Anda di halaman 1dari 63

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (Sisdiknas) yang dimaksud dengan Pendidikan adalah:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan profesi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1

Menurut Ki Hajar Dewantara yang dikutip oleh Suwarno bahwa Pendidikan

yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya,

pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu,

agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai

keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.2

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat,

dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan, yang

berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan

anak didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara

tepat di masa yang akan datang. Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar

terprogram dalam bentuk pendidikan formal, non-formal, dan informal di sekolah,

dan luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi

1
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (Pasal 1 Ayat 1)Tentang
Sistem Pendidikan Nasional (E-Book Oleh Bidang Dikbud KBRI Tokyo) h. 1.

2
Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan (Jakarta: Aksara Baru, 1985) h. 2.

1
pertimbangan kemampuan-kemampuan individu, agar dikemudian hari dapat

memainkan peranan hidup secara tepat.3

Dengan pendidikan diharapkan dapat menghasilkan manusia yang berkualitas

dan bertanggung jawab serta mampu mengantisipasi masa depan. Pendidikan dalam

maknanya yang luas senantiasa menstimulir, menyertai dan membimbing

perubahan-perubahan dan perkembangan hidup serta kehidupan umat manusia.

Demikian strategisnya peranan pendidikan tersebut, sehingga umat manusia

senantiasa mampu menghadapi masalah tersebut. Bagi umat Islam, menyiapkan

generasi penerus yang berkualitas dan bertanggung jawab melalui pendidikan itu

merupakan suatu tuntutan dan keharusan.4

Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan

pemerintah. Sekolah hanyalah pembantu kelanjutan pendidikan dalam keluarga,

sebab pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak adalah dalam keluarga.

peralihan bentuk pendidikan jalur luar sekolah ke jalur pendidikan sekolah (formal)

memerlukan “kerjasama” antara orang tua dan sekolah (pendidik).

Pendidikan memiliki definisi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, pilihan

terhadap definisi pendidikan adalah tidak ada kriteria tertentu yang menyebutkan

bahwa definisi pendidikan tertentu yang lebih ilmiah atau tidak, atau definisi

pendidikan yang cocok atau tidak.

3
Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2012) h. 11.

4
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara,
1996) h. 89-90.

2
Definisi pendidikan bisa dilihat dari dua sudut pandang, yakni pendidikan

sebagai proses dan pendidikan sebagai hasil. Sebagai proses, pendidikan

didefinisikan sebagai suatu aktivitas interaksi manusia dengan lingkungannya.

Sementara sebagai hasil, bahwa pendidikan sebagai perubahan yang merupakan

hasil interaksi manusia dengan lingkungannya, yakni perubahan perilaku.5

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi anak didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas

dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi anak

didik.

Dalam mewujudkan semua cita-cita yang diinginkan oleh semua pihak untuk

meningkatkan kualitas pendidikan dalam mencapai prestasi anak didik, maka tentu

peran guru yang sangat penting untuk mempengaruhi anak didik mencapai prestasi,

di samping itu kerjasama antara orang tua dan guru sangat penting dalam

mempengaruhi prestasi anak didik.6

Sebagaimana firman Allah swt:

  


 
 
 
 
   

5
Rulam Ahmadi, Pengantar Pendidikan: Asas & Filsafat Pendidikan (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2015) h. 39.
6
Fera Samatea, Kerjasama Guru Dan Orang tua Dalam Mewujudkan Siswa Yang
Berkualitas Di Madrasah Ibtidaiyah Sitti Salma Kema (Manado: IAIN Manado, 2017) h. 2-3.

3
   
   

Terjemahnya:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.(Q.S At-Tahrim/66:6. ) 7

Dalam ayat ini firman Allah ditujukan kepada orang-orang yang percaya

kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, yaitu memerintahkan supaya mereka, menjaga

dirinya dari sapi neraka yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu, dengan

taat dan patuh melaksanakan perintah Allah, dan mengajarkan kepada keluarganya

supaya taat dan patuh kepada perintah Allah untuk menyelamatkan mereka dari api

neraka.8

Hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Najjar:


Sungguh termasuk kewajiban orang tua terhadap anaknya ialah mengajarkan
menulis kepadanya memperindah namanya, dan menikahkannya apabila telah
cukup usia.9
Berdasarkan penjelasan ayat dan hadist diatas, apabila dihubungan dengan

penelitian ini maka keluarga adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya.

Mendidik dan mengajarkan hal apa saja selama itu masih pada taraf kebaikan.

Orang tua merupakan penanggung jawab utama dalam pendidikan anak-

anaknya. Dimanapun anak tersebut menjalani pendidikan, baik dilembaga formal,

7
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: PT. Sinergi Pustaka
Indonesia, 2012) h. 820.
8
Tim Tashih Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Semarang: PT. Citra
Affhar, 1993) h. 224.
9
Sayyid Ahmad Al-Hasyimi, Syarah Mukhtaarul Ahaadiits (Bandung: CV. Sinar Baru
Bandung, 1993) h. 210.

4
informal maupun non formal orang tua tetap berperan dalam menentukan masa

depan pendidikan anak-anaknya. Pendidikan di luar keluarga, bukan dalam arti

melepaskan tanggung jawab orang tua dalam pendidikan anak, tetapi hal itu

dilakukan orangtua semata-mata karena keterbatasan ilmu yang dimiliki oleh orang

tua, karena sifat ilmu yang terus berkembang mengikuti perkembangan zaman,

sementara orang tua memiliki keterbatasan-keterbatasan. Disamping itu juga,

karena kesibukan orangtua bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga, ikut

mendorong orang tua untuk meminta bantuan pihak lain dalam pendidikan anak-

anaknya.10

Sikap anak terhadap sekolah terutama akan dipengaruhi oleh sikap orang

tuanya. Begitu juga sangat diperlukan kepercayaan orang tua terhadap sekolah

(pendidik) yang menggantikan tugasnya selama diruangan sekolah. hal ini sangat

penting untuk diperhatikan, mengingat akhir-akhir ini seringnya terjadi tindakan-

tindakan kurang terpuji dilakukan anak didik, sementara orang tua seolah tidak mau

tahu, bahkan cenderung menimpakan kesalahan kepada sekolah.

Orang tua harus memperhatikan sekolah anaknya, yaitu dengan

memperhatikan pengalaman-pengalamannya dan menghargai segala usahanya.

Begitu juga orang tua harus menunjukkan kerjasamanya dalam mengarahkan cara

anak belajar di rumah, membuat pekerjaan rumahnya, tidak disita waktu anak

dengan mengerjakan pekerjaan rumah tangga, orang tua harus berusaha memotivasi

dan membimbing anak dalam belajar.

10
Munirwan Umar, “Peranan Orang Tua dalam Peningkatan Prestasi Belajar Anak,”
Edukasi 1, no. 1, Juni (2015) h. 20-21.

5
Berdasarkan hasil riset, bahwa pekerjaan guru (pendidik) di sekolah akan

lebih efektif apabila dia mengetahui latar belakang dan pengalaman anak didik di

rumah tangganya. Anak didik yang kurang maju dalam pelajaran, berkat kerjasama

orang tua anak didik dengan pendidik, banyak kekurangan anak didik yang dapat

diatasi. Lambat laun juga orang tua menyadari bahwa pendidikan atau keadaan

lingkungan rumah tangga dapat membatu atau menghalangi kesukaran anak di

sekolah. Apa-apa yang dibawa anak didik dari keluarganya, tidak mudah

mengubahnya. Kenyataan ini harus benar-benar disadari dan diketahui oleh

pendidik.11

Berdasarkan hasil observasi awal dengan salah satu guru kelas 1 Sekolah

Dasar Islam Terpadu Harapan Bunda Manado yakni Ibu Hanifah Tinondihang, pada

tanggal 10 November 2018 mangatakan bahwa dalam membentuk perilaku belajar

anak melalui kegiatan Forum Kelas (Forlas) banyak kegiatan yang dilakukan

seperti, saling memberikan informasi baik dari guru maupun orang tua, berdo’a

sebelum dan sesudah kegiatan, menghafal surah pendek, dan shalat berjama’ah. Hal

ini dilakukan agar anak didik benar-benar memahami dan mengamalkan ajaran

agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, meskipun demikian masih

banyak diantara anak didik yang ada di Sekolah Dasar Harapan Bunda Manado

yang bertingkah laku kurang baik seperti, mengganggu temanya yang sedang

belajar dan sering ribut saat berlangsung proses belajar mengajar.

11
Habsullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999) h.
89-91.

6
Dari latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian lebih lanjut tentang Kerjasama antara orang tua dan guru dalam

membentuk perilaku belajar anak melalui kegiatan Forum Kelas (Forlas) di Sekolah

Dasar Islam Terpadu Harapan Bunda Manado. Alasan penulis melakukan

penelitian ini, karena sesuai dengan kenyataan seringnya terjadi tindakan-tindakan

kurang terpuji dilakukan anak didik, sementara orang tua seolah tidak mau tahu,

bahkan cenderung menimpakan kesalahan kepada sekolah (pendidik). Oleh sebab

itu penulis mengambil penelitian di Sekolah Dasar Islam Terpadu Harapan Bunda

Manado, karena di sekolah ini terdapat kegiatan Forum Kelas (Forlas). Dalam

kegiatan ini, orang tua dan guru saling tukar pikiran mengenai perkembangan anak

didik baik secara akademik maupun dari segi perilaku. Agar supaya dalam

mendidik anak lebih maksimal hasilnya. karena pendidikan bukan hanya tanggung

jawab sekolah (pendidik) melainkan adalah tanggung jawab bersama antara

keluarga, masyarakat, dan pemerintah.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menjelaskan secara ilmiah

melalui penelitian tentang “Kerjasama Orang Tua dan Guru dalam

Membentuk Perilaku Belajar Anak melalui Kegiatan Forum Kelas (Forlas) di

Sekolah Dasar Islam Terpadu Harapan Bunda Manado”.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat

mengemukakan pokok masalahnya yaitu bagaimana kerjasama antara orang tua dan

guru dalam membentuk perilaku belajar anak melalui Forum kelas (Forlas) di

7
Sekolah Dasar Islam Terpadu harapan bunda manado. Dari pokok masalah tersebut

penulis dapat mengambil sub masalahnya yaitu:

1. Bagaimana kerjasama antara orang tua dan guru dalam membentuk

perilaku belajar anak melalui kegiatan Forum kelas (Forlas) di Sekolah

Dasar Islam Terpadu Harapan Bunda Manado ?

2. Apa faktor penunjang dan penghambat dalam membentuk perilaku

belajar anak melalui kegiatan Forum kelas (Forlas) di Sekolah Dasar

Islam Terpadu Harapan Bunda Manado ?

Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian skripsi ini yaitu

meliputi kerjasama antara orang tua dan guru dalam mendidik anak melalui Forum

kelas (Forlas) khususnya yang berhubungan dengan tingkah laku anak didik dalam

belajar di Sekolah Dasar Islam Terpadu Harapan Bunda Manado.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dari penulisan ini adalah :

a. Untuk mengetahui bentuk kerjasama antara orang tua dan guru

dalam membentuk perilaku belajar anak melalui kegiatan Forum

kelas (Forlas) di Sekolah Dasar Islam Terpadu Harapan Bunda

Manado.

b. Untuk mengetahui faktor penunjang dan penghambat orang tua dan

guru dalam membentuk perilaku belajar anak melalui kegiatan

Forum kelas (Forlas) di Sekolah Dasar Islam Terpadu Harapan

Bunda Manado.

8
2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Ilmiah

Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi pemikiran

mengenai kerjasama antara orang tua dan guru dalam membentuk

perilaku belajar anak melalui kegiatan Forum kelas (Forlas) di Sekolah

Dasar Islam Terpadu Harapan Bunda Manado. Selain itu penelitian ini

diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan pembanding bagi peneliti

yang melakukan penelitian sejenis.

b. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi yang edukatif

konstruktif yang dijadikan pertimbangan umpan balik atau masukan bagi

orang tua dan guru dalam kegiatan Forum kelas (Forlas) di Sekolah Dasar

Islam Terpadu Harapan Bunda Manado.

D. Pengertian Judul

Judul yang akan diteliti yaitu Sinergisitas antara orang tua dan guru dalam

membentuk perilaku belajar anak melalui kegiatan Forum kelas (Forlas) di Sekolah

Dasar Islam Terpadu Harapan Bunda Manado.

Untuk menghindari kekeliruan dan kesalafahaman tentang judul yang akan

teliti maka berikut akan diuraikan kata demi kata dari judul tersebut yaitu :

1. Kerjasama

9
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata kerjasama memiliki

pengertian: kegiatan usaha-usaha yang dilakukan oleh beberapa orang

(lembaga, pemerintah, dsb) untuk mencapai tujuan bersama.

2. Orang Tua

Orang tua adalah ayah dan /atau ibu seorang anak, baik melalui hubungan

biologis maupun sosial. Umumnya, orang tua memiliki peranan yang sangat

penting dalam membesarkan anak, dan panggilan ibu atau ayah dapat

diberikan untuk perempuan atau pria yang bukan orang tua kandung

(biologis) dari seseorang yang mengisi peranan ini. Contohnya adalah pada

orang tua angkat (karena adopsi) atau ibu tiri (istri ayah biologis anak) dan

ayah tiri (suami ibu biologis anak).12

3. Guru

Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

peserta didik pada jalur pendidikan formal.13

Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar

mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya

manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang

merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan serta

secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional,

sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam arti

12
http://id.wikipedia.org/wiki/orang _tua diakses pada tanggal 29 november 2018.
13
Supriyadi, Strategi Belajar dan Mengajar (Yogyakarta: Cakrawala Ilmu, 2015 ) h.11.

10
khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru itu terletak tanggung

jawab untuk membawa para siswanya pada suatu kedewasaan atau taraf

kematangan tertentu.14

4. Perilaku

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) perilaku adalah tanggapan

atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.15

5. Belajar

Syaiful Bahri Djamarah dalam buku ilmu pendidikan islam menjelaskan

bahwa belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi dalam diri

seseorang setelah berakhirnya melakukan aktifitas belajar, walaupun pada

kenyataanya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar.16

6. Anak

Teori Tabularasa J. Locke (Soegarda Poerbakawatja, 1981:194),

menyatakan bahwa anak adalah laksana kertas putih bersih yang diatasnya

boleh dilukis apa saja menurut keinginan orang tua dan para pendidik, atau

laksana lilin lembut yang bisa dibentuk menjadi apa saja menurut keinginan

para pembentuknya.17

14
Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Balajar Mengajar (Cet. 23; Jakarta: Rajawali
Pers, 2016) h. 125.
15
Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 1991) h. 859.
16
H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam Kalam (Jakarta: Mulia, 2002) h. 237.
17
Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama Dalam Keluarga (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1996) h. 13.

11
7. Forum Kelas (Forlas)

Forum Kelas atau Forum Silaturahmi Kelas ialah kegiatan sekolah yakni

menjalin kerja sama antara orang tua dan guru dalam mendidik anak secara

intensif. Kegiatan ini terdapat di Sekolah Islam Terpadu Harapan Bunda

Manado dan dilaksanakan maksimal sebulan sekali. Dalam kegiatan ini,

orang tua dan guru saling tukar informasi mengenai perkembangan anak didik

baik secara akademik maupun dari segi perilaku. Dalam Kegiatan Forum

Kelas (Forlas) ada program masing-masing seperti ada program sosial bahkan

ada Forum Kelas (Forlas) mengumpulkan dana untuk anak yatim, panti

asuhan dan panti jompo.

Dengan penjelasan di atas, dapatlah penulis menyimpulkan judul skripsi di

atas, yaitu mengkaji dan melihat seberapa jauh kerjasama antara orang tua dan guru

terhadap perilaku belajar anak didik melalui kegiatan Forum Kelas (Forlas) di

Sekolah Dasar Islam Terpadu Harapan Bunda Manado.

12
BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Kerjasama Orang Tua dan Guru

1. Pengertian Kerjasama

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata kerjasama memiliki

pengertian: kegiatan usaha-usaha yang dilakukan oleh beberapa orang (lembaga,

pemerintah, dsb) untuk mencapai tujuan bersama.

Di dalam UU Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional

pasal 10 ayat (4) dinyatakan bahwa: pendidikan keluarga merupakan bagian dari

jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang

memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral dan keterampilan. Smetara

itu, dalam GBHN 1993 dinyatakan:

“Pendidikan nasional dikembangkan secara terpadu dan serasi baik antar


berbagai jalur, jenis , dan jenjang pendidikan, maupun antar sektor
pendidikan dengan sektor pembangunan lainnya serta antar daerah.
masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan seluas-luasnya
untuk berperan serta dalam penyelenggaraan pendidikan nasional”.18

Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat,

dan pemerintah. Sekolah hanyalah pembantu kelanjutan pendidikan dalam

keluarga, sebab pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak adalah dalam

keluarga. peralihan bentuk pendidikan jalur luar sekolah ke jalur pendidikan

18
TAP MPR Nomor II/MPR/1993, Garis-garis Besar Haluan Negara(GBHN) (Surabaya:
Bina Pustaka Tama, 1993) h. 90.

13
sekolah (formal) memerlukan “kerjasama” antara orang tua dan sekolah

(pendidik).19

Orang tua merupakan penanggung jawab utama dalam pendidikan anak-

anaknya. Dimanapun anak tersebut menjalani pendidikan, baik dilembaga formal,

informal maupun non formal orang tua tetap berperan dalam menentukan masa

depan pendidikan anak-anaknya. Pendidikan di luar keluarga, bukan dalam arti

melepaskan tanggung jawab orang tua dalam pendidikan anak, tetapi hal itu

dilakukan orangtua semata-mata karena keterbatasan ilmu yang dimiliki oleh orang

tua, karena sifat ilmu yang terus berkembang mengikuti perkembangan zaman,

sementara orang tua memiliki keterbatasan-keterbatasan. Disamping itu juga,

karena kesibukan orangtua bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga, ikut

mendorong orang tua untuk meminta bantuan pihak lain dalam pendidikan anak-

anaknya.20

Sikap anak terhadap sekolah terutama akan dipengaruhi oleh sikap orang

tuanya. Begitu juga sangat diperlukan kepercayaan orang tua terhadap sekolah

(pendidik) yang menggantikan tugasnya selama diruangan sekolah. hal ini sangat

penting untuk diperhatikan, mengingat akhir-akhir ini seringnya terjadi tindakan-

tindakan kurang terpuji dilakukan anak didik, sementara orang tua seolah tidak mau

tahu, bahkan cenderung menimpakan kesalahan kepada sekolah.

19
Habsullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999) h.
90.

20
Munirwan Umar, “Peranan Orang Tua dalam Peningkatan Prestasi Belajar Anak,”
Edukasi 1, no. 1, Juni (2015) h. 20-21.

14
Orang tua harus memperhatikan sekolah anaknya, yaitu dengan

memperhatikan pengalaman-pengalamannya dan menghargai segala usahanya.

Begitu juga orang tua harus menunjukkan kerjasamanya dalam mengarahkan cara

anak belajar di rumah, membuat pekerjaan rumahnya, tidak disita waktu anak

dengan mengerjakan pekerjaan rumah tangga, orang tua haarus berusaha

memotivasi dan membimbing anak dalam belajar.21

Berdasarkan hasil riset, bahwa pekerjaan guru (pendidik) di sekolah akan

lebih efektif apabila dia mengetahui latar belakang dan pengalaman anak didik di

rumah tangganya. Anak didik yang kurang maju dalam pelajaran, berkat kerjasama

orang tua anak didik dengan pendidik, banyak kekurangan anak didik yang dapat

diatasi. Lambat laun juga orang tua menyadari bahwa pendidikan atau keadaan

lingkungan rumah tangga dapat membatu atau menghalangi kesukaran anak di

sekolah. Apa-apa yang dibawa anak didik dari keluarganya, tidak mudah

mengubahnya. Kenyataan ini harus benar-benar disadari dan diketahui oleh

pendidik.22

Antara sekolah dan orang tua perlu menjalin komunikasi yang aktif, saling

membantu dan mengetahui bagaimana upaya penanganan pembinaan anak di

sekolah, keterlibatan anak didik dalam proses belajar mengajar, pola interaksi dan

komunikasi selama di sekolah dan masalah yang ditemukan di sekolah. Begitu juga

21
Habsullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999) h.
90.

22
Habsullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999) h.
90-91.

15
sebaliknya, pihak sekolah mengetahui apa dan bagaimana yang terjadi di rumah

terutama terkait dengan kegiatan bermain anak di luar rumah, aktivitas belajar di

rumah, interaksi dengan sesama anggota keluarga dan problem yang muncul selama

berada di rumah.23

Menurut Djamarah, dalam proses pendidikan anak di sekolah, terdapat

banyak faktor yang berpengaruh atau berhubungan terhadap pencapaian prestasi

belajar peserta didik, seperti guru, lingkungan, sarana prasarana dan bahkan

kerjasama orang tua dengan guru. Guru memegang tugas ganda yaitu sebagai

pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar guru bertugas menuangkan sejumlah

bahan pelajaran ke dalam otak peserta didik, sedangkan sebagai pendidik guru

bertugas membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia yang cakap,

aktif, kreatif dan mandiri. Oleh sebab itu, peranan guru sangat menentukan karena

kedudukannya sebagai pemimpin di tengah-tengah peserta didiknya. Ia

bertanggungjawab mengorganisasikan dan mengontrol peserta didik memperoleh

sajian belajar secara maksimal dan melaporkannya kepada orang tua peserta didik

sehingga setiap perkembangannya dapat dipantau secara bersama-sama.24

Berdasarkan uraian di atas bahwa efektifnya suatu pendidikan dibutuhkan

kerjasama antara orang tua dan guru. Karena dengan adanya kerjasama orang tua

dan guru dapat mengatasi permasalahan yang ada, baik permasalahan yang timbul

dari lingkungan keluarga maupun sekolah.

23
H. Syarif Hidayat, “Pengaruh Kerjasama antara Orang Tua Dan Guru terhadap Disiplin
Peserta Didik di Sekolah SMP Negeri Kecamatan Jagakarsa – Jakarta Selatan,” Widya 1, no. 2,
Juli-Agustus (2013) h. 94.

24
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002) h.73.

16
2. Pengertian Orang Tua

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa, “ Orang tua

adalah ayah dan ibu kandung”. 25 Orang tua adalah ayah dan /atau ibu seorang anak,

baik melalui hubungan biologis maupun sosial. Umumnya, orang tua memiliki

peranan yang sangat penting dalam membesarkan anak, dan panggilan ibu atau ayah

dapat diberikan untuk perempuan atau pria yang bukan orang tua kandung

(biologis) dari seseorang yang mengisi peranan ini. Contohnya adalah pada orang

tua angkat (karena adopsi) atau ibu tiri (istri ayah biologis anak) dan ayah tiri (suami

ibu biologis anak).26

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka,

karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian

bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam keluarga. Pada umumnya

pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan

pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati

suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi

pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan

pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak.27

25
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka,1990) h. 629.
26
http://id.wikipedia.org/wiki/orang _tua diakses pada tanggal 29 november 2018.

27
Zakiyah Daradjat. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksar, Cet. X, 2012) h. 35.

17
Pendapat yng dikemukakan oleh Thamrin Nasution adalah “Orang tua

adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau tugas rumah

tangga yang dalam kehidupan sehari-hari disebut sebagai bapak dan ibu.”

Berdasarkan penjelasan yang diuraikan diatas dapat diperoleh pengertian

bahwa orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam membetuk serta

mendidik anaknya. Kedua orang tua harus memberikan contoh yang baik dalam

mengarahkan dan mendidik anaknya agar dapat menjadi anak yang berperilaku yag

baik pula.

3. Pengertian Guru

Dalam pengertian sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu

pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang

yang melaksanakan pendidikan ditempat-tempat tertentu, tidak mesti dilembaga

pendidikan formal, tetapi bisa juga di mesjid, disurau/mushala, di rumah, dan

sebagainya.28

Dari aspek kebahasaan guru memiliki pengertian yang sama dengan

pendidik, sebagaimana dijelaskan oleh WJS. Poerwadarminta, guru adalah “orang

yang mendidik”.29 Pengertian ini memberi kesan bahwa guru adalah orang yang

melakukan kegiatan dalam bidang mendidik. Dalam bahasa inggris dijumpai kata

28
Eni Fariyatul Fahyuni dan Istikomah, Psikologi Belajar Mengajar (Sidoarjo: Nizamia
Learning Center, 2016) h. 171.

29
WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001)
h. 45.

18
seperti teacher yng berarti guru atau pengajar dan bahasa arab dijumpai kata ustadz,

mudarris, mu’allim, dan mu’addib.30

Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta

didik pada jalur pendidikan formal.31

Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar

mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang

potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu

unsur di bidang kependidikan harus berperan serta secara aktif dan menempatkan

kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang

semakin berkembang. Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri

guru itu terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya pada suatu

kedewasaan atau taraf kematangan tertentu.32

Menurut Aqib, guru adalah faktor penentu keberhasilan pendidikan di

sekolah, karena guru merupakan memegang peranan sentral serta sumber kegiatan

belajar mengajar. Dengan demikian guru merupakan komponen yang berpengaruh

dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah yang terbatas ruang dan waktunya

30
Muhaimin dan Abdul Mujib, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2003) h. 209.

31
Supriyadi, Strategi Belajar dan Mengajar (Yogyakarta: Cakrawala Ilmu, 2015) h.11.

32
Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Balajar Mengajar (Cet. 23; Jakarta: Rajawali
Pers, 2016) h.125.

19
pada lembaga pendidikan, sedangkan di luar sekolah menjadi tanggungjawab orang

tua yang harus dikoordinasikan dengan pihak sekolah.33

B. Tugas Dan Peran Orang Tua

Aisyah Dachlan, mengatakan bahwa:

”Bapak menjadi kepala dari seluruh keluarga, memimpin, membimbing, dan


melindungi serta memberikan nafkah, pakaian dan semua keperluan anak
istri, mendidik dan menyelamatkan mereka dari gangguan lahir bathin,
bertindak sebagai teman, guru, pemimpin dan memberi suri tauladan yang
baik.”34

Orang tua tidak hanya sekedar memberikan kasih sayang, fasilitas yang cukup

serta memberikan nafkah akan tetapi orang tua juga sebagai guru untuk anak-

anaknya, karena pendidikan yang diterima oleh anak dari lahir hingga dewasa pada

awalnya adalah dari orang tua itu sendiri.

Ahmad Tafsir, mengatakan orang tua adalah pendidik utama dan pertama

dalam hal menanamkan keimanan bagi anaknya. Pernyataan di atas, sesuai dengan

teori John Locke bahwa anak laksana kertas putih bersih yang di atasnya dapat

ditulis apa saja menurut keinginan orang tua dan para pendidik, atau laksana lilin

lembut yang dapat dibentuk menjadi apa saja menurut keinginan pembentuknya.

Untuk membentuk anak-anak yang baik, dan cakap dalam kehidupannya, tangan-

tangan orang tualah yang dapat menentukannya. Jika orang tua membentuk anak

dengan kebaikan maka akan baik anak tersebut, dan jika orang tua membentuk anak

dengan keburukan, maka anak pun akan tumbuh dengan sikap yang tidak baik.

33
Zainal Aqib, Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran (Surabaya: Cendikia, 2002)
h.22.

34
Aisyah Dachlan, Membina Rumah Tangga Bahagia dan Peranan Agama dalam Rumah
Tangga (Jakarta: Yaumnu, 1983) h.126.

20
Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak

disebutkan bahwa:

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri
atau suami istri dan anak-anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan
anaknya, atau keluarga sedarah dalam garis lurus keatas atauu ke bawah
sampai dengan derajat ketiga.35

Dilihat dari segi pendidikan, keluarga merupakan satu kesatuan hidup (system

social), dan keluarga menyediakan situasi belajar.

Sebagai salah satu kesatuan hidup bersama (sistem social), keluarga terdiri

dari ayah, ibu dan anak. Ikatan kekeluargaan membantu anak mengembangkan sifat

persahabatan, cinta kasih, hubungan antar pribadi, kerja sama, disiplin, tingkah laku

yang baik, serta pengakuan akan kewibawaan.

Sedangkan yang berkenaan dengan keluarga menyediakan situasi belajar,

dapat dilihat bahwa bayi dan anak-anak sangat bergantung kepada orang tua, baik

karena keadaan jasmaniahnya maupun kemampuan intelektual, sosial dan moral.

Bayi dan anak belajar menerima dan meniru apa yang diajarkan oleh orang tua.

Sumbangan keluarga bagi pendidikan anak adalah:

1. Cara orang tua melatih anak untuk menguasai cara-cara mengurus diri,

seperti: cara makan, buang air, berbicara, berjalan, berdoa, sungguh-

sungguh membekas dalam diri anak, karena berkaitan erat dengan

perkembangan dirinya sebagai pribadi.

2. Sikap orang tua sangat mempengaruhi perkembangan anak. Sikap

menerima atau menolak, sikap kasih sayang atau acu tak acuh, sikap sabar

35
Undang-undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Bab 1 Pasal 1
(Jakarta: Indonesia Legal Center Publishing, 2003) h. 3.

21
atau tergesa-gesa, sikap melindungi atau membiarkan secara langsung

mempenggaruhi reaksi emosional anak.36

Sangat wajar dan logis jika tanggungjawab pendidikan terletak di tangan

kedua orang tua dan tidak bias dipikulkan kepada orang lain, karena ia adalah darah

dagingnya, terkecuali berbagai keterbatasan kedua orang tua ini. Maka sebagian

tanggungjawab pendidikan dapat dilimpahkan kepada orang lain, yaitu melalui

sekolah .

Tanggungjawab pendidikan yang perlu disadarkan dan dibina oleh kedua

orang tua terhadap anak antara lain, adalah:

1. Memelihara dan membesarkannya dengan tanggungjawab ini meerupakan

dorongan alami untuk dilaksanakan, karena si anak memerlukan makan,

minum dan perawatan, agar ia dapat hidup secara berkelanjutan.

2. Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara jasmaniah maupun

rohaniah dari dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan

yang dapat membahayakan dirinya.

3. Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang

berguna bagi kehidupannya kelak, sehingga bila ia telah dewasa mampu

berdiri sendiri dan membantu oran lain.

36
Habsullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999) h.
87-88.

22
4. Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya

pendidikan agama sesuai dengan ketentuan Allah swt. Sebagai tujuan

akhir hidup muslim.37

C. Tugas Dan Tanggung Jawab Guru

Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

Kemajuan teknologi yang konon bias memudahkan manusia mencari dan

mendapatkan informasi dan pengetahuan, tidak mungkin dapat mengganti peranan

guru, karena peran guru sangat bermanfaat bagi anak didik dalam mewujudkan

tujuan pendidikan Islam yakni membimbing anak agar menjadi manusia muslim

sejati, beriman dan bertakwa kepada Allah swt. Serta berakhlak mulia dalam

kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Keberhasilan guru

dalam melaksanakan peranannya dalam bidang pendidikan sebagian besar terletak

pada kemampuannya melaksanakan berbagai peranan yang bersifat khusus dalam

situasi mengajar dan belajar. Dalaam proses pendidikan guru memiliki beberapa

peranan, yaitu:

a. Guru sebagai pengajar, menyampaikan ilmu pengetahuan, perlu

memiliki keterampilan memberikan informasi kepada kelas.

b. Guru sebagai pemimpin kelas, perlu memiliki keterampilan cara

memimpin kelompok-kelompok murid.

c. Guru sebagai pembimbing, perlu memiliki keterampilan cara

mengarahkan dan mendorong kegiatan belajar siswa.

37
M. Arifin – Amiruddin Rasyad, Dasar-dasar Kependidikan (Jakarta: Dirjend. Binbaga
Islam dan Universitas Terbuka, 1991) h. 257-258.

23
d. Guru sebagai pengatur lingkungan, guru harus terampil dalam

mempersiapkan dan menyediakan alat dan bahan pelajaran.

e. Guru sebagai partisipan, perlu memiliki keterampilan cara memberikan

saran, mengarahkan pemikiran kelas, dan memberikan penjelasan.

f. Guru sebagai supervisor, perlu memiliki keterampilan mengawasi

kegiatan anak dan ketertiban anak.

g. Guru sebagai motivator, perlu memiliki keterampilan untuk mendorong

motivasi belajar anak.

h. Guru sebagai evaluator, perlu memiliki keterampilan cara menilai anak-

anak secara objektif, kontinu, dan komprehensif.

i. Guru sebagai konselor, perlu memiliki keterampilan cara membantu

anak-anak yang mengalami kesulitan tertentu.38

D. Bentuk Kerjasama Orang Tua Dan Guru

Orang tua dan guru merupakan orang-orang yang paling penting dalam

menunjang perkembangan anak. Oleh karena itu agar peran orang tua dan guru

menjadi optimal maka perlu dirancang dan dilaksanakan secara terprogram.

Tuntutan pelibatan keluarga pada program sekolah menjadi semakin penting karena

keluarga dianggap sebagai agen terpenting yang banyak memahami tentang kondisi

anak sehingga orang tua harus menjadi bagian dari program sekolah utama. Dengan

penanganan secara bersama antara orang tua dan guru harapan perkembangan anak

yang lebih baik akan lebih tercapai. Karena memang pada dasarnya sekolah

38
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru berdasarkan Pendekatan Kompetensi (Jakarta: Bumi
Aksara, 2014) h. 48-49.

24
merupakan suatu lembaga yang membantu bagi tercapainya cita-cita anak. Oleh

karena itu, perlu adanya kerjasama antara orang tua dan guru. Dibawah ini beberapa

bentuk kerjasama yang dilakukan oleh orang tua dengan guru/sekolah:

a. Konferensi orang tua

b. Pertemuan dengan orang tua secara pribadi

c. Kunjungan guru ke rumah orang tua murid, atau sebaliknya kunjungan

orang tua murid ke sekolah

d. Mengadakan surat menyurat antara sekolah dan orang tua

e. Mengadakan perayaan, pesta sekolah atau pameran-pameran hasil karya

murid

f. Mendirikan perkumpulan orang tua dan guru.39

Pada dasarnya cukup banyak cara yang dapat ditempuh untuk menjalin

kerjasama antara keluarga dengan sekolah, seperti:

1. Adanya kunjungan ke rumah anak didik

Pelaksanaan kunjungan ke rumah anak didik ini berdampak sangat positif,

di antaranya:

a. Melahirkan perasaan pada anak didik bahwa sekolahnya selalu

memperhatikan dan mengawasinya.

b. Memberi kesempatan kepada si pendidik melihat sendiri dan

mengobservasi langsung cara anak didik belajar, latar belakang

39
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000) h. 128.

25
hidupnya, dan tentang masalah-masalah yang dihadapinya dalam

keluarga.

c. Pendidik berkesempatan untuk memberikan penerangan kepada orang

tua anak didik tentang pendidikan yang baik, cara-cara menghadapi

masalah-masalah yang sedang dialami anaknya (kalau anaknya

bermasalah) dan sebagainya.

d. Hubungan antara orang tua dengan sekolah akan bertambah erat.

e. Dapat memberikan motivasi kepada orang tua anak didik untuk lebih

terbuka dan dapat bekerja sama dalam upaya memajukan pendidikan

anaknya.

f. Pendidik mempunyai kesempatan untuk mengadakan interview

mengenai berbagai macam keadaan atau kejadian tentang sesuatu yang

ingin ia ketahui.

g. Terjadinya komunikasi dan saling memberikan informasi tentang

keadaan anak serta saling memberi petunjuk antara guru dan orang tua.

2. Di undang orang tua ke sekolah

Kalau ada berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah yang

memungkinkan untuk dihadiri oleh orang tua, maka akan positif sekali artinya

bila diundang untuk dating ke sekolah. Kegitan-kegiatan dimaksud

umpamanya: class meeting yang berisi perlombaan-perlombaan yang

mendemonstrasikan kebolehan anak dalam berbagai bidang, pameran hasil

kerajinan tangaan anak, pemutaran film pendidikan dan sebagainya.

26
Seharusnya undangan terhadap orang tua ke sekolah ini minimal

dilaksanakan satu kali dalam ssetahun.

3. Case Conference

Merupakan rapat atau konferensi tentang kasus. Biasanya digunakan

dalam bimbingan konseling. Peserta konferensi ialah orang yang betul-betul

mau ikut membicarakan masalah anak didik secara terbuka dan sukarela,

seperti orang tua anak didik, guru-guru, petugas bimbingan yang lain, dan

para ahli yang ada sangkut pautnya dengan bimbingan seperti social worker

dan sebagainya.

4. Badan pembantu sekolah

Badan pembantu sekolah maksudnya ialah organisasi orang tua murid

atau wali murid dan guru. Organisasi dimaksud merupakan kerjasama yang

paling terorganisir antara sekolah atau guru dengan orang tua murid.

5. Mengadakan surat menyurat antara sekolah dan keluarga

Surat menyurat ini diperlukan terutama pada waktu-waktu yang sangat

diperlukan bagi perbaikan pendidikan anak didik, seperti surat peringatan dari

guru kepada orang tua jika anaknya perlu lebih giat, sering membolos, sering

berbuat keributan, dan sebagainya. Surat menyurat ini juga sebenarnya sangat

baik bila dilakukan oleh oraang tua kepada guru atau langsung ke Kepala

Sekolah/Madrasah untuk memantau keadaan anaknya di sekolah.

6. Adanya daftar nilai atau raport

Raport yang biasanya diberikan setiap catur wulan kepada para anak

didik ini dapat dipakai sebagai penghubung antara sekolah dengan oraang tua.

27
Sekolah dapaat memberi surat peringatan atau meminta bantuan orang tua

bila hasil raport anaknya kurang baik, atau sebaliknya jika anaknya

mempunyai keistimewaan dalam suatu mata pelajaran, agar dapat lebih giat

mengembangkan bakatnya atau minimal mampu mempertahankan apaa yang

sudah dapat diraihnya.

E. Perilaku Belajar

1. Pengertian Perilaku

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) perilaku adalah tanggapan

atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.40

Skiner seorang ahli psikologi, mengatakan bahwa “perilaku merupakan

respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus dari luar41, dari segi biologis

perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme makhluk hidup yang

bersangkutan, sehingga perilaku manusia adalah tindakan atau aktifitas manusia itu

sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas”.

Bohar Soeharto mengatakan “perilaku adalah hasil proses belajar

mengajar yang terjadi akibat dari interaksi dirinya dengan lingkungan sekitarnya

yang diakibatkan oleh pengalaman-pengalaman pribadi”.42

40
Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 1991) h. 859.

41
Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2007) h. 133.

42
Tulus Tu’u, Peran Disiplin Pada Perilaku dan PrestasI Siswa (Jakarta: PT. Grafindo
Persada, 2004) h. 63.

28
Benyamin Bloom seorang ahli psikologi pendidikan “membagi perilaku

manusia dalam 3 (tiga) kawasan yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor”.43

Setiap perilaku yang ada pada diri manusia dipengaruhi oleh

perkembangan dan pertumbuhannya. Dalam perkembanngan manusia atau

makhluk lain pada umunya dapat dibedakan dalam 3 hal yaitu proses pematangan,

proses belajar, dan proses pembawaan atau bakat.44

2. Pengertian Belajar

Belajar dalam arti luas merupakan suatu proses yang memungkinkan

timbulnya atau berubahnya suatu tigkah laku baru yang bukan disebabkan oleh

kemantangan dan sesuatu hal yang bersifat sementara sebagai hasil dari

terbentuknya respons utama.45 Belajar merupakan aktifitas, baik fisik maupun

psikis yang menghasilkan perubahan tingkah laku yang baru pada diri individu yang

belajar dalam bentuk kemampuan yang relative konstan dan bukan disebabkan oleh

kematangan atau sesuatu yang bersifat sementara.

Perubahan kemampuan yang disebabkan oleh kematangan, pertumbuhan,

dan perkembangan seperti anak yang mampu berdiri dari duduknya atau perubahan

fisik yang disebabkan kecelakaan tidak dapat dikategorikan sebagai hasil dari

perbuatan belajar meskipun perubahan itu berlangsung lama dan konstan.

43
Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2007) h. 139.

44
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Ilmu Psikologi (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1991)
h. 26.

45
Noehi Nasution, dkk., Materi Pokok Psikologi Pendidikan (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Dep. Agama dan Universitas Terbuka, 1991) h. 4.

29
Menurut Slameto bahwa “belajar ialah suatu proses yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan

lingkungannya.46

Belajar merupakan kegiatan untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

Macam-macam cara belajar yang dapat dilakukan, baik dengan membaca,

mendengar, melihat dan merasa. Semua aktifitas ini dilakukan manusia dalam

rangka belajar, baik secara formal, informal, maupun non formal. Khusus untuk

pendidikan formal, yaitu pendidikan yang dilaksanakan di lembaga sekolah, maka

semua aktivitas belajar tersebut pada prinsipnya untuk satu tujuan, pencapaian

prestasi belajar, baik dalam bidang kognitif, afektif, maupun psikomotor.47

Syaiful Bahri Djamarah dalam buku ilmu pendidikan islam menjelaskan

bahwa belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi dalam diri seseorang

setelah berakhirnya melakukan aktifitas belajar, walaupun pada kenyataanya tidak

semua perubahan termasuk kategori belajar.48

F. Forum Kelas (Forlas)

Forum Kelas atau Forum Silaturahmi Kelas ialah kegiatan sekolah yakni

menjalin Silaturahmi atau kerja sama antara orang tua dan guru dalam mendidik

46
Slameto, Belajar dan Faktorfaktor yang Mempengaruhinya (cet. 3; Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1995) h. 2.

47
Munirwan Umar, “Peranan Orang Tua dalam Peningkatan Prestasi Belajar Anak,”
Edukasi 1, no. 1, Juni (2015) h. 21.

48
H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam Kalam (Jakarta: Mulia, 2002) h. 237.

30
anak secara intensif. Dalam kegiatan ini, orang tua dan guru saling sharing

mengenai perkembangan anak didik baik secara akademik maupun dari segi

perilaku. Dalam Kegiatan Forum Kelas (Forlas) ada program masing-masing

seperti ada program sosial bahkan ada Forum Kelas (Forlas) mengumpulkan dana

untuk anak yatim, panti asuhan dan panti jompo.

31
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan Deskriptif Kualitatif, sejalan

dengan pendapat Moleong yang mengemukakan bahwa pendekatan ini

mementingkan tentang penguraian fenomena yang teramati dalam konteks makna

yang melingkupi suau realita. Pendekatan kualitatif ini berlangsung secara alami,

dimana peneliti merupakan instrumen utama. Data yang mementingkan proses dari

pada hasil dan menggunakan analisis data secara induktif.49

Sebagaimana disebutkan diatas, penelitian ini menggunakan penelitian

kualitatif bersifat deskriptif. Makna bersifat deskriptif yaitu, data yang terkumpul

berbentuk kata-kata, gambar bukan angka-angka. Kalaupun ada angka-angka,

sifatnya hanya sebagai penunjang. Data yang diperoleh meliputi transkrip,

interview, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi, dan lain-lain.50

Menurut Sugiyono, penelitian kualitatif Metode penelitian yang berlandaskan

pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang

alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah instrumen

kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triagulasi (gabungan), analisis

49
Moleong. L.J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet.III, (Jakarta: Remaja Rosdakarya.
2000) h.3.
50
Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif , (Bandung: Pustaka Setia, 2002) h.51.

32
data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan

makna dari pada generalisasi.51

Jenis penelitian Deskripti Kualitatif ini peneliti gunakan karena mengingat

data yang diperoleh berupa kata-kata atau kalimat dari hasil pengamatan yang

peneliti lakukan selama pelaksanaan penelitian. Penelitian ini diterapkan dengan

tujuan untuk mendeskripsikan bagaimana kerjasama orang tua dan guru dalam

mendidik anak melalui kegiatan Forum Kelas (Forlas), khususnya yang

berhubungan dengan perilaku dalam belajar yang nampak dan dapat diamati dalam

jangkauan indra penglihatan dan pendengaran dan penelitian ini dilaksanakan di

Sekolah Dasar Islam Terpadu Harapan Bunda Manado.

B. Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualititatif yang bersifat deskriptif, yakni analisis yang menggambarkan keadaan

dengan kata-kata atau kalimat bukan angka-angka.52 Penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll, dan

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Data tersebut mungkin

berasal dari wawancara, catatan lapangan, dokumentasi, dan lainnya.53

51
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&dD, ( Bandung : Alfabeta :
2017) h. 9.

52
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 11.

53
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 6.

33
Adapun ciri-ciri penelitian kualitatif adalah dilakukan pada kondisi yang

alamiah, lebih bersifat deskriptif, lebih menekankan proses daripada produk,

melakukan analisis data secara induktif dan lebih menekankan makna.54

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran secara

mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat, serta karakter yang khas dari kasus,

ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat khas ini akan dijadikan

suatu hal yang bersifat umum.

Pendekatan kualitatif ini dapat dipandang sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang dapat diamati tentang implementasi Kerjasama antara Orang Tua

dan Guru dalam membentuk perilaku belajar anak melalui kegiatan Forum Kelas

(Forlas) di Sekolah Dasar Islam Terpadu Harapan Bunda Manado.

C. Sumber Data

Sumber data merupakan asal-usul dari mana data tersebut diperoleh guna

pengelolaan data yang lebih lanjut. Pencatatan sumber data utama adalah melalui

wawancara atau pengamatan yang berperan serta dan merupakan hasil usaha

gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan bertanya. Manakala diantara

kegiatan yang dominan, jelas akan bervariasi dari satu waktu ke waktu lain situasi

ke situasi yang lain.

54
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&dD. h. 22.

34
Berdasarkan konsep tersebut diatas, sumber data dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer yaitu data yang secara langsung dikumpulkan melalui

pengamatan langsung ke objek penelitian dan melakukan wawancara

dengan pihak Forum Kelas (Forlas) yakni Guru dan Orang Tua.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung. Data

sekunder ini di ambil dari literatur-literatur maupun tulisan-tuliasn hasil

penelitian yang telah ada sebelumnya yang berkaitan dengan

pembahasan dan dokumentasi yang diambil dari sekolah tersebut yang

menunjang penelitian ini.

D. Metode Pengumpulan Data

Dalam rangka mengupayakan penggalian data sebanyak-banyaknya, maka

peneliti hadir di panti asuhan Muhammadiyah Bitung dengan menerapkan metode-

metode pengumpulan data sebagai berikut:

a. Metode Observasi

Observasi atau pengamatan adalah alat pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala

yang diselidiki.55 Dalam pengertian lain disebutkan bahwa metode observasi atau

55
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002)
hal. 170.

35
disebut dengan pengamatan adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu

obyek dengan menggunakan seluruh pancaindra.56

Metode ini dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan langsung

terhadap objek kemudian hasil pengamatan tersebut dituangkan dalam sebuah

catatan. Adapun yang menjadi objek pengamatan dalam penelitian ini adalah

tentang Kerjasama Orang Tua dan Guru membentuk perilaku belajar anak melalui

kegiatan Forum Kelas (Forlas) di Sekolah Dasar Islam Terpadu Harapan Bunda

Manado.

Teknik observasi yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah

teknik observasi non partisipan dan teknik observasi terbuka. Yang dimaksud

dengan teknik observasi non partisipan, yakni pengamat hanya melakukan satu

fungsi, yaitu mengadakan pengamatan.57 Teknik observasi non partisipan

digunakan karena dalam proses penelitian ini peneliti tidak ikut serta dalam

kegiatan, akan tetapi hanya berperan mengamati kegiatan. Kalaupun ikut dalam

kegiatan itu hanya dalam lingkup yang terbatas sesuai kebutuhan peneliti untuk

memperoleh data yang benar-benar valid. Pemilihan teknik jenis ini dilakukan agar

peneliti dapat lebih fokus dalam melakukan pengamatan terhadap objek yang

sedang diamati sehingga data observasi yang dihasilkan benar-benar valid dan

sesuai dengan kondisi yang sedang diamati.

Adapun teknik observasi terbuka atau terus terang, kehadiran pengamat

secara terbuka diketahui oleh subjek yang secara sukarela memberikan kesempatan

56
Suharsimi Arikunto, Proses Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka Cipta,
1998) h. 106.

57
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 176.

36
kepada pengamat untuk mengamati peristiwa yang terjadi, dan mereka menyadari

ada orang yang mengamati hal yang dilakukan oleh mereka.58Dengan demikian

kehadiran peneliti dalam menjalaskan tugasnya diketahui oleh orang-orang yang

sedang diamati, sehingga terjalin hubungan/interaksi yang wajar antara pengamat

dengan orang yang sedang diamati.

b. Metode Interview

Menurut Esterberg, dalam bukunya Sugiyono wawancara merupakan

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanyajawab,

sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Ia juga

mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur,

semiterstruktur, dan tidak terstruktur.59

Yaitu akan dijelaskan sebagai berikut:

a) Wawancara terstruktur, yaitu wawancara yang pertanyaan-

pertanyaannya telah disiapkan, seperti menggunakan pedoman

wawancara. Peneliti telah mengetahui data dan menentukan fokus serta

perumusan masalahnya.

b) Wawancara Semi-Struktur, yaitu wawancara ini sudah termasuk dalam

kategori In-dept Interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas

bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan wawancara

58
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 176.

59
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&dD. h. 231

37
ini adalah untuk menemukan wawancara secara lebih terbuka, dimana

pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya.

c) Wawancara yang tidak terstruktur, yaitu wawancara yang lebih bebas,

lebih mendalam dan tidak menjadikan pedoman wawancara sebagai

pedoman umum dan garis-garis besarnya saja.60

Dalam penelititian ini, peneliti memperoleh informasi dan data

menggunakan jenis wawancara semi terstruktur, hal ini agar pelaksanaan

wawancara mudah dipahami oleh narasumber serta dapat memperoleh data yang

jelas terkait pelaksanaan Kerjasama Orang Tua dan Guru membentuk perilaku

belajar anak melalui kegiatan Forum Kelas (Forlas) di Sekolah Dasar Islam Terpadu

Harapan Bunda Manado. Oleh karena itu, peneliti mewawancarai Guru dan Orang

Tua dalam Kegiatan Forum Kelas (Forlas).

c. Metode Dokumentasi

Dokumen adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk rulisan, gambar, atau karya-karya monumentak dari seseorang. Dokumen

yang berbentuk tulisan misalkan catatan harian, sejarah kehidupan (life Histories),

biografi, peraturan dan kebiakan.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode dokumentasi untuk

menyelidiki dokumen-dokumen dan sebagainya sebagai sumber data yang

dibutuhkan. Penerapan metode ini dengan mengumpulkan data-data dari pengurus

Sekolah Dasar Islam Terpadu Harapan Bunda Manado, berupa dokumen atau

laporan yang memiliki keterkaitan dengan judul penelitian ini.

60
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&dD. h. 233.

38
E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti sebagai instrumen yang harus

divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang

selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi ini meliputi pemahaman metode penelitian

kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti

secara akademik maupun logistiknya. Validasi ini dilakukan oleh peneliti sendiri

melalui evaluasi diritentang pemahaman metode kualitatif, penguasaan teori dan

wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal dalam memasuki

lapangan. 61

Penelitian kualitatif, sebagai human instrumen, berfungsi menetapkan fokus

penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data,

menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas

temuannya. Dalam penelitian ini, segala sesuatu yang dicari dari obyek penelitian

belum jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya, hasil yang diharapkan

semuanya belum jelas. Rancangan penelitian masih bersifat sementara dan akan

berkembang setelah peneliti memasuki objek penelitian.62

F. Teknik Analisis Data

61
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&dD. h. 222.

62
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&dD. h. 222.

39
Dalam menganalisis data yang ada, peneliti menggunakan teknik analisis data

kualitatif sebagai berikut :63

a. Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan maka peneliti mengumpulkan

data yang dibutuhkan maka penulis mengumpulkan data dengan menggali

informasi melalui observasi, interview, dan dokumentasi.

b. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu

maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin

lama kelapangan, maka jumlah data akan semakin banyak kompleks dan

rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.

c. Penyajian Data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memeberikan

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Dengan melakukan penyajian data diharapkan dapat mempermudah

melakukan pemahaman terhadap masalah yang dihadapi sehingga

kesimpulan yang diambil bukan kesimpulan yang terburu-buru.

d. Menarik Kesimpulan

Menarik kesimpulan adalah proses terpenting dan terakhir yang

dilakukan dalam analisis data kualitatif. Oleh karena kesimpulan peneliti

63
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&dD. h. 247.

40
ditarik berdasarkan data, yang dalam hal ini berupa data yang sudah diolah.

Maka penarikan kesimpulan dilakukan sejalan dengan cara mengolah data.

G. Prosedur Penelitian

Tahap ini terdiri atas tahap Pra-laangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap

analisis Data.

1. Tahap Pra Lapangan

Ada enam tahap kegiatan yang harus dilakukan oleh penelitu yaitu sebagai

berikut:

a. Menyusun rancangan penelitian

b. Memilih lapangan penelitian

c. Mengurus perizinan

d. Menjajaki dan menilai lapangan

e. Memilih dan memanfaatkan informan

f. Menyiapkan perlengkapan penelitian

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Uraian tentang tahap pekerjaan lapangan dibagi atas 3 bagian :

a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri

b. Memasuki lapangan

c. Berperan serta sambil mengumpulkan data.

41
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum SDIT Harapan Bunda Manado

SDIT Harapan Bunda Manado telah berdiri pada tahun 2011 dengan alamat

lokasi meminjam gedung ruangan Kampus STISIPOL Manado yang beralamat

di Jl. Sospol. Mahawu. Ling. 1. Kelurahan Mahawu. Kecamatan Tuminting,

dengan menempati 1 ruangan sebagai kantor guru, 13 ruangan sebagai tempat

ruang belajar anak didik, 1 ruangan lab computer dan 1 ruangan aula.

Berikut merupakan perkembagan jumlah anak didik dari tahun 2011-2019:

1) Tahun ajaran 2011/2012 buka satu kelas jumlah anak didik 5 orang

2) Tahun ajaran 2012/2013 buka dua kelas jumlah anak didik 45 orang

3) Tahun ajaran 2013/2014 buka dua kelas jumlah anak didik 50 orang

4) Tahun ajaran 2014/2015 buka tiga kelas jumlah anak didik 65 orang

5) Tahun ajaran 2015/2016 buka tiga kelas dengan target 75 orang

6) Tahun ajaran 2016/2017 sampai dengan tahun ajaran 2019//2020 buka

tiga kelas dengan jumlah anak didik 75 orang.

Disamping senantiasa melakukan perbaikan dan terobosan untuk hasil

terbaik, saat ini SDIT Harapan Bunda Manado telah melakukan kegiatan

belajar mengajar dengan kurikulum pendidikan unggulan yang tidak hanya

mengedepankan kemajuan pencapaian dari sisi intelektual semata, namun

42
sangat ditekankan juga kemampuan anak didik dalam sisi moral dan

pengetahuan agama yang juga menjadi target unggulannya. 64

2. Sejarah singkat terbentuknya Forum Kelas di SDIT Harapan Bunda

Manado

Forum Kelas diterapkan di SDIT Harapan Bunda Manado pada tahun 2016

oleh Kepala Sekolah SDIT Harapan Bunda Manado yaitu Haryati S.Pd. Di

SDIT Harapan Bunda Manado sudah ada persatuan orang tua yang namanya

Komite Sekolah, akan tetapi itu masih secara umum. Maka dari itu di bentuk

Forum Kelas. Forum Kelas ialah forum silaturahim antara orang tua dan guru

atau wali kelas. Forum Kelas dilaksanakan sebulan sekali. Forum Kelas itu pun

bertujuan agar orang tua dan guru lebih spesifik dalam mendidik anak. Karena

dalam mendidik anak dibutuhkan kerja sama antara orang tua dan guru baik itu

mengenai akademik maupun perilaku anak.65

3. Visi, Misi dan Tujuan SDIT Harapan Bunda Manado

a. Visi

MELAHIRKAN GENERASI MUSLIM YANG BERPRIBADI

QUR’ANI, UNGGUL DALAM BAHASA, PENGETAHUAN DAN

TEKNOLOGI.

b. Misi

64
Sumber Data: Kepala Sekolah SDIT Harapan Bunda Manado, 22 Oktober 2019.

65
Sumber Data: Kepala Sekolah SDIT Harapan Bunda Manado, 22 Oktober 2019.

43
a) Menyelenggarakan program pembinaan pribadi qur’ani secara

intensif.

b) Meningkatkan program pembinaan dan pembiasaan berbahasa arab

dan inggris.

c) Melaksanakan pembelajaran secara efektif dan menyenangkan,

berorientasi pada mutu, berbasis moral spiritual dan keilmuan

sehingga mampu melahirkan pembelajar yang shaleh, cerdas dan

mandiri.

c. Tujuan

- Menyiapkan generasi yang unggul di bidang imtak dan iptek

- Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama sehingga

terbangun insan yang cerdas, cendikia, berbudi pekerti luhur dan

berakhlak mulia.

- Membentuk sumber daya manusia yang aktif, kreatif, inovatif, dan

berprestasi sesuai dengan perkembangan jaman dan heterogenitas.

- Membangun citra sekolah sebagai mitra terpercaya di masyarakat.

- Melaksanakan pembelajaran yang PAKEM dan bermakna.

- Menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam kegiatan

belajar siswa untuk mendukung pengembangan potensi peserta

didik agar berkembang secara optimal.

44
- Memberikan jaminan pelayanan yang prima dalam berbagai hal

untuk mendukung proses belajar dan bekerja yang harmonis dan

selaras.66

Di bawah ini disajikan profil SDIT Harapan Bunda Manado sebagai

berikut:

1. Nama sekolah : SDIT Harapan Bunda Manado

2. NPSN : 69888506

3. Status akreditasi :C

4. Kurikulum : KTSP

5. Kategori Sekolah : Swasta

6. Alamat : Kampus STISIPOL Jl. Sospol

Mahawu Lingk.1

7. Kelurahan : Mahawu

8. Kecamatan : Tuminting

9. Kota : Manado

10. Propinsi : Sulawesi Utara

11. Tanggal SK Pendirian : 2011-10-18

12. Tanggal SK Izin Operasional : 2013-07-11

13. No. Rekening Sekolah

a. Pemegang Rekening : SD Islam Terpadu

66
Sumber Data: Kantor SDIT Harapan Bunda Manado, 22 Oktober 2019.

45
b. Nama Bank : Bank Sulut

c. Cabang : Tuminting

14. Nama Kepala Sekolah : Haryati, S.Pd

15. Status Gedung Sekolah : Sewa

16. Jumlah Guru : 28 Orang

4. Keadaan Guru di SDIT Harapan Bunda Manado

Didalam pendidikan guru memiliki peranan yang sangat penting. Sebab

guru bukan hanya memberikan atau menyampaikan ilmu pengetahuan, tetapi

harus memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk mendidik anak sesuai

dengan norma Pancasila dan agama. Agar menjadikan anak didik

berkepribadian yang baik. Untuk mengetahui keadaan guru berdasarkan nama,

alamat, status, jabatan dan jenis mata pelajaran yang diajarkannya maka dapat

dilihat dari table I dibawah ini:

Tabel 4.1
Keadaan Guru SDIT Harapan Bunda Manado
Berdasarkan Nama, Alamat, Status, Jabatan dan Tugas Mengajar
Tahun 2019-2020
KELAS NAMA STATUS ALAMAT

I Rukia Basri, S.Pd GTY Banjer

Karmila Ngurawan, S.Ag GTY Banjer

Benazir Yazid Wakid, S.Psi GTT Singkil

Hamidah Tumulo, Hafidzah GTY Lapangan

Sri Hastuti Korneles, Amd GTY Paniki Bawah


AK
GTT Wonasa
Muhammad Yusuf

46
II Dian Nurdianti, S.Pd GTY Teling

Chintya Patuhung, S.Pd I GTY Bengkol

Mufidah Ayu Albaar, SE GTT Banjer

III Kamaluddin, S.Pd GTY GPI Mapanget

Hamdan Sigar, S.Pd I GTY Politeknik

Fitayantri Tamau, MM GTY Maasing

IV Sadikin, S.Pd GTY Buha

Siti Zuraton, S.Pd GTY Teling

Firmala Daeng Salasa, GTY Kampung Tali


S.Pd

V Hanifah Trinondihang, GTY Mahawu


S.Ag
GTY Wonasa
Indah Lestari, S.Hum

VI Rosmawati, S.Pd GTY Kampung Kodok

Ratih Firmanindyah, S.Pd GTY Buha

Ekawati Rahayuningsih, GTY Perum CBA


S.AB

GURU MUATAN PELAJARAN

NO NAMA STATUS ALAMAT

1 La Ode Agus Jaya, ST GTY Wonasa

(Guru Komputer)

2 Sri Nurul Huda GTY Mahawu


Momongan, S.Pd

(Guru Bahasa Inggris)

3 Ratni Bantu, SS GTY Mahawu

(Guru Bahasa Inggris)

47
4 Alham Taming, S.Pd GTY Perkamil

(Guru Bahasa Arab)

5 Arif Ardianto, S.Ag GTY Mapanget Gritma

(Guru Bahasa Arab)

6 Ismi Nazlia Derek, S.Pd GTY Sindulang

(Guru Pendidikan Agama


Islam)

7 Marwan Agansi GTY GPI Mapanget

(Guru Pendidikan Agama


Islam)

8 Eko Prianto Tulong, S.Pd GTT Kampung Islam

Sumber Data: Kantor SDIT Harapan Bunda Manado

Berdasarkan tampilan tabel I diatas tampak guru di SDIT Harapan Bunda

Manado Tahun 2019-2020 berjumlah 28 orang guru yang terdiri dari 9 orang

laki-laki dan 19 orang perempuan. Selanjutnya Guru Tetap Yayasan (GTY)

ada 27 orang dan 1 orang merupakan Guru Tidak Tetap (GTT).

5. Keadaan Anak Didik

Keadaan anak didik dalam sebuah lembaga pendidikan merupakan hal

yang terpenting dari seluruh program dan kegiatan yang hendak dilakukan.

Adapun keadaan anak didik di SDIT Harapan Bunda Manado dapat dilihat

dari tabel berikut:

Tabel 4.2
Keadaan Anak Didik SDIT Harapan Bunda Manado
Tahun 2019-2020

KELAS JUMLAH KETERANGAN Jumlah


SISWA Rombel

48
L P

I 79 40 39 3

II 75 43 32 3

III 70 40 30 3

IV 61 39 22 3

V 51 24 27 2

VI 53 28 25 2

Sumber Data: Kantor SDIT Harapan Bunda Manado

Berdasarkan tampilan tabel II diatas maka dapat disimpulkan bahwa jumlah

anak didik di SDIT Harapan Bunda Manado tahun 2019-2020 secara

keseluruhan dari kelas I sampai dengan kelas VI berjumlah 389 orang yang

terdiri dari 214 orang laki-laki dan 175 orang perempuan.

6. Keadaan Sarana Dan Prasarana

Di bawah ini di sajikan keadaan sarana dan prasarana di SDIT Harapan

Bunda Manado sebagai berikut:

1) Data Kepemilikan Tanah:

a. Luas lahan : 4000 m²

b. Luas lahan dan bangunan : 1400 m²

c. Status kepemilikan tanah : Sewa

2) Data Bangunan/ Ruangan dan Peralatan:

Tabel 4.3
Keadaan Sarana dan Prasarana SDIT Harapan Bunda Manado
Tahun 2019-2020

49
No Nama/Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah Keterangan

1 Ruang Kelas 16 Kurang baik

2 Ruang Kepala Sekolah 1 Kurang baik

3 Ruang Guru 1 Kurang baik

4 Ruang Bersama (AULA) 1 Kurang baik

5 Lapangan Olahraga 1 Kurang baik

6 Kamar Mandi/WC Kurang baik

7 Kepala Sekolah 1 Baik

8 Guru 28 Baik

9 Anak Didik 389 Baik

Sumber Data: Kantor SDIT Harapan Bunda Manado

B. Hasil Penelitian

1. Bentuk kerja sama antara orang tua dan guru dalam membentuk

perilaku belajar anak melalui kegiatan Forum Kelas (Forlas) di

SDIT Harapan Bunda Manado.

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis dapatkan melalui observasi

dan wawancara oleh ketiga informan yaitu Kepala Sekolah, Wali Kelas, dan

Orang Tua SDIT Harapan Bunda Manado. Bentuk kerja sama antara orang tua

dan guru dalam membentuk perilaku belajar anak melalui kegiatan Forum

Kelas (Forlas) di SDIT Harapan Bunda Manado, melalui komunikasi. Disini

komunikasi sangatlah penting dalam mendidik anak. Karena segala

perkembagan yang di alami anak didik baik itu di sekolah maupun di rumah

harus di informasikan agar memudahkan guru dan orang tua dalam proses

mendidik anak.

50
Mengenai hal tersebut, Kepala Sekolah SDIT Harapan Bunda Manado yaitu

Haryati menyatakan bahwa,

Menurutnya, orang tua dan guru harus saling sharing tentang


perkembangan anak baik itu di sekolah maupun di rumah. Karena
belum tentu apa yang terjadi pada anak di sekolah sama halnya dengan
yang terjadi di rumah, begitu pun sebaliknya.67

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, wali kelas yaitu Rukia Basri

menambahkan bahwa,

Menurut Rukia Basri, bentuk kerja sama yang dilakukan antara orang
tua dan guru melalui kegiatan Forum Kelas (Forlas) di SDIT Harapan
Bunda Manado. Selalu ada komunikasi antara sekolah dan orang tua
dari setiap hari orang tua mengantar atau menjemput anaknya, guru dan
orang tua ada komunikasi. Jadi misalnya, ada informasi yang urgen
yang perlu guru diinformasikan, guru informasikan disaat pulang
sekolah. Atau yang kedua guru dan orang tua selalu ada komunikasi
melalui media elektronik. Jadi guru dan orang tua memiliki grup via
whatsup sendiri. Apapun yang terjadi dalam perkembangan anak didik
setiap hari, guru informasikan. Seperti pelajaran-pelajaran yang perlu
diinformasikan yaitu pelajaran ta’fidz itu setiap hari harus ada informasi
dari orang tua. Makanya guru dan orang tua untuk bentuk kerja
samanya selalu ada komunikasi.68

Selanjutnya wawancara dengan wali kelas yaitu Hanifah Tinondihang

menyatakan bahwa,

Menurut Hanifah, betuk kerja yakni sama saling memberikan informasi


antara orang tua daan guru mengenai pergaulan atau perkembangan
anak di sekolah begitu juga orang tua memberitahukan keluhan kepada
guru mengenai anak di rumah.

Selanjutnya wawancara dengan orang tua, Nasrianti.

67
Hasil Wawancara Kepala Sekolah SDIT Harapan Bunda Manado 3 September 2019 jam
10.16 WITA

68
Hasil Wawancara Wali Kelas 1 Abu Bakar As-Shidiq SDIT Harapan Bunda Manado 29
September 2019 jam 15.20 WITA

51
Menurut Nasrianti, bentuk kerja sama antara orang tua dan guru lebih
kepada komunikasi. Guru memberikan arahan kepada orang tua
bagimana cara mendidik atau membimbing anak dirumah dalam
menyelesaikan pembelajaran yang belum dipahami oleh anak.69

Dengan adanya kegiatan Forum Kelas (Forlas) ini, orang tua dan guru

saling silaturahim dan sharing mengenai perkembangan yang terjadi pada anak

di rumah maupun di sekolah. Karena sikap anak di rumah hanya diketahui oleh

orang tuanya sendiri. Jadi dibutuhkan kejujuran orang tua mengenai sikap anak

didik di rumah dan dibutuhkan kepercayaan orang tua terhadap guru yang

menggantikan tugasnya selama diruangan sekolah. hal ini sangat penting untuk

diperhatikan, mengingat akhir-akhir ini seringnya terjadi tindakan-tindakan

kurang terpuji dilakukan anak didik, sementara orang tua seolah tidak mau

tahu, bahkan cenderung menimpakan kesalahan kepada sekolah.

Didalam Forum Kelas (Forlas) ini juga, antara guru dan orang tua perlu

menjalin komunikasi yang aktif, saling membantu dan mengetahui bagaimana

upaya penanganan pembinaan anak di sekolah, keterlibatan anak didik dalam

proses belajar mengajar, pola interaksi dan komunikasi selama di sekolah dan

masalah yang ditemukan di sekolah. Begitu juga sebaliknya, pihak sekolah

mengetahui apa dan bagaimana yang terjadi di rumah terutama terkait dengan

aktivitas belajar di rumah, interaksi dengan sesama anggota keluarga dan

problem yang muncul selama berada di rumah.

Mengenai hal tersebut, Irwan Bachtiar selaku orang tua menyatakan

bahwa,

69
Hasil Wawancara Orang Tua Kelas 5 SDIT Harapan Bunda Manado 6 Oktober 2019
jam 12.00 WITA

52
Menurut Irwan Bachtiar, bentuk kerja sama misalkan ada masalah kita
bicarakan di Forum Kelas, ada kekurangan kita bicarakan di Forum
Kelas, ada satu masalah pasti di pecahkan di Forum Kelas. Jadi, tidak
ada yang keluar seperti hal-hal negatif semuanya di bicarakan di Forum
Kelas. 70

Selanjutnya hasil wawancara dengan Ketua Forum Kelas (Forlas)


sekaligus orang tua menyatakan bahwa,

Menurut , bentuk kerja sama antara orang tua dan guru dengan
melakukan sharing antara orang tua dan guru mengenai kegiatan di
sekolah. Guru menyampaikan pembelajaran di sekolah kemudian orang
tua melanjutkan atau mengulang kembali di rumah pembelajaran yang
diberikan oleh guru.71

Selanjutnya hasil wawancara dengan Mochamad Sahroni selaku orang

tua, menyatakan bahwa,

Menurut Mochamad Sahroni, jika dilakukan lomba-lomba, ketertiban


waktu datang di acara lombanya, dan kesediaan dari konsumsinya, itu
biasanya guru dan orang tua saling koordinasi atau misalkan ada yang
dibutuhkan untuk antar jemputnya itu bisa di komunikasikan lewat
Forum Kelas juga. 72

Selanjutnya hasil wawancara dengan orang tua, Lily Maryani,

menyatakan bahwa,

Menurut Lily Maryani, bentuk kerja sama antara orang tua dan guru
saling menginformasikan kekurangan anak misalnya dalam berinteraksi
dengan temannya atau ketidaktahuan anak terhadap suatu
pembelajaran. Itu dibicarakan dalam Forum Kelas dan mencari jalan
keluarnya bersama-sama. 73

70
Hasil Wawancara Orang Tua Kelas 1 SDIT Harapan Bunda Manado 29 September 2019
jam 17.20 WITA

71
Hasil Wawancara Orang Tua Kelas 5 SDIT Harapan Bunda Manado 06 Oktober 2019
jam 11.15 WITA
72
Hasil Wawancara Orang Tua Kelas 1 SDIT Harapan Bunda Manado 29 Oktober 2019
jam 16.30 WITA

73
Hasil Wawancara Orang Tua Kelas 1 SDIT Harapan Bunda Manado 29 Oktober 2019
jam 17.00 WITA

53
Dari uraian wawancara tersebut, kerja sama antara orang tua dan guru

dalam membentuk perilaku belajar anak melalui kegiatan Forum Kelas (Forlas)

dibutuhkan komunikasi. Komunikasi sangatlah diperlukan dalam suatu Forum

Kelas (Forlas). Karena dengan adanya komunikasi dapat memudahkan orang

tua dan guru dalam mendidik anak. Seperti mengatasi segala permasalahan

yang ada baik itu dari segi akademik maupun segi perilaku anak.

2. Faktor Penunjang dan Penghambat dalam membentuk perilaku

belajar anak melalui kegiatan Forum Kelas (Forlas) di SDIT

Harapan Bunda Manado.

Dalam proses pelaksanaan kerja sama antara orang tua dan guru melalui

kegaiatan Forum Kelas (Forlas), tentu ada hal yang menunjang dan

menghambat dalam membentuk perilaku belajar anak. Berikut wawancara

dengan Wali Kelas 1 Abu Bakar As-Shidiq berkaitan dengan faktor pendukung

dan penghambat kerja sama orang tua dan guru melalui kegiatan Forum Kelas

(Forlas).

“Intinya komunikasi. sekolah berkomunikasi baik dengan orang tuanya,


begitupun orang tuanya menerima dengan baik komunikasinya maka
sangat berpengaruh penting. Jadi faktor pendukungnya ada kerja sama
antara pihak sekolah yaitu saling berkomunikasi baik sampaikan apa
yang perlu disampaikan dan apa yang perlu dirubah dari anaknya”74

Hal senada juga dijelaskan oleh

74
Hasil Wawancara Wali Kelas 1 Abu Bakar As-Shidiq SDIT Harapan Bunda Manado 29
September 2019 jam 15.20 WITA

54
Adanya kerja sama orang tua dan guru dalam komunikasi. Dengan
komunikasi orang tua dan guru lebih mudah dalam menyelesaikan
permasalahan yang terjadi pada anak.75

Dari pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa dapat terjalinya

kerja sama yang baik antara orang tua dan guru yaitu dengan adanya

komunikasi. Dimana komunikasi antara orang tua dan guru merupakan faktor

pendukung dalam membentuk perilaku belajar anak. Karena komunikasi yang

baik akan memudahkan orang tua dan guru untuk sama-sama mengetahui

perkembangan dan permasalahan yang terjadi pada anak di sekolah maupun di

rumah.

Adapun hasil wawancara dengan Mochamad Sahroni selaku orang tua

menyatakan bahwa,

Partisipasi orang tua untuk datang pada Kegiatan Forum Kelas (Forlas)
sangat penting. Agar guru lebih mudah mengetahui masalah belajar
yang terjadi pada anak di rumah.76

Hal senada juga dijelaskan oleh Wali Kelas 5 Imam Bukhari yakni

Hanifah menyatakan bahwa,

Peran serta orang tua dalam memberikan informasi kepada guru tentang
anak didik dirumah. Agar supaya anak dapat perhatian dari guru
mengenai hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan anak.

Dari pendapat tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa peran serta

orang tua dalam Kegiatan Forum Kelas (Forlas) sangat penting dalam

75
Hasil Wawancara Orang Tua Kelas 1 SDIT Harapan Bunda Manado 29 September 2019
jam 17.20 WITA
76
Hasil Wawancara Orang Tua Kelas 1 SDIT Harapan Bunda Manado 29 Oktober 2019
jam 16.30 WITA

55
membentuk perilaku anak. Sebab guru membutuhkan informasi mengenai

keadaan anak di rumah agar lebih memudahkan guru dalam mendidik anak di

sekolah.

Selain faktor pendukung, ada faktor penghambat dalam kerja sama

antara orang tua dan guru yaitu kurangnya komunikasi dan sikap orang tua.

Seperti yang diungkapkan oleh Rukia Basri selaku Wali Kelas bahwa,

Keterlambatan orang tua dalam mengetahui informasi dari guru


disebabkan kesibukan dari orang tua dan tidak atau kurang
menggunakan alat elektronik sehingga sulit untuk diinformasikan.77

Hal senada juga dijelaskan oleh Mochamad Sahroni bahwa,

Wali Murid atau orang tua sangat sulit untuk berkumpul di Kegiatan
Forum Kelas. Sehingga waktu kita bertemu kurang kebersamaan. Jadi
penghambatnya komunikasi yang tertunda atau kurang waktu untuk
berkumpul.78

Adapun hasil wawancara dengan Irwan Bachtiar, selaku Orang Tua

bahwa,

Orang tua memilki bermacam karakter. misalnya ada orang tua yang
tidak terima anaknya diberi tahu oleh gurunya. Sehingga guru sulit
untuk mengarahkan atau mendidik anak.79

Berdasarkan pernyataan diatas ketika penulis observasi memang

kenyataannya yaitu jumlah yang hadir pada Kegiatan Forum Kelas (Forlas)

77
Hasil Wawancara Wali Kelas 1 Abu Bakar As-Shidiq SDIT Harapan Bunda Manado 29
September 2019 jam 15.20 WITA

78
Hasil Wawancara Orang Tua Kelas 1 SDIT Harapan Bunda Manado 29 Oktober 2019
jam 16.30 WITA
79
Hasil Wawancara Orang Tua Kelas 1 SDIT Harapan Bunda Manado 29 September 2019
jam 17.20 WITA

56
hanya sedikit dibandingkan dengan jumlah orang tua yang seharusnya datang.

Akan tetapi Kegiatan Forum Kelas tetap berjalan dengan lancar meskipun tidak

semua orang tua dan anak didik yang datang. Oleh sebab itu pentingya dalam

meningkatkan komunikasi yang baik antara orang tua dan guru dalam kegiatan

Forum Kelas (Forlas). Sebab komunikasi yang baik akan memudahkan orang

tua untuk mengetahui kapan akan dilaksanakan Kegiatan Forum Kelas

(Forlas), sehingga pada kegiatan itu orang tua dan guru lebih terjalin

kekeluargaannya dan dapat dengan mudah mengetahui perkembangan dan apa

yang dibutuhkan anak didik itu sendiri.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan temuan hasil penelitian, dan berdasarkan pada dua

permasalahan pokok yang diangkat pada penyusunan Skripsi ini tentang

Bagaimana bentuk kerja sama antara orang tua dan guru dalam membentuk

perilaku belajar anak melalui kegiatan Forum Kelas (Forlas) di SDIT Harapan

Bunda Manado dan yang kedua Apa faktor pendukung dan penghambat kerja

sama antara orang tua dan guru dalam membentuk perilaku belajar anak melalui

kegiatan Forum Kelas (Forlas) di SDIT Harapan Bunda Manado. Adapun hasil

temuan penelitian dari kedua permasalahan pokok diatas sebagai berikut:

1. Bentuk kerja sama antara orang tua dan guru dalam membentuk

perilaku belajar anak melalui Kegaiatan Forum Kelas (Forlas) di

SDIT Harapan Bunda Manado.

Tidak dapat disangkal lagi bahwa kerja sama antara orang tua dan guru

sangat penting dalam rangka membentuk perilaku belajar anak. Hal-hal yang

57
dijelaskan dalam uraian-uraian sebelumya membuktikan bahwa kerja sama

tersebut menjadi sebuah keharusan dalam suatu lembaga pendidikan yang sangat

mengharapkan peningkatan kualitas pendidikannya. Kerja sama bukan hanya

dibangun dalam lingkungan pemerintah dengan guru melainkan juga dengan

orang tua. Sebab tugas mendidik bukan hanya dilakukan oleh guru melainkan

orang tua dan pemerintah. kerja sama antara orang tua dan guru dalam

membentuk perilaku belajar anak melalui Kegiatan Forum Kelas (Forlas) di

SDIT Harapan Bunda Manado yaitu dengan komunikasi.

Bentuk kerja sama antara orang tua dan guru dalam membentuk perilaku

belajar anak melalui Kegiatan Forum Kelas (Forlas) di SDIT Harapan Bunda

Manado adalah kerja sama dalam hal komunikasi bersama untuk mendidik anak.

Dalam proses komunikasi orang tua dan guru akan saling sharing mengenai

perkembangan anak didik. Sehingga melalui komunikasi orang tua dapat

mengetahui perkembangan yang terjadi pada anaknya, baik dari segi

perkembangan belajarnya maupun akhlak anak tersebut di sekolah. Begitu juga

dengan guru, dalam kegiatan tersebut guru dapat mengetahui kepribadian dan

akhlak dari anak didik di rumah. Sehingga memudahkan guru dalam mendidik,

mengarahkan dan membentuk perilaku belajar anak di sekolah.

Dengan adanya Kegiatan Forum Kelas (Forlas) memudahkan terjalinnya

komunikasi lebih dekat antara orang tua dan guru. Sehingga orang tua dan guru

sama-sama terbantu dalam hal membentuk perilaku belajar anak. Seperti orang

tua bisa mendapatkan informasi dari guru apabila anaknya diberikan pekerjaan

rumah (PR) menghafal surah dengan cara dilakukan pembiasaan dengan

58
mendengarkan pengajian atau menonton video pengajian di rumah. Begitu juga

sebaliknya, guru akan mengetahui bahwa ada anak didik yang memiliki

kepribadian yang berbeda di rumah dengan di sekolah.

2. Faktor pendukung dan penghambat kerja sama antara orang tua

dan guru dalam membentuk perilaku belajar anak melalui

Kegaiatan Forum Kelas (Forlas) di SDIT Harapan Bunda Manado.

Berdasarkan pada observasi dan wawancara, dapatlah penulis

identifikasikan faktor pendukung dan penghambat tersebut:

a. Faktor Pendukung

Adapun hal-hal yang menjadi faktor pendukung dalam proses membentuk

perilaku anak yaitu:

1) Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kerja sama

untuk membentuk perilaku anak. Dengan adanya komunikasi yang terjalin

antara orang tua dan guru bisa memantau perkembangan perilaku maupun

akademik anak baik itu di sekolah ataupun dirumah.

2) Partisipasi Orang Tua

Dalam Kegiatan Forum Kelas (Forlas) dibutuhkan peran serta atau kerja

sama orang tua dan kesadaran orang tua untuk memotivasi anaknya.

Bentuk-bentuk kerja sama yang terbangun antara orang tua dan guru

didalam Kegiatan Forum Kelas (Forlas) merupakan faktor paling penting dalam

membentuk perilaku atau mendidik anak. Membentuk perilaku belajar anak akan

berjalan dengan baik jika terjadi komunikasi yang intens antara orang tua dan

59
guru. Dengan kerja sama terebut, antara orang tua dan guru dapat memberikan

tindakan atau perlakuan yang tepat dalam membentuk perilaku belajar anak. Dari

sisi inilah dapat dirasakan betapa pentingnya kerja sama antara orang tua dan

guru dalam membentuk perilaku belajar anak melalui Kegiatan Forum Kelas

(Forlas). Apabila anak didik diajarkan oleh guru tentang pembiasaan yang baik

di sekolah maka di rumah pun orang tua harus melakukan pembiasaan yang baik

pula. Agar dalam membentuk perilaku anak lebih maksimal hasilnya.

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi kerja sama antara orang tua dan guru dalam membentuk perilaku

balajar anak melalui Kegiatan Forum Kelas (Forlas) di SDIT Harapan Bunda

Manado adalah: Komunikasi dan partisipasi orang tua.

b. Faktor Penghambat

Selain faktor pendukung, ada faktor peghambat dalam kerja sama antara

orang tua dan guru dalam membentuk perilaku balajar anak melalui Kegiatan

Forum Kelas (Forlas) di SDIT Harapan Bunda Manado. Yang dapat penulis

identifikasikan sebagai berikut:

1) Kurangnya Komunikasi

Kurangnya komunikasi antara orang tua dan guru, tentunya salah satu yang

dapat menghambat peran serta guru dalam membimbing anak. Karena dalam

membentuk perilaku anak ataupun mengetahui sampai dimana perkembangan

anak, harus terjalin komunikasi antara orang tua dan guru. Agar guru bisa

menginformasikan sampai dimana perkembangan anak disekolah begitu juga

60
orang tua bisa mengontrol kembali pembelajaran apa yang sudah diberikan

disekolah dan dilakukan kembali dirumah.

2) Kesibukan Orang Tua

Faktor penghambat yang berasal dari orang tua adalah, karena sebagian dari

orang tua mempunyai banyak kesibukan, kurangnya perhatian terhadap anak,

serta kurangnya kesadaran dan waktu yang diluangkan untuk mengahadiri

Forum Kelas (Forlas), mengetahui akan pentingnya kerja sama dengan guru

dalam membentuk perilaku anak.

3) Sikap Orang Tua

Sikap orang tua juga merupakan faktor penghambat, karena sebagian dari

orang tua ada yang memiliki sikap yang tidak mau menerima informasi ataupun

masukan yang di berikan guru terhadap perkembangan anak dari segi akademik

maupun perilaku.

Perilaku belajar sangat penting dalam dunia pendidikan. Melihat kemajuan

dan tantangan zaman yang semakin pesat, bila anak didik tidak diajarkan dan

tidak dilakukan pembiasaan sejak dini maka nilai-nilai serta karakter bangsa

akan merosot. Kesadaran anak didik yang tumbuh dari diri anak didik untuk

selalu melakukan perilaku belajar yang baik, dan adanya kerja sama yang baik

pula antara orang tua dan guru dalam membentuk perilaku belajar anak didik.

61
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya maka penulis dapat mengambil

beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut:

1. Betapa pentingnya kerja sama antara orang tua dan guru dalam

membentuk perilaku belajar anak melalui Kegiatan Forum Kelas

(Forlas). Keterlibatan orang tua dalam mendidik anak merupakan cara

yang tepat menghadapi dan mengatasi permasalahan-permasalahan yang

muncul dalam proses belajar mengajar. Kerja sama antara orang tua dan

guru dalam membentuk perilaku belajar anak melalui Kegiatan Forum

Kelas (Forlas) di SDIT Harapan Bunda Manado sudah terjalin dengan

baik melalui beberapa bentuk diantaranya adalah komunikasi dan

partisipasi orang tua. Dengan bentuk kerja sama tersebut orang tua

maupun guru dapat mengatahui perkembangan yang terjadi pada anak

didik di rumah ataupun di sekolah. Sehingga lebih mudah dalam

mengarahkan dan mendidik anak.

2. Faktor pendukung kerja sama antara orang tua dan guru dalam

membentuk perilaku belajar anak melalui Kegiatan Forum Kelas (Forlas)

di SDIT Harapan Bunda Manado adalah sebagai berikut: Komunikasi

dan Partisipasi Orang Tua. Sedangkan faktor penghambat yaitu

Kurangnya Komunikasi, dan Sikap Orang Tua.

62
B. Saran

1. Diharapkan kepada Kepala Sekolah dann guru-guru di SDIT Harapan

Bunda Manado agar selalu meningkatkan komunikasi dan partisipasi

orang tua melalui Kegiatan Forum Kelas (Forlas) sehingga dapat

mengatasi segala permasalahan pada anak secara bersama-sama.

2. Kepada orang tua untuk memahami dan menyadari peran orang tua

sebagai pendidik utama bagi anak yang harus membantu atau ikut serta

dengan guru dalam mendidik anak untuk tetap berkomunikasi baik

dengan guru-guru di sekolah.

63

Anda mungkin juga menyukai