Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENDIDIKAN MULTIKULTURALISMEISME

MULTIKULTURALISMEISME DALAM KERAGAMAN SOSIAL BUDAYA

Dosen Pengampu : Ira Restu Kurnia S.Pd, M.Pd

Oleh :

Kelompok 5

1. Alycia Resti Nurhaji 132010063


2. Dinar Karimah 132010074
3. Jilan Aqilah Hanmara Milawati 132010077
4. Nurhamidah 132010040
5. Risni Wahyuni 132010031

PGSD 20B1

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS PELITA BANGSA


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan Karunia, Rahmat,
dan Hidayah-nya yang berupa kesehatan, sehingga makalah yang berjudul ” Multikulturalisme
dalam keragaman sosial budaya” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun sebagai tugas kelompok mata kuliah Pendidikan Multikulturalisme.
Kami berusaha menyusun makalah ini dengan segala kemampuan, namun kami menyadari bahwa
makalah ini masih banyak memiliki kekurangan baik dari segi penulisan maupun segi penyusunan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima dengan senang hati
demi perbaikan makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini bisa memberikan informasi mengenai bagaimana pengembangan


desain pembelajaran dalam sekolah inklusi bisa bermanfaat bagi para pembacanya. Atas perhatian
dan kesempatan yang diberikan untuk membuat makalah ini kami ucapkan terima kasih.

Bekasi, 05 Maret 2023

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1


DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 3
A. Latar Belakang .......................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
C. Tujuan ........................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 4
A. Pengertian Multikulturalisme .................................................................... 4
B. Hakekat Kebudayaan ................................................................................. 6
C. Pengertian Pendidikan Multikulturalisme ................................................. 7
D. Pentingnya Pendidikan Multikulturalisme ................................................ 8
E. Tujuan Pendidikan Multikulturalisme ....................................................... 9
F. Nilai-Nilai Multikulturalisme .................................................................. 10
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 13
A. Kesimpulan ............................................................................................. 13
B. Saran ....................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan sebagai sebuah proses pengembangan sumber daya manusia agar memperoleh
kemampuan sosial dan perkembangan individu yang optimal memberikan relasi yang kuat antara
individu dengan masyarakat dan lingkungan budaya sekitarnya. Lebih dari itu pendidikan
merupakan proses “memanusiakan manusia” dimana manusia diharapkan mampu memahami
dirinya, orang lain, alam dan lingkungan budayanya.Atas dasar inilah pendidikan tidak terlepas
dari budaya yang melingkupinya sebagai konsekwensi dari tujuan pendidikan yaitu mengasah
rasa, karsa dan karya. Pencapaian tujuan pendidikan tersebut menuai tantangan sepanjang masa
karena salah satunya adalah perbedaan budaya.

Olehnya, kebutuhan terhadap pendidikan yang mampu mengakomodasi dan memberikan


pembelajaran untuk mampu menciptakan budaya baru dan bersikap toleran terhadap budaya lain
sangatlah penting atau dengan kata lain pendidikan yang memiliki basis multikulturalisme akan
menjadi salah satu solusi dalam pengembangan sumberdaya manusia yang mempunyai karakter
yang kuat dan toleran terhadap budaya lain. Pertautan antara Pendidikan dan Multikulturalisme
merupakan solusi atas realitas budaya yang beragam sebagai sebuah proses pengembangan
seluruh potensi yang menghargai pluralitas danheterogenitas sebagai konsekwensi keragaman
budaya, etnis, suku dan aliran atau agama. Pluralitas budaya, sebagaimana terdapat di Indonesia,
menempatkan pendidikan Multikulturalisme menjadi sangat urgen.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian multikulturalisme?
2. Bagaimanakah hakekat kebudayaan?
3. Apa pengertian pendidikan multikulturalisme?
4. Bagaimanakah pentingnya pendidikan multikulturalisme?
5. Apa tujuan pendidikan multikulturalisme?
6. Apa nilai-nilai multikulturalisme?

C. Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian multikulturalisme
2. Mendeskripsikan hakekat kebudayaan
3. Mendeskripsikan pendidikan multikulturalisme
4. Menjelaskan pentingnya pendidikan multikulturalisme
5. Menjelaskan tujuan pendidikan multikulturalisme
6. Menjelaskan nilai-nilai multikulturalisme

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Mutikulturalisme

Multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan seseorang


tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang
penerimaan terhadap adanya keragaman, dan berbagai macam budaya (multikulturalisme) yang
ada dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik
yang mereka anut. Masyarakat multikultural terjadi ketika kondisi masyarakat ditemukan tidak
hanya satu ragam kultur saja tetapi ada banyak ragam kultur atau budaya yang berkembang
didalamnya. Dalam studi sosiologi dan antropologi menyatakan bahwa masyarakat multikultural
adalah masyarakat yang tersusun dari berbagai macam etnik, dan setiap etnik tersebut memiliki
respect satu sama lain sehingga tercipta kontribusi terhadap negara (lihat Alo, 2005: 68).
Bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang termasuk dalam kategori
multikultural, hal tersebut dikarenakan terdapat begitu banyak kebudayaan dan corak kehidupan
serta latar belakang yang berbeda-beda disetiap daerah. Karena hal itulah, masyarakat Indonesia
juga disebut masyarakat majemuk, yang memiliki sekitar 300 suku bangsa yang mendiami
wilayah Indonesia, dengan jumlah penduduk disetiap suku beragam, ada yang banyak dan ada
pula yang sedikit.
Adapun suku bangsa yang jumlah penduduknya banyak antara lain suku Jawa, Sunda,
Dayak, Batak, Minang, Melayu, Aceh, Bali, Manado, dan Makasar.Sementara suku bangsa
dengan jumlah penduduk sedikit antara lain suku Nias, Kubu, Mentawai, dan Asmat. Dengan
berbagai macam suku bangsa tersebut, pasti akan menimbulkan yang namanya perbedaan.
Perbedaan terjadi karena adanya hal yang berusaha dilindungi oleh setiap golongan tertentu,
misalnyagolongan A yakin bahwa setiap manusia akan mati dan kemudian tidak akan lahir
kembali. Namun, golongan B berbeda pendapat, menurut golongan B setiap manusia yang mati
pasti akan hidup kembali melalui renkarnasi dari Tuhan. Perbedaan tersebut, membuat kedua
belah pihak berusaha untuk melindungi pendapat sekaligus keyakinan mereka masing-masing
(lihat Maryati, Kun.& Juju, 2001: 171).
Dengan melindungi pendapat masing-masing tanpa pernah ada toleran, merupakan salah
satu hal yang melatarbelakangi terjadinya konflik antar golongan yang berimbas pada terjadinya
konflik antar individu.

4
a. Pengertian Multikulturalisme Menurut Para Ahli
Multikulturalisme yang berkaitan dengan budaya dan kemungkinan dibatasi oleh konsep nilai-
sarat atau memiliki kepentingan tertentu.

1) J. S Furnival
Masyarakat multikulturalismeadalah masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih komunitas
(kelompok) yang secara kultural dan ekonomi terfragmentasi dan memiliki struktur kelembagaan
yang berbeda satu sama lain.

2) Nasikun
Sebuah masyarakat plural adalah masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih dari tatanan sosial,
masyarakat, atau kelompok yang secara kultural, ekonomi, dan politik dipisahkan (diisolasi), dan
memiliki struktur kelembagaan dan berbeda satu sama lain.

b. Ciri – ciri Masyarakat Multikulturalisme


1. Terjadi segmentasi
yaitu masyarakat yang terbentuk oleh bermacam-macam suku,ras,dll tapi masih memiliki
pemisah. Yang biasanya pemisah itu adalah suatu konsep yang di sebut primordial. Contohnya, di
Jakarta terdiri dari berbagai suku dan ras, baik itu suku dan ras dari daerah dalam negri maupun
luar negri, dalam kenyataannya mereka memiliki segmen berupa ikatan primordial
kedaerahaannya.

2. Memiliki struktur.
dalam lembaga yang non komplementer, maksudnya adalah dalam masyarakat majemuk suatu
lembaga akam mengalami kesulitan dalam menjalankan atau mengatur masyarakatnya alias
karena kurang lengkapnya persatuan tyang terpisah oleh segmen-segmen tertentu.

3. Konsesnsus rendah.
maksudnya adalah dalam kelembagaan pastinya perlu adany asuatu kebijakan dan keputusan.
Keputusan berdasarkan kesepakatan bersama itulah yang dimaksud konsensus, berarti dalam suatu
masyarakat majemuk sulit sekali dalam penganbilan keputusan.

4. Relatif potensi ada konflik.


dalam suatu masyarakat majemuk pastinya terdiri dari berbagai macam suku adat dankebiasaan
masing-masing. Dalam teorinya semakin banyak perbedaan dalam suatu masyarakat,
kemungkinan akan terjadinya konflik itu sangatlah tinggi dan proses peng-integrasianya juga
susah.

5. Integrasi dapat tumbuh dengan paksaan.

5
seperti yang sudah saya jelaskan di atas, bahwa dalam masyarakat multikulturalisme itu susah
sekali terjadi pengintegrasian, maka jalan alternatifnya adalah dengan cara paksaan, walaupun
dengan cara seperti ini integrasi itu tidak bertahan lama.

6. Adanya dominasi politik terhadap kelompok lain.


karena dalam masyarakat multikulturalisme terdapat segmen-segmen yang berakibat pada ingroup
fiiling tinggi maka bila suaru ras atau suku memiliki suatu kekuasaan atas masyarakat itu maka
dia akan mengedapankan kepentingan suku atau rasnya.

c. Sebab Terjadinya Multikulturalisme


a) Factor geografis. faktor ini sangat mempengarudi apa dan bagaimana kebiasaan sua tu
masyarakat. Maka dalam suatu daera yang memiliki kondisi geografis yang berbeda maka
akan terdapat perbedaan dalam masyarakat( multikulturalisme).
b) Pengaruh budaya asing. mengapa budaya asing menjadi penyebab terjadinya
multikulturalisme, karena masyarakat yang sudah mengetahui budaya-budaya asing
kemungkinan akan terpengaruh dengan kebiasaan budaya asing.
c) Kondisi iklim yang berbeda. maksudnya hampir sama denga perbedaan letak geografis
suatu daerah.

B. Hakekat Kebudayaan

a. Pengertian Kebudayaan

Kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta budhayah,yaitu bentuk jamak dari budhi yang
berarti budi atau akal.Dengan demikian,kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan
dengan budi atau akal. Kata kebudayaan dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan istilah
culture dan dalam bahasa Belanda disebut cultuur. Kedua bahasa ini berasal dari bahasa latin yang
colere berarti mengolah,mengerjakan ,menyuburkan dan mengembangkan tanah(bertani) .dengan
demikian culture atau cultuur berarti sebagai segala hal daya dan kegiatan manusia untuk
mengolah dan mengubah alam.

Melville J. Herkovits memandang kebudayaan sebagai suatu yang superorganic karena dapat
diwariskan secara turun tumurun dari generasi ke generasi dan tetap hidup walaupun orang-orang
yang menjadi anggota masyarakat senantiasa berganti.sementara itu Edward B . Taylor melihat
kebudayaan sebagai hal kompleks yang mencakup
pengetahuan,kepercayaan,kesenian,moral,hukum,adat istiadat,kemampuan-
kemampuan,kebiasaan-kebiasaan atau semua hal yang dimiliki manusia sebagai anggota
masyarakat.

Ahli lain,Ralph Linton, mengemukakan bahwa kebudayaan adalah seluruh dari


pengetahuan,sikap,dan pola perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan
oleh anggota suatu masyarakat tertentu. Sejalan dengan Linton,Koentjaningrat merumuskan
6
kebudayaan sebagai keseluruhan sistem gagasan,tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarkat yang dijadkan milik didri manusia dengan belajar.

Berdasarkan wujudnya, kebudayaan dapat kita golongkan atas kebudayaan yang bersifat
abstrak dan kebudayaan yang bersifat konkret.

1. Kebudayaan yang bersifat abstrak ini letaknya ada didalam pikiran manusia sehingga tidak
dapat diraba atau difoto. Contohnya adalah ide,gagasa,nilai-nilai,norma ,peraturan,dan cita-cita.

2. Kebudayaan yang bersifat konkret, wujudnya berpola dari tindakan atau perbuatan dan
aktifitas manusia di dalam masyarakat yang dapat diraba,dilahat,diamati,disimpan atau difoto.
Contohnya adalah adalah perilaku,bahasa dan materi.

b. Unsur-Unsur Kebudayaan

Kebudayaan setiap masyarakat tentu terdiri dari unsur-unsur tertentu yang merupakan bagian
dari kebulatan, yakni kebudayaan itu sendiri.Ada beberapa pendapat ahli tentang unsur-unsur
kebudayaan.

Clyde Kluckhohn menyebutkan tujuh unsur kebudayaan, yakni:

1. peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian,perumahan,alat-alat rumah


tangga,senjata,alat-alat produksi,dan transportasi)

2. mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian,peternakan,sistem produksi dan


sistem distribusi)

3. sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik,sistem hukum dan sistem


perkawinan)

4. bahasa (lisan maupun tulisan)

5. kasenian (seni rupa, seni suara dan seni gerak)

6. sistem pengetahuan,dan

7. sistem kepercayaan(religi)

Ketujuh unsur diatas disebut sebagai kebudayaan universal (cultural universal). Unsur-
unsur kebudayaan itu masih dapat dipecah-pecah lagi menjadi unsur-unsur kebudayaan yang lebih
kecil berdasarkan kegiatannya.

C. Pengertian Pendidikan Multikulturalisme

Pendidikan multikulturalisme adalah pendidikan yang menghargai perbedaan. Pembelajaran


berbasis multikulturalisme di era globalisasi ini merupakan dasar pokok yang harus dimiliki
oleh para pendidik, karena dalam pembelajaran ini pendidik harus merubah cara pandang
mereka terhadap obyek pembelajaran (anak didik) tidak hanya dianggap sebagai individu
tetapi harus ditempatkan sebagai warga lokal dan global.

7
Pendidikan multikulturalisme adalah adalah untuk membantu semua siswa agar
memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh dalam menjalankan peran-
peran seefektif mungkin pada masyarakat demokratik, pluralistik, serta diperlukan untuk
berinteraksi, negoisasi dan komunikasi dengan warga kelompok lain agar tercipta sebuah
tatanan masyarakat bermoral yang berjalan untuk kebaikan bersama. Pendidikan
multikulturalisme mengakui adanya keragaman etnik dan budaya masyarakat suatu bangsa.
Terdapat tiga prinsip pendidikan multikulturalisme yang dikemukakan oleh Tilaar. Pertama,
pendidikan multikulturalisme didasarkan pada pedagogik kesetaraan manusia (equity
pedagogy). Kedua, pendidikan multikulturalisme ditujukan kepada terwujudnya manusia
Indonesia yang cerdas dan mengembangkan pribadi-pribadi Indonesia yang menguasai ilmu
pengetahuan dengan sebaik-baiknya. Ketiga, prinsip globalisasi tidak perlu ditakuti apabila
bangsa ini mengetahui arah serta nilai-nilai baik dan buruk yang dibawanya.

Menurut Zakiyyudin Baidowi, pendidikan multikulturalisme adalah suatu cara untuk


mengajarkan keragaman. Pendidikan multikulturalisme menghendaki rasionalisasi etnis,
intelektual, sosial dan prakmatis secara inter-relatif: yaitu mengajarkan ideal-ideal
inklusivisme, pluralisme, dan saling menghargai semua orang dan kebudayaan merupakan
imperatif humanistik yang menjadi prasyarat bagi kehidupan etis dan dunia manusia yang
beragam, mengintegrasikan studi tentang fakta-fakta, sejarah, kebudayaan, nilai-nilai, struktur,
perspektif, dan kontribusi semua kelompok ke dalam kurikulum sehingga dapat membangun
pengetahuan yang lebih kaya, komplek, dan akurat tentang kondisi kemanusian di dalam dan
melintasi konteks waktu, ruang dan kebudayaan tertentu.

Adapun Howard dalam wacana Farida Hanum, berpendapat bahwa pendidikan


multukultural memberi kompetensi multikulturalisme. Pada masa awal kehidupan siswa,
waktu banyak dilalui di daerah etnis dan kulturnya masing masing. Kesalahan dalam
mentransformasi nilai, aspirasi, etiket dari budaya tertentu, sering berdampak pada
primordialisme kesukuan, agama, dan golongan yang berlebihan. Faktor ini penyebab
timbulnya permusuhan antar etnis dan golongan. Melalui pendidikan multikulturalisme sejak
dini diharapkan anak mampu menerima dan memahami perbedaan budaya yang berdampak
pada perbedaan usage (cara individu bertingkah laku), folkways (kebiasaan-kebiasaan yang
ada di masyarakat), mores (tata kelakuan di masyarakat), dan customs (adat istiadat suatu
komunitas).

D. Pentingnya Pendidikan Multikulturalisme

1. Sebagai Sarana Alternatif Pemecahan Konflik

Penyelenggaraan pendidikan multikulturalisme di dunia pendidikan diyakini dapat


menjadi solusi nyata bagi konflik dan disharmonisasi yang terjadi di masyarakat, khususnya yang
kerap terjadi di masyarakat Indonesia yang secara realitas plural. Dengan kata lain, pendidikan
multikulturalisme dapat menjadi sarana alternatif pemecahan konflik sosial budaya.

Saat ini, Pendidikan Multikulturalisme mempunyai dua tanggungjawab besar, yaitu:


menyiapkan bangsa Indonesia untuk siap menghadapi arus budaya luar di era globalisasi dan
menyatukan bangsa sendiri yang terdiri dari berbagai macam budaya. Dengan demikian,
8
sebagaimana telah diperlihatkan dalam sejarah Indonesia dimasa lampau, kemajemukan itu tidak
menimbulkan konflik masyarakat, apalagi kerusuhan sosial. Sebaliknya bahkan menjadi
himpunan kekuatan bangsa dalam menumbuhkan semangat nasionalisme. Kemajemukan itu
malah telah menjadi slogan persatuan dan kesatuan bangsa; Bhineka Tunggal Ika.

2. Supaya Siswa Tidak Tercerabut dari Akar Budaya

Dalam era globalisasi saat ini, pertemuan antar-budaya menjadi “ancaman” serius bagi
anak didik. Untuk mensikapi realitas global tersebut, siswa hendaknya diberi penyadaran akan
pengetahuan yang beragam, sehingga mereka memiliki kompetensi yang luas akan pengetahuan
global, termasuk aspek kebudayaan. Mengingat beragamnya realitas kebudayaan di negeri ini, dan
luar negeri, siswa pada era globalisasi ini sudah tentu perlu diberi materi tentang pemahaman
banyak budaya atau pendidikan multikulturalisme. Jadi, pendidikan multikulturalisme di samping
untuk memahami kebudayaan orang lain. Tetapi juga untuk menjaga kebudayaan diri sendiri. Oleh
sebab itu, siswa tahu mana budaya yang baik untuk diambil dan mana yang harus ditinggalkan.
Serta terbentuknya sifat saling menghargai terhadap kebudayaan masing-masing.

3. Menuju Masyarakat Multikulturalisme

Dalam masyarakat multikulturalisme ditegaskan, bahwa corak masyarakat Indonesia yang


bhinneka Tunggal Ika ini bukan hanya di maksudkan pada keanekaragaman suku bangsa,
melainkan juga keanekaragaman budaya yang ada dalam masyarakat Indonesia secara
keseluruhan. Eksistensi keberagaman kebudayaan tersebut selalu

E. Tujuan Pendidikan Multikulturalisme

1. Membangun Paradigma Keberagaman Inklusif

Paradigma keagamaan yang inklusif berarti lebih mementingkan dan menerapkan nilai-nilai
agama dari pada hanya melihat dan mengagungkan simbol-simbol keagamaan. Paradigma
pemahaman keagamaan aktif sosial berarti agama tidak hanya menjadi alat pemenuhan kebutuhan
rohani secara pribadi saja. Akan tetapi yang terpenting adalah membangun kebersamaan dan
solidaritas bagi seluruh manusia melalui aksi-aksi sosial yang nyata yang dapat meningkatkan
kesejahteraan umat manusia.45 Dengan membangun paradigma pemahaman keberagaman yang
humanis, pluralis dan kontekstual diharapkan nilai-nilai universal yang ada dalam agama seperti
kebenaran, keadilan, kemanusiaan, perdamaian dan kesejahteraan umat manusia dapat ditegakkan.
Lebih khusus lagi, agar kerukunan dan kedamaian antar beragama dapat terbangun.

2. Menghargai Keragaman Bahasa dan Etnis di Sekolah

Sikap sensitif terhadap masalah-masalah yang diskriminatif khususnya terhadap diskriminasi


bahasa yang terjadi di sekolah. Maka niscaya usaha untuk membangun sikap siswa agar mereka
dapat selalu menghargai orang lain yang mempunyai bahasa dan dialek yang berbeda, sedikit demi
sedikit akan dapat tertanam dan kemudian tumbuh dengan baik.46 Sekolah sebaiknya berperan
aktif dalam membangun pemahaman dan kesadaran siswa tentang pentingnya sikap menghargai
dan anti diskriminasi terhadap etnis lainnya dengan cara membuat pusat kajian atau forum dialog
9
untuk mengagas hubungan yang harmonis antaretnis. Dengan adanya dialog atau kajian ini
diharapkan akan terbangun pemahaman dan pandangan siswa yang lebih terbuka terhadap etnis
lainnya. Atau bisa juga diadakan pecan atau hari khusus yang mengangkat karakter atau budaya
semua etnis yang ada di sekolah tersebut. Dengan adanya kegiatan semacam ini siswa dapat
memahami berbagai keunikan dan perbedaan karakteristik serta budaya dari masing – masing
etnis.

3. Membangun Sikap Sensitif Gender

Dalam kehidupan sosial pun pria dan wanita mempunyai hak yang sama. Perannyalah yang
berbeda sesuai kodrat yang dimiliki masing-masing. Perbedaan jenis kelamin tidak hanya
merupakan hal yang berhubungan dengan warisan biologis. Masyarakat menuntut laki-laki dan
perempuan untuk bertingkah laku berbeda sesuai dengan perannya masing-masing. Untuk
memenuhi harapan ini, anak-anak harus memahami jenis kelamin mereka masing-masing dan
mengintegrasikannya ke dalam konsep diri mereka. Dalam Islam, laki-laki juga diajarkan untuk
melakukan tugas domestik untuk meringankan beban istri di rumah, jika mereka sedang di
rumah.49 Maka, diskriminasi yang berlandaskan pada perbedaan jenis kelamin (gender) dan
sebagainya tidak memiliki dasar pijakan sama sekali dalam ajaran tauhid.

F. Nilai-Nilai Multikulturalisme

Achmad Yusuf menjelaskan bahwa terdapat tiga nilai multikulturalisme, yaitu demokratis,
pluralisme, dan humanisme. Nilai-nilai multikulturalisme dijelaskan sebagai berikut.

1. Demokratis

Demokratis adalah cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain. Demokratis merupakan kata sifat demokrasi. Warga negara yang
demokratis adalah warga negara yang memiliki perilaku hidup yang baik dalam kehidupan pribadi
maupun kenegaraan dengan memegang nilai-nilai demokrasi. Hubungan multikulturalisme dan
demokratis dapat dilihat pada Universal Declaration on Cultural Diversity oleh UNESCO.
Deklarasi tersebut menyatakan bahwa hanya ketika keragaman kultural berada dalam konteks
keseimbangan dengan kohesi sosial, maka kita dapat mencapai jalan menuju partisipasi
demokratis dan hidup berdampingan secara damai.

2. Pluralisme

Pluralisme adalah paham atau ideologi yang menerima keberagaman sebagai nilai positif
dan keragaman itu merupakan sesuatu yang empiris. Menurut Dr. Hj. Rodhatul Jennah, M.Pd.,
dalam sosiologi, pluralisme merupakan konsep pemahaman tentang kehidupan majemuk (plural)
yang harus diatur sedemikian rupa untuk menciptakan suasana saling menghargai dan
menghormati guna menghindari konflik.

Pluralisme juga dapat diartikan sebagai keberadaan atau toleransi keragaman etnik atau kelompok-
kelompok kultural dalam suatu masyarakat.

10
(Maemunah,2007: 77-95) medeskripsikan beberapa sikap yang mencerminkan sikap pluralis:

a. Hidup dalam Perbedaan (Sikap Toleransi/Tasamuh). Seseorang dinyatakan toleran jika dia
dapat membolehkan atau membiarkan orang lain menjadi diri mereka sendiri dan bukan
keinginan kita untuk mempengaruhi mereka supaya mengikuti ide kita. Tumbuhnya sikap
toleransi dalam setiap pribadi, dapat mengundang dialog untuk saling mengkomunikasikan
dan menjelaskan perbedaan serta ada saling pengakuan.
b. Sikap Saling Menghargai Sikap saling menghargai adalah sikap mendudukkan semua
manusia dalam relasi kesetaraan, tidak ada superioritas maupun inferioritas.
c. Saling Percaya (Husnudzan) Rasa saling percaya adalah salah satu unsur terpenting dalam
relasi antarsesama manusia (modal sosial) untuk penguatan kultural suatu masyarakat.
Kecurigaan dan khianat merupakan awal yang buruk dalam membangun komunikasi lintas
batas, sebaliknya senantiasa berprasangka baik (husnudzan) dan memelihara kepercayaan
adalah unsur yang harus ditekankan.
d. Interdependen (sikap saling membutuhkan/saling ketergantungan) Manusia adalah
makhluk sosial (homo socius), antara satu dengan yang lainnya adalah saling
membutuhkan dan saling melengkapi. Hal ini menuntut agar orang selalu bekerja sama
dan bertanggung jawab satu dengan yang lain. Kondisi seperti ini hanya dapat terjadi
dalam tatanan sosial yang sehat, dimana manusia saling memelihara hubungan sosial yang
kokoh. Tanpa orang lain segala sistem yang telah dibangun akan sulit dan mustahil
berfungsi bagi pengembangan harmoni sosial dan empati kemanusiaan. Hal ini
membutuhkan kerjasama dalam suatu masyarakat sehingga tercipta kesejahteraan
bersama.
e. Apresiasi terhadap Pluralitas Budaya Apresiasi terhadap pluralitas budaya yang berbeda
adalah hal yang menunjukan sikap menghormati terhadap budaya lain yang berada dalam
kehidupan ini.

3. Humanisme

Humanisme berarti martabat dan nilai dari setiap manusia, serta semua upaya untuk
meningkatkan kemampuan alamiahnya secara penuh. Berdasarkan buku Gerakan Theosofi di
Indonesia, tujuan inti humanisme adalah menghamba pada kemanusiaan.

Penerapan humanisme dalam masyarakat multikulturalisme dapat dilakukan oleh berbagai


lembaga baik di sekolah-sekolah negeri dan swasta, di lingkungan keluarga dan masyarakat, di
lembaga pendidikan agama, di berbagai aktivitas bisnis, dan lainnya.

Kesemua hal tersebut di atas ditambah juga pendapat Farida Hanum dan Setya Raharja
(2011: 116) yang dikatakan dalam bahasa visi-misi pendidikan multikulturalisme dengan selalu
menegakkan dan menghargai pluralisme, demokrasi, dan humanisme, berdasarkan dari pendapat
Muthoharoh (2011: 56-77) maka indikator keterlaksanaan nilai-nilai multikulturalisme yang ada
di sekolah dasar, adalah sebagai berikut:

a. Nilai Inklusif (Terbuka) Nilai ini memandang bahwa kebenaran yang dianut oleh suatu
kelompok, dianut juga oleh kelompok lain. Nilai ini mengakui terhadap pluralisme dalam suatu
11
komunitas atau kelompok sosial, menjanjikan dikedepankannya prinsip inklusifitas yang
bermuara pada tumbuhnya kepekaan terhadap berbagai kemungkinan unik yang ada.

b. Nilai Mendahulukan Dialog (Aktif) Dengan dialog, pemahaman yang berbeda tentang
suatu hal yang dimiliki masing-masing kelompok yang berbeda dapat saling diperdalam tanpa
merugikan masing-masing pihak. Hasil dari mendahulukan dialog adalah hubungan erat, sikap
saling memahami, menghargai, percaya, dan tolong menolong.

c. Nilai Kemanusiaan (Humanis) Kemanusiaan manusia pada dasarnya adalah pengakuan


akan pluralitas, heterogenitas, dan keragaman manusia itu sendiri. Keragaman itu bisa berupa
ideologi, agama, paradigma, suku bangsa, pola pikir, kebutuhan, tingkat ekonomi, dan sebagainya.

d. Nilai Toleransi Dalam hidup bermasyarakat, toleransi dipahami sebagai perwujudan


mengakui dan menghormati hak-hak asasi manusia. Kebebasan berkeyakinan dalam arti tidak
adanya paksaan dalam hal agama, kebebasan berpikir atau berpendapat, kebebasan berkumpul,
dan lain sebagainya.

e. Nilai Tolong Menolong Sebagai makhluk sosial, manusia tak bisa hidup sendirian meski
segalanya ia miliki. Harta benda berlimpah sehingga setiap saat apa yang ia mau dengan mudah
dapat terpenuhi, tetapi ia tidak bisa hidup sendirian tanpa bantuan orang lain dan kebahagiaan pun
mungkin tak akan pernah ia rasakan.

f. Nilai Keadilan (Demokratis) Keadilan merupakan sebuah istilah yang menyeluruh dalam
segala bentuk, baik keadilan budaya, politik, maupun sosial. Keadilan sendiri merupakan bentuk
bahwa setiap insan mendapatkan apa yang ia butuhkan, bukan apa yang ia inginkan.

g. Nilai Persamaan dan Persaudaraan Sebangsa Maupun Antarbangsa Dalam Islam, istilah
persamaan dan persaudaraan itu dikenal dengan nama ukhuwah. Ada tiga jenis ukhuwah dalam
kehidupan manusia, yaitu: Ukhuwah Islamiah (persaudaraan seagama), ukhuwah wathaniyyah
(persaudaraan sebangsa), ukhuwah bashariyah (persaudaraan sesama manusia). Dari konsep
ukhuwah itu, dapat disimpulkan bahwa setiap manusia baik yang berbeda suku, agama, bangsa,
dan keyakinan adalah saudara. Karena antarmanusia adalah saudara, setiap manusia memiliki hak
yang sama.

h. Berbaik Sangka Memandang seseorang atau kelompok lain dengan melihat pada sisi
positifnya dan dengan paradigma itu maka tidak akan ada antar satu kelompok dengan kelompok
lain akan saling menyalahkan. Sehingga kerukunan dan kedamaian pun akan tercipta.

i. Cinta Tanah Air Cinta tanah air dalam hal ini tidak bermakna sempit, bukan chauvanisme
yang membangga-banggakan negerinya sendiri dan menghina orang lain, bukan pula memusuhi
negara lain. Akan tetapi rasa kebangsaan yang lapang dan berperikemanusiaan yang mendorong
untuk hidup rukun dan damai dengan bangsa-bangsa lain.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Multikultural bagi Indonesia merupakan suatu strategi dan integrasi sosial di mana
keanekaragaman budaya benar diakui dan dihormati, sehingga dapat difungsikan secara efektif
dalam mengatasi setiap isu-isu separatisme dan disintegrasi sosial. Multikulturalisme mengajarkan
semangat kemanunggalan atau ketunggalan (tunggal ika) yang paling potensial akan melahirkan
persatuan kuat, tetapi pengakuan adanya pluralitas (Bhinneka) budaya bangsa inilah yang lebih
menjamin persatuan bangsa.

Konflik-konflik yang terjadi di Indonesia umumnya muncul sebagai akibat keanekaragaman


etnis, agama, ras, dan adat, seperti yang mendasari konflik di daerah Maluku Utara dan Maluku
Tengah. Tapi Seharusnya keberagaman dan perbedaan Indonesia harus di jaga agar dengan
adanya perbedaan dalam kebudayaan membuat Indonesia semakin kaya dan sesuai dengan
semboyan Negara Indonesia yaitu bhineka tunggal ika (berbeda tetapi satu tujuan).

Pendidikan di Indonesia yang masyarakatnya terdiri dari berbagai macam ras, suku budaya,
bangsa, dan agama dirasa penting untuk menerapkan pendidikan multikultural.Karena tidak dapat
dipungkiri bahwa dengan masyarakat Indonesia yang beragam inilah seringkali menjadi penyebab
munculnya berbagai macam konflik

B. Saran

Indonesia adalah bangsa yang multikultural, bangsa yang berdiri dari bebagai macam suku,
budaya, ras dan berbagai bahasa. Namun hal tersebut tidak menutup kemungkinan bagi kita
sebagai bangsa indonesia untuk bersatu dan berjuang untuk bangsa yang terdiri dari bermacam-
macam kultur ini. Kita harus bersatu agar duduk sama rendah dan berdiri sama dengan bangsa
yang lain dan bersama-sama, bergotong royong untuk mengangkat martabat bangsa Indonesia di
mata dunia.Untuk itu sebagai warga Negara yang cinta tanah air kita harus menjaga
keanekaragaman kebudayaan kita. Kita dianjurkan untuk hidup saling berdampingan satu sama
lain sehingga tidak ada pertengkaran dan perpecahan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Arifudin, I. (2007). Urgensi Implementasi Pendidikan Multikultural di Sekolah. Jurnal Pemikiran


Alternatif Pendidikan , 220-233.
Hasyim, U. (1972). Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam Sebagai Dasar Menuju
Dialog dan Kerukunan Antar Agama. Surabaya: PT Bina Ilmu.
Munawar, P. D. Fikih Hubungan Antar Agama . Jakarta: Ciputat Press.
Porwadarminta, W. (1986). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Sudiadi, D. (2009). Menuju Kehidupan Harmonis dalam Masyarakat yang Majemuk. Jurnal
Kriminologi Indonesia , 33-42.
Tobari, A. (2015, April 11). Pentingnya Sikap Toleransi dalam Multikulturalisme Bangsa
Indonesia. Retrieved April 25, 2016, from Kompasiana:
www.kompasiana.com/alantobari/pentingnya-sikap-toleransi-dalam-multikultural-
bangsa-indonesia_5535a7426ea8348216a4e8

Abdillah, Masykuri, Demokrasi di Persimpangan Makna: Respons Intelektual Muslim


Indonesia Terhadap Konsep Demokrasi 1966-1993.

Al-Abrasyi, Athiyyah, At-Tarbiyyah al-Islamiyyah wa Falsafatuha, Beirut: Dar al-Fikr.


1969.

Ainul Yaqin, M. Pendidikan Multikultural: Cross-Cultural Understanding untuk


Demokrasi dan Keadilan, Yogyakarta: Pilar Media. 2005.

Andersen dan Cusher, “Multicultural and Intercultural Studies” dalam C. Marsh (ed),
Teaching Studies of Society and Environment ( Sydney: Prentice-Hall, 1994).

Audah, Abd al-Qadir, al-Tasyri’ al-Jinaiy al-Islamiy, Juz II, Beirut: Dar al-Fikr al-Arabi,
tt.

14

Anda mungkin juga menyukai