Oleh :
Kelompok 5
PGSD 20B1
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan Karunia, Rahmat,
dan Hidayah-nya yang berupa kesehatan, sehingga makalah yang berjudul ” Multikulturalisme
dalam keragaman sosial budaya” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun sebagai tugas kelompok mata kuliah Pendidikan Multikulturalisme.
Kami berusaha menyusun makalah ini dengan segala kemampuan, namun kami menyadari bahwa
makalah ini masih banyak memiliki kekurangan baik dari segi penulisan maupun segi penyusunan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima dengan senang hati
demi perbaikan makalah selanjutnya.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan sebagai sebuah proses pengembangan sumber daya manusia agar memperoleh
kemampuan sosial dan perkembangan individu yang optimal memberikan relasi yang kuat antara
individu dengan masyarakat dan lingkungan budaya sekitarnya. Lebih dari itu pendidikan
merupakan proses “memanusiakan manusia” dimana manusia diharapkan mampu memahami
dirinya, orang lain, alam dan lingkungan budayanya.Atas dasar inilah pendidikan tidak terlepas
dari budaya yang melingkupinya sebagai konsekwensi dari tujuan pendidikan yaitu mengasah
rasa, karsa dan karya. Pencapaian tujuan pendidikan tersebut menuai tantangan sepanjang masa
karena salah satunya adalah perbedaan budaya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian multikulturalisme?
2. Bagaimanakah hakekat kebudayaan?
3. Apa pengertian pendidikan multikulturalisme?
4. Bagaimanakah pentingnya pendidikan multikulturalisme?
5. Apa tujuan pendidikan multikulturalisme?
6. Apa nilai-nilai multikulturalisme?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian multikulturalisme
2. Mendeskripsikan hakekat kebudayaan
3. Mendeskripsikan pendidikan multikulturalisme
4. Menjelaskan pentingnya pendidikan multikulturalisme
5. Menjelaskan tujuan pendidikan multikulturalisme
6. Menjelaskan nilai-nilai multikulturalisme
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mutikulturalisme
4
a. Pengertian Multikulturalisme Menurut Para Ahli
Multikulturalisme yang berkaitan dengan budaya dan kemungkinan dibatasi oleh konsep nilai-
sarat atau memiliki kepentingan tertentu.
1) J. S Furnival
Masyarakat multikulturalismeadalah masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih komunitas
(kelompok) yang secara kultural dan ekonomi terfragmentasi dan memiliki struktur kelembagaan
yang berbeda satu sama lain.
2) Nasikun
Sebuah masyarakat plural adalah masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih dari tatanan sosial,
masyarakat, atau kelompok yang secara kultural, ekonomi, dan politik dipisahkan (diisolasi), dan
memiliki struktur kelembagaan dan berbeda satu sama lain.
2. Memiliki struktur.
dalam lembaga yang non komplementer, maksudnya adalah dalam masyarakat majemuk suatu
lembaga akam mengalami kesulitan dalam menjalankan atau mengatur masyarakatnya alias
karena kurang lengkapnya persatuan tyang terpisah oleh segmen-segmen tertentu.
3. Konsesnsus rendah.
maksudnya adalah dalam kelembagaan pastinya perlu adany asuatu kebijakan dan keputusan.
Keputusan berdasarkan kesepakatan bersama itulah yang dimaksud konsensus, berarti dalam suatu
masyarakat majemuk sulit sekali dalam penganbilan keputusan.
5
seperti yang sudah saya jelaskan di atas, bahwa dalam masyarakat multikulturalisme itu susah
sekali terjadi pengintegrasian, maka jalan alternatifnya adalah dengan cara paksaan, walaupun
dengan cara seperti ini integrasi itu tidak bertahan lama.
B. Hakekat Kebudayaan
a. Pengertian Kebudayaan
Kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta budhayah,yaitu bentuk jamak dari budhi yang
berarti budi atau akal.Dengan demikian,kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan
dengan budi atau akal. Kata kebudayaan dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan istilah
culture dan dalam bahasa Belanda disebut cultuur. Kedua bahasa ini berasal dari bahasa latin yang
colere berarti mengolah,mengerjakan ,menyuburkan dan mengembangkan tanah(bertani) .dengan
demikian culture atau cultuur berarti sebagai segala hal daya dan kegiatan manusia untuk
mengolah dan mengubah alam.
Melville J. Herkovits memandang kebudayaan sebagai suatu yang superorganic karena dapat
diwariskan secara turun tumurun dari generasi ke generasi dan tetap hidup walaupun orang-orang
yang menjadi anggota masyarakat senantiasa berganti.sementara itu Edward B . Taylor melihat
kebudayaan sebagai hal kompleks yang mencakup
pengetahuan,kepercayaan,kesenian,moral,hukum,adat istiadat,kemampuan-
kemampuan,kebiasaan-kebiasaan atau semua hal yang dimiliki manusia sebagai anggota
masyarakat.
Berdasarkan wujudnya, kebudayaan dapat kita golongkan atas kebudayaan yang bersifat
abstrak dan kebudayaan yang bersifat konkret.
1. Kebudayaan yang bersifat abstrak ini letaknya ada didalam pikiran manusia sehingga tidak
dapat diraba atau difoto. Contohnya adalah ide,gagasa,nilai-nilai,norma ,peraturan,dan cita-cita.
2. Kebudayaan yang bersifat konkret, wujudnya berpola dari tindakan atau perbuatan dan
aktifitas manusia di dalam masyarakat yang dapat diraba,dilahat,diamati,disimpan atau difoto.
Contohnya adalah adalah perilaku,bahasa dan materi.
b. Unsur-Unsur Kebudayaan
Kebudayaan setiap masyarakat tentu terdiri dari unsur-unsur tertentu yang merupakan bagian
dari kebulatan, yakni kebudayaan itu sendiri.Ada beberapa pendapat ahli tentang unsur-unsur
kebudayaan.
6. sistem pengetahuan,dan
7. sistem kepercayaan(religi)
Ketujuh unsur diatas disebut sebagai kebudayaan universal (cultural universal). Unsur-
unsur kebudayaan itu masih dapat dipecah-pecah lagi menjadi unsur-unsur kebudayaan yang lebih
kecil berdasarkan kegiatannya.
7
Pendidikan multikulturalisme adalah adalah untuk membantu semua siswa agar
memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh dalam menjalankan peran-
peran seefektif mungkin pada masyarakat demokratik, pluralistik, serta diperlukan untuk
berinteraksi, negoisasi dan komunikasi dengan warga kelompok lain agar tercipta sebuah
tatanan masyarakat bermoral yang berjalan untuk kebaikan bersama. Pendidikan
multikulturalisme mengakui adanya keragaman etnik dan budaya masyarakat suatu bangsa.
Terdapat tiga prinsip pendidikan multikulturalisme yang dikemukakan oleh Tilaar. Pertama,
pendidikan multikulturalisme didasarkan pada pedagogik kesetaraan manusia (equity
pedagogy). Kedua, pendidikan multikulturalisme ditujukan kepada terwujudnya manusia
Indonesia yang cerdas dan mengembangkan pribadi-pribadi Indonesia yang menguasai ilmu
pengetahuan dengan sebaik-baiknya. Ketiga, prinsip globalisasi tidak perlu ditakuti apabila
bangsa ini mengetahui arah serta nilai-nilai baik dan buruk yang dibawanya.
Dalam era globalisasi saat ini, pertemuan antar-budaya menjadi “ancaman” serius bagi
anak didik. Untuk mensikapi realitas global tersebut, siswa hendaknya diberi penyadaran akan
pengetahuan yang beragam, sehingga mereka memiliki kompetensi yang luas akan pengetahuan
global, termasuk aspek kebudayaan. Mengingat beragamnya realitas kebudayaan di negeri ini, dan
luar negeri, siswa pada era globalisasi ini sudah tentu perlu diberi materi tentang pemahaman
banyak budaya atau pendidikan multikulturalisme. Jadi, pendidikan multikulturalisme di samping
untuk memahami kebudayaan orang lain. Tetapi juga untuk menjaga kebudayaan diri sendiri. Oleh
sebab itu, siswa tahu mana budaya yang baik untuk diambil dan mana yang harus ditinggalkan.
Serta terbentuknya sifat saling menghargai terhadap kebudayaan masing-masing.
Paradigma keagamaan yang inklusif berarti lebih mementingkan dan menerapkan nilai-nilai
agama dari pada hanya melihat dan mengagungkan simbol-simbol keagamaan. Paradigma
pemahaman keagamaan aktif sosial berarti agama tidak hanya menjadi alat pemenuhan kebutuhan
rohani secara pribadi saja. Akan tetapi yang terpenting adalah membangun kebersamaan dan
solidaritas bagi seluruh manusia melalui aksi-aksi sosial yang nyata yang dapat meningkatkan
kesejahteraan umat manusia.45 Dengan membangun paradigma pemahaman keberagaman yang
humanis, pluralis dan kontekstual diharapkan nilai-nilai universal yang ada dalam agama seperti
kebenaran, keadilan, kemanusiaan, perdamaian dan kesejahteraan umat manusia dapat ditegakkan.
Lebih khusus lagi, agar kerukunan dan kedamaian antar beragama dapat terbangun.
Dalam kehidupan sosial pun pria dan wanita mempunyai hak yang sama. Perannyalah yang
berbeda sesuai kodrat yang dimiliki masing-masing. Perbedaan jenis kelamin tidak hanya
merupakan hal yang berhubungan dengan warisan biologis. Masyarakat menuntut laki-laki dan
perempuan untuk bertingkah laku berbeda sesuai dengan perannya masing-masing. Untuk
memenuhi harapan ini, anak-anak harus memahami jenis kelamin mereka masing-masing dan
mengintegrasikannya ke dalam konsep diri mereka. Dalam Islam, laki-laki juga diajarkan untuk
melakukan tugas domestik untuk meringankan beban istri di rumah, jika mereka sedang di
rumah.49 Maka, diskriminasi yang berlandaskan pada perbedaan jenis kelamin (gender) dan
sebagainya tidak memiliki dasar pijakan sama sekali dalam ajaran tauhid.
F. Nilai-Nilai Multikulturalisme
Achmad Yusuf menjelaskan bahwa terdapat tiga nilai multikulturalisme, yaitu demokratis,
pluralisme, dan humanisme. Nilai-nilai multikulturalisme dijelaskan sebagai berikut.
1. Demokratis
Demokratis adalah cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain. Demokratis merupakan kata sifat demokrasi. Warga negara yang
demokratis adalah warga negara yang memiliki perilaku hidup yang baik dalam kehidupan pribadi
maupun kenegaraan dengan memegang nilai-nilai demokrasi. Hubungan multikulturalisme dan
demokratis dapat dilihat pada Universal Declaration on Cultural Diversity oleh UNESCO.
Deklarasi tersebut menyatakan bahwa hanya ketika keragaman kultural berada dalam konteks
keseimbangan dengan kohesi sosial, maka kita dapat mencapai jalan menuju partisipasi
demokratis dan hidup berdampingan secara damai.
2. Pluralisme
Pluralisme adalah paham atau ideologi yang menerima keberagaman sebagai nilai positif
dan keragaman itu merupakan sesuatu yang empiris. Menurut Dr. Hj. Rodhatul Jennah, M.Pd.,
dalam sosiologi, pluralisme merupakan konsep pemahaman tentang kehidupan majemuk (plural)
yang harus diatur sedemikian rupa untuk menciptakan suasana saling menghargai dan
menghormati guna menghindari konflik.
Pluralisme juga dapat diartikan sebagai keberadaan atau toleransi keragaman etnik atau kelompok-
kelompok kultural dalam suatu masyarakat.
10
(Maemunah,2007: 77-95) medeskripsikan beberapa sikap yang mencerminkan sikap pluralis:
a. Hidup dalam Perbedaan (Sikap Toleransi/Tasamuh). Seseorang dinyatakan toleran jika dia
dapat membolehkan atau membiarkan orang lain menjadi diri mereka sendiri dan bukan
keinginan kita untuk mempengaruhi mereka supaya mengikuti ide kita. Tumbuhnya sikap
toleransi dalam setiap pribadi, dapat mengundang dialog untuk saling mengkomunikasikan
dan menjelaskan perbedaan serta ada saling pengakuan.
b. Sikap Saling Menghargai Sikap saling menghargai adalah sikap mendudukkan semua
manusia dalam relasi kesetaraan, tidak ada superioritas maupun inferioritas.
c. Saling Percaya (Husnudzan) Rasa saling percaya adalah salah satu unsur terpenting dalam
relasi antarsesama manusia (modal sosial) untuk penguatan kultural suatu masyarakat.
Kecurigaan dan khianat merupakan awal yang buruk dalam membangun komunikasi lintas
batas, sebaliknya senantiasa berprasangka baik (husnudzan) dan memelihara kepercayaan
adalah unsur yang harus ditekankan.
d. Interdependen (sikap saling membutuhkan/saling ketergantungan) Manusia adalah
makhluk sosial (homo socius), antara satu dengan yang lainnya adalah saling
membutuhkan dan saling melengkapi. Hal ini menuntut agar orang selalu bekerja sama
dan bertanggung jawab satu dengan yang lain. Kondisi seperti ini hanya dapat terjadi
dalam tatanan sosial yang sehat, dimana manusia saling memelihara hubungan sosial yang
kokoh. Tanpa orang lain segala sistem yang telah dibangun akan sulit dan mustahil
berfungsi bagi pengembangan harmoni sosial dan empati kemanusiaan. Hal ini
membutuhkan kerjasama dalam suatu masyarakat sehingga tercipta kesejahteraan
bersama.
e. Apresiasi terhadap Pluralitas Budaya Apresiasi terhadap pluralitas budaya yang berbeda
adalah hal yang menunjukan sikap menghormati terhadap budaya lain yang berada dalam
kehidupan ini.
3. Humanisme
Humanisme berarti martabat dan nilai dari setiap manusia, serta semua upaya untuk
meningkatkan kemampuan alamiahnya secara penuh. Berdasarkan buku Gerakan Theosofi di
Indonesia, tujuan inti humanisme adalah menghamba pada kemanusiaan.
Kesemua hal tersebut di atas ditambah juga pendapat Farida Hanum dan Setya Raharja
(2011: 116) yang dikatakan dalam bahasa visi-misi pendidikan multikulturalisme dengan selalu
menegakkan dan menghargai pluralisme, demokrasi, dan humanisme, berdasarkan dari pendapat
Muthoharoh (2011: 56-77) maka indikator keterlaksanaan nilai-nilai multikulturalisme yang ada
di sekolah dasar, adalah sebagai berikut:
a. Nilai Inklusif (Terbuka) Nilai ini memandang bahwa kebenaran yang dianut oleh suatu
kelompok, dianut juga oleh kelompok lain. Nilai ini mengakui terhadap pluralisme dalam suatu
11
komunitas atau kelompok sosial, menjanjikan dikedepankannya prinsip inklusifitas yang
bermuara pada tumbuhnya kepekaan terhadap berbagai kemungkinan unik yang ada.
b. Nilai Mendahulukan Dialog (Aktif) Dengan dialog, pemahaman yang berbeda tentang
suatu hal yang dimiliki masing-masing kelompok yang berbeda dapat saling diperdalam tanpa
merugikan masing-masing pihak. Hasil dari mendahulukan dialog adalah hubungan erat, sikap
saling memahami, menghargai, percaya, dan tolong menolong.
e. Nilai Tolong Menolong Sebagai makhluk sosial, manusia tak bisa hidup sendirian meski
segalanya ia miliki. Harta benda berlimpah sehingga setiap saat apa yang ia mau dengan mudah
dapat terpenuhi, tetapi ia tidak bisa hidup sendirian tanpa bantuan orang lain dan kebahagiaan pun
mungkin tak akan pernah ia rasakan.
f. Nilai Keadilan (Demokratis) Keadilan merupakan sebuah istilah yang menyeluruh dalam
segala bentuk, baik keadilan budaya, politik, maupun sosial. Keadilan sendiri merupakan bentuk
bahwa setiap insan mendapatkan apa yang ia butuhkan, bukan apa yang ia inginkan.
g. Nilai Persamaan dan Persaudaraan Sebangsa Maupun Antarbangsa Dalam Islam, istilah
persamaan dan persaudaraan itu dikenal dengan nama ukhuwah. Ada tiga jenis ukhuwah dalam
kehidupan manusia, yaitu: Ukhuwah Islamiah (persaudaraan seagama), ukhuwah wathaniyyah
(persaudaraan sebangsa), ukhuwah bashariyah (persaudaraan sesama manusia). Dari konsep
ukhuwah itu, dapat disimpulkan bahwa setiap manusia baik yang berbeda suku, agama, bangsa,
dan keyakinan adalah saudara. Karena antarmanusia adalah saudara, setiap manusia memiliki hak
yang sama.
h. Berbaik Sangka Memandang seseorang atau kelompok lain dengan melihat pada sisi
positifnya dan dengan paradigma itu maka tidak akan ada antar satu kelompok dengan kelompok
lain akan saling menyalahkan. Sehingga kerukunan dan kedamaian pun akan tercipta.
i. Cinta Tanah Air Cinta tanah air dalam hal ini tidak bermakna sempit, bukan chauvanisme
yang membangga-banggakan negerinya sendiri dan menghina orang lain, bukan pula memusuhi
negara lain. Akan tetapi rasa kebangsaan yang lapang dan berperikemanusiaan yang mendorong
untuk hidup rukun dan damai dengan bangsa-bangsa lain.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Multikultural bagi Indonesia merupakan suatu strategi dan integrasi sosial di mana
keanekaragaman budaya benar diakui dan dihormati, sehingga dapat difungsikan secara efektif
dalam mengatasi setiap isu-isu separatisme dan disintegrasi sosial. Multikulturalisme mengajarkan
semangat kemanunggalan atau ketunggalan (tunggal ika) yang paling potensial akan melahirkan
persatuan kuat, tetapi pengakuan adanya pluralitas (Bhinneka) budaya bangsa inilah yang lebih
menjamin persatuan bangsa.
Pendidikan di Indonesia yang masyarakatnya terdiri dari berbagai macam ras, suku budaya,
bangsa, dan agama dirasa penting untuk menerapkan pendidikan multikultural.Karena tidak dapat
dipungkiri bahwa dengan masyarakat Indonesia yang beragam inilah seringkali menjadi penyebab
munculnya berbagai macam konflik
B. Saran
Indonesia adalah bangsa yang multikultural, bangsa yang berdiri dari bebagai macam suku,
budaya, ras dan berbagai bahasa. Namun hal tersebut tidak menutup kemungkinan bagi kita
sebagai bangsa indonesia untuk bersatu dan berjuang untuk bangsa yang terdiri dari bermacam-
macam kultur ini. Kita harus bersatu agar duduk sama rendah dan berdiri sama dengan bangsa
yang lain dan bersama-sama, bergotong royong untuk mengangkat martabat bangsa Indonesia di
mata dunia.Untuk itu sebagai warga Negara yang cinta tanah air kita harus menjaga
keanekaragaman kebudayaan kita. Kita dianjurkan untuk hidup saling berdampingan satu sama
lain sehingga tidak ada pertengkaran dan perpecahan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Andersen dan Cusher, “Multicultural and Intercultural Studies” dalam C. Marsh (ed),
Teaching Studies of Society and Environment ( Sydney: Prentice-Hall, 1994).
Audah, Abd al-Qadir, al-Tasyri’ al-Jinaiy al-Islamiy, Juz II, Beirut: Dar al-Fikr al-Arabi,
tt.
14