Anda di halaman 1dari 32

MOTIVASI BELAJAR AGAMA ISLAM ANAK-ANAK PESISIR PANTAI

PARANGTRITIS

PROPOSAL SKRIPSI

ACC SEMINAR
PROPOSAL
04/12/2020

Sutipyo R., S.Ag., M.Si.


NIY. 60150789
Oleh:
Lia Ni’matul Maula
NIM. 1700031117

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat penulisan skripsi pada program studi
Pendidikan Agama Islam

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2020
A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan bagi bangsa yang sedang berkembang seperti bangsa

Indonesia saat ini merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan

sejalan dengan tuntunan perkembangan zaman. Berhasil tidaknya proses

belajar mengajar (pendidikan) tergantung dari faktor dan kondisi yang

mempengaruhi proses belajar mengajar. Faktor dan kondisi yang

mempengaruhi proses belajar mengajar sesungguhnya banyak sekali

macamnya, baik ada pada diri anak, pada orangtua, maupun lingkungan

masyarakat. Pendidikan di Indonesia harus berperan positif dalam era

globalisasi ini. Pendidikan lebih dari sekedar pengajaran yang dikatakan

sebagai suatu proses transfer ilmu serta pembentukan kepribadian dengan

segala aspek yang dicakupnya. Penekanan pendidikan dibanding

pengajaran yang terletak pada pembentukan kesadaran dan kepribadian

individu atau masyarakat. Dengan proses semacam ini bangsa Indonesia

dapat mewariskan nilai-nilai keagamaan, kebudayaan, pemikiran dan

keahlian kepada generasi berikutnya, sehingga mereka siap menyongsong

masa depan yang lebih cerah. Pendidikan dalam bahasa Yunani dari kata

pedagogik yaitu ilmu menuntun anak.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan


negara.1 Pendidikan merupakan sebuah aktivitas yang memiliki maksud

dan tujuan tertentu yang diarahkan untuk mengembangkan potensi yang

dimiliki oleh setiap manusia. Pendidikan itu didasarkan pada interaksi

antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.

Interaksi antara pendidik dengan peserta didik merupakan proses saling

mempengaruhi antara pendidik dengan peserta didik. Pengaruh ini

memberikan peranan yang sangat sadar karena kedudukan pendidik

sebagai orang yang lebih dewasa, lebih berpengalaman, lebih banyak

menguasai nilai-nilai pengetahuan dan keterampilan.

Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya

untuk memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani anak, agar dapat

memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak

yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.2 Tujuan pendidikan

merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh kegiatan pendidikan. Tugas

atau misi pendidikan itu dapat tertuju pada diri manusia yang di didik

maupun kepada masyarakat bangsa di tempat ia hidup.

Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu

dengan lainnya. Maka dari itu, suatu masyarakat terbentuk karena setiap

manusia menggunakan perasaan, pikirannya untuk bereaksi terhadap

lingkungan sekitarnya dan suatu masyarakat dapat dikenali dari

karakteristik yang ada di dalamnya dengan cara mengenali ciri-ciri

1
Undang-undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1
2
Nurkholis, “Pendidikan dalam Upaya Memajukan Teknologi”, dalam Jurnal
Kependidikan, Vol. 1, No. 1, November 2018, hlm. 26.
masyarakat yaitu berada di wilayah tertentu, hidup secara

berkelompok,terdapat suatu kebudayaan, terjadi perubahan, terdapat

interaksi sosial, terdapat pemimpin, dan terdapat stratafikasi sosial. Arti

yang lebih khusus masyarakat disebut pula kesatuan sosial maupun ikatan-

ikatan kasih sayang yang erat.3 Kata masyarakat hanya dapat terdapat

dalam dua bahasa Indonesia dan Malaysia. Kemudian diadopsi ke dalam

bahasa Indonesia yang artinya berhubungan dan pembentukan suatu

kelompok atau golongan. 4

Masyarakat merupakan satu kesatuan manusia yang hidup dalam suatu

tempat dan saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, sehingga

dapat memunculkan suatu aturan baik secara tertulis maupun tidak tertulis

serta membentuk kebudayaan. Dengan kata lain, masyarakat juga

merupakan sistem yang terwujud dari kehidupan bersama manusia yang

disebut dengan sistem kemasyarakatan. Cara yang baik untuk mengerti

tentang masyarakat dengan menelaah ciri-ciri pokok dari masyarakat itu

sendiri. Lingkungan keluarga merupakan yang paling utama bagi

seseorang dalam mendapatkan pendidikan. Sedangkan lingkungan sekolah

merupakan lingkungan kedua, dimana lembaga pendidikan formal untuk

mendapatkan ilmu dan pendidikan. Keluarga merupakan lingkungan

pertama dan utama dalam pendidikan, memberikan landasan dasar bagi

3
M. Munandar Soelaiman, Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial, Eresco,
(Bandung: Eresco, t.th), hlm.63.
4
Drs. Sidi Gazalba, Masyarakat Islam, Pengantar Sosiologi & Sosiografi, (Jakarta, Bulan
Bintang, 1976), hlm. 11.
proses belajar pada lingkungan sekolah dan masyarakat.5 Apabila

pendidikan dalam lingkungan keluarganya dapat berjalan dengan baik,

maka tentu saja akan mempengaruhi kegiatan belajar. Keluarga merupakan

lembaga pendidikan yang bersifat informal, karena pendidikan

dilingkungan keluarga tidak memiliki program yang resmi seperti lembaga

pendidikan lainnya.6 Selain itu keluarga juga mempunyai peranan dan

tanggung jawab atas perlindungan anak sejak bayi hingga remaja. Sangat

diperlukan adanya pengenalan anak kepada kebudayaan, pendidikan, nilai

dan norma-norma kehidupan masyarakat dimulai dalam lingkungan

keluarga.

Ada sebagian anak yang mengalami masalah dalam belajar yang akan

mengakibatkan prestasi belajar tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Maka dari itu, untuk mengatasi masalah yang dialami tersebut diperlukan

motivasi belajar anak, yang mana motivasi belajar merupakan syarat untuk

belajar dan memberikan pengaruh besar dalam memberikan semangat

dalam belajar. Motivasi adalah segara sesuatu yang mendorong tingkah

laku manusia agar tujuan yang diinginkan bisa tercapai. Anak yang

memiliki motivasi tinggi akan memiliki semangat untuk melakukan

kegiatan belajar sehari-harinya. Tanpa adanya motivasi anak tidak akan

melakukan kegiatan pembelajaran, karena motivasi sebagai penggerak

anak untuk melakukan suatu hal untuk tujuan yang dikehendakinya dan
5
NS. Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2009), hlm. 163 .
6
Hasnawiah M, Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Motivasi Belajar Anak Di
Desa Panincong Kec. Marioriawa Kabupaten Soppeng., Skripsi S1 Universitas Islam Negeri
Alauddin, 2014, hlm. 7.
dapat meningkatkan semangat melakukan kegiatan pembelajaran. Motivasi

belajar adalah dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi belajar ini

timbul karena faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsiknya yaitu

adanya hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar,

harapan akan cita-cita, sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya

penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif dan kegiattan belajar

mengajar yang menarik. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi

motivasi belajar adalah lingkungan keluarga. Lingkungan masyarakat

pesisir pantai bekerja sebagai nelayan, dimana hal tersebut merupakan

suatu pekerjaan yang turun menurun. Masyarakat pesisir adalah

masyarakat yang bertempat tinggal di daerah pantai, dimana sebagian

besar bekerja sebagai nelayan dengan memiliki karakteristik yang berbeda

dengan masyarakat lainnya. Karakteristik masyarakat pesisir pada

umumnya adalah keras dan bersifat terbuka.7 Pesisir Pantai Parangtritis

terletak di wilayah Kecamatan Kretek. Kecamatan Kretek terdari dari lima

kelurahan yakni Donotirto, Parangtritis, Ttirtohargo, Tirtomulyo, Tirtosari.

Ada 11 pedukuhan di Desa Parangtritis antara lain: Kretek, Sono, Samiran,

Bungkis, Depok, Duwuran, Grogol VII, Grogol VIII, Grogol IX, Grogol

X, Mancingan.

Berdasarkan pernyataan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai motivasi belajar agama islam dimana masyarakat

7
Achmad Fama, “Komunitas Masyarakat Pesisir di Tambak Lorok, Semarang”, dalam
Jurnal Sabda, vol. 11, no. 2, 2016, hlm. 2.
pesisir pantai memiliki masalah sosial budaya yang terdapat pada

kehidupan nelayan yakni rendahnya tingkat pendidikan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat motivasi belajar agama islam anak-anak pesisir

Pantai Parangtritis?

2. Faktor apa saja yang mempengaruhi motivasi belajar agama islam

anak-anak pesisir Pantai Parangtritis?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tingkat motivasi belajar agama islam anak-anak

pesisir Pantai Parangtritis.

2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi motivasi belajar agama

islam anak-anak pesisir Pantai Parangtritis.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis:

a. Dapat menambah wawasan atau pengetahuan mengenai pendidikan

dan masyarakat pesisir pantai.

b. Sebagai bahan informasi dan menambah wawasan serta

perbandingan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian

dengan tema yang sama.


2. Manfaat Praktis

a. Dapat menambah wawasan dan gambaran bagi peneliti mengenai

pendidikan, masyarakat, motivasi belajar agama islam anak-anak

pesisir pantai.

b. Sebagai masukan bagi orang tua agar lebih memotivasi belajar

agama islam bagi anak-anaknya.

c. Memberikan perbaikan dalam penanganan masalah motivasi

belajar agama islam bagi anak pesisir pantai.

E. Kajian Terdahulu

Dari penelitian terdahulu, penulis tidak menemukan judul yang serupa

dalam penelitian terdahulu. Namun penulis mengangkat beberapa

penelitian sebagai referensi untuk menjadikan gambaran dan memperkaya

bahan kajian. Penulisan terdahulu menjadi salah satu acuan penulis untuk

melakukan penelitian agar dapat memperkaya teori yang akan digunakan

untuk mengkaji penelitian yang sedang dilakukan.

Pertama, skripsi Munika Febrinasari, mahasiswi Pendidikan Agama

Islam Institutut Agama Islam Negeri Ponorogo pada tahun 2018 yang

berjudul “Pengaruh Motivasi Belajar dan Pengelolaan Kelas Terhadap

Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di Smp

Ma’arif 5 Ponorogo Tahun Pelajaran 2017/2018”. Skripsi ini membahas

untuk mengetahui pengaruh antara motivasi belajar siswa dan pengelolaan

kelas dengan hasil belajar siswa di SMP Ma’arif 5 Ponorogo. Dalam

penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis


regresi. Peneliti menggunakan metode/teknik angket dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh motivasi belajar dan

pengelolaan kelas terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam di SMP Ma’arif 5 Ponorogo Tahun Ajaran 2017/2018 maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Motivasi belajar siswa pada

mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Ma’arif 5 Ponorogo

tahun pelajaran 2017/2018 dalam kategori rendah. 2) Pengelolaan kelas

pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Ma’arif 5 Ponorogo

tahun pelajaran 2017/2018 dalam kategori sedang. 3) Hasil belajar siswa

pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Ma’arif 5 Ponorogo

tahun pelajaran 2017/2018 dalam kategori sedang. 4) Motivasi belajar dan

pengelolaan kelas berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini berarti

motivasi belajar dan pengelolaan kelas terdapat pengaruh yang signifikan

terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di

SMP Ma’arif 5 Ponorogo Tahun Pelajaran 2017/2018.8

Kedua, skripsi Hasnawiah, mahasiswa Peningkatan Kualifikasi

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar pada tahun 2014 yang

berjudul “Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Motivasi Belajar

Anak di Desa Panincong Kec. Marioriawa Kabupaten Sopeng”. Skripsi ini

membahas mengenai keadaan lingkungan keluarga anak di Desa

Panincong Kab. Soppeng dan untuk mengetahui lingkungan keluarga

terhadap motivasi belajar anak di Desa Panincong Kab. Soppeng. Dalam


8
Munika Febrinasari, Pengaruh Motivasi Belajar dan Pengelolaan Kelas Terhadap Hasil
Belajar Siswa Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di Smp Ma’arif 5 Ponorogo Tahun
Pelajaran 2017/2018., Skripsi S1 Institutut Agama Islam Negeri Ponorogo, 2018, hlm. 100-101
penelitian ini analisia data yang digunakan adalah dengan teknik analisa

data statistik dan teknik penarikan kesimpulan. Jumlah sampel untuk

dijadikan sebagai wakil populasi adalah 50% dari 100 populasi, yakni

sebanyak 45 anak. Dalam populasi penulis mengambil sebagai populasi

asamplingnya adalah semua anak-anak di Desa Panincong Kec.

Marioriawa Kab. Soppeng. Metode pengumpulan data yang digunakan

yaitu dengan menggunakan metode pendekatan, library research, field

research. Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan melakukan observasi, interview, angket, dan dokumentasi. Setelah

melakukan observasi dan pendekatan dengan mewawancarai pihak yang

terkait serta mengolah hasil angket sehingga dapat disimpulkan bahwa: 1)

Kehadiran orang tua pada pertemuan yang diadakan sekolah, dari hasil

olahan angket yang diperoleh diketahui 58% selalu, 22% kadang-kadang,

16% jarang, dan 4% tidak pernah. 2) Orang tua proaktif mengontrol

aktivitas belajar anaknya di rumah dan di sekolah, berdasarkan hasil

olahan angket orangtua, dapat diketahui bahwa 48% selalu, 26% kadang-

kadang, 24% jarang, 2% tidak pernah. 3) Keterlibatan orang tua dalam

komite madrasah, dari hasil olahan angket terdapat 56% selalu, 36%

kadang-kadang, 8% jarang, 0% tidak pernah. 4) Pemberian motivasi secara

langsung kepada anak, terdapat 34% selalu, 56% kadang-kadang, 8%

jarang, dan 0% tidak pernah. 5) Keadaan siswa belajar pada pembelajaran,

dari hasil analisis angket terdapat 75% sangat senang, 25% kurang senang,

dan 0% tidak senang. 6) situasi siswa dalam penerapan pembelajaran,


terdapat ingin sekali mengetahui 70%, ragu-ragu 30%, dan tidak mau 0%.

Dari penelitian yang telah dilakukan maka menunjukkan bahwa

lingkungan keluarga sangat berpengaruh terhadap motivasi belahar anak di

Desa Panincong Kec. Mariorawa Kab. Soppeng.

Ketiga, skripsi Uni Sahara BR. Barus, mahasiswa Pendidikan Agama

Islam, Universitas Islam Negeri Sumatra Utara pada tahun 2018 dengan

judul penelitian “Upaya Mengingkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa

Melalui Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Think Pair

Share (TPS) Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Di Kelas VII

Mts Swasta Darul Arifin Kecamatan Pantai cermin Kabupaten Serdang

Bedagai”. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Uni Sahara Br. Barus

menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan secara

kolaboratif dengan melakukan perencanaan, tindakan, observasi, dan

refleksi. Penelitian tindakan mempunyai tujuan yaitu untuk memperbaiki

praktik pembelajaran. Di dalam penelitian ini yang menjadi subjek yaitu

siswa kelas VII C Mts Swasta Darul Arifin Kecamatan Pantai Cermin

Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2017-2018 yang berjumlah 30 orang

yang terdiri dari 14 orang laki-laki dan 16 perempuan. 9 Teknik

pengumpulan data, peneliti menggunakan Teknik pengumpulan data

wawancara, dokumentasi, tes, dan observasi. Sedangkan teknik analisis

data, peneliti menggunakan teknik analisis data kualitatif dan analisis

9
Uni Sahara BR. Barus, Upaya Mengingkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Melalui
Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Think Pair Share (TPS) Pada Mata
Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Di Kelas VII Mts Swasta Darul Arifin Kecamatan Pantai
cermin Kabupaten Serdang Bedagai., Skripsi S1 Universitas Islam Negeri Sumatra Utara, 2018,
hlm.
kuantitatif. Teknik analisis kualitatif dengan mengutip pendapat Miles and

Huberman (1984) dalam buku karangan Salim dan Syahrum yang berjudul

Metode Penelitian Kualitatif mengemukakan bahwa aktifitas dalam

analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara

terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas

dalam analisis data yaitu data redukcion, data display, dan conclusion

drawing/verification. 10
Teknik analisis kuantitatif, data kuantitatif (hasil

belajar siswa) akan dianalisis secara deskritif. Letak geografis Mts Swasta

Darul Arifin berada di daerah perkebunan kelapa sawit, pertanian,

perkotaan, dan daerah wisata pesisir pantai. Maka dapat menimbulkan hal

positif dan negative terhadap siswa, baik pengaruh budaya dari luar

maupun pengaruh teknologi, sehingga sangat dibutuhkan bimbingan

tentang akhlak budi pekerti, pendiidkan pengenalan tentang tindakan

kenalakan remaja, pengembangan baca tulis al-qur’an, kreatifitas siswa

dengan memanfaatkan fasilitas di lingkungan sekolah dan lingkungan

masyarakat daerah.

Keempat, skripsi Nurfadilah,M mahasiswa Manajemen Pendidikan

Islam, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar pada tahun 2016

dengan judul penelitian “Pengaruh Kedisiplinan Guru Terhadap Motivasi

Belajar Siswa di SMA Negeri 1 Sengkang Kab. Wajo”. Dalam penelitian

yang dilakukan oleh Nurfadilah M. menggunakan metode penelitian

kuantitatif dengan pendekatan survei. Populasinya adalah semua siswa

10
Salim dan Syahrum, Metode Penelitian Kualitatif, (Medan: Citapustaka Media, 2007),
hlm. 150.
SMA Negeri 1 Sengkang Kab. Wajo yang berjumlah 781 siswa dengan

353 siswa laki-laki dan 428 siswa perempuan. Dalam penentuan sampel

peneliti menggunakan teknik “random sampling”. Metode yang

digunakan adalah metode interview dan metode angket. Penelitian ini

disusun dalam bentuk model Skala Likert. Berdasarkan uji hipotesis thitung ≥

ttabel = 6.06 > 1.991, maka hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh antara kedisiplinan guru terhadap motivasi belajar siswa di SMA

Negeri 1 Sengkang Kab. Wajo yang mana dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan.

Berdasarkan penelitian di atas tentang Pengaruh Motivasi Belajar dan

Pengelolaan Kelas Terhadap Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam Di Smp Ma’arif 5 Ponorogo Tahun Pelajaran

2017/2018 bahwa penelitian tersebut membahas mengenai motivasi

belajar dan pengelolaan kelas dengan berfokus pada hasil belajar siswa di

Smp Ma’arif 5 Ponorogo. Kemudian penelitian tentang Pengaruh

Lingkungan Keluarga Terhadap Motivasi Belajar Anak di Desa

Panincong Kec. Marioriawa Kabupaten Sopeng membahas mengenai

gambaran bagaimana pengaruh lingkungan keluarga terhadap motivasi

belajar anak. Selanjutnya penelitian ketiga tentang Upaya Mengingkatkan

Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Melalui Pelaksanaan Strategi

Pembelajaran Kooperatif Model Think Pair Share (TPS) Pada Mata

Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Di Kelas VII Mts Swasta Darul

Arifin Kecamatan Pantai cermin Kabupaten Serdang Bedagai membahas


mengenai peningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Melalui

Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Think Pair Share

(TPS) dan penelitian yang terakhir tentang Pengaruh Kedisiplinan Guru

Terhadap Motivasi Belajar Siswa di SMA Negeri 1 Sengkang Kab. Wajo

membahas mengenai kedisiplinan guru terkait dengan motivasi belajar

siswa. Maka dari itu, penulis membuat penelitian ini lebih berfokus pada

Pendidikan dan Masyarakat Sekitar: Studi Motivasi Belajar Anak-anak di

Pesisir Pantai karena penelitian ini masih jarang ditemukan.

Tabel. 1

Daftar Kajian Pustaka Terdahulu

Penulis/ Relevansi
No. Peneliti Judul Tahun Bentu dengan
k Penelitian
1. Munika Pengaruh 2018 Skripsi Motivasi
Motivasi Belajar
Febrinasari, dan Pengelolaan belajar dan
Kelas Terhadap
Hasil Belajar pengelolaan
Siswa Mata
Pelajaran kelas.
Pendidikan
Agama Islam Di
Smp Ma’arif 5
Ponorogo Tahun
Pelajaran
2017/2018.

2. Hasnawiah Pengaruh 2014 Skripsi Gambaran


Lingkungan
Keluarga lingkungan
Terhadap
Motivasi Belajar belajar dan
Anak di Desa
Panincong Kec. motivasi
Marioriawa
Kabupaten Sopeng belajar anak

3. Uni Sahara Upaya 2018 Skripsi Fokus pada


Mengingkatkan
BR Motivasi dan peningkatan
Hasil Belajar
Siswa Melalui motivasi
Pelaksanaan
Strategi belajar
Pembelajaran
Kooperatif Model
Think Pair Share
(TPS) Pada Mata
Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam
Di Kelas VII Mts
Swasta Darul
Arifin Kecamatan
Pantai cermin
Kabupaten
Serdang Bedagai
4. Nurfadilah,M Pengaruh 2016 Skripsi Fokus pada
Kedisiplinan Guru
Terhadap kedisiplinan
Motivasi Belajar
Siswa di SMA guru yang
Negeri 1 Sengkang
Kab. Wajo berkaitan

dengan

motivasi

belajar

siswa

F. Kerangka Teori

1. Motivasi belajar

a. Pengertian motivasi
Seseorang akan berhasil dalam belajar, jika pada dirinya sendiri ada

keinginan untuk belajar. Keinginan untuk belajar inilah yang disebut

dengan motivasi. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal: (1) mengetahui

apa yang akan dipelajari. (2) memahami mengapa hal tersebut patut

dipelajari.11 Dengan dua unsur motivasi inilah sebagai dasar permulaan

yang baik untuk belajar, karena tanpa motivasi kegiatan belajar mengajar

akan sulit untuk berhasil. Motivasi berasal dari kata motif yang dapat

diartikan gerakan atau sesuatu yang bergerak. Jadi, istilah motif pun erat

hubungannya dengan “gerak”, yaitu dalam hal ini gerakan yang dilakukan

oleh manusia atau disebut juga perbuatan atau tingkah laku. Motif dalam

psikologi berarti rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga bagi

terjadinya suatu tingkah laku.12

Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai

dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap

adanya tujuan. Pengertian ini mengandung tiga elemen penting yaitu: 1)

Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri

setiap individu manusia. 2) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa

afeksi seseorang. 3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.13

11
Sardiman A. M., Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2018), hlm. 40.
12
Sudirman Sommeng, Psikologi Umum dan Perkembangan (Makassar: Alauddin
University Press, 2012), hlm. 106.
13
Sardiman A. M., Interaksi Dan Motivasi …, hlm. 74.
Motivasi adalah suatu usaha yang didasari untuk mempengaruhi

tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan

sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.14

Macam-macam motivasi antara lain:

1) Motivasi dilihat dari bentuknya

a) Motif-motif bawaan

b) Motif-motif yang dipelajari

c) Motivasi jasmaniah dan rohaniah

2) Motivasi intrinsik dan ekstrinsik

a) Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau

berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri

setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.


15

b) Motivasi ekstrinsik dapat dikatakan sebagai bentuk motivasi

yang di dalam aktivitas belajar dimulai dan diteruskan

berdasarkan golongan dari luar yang tidak secara mutlak

berkaitan dengan aktivitas belajar.16

Peserta didik yang memiliki motivasi belajar dapat dilihat dari berbagai

indikator yang ada di dalamnya. Motivasi yang ada pada diri seseorang itu

memiliki ciri–ciri sebagai berikut:


14
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007),
hlm. 71.
15
Sardiman A. M., Interaksi Dan Motivasi …, hlm. 88.
16
Dwi Saryani, Meningkatkan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Melalui
Pemberian Tugas Pada Siswa Kelas IV SD N Mejing I Ambarketawang Gamping Sleman
Yogyakarta., Skripsi S1 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010, hlm. 21.
a) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam

waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

b) Ulet dalam menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).

c) Menunjukkan minat terhadap bermacam–macam masalah.

d) Lebih senang bekerja sendiri.

e) Cepat bosan pada tugas–tugas yang rutin.

f) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan

sesuatu).

g) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.

h) Senang mencari dan memecahkan masalah soal–soal17

Pada dasarnya motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong

gairah seseorang dengan maksud agar mereka mau bekerja keras dengan

memberikan semua kemampuan dan keterampilannya untuk mewujudkan

suatu tujuan tertentu. Motivasi diartikan sebagai dorongan yang ada dalam

diri seseorang untuk berbuat sesuatu perubahan pada dirinya untuk

menjadi lebih baik dalam hal mematuhi segala kebutuhannya18.

b. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang atau individu

untuk memperoleh perubahan tingkah laku relative menetap yang dapat

diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung, perubahan

17
Heri Gunawan, Kurikulum Dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung:
CV. Alfabeta, 2013), hlm. 147.
18
Eli Hami, dan Mahsyar Idris, “Pengaruh Implementasi Kurikulum 2013 Terhadap
Pengingkatan Motivasi Belajar Peserta Didik Dalam Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti
Di SMAN Panca Lautang Sidrap”, dalam Jurnal Istiqra’, vol. II, no. 2, 2015, hlm. 145.
tersebut dari hasi latihan atau pengalamannya dalam indikasi dengan

lingkungan.19 Belajar diartikan sebagai aktivitas untuk memperoleh

pengetahuan atau proses orang memperoleh berbagai kecakapan,

keterampilan, dan sikap.20

Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan

serangkaian kegiatan yakni dengan membaca, mengamati, mendengarkan

meniru, dan lain-lain.

Untuk melengkapi pengertian di atas, maka perlu dikemukakan prinsip-

prinsip yang berkaitan dengan belajar. Adapun prinsip-prinsipnya antara

lain:

a) Belajar pada hakikatnya menyangkut potensi manusiawi dan

kelakuannya.

b) Belajar memerlukan proses dan penahapan serta kematangan diri para

siswa.

c) Belajar akan lebih mantap dan efektif, bila didorong dengan motivasi

terutama motivasi dari dalam/dasar kebutuhan/kesadaran atau intrinsic

motivation, lain halnya delajar dengan rasa takut atau dibarengi

dengan rasa tertekan dan menderita.

d) Dalam banyak hal, belajar merupakan proses percobaan (dengan

kemungkinan berbuat keliru) dan conditioning atau pembiasaan.

19
Heri Gunawan, Kurikulum Dan Pembelajaran …, hlm. 9-10.
20
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 38.
e) Kemampuan belajar seseorang siswa harus diperhitungkan dalam

rangka menentukan isi pembelajaran.

f) Belajar dapat melakukan tiga acara yaitu:

a. Diajar secara langsung;

b. Kontrol, kontak, penghayatan, pengalaman langsung (seperti anak

belajar bicara, sopan santun, dan lain-lain)

c. Pengenalan dan atau peniruan.

g) Belajar melalui praktik atau mengalami secara langsung akan lebih

efektif mampu membina sikap, keterampilan, cara berpikir kritis, dan

lain-lain, bila dibandingkan dengan belajar hafalan saja.

h) Perkembangan pengalaman anak didik akan lebih mudah dan menarik

untuk dipelajari, daripada bahan yang kurang bermakna.

i) Bahan pelajaran yang bermakna/berarti, lebih mudah dan menarik

untuk dipelajari, daripada bahan yang kurang bermakna.

j) Informasi tentang kelakuan baik, pengetahuan, kesalahan, serta

keberhasilan siswa, banyak membantu kelancaran dan gairag belajar.

k) Belajar sedapat mungkin diubah ke dalam bentuk aneka ragam tugas,

sehingga anak-anak melakukan dialog dalam dirinya atau

mengalaminya sendiri.21

Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan lingkungan

belajar yang kondusif. Sistem lingkungan belajar dipengaruhi dengan

berbagai komponen yang masing-masing saling mempengaruhi secara

21
Sardiman A.M, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada) 2018, hlm. 24-25
bervariasi, sehingga setiap peristiwa belajar mempunyai profil yang unik

dan kompleks. Ada tiga tujuan belajar antara lain:

1. Untuk mendapatkan pengetahuan.

2. Penanaman konsep dan keterampilan.

3. Pembentukan sikap.

c. Pengertian motivasi belajar

Motivasi belajar adalah dua hal yang saling mempengauhi. Motivasi

belajar ini timbul karena faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsiknya

yaitu adanya hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuha belajar,

harapan akan cita-cita, sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya

penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif dan kegiattan belajar

mengajar yang menarik.

2. Faktor yang mempengaruhi motivasi belajar

Motivasi belajar tidak hanya berasal dari faktor lingkungan sekolah saja,

Melainkan ada faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi siswa dalam

belajar, yaitu faktor lingkungan keluarga dan masyarakat. Akan tetapi,

motivasi yang terdapat dari faktor eksternal saja tidak cukup untuk

memberikan motivasi yang lebih pada siswa, siswa harus memiliki

motivasi yang diperoleh dari diri sendiri atau faktor internal untuk

membangkitkan minatnya.22 Selain itu faktor lain yang mempengaruhi

motivasi belajar yaitu cita-cita, kemampuan pembelajar, kondisi

22
Umi Lailatul Wafiroh, dkk, “Upaya Guru PAI Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Pai Teacher Efforts to Increase Learning Motivation” dalam Jurnal Konferensi Ilmiah Mahasiswa
Unissula, 2019, hlm. 1433.
pembelajar, upaya guru dalam membelajarkan pembelajar, minat anak

masih kurang. Hal tersebut dikarena setiap manusia mempunyai

kemampuan yang berbeda-beda. Ketika anak mengetahui bahwa

kemampuannya ada pada bidang tertentu maka akan termotivasi dengan

kuat untuk terus menguasai kemampuannya di bidang tersebut. Kurangnya

dukungan fasilitas yang diberikan orangtua juga dapat mempengaruhi

motivasi belajar, karena keterbatasan ekonomi sehingga belum maksimal

dalam memenuhi fasilitas belajar anaknya di rumah. Motivasi seorang

pembelajar menjadi begitu tinggi ketika ia sebelumnya sudah memiliki

cita-cita.

Motivasi dalam belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut

para ahli pendidikan faktor-faktor tersebut diantaranya yaitu:

a. Internal peserta didik Motivasi yang timbul dari dalam diri peserta

didik yang bersifat intrinsik timbul tanpa adanya paksaan dan

dorongan dari orang lain tetapi kemauan sendiri.

b. Kualifikasi guru Kualifikasi dan kompetensi yang dimiliki olehnya

tentu sangat berpengaruh dalam membangkitkan motivasi siswa

untuk belajar. Pemberian motivasi hendaknya dilakukan guru

ketika akan melaksanakan proses pembelajaran dan juga

setelahnya.

c. Orang tua (keluarga) Orang tua merupakan pendidik utama dan

pertama bagi anak–anak mereka. Fungsi orang tua sangat penting,


selain memotivasi anak untuk belajar juga harus memberikan

pendidikan yang layak untuk anak.23

3. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Dalam bahasa Arab pengertian pendidikan, sering digunakan beberapa

istilah antara lain, al-ta’lim, al-tarbiyah, dan al-ta’dib, al-ta’lim berarti

pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengetahuan dan

ketrampilan. Al-tarbiyah berarti mengasuh mendidik dan al-ta’dib lebih

condong pada proses mendidik yang bermuara pada penyempurnaan

akhlak/moral peserta didik.24 Pengajaran pertama dalam Islam adalah pada

ketika Jibril datang menemui Nabi Muhammad Saw. yang sedang berada

di gua Hira. Dalam pengajarannya Jibril meminta kepada Nabi Saw. untuk

membaca dan mengikuti apa yang dibacakan kepadanya. Sebagaimana

firman Allah:

ْ ‫ق اِ ْق َرْأ َو َربُّكَ ااْل َ ْك َر ۙ ُم الَّ ِذ‬


‫ِم َعلَّ َم ااْل ِ ْنسَانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ۗ ْم‬Dَۙ‫ي َعلَّ َم بِا ْلقَل‬ ٍ ۚ َ‫ق ااْل ِ ْنسَانَ ِمنْ َعل‬ َ ۚ َ‫ي َخل‬
َ َ‫ق َخل‬ ْ ‫اِ ْق َرْأ بِا‬
ْ ‫س ِم َربِّكَ الَّ ِذ‬

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,


Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha mulia, Yang mengajar (manusia) dengan
pena, Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”
(Q.S Al Alaq:1-5)
Ayat ini merupakan bukti bahwa kemunculan Islam ditandai dengan

pengajaran dan pendidikan sebagai pondasi utama setelah iman, islam dan

ihsan. Dari ayat Alquran di atas paling tidak mengisyaratkan ada empat

pokok bahasan, yaitu pertama, manusia sebagai subyek dalam membaca,

memperhatikan, merenung, meneliti dengan asas niat yang baik yang


23
Heri Gunawan, Kurikulum Dan Pembelajaran …, hlm. 149–150.
24
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta : Gaya
Media Pratama, 2001) 86- 88.
ditandai dengan menyebut nama Tuhan. Kedua, objek yang dibaca,

diperhatikan, dan direnungkan, yaitu materi dan proses penciptaan hingga

menjadi manusia sempurna. Ketiga, media dalam melakukan aktivitas

membaca dan lain-lain. Dan keempat, motivasi dan potensi yang dimiliki

oleh manusia, “rasa ingin tahu”. Kata pembelajaran berasal dari dua kata

dasar “belajar” dan “mengajar”. Dalam proses pembelajaran, unsur proses

belajar memegang peranan yang vital. Hamalik menegaskan, bahwa

mengajar adalah proses bimbingan kegiatan belajar, bahwa kagiatan

mengajar hanya akan bermakna apabila terjadi kegiatan belajar. Lebih

lanjut Oemar Hamalik memaparkan, bahwa Proses Belajar Mengajar

berkaitan dengan pengertian belajar.25 Pembelajaran adalah proses, cara,

perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.26 Ruang lingkup

pembelajaran terjadi setiap waktu, keadaan, tempat atau lingkungan dan

cakupan materi, termasuk dalam hal ini mata pelajaran akidah akhlak yang

diajarkan di sekolah. Akidah dan akhlak selalu disandingkan sebagai satu

kajian yang tidak bisa lepas satu sama lain. Hal tersebut dikarenakan

sebelum melakukan sesuatu akhlak, maka terlebih dahulu meniatkannya

dalam hati (akidah). Semakin baik akidah seseorang, maka semakin baik

pula akhlak yang diaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sebaliknya semakin buruk tingkat keyakinan akidah seseorang, maka

akhlaknya pun akan sebanding dengan akidah akhlak dalam kehidupan

sehari-hari.27
25
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 28.
26
Ibid.
27
Mahjuddin, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), hlm. 5.
4. Kehidupan Masyarakat Pesisir

Dalam UU No. 27 tahun 2007, menjelaskan bahwa masyarakat pesisir

merupakan suatu kelompok masyarakat adat atau masyarakat lokal yang

bermukim atau tinggal di wilayah pesisir dan memiliki adat atau cara

tersendiri dalam mengelola lingkungannya secara turun menurun.28

Masyarakat pesisir biasanya bermukim di daerah dekat dengan wilayah

pesisir atau pantai, pemukiman ini identik dengan istilah kampung

nelayan. Permukiman yang letaknya tepat berada di bibir pantai ini adalah

kampung yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai

nelayan. Secara sosial budaya dijelaskan bahwa masyarakat pesisir

tersebut memiliki ciri-ciri yang saling terkait antara satu dengan yang

lainnya. Adapun ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:

a. Terdapat interaksi sosial yang intensif antara warga masyarakat,

yang ditandai dengan efektifnya komunikasi tatap muka sehingga

terjadi hubungan yang sangat erat antara satu dan lainnya. Hal

tersebut membangun hubungan kekeluargaan yang berdasarkan

atas simpati dan bukan berdasarkan kepada pertimbangan rasional

yang berorientasi kepada untung dan rugi;

b. Dalam mencari nafkah mereka menonjolkan sifat gotong royong

dan saling membantu. Hal tersebut ditandai dengan mekanisme

28
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil.
menangkap ikan baik dalam cara penangkapan maupun dalam

penentuan daerah operasi (Dirjen Kebudayaan Depdikbud, 1997).

Masyarakat pesisir dalam pengelolaan sumberdaya alam di wilayah pesisir

masih melakukan secara tradisional, bersifat lokal dan struktur masyarakat

serta aktivitasnya secara sederhana. 29


Masyarakat pesisir adalah

masyarakat yang bertempat tinggal di daerah pantai, dimana sebagian

besar bekerja sebagai nelayan dengan memiliki karakteristik yang berbeda

dengan masyarakat lainnya. Perbedaan ini dikarenakan mempunyai

keterkaitan erat dengan karakteristik ekonomi wilayah, latar belakang

budaya dan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang. Masyarakat

pesisir memiliki budaya yang berorientasi selaras dengan alam. Bagi para

nelayan memang tidak ada pilihan yang lain, karena pekerjaan yang

berhadapan dengan ancaman gelombang laut, ombak cuaca, dan

kemungkinan terjadi karam saat akan melaut ke tengah lautan untuk

menangkap ikan adalah merupakan pekerjaan turun temurun. Pada usia

meningkat remaja anak nelayan mulai diajak berlayar dan ikut melaut.

Anak nelayan turun melaut pada pagi dan sore hari sesuai kondisi.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

29
Achmad Fama, “Komunitas Masyarakat Pesisir di Tambak Lorok, Semarang”, dalam
Jurnal Sabda, vol. 11, no. 2, 2016, hlm. 2-3.
Jenis Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif.

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan fakta-fakta dan sifat-sifat

dari suatu populasi atau konsep (variabel) tertentu.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pesisir Pantai Parangtritis yakni Desa

Parangtritis. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2020-

Februari 2021.

3. Populasi dan sampel

Dalam penelitian ini sebagai populasi adalah anak-anak pesisir

Pantai Parangtritis yang berjumlah 30 anak yang tinggal di Desa

Parangtritis.

Sampel adalah sejumlah anggota atau bagian dari keseluruhan

populasi yang dianggap cukup representif untuk mewakili populasinya

(apakah jumlah pendapat/asumsi, tindakan, tingkah laku, keinginan,

keyakinan dan sebagainya) dalam usaha mencari suatu jawaban yang

diharapkan dalam suatu penelitian yang dilakukan.

Bertitik tolak dari pertimbangan pemikiran di atas, maka yang

menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 30 anak di Desa

Parangtritis. Secara keseluruhan usia 13-15 tahun. Pemilihan sampel

sebagai responden dilakukan menggunakan teknik simple random

sampling. Simple Random Sampling adalah pengambilan anggota

sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan

strata yang ada dalam populasi itu.


4. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu seseorang, objek, sifat atau apa yang

menjadi titik perhatian oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya.

Variabel dalam penelitian ini adalah motivasi belajar dan pembelajaran

agama Islam.

5. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Angket/ kuesioner adalah Teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau

pernyataan kepada responden yang dijadikan responden untuk

dijawabnya.

Angket dibedakan menjadi dua jenis yaitu angket terbuka dan

angket tertutup. Angket terbuka (angket tidak terstruktur) adalah

angket yang disajikan dalam bentuk sederhana sehingga responden

dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak dan keadaannnya.

Sedangkan angket tertutup (angket terstruktur) adalah angket yang

disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta

untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya

dengan cara memberikan checklist.

Skala pengukuran instrumen menggunakan skala Likert, skala ini

digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data mengenai bobot

setiap jawaban yang diberikan oleh responden, skala ini juga

mempermudah penentuan mean. Pernyataan sangat tidak setuju = 1,


tidak setuju = 2, rahu-ragu = 3, setuju = 4, sangat setuju = 5 untuk

pernyataan positif, adapun pernyataan negatif; sangat setuju = 5, setuju

= 4, rahu-ragu = 3, tidak setuju = 4, sangat tidak setuju = 1.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket tertutup untuk

mengumpulkan data motivasi belajar agama Islam anak-anak pesisir

Pantai Parangtritis.

6. Validitas dan Reliabilitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh

mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam

melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai

validitas yang tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya,

atau memberikan hasil ukur tepat dan akurat sesuai dengan maksud

dikenakannya tes tersebut. Suatu tes yang menghasilkan data tidak

relevan dengan tujuan diadakannya pengukuran dikatakan sebagai tes

yang memiliki validitas rendah.

Uji validitas dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan uji

validitas isi (content validity). Perhitungan vaiditas menggunakan

Bivariate Correlation Pearson dengan alat bantu SPSS.

Reliabilitas berasal dari kata reliability berarti sejauh mana hasil

suatu pengukuran dapat dipercaya. Suatu hasil pengukuran dapat

dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran

terhadap kelompok subjek yang sama, diperoleh hasil pengukuran


yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek

memang belum berubah.30

Uji reliabilitas instrumen menggunakan analisis reliabilitas

(reliability analysis) dengan alat bantu SPSS. Uji ini digunakan oleh

peneliti untuk mengukur reliabilitas instrumen.

7. Teknik Analisis Data

Tahap analisis data merupakan tahap penting, di mana data yang

dikumpulkan dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data

(misalnya observasi, interview, angket, maupun teknik pengumpulan

data yang lain), diolah, dan disajikan untuk membantu peneliti

menjawab permasalahan yang ditelitinya.31

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai maka teknik analisis

yang digunakan adalah analisis data kuantitatif deskriptif. Analisis

deskriptif dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan data dari

responden yang kemudian ditabulasikan dalam tabel data. Kegiatan

analisis dilakukan dengan melakukan perhitungan-perhitungan

tendensi sentral, dispersi, normalitas, dan outlier.

H. Sistematika pembahasan

Untuk memudahkan pembahasan dan memberikan gambaran yang jelas

serta menyeluruh, maka penulis membuat sistematika pembahasannya.

30
Zulkifli Matondang, “Validitas dan Reliabilitas Suatu Instrumen Penelitian”, dalam
Jurnal Tabularasa Pps Unimed, vol. 6, no. 1, 2009, hlm. 93.
31
Rohmad Qomari, “Teknik Penelusuran Analisis Data Kuantitatif dalam Penelitian
Kependidikan”, dalam Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan, vol. 14, no. 3, 2009, hlm. 1.
BAB I: Pendahuluan, terdari dari latar belakang masalah, perumusan

masalah, definisi operasional, tujuan penelitian, manfaat penelitian.

BAB II: Tinjauan Pustaka, terdiri dari kerangka teori, kerangka

pemikiran, paradigma penelitian, hipotesis.

BAB III: Metode Penelitian, terdiri dari populasi, deskripsi populasi,

desain penelitian, instrument, teknik pengumpulan data, analisis data.

BAB IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB V: Penutup, Kesimpulaln dan saran.

Daftar Pustaka

Azhar, Khoirul dan Izzah Sa’idah, “Studi Analisis Upaya Guru Akidah Akhlak
Dalam Mengembangkan Potensi Nilai Moral Peserta Didik Di MI
Kabupaten Demak”, dalam Jurnal Al-Ta’dib, vol. 10, no. 2, 2017.

Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2011.

Wafiroh, Umi Lailatul, dkk, “Upaya Guru PAI Meningkatkan Motivasi Belajar
Siswa Pai Teacher Efforts to Increase Learning Motivation” dalam Jurnal
Konferensi Ilmiah Mahasiswa Unissula, 2019.

A.M, Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada, 2018.

Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2010.

Heri Gunawan, Kurikulum Dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,


Bandung: CV. Alfabeta, 2013.

Hami, Eli dan Mahsyar Idris, “Pengaruh Implementasi Kurikulum 2013


Terhadap Pengingkatan Motivasi Belajar Peserta Didik Dalam Pendidikan
Agama Islam Dan Budi Pekerti Di SMAN Panca Lautang Sidrap”, dalam
Jurnal Istiqra’, vol. II, no. 2, 2015.

Saryani, Dwi, Meningkatkan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam


Melalui Pemberian Tugas Pada Siswa Kelas IV SD N Mejing I
Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta., Skripsi S1 UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2010.

Sommeng, Sudirman, Psikologi Umum dan Perkembangan, Makassar:


Alauddin University Press, 2012.
BR., Uni Sahara, Barus, Upaya Mengingkatkan Motivasi dan Hasil Belajar
Siswa Melalui Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Kooperatif Model
Think Pair Share (TPS) Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Di Kelas VII Mts Swasta Darul Arifin Kecamatan Pantai cermin
Kabupaten Serdang Bedagai., Skripsi S1 Universitas Islam Negeri
Sumatra Utara, 2018.

Febrinasari, Munika, Pengaruh Motivasi Belajar dan Pengelolaan Kelas


Terhadap Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Di Smp Ma’arif 5 Ponorogo Tahun Pelajaran 2017/2018., Skripsi S1
Institutut Agama Islam Negeri Ponorogo, 2018.

M, Hasnawiah, Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Motivasi Belajar


Anak Di Desa Panincong Kec. Marioriawa Kabupaten Soppeng., Skripsi
S1 Universitas Islam Negeri Alauddin, 2014.

Nurkholis, “Pendidikan dalam Upaya Memajukan Teknologi”, dalam Jurnal


Kependidikan, Vol. 1, No. 1, November 2018.

Anda mungkin juga menyukai