkapkan oleh Hilliard, bahwa
prestasi.45
budaya elit sehingga strategi ini lebih menekankan pada mayoritas rakyat
yang plural. Hal ini akan sangat menguntungkan dalam hal mobilitas
45
Ibid..., 177.
46
Muhammad Mustaqim, “Konsep Pendidikan Multikultural dalam Islam”, Jurnal Ad-Din, Vol. 4, No.
2 (2012), 292.
28
meningkatkan perhatian terhadap kelompok yang lebih luas untuk
a. Pengertian Sholawat
menurut istilah, sholawat merupakan suatu doa kepada Allah untuk Nabi
47
Ruslan Ibrahim, “Pendidikan Multikultural: Upaya Meminimalisir Konflik dalam Era Pluralitas
Agama “, El Tarbawi: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 1, No. 1 (2008), 121.
48
Akhmad Hidayatullah Al Arifin, “Implementasi Pendidikan Multikultural dalam Praksis Pendidikan
di Indonesia”, Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi, Vol. 1, No. 1, 74.
29
Muhammad SAW. beserta keluarga dan sahabatnya. 49 Sholawat dapat
dipahami sebagai doa kita kepada Allah SWT. Secara harfiah juga dapat
diartikan sebagai doa kita kepada Allah agar mendapatkan belas kasihan dan
Allah dan juga diniatkan untuk mewujudkan segala tujuan dan hajat.51
َ ُصلَّى – ي
Sholawat berdasarkan derivasinya berasal dari kata ( صلِّي َ )
yang mana sholawat merupakan bentuk jamak dari kata صالةyaitu صلواةyang
memiliki arti secara bahasa yaitu ampunan dan rahmat. Sedangkan menurut
istilah, arti dari sholawat itu didasarkan pada Al-Qur’an Surat al-Ahzab ayat
56 yaitu
49
Arti Selawat, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/selawat diakses pada tanggal 10 Maret 2020 pukul
10.44 WIB
50
Tujuan Sholawat, https://islam.nu.or.id/post/read/96490/ini-tujuan-shalawat-dan-salam-untuk-nabi-
muhammad-saw diakses pada tanggal 8 Maret 2020 pukul 06.06 WIB
51
Muhammad Nawawi, Kasyifah as Saja, (Kediri: Pondok Pesantren Pethuk, t.t.), 4.
30
Pada ayat tersebut menyiratkan makna sholawat yang berarti:52
ِ ِِبركِعليهِوأحسنِعليهِالثَّناء،دعاِلهِوحفَّهِبربكته
Ayat tersebut memberikan kesan bahwa Allah yaitu dzat yang Maha
Agung serta malaikat yang merupakan makhluk yang suci begitu mencintai
baik serta ucapan-ucapan yang mengandung kebajikan, dan tentu saja yang
52
Ahmad Mukhtas Abdul Hamid Umar, Mu’jam al-Lughoh al-‘Arobiyyah al- Ma’ashirah, (Maktabah
Shamela, 2008), Juz 2, 1316.
53
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Tangerang: PT. Lentera Hati, 2016), 526-528.
31
upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah. 54 Oleh karena itu dapat
b. Keutamaan Sholawat
untuk mendekatkan diri kepada Allah. Sehingga dalam upaya itu akan
Muhammad SAW.
54
Suhaidi Ghazali dan Shabri Shaleh Anwar, Sholawat Populer: Esensi Sholawat bagi Ummat Nabi
Muhammad SAW, (Riau: Qudwah Press, 2017), 7.
55
Abdullah Assegaf dan Indriya R. Dani, Mukjizat Sholawat, (Jakarta: Qultum Media, 2009), 26-27.
32
bersama orang yang dicintainya di hari kiamat nanti. Hal ini selaras
ِب
َِّ َح
َ ِم ْنِأ
َِ ِال ْرِءُِ َم َع:
ِ ال َ َِو َسلَّ َمِأَنَّهُِق
َ ِصلَّىِهللاُِعَلَيْه
َ َّب
ِعَنِالن ي:ِاَّلل
َّ ِعبْد
َ عَ ْن
َ
Bukhari).
Sehingga dari sholawat tersebut, kita akan ikut mendapatkan rahmat dan
juga ampunan.
Bantani dalam salah satu kitabnya bahwa terdapat seorang sufi yang
56
Muhammad bin Isma’il Abu Abdillah al-Bukhari al-Ja’fiy, Shahih al-Bukhari, (Maktabah Shamela,
1422), Juz 8, 39.
33
Hingga suatu hari sang pemabuk meninggal, lalu hadir dalam mimpi sang
bahkan ditempatkan pada tempat yang mulia dan membuat sang sufi
terheran.
Lalu sang sufi tersebut bertanya kepada sang pemabuk itu, amalan
apa yang telah dilakukan akhirnya dapat mengantarkan pada tempat yang
ٍ
ِ"ِ:ال
َ ِفَ َق،ِو ْجهه
َ ِواِلْب ْش ُرِيَُرىِِف
َ اتِيَ ْوم َ ِو َِسلَّ َم
َ ِجاءَِ َذ َ ِعلَْيه ِ َّصِل
َ ُىِهللا َ ِِاَّلل
َِّ ول َ َِّر ُس
َ ِأَن،ِع ْن ِأَبيه،
َ ِاَّللِبْنِأَِبِطَْل َح َة
َّ ِعْبد
َ َع ْن
ِِعلَْيه
َ تُ ِصلَّْي
َ ك ِإََّل
َ َح ٌدِمِ ْنِأ َُّمت
َ كِأ
َ ِعلَْي
َ صلي َي
َ ُيك ََِيِ ُُمَ َّم ُدِأَ ِْنََِلِي َ ِفَ َق،ِو َسلَّ َم
َِ ِِأ ََماِيُِْرض:ال َ ُِصِلَّىِهللا
َ ِعَلْيه َ يل
ُ ِجاءَِنِج ْرب
َ ُإنَّه
"ِِعِلَْيهِِ َع ْشًِرا
َ تُ ِسلَّ ْم
َ كِإََّل
َ َح ٌدِم ْنِأ َُّمت
َ كِأ
َ ِعلَْي
َ ِوََلِيُ َسلي َم،ا
َ َع ْشًر
57
Keutamaan Sholawat, https://www.nu.or.id/post/read/98982/dahsyatnya-shalawat-hingga-jaminan-
masuk-surga diakses pada tanggal 11 Maret 2020 pukul 15.33 WIB
58
Abu Abdi ar-Rahman Ahmad bin Syu’aib bin ‘Ali al Khurasaniy an-Nasa’iy, as-Sunan as-Sughro li
an-Nasa’iy, (Maktabah Shamela, 1986), Juz 3, 50.
34
Artinya: “Diceritakan dari Abdillah bin Abi Tholhah dari ayahnya,
sepuluh kali, dan tidak ada seorang pun yang mengucapkan salam
yaitu:59
59
Muslim bin al-Hajjaj Abu al-Hasan al-Qusyairiy an-Naisaburiy, Shahih Muslim, (Beirut: Dar Ihya`
at-Turats al-‘Arabiy, t.t.), Juz 1, 306.
60
Muhammad bin Abi Bakr bin Ayyub bin Sa’d Syamsu ad-Din Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah, Jala`ul
Afham, (Kuwait: Dar al-‘Urubah, 1987), Juz 1, 65.
35
َِنهَِسعه
َ يدِبنِأِبِم ْرَِيِ َعنِأنسِأ
َ اقِحدثِنِبر
َ اِحيىيِبنِآدمِحدثنَاِيُونُسِبنِأِبِإ ْس َح
َ َيمِحدثن
َ َحدثنَاِإ ْس َحاقِبنِإبْ َراه
ِحطِعنهُِهبَاِعشر
َ اتِو
َ ِعشرِصلو
َ ةِصلىِهللاِعلَْيه
َ ةِواح َد
َ ِص ََل
َ لي
سلمِمنِصلىِع ي
َ ِو
َ ولِهللاِصلىِهللاِعلَْيه
َ ال َِر ُس
َ َيَ ُقولِق
ِاِعشرِد َر َجات
َ َسيئاتِوَرفعهِهب
َ
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim dari Yahya
bin Adam dari Anas bin Malik bahwasanya beliau (Yahya) mendengar
Ahmad).
Beberapa sholawat yang akan peneliti bahas dalam tesis ini yaitu
36
KH. Ahmad Barizi bin Muhammad Fathullah dari Lan-Bulan, Sampang,
2) Sholawat Asnawiyyah
KHR. Asnawi dari Kudus, Jawa Tengah pada tahun 1925. 61 Sholawat ini
seringkali diadakan di Indonesia. Salah satu isi dari sholawat ini yaitu
tentang nilai cinta bangsa dan doa abadi kedamaian Indonesia. Hal ini
61
Sholawat Asnawiyyah, https://www.nu.or.id/post/read/55472/shalawat-asnawiyah-diusulkan-jadi-
shalawat-nahdliyah-nasional diakses pada tanggal 17 Maret 2020 pukul 16.11 WIB
37
Sosok Kyai Asnawi dikenal sebagai pejuang kemerdekaan serta
diciptakan. 62
3) Sholawat Badar
Hampir di setiap kegiatan yang dilakukan oleh NU, sholawat ini selalu
tahun 1960-an. Hal ini disampaikan oleh Gus Dur dalam Muktamar NU
pengarang aslinya. 63
4) Sholawat An-Nahdliyyah
62
Sholawat Asnawiyyah, https://www.nu.or.id/post/read/70291/mempopulerkan-shalawat-kebangsaan-
khr-asnawi diakses pada tanggal 17 Maret 2020 pukul 15.02 WIB
63
Sholawat Badar, https://www.nu.or.id/post/read/102182/gus-dur-kiai-ali-manshur-dan-
shalawat-badar diakses pada tanggal 17 Maret 2020 pukul 15.48 WIB
38
Sholawat An-Nahdliyyah diciptakan oleh KH. Hasan Abdul
Wafie dari Jember yang mana beliau ini merupakan salah satu pendidik di
beliau ciptakan karena sebagai bentuk rasa cinta beliau yang sangat besar
terhadap NU. Menurut penuturan salah satu dari putri beliau yaitu Hj.
Ja’faroh wafie bahwasanya sholawat ini diciptakan pada saat beliau masih
5) Sholawat Indonesia
pada tahun 2019. Sholawat ini berisi tentang pengharapan besar KH.
C. Kerangka Konseptual
Dalam hal ini peneliti akan menganalisis secara mendalam pesan yang
terdapat dalam sholawat karya ulama nusantara. Peneliti percaya bahwa setiap
sholawat yang diciptakan oleh para ulama nusantara itu tidak semata-mata hanya
39
kehidupan duniawi. Bahkan apabila ditelaah lebih luas, sholawat tersebut
dari sisi semantik/gramatikal arabnya yaitu nahwu shorof dan juga sisi linguistik
multikultural yang telah ditetapkan dalam konsep sehingga akan ditemukan suatu
nusantara.
bahwasanya sholawat yang selama ini ada bukan hanya tentang pengagungan dan
yang banyak beredar di Indonesia yang mana itu merupakan karya asli dari
pribumi Indonesia, disisipi dengan beberapa ide dan makna yang berkaitan dengan
sholawatnya.
40
BAB III
1. Sebagai telaah teoretik suatu disiplin ilmu yang perlu adanya kelanjutan uji
2. Berupaya mempelajari teori linguistik atau studi kebahasaan atau juga studi
psycholinguistics.
3. Studi pustaka yang seluruh isi substansinya memerlukan olahan filosofi atau
Studi pustaka yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang ketiga
yaitu studi pustaka yang seluruh substansinya memerlukan adanya analisis teoretik
Lebih lanjut menurut Donald Ary, bahwasanya penelitian deskriptif adalah metode
penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala saat
penelitian dilakukan. Penelitian ini diarahkan untuk menetapkan sifat suatu situasi
pada waktu penyelidikan tersebut dilakukan. Dalam penelitian ini tidak ada
64
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2000), 297.
41
perlakuan yang diberikan atau dikendalikan sebagaimana terdapat dalam penelitian
komparatif, penelitian analisis kerja dan aktivitas, studi waktu dan gerak, analisis
dengan metode studi kasus, yaitu penelitian tentang status subjek penelitian yang
berkenaan dengan fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas yang mana
dalam hal ini peneliti akan menelaah tentang sholawat-sholawat karya ulama
1. Pendekatan deduktif
alat, ukuran dan bahkan instrumen utama dalam penelitian. Sehingga secara
65
Andi Prastowo, Memahami Metode-metode Penelitian, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), 203.
66
Ibid..., 207.
67
Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), 45.
42
penelitiannya. Selanjutnya, pembahasan mengenai teori ini diterima,
2. Pendekatan induktif
Pendekatan ini memandang bahwa data yang digunakan sebagai pijakan awal
3. Pendekatan interpretatif
Pendekatan ini merupakan sebuah sistem sosial yang memaknai perilaku secara
detail dalam observasi langsung. Interpretif melihat fakta sebagai sesuatu yang
unik dan memiliki konteks dan makna yang khusus sebagai esensi dalam
memahami makna sosial, juga melihat fakta sebagai hal yang cair melekat pada
4. Pendekatan relasional
politik dan berbagai perkembangan gagasan yang ada, yang menjadi latar
belakang kehidupan suatu tokoh. Menurut Bakker dan Zubair, pendekatan ini
68
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana, 2015), 26.
69
Amir Hamzah, Metode Penelitian Kepustakaan: Kajian Filosofis, Teoritis dan Aplikatif, (Malang:
Literasi Nusantara, 2019), 43.
43
disebut dengan pendekatan kesinambungan historis. Kesinambungan adalah
latar belakang eksternal diselidiki keadaan khusus zaman yang dialami tokoh
dengan segi sosial, ekonomi, budaya, sastra, filsafat. Bagi latar belakang
intern, tahap-tahap dalam pikirannya, dan perubahan dalam minat akan arah
filsafatnya, lebih luas dari itu konteks pikiran tokoh zaman dahulu itu
B. Setting Penelitian
diperlukan untuk menentukan tempat atau lokasi yang tepat dalam melakukan
penggalian sumber data. Pada penelitian kepustakaan, lokasi atau setting penelitian
jauh lebih luas dibandingkan penelitian lapangan bahkan tidak mengenal batas
4 ciri utama, yaitu pertama, peneliti berhadapan langsung dengan teks atau data
angka dan bukan dengan pengetahuan langsung dari lapangan atau saksi mata
44
berupa kejadian, orang atau benda-benda lainnya; kedua, data pustaka bersifat siap
ketiga, data pustaka pada umumnya adalah sumber sekunder dalam arti bahwa
peneliti memperoleh dari tangan kedua dan bukan data orisinil dari tangan pertama
di lapangan; keempat, bahwa kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan
waktu.70
sarana untuk melakukan penelitian kepustakaan. Selain itu data juga ditemukan di
toko-toko buku, internet dan juga perpustakaan digital seperti Maktabah syamilah.
C. Sumber Data
primer dan sekunder yang ada kaitannya dengan obyek kajian ini baik langsung
ini adalah buku-buku atau artikel yang berkaitan dengan biografi pengarang
70
Mustika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), 4-5.
45
Marzuki Mustamar, Syaikh Kholil Bangkalan, KH. M. Ali Manshur, KH. Hasan
sumber informasi yang tidak secara langsung mempunyai wewenang dan tanggung
jawab terhadap informasi padanya. Sumber ini diperoleh dari buku, artikel,
jurnal, web (internet), ataupun informasi lainnya yang berhubungan dengan judul
penulisan untuk mencari hal-hal yang berkaitan dengan sholawat karya Ulama
Nusantara berikut dengan biografi dan juga profil mengenai pengarangnya. Maka
1. Mengumpulkan data-data yang ada baik melalui buku-buku, jurnal, artikel, web
(internet).
instrumen, yaitu:
46
1. Pengumpulan data dalam bentuk verbal simbolik, yaitu dengan cara
2. Kartu data, yang berfungsi sebagai catatan hasil data yang telah didapat agar
Selain itu juga dapat menjadi solusi ketika instrumen pertama sulit untuk
dioperasionalkan.
pada penelitian kepustakaan, sudah menjadi tugas utama peneliti untuk mengetahui
dan mengerti makna yang ada pada sumber tersebut. Oleh karena itu, dalam hal ini
1. Membaca pada tingkat simbolik. Peneliti tidak akan mungkin membaca seluruh
sumber data dari pertama hingga akhir karena itu akan menyita waktu serta
subbab bahkan hingga rangkaian yang terkecil dari buku. Hal ini diperlukan
untuk mengetahui peta penelitian, hasilnya akan dicatat dalam kartu data dan
dengan lebih terperinci, terurai dan menangkap esensi dari data tersebut. Tiap
poin yang dibaca, dianalisis secara mendalam pada data tersebut. Peneliti harus
47
mendahulukan data yang bersifat primer, jika sudah dianggap cukup
selanjutnya adalah mencatat semua bahan atau informasi yang dianggap relevan
dengan tujuan penelitian. Kegiatan mencatat ini mencakup 3 hal, yaitu: mampu
mengidentifikasi gagasan utama dan hubungan antar gagasan dalam suatu paparan,
Sesuai dengan jenis dan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka
analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi (content
analysis). Analisis isi merupakan analisis ilmiah tentang isi pesan suatu
yang dipakai dalam komunikasi yang mana dalam hal ini adalah yang terdapat
salah satu dari teknik analisis yang dilakukan terhadap informasi yang
71
Amir Hamzah, Metode Penelitian Kepustakaan…, 71.
72
Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif…, 68.
48
rekaman lainnya. Sedangkan menurut Krippendorff, analisis isi adalah teknik
analisis untuk membuat inferensi yang valid dan dapat diteliti ulang dari data
sholawat karya ulama nusantara tersebut. Hasil analisis data ini adalah data yang
73
Prastowo, Memahami Metode-metode…, 80.
49
DAFTAR PUSTAKA
Assegaf, Abdullah dan Indriya R. Dani. 2009. Mukjizat Sholawat. Jakarta: Qultum
Media.
Bustami, Abdul Latif dan Tim Sejarawan Tebuireng. 2015. Resolusi Jihad;
Perjuangan Ulama: dari Menegakkan Agama Hingga Negara. Jombang:
PustakaTebuireng.
Deden Sumpena. 2012. “Islam dan Budaya Lokal: Kajian terhadap Interelasi Islam
dan Budaya Sunda”. Ilmu Dakwah: Academic Journal for Homiletic Studies.
Vol. 6. Nomor 1. Bandung, 101-102.
Donny Khoirul Aziz. 2013. “Akulturasi Islam dan Budaya Jawa”. Fikrah, Vol. 1.
Nomor 2. Kudus, 263.
50
Fahrur Razi. 2011. “NU dan Kontinuitas Dakwah Kultural”. Jurnal Komunikasi
Islam. Vol. 1. Nomor 2. Surabaya, 164.
Fahruroji dan Yunus Choirul Azhar. 2017. “Perspektif Shalawat di dalam Al-Qur`an
dan Al-Hadits serta Implikasinya di dalam Penafsiran dan Penetapan Hukum
(Analisis Semantik tentang Shalawat kepada Nabi Muhammad Saw)”. Jurnal
Pendidikan BASIS; Bahasa Arab dan Studi Islam. Vol. 1. Nomor 1. Bandung,
32.
Ghazali, Suhaidi dan Shabri Shaleh Anwar. 2017. Sholawat Populer: Esensi
Sholawat bagi Ummat Nabi Muhammad SAW. Riau: Qudwah Press.
Hamzah, Amir. 2019. Metode Penelitian Kepustakaan: Kajian Filosofis, Teoritis dan
Aplikatif. Malang: Literasi Nusantara.
Khabibi Muhammad Luthfi. 2016. “Islam Nusantara: Relasi Islam dan Budaya
Lokal”. Shahih. Vol. 1. Nomor 1. Surakarta, 7.
Limyah al-Amri. 2017. “Akulturasi Islam dalam Budaya Lokal”. Kuriositas. Vol. 11.
Nomor 2. Parepare, 200.
M. Syaiful Rahman. 2014. “Islam dan Pluralisme”. Fikrah. Vol. 2. Nomor 1. Kudus,
404.
Machfud Syaefudin. 2017. “Gerakan Dakwah Cinta Tanah Air Indonesia (Strategi
dan Metode Dakwah KH. Habib Luthfi Pekalongan)”. Jurnal Ilmu Dakwah.
Vol. 37, Nomor 2. Semarang, 216.
51
Maksum, Ali. 2011. Pluralisme dan Multikulturalisme; Paradigma Baru Pendidikan
Islam di Indonesia. Yogyakarta: Aditya Media Publishing.
Maktabah Syamilah, Shamela, Ver. 3.9. “Manfaat Sholawat”, An-Nasa’iy. 1986. as-
Sunan as-Sughro li an-Nasa’iy. Maktabah Shamela.
Maktabah Syamilah, Shamela, Ver. 3.9. “Manfaat Sholawat”, Umar, Ahmad Mukhtas
Abdul Hamid. 2008. Mu’jam al-Lughoh al-‘Arobiyyah al- Ma’ashirah.
Maktabah Shamela.
Mudhofir Abdullah. 2014. “Pribumisasi Islam dalam Konteks Budaya Jawa dan
Integrasi Bangsa”. Indo-Islamika. Vol. 4, Nomor. Jakarta, 71.
Mufid, Mohammad. 2015. Agar di Surga Bersama Nabi (Hidup Bahagia di Dunia
dan di Surga). Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Naim, Ngainun dan Achmad Sauqi. 2010. Pendidikan Multikultural; Konsep dan
Aplikasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
52
Ruslan Ibrahim. 2008. “Pendidikan Multikultural: Upaya Meminimalisir Konflik
dalam Era Pluralitas Agama “. El Tarbawi: Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 1,
Nomor 1. Yogyakarta, 121.
Toenlioe, Anselmus JE. 2016. Teori dan Filsafat Pendidikan. Malang: Gunung
Samudera.
Yusof, Najeemah Md. 2007. Konsep Pendidikan. Kuala Lumpur: PTS Professional.
Alhafiz K, https://islam.nu.or.id/post/read/96490/ini-tujuan-shalawat-dan-salam-
untuk-nabi-muhammad-saw “Tujuan sholawat kepada Nabi” (Minggu, 8 Maret
2020, 06.06)
53
Muhammad Yordanis Salam, https://pwnujatim.or.id/susun-lirik-shalawat-indonesia-
kh-marzuki-mustamar-nyatakan-cinta-pada-negeri/ “Sholawat Indonesia dan
Pengarangnya” Rabu, 11 Maret 2020, 13.44)
54
LAMPIRAN-LAMPIRAN
اطنا َوتَحْ ش َُرنَا بِّ ِّعبَادِّكَ ص َالة تَجْ عَلُنَا بِّ َها ِّم ْن أ َ ْه ِّل ال ِّع ْل ِّم َ
ظا ِّهرا َوبَ ِّ علَى َ
سيِّ ِّدنَا ُم َح َّم ٍد َ أَلل ُه َّم َ
ص ِّل َ
س ِّل ْم
صحْ بِّه َو َ صا ِّل ِّحيْنَ فِّي د ُ ْنيَانَا وأ ُ ْخ َرانَا َو َ
على آ ِّله َو َ ال َّ
علَى َّ
الرسُ ْو * ِّل ُمـ َح َّم ٍد ِّس ِّر العُ َال ص ِّل َ
ب َ
يَا َر ِّ
َ
ـــــــــــــــــــــــالَوا ْفتَحْ لَــنَــــــــــــــــــا بِّدَ ْر ٍس أ َ ْو *قِّ َرا َءةٍ ت ُ َرتـ َّ
أمان أمان أمان أمان * ِّبا ْند ُ ْن ِّس َيا َرا َيا أ َ َم ْ
ان
هللا َ #و كُــ ِّل ُم َجـا ِّهـ ٍد ِّلِلِّ ِّبا َ ْهـ ِّل ْالبَـدْ ِّر يـَا اَللُ
ّللا َو ِّب ْالـ َهادِّى َرسُ ْـو ِّل ِّ
س ْـلنَا ِّبـ ِّبـس ِّْـم ِّ
ت ََو َ
55
ت َوالنِّـ ْقـ َمةَ َ #و ِّم ْن ه ٍَـم َو ِّم ْن غُـ َّمـ ٍة ِّبا َ ْهـ ِّل ْالبَـد ِّْر يـَا اَللُ
سـ ِّل ِّـم اَْل ُمـَّة ِّمـنَ اَْلفـَا ِّ
اِّل ِّهـى َ
ـاصيْـنَ َو ْال َع ْ
طـبَا َ #و كُـ ِّل بـ َ ِّلـيَّـ ٍة َو َوبـَا ِّبا َ ْهـ ِّل ْالبَـدْ ِّر يـَا اَلل ـر َبا ِّمنَ ْال َع ِّ
ـس ْالـكُ َ
اِّل ِّهـى نَـ ِّف ِّ
ِّاالـ ِّوذْ ِّر ِّبا َ ْهـ ِّل ْال َبـدْ ِّر يـَا اَللُ
عافَـيـْتَ ذ ْ ـم ِّر َو َكـ ْم ا َ ْو َليْـتَ ذَ ْ
االفَـ ْق ِّـرَ #و َكـ ْم َ َو َكـ ْم ا َ ْغـنَيْتَ ذَ ْالعُ ْ
اال ِّع ِّـز َو ْال َهـيـْ َب ْة ِّبا َ ْهـ ِّل ْال َبـدْ ِّر يـَا ا َ ُ
لل الطيْبـ َ ْة #اَيـَا ذَ ْ فَـالَ ت َْردُدْ َمـ َع ْالخَـيـْ َب ْة َب ِّل اجْ َع ْلـنَا َ
علَى َّ
علَى َ
طاهَ َرسُ ْو ِّل هللاِّ علَى َ
طاهَ َ سالَ ُم هللا ِّ َ #
صالَة ُ هللاِّ َ
صالَة ُ هللاِّ َ
َ
56
علَى يس َح ِّب ْي ِّ
ب هللاِّ علَى يس َ
سالَ ُم هللاِّ َ #
صالَة ُ هللاِّ َ
صالَة ُ هللاِّ َ
َ
شفَّ ْعنَا ِّلد ُ ْنيَانَا َ #و ِّد ْينِّنَا َكذَا أَيْضا ِّأل ُ ْخ َرانَا
شفَّ ْعنَا ت َ َ
تَ َ
س ِّل ْم ِّبالَدَنَا #اِّ ْند ُْونِّ ْي ِّسيَا َكذَا ِّل ْل ُم ْس ِّل ِّميْنَ
س ِّل ْمنَا ِّب ِّه َ
َو َ
ح َو ْاألَجْ َ
س ِّام ار ْك ُه ْم فِّي ُّ
الر ْو ِّ َو ُخفَّ ُه ْم ِّب ْاأل َ ْم ِّن َوال َّ
سالَ ِّم َ #و َب ِّ
َكذَا َج ِّم ْي ُع أ َتْبَاعِّ ْال َج ْم ِّعيَّ ِّة ْ #القَائِّ ِّميْنَ َحقًّا بِّالت َّ ْر ِّبيَّ ِّة
ص ِّليَّة َكذَا ْال ُم َح َّم ِّديَّةْ َودَع َْوةِّ ْاأل ُ َّم ِّة ْ ِّ
اِل ْسالَ ِّميَّة #ا َ ْل َو ْ
أ َ ْه ُل َجاوة سُ َم ْ
ط َرا َو ْالبَاب َُوا َ #كا ِّلي َْم ْنت َان َوبَا ِّل ْ
ي َوسُ ْو ْمبَ َاوا
ي َمالُ ْوكُو َو َماد ُ ْورا #تَحْتَ بِّ َال ِّد إِّ ْند ُْونِّ ْي ِّس َيا َرا َيا
سُ ْو ََل ۤو ِّس ْ
س َال ِّم ِّ #م ْن أَجْ ِّل ِّح ْف ِّظ ِّوحْ دَةِّ ْالبِّ َال ِّد
يَ ِّع ْيشُ ْونَ بِّ ْاأل َ ْم ِّن َوال َّ
علَى طُ ْو ِل الَّ َيا ِلي َو ْاْلَي َِّام َو َح ْم ُد هللاِ شُ ْك ًرا ِللنَّ ْع َم ِ
اء َ #
57