Anda di halaman 1dari 10

UPAYA MEMBENTUK SIKAP TOLERANSI MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA

Dinar Karimah

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan dan Humaniora,
Universitas Pelita Bangsa.

Email : dinarkrmh@gmail.com
Abstrak
Bangsa Indonesia saat ini sedang menghadapi masalah kritis dalam hal karakter bangsa, salah
satunya adalah dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang bisa positif dan
negatif, dan salah satu yang paling sulit dipecahkan adalah dari sisi negatif, yaitu kehidupan dan
perilaku manusia yang menyimpang dari nilai, standar, norma dan tata krama, seperti hilangnya
toleransi. Dengan latar belakang tersebut, tidak ada lagi alasan untuk menunda pembentukan
karakter seluruh anak bangsa yang dapat dimulai di dunia pendidikan dengan pendidikan
Pancasila. Pendidikan pancasila diharapkan mampu menanamkan budi pekerti dan toleransi
moral yang sesuai dengan karakter bangsa Indonesia yang mengajarkan nilai-nilai budaya luhur.
Artikel ini ditulis dengan tujuan untuk memahami peran pendidikan pancasila dalam membentuk
sikap toleransi. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan atau studi kepustakaan
yang mencari referensi teoritis terhadap permasalahan atau kasus yang ditemukan. Menganalisis
data yang diperoleh penulis menggunakan metode analisis deskriptif. Data yang digunakan
adalah data sekunder berupa hasil karya para ahli, artikel, buku, e-book, majalah, jurnal dan
termasuk dokumen yang berkaitan dan mendukung penelitian ini.
Kata Kunci: Sikap, Toleransi, , Pendidikan Kewarganegaraan.

Abstract

The Indonesian nation is currently facing critical problems in terms of national character, one of
which is the impact of the development of science and technology, which can be both positive
and negative, and one of the most difficult to solve is from the negative side, namely human life
and behavior that deviate from values, standards, norms and manners, such as the loss of
tolerance. With this background, there is no longer any reason to delay the formation of the
character of all the nation's children that can be started in the world of education with Pancasila
education. Pancasila education is expected to be able to instill ethics and moral tolerance in
accordance with the character of the Indonesian nation that teaches noble cultural values. This
article was written with the aim of understanding the role of pancasila education in shaping an
attitude of tolerance. This research is a type of literature research or literature study that seeks
theoretical references to the problem or case found. Analyzing the data obtained by the author
using descriptive analysis methods. The data used is secondary data in the form of works by
experts, articles, books, e-books, magazines, journals and includes documents related to and
supporting this research.

Keywords: Attitude, Tolerance, Citizenship Education.


PENDAHULUAN
Indonesia adalah salah satu Negara seluruh masyarakat Indonesia, bahkan
dari banyak pulau, provinsi dan kota, dan pelajar usia dini, adalah toleransi.
tentu saja ada banyak ras, suku, adat istiadat
dan budaya yang berbeda di Indonesia. Toleransi adalah komponen penting
Memiliki banyak budaya juga menyebabkan dan esensial dari pencapaian hak asasi
banyak jenis perbedaan, tetapi ini juga manusia dan perwujudan perdamaian,
memiliki efek positif. Salah satunya adalah menurut UNESCO pada tahun 1994.
tumbuhnya sikap toleransi antar sesama Toleransi hanyalah menghormati hak dan
yang memiliki latar belakang berbeda, identitas orang lain (Ozkul et al., 2018).
namun juga memiliki efek negatif yang Menghormati keyakinan, sikap, dan perilaku
dapat menjadi tantangan tersendiri bagi yang agama, etnis, dan suku orang lain adalah
lain. Keberagaman ini harus dijaga dan tidak tanda toleransi. Sebagai dasar demokrasi,
boleh menjadi alasan perpecahan dengan toleransi adalah kapasitas dan keinginan
orang lain. Dengan adanya keberagaman ini, masyarakat dan rakyat untuk mengakui hak-
penduduk Indonesia memiliki banyak hak kelompok minoritas ketika kelompok itu
generasi penerus di berbagai daerah. Sudah mematuhi hukum yang ditetapkan oleh
menjadi tugas kita untuk membentuk mayoritas (Sahal et al., 2018). Konsep
generasi penerus bangsa dengan kepribadian toleransi kompleks dan multifaset. Toleransi
yang mampu mewujudkan cita-cita bangsa diekspresikan melalui ucapan dan kebebasan
Indonesia (Alzanaa & Harmawati, 2021). pikiran, serta melalui kebijakan yang
Dengan menumbuhkembangkan sikap dan memungkinkan saling pengertian sehingga
nilai toleransi akan menciptakan kehidupan terbentuk harmoni dalam keragaman dan
yang damai. pemahaman antarbudaya.

Anak-anak membutuhkan landasan Dengan menanamkan nilai toleransi


yang kuat dalam pengembangan karakter pada bangsa Indonesia sejak dini,
sejak usia dini. Sekolah, dan guru diharapkan generasi penerus bangsa
khususnya, sangat penting dalam proses Indonesia akan tumbuh dewasa untuk
membina perkembangan moral anak-anak. memiliki sikap toleran yang tidak terpecah
Toleransi adalah salah satu prinsip moral inti belah oleh perbedaan sosial negara. Dengan
anak. Anak-anak harus merasa menghargai banyak suku, bahasa, dan agama yang
dan merangkul keragaman yang ada jika berbeda. Indonesia merupakan salah satu
toleransi ditanamkan dalam diri mereka negara yang paling multikultural atau
sejak usia dini. beragam budaya di dunia. Hal ini sangat
jelas dalam konteks dan kondisi sosial
Total ada 18 nilai karakter, antara budaya yang kompleks, beragam, dan luas.
lain: Sungguh-sungguh religius (Religius); Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa,
Toleransi; Disiplin; Berjuang; kreatif; budaya dan agama, yang semuanya
berdaulat; secara demokratis; kompleks dan heterogen. Keberagaman dan
Keingintahuan; cinta tanah air; prestasi heterogenitas masyarakat Indonesia
penghargaan; ramah/komunikatif; cinta berkaitan dengan semboyan nasional
damai; Saya senang membaca; pengelolaan Indonesia, "Bhinneka Tunggal Ika" (Lestari,
lingkungan; peduli; dan tanggung jawab 2015).
sosial (Putry, 2019). Salah satu dari 18 nilai
karakter bangsa yang harus dimiliki oleh Untuk menjaga keutuhan bangsa
yang majemuk, kita perlu menanamkan rasa
toleransi di hati seluruh warga negara agar
terhindar dari risiko perpecahan akibat ini bertujuan untuk membangun karakter
perbedaan. Kami saling menghormati yang baik berdasarkan nilai-nilai yang
perbedaan satu sama lain. Oleh karena itu, terkandung dalam setiap pasal Pedoman
nilai toleransi harus ditanamkan di benak Pancasila (Nurgiansah, 2021).
setiap individu atau masyarakat Indonesia,
terutama pada masa kanak-kanak, untuk Pendidikan adalah bagian dari
bekal ketika mereka mewakili generasi komitmen untuk membentuk peserta didik
penerus bangsa. yang seimbang secara moral dan akademis
melalui proses pembelajaran, dan bertujuan
Menurut Nasution, belajar tentang untuk menemukan keseimbangan antara
hakikat toleransi sebaiknya dimulai sejak kedua dimensi ini melalui pendidikan. Peran
dini untuk investasi keluarga serta Nusa dan pendidikan penting karena tujuan
Bangsa (Fatima, 2018). Menurut Driel, pendidikan itu sendiri selaras dengan tujuan
toleransi secara garis besar dapat diartikan atau sarana untuk mensukseskan bangsa
sebagai penerimaan terhadap segala Indonesia. Setiap orang berhak atas
perbedaan dalam masyarakat (Ozkul et al., pendidikan yang memadai. Di lingkungan
2018). sekolah sering terjadi masalah yang
berkaitan dengan nilai, moral dan perilaku.
Semua ini merupakan bukti bahwa Dengan demikian, merupakan cara
pendidikan Pancasila diperlukan dan menanamkan dan membentuk karakter
perannya adalah memberikan pedoman agar seseorang melalui tema-tema Pancasila,
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila diajarkan sejak dini dan memahami bahwa
dapat dijadikan dasar dan pedoman karakter harus diperoleh sejak dini. Tentu
pendidikan di Indonesia. Pendidikan saja, melalui pendidikan, kita dapat
Pancasila memiliki misi untuk mengubah mengubah perilaku manusia melalui
dan membentuk cara berpikir dan karakter pembelajaran.
seseorang berdasarkan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila. Dalam hal ini, Lingkungan juga dapat mempengaruhi
Indonesia saat ini sedang menghadapi krisis kepribadian dan perilaku seseorang, dan
moral bagi banyak anak muda dan moral lingkungan sekolah, keluarga, dan sosial
mereka sedang terkikis oleh berbagai faktor tentunya masing-masing memiliki peran dan
yang mempengaruhi baik faktor internal pengaruh yang besar terhadap karakter. Jika
maupun eksternal. Karena kita tahu bahwa factor tersebut memberikan pengaruh yang
mereka adalah generasi penerus Indonesia, baik maka kami juga baik. Selain itu, itu
bangsa yang akan terus memperjuangkan semua tergantung pada bagaimana kita
cita-cita bangsa Indonesia dan melakukan bereaksi, dan kita terbatas pada apa yang
yang terbaik untuk mewujudkannya. Tentu dapat menyesatkan kita. Kecerdasan
saja, jika generasi kita merusak moralitas, intelektual dan emosional merupakan bagian
negara kita tidak akan mampu bersaing integral dari sikap dan perilaku setiap orang.
dengan orang lain. Oleh karena itu, (Wadu dkk., 2019)
pendidikan moral dan etika harus diberikan
sejak usia dini. Salah satunya adalah Sikap baik dan buruk tidak melekat
implementasi Pancasila dalam bentuk pada siapapun dan harus dibentuk. Menurut
pembelajaran yang dikemas dalam Nata (2015), sikap baik dan buruk itu relatif.
pendidikan Pancasila. Ini wajib karena Dengan kata lain, sikap baik dan buruk bisa
secara positif mempengaruhi karakter dan berubah. Oleh karena itu, pembentukan
sikap siswa sebagai generasi berikutnya. Hal sikap tersebut dapat dicapai melalui
pendidikan. Memupuk toleransi dan
persahabatan dapat dicapai melalui mengetahui secara pasti sumber ilmiah yang
pendidikan salah satunya pendidikan formal dibutuhkan. Sumber-sumber tersebut dapat
dan sekolah. berupa buku, majalah dan informasi atau
data lain yang relevan. Setelah
Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 mengumpulkan sumber, peneliti dapat
menyatakan bahwa tugas pendidikan membaca sumber ilmiah tersebut. Setelah
nasional adalah mengembangkan dilakukan analisis, peneliti menarik
keterampilan dan membentuk budaya kesimpulan dari berbagai penelitian yang
negara yang layak, sebagai bagian dari dikumpulkan. Langkah-langkah tersebut
pendidikan kehidupan berbangsa, dengan sesuai dengan tahapan kajian literatur
tujuan mewujudkan potensi peserta didik (Nasution et al., 2019)
untuk menjadi insan beriman. Ini
menyatakan bahwa itu untuk membentuk HASIL DAN PEMBAHASAN
karakter dan moral seperti bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, Pentingnya Pendidikan Pancasila
dan menjadi warga negara yang sehat,
cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan Indonesia memiliki banyak
bertanggung jawab (Supardi, 2015). perbedaan budaya dari segi suku, ras dan
agama. Hal ini tentu membutuhkan sesuatu
METODE PENELITIAN yang bisa kita jadikan panduan agar kita
tidak terpecah belah dalam menghadapi
Dalam penelitian ini informasi banyak perbedaan tersebut. Ada berbagai
dikumpulkan dengan menggunakan metode kendala dan tantangan. Hal itu tentu
studi literature dan mengidentifikasi peran menciptakan konflik. Setiap isu yang dapat
pendidikan pancasila dalam pembentukan mengancam kohesi kohesi NKRI harus
sikap toleransi. Teknik yang digunakan dihadapi secara bersama. Percepatan
adalah mencari dan mengumpulkan referensi globalisasi juga dapat menyebabkan
jurnal dan sumber lain kemudian munculnya pemahaman dan ideologi baru
membacanya satu per satu jurnal yang yang bertentangan dengan nilai-nilai
berhubungan dengan judul kemudian Pancasila. Efeknya adalah menurunkan nilai
memahami dan mempelajarinya kemudian pancasila. Penguatan ideologi dan nilai-nilai
mencatat poin-poin penting. Informasi yang Pancasila harus dilakukan dengan cara yang
diperoleh diverifikasi, sehingga ditulis terus memperkuat nilai-nilai yang
dengan bahasa penulis sesuai dengan terkandung dalam setiap perintah Pancasila
penelitian yang diperoleh sebelumnya. Data (Resmana & Dewi, 2021).Pendidikan
yang dikumpulkan menyajikan hasil pancasila harus diberikan kepada semua
penelitian sebelumnya. warga negara Indonesia, baik masyarakat
maupun pelajar. Masih banyak masyarakat
Hasil penelitian kepustakaan dapat yang belum mampu menerapkan nilai-nilai
dipercaya dalam menjawab permasalahan pancasila dalam kehidupannya. Jika terjadi
penelitian karena isi penelitian kepustakaan konflik Pancasila dapat dijadikan sebagai
merupakan kumpulan penelitian yang telah pemersatu bangsa.
dilakukan sebelumnya oleh peneliti lain
(Wandi & Mayar, 2019). Sebelum meneliti Banyak pengaruh internal dan
sumber ilmiah, peneliti harus menyiapkan eksternal yang tentunya dapat
alat yang akan digunakan untuk penelitian, mempengaruhi masyarakat, dan diharapkan
setelah itu peneliti mengidentifikasi dan Pancasila dapat memperkuat sikap dan
karakternya untuk merespon globalisasi dan Satu studi juga menemukan bahwa
perkembangan teknologi (Anggraini et al., toleransi termasuk menerima perbedaan,
2020). Dalam pendidikan Pancasila ini, akan mengubah persatuan menjadi keragaman,
belajar dan mengenal nilai-nilai yang mengakui hak-hak orang lain, menghormati
terkandung dalam Pancasila dan bagaimana dan menghormati keberadaan orang lain,
nilai-nilai tersebut dapat ditransfer ke dalam perbedaan budaya dan perbedaan lain yang
kehidupan sosial Anda. diciptakan oleh Tuhan Yang Mahakuasa.
(Anang & Zuhroh, 2019) dapat membentuk
Mendapatkan pendidikan Pancasila sikap dengan mendukung dan menghargai.
sangat penting bagi seluruh warga negara
Indonesia. Sebab, sekolah merupakan Menurut Sztejnberg dan Jasinnk,
lingkungan yang tepat untuk kegiatan teori toleransi dapat dibagi menjadi beberapa
berkelanjutan yang memungkinkan dimensi: toleransi interpersonal, toleransi
pendidikan Pancasila sejak dini, sehingga sosial, dan toleransi pribadi. Dimensi antar
memberikan landasan dasar bagi etnis meliputi sikap terhadap perbedaan
pengembangan karakter. Pendidikan mayoritas dan minoritas. Misalnya, saling
Pancasila merupakan bagian dari pendidikan menghormati perbedaan warna kulit atau
kewarganegaraan yang berfokus pada lokasi geografis. Aspek toleransi sosial
penanaman dan pemberian materi yang meliputi interaksi sosial yang terjadi antar
berkaitan dengan ideologi Pancasila menjadi individu melalui pembentukan komunikasi,
bahan kajian, yang kemudian diberikan sehingga menghasilkan keterbukaan antar
kepada peserta didik untuk menjadi warga perbedaan. Sementara itu, toleransi
negara yang baik. Dapat dikatakan bahwa kepribadian di sisi lain mencakup fenomena
Pendidikan Pancasila merupakan pendidikan atau kenyataan di lingkungan yang berada
ideologis di Indonesia. dalam budaya yang beragam, seperti
perlakuan antara dua suku yang saling
Toleransi pada Pendidikan menghakimi (Susanto & Kumala, 2019).
Pancasila
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Toleransi merupakan salah satu nilai Toleransi
karakter yang harus diajarkan dan
dipraktikkan sejak usia dini. Salah satu Faktor yang mempengaruhi toleransi
toleransi yang ada adalah toleransi adalah agama dan norma sosial. Pengaruh
beragama. Sikap seorang anak dapat norma sosial dan agama bisa signifikan.
mengindikasikan berbagai bentuk toleransi, Ketika norma sosial dan agama dapat
seperti: Terlepas dari perbedaan mereka, dikembangkan secara positif, mereka
anak-anak cenderung lebih toleran terhadap memainkan peran yang lebih besar dalam
orang lain, menunjukkan rasa hormat kepada membangun toleransi etnis (Idris et al.,
orang dewasa dan figur otoritas, terbuka 2016). Faktor berikutnya adalah pola asuh
untuk mengenal orang lain dari latar dan pengajaran. Pendidikan melalui pola
belakang dan keyakinan yang berbeda, dan asuh dan pengajaran menjadi kunci
lebih terbuka untuk mengenal orang lain dari tumbuhnya nilai toleransi pada anak usia
latar belakang dan keyakinan yang berbeda, dini (Manoppo et al., 2019). Faktor lain
dan lebih cenderung terbuka ketika teman yang mempengaruhi toleransi adalah
dikucilkan. Dia mengungkapkan kebencian pendidikan.
dan kasih sayang terhadap orang lain dan
membantu teman-teman yang lemah.
Berdasarkan temuan penelitian, pada interaksi dengan lingkungan (Faiqoh,
disimpulkan bahwa praktik mengajar 2015).
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
sikap siswa terhadap nilai toleransi (Taş & Menjadi panutan dan membiasakan
Minaz, 2019). Prinsip keharmonisan yang diri adalah faktor yang sangat penting dalam
sangat terasa, prinsip saling menghormati, mempraktikkan perilaku anak. Pendidik dan
dan solidaritas timbal balik yang tinggi juga guru perlu menjadi panutan yang baik di
merupakan faktor yang mendorong toleransi depan karakter anak (Lestaningrum &
(Faridah, 2013). Berdasarkan hasil Jayanti, 2019). Guru juga menunjukkan
penelitian kami, kami menemukan beberapa toleransi dengan saling membantu dan
faktor yang menyebabkan intoleransi. Salah bersikap baik tanpa diskriminasi, berharap
satunya adalah kebebasan beragama. contoh ini akan diikuti oleh anak-anak (Zain,
pertengkaran dengan suku lain yang 2020).
mengakibatkan didikan agama, pertengkaran
dan masalah pribadi yang disebabkan oleh Media juga dapat digunakan sebagai
keterlibatan suku. Agama, merasa terganggu cara yang menciptakan tingkat toleransi
dengan kegiatan keagamaan yang pada anak. Belajar melalui media
berlangsung di daerah pemukiman. memudahkan anak memahami dan
(Prabowo, 2019). berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.
Berbagai media yang mencoba
Metode dalam menanamkan nilai menyampaikan nilai toleransi pada anak usia
toleransi pada anak usia dini dini adalah buku bergambar, barang bekas,
televisi, dan tape recorder. Studi
Mengajarkan nilai toleransi pada menunjukkan bahwa media ini dapat
anak usia dini memerlukan strategi atau meningkatkan toleransi pada anak (Sipa,
metode yang tepat dan efektif untuk 2016). Buku cerita juga memiliki media
mencapai pengajaran nilai toleransi pada sebagai sarana pembelajaran karakter, salah
anak usia dini. Guru sebagai pemimpin yang satunya nilai toleransi dan kemampuan
menanamkan nilai-nilai karakter, baik dalam mempererat hubungan antara guru dan anak,
kegiatan pembelajaran maupun di luar maka dirancanglah buku cerita pendidikan
pembelajaran. Salah satunya adalah nilai karakter cinta toleransi dan perdamaian.
toleransi.
Siswa dapat dengan mudah
Untuk membentuk kepribadian anak mengikuti materi setelah mereka memahami
sedemikian rupa sehingga rasa toleransi metode penyampaiannya. Penyampaian guru
dibangun ke dalam jiwa, anak harus melihat haruslah menyenangkan dan mudah
contoh-contoh di sekitarnya. Pembiasaan dimengerti. Dalam pendidikan Pancasila,
digunakan dengan sangat efektif pada anak guru biasanya menggunakan metode story
usia dini untuk memastikan bahwa nilai-nilai atau bercerita. Guru menggunakan dongeng
ini tetap dan tidak berfluktuasi di masa dan contoh-contoh dari berbagai belahan
depan (Cahyaningrum et al., 2017). Kiddy dunia untuk menyampaikan apa yang
Care Tegal juga menyertakan contoh-contoh mereka pelajari di siang hari. Misalnya,
yang mendorong tingkat pembelajaran yang cerita Berasal dari Bilal bin Raba. Nilai-nilai
dapat diterima. Guru memberikan contoh umum dapat diturunkan dari sejarah tersebut
langsung agar anak dapat segera seperti Mengakui perbedaan fisik dan
mempraktekkan sikap positif yang membantu siswa menerima
ditunjukkan. Guru juga mengenalkan anak perbedaan.Materi yang diberikan oleh guru
dan contoh pengaturan kehidupan nyata Sila Pancasila, yang terdiri dari dua sumber,
diakui oleh siswa. Siswa juga dapat berlatih yaitu karakter hati nurani dan cara berpikir
dalam kehidupan sehari-hari mereka. manusia. Karakter dari hati adalah kejujuran,
iman dan taqwa, keadilan, ketertiban,
Guru juga menggunakan media, toleransi, amanah, ketaatan, tanggung jawab,
mainan edukasi, untuk mengajarkan anak- empati, resiko, pantang menyerah,
anak nilai toleransi. Mainan pendidikan pengabdian dan nasionalisme. Adapun
memungkinkan anak-anak untuk bermain karakter pemikiran manusia yaitu cerdas,
dan belajar dengan bebas, menumbuhkan inovatif, sangat ingin tahu, produktif dan
sikap kerja sama dan saling menghormati di peka terhadap lingkungan. Menurut daftar
antara teman-teman, dan mendengarkan pembinaan dan pengembangan karakter
pendapat satu sama lain untuk mengurangi manusia, khususnya generasi muda, dapat
atau menghilangkan lelucon anak-anak. dicapai melalui berbagai upaya, antara lain
(Hakim & Husin, 2019). Cara lain untuk melalui pendidikan yang terstruktur dan
menciptakan tingkat toleransi adalah dengan terprogram, inkremental dan saling
game. Permainan yang mengajarkan anak berhubungan.
nilai toleransi adalah permainan tradisional.
Ini adalah permainan kelompok tradisional Menurut KI Hajar Dewantara, tokoh
yang dikembangkan dan dirancang oleh guru terkemuka dalam pendidikan Indonesia,
aktivitas anak-anak untuk mengajarkan pendidikan adalah upaya sadar untuk
anak-anak toleransi satu sama lain (M.K. mengembangkan segala kualitas dalam diri
Dewi, 2019). setiap orang, seperti pengetahuan, sikap,
keterampilan dan karakter. Kepribadian
Selain metode pembelajaran yang dapat didefinisikan sebagai karakter, esensi,
menyenangkan, guru melakukan upaya lain temperamen, dan perilaku setiap orang.
untuk membiasakan anak pada pembentukan Perilaku manusia memiliki dua kualitas:
sikap, salah satunya melakukan rutinitas baik dan buruk. Jika seseorang memiliki
menetap sebelum mulai belajar, misalnya kualitas yang baik dan berperilaku baik,
Membaca Asmaul Husna, melakukan sholat maka karakternya juga baik. Sebaliknya, jika
Dhuha, membaca dan membaca shalawat seseorang memiliki kualitas buruk dan
serta Pancasila. Selama proses pembelajaran berperilaku buruk, orang tersebut dapat
perlu diberikan waktu tunda agar siswa tidak dilihat memiliki karakter yang buruk karena
melakukan hal tersebut bosan, kegiatan tindakannya dapat berdampak. baik atau
mengisi waktu istirahat, biasanya buruknya karakter seseorang. sekolah
menyanyikan lagu daerah siswa perwakilan komunitas. Oleh karena itu wajar jika nilai-
kelas. Tidak hanya guru, tapi juga sekolah nilai karakter yang baik diberikan sebagai
beberapa program yang bertujuan untuk persiapan dan diterapkan kepada peserta
membentuk karakter siswa. program sehingga nantinya dapat menerapkan nilai-
Kegiatan sekolah meliputi kegiatan nilai tersebut untuk menjalani kehidupan
penghargaan, perayaan Hari Nasional dan yang baik di keluarga, masyarakat dan
pertunjukan seni dan buku kontak antara sekolahnya.
orang tua dan guru sekolah Pendidikan pancasila juga bertujuan untuk
menanamkan dan menanamkan nilai-nilai
Pendidikan Karakter positif pada setiap peserta didik untuk
membentuk akhlak yang mulia. Pendidikan
Dijelaskan pula bahwa karakter setiap karakter memiliki tiga fungsi utama, antara
individu terkandung dalam nilai setiap butir lain:
1. Langkah pertama adalah membentuk menumbuhkan rasa tanggung jawab
dan mengembangkan potensi Anda. sebagai generasi penerus bangsa.
Pendidikan karakter membentuk dan 4. Mengembangkan dan menerapkan
mengembangkan potensi peserta keterampilan siswa untuk menjadi
didik untuk memiliki akhlak cerdas pribadi yang mandiri, kreatif, dan
dan mulia serta bertindak sesuai berwawasan nasional.
dengan falsafah Pancasila. 5. jadikan lingkungan sekolah sebagai
2. Langkah kedua adalah perbaikan dan tempat yang nyaman (worth it) agar
penguatan. Pendidikan karakter tidak bosan dengan lingkungan
memperkuat hubungan dan peran sekolah.
keluarga, satuan pendidikan,
masyarakat dan pemerintah, KESIMPULAN
mengembangkan potensi seluruh
warga negara dan ikut serta Berdasarkan wawasan dari berbagai sumber,
membangun bangsa yang lebih maju, dapat disimpulkan bahwa Pancasila telah
mandiri, adil dan sejahtera, memainkan peran utama tidak hanya dalam
Bertanggung jawab. membangun bangsa tetapi juga dalam
membentuk karakter generasi penerus
3. Langkah ketiga, fungsi filter. Dengan bangsa, termasuk toleransi. Nilai Pancasila
bantuan pembentukan karakter, Diterapkan berdasarkan perspektif, ini akan
seseorang dapat berkenalan dengan berdampak besar pada usaha atau upaya
budaya bangsanya sendiri dan untuk membangun karakter yang cerdas,
mengecualikan budaya lain yang kreatif dan mulia. Hal ini sebagai upaya
bertentangan dan tidak sesuai dengan mendorong sikap toleran sejak dini dalam
nilai-nilai budaya dan karakter rangka mewariskan nilai-nilai Pancasila
negaranya (Sayektiningsih et al., kepada generasi penerus. Sebagai aturan,
2017). Pancasila adalah titik awal untuk
membentuk kepribadian yang cerdas, kreatif
Tujuan pembangunan karakter yang dan mulia. Nilai-nilai yang terkandung
diharapkan oleh Kemendikbud dalam Pancasila adalah nilai-nilai
(sekarang: ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
Kemendikbud) adalah sebagai berikut, kebangsaan dan keadilan. Pancasila bersifat
subjektif. Artinya, nilai-nilai yang
1. Mengembangkan bakat dan terkandung dalam Pancasila berkaitan
kemampuan dalam hati nurani dengan penggunaan dan pengamalan nilai-
peserta didik, menjadi individu dan nilai Pancasila, negara Indonesia dan
warga negara yang berkarakter dan tentunya masyarakat.
berkarakter nasional.
2. Mengembangkan dan menerapkan DAFTAR PUSTAKA
sikap dan perilaku yang konsisten
dengan nilai-nilai dan adat istiadat Mustikaningrum, G., Pramusinta, L.,
masyarakat Indonesia sebagai Buamona, S. A. M. U., Cahyadi, E., &
masyarakat yang saleh, taat dan Istiqomah, W. (2020). Implementasi
religius. Pendidikan Karakter Terintegrasi Kurikulum
3. Mengembangkan dan mengamalkan dan Metode Pembelajaran pada Masa
jiwa seorang pemimpin serta Pandemi Covid-19. AULADUNA: Jurnal
Pendidikan Dasar Islam, 7(2), 154–164.
https://doi.org/10.24252/auladuna.v7i2 Shaukat, S., & Pell, A. W. (2020). Religious
a5.2020 Tolerance of Madrasa Students According to
Their Religious Affiliation: An Empirical
Nata, A. (2015). Akhlak Tasawuf dan
Investigation. International Journal of Islam
Karakter Mulia. PT Raja Grafindo Persada.
in Asia, 1(1), 67–90.
Pranata, Y. Y., & Barus, G. (2019). https://doi.org/10.1163/25899996-01010005
Peningkatan Karakter Bersahabat melalui
Subianto, J. (2013). Peran Keluarga,
Layanan Bimbingan Kelasikal dengan
Sekolah, dan Masyarakat dalam
Pendekatan Experiential Learning.
Pembentukan Karakter Berkualitas. 8(2),
SOLUTION, Jurnal of Counseling and
331–354.
Personal Development, 1(1), 1–14.
http://doi.org/10.21043/edukasia.v8i2. 757
https://ejournal.usd.ac.id/index.php/solution/
article/view/1990 Sujana, I. W. C. (2019). Funsi dan Tujuan
Pendidikan Indonesia. ADI WIDYA: Jurnal
Purwanto, A., Ichsan, I. Z., Gomes, P. W. P.,
Pendidikan Dasar, 4(1), 29–39.
Rahman, M. M., & Irwandani. (2020).
http://doi.org/10.25078/aw.v4i1.927
ESBOR During Covid-19: Analysis
Students Attitude for Develop 21st Century Sunarti. (2019). Pembentukan Karakter
Environmental Learning. Journal of Peserta Didik pada Mata Pelajaran
Sustainability Science and Management, Pendidikan Kewarganegaraan Kelas III A di
15(7), 20–29. MI Muhammadiyah Pasirmuncang
https://doi.org/10.46754/jssm.2020.10.003 Purwokerto Barat [Institut Agama Islam
Negeri Purwokerto]. http://repository.iain
Rahman, A. A. (2018). Psikologi Sosial.
purwokerto.ac.id/5061/1/COVER_BAB
Rajawali Pers.
I_BAB V_DAFTAR PUSTAKA.pdf
Rahman, M. M. (2019). Secondary School
Supardi, U. S. (2015). Arah Pendidikan di
Students Attitude towards Junior School
Indonesia dalam Tataran Kebijakan dan
Certificate (JSC) Examination in
Implementasi. Jurnal Formatif, 2(2), 111–
Bangladesh. International Journal of
121.
Education, 11(2), 158–168.
https://doi.org/10.30998/formatif .v2i2.92
https://doi.org/10.17509/ije.v11i2.14746
Taş, H., & Minaz, M. B. (2019). The Impact
Rijali, A. (2018). Analisis Data Kualitatif.
of Biography-based Values Education on 4th
Jurnal Alhadharah, 17(33), 81–95.
Grade Elementary School Students’
https://doi.org/10.18592/alhadharah.v17i33.
Attitudes towards Tolerance Value.
2374
International Journal of Progressive
Salim, M. (2017). Bhinneka Tunggal Ika Education, 15(2), 118–139. https://doi.org/
sebagai Perwujudan Ikatan Adat-Adat 10.29329/ijpe.2019.189.9
Masyarakat Adat Nusantara. Al Daulah:
Tilaar, H. A. R. (2012). 10 Windu
Jurnal Hukum Pidana dan Ketatanegaraan,
Pendidikan Nasional: Arah Ke Mana?
6(1), 65–74.
Kompas.
https://doi.org/10.24252/ad.v6i1.4866
Al-Ansori, A. M. (2018). Strategi
Pembentukan Karakter Toleransi pada Siswa
Sekolah Dasar Multikultur dan Dwibahasa
SD Pribadi di Kota Bandung. UMBARA
Indonesian Journal of Anthropology, 3(2),
105–116. https://doi.org/10.24198/
umbara.v3i2.29325
Dahlan. (2016). Konsep Pembelajaran
Aqidah & Akhlak. Deepublish CV Budi
Utama.
Dahlan. (2017). Membangun Spiritualitas
dan Kemuliaan Sikap (Rekonstruksi
Pemahaman Aqidah dan Implikasinya).
Samudra Biru.
Idris, M. (2013). Hubungan Antara Gaya
Hidup Modern dan Prinsip Individualisme
terhadap Perilaku Belajar Fisika SMA
Negeri 17 Makassar Provinsi Sulawesi
Selatan. JPF: Jurnal Pendidikan Fisika, 1(2),
93–106. https://doi.org/10.24252/
jpf.v1i2.1100

Anda mungkin juga menyukai