Anda di halaman 1dari 27

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sampai sekarang ini, pendidikan masih diyakini sebagai perantara
terbaik dalam membentuk generasi ideal masa depan sekaligus
instrumen guna menyelamatkan gerak maju sebuah bangsa.
“Keyakinan” ini tetap ada tentu dengan lebih dulu mengesampingkan
fakta di lapangan, bahwa produk pendidikan ternyata tidak dapat
dijamin berperilaku terpuji. Bahkan hari ini, lembaga pendidikan telah
menjadi “peserta baru” sebagai tempat korupsi. Pengenyampingan ini
penting agar kita tidak psimis untuk ikut serta dalam mempercantik
wajah pendidikan negeri ini. Beragam sekali definisi Pendidikan dari
para pakar. UU Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional pun
mempunyai versi sendiri. UU yang dibuat tahun 2003 ini
mendefinisikan Pendidikan sebagai “Usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara”
Menurut Doni Koesoema hakikat pendidikan adalah proses
penyempurnaan diri manusia terus menerus yang berlangsung dari
generasi yang satu ke generasi yang lain. Tujuan pendidikan Islam,
yakni melahirkan pribadi manusi yang sempurna, beragama, kreatif,
produktif dan peka terhadap situasi lingkungannya. Manusia sepanjang
hidupnya sebagian besar akan menerima pengaruh dari tiga lingkungan
pendidikan yang utama tersebut, keluarga, sekolah, dan masyarakat
dan ketiganya biasa disebut dengan tripusat pendidikan. RI Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa
satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan
2

informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Jenjang pendidikan


adalah tahapan pendidikan yang ditetapkanberdasarkan tingkat
perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan
kemampuan yang di kembangkan, sedangkan jenis pendidikan adalah
kelompok yang di didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan
suatu satuan pendidikan. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan
yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal
adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal
adalah jalur pendidikan keluarga. Istilah tripusat pendidikan
diperkenalkan oleh Ki Hajar Dewantora yang menggambarkan
lembaga atau lingkungan pendidikan yang ada disekitar manusia –
yang mempengaruhi perilaku peserta didik.. Yang dimaksud dengan
tripusat pendidikan adalah setiap pribadi manusia akan selalu berada
dan mengalami perkembangan dalam tiga lembaga pendidikan, yakni :
Pendidikan dalam keluarga (pendidikan informal), pendidikan dalam
sekolah (pendidikan formal), dan pendidikan di dalam masyarakat (pendidikan
non formal).
B. Pembatasan Masalah
Dari latar belakang tersebut penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Pengertian Lingkungan Pendidikan
2. Konsep tripusat pendidikan menurut pendidikan islam

3. Peran keluarga, masyarakat, dan sekolah dalam pendidikan islam


C. Metode Penulisan
Penulis menggunakan metode browsing internet dan referensi
buku untuk menulis makalah ini. Browsing internet, ialah kami
mengambil data ataupun materi materi yang dapat mendukung
terselesainya karya tulis ini. Begitu pula mereferensi buku-buku yang
berkaitan dengan makalah ini.
3

D. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk :
1. Untuk mengetahui arti pendidikan.
2. Untuk mengetahui apa itu pendidikan lingkungan keluarga.
3. Untuk mengetahui apa itu pendidikan lingkungan sekolah.
4. Untuk mengetahui apa itu pendidikan lingkungan masyarakat
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Lingkungan Pendidikan


Manusia memiliki kemampuan yang bisa dikembangkan melalui
pengalaman. Pengalaman itu terjadi karena interaksi manusia dengan
lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial manusia
secara efektif dan efisien itulah yang disebut pendidikan. Sedangkan latar
tempat berlangsungnya pendidikan itu disebut lingkungan pendidikan,
khususnya pada tiga lingkungan utama pendidikan, yaitu keluarga, sekolah,
dan masyarakat (Umar Tirtaraharja et. al., 1990:39-40 dalam Tirtarahardja,
2005:163).
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta
didik dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya (fisik, sosial,
dan budaya), utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar
dapat dicapai tujuan pendidikan yang optimal. Penataan lingkungan
pendidikan itu terutama dimaksudkan agar proses pendidikan berkembang
secara efektif dan efisien.
B. Konsep Tripusat Pendidikan Islam
1) Pendidikan keluarga
Kita telah merasakan bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan
yang pertama dan utama dalam masyarakat karena dalam keluargalah
manusia dilahirkan, berkembang menjadi dewasa. Batas dan bicara
pendidikan di dalam keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan
berkembangnya watak, budi pekerti, dan kepribadian tiap-tiap manusia.
Pendidikan yang diterima dalam keluarga inilah yang akan digunakan oleh
anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di sekolah. Orang
tua mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam keluarga terhadap
pendidikan anak, lebih bersikap menentukan: watak, budi pekerti, latihan
keterampilan, dan pendidikan kesosialan. Selain daripada itu, penanaman
nilai-nilai pancasila, nilai-nilai keagamaan dan kepercayaan kepada Allah
SWT dimulai dalam keluarga. Menurut Pendidikan Islam, konsep pendidikan
5

keluarga adalah pendidikan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak atas
dorongan kasih saying yang dilembagakan islam dalam bentuk kewajiban dan
akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah SWT. Orang tua adalah orang
yang pertama memikul tanggung jawab pendidikan terhadap anak, secara
alami anak pada masa-masa awal kehidupannya berada ditengah-tengah ayah
dan ibunya sehingga dasar-dasar pandangan hidup, sikap hidup serta
ketrampilan hidup banyak tertanam sejak anak berada ditengah-tengah orang
tuanya.
Dalam pendidikan anak, Ibu dan Ayah masing-masing mempunyai
tanggung jawab yang sama. Hadits Nabi yang menyatakan bahwa “Ibu adalah
pengembala dirumah tangga suaminya dan bertanggung jawab atas
gembalanya” sesungguhnya mengisyaratkan kerja sama Ibu dan Ayah dalam
pendidikan anak, hanya saja terutama dalam lingkungan keluarga yang
menuntut ayah lebih banyak berada diluar rumah untuk mencari nafkah dan
ibu lebih banyak dirumah untuk mengatur urusan rumah.
Dalam hal ini Allah telah berfirman dalam Al Qur’an surat At Tahrim ayat
6 yang berbunyi:

ُ َّ ‫ي َ ا أ َي ُّ هَ ا ا ل َّ ِذ ي َن آ َم ن ُ وا ق ُ وا أ َنْ ف ُ س َ ك ُ ْم َو أ َهْ لِ ي ك ُ ْم ن َ ا ًر ا َو ق ُ و دُ هَ ا ال ن‬
‫اس‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu
dari siksa neraka….”. (QS. At Tahrim : 6)
Disinilah letak tanggung jawab orang tua untuk mendidik anak-anaknya,
karena anak adalah amanat Allah yang diberikan kepada orang tua yang kelak
akan dimintai pertanggung jawaban atas pendidikan anak-anaknya.
Sedangkan didalam hadits Nabi SAW secara jelas Beliau mengisyaratkan
lewat sabdanya:
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, maka orang tuanyalah yang
dapat menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi”.
Berdasarkan hadits tersebut jelaslah bahwa anak dilahirkan dalam keadaan
suci, maka mendidiknya adalah sudah menjadi tanggung jawab orang tua.
Orang tua berkewajiban mendidik anak-anaknya dalam hal pendidikan agama
dan umum termasuk didalamnya pendidikan ketrampilan, hal ini
dimaksudkan agar kelak anak-anak itu akan dapat mencapai kebahagiaan
6

hidup di dunia dan akherat.


2) Pendidikan sekolah
Konsep Pendidikan Sekolah menurut Pendidikan Islam adalah suatu
lembaga pendidikan formal yang efektif untuk mengantarkan anak pada
tujuan yang ditetapkan dalam Pendidikan Islam. Sekolah yang dimaksud
adalah untuk membimbing, mengarahkan dan mendidik sehingga lembaga
tersebut menghendaki kehadiran kelompok-kelompok umur tertentu dalam
ruang-runag kelas yang dipimpin oleh guru untuk mempelajari kurikulum
bertingkat. Bertolak dari konsep tersebut pendidikan sekolah dalam
mengantarkan dan mengarahkan anak untuk mencapai suatu tujuan pendidikan
Islam, tidak terlepas dari usaha dan upaya guru yang telah menerima limpahan
tanggung jawab dari orang tua atau keluarga. Sebab berdasarkan kenyatan
orang tua tidak cukup mampu dan tidak memiliki waktu untuk mendidik,
mengarahkan anak secara baik dan sempurna. Hal itu disebabkan karena
keterbatasan dan kesibukan orang tua dalam memenuhi kebutuhan anaknya
setiap saat. Maka dari itu tugas guru dan pimpinan sekolah disamping
memberikan ilmu-ilmu pengetahuan, keterampilan-keterampilan juga
mendidik anak beragama dan berbudi pekerti luhur. Disinilah sekolah
berfungsi sebagai pembantu keluarga dalam memberikan pendidikan dan
pengajaran kepada anak didik, sekolah merupakan kelanjutan dari apa yang
telah diberikan di dalam keluarga.
Hal ini dimaksudkan agar anak kelak memiliki kepribadian yang sesuai
dengan ajaran islam yaitu kepribadian yang seluruh aspeknya baik itu tingkah
laku, kegiatan jiwa maupun filsafat hidup dan kepercayaannya menunjukkan
pengabdian kepada Allah SWT.

Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus


dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali, mustahil suatu
kelompok manusia dapat berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk
maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka.
Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
7

nasional Bab II Pasal 2 dicantumkan tujuan pendidikan nasional yaitu untuk


mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Adapun menurut Islam tujuan pendidikan ialah membentuk supaya manusia,
cerdas, patuh dan tunduk kepada perintah Tuhan serta menjauhi larangan-
larangannya. Sehingga hidupnya bahagia lahir dan batin, dunia maupun akhirat.
Berbagai petunjuk Al Qur’an maupun Sunnah yang menyangkut pendidikan pada
umumnya menunjukkan bahwa tujuan utama pendidikan adalah pendidikan moral
(akhlak) dan pengembangan kecakapan atau keahlian. Pendidikan adalah sebuah
penanaman modal manusia untuk masa depan dengan membekali generasi muda
dengan budi pekerti yang luhur dan kecakapan yang tinggi.
Sedangkan pendidikan itu sendiri tidak hanya dapat dilakukan di lingkungan
keluarga saja, melainkan di tiga lingkungan pendidikan yaitu; lingkungan
pendidikam keluarga (pendidikan informal), sekolah (pendidikan formal), dan
masyarakat (pendidikan non formal). Jadi baik buruknya akhlak seseorang dan
tinggi rendahnya kecakapan atu keahlian seseorang dipengaruhi oleh tiga
lingkungan pendidikan tersebut, yang mana ketiga lingkungan tersebut terkenal
dengan istilah Tri Pusat Pendidikan.
Tri Pusat Pendidikan adalah tiga pusat yang bertanggung jawab atas
terselenggaranya pendidikan terhadap anak yaitu keluarga, sekolah dan
masyarakat.
Hal itu juga dikemukakan oleh para tokoh pendidikan, hanya saja ada
perbedaan dalam menentukan ketiga pusat pendidikan tersebut, diantaranya :
Menurut Dr. M.J Langeveld mengemukakan tiga macam lembaga pendidikan
yaitu :
a. Keluarga
b. Negara
c. Gereja.
Menurut Ki Hajar Dewantoro mengemukakan system Tri Centra dengan
8

menyatakan :
“Didalam hidupnya anak- anak ada tiga tempat pergaulan yang menjadi pusat
pendidikan yang amat penting baginya yaitu alam keluarga, alam perguruan dan
alam pergerakan pemuda”.
Dari kedua pendapat tersebut itu, kini lahir istilah Tri Pusat Pendidikan menurut
UU No. 20 Tahun 2003, yang meliputi :
1. Pendidikan keluarga
2. Pendidikan sekolah
3. Pendidikan masyarakat
Yang mana tiga tempat pergaulan atau lembaga pendidikan tersebut
mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam membentuk kepribadian serta
tingkah laku anak. Secara rinci pengertian dari masing – masing pusat pendidikan
tersebut adalah sebagai berikut :
1) Pendidikan keluarga
Kita telah merasakan bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan
yang pertama dan utama dalam masyarakat karena dalam keluargalah manusia
dilahirkan, berkembang menjadi dewasa. Batas dan bicara pendidikan di dalam
keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi
pekerti, dan kepribadian tiap-tiap manusia. Pendidikan yang diterima dalam
keluarga inilah yang akan digunakan oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti
pendidikan selanjutnya di sekolah. Orang tua mempunyai tugas dan tanggung
jawab dalam keluarga terhadap pendidikan anak, lebih bersikap menentukan:
watak, budi pekerti, latihan keterampilan, dan pendidikan kesosialan. Selain
daripada itu, penanaman nilai-nilai pancasila, nilai-nilai keagamaan dan
kepercayaan kepada Allah SWT dimulai dalam keluarga. Menurut Pendidikan
Islam, konsep pendidikan keluarga adalah pendidikan yang dilakukan oleh orang
tua terhadap anak atas dorongan kasih sayang yang dilembagakan islam dalam
bentuk kewajiban dan akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah SWT.
Orang tua adalah orang yang pertama memikul tanggung jawab pendidikan
terhadap anak, secara alami anak pada masa-masa awal kehidupannya berada
ditengah-tengah ayah dan ibunya sehingga dasar-dasar pandangan hidup, sikap
hidup serta ketrampilan hidup banyak tertanam sejak anak berada ditengah-
9

tengah orang tuanya. Dalam pendidikan anak, Ibu dan Ayah masing-masing
mempunyai tanggung jawab yang sama. Hadits Nabi yang menyatakan bahwa
“Ibu adalah pengembala dirumah tangga suaminya dan bertanggung jawab atas
gembalanya” sesungguhnya mengisyaratkan kerja sama Ibu dan Ayah dalam
pendidikan anak, hanya saja terutama dalam lingkungan keluarga yang menuntut
ayah lebih banyak berada diluar rumah untuk mencari nafkah dan ibu lebih
banyak dirumah untuk mengatur urusan rumah.[2] Dalam hal ini Allah telah
berfirman dalam Al Qur’an surat At Tahrim ayat 6 yang berbunyi:
‫نارا واهليكم انفسكم قوا امنوا يايهاالذين‬.....(‫ التحريم‬: 6)

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari
siksa neraka….”. (QS. At Tahrim : 6)
Disinilah letak tanggung jawab orang tua untuk mendidik anak-anaknya,
karena anak adalah amanat Allah yang diberikan kepada orang tua yang kelak
akan dimintai pertanggung jawaban atas pendidikan anak-anaknya. Sedangkan
didalam hadits Nabi SAW secara jelas Beliau mengisyaratkan lewat sabdanya:
Artinya: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, maka orang tuanyalah yang
dapat menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi”. Berdasarkan hadits tersebut
jelaslah bahwa anak dilahirkan dalam keadaan suci, maka mendidiknya adalah
sudah menjadi tanggung jawab orang tua. Orang tua berkewajiban mendidik
anak-anaknya dalam hal pendidikan agama dan umum termasuk didalamnya
pendidikan ketrampilan, hal ini dimaksudkan agar kelak anak-anak itu akan dapat
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akherat.
Pendidika Keluarga adalah lembaga sosial yang terbentuk setelah adanya
suatu perkawinan. Keluarga mempunyai otonom melaksanakan pendidikan,
orang tua mau tidak mau, berkeahlian atau tidak, berkewajiban secara kodrati
untuk menyelenggarakan pendidikan terhadap anak – anaknya. Pendidikan yang
terjadi di lingkungan keluarga berlangsung secara alamiah dan wajar sehingga
disebut pendidikan informal yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari –
hari dengan sadar atau tidak yang mana kegiatan pendidikannya dilaksanakan
tanpa suatu organisasi yang ketat dan tanpa adanya program waktu. Menurut Ki
Hajar Dewantoro, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-
baiknya untuk melakukan pendidikan individu maupun social. Oleh karena itu
10

keluarga adalah tempat pendidikan yang sempurna untuk melangsungkan


pendidikan kearah penbentukan pribadi yang utuh.
Perkembangan kebutuhan dan aspirasi individu maupun masyarakat
menyebabkan peran keluarga terhadap pendidikan anak-anaknya juga mengalami
perubahan. Seperti telah dikemukakan bahwa pada mulanya keluargalah yang
terutama berperan baik pada aspek pembudayaan, maupun penguasaan
pengetahuan dan keterampilan. Dengan meningkatnya kebutuhan dan aspirasi
anak, maka keluarga pada umumnya tidak mampu memenuhinya. Oleh karena
itu, sebagian dari tujuan pendidikan itu akan dicapai melalui jalur pendidikan
sekolah ataupun jalur pendidikan luar sekolah lainnya. Bahkan peran jalur
pendidikan semakin lama semakin penting, namun bukan berarti bahwa keluarga
dapat melepaskan tanggung jawab pendidikan anaknya itu, karena keluarga
diharapkan bekerja sama dan mendukung kegiatan pusat pendidikan lainnya.
Fungsi dan peranan keluarga, di samping pemerintah dan masyarakat
dalam Sisdiknas Indonesia tidak terbatas hanya pada pendidikan keluarga sja,
akan tetapi keluarga ikut berperan dan bertanggung jawab terhadap pendidikan
lainnya. Dama UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sisdiknas yang menegaskan
fungsi dan peranan keluarga dalam pencapaian tujuan pendidikan yakni
membangun manusia yang seutuhnya. Pendidikan keluaraga merupakan bagian
dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang
memberikan keyakinan agama, nilai budaya,nilai moral, dan keterampilan.
Lingkungan keluarga sungguh-sungguh merupakan pusat pendidikan
yang penting dan menentukan karena itu tugas pendidikan adalah mencari cara,
membantu para ibu dalam tiap keluarga agar dapat mendidik anak-anaknya
dengan optimal. Dan ditegaskan lagi bahwa di samping pendidikan keluarga itu,
keluarga juga seyogianya ikut mendukung program-program lingkungan
pendidikan lainnya ( kelompok bermain, penitipan anak, sekolah, kursus,
organisasi pemuda, dll). Keikutsertaan keluarga itu daoat pada tahap perencanaan
, pemantauan, dan dengan berbagai cara.
2) Pendidikan sekolah
Konsep Pendidikan Sekolah menurut Pendidikan Islam adalah suatu
lembaga pendidikan formal yang efektif untuk mengantarkan anak pada tujuan
11

yang ditetapkan dalam Pendidikan Islam. Sekolah yang dimaksud adalah untuk
membimbing, mengarahkan dan mendidik sehingga lembaga tersebut
menghendaki kehadiran kelompok-kelompok umur tertentu dalam ruang-runag
kelas yang dipimpin oleh guru untuk mempelajari kurikulum bertingkat.[3]
Bertolak dari konsep tersebut pendidikan sekolah dalam mengantarkan dan
mengarahkan anak untuk mencapai suatu tujuan pendidikan Islam, tidak terlepas
dari usaha dan upaya guru yang telah menerima limpahan tanggung jawab dari
orang tua atau keluarga. Sebab berdasarkan kenyatan orang tua tidak cukup
mampu dan tidak memiliki waktu untuk mendidik, mengarahkan anak secara
baik dan sempurna. Hal itu disebabkan karena keterbatasan dan kesibukan orang
tua dalam memenuhi kebutuhan anaknya setiap saat. Maka dari itu tugas guru dan
pimpinan sekolah disamping memberikan ilmu-ilmu pengetahuan, keterampilan-
keterampilan juga mendidik anak beragama dan berbudi pekerti luhur. Disinilah
sekolah berfungsi sebagai pembantu keluarga dalam memberikan pendidikan dan
pengajaran kepada anak didik, sekolah merupakan kelanjutan dari apa yang telah
diberikan di dalam keluarga.
Hal ini dimaksudkan agar anak kelak memiliki kepribadian yang sesuai
dengan ajaran islam yaitu kepribadian yang seluruh aspeknya baik itu tingkah
laku, kegiatan jiwa maupun filsafat hidup dan kepercayaannya menunjukkan
pengabdian kepada Allah SWTSekolah sebagai lembaga pendidikan telah ada
sejak beberapa abad yang lalu, yaitu pada zaman Yunani kuno. Kata sekolah
berasal dari bahasa yunani “Schola” yang berarti waktu menganggur atau waktu
senggang. Bangsa Yunani kuno mempunyai kebiasaan berdiskusi guna
menambah ilmu dan mencerdaskan akal. Lambat laun usaha diselenggarakan
secara teratur dan berencana (secara formal) sehingga akhirnya timbullah sekolah
sebagai lembaga pendidikan formal yang bertugas untuk menambah ilmu
pengetahuan dan kecerdasan akal. Sekolah sebagai pusat pendidikan formal
merupakan perangkat masyarakat yang diserahi kewajiban pemberian pendidikan
dengan organisasi yang tersusun rapi, mulai dari tujuan, penjejangan, kurikulum,
administrasi dan pengelolaannya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan
sebenarnya ada banyak ragamnya, dan hal ini tergantung dari segi mana
melihatnya.
12

a) Ditinjau dari segi mana yang mengusahakan :

 Sekolah Negeri, yaitu sekolah yang diusahakan oleh pemerintah baik dari
segi pengadaan fasilitas, keuangan maupun pengadaan tenaga pengajar.
 Sekolah Swasta, yaitu sekolah yang diusahakan oleh selain pemerintah,
yaitu badan – badan swasta.

b) Ditinjau dari sudut tingkatan :

 Pendidikan Pra Sekolah, yaitu pendidikan yang diperuntukkan bagi anak


sebelum memasuki pendidikan dasar.
 Pendidikan Dasar, yaitu meliputi :
 Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah
 SMP/ MTs

 Pendidikan Menengah, yaitu meliputi :


 SMU dan Kejuruan
 Madrasah Aliyah

 Pendidikan Tinggi, yang meliputi :


 Akademi
 Institut
 Sekolah Tinggi
 Universitas

c) Ditinjau dari sifatnya :

 Sekolah Umum, yaitu sekolah yang mengutamakan perluasan ilmu


pengetahuan, yang termasuk dalam sekolah ini adalah SD/ MI, SMP/ MTs,
SMU/ MA.
 Sekolah Kejuruan, yaitu sekolah yang mempersiapkan anak untuk
menguasai keahlian – keahlian tertentu, yang termasuk dalam sekolah ini
adalah SMEA, MAK, SMKK, STM.

Di antara tiga pusat pendidikan, sekolah merupakan sarana secara sengaja


dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Tidak semua tugas mendidik dapat
dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga terutama dalam hal ilmu
pengetahuan. Keluarga tidak mungkin lagi memenuhi seluruh kebutuhan dan
13

aspirasi generasi muda terhadap IPTEK. Prof. Dr. Sikun Pribadi menyatakan.
“Karena orang tua tidak mampu memberikan pendidikan selanjutnya dalam
berbagai kecakapan dan ilmu. Kita dapat menggambarkan masyarakat tanpa
sekolah. Di dalam sekolah bekerja orang-orang khusus didik untuk keperluan
mengajar (Sikun Pribadi. :1982 : 92).
Semakin maju masyarakat semakin penting peranan sekolah dalam
mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan
masyarakatnya itu. Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama
mereka diserahkan kepadanya. Karena itu sebagai sumbangan sekolah sebagai
lembaga terhadap pendidikan, diantaranya sebagai berikut:
 Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik
serta menanamkan budi pekerti yang baik.
 Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang
sukar atau tidak dapat diberikan di rumah.
 Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti
membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain sifatnya
mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.
 Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membenarkan
benar atau salah, dan sebagainya.
3) Pendidikan masyarakat
Pendidikan dalam Islam juga merupakan tanggung jawab bersama setiap
anggota masyarakat. Sebab masyarakat adalah kumpulan individu-individu yang
menjalani satu kesatuan, apabila terjadi kerusakan pada sebagiannya maka
sebagian yang lain akan terancam kerusakan pula.
Masyarakat harus mampu mengaplikasikan konsep dan ketrampilan
kedalam usaha-usaha yang nyata secara tepat dan benar, dan tidak boleh
melakukan kesalahan-kesalahan ataupun membiarkan anggota masyarakat lain
melakukan kesalahan.
Oleh sebab itu setiap individu hendaknya peduli terhadap kebaikan
kesatuannya, setiap anggota masyarakat bertanggung jawab atas kebaikan lainnya.
Dengan perkatan lain setiap anggota masyarakat bertanggung jawab atas
pendidikan lainnya, tidak bisa memikulkan tanggung jawab hanya kepada orang
14

tua dan guru , atau setidaknya bila melihat kemungkaran hendaknya mencegahnya
sesuai dengan kemampuannya, sabda Nabi Muhammad SAW:
‫فب‬Artinya: “Barang siapa diantara kalian melihat suatu kemungkaran maka
hendaknya dia merubahnya dengan tangannya apabila tidak mampu maka dengan
lisannya dan apabila tidak mampu juga maka dengan hatinya dan yang demikian
itu merupakan perwujudan iman yang paling lemah”. (HR. Muslim).

Menurut pendidikan Islam, konsep pendidikan masyarakat itu adalah


usaha untuk meningkatkan mutu dan kebudayaan agar terhindar dari kebodohan.
Usaha-usaha tersebut dapat diwujudkan melalui berbagai macam kegiatan
masyarakat seperti kegiatan keagamaan, pengajian/ ceramah keagamaan, sehingga
diharapkan adanya rasa memiliki dari masyarakat akan dapat membawa suatu
pembaharuan dimana masyarakat memiliki tanggung jawab terlebih-lebih untuk
meningkatkan kwalitas pribadi dibidang Ilmu, ketrampilan, kepekaan perasaan
dan kebijaksanan atau dengan perkataan lain peningkatan ketiga wawasan
kognitif, afektif maupun psikomotor.
Didalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan bahwa masyarakat
adalah pergaulan hidup manusia atau perkumpulan orang yang hidup bersama
disuatu tempat dengan ikatan – ikatan aturan tertentu yang membuat warga
masyarakat itu menyadari diri mereka sebagai suatu kelompok serta saling
membutuhkan. Kelompok-kelompok masyarakat yang terdiri dari dua orang atau
lebih dan bekerja sama dibidang tertentu untuk mencapai tujuan tertentu adalah
merupakan sumber pendidikan bagi warga masyarakat , seperti lembaga –
lembaga sosial budaya, yayasan – yayasan, organisasi – organisasi, perkumpulan
– perkumpulan yang semuanya itu merupakan unsur – unsur pelaksana asas
pendidikan masyarakat. Masing – masing kelompok tersebut melakukan aktifitas
– aktifitas keterampilan, penerangan dan pendalaman dengan sadar dibawah
pimpinan atau koordinator masing – masing kelompok. Kesemua kelompok sosial
tersebut diatas adalah merupakan unsur – unsur pelaku atau pelaksana asas
pendidikan yang dengan sengaja dan sadar membawa masyarakat kepada
kedewasaan, baik jasmani maupun rohani yang realisasinya terlihat pada
perbuatan dan sikap kepribadian warga masyarakat. Maka pendidikan masyarakat
adalah pendidikan non formal yang memberikan pendidikan secara sengaja,
terencana dan terarah kepada seluruh anggotanya yang pluralistic (majemuk)
15

tetapi tidak dipersyaratkan berjenjang serta dengan aturan-aturan yang lebih


longgar untuk mengarahkan menjadi anggota masyarakat yang baik demi
tercapainya kesejahteraan social para anggotanya.
Dalam kehidupan sebagai makhluk sosial pastinya kita hidup dalam
sekumpulan masyarakat. Masyarakat apabila dilihat dari konsep sosiologi adalah
sekumpulan manusia yang bertempat tinggal dalam suatu kawasan dan saling
berinteraksi, sebuah interaksi atau hubungan sosial dapat memberi kita
pendidikan, kebutuhan, pembentukan karakter dan lainnya. Bila dilihat dari
konsep pendidikan, masyarakat adalah sekumpulan orang dengan berbagai ragam
kualitas diri mulai dari yang tidak berpendidikan sampai pada yang berpendidikan
tinggi. Ia adalah laboratorium besar tempat para anggotanya mengamalkan semua
keterampilan yang dimilikinya.
Masyarakat disebut lingkungan pendidikan non formal yang memberikan
pendidikan secara sengaja dan berencana kepada seluruh anggotanya, teteapi tidak
sistematis.Jadi bisa dibilang lingkungan atau masyarakat bisa kita katakan sebagai
"Pendidikan nonformal".
Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan perantara antara
lingkungan keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini,
telah mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan
keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian, berarti
pengaruh pendidikan tersebut tampaknya lebih luas. Corak dan ragam pendidikan
yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini meliputi segala
bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertia-
pengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan
keagamaan.
Kaitan antara masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi, yakni:
 Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang dilembagakan
maupun yang tidak dilembagakan.
 Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan atau kelompok sosial di masyarakat,
baik langsung maupun tidak langsung, ikut mempunyai peran dan fungsi
edukatif.
16

 Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang (by
design) maupun yang dimanfaatkan (utility).

C. Pengaruh timbal balik antara tripusat pendidikan terhadap


perkembangan peserta didik
1) Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal,
yang pertama dan utama dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan yang
bersifat kodrati orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat,
melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh adn berkembang dengan baik.
Pendidikan keluarga berfungsi:
 Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
 Menjamin kehidupan emosional anak
 Menanamkan dasar pendidikan moral
 Memberikan dasar pendidikan sosial
 Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak.

2) Sekolah
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam
keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam
keterampilan. Oleh karena itu dikirimkan anak ke sekolah.
Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama mereka
diserahkan kepadanya. Karena itu sebagai sumbangan sekolah sebagai
lembaga terhadap pendidikan, diantaranya sebagai berikut:
 Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik
serta menanamkan budi pekerti yang baik.
 Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat
yang sukar atau tidak dapat diberikan di rumah.
 Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti
membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain sifatnya
mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.
 Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membenarkan
17

benar atau salah, dan sebagainya.

3) Masyarakat
Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan lingkungan
keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah
mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan
keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian,
berarti pengaruh pendidikan tersebut tampaknya lebih luas.

Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat


banyak sekali, ini meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-
kebiasaan, pembentukan pengertia-pengertian (pengetahuan), sikap dan
minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.
Pengaruh Timbal Balik antara Tripusat Pendidikan Terhadap
Perkembangan Peserta Didik
Perkembangan peserta didik, seperti juga tumbuh-kembang anak pada
umumnya, dipengaruhi oleh berbagai faktor yakni hereditas, lingkungan,
proses perkembangan, dan anugerah. Khusus untuk faktor lingkungan,
peranan tripusat pendidikan itulah yang paling menentukan, baik secara
sendiri-sendiri ataupun secara bersama-sama.
Setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberikan kontribusi yang
besar dalam ketiga kegiatan pendidikan, yakni:
 pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya
 pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan
 pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan.
Kontribusi itu akan berada bukan hanya antar individu, tetapi juga faktor
pusat pendidikan itu sendiri yang bervariasi di seluruh wilayah Nusantara.
Namun kecenderungan umum, utamanya pada masyarakat modern, kontribusi
keluarga pada aspek penguasaan pengetahuan dan pemahiran keterampilan
makin mengecil dibandingkan dengan kontribusi sekolah dan masyarakat.
Saling Pengaruh antara Tripusat Pendidikan dengan Perkembangan Peserta
Didik
18

gambar 1

Gambar 1 tersebut melukiskan setiap pusat pendidikan dapat berpeluang


memberikan kontribusi yang besar dalam tiga kegiatan pendididkan yakni:
 Pembinaan dalam upaya pematapan pribadi yang berbudaya
 Pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan
 Pengajaran dalam upaya penguasan pengetahuan
Setiap pusat pendidikan perlu ditingkatkan kontribusinya terhadap
perkembangan peserta didik, keserasian antara kotribusi itu, serta kejasama
yang erat dan harmonis antar tripusat tersebut. Dengan kontribusi pusat
pendidikan yang saling memperkuat dan melengkapi itu akan member
perluang mewujudkan sumber manusia terdidik yang bermutu.
Perkembangan peserta didik, seperti juga tumbuh kembang anak pada
umumnya, dipeengaruhi oleh berbagai faktor yakni hereditas, lingkungan,
proses perkembangan dan anugerah. Khusus untuk faktor lingkungan,
peranan tripusat itulah yang paling menentukan, baik secara sendiri-sendiri
ataupun bersama-sama.
Setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberikan kontribusi yang
besar dalam ketiga kegiatan pendidikan sehingga dapat mempengaruhi
perkembangan peserta didik. Ketiga kegiatan pendidikan tersebut adalah :
 Pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya.
 Pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan.
 Pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan.

D. Peran Keluarga, Masyarakat, dan Sekolah Dalam Pendidikan Islam


1) Peran Keluarga dalam Pendidikan Islam
19

Perintah untuk mendidik seorang anak agar selamat dari siksaan neraka
pertamakali dibebankan kepada keluarga oleh Islam. Hal ini tampak dari
firman Allah yang artinya;

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu..”( Q.S. Al-Tahrim, 6),
ayat ini mewajibkan kepada bangunan rumah tangga untuk mengajarkan
suatu kebajikan bagi seorang anak.
Para sosiolog meyakini bahwa keluarga memiliki peran penting dalam
menentukan kemajuan suatu bangsa, sehingga mereka berteori bahwa
keluarga adalah unit yang penting sekali dalam masyarakat, Oleh karena itu
para sosiolog yakin, segala macam kebobrokan masyarakat merupakan akibat
lemahnya institusi keluarga.
Bagi seorang anak keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi
pertunbuhan dan perkembangnnya. Menurut resolusi Majelis Umum PBB,
fungsi utama keluarga adalah sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh dan
mensosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya
agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta,
memberikan kepuasan dan lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga
sejahtera”.
Keluarga merupakan tempat yang paling awal dan efektif untuk
menjalankan fungsi departemen kesehatan , pendidikan adan kesejahteraan.
Jika keluarga gagal untuk megajarkan kejujuran, semangat, keinginan untuk
menjadi yang terbaik, dan menguasai kemampuan- kemampuan dasar, maka
akan sulit sekali bagoi institusi lain untuk memperbaiki kegagalannya. Karena
kagagalan keluarga dalam membentuk karakter anak akan berakibat pada
tumbuhnya masyarakat yang berkarakter buruk atau tidak berkarakter.
Oleh karena itu setiap keluarga harus memiliki kesadaran bahwa karakter
bangsa sangat tergantung pada pendidikan karakter anak di rumah.Dalam
pendidikan Islam agar anak menjadi pribadi yang shaleh, taat beragama
perintah pertama Rasulullah adalah menyayangi sang anak, menampakkan
wajah segirang kepada anak-anaknya. Sebagainya sabda Rasul, yang artinya
20

“Ya Allah sayangilah keduanya, karena sesungguhnya aku menyayangi


keduanya” (HR. Bukhari).
Hadits ini disabdakan oleh Rasulullah ketika beliau memangku usamah
bin zaid lalu menudukkannya di atas paha beliau dan menudukkan hasan
dipaha lainnya.[6] Menyayangi seorang anak berarti memenuhi semua
kebutuhannya baik fisik maupun psikis (kebutuhan jiwa). Orang tua harus
mampu mengenali kebutuhan kasih sayang seorang anak dan kebutuhan jiwa
mereka baik pada masa kanak-kana atau remaja untuk dapat memberikan
bimbingan sebagai bekal masa dewasanya.[7]
Selain diatas, diantara kewajiban kedua orang tua sebagai pendidikan di
rumah tangga adalah:
a. Membiasakan anak supaya mengingat keagungan dan nikmat Allah swt
serta menunjukkan dalil-dalil agama.
b. Menampakkan keteguhan sikap di hadapan anak dalam menghadapi
berbagai bencana.
c. Di dalam keluarga harus terjalin interaksi yang Islami, kondusif, suami-
istri tidak tengkar.
d. Menerapkan budaya yang Islami, seperti membaca al-qur’an, shalat
berjamat dan sebagainya.
Ayah, ibu dan anggota keluarga adalah demikian penting dalam proses
pembentukan dan pengembangan pribadi. Keluarga wajib berbuat sebagai
ajang yang diperlukan sekolah dalam hal melanjutkan pemantapan sosialisasi
kognitif. Demikian juga keluarga dapat berperan sebagai sarana
pengembangan kawasan afektif dan psikomotor. Dalam keluarga diharapkan
berlangsungnya pendidikan yang berfungsi pembentukan kepribadian sebagai
makhluk individu, makhluk sosial, makhluk susila, dan makhluk keagamaan.
2) Peran Masyarakat dalam Pendidikan Islam
Masyarakat sebagai kontrol sosial harus mampu memberikan contoh dan
pegangan bagi anak muda yang lemah dalam pengetahuan agama, sosial dan
sebagainya. Dan seandainya melihat orang lain melakukan kemungkaran
maka hendaknya ia menegurnya.
Didalam pendidikan, masyarakat harus ikut serta dalam mencerdaskan
21

generasi selanjutnya, baik melalui pendidikan di mushalla, penyelenggaraan


ceramah atau membangun lembaga sekolah masyarakat. Sekolah masyarakat
bisa didirikan berangkat dari asumsi bahwa masyarakat sebagai dasar dari
pendidikan dan masyarakat sebagai pendidik (educative agent). Sifat sekolah
masyarakat adalah; 1. Mengajarkan anak-anak untuk dapat mengembangkan
dan menggunakan sumeber-sumber dari keadaan setempat. 2. Sekolah ini
melayani keseluruhan masyarakat, tidak hanya anak-anak. Sehingga nantinya
sesuatu yang tidak ada di sekolah formal masyarakat mampu menjelaskannya.
Pendidikan haruslah membuka jiwa manusia terhadap alam jagat dan
Penciptanya, terhadap kehidupan dan benda hidup, dan terhadap bangsa-
bangsa dan kebudayaan-kebudayaan yang lain. Islam tidak mengenal
fanatisme, perbedaan kulit atau sosial, sebab di dalam Islam tidak ada
rasialisme, tidak ada perbedaan antara manusia kecuali karena taqwa dan
iman. Firman Allah swt:
“Wahai manusia, Kami ciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan dan
Kami jadikan kamu berbangsa dan bersuku-suku supaya mengenal satu sama
lain. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu adalah yang paling
bertaqwa.” (QS. Al-Hujurat: 13)
Jadi pendidikan Islam adalah pendidikan kemanusiaan yang berdiri di atas
persaudaraan seiman (tidak ada beda antara orang Arab atau orang ‘Ajam
kecuali karena taqwa). Pendidikan Islam adalah pendidikan universal yang
diperuntukkan kepada umat manusia seluruhnya.
Pendidikan Islam menginginkan adanya egalitereanisme baik dalam
penyelenggaraannya, proses pembelajaran ataupun didalam menerima peserta
didik. Didalam pendidkan Islam semua peserta didik sama kedudukannya
kecuali taqwa disisi Allah. Masyarakat sebagai kelompok sosial harus mampu
menjadi kontrol penyelenggaraan pendidikan di lembagai sekolah.
Pendidikan menjadi entitas yang seakan tidak berdiri sendiri. Ia senantiasa
berkelindan dan berdialektika dengan dengan konteks sosial masyarakat dan
negara. Standart keberhasilan juga tidak akan pernah lepas dari kontribusi
kongkrit pendidikan terhadap proyek kebudayaan dan perhelatan akbar
sebuah peradaban.
22

Tidak heran apabila Ahmad Tafsir mengatakan bahwa sekolah adalah


miniatur masyarakat atau masyarakat dalam bentuk mini. Jika orang ingin
meneropong masyarakat teroponglah sekolahnya. Bila sekolah penuh disiplin,
maka masyarakatnya tak jauh beda, dan jika sekolah penuh dengan penipuan,
maka penipuan itu juga terjadi dalam masyarakat. Lembaga pendidikan dalam
kontek ini seakan menjadi cermin dari sebuah kehidupan masyarakat. Ketika
sekolah sudah acuh dengan orang miskin, kaum difabel, maka dapat
disimpulkan masyaraktnyapun lebih parah.
Akan tetapi pendidikan Islam menginginkan masyarakat menjadi kontrol
terhap penyelenggaraan pendidikan, apakah yang dipraktikkan di sekolah
masih sesuai dengan ajarang Islam, jiwa kemanusiaan, dan konsep Baldatun
Thayyibatun Warabbun Ghafur.
3) Peran Sekolah Dalam Pendidikan Islam
Hasan Langgulung memandang bahwa pendidikan dewasa ini berada
dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Untuk itu, ia menawarkan bahwa
tindakan yang perlu diambil ialah dengan memformat kurikulum pendidikan
Islam dengan format yang lebih integralistik dan bersifat universal. Hasan
Langgulung menjabarkan beberapa aspek yang termasuk dalam dasar-dasar
pokok pendidikan Islam, yaitu:
a. Keutuhan (syumuliyah)
Pendidikan Islam haruslah bersifat utuh, artinya memperhatikan segala
aspek manusia: badan, jiwa, akal dan rohnya. Pendidikan dalam rangka
pengembangan SDM, ditemukan al-Qur.an, menghadapi peserta didiknya
dengan seluruh totalitas unsur-unsurnya. Al-Qur.an tidak memisahkan unsur
jasmani dan rohani tetapi merangkaikan pembinaan jiwa dan pembinaan akal,
sekaligus tidak mengabaikan jasmaninya. Karena itu, seringkali ditemukan
uraian-uraiannya disajikan dengan argumentasi logika, disertai sentuhan-
sentuhan kepada kalbu. Hal ini merupakan salah satu prinsip utama dalam
pengembangan kualitas.
Diharapkan dengan melaksanakan prinsip ini, bukan hanya kesucian jiwa
yang diperoleh, tetapi juga pengetahuan yang merangsang kepada daya cipta,
karena daya ini dapat lahir dari penyajian materi secara rasional, serta
23

rangsangan pertanyaan-pertanyaan melalui diskusi timbal balik.


b. Kesinambungan / Keseimbangan
Pendidikan Islam haruslah bersifat kesinambungan dan tidak terpisah-
pisah dengan memperhatikan aspek-aspek berikut: 1) Sistem pendidikan itu
perlu memberi peluang belajar pada tiap tingkat umur, tingkat persekolahan
dan setiap suasana. Dalam Islam tidak boleh ada halangan dari segi umur,
pekerjaan, kedudukan, dan lain-lain. 2) Sistem pendidikan Islam itu selalu
memperbaharui diri atau dinamis dengan perubahan yang terjadi. Sayyidina
Ali r.a. pernah memberikan nasehat: .Ajarkan anak-anakmu ilmu lain dari
yang kamu pelajari, sebab mereka diciptakan bagi zaman bukan zamanmu..
c. Keaslian
Pendidikan Islam haruslah orisinil berdasarkan ajaran Islam seperti yang
disimpulkan berikut ini: 1) Pendidikan Islam harus mengambil komponen-
komponen, tujuan-tujuan, materi dan metode dalam kurikulumnya dari
peninggalan Islam sendiri sebelum ia menyempurnakannya dengan unsur-
unsur dari peradaban lain. 2) Haruslah memberi prioritas kepada pendidikan
kerohanian yang diajarkan oleh Islam. 3) Pendidikan kerohanian Islam sejati
menghendaki agar kita menguasai bahasa Arab, yaitu bahasa al-Qur.an dan
Sunnah. 4) Keaslian ini menghendaki juga pengajaran sains dan seni modern
dalam suasana perkembangan dimana yang menjadi pedoman adalah aqidah
Islam.
d. Bersifat Ilmiah
Pendidikan Islam haruslah memandang sains dan teknologi sebagai
komponen terpenting dari peradaban modern, dan mempelajari sains dan
teknologi itu merupakan suatu keniscayaan yang mendesak bagi dunia Islam
jika tidak mau ketinggalan .kereta api.. Selanjutnya memberi perhatian
khusus ke berbagai sains dan teknik modern dalam kurikulum dan berbagai
aktivitas pendidikan, hanya ia harus sejalan dengan semangat Islam.
e. Bersifat Praktikal
Kurikulum pendidikan Islam tidak hanya bisa bicara secara teoritis saja,
namun ia harus bisa dipraktekkan. Karena ilmu tak akan berhasil jika tidak
dipraktekkan atau realita. Pendidikan Islam hendaknya memperhitungkan
24

bahwa kerja itu adalah komponen terpenting dalam kehidupan sehari-hari.


Kerja itu dianggap ibadah. Jadi pendidikan Islam itu membentuk manusia
yang beriman kepada ajaran Islam, melaksanakan dan membelanya, dan agar
ia membentuk pekerja produktif dalam bidang ekonomi dan individu yang
aktif di masyarakat
25

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan
berbagai pihak khususnya keluarga, sekolah dan masyarakat sebagai
lingkungan pendidikan yang dikenal sebagai tripusat pendidikan. Fungsi dan
peranan tripusat pendidikan itu baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama
merupakan faktor penting dalam mencapai tujuan pendidikan, yakni
membangun manusia Indonesia seutuhnya serta menyiapkan sumber daya
manusia pembangunan yang bermutu. Dengan demikian, pemenuhan fungsi
dan peranan itu secara optimal merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan pembangunan nasional.

B. Saran
Adapun saran yang penulis berikan adalah perlunya peningkatan
pelayanan dari tripusat pendidikan kepada peserta didik agar dapat
meningkatkan tiga kegiatan pendidikan (membimbing, mengajar, dan melatih)
sehingga dapat meningkatkan perkembangan peserta didik kearah yang lebih
baik.
26

DAFTAR PUSTAKA

Tirtarahardja, Umar. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.


Rangkuman Tri Pusat Pendidikan. [Online]. Tersedia:
http://pakdesofa.wapgem.com/peng%20ilmu%20pend/RANGKUMAN%20TRI%
20PUSAT%20PENDD.txt [24 Oktober 2013]
Adurrahman an-Nawawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam: Dalam
Keluarga, Di Sekolah dan Di Masyarakat,(Bandung: CV. Dipenogoro,1989) cet.
Pertama
Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta:Rineka Cipta,2004) , Cet, Kedua
Abd. Rachman Assegaf, ‘Membangun Format Pendidikan Islam di Era
Globalisasi’, dalam Imam Machali dan Musthofa (Ed.), Pendidikan Islam dan
Tantangan Globalisasi, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2004), Cet. I
Diktat Kuliah Filsafat Pendidikan Islam, yang diampuh oleh H. Maragustam
Siregar, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010
Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman
Global, (Jakarta:Grasindo,2007)
Heri Noer Ali, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:Logos Wacana Ilmu,1999)
http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah, jam, 08:00 tanggal 15 Juni 2012
Imam Barnadib, Pemikiran Tentang Pendidikan Baru, (Yogyakarta:Penerbit Andi
Offiset, 1983)
Kitab B. Marom yang dikutib oleh Zuhairi, dkk, Filsafat Pendidikan Islam
(Jakarta:Bumi Aksara, 1992)
Khairuddin, Sosiologi Keluarga, (Yogyakarta: Nur Cahaya,1985)
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta:Aksara Baru,1980)
Musthafa. Fahri, Kesehatan Jiwa Dalam Keluarga, sekolah, dan Masyarakat,
(Jakarta: Bulan Bintang), jilid I
M. Quraish Shihab, .Prinsip-prinsip Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam
Pandangan Islam., dalam Majalah Triwulan Mimbar Ilmiah, Universitas Islam
Djakarta, Tahun IV No. 13, Januari 1994
Kuntowijoyom, Paradigma Islam: Interpretasi Untuk Aksi, (Bandugn: Mizan,
1991)
27

Kuntowijoyo, Muslim Tanpa Masjid: Esai-Esai Agama, Budaya, dan Politik


dalam Bingkai Strukturalisme Transsindental, (Bandung: Mizan, 2001)
Pengantar editor pada Tim Peneliti, Potret Ujian Nasional di Indonesia: Antara
Harapan dan Realita, (Yogyakarta:Program DPP Fak. Tarbiyah UIN Sunan
Kalijaga,2009)
Shahih Bukharim Vol.IV, p. 37, al-Mathba’ah al-Ustsmaniyah, Mesir, 1351 H
Soerjono Soekanro, Sosiologi Keluarga: Tantangan Ikhwal Keluarga Remaja dan
Anak, (Jakarta:PT Rineka Cipta,1992), Cet, kedua
Tim Dosen IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan,(Surabaya,Usaha
Nasional, 2003)
Undang – Undang RI. No. 20 Tahun 2003, Tentang Sisdiknas,
(Jakarta:Depag,2006)

Anda mungkin juga menyukai