Anda di halaman 1dari 24

PENGANTAR PENDIDIKAN

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN

Dosen Pengampu :
Zetti Finali, S.Pd., M.Pd.
Yuni Fitriyah Ningsih, S.Pd., M.Pd.

DISUSUN OLEH :
KELAS C (KELOMPOK 7)
1. Tarisa Rania Putri Wibawati NIM:200210204002
2. Desha Dwi Kurniasari NIM:200210204072
3. Siti Anvi Nurma Igisti NIM:200210204163

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T karena limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat mengerjakan tugas makalah yang berjudul Aliran-aliran
Filsafat Pendidikan ini dengan tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam kami
haturkan kepada junjungan nabi agung kita, Nabi Muhammad S.A.W yang
syafaatnya akan kita nantikan kelak.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengantar Pendidikan. Penulis tidak hanya menyebutkan tentang jenis-jenis aliran
filsafat pendidikan saja, akan tetapi juga dicantumkan tokoh-tokoh dan
penjelasannya secara rinci.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yuni Fitriyah Ningsih, S.Pd.,
M.Pd. dan Ibu Zetti Finali, S.Pd., M.Pd. Selaku dosen pengampu mata kuliah
Pengantar Pendidikan sehingga kami dapat menambah wawasan serta
pengetahuan sesuai dengan bidang yang kami tekuni. Kami juga berterimakasih
kepada semua anggota kelompok tujuh yang telah bekerja keras hingga makalah
ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran sangat dibutuhkan demi kesempurnaan makalah
ini.

Sidoarjo, 23 September 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................i


DAFTAR ISI ...............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................1


1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................1
1.3 Tujuan .............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................2


2.1 Aliran Progressivisme .....................................................................................2
2.2 Aliran Esensialisme .........................................................................................4
2.3 Aliran Perennnialisme .....................................................................................5
2.4 Aliran Rekontruksionisme ..............................................................................9
2.5 Aliran Eksistansialisme .................................................................................11
2.6 Aliran Idealisme ............................................................................................14

BAB III PENUTUP ..................................................................................................18


A. Kesimpulan ....................................................................................................18
B. Saran ...............................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................19

ii
BAB 1. PENDAHULUAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang: 1) latar belakang, 2) rumusan


masalah, dan 3) tujuan.

1.1 Latar Belakang


Pendidikan sangat penting di era sekarang. Ilmu yang didapat bahkan
menjadi tolak ukur kesejahteraan di masyarakat. Pendidikan tidak hanya
mempelajari satu dua hal saja, namun secara keseluruhan banyak hal-hal positif
yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup. Pengertian dari filsafat dalam
pendidikan ialah ilmu yang mempelajari penerapan pelaksanaan Pendidikan. Hal
ini diharapkan agar peserta didik dapat mengembangkan potensinya baik dari segi
ilmu, kepribadian, dan nilai positif lainnya melalui proses dan analisis yang benar
dan mendasar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan aliran Progresivisme?
2. Apa yang dimaksud dengan aliran Esensialisme?
3. Bagaimana penjelasan mengenai aliran Perennialisme?
4. Bagaimana penjelasan mengenai aliran Rekontruksionalisme?
5. Apa yang dimaksud dengan aliran Eksistensialisme?
6. Apa yang dimaksud dengan aliran Idealisme?

1.3 Tujuan
2. Mendeskripsikan dan memahami tentang materi aliran Progresivisme.
3. Mendeskripsikan dan memahami tentang materi aliran Esensialisme.
4. Mendeskripsikan dan memahami tentang materi aliran Perennialisme.
5. Mendeskripsikan dan memahami tentang materi aliran
Rekontruksionalisme.
6. Mendeskripsikan dan memahami tentang materi aliran Eksistensialisme.
7. Mendeskripsikan dan memahami tentang materi aliran Idealisme.
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Aliran Progresivisme


Aliran Progresivisme dalam filsafat pendidikan ialah aliran yang
menyetujui adanya kemajuan dalam bidang pendidikan. Aliran ini berpusat pada
anak, yang berarti kegiatan pendidikan difokuskan kepada peserta didik agar
mereka lebih berani dan mahir dalam menguasai bidang yang telah ada. Hal
tersebut dilakukan dengan bantuan tenaga pendidik sebagai pendamping dan
fasilitator agar pendidikan pada peserta didik dapat terlaksana dengan baik. Aliran
ini tidak hanya mengembangkan keilmuan, melainkan juga memberikan beragam
aktivitas di luar keilmuan, seperti praktik lapangan.
Aliran Progresivisme memiliki dua sifat umum, yaitu: 1) sifat negatif
(aliran ini menolak adanya otoriterisme dan absolutisme baik dalam bidang
politik, agama, etika, epistemologi) dan 2) sifat positif (aliran ini menaruh
kepercayaan pada kekuatan alamiah manusia. Seperti ketahanan tubuh,
fleksibilitas, kekuatan, dan kemampuan terjaga)
Berikut ini tokoh-tokoh aliran Progresivisme, diantaranya:
2.1.1 William James

Gambar 2.1 William James


Wiliam James merupakan filsuf terkenal di Amerika. Menurut William
James, otak atau pikiran harus mempunyai fungsi biologis dan nilai kelanjutan
hidup. Hal tersebut bertujuan agar fungsi otak atau pikiran itu dipelajari sebagai
bagian dari mata pelajaran pokok dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
2.1.2 John Dewey

Gambar 2.2 John Dewey


John Dewey menyinggung adanya kesatuan rangkaian pengalaman yang
mempunyai dua aspek penting bagi dunia pendidikan, yaitu: 1) hubungan
kelanjutan antara individu dengan masyarakat dan 2) hubungan kelanjutan antara
pikiran dan benda. Beliau bersama Plato menyetujui bahwa individu akan selalu
berhubungan masyarakat, begitu pula individu dengan aktivitas mental dan
pengalamannya.
2.1.3 Hans Vaihinger

Gambar 2.3 Hans Vaihinger


Hans Vaihinger berpandangan bahwa kata “tahu” hanya mempunyai arti
praktis. Kesesuaian dengan objek mustahil dibuktikan. Satu-satunya cara berpikir
fungsinya untuk mempengaruhi kejadian atau peristiwa di dunia.

2.2 Aliran Esensialisme


Aliran ini menganggap bahwa, “Education as Cultural Conservation”
atau pendidikan sebagai pemelihara kebudayaan. Para ahli menganggap aliran ini
sebagai aliran yang ingin kembali ke kebudayaan lama, warisan sejarah yang telah
membuktikan kebaikan-kebaikannya untuk kehidupan manusia di muka bumi.
Aliran ini juga percaya bahwa pendidikan wajib didasarkan pada nilai kebudayaan
yang telah ada sejak zaman peradaban manusia dan berpijak pada nilai-nilai yang
memiliki kestabilan oleh data-data yang jelas.
Aliran ini merupakan perpaduan antara Idealisme dan Realisme. Tujuan
aliran ini adalah menyampaikan warisan budaya melalui ilmu pengetahuan,
sepanjang waktu, dan mampu diketahui oleh orang banyak.
Berikut ini tokoh-tokoh aliran Progresivisme, diantaranya:
2.2.1 William C. Bagley

Gambar 2.4 Wiliiam C. Bagley


Menurut William C. Bagley ciri-ciri pendidikan, antara lain: 1) minat
kuat serta tahan lama, 2) pengawasan, pengarahan dan pembimbingan, 3)
pendisiplinan diri, dan 4) Teori tokoh (Isa CL. Kandel, William C. Bagley,
Thomas Briggas, dan Freederick Breed).
Kelima tokoh di atas meyakini bahwa sekolah memiliki fungsi utama
untuk menyebarkan warisan budaya kepada generasi muda. Mereka berpendapat
bahwa Progressivisme itu merusak standar-standar intelektual dan moral kaum
muda. Mereka juga berpendapat bahwa betul-betul ada hal esensial dari
pengalaman anak yang memiliki nilai esensial dan tentu saja dengan bimbingan.
Gagasan utama Essensialisme merupakan sebuah teori modern dan
sebuah produk pada abad Renaissance. Untuk mengganti sistem pemerintahan
abad kuno yang absolut yakni sesuatu yang tidak dapat ditentang, autoritas gereja
yang dogmatis. Pada kali ini filosofi Esensialisme mengembangkan suatu tujuan
sebuah sistematika yang mempersatukan konsep manusia dengan alam semesta
untuk memenuhi kebutuhan dan Lembaga zaman modern.
Buku-buku aliran Esensialisme yang ditulis untuk mengeluhkan
penurunan kualitas pendidikan di Amerika, yakni James D. Koerner “ The Case
for Basic Education” (1959) dan H. G. Rickover “Education and Freedom”
(1959).

2.3 Aliran Perennialisme


Perenialisme memandang bahwa keadaan sekarang adalah sebagai zaman
yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kekacauan, kebingungan, dan
kesimpangsiuran.
Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada
abad ke-20. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif.
Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan
dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini
penuhkekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan
moral,intelektual, dan sosio kultural. Perlu ada usaha untuk mengamankan
ketidakberesan tersebut. Jalan yang ditempuh oleh kaum perenialis adalah jalan
mundur kebelakang, dengan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip
umum yang setelah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat pada zaman kuno
dan abad pertengahan. Peradaban kuno ( Yunani Purba ) dan abad pertengahan
dianggap sebagai dasar budaya bangsa-bangsa di dunia dari masa ke masa, dari
abad ke abad.
Perenialisme mengambil jalan regresif karena mempunyai pandangan
bahwa tidak ada jalan lain kecuali kembali kepada prinsip umum yang telah
menjadi dasar tingkah laku dan perbuatan Zaman Kuno dan Abad Pertengahan.
Makna dari pernyataan di atas adalah kepercayaan-kepercayaan aksiomatis
mengenai pengetahuan realita dan nilai dari zaman-zaman tersebut. Motif
perenialisme dengan mengambil jalan regresif adalah berpendapat bahwa nilai-
nilai tersebut mempunyai kedudukan vital bagi pembangunan kebudayaan abad ke
dua puluh.
Berikut ini tokoh-tokoh aliran Progresivisme, diantaranya:
2.3.1 Plato

Gambar 2.5 Plato


Plato (427-347 SM) hidup pada zaman kebudayaan yang penuh dengan
ketidakpastian, yaitu filsafat sofisme. Ukuran kebenaran dan ukuran moral
menurut sofisme adalah manusia secara pribadi, sehingga pada zaman itu tidak
ada kepastian dalam moral dan kebenaran, tergantung pada masing-masing
individu.
Plato berpandangan bahwa realitas yang hakiki itu tetap tidak berubah.
Realitas atau kenyataan-kenyataan itu telah ada pada diri manusia sejak dari
asalnya, yang berasal dari realitas yang hakiki.
Menurut Plato,“dunia idea”, bersumber dari ide mutlak, yaitu Tuhan.
Kebenaran, pengetahuan, dan nilai sudah ada sebelum manusia lahir yang
semuanya bersumber dari ide yang mutlak tadi manusia tidak mengusahakan
dalam arti menciptakan kebenaran, pengetahuan, dan nilaimoral, melainkan
bagaimana manusia menemukan semuanya itu. Penggunaan akal atau rasio dapat
ditemukan kembali oleh manusia. Kebenaran itu ada, yang berarti kebenaran yang
utuh dan bulat. Manusia dapat memperoleh kebenaran tersebut dengan jalan
berpikir, bukan dengan pengamatan indera. Berpikir dapat membuat manusia
mengetahui hakikat kebenaran dan pengetahuan. Manusia hendaknya memikirkan,
menyelidiki, dan mempelajari dirinya sendiri dan keseluruhan alam semesta.
Plato berpendapat bahwa manusia tidak menciptakan kebenaran,
pengetahuan dan nilai moral, melainkan bagaimana menemukan semua itu.

2. Aristoteles

Aristoteles (384-322) adalah murid Plato, namun dalam


pemikirannya ia mereaksi terhadap filsafat gurunya, yaitu idealism. Hasil
pemikirannya disebut filsafat realism (realism klasik). Cara berpikir
Aristoteles berbeda dengan gurunya . Plato sendiri menekankan berpikir
rasional spekulatif. Aristoteles mengambil cara berpikir rasional empiris
realistis. Ia mengajarkan cara berpikir atas prinsip realistis, yang lebih
dekat pada alam kehidupan manusia sehari-hari.
Aristoteles hidup pada abad keempat Sebelum Masehi, namun dia
dinyatakan sebagai pemikir abad pertengahan. Karya-karya
Aristoteles merupakan dasar berpikir abad pertengahan yang
melahirkan renaissance. Sikap positifnya terhadap inkuiri
menyebabkan ia mendapatkan sebutan sebagai Bapak Sains Modern.
Kebijakan akan menghasilkan kebahagiaan dan kebaikan, bukanlah
pernyataan pemikiranatau perenungan pasif, melainkan merupakan
sikap kemauan yang baik dari manusia.
Menurut Aristoteles, manusia adalah makhluk materi dan rohani
sekaligus. Sebagai materi, ia menyadari bahwa manusia dalam
hidupnya berada dalam kondisi alam materi dan sosial. Sebagai makhluk 
rohani manusia sadar ia akan menuju pada proses yang lebih tinggi
menuju kepada manusia ideal, manusia sempurna. Manusia sebagai
hewan rasional memiliki kesadaran intelektual dan spiritual, ia hidup
dalam alam materi sehingga akan menuju pada derajat yang lebih tinggi,
yaitu kehidupan yang abadi, alam supernatural.

3. Thomas Aquinas

Thomas Aquinas mencoba mempertemukan suatu pertentangan yang


muncul pada waktu itu, yaitu antara kajin kristen dan filsafat (sebetulny-
-a dengan filsafat Aristoteles, sebab pada waktu itu yang dujadikan dasar
pemikir logis adalah filsafat neoplatonisme dari Plotinus yang
dikembangkan oleh St. Agustinus).
Menurut Aquinas, tidak dapat pertentangan antara filsafat
(khususnya filsafat Aristoteles) dengan ajaran agama Kristen). Keduanya
dapat berjalan dalam lapangan masing-masing. Thomas Aquinas secara
terus terang dan tanpa ragu-ragu mendasarkan filsafatnya kepada filsafat
Aristoteles.Dalam masalah pengetahuan, Thomas Aquinas
mengemukakan bahwa pengetahuan itu diperoleh sebagai persentuhan
dunia luar dan/oleh akal budi, menjadi pengetahuan. Selain pengetahuan
manusia yang bersumber dari wahyu, manusia dapat memperoleh
pengetahuan melalui pengalaman dan rasionya. Disinilah ia
mempertemukan pandangan filsafat idealism, realism, dan ajaran gereja.
Filsafat Thomas Aquina disebut tomisme. Kadang-kadang orang tidak
membedakan antara perenialisme dan neotomisme. Perenialisme adalah
sama dengan neotomisme dalam pendidikan.

2.4 Aliran Rekontruksionisme


Rekonstuksionisme berasal dari kata reconstruct yang berarti menyusun
kembali. Dalam konteks  filsafat pendidikan, aliran rekonstruksionisme
adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan
membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.
Filsafat pendidikan Rekonstruksionisme merupakan variasi dari filsafat
progressivisme, yang menginginkan kondisi manusia pada umumnya harus
diperbaiki. Mereka bercita-cita mengkonstruksi kembali kehidupan manusia
secara total. Semua  bidang kehidupan harus diubah dan dibuat baru. Aliran
yang ekstrim ini berupaya merombak tata susunan masyarakat lama dan
membangun tata susunan hidup yang baru sama sekali, melalui lembaga dan
proses pendidikan. Proses belajar dan segala sesuatu bertalian dengan
pendidikan tidak banyak berbeda dengan aliran progressivisme.
Rekonstruksionisme dalam suatu prinsip sependapat dengan perennialisme
bahwa ada satu kebutuhan amat mendesak untuk kejelasan dan kepastian bagi
kebudayaan zaman modern sekarang, yang sekarang mengalami ketakutan,
kebimbangan dan kebingungan. Tetapi aliran rekonstruksionisme tidak
sependapat dengan cara dan jalan pemecahan yang ditempuh filsafat
perennialisme. Berbeda dengan perennialisme yang memilih kembali
ke dalam kebudayaan abad pertengahan, maka rekonstruksionisme berusaha
membina suatu consensus yang paling luas dan paling mungkin tentang
tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan manusia. Rekonstruksionisme
berusaha mencari kesepakatan semua orang tentang tujuan yang dapat
mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu tata susunan baru seluruh
lingkungannya. Dengan perkataan lain rekonstruksionisme ingin merombak
tata susunan lama, dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang
sama sekali baru, melalui lembaga dan proses pendidikan.
Tokoh-tokohnya, diantaranya yaitu :
1. Menurut Brameld (kneller, 1971) teori pendidikan rekonstruksionisme ada
5 yaitu :
a. Pendidikan harus di laksanakan di sini dan sekarang dalam rangka
menciptakan tata sosial baruyang akan mengisi nilai-nilai dasar
budaya kita" dan selaras dengan yang mendasari kekuatan-
kekuatan ekonomi" dan sosial masyarakat modern. 
b. Masyarakat baru harus berada dalam kehidupan demokrasi
sejati dimana sumber dan lembaga utama dalam masyarakat
dikontrol oleh warganya sendiri.
c. Anak, sekolah, dan pendidikan itu sendiri dikondisikan oleh kekuatan
budaya dan sosial.
d. Guru harus menyakini terhadap validitas dan urgensi dirinnya dengan
cara bijaksana dengan cara memperhatikan prosedur yang
demokratis.
e. Cara dan tujuan pendidikan harus diubah kembali seluruhnya dengan
tujuan untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan
dengan krisis budaya dewasa ini, dan untuk menyesuaikan
kebutuhan dengan sains sosial yang mendorong kita u
n t u k   m e n e m u k a n   n i l a l i - n i l a i   d i m a n a manusia percaya atau
tidak bahwa nilai-nilai itu bersifat universal.
f. meninjau kembali penyusunan kurikulum, isi pelajaran, metode yang
dipakai, struktur administrasi, dan cara bagaimana guru dilatih.
2. George Count berpandangan bahwa apa yang diperlukan pada masyarakat
yang memiliki perkembangan teknologi yang cepat adalah rekonstruksi
masyarakat dan pembentukan serta perubahan tata dunia baru.

2.5 Aliran Eksistensialisme


Aliran eksistensialisme merupakan aliran filsafat modern yang meneliti
tentang kenyataan konkrit manusia dan mengungkap eksistensi manusia
sebagaimana yang dialami manusia itu sendiri. Istilah eksistensi berasal dari
kata “eks” yang artinya keluar dan “sistensi” yang diturunkan dari kata kerja
sisto berarti berdiri, menempatkan. Jadi, eksistensi dapat diartikan manusia
berdiri sendiri, dengan keluar dari dirinya. Di dalam eksistensialisme terdapat
dua mahzab yaitu sebagai berikut:
1. Eksistensialisme Teistis
Teistis dapat disebut juga yang berketuhanan atau percaya adanya
Tuhan. Jadi, eksistensialisme teitis yaitu manusia bereksistensi atas
pengaruh kehendak Tuhan. Eksistensialisme teitis diwakili oleh Soren
Kierkegaard (1813-1815). Ia adalah tokoh yang berasal dari Denmark
dan dianggap sebagai Bapak Eksistensialisme. Kierkegaard
mengemukakan tentang stadium hidup manusia dibagi menjadi tiga
tingkatan yaitu sebagai berikut:
a. Stadium estetis yaitu orang yang berpikir tanpa gerak. Maksudnya
manusia dapat memikirkan sesuatu tapi ia sendiri berada di luar yang
dipikirkannya itu.
b. Stadium etis yaitu orang berpikir memusatkan ke dalam dirinya tidak
ada yang lain daripada kesalahannya sendiri.
c. Stadirum religious yaitu orang yang konkret kepada Tuhannya.
Disini, minatnya tidak ada lagi pada diri sendiri melainkan kepada
Tuhan.
2. Eksistensialisme Ateistis
Ateistis dapat disebut juga tidak percaya adanya Tuhan. Jadi,
eksistensialisme ateistis merupakan manusia bebas bereksistensi tanpa
melibatkan Tuhan. Jean Paul Sartre dianggap sebagai tokoh
eksistensialisme ateistis. Ia merupakan seorang filsuf Prancis yang lahir
pada tahun 1905. Sartre memandang bahwa apa saja yang dibuat manusia
mempunyai tujuan dan arti tertentu. Manusia menjalankan eksistensi
manusia dalam buatan manusia itu sendiri.
Dalam Pendidikan Eksistensialisme terdapat dua periode yaitu
sebagai berikut:
1. Periode pra eksistensialis
Periode pra eksistensialis adalah masa kanak-kanak atau
sebelum pubertas. Dalam periode ini, anak-anak tidak menyadari
kondisi manusia, anak belum sadar akan identitas dan takdir pribadi,
berada pada waktu pendidikan dasar, keterampilan yang
dikembangkan adalah membaca, menulis, aritmatik dan komunikasi,
keterampilan fisik, rekreasi, sosial, dan keterampilan pemecahan
masalah.
2. Periode momen eksistensialis
Periode momen eksistensialis adalah individu sadar akan
kehadirannya sebagai diri di dunia, memiliki wawasan akan
kesadarannya sendiri dan sadar akan kehadiran serta bentuk
tanggung jawabnya di dunia, individu mengalami momen
eksistensialis yang bervariasi, tapi kebanyakan orang mengalami saat
pubertas, dimulai pada tahun-tahun sekolah menengah pertama dan
terus berlanjut melalui sekolah menengah atas dan perguruan tinggi.
Tokoh-Tokoh Aliran Eksistensialisme
1. Soren Kierkegaard

Kierkegaard adalah seorang tokoh eksistensialisme yang membuat


semua tulisannya memperhatikan satu persoalan yaitu bagaimana
menjadi orang yang kritis dan ia orang pertama yang menjadikan istilah
eksistensialisme sebagai penolakan terhadap pemikiran yang abstrak dan
logis atau filsafat ilmu pengetahuan. Menurut Kierkegaard, eksistensi
manusia bukanlah sesuatu yang statis tetapi senantiasa menjadi, manusia
selalu bergerak dari kemungkinan menuju kenyataan, dari cita-cita
menuju kenyataan hidup saat ini.
2. Jean-Paul Sartre
Sartre menekankan pada kebebasan manusia. Manusia setelah
diciptakan mempunyai kebebasan untuk menentukan dan mengatur
dirinya sendiri. Setiap orang sepenuhnya milik dirinya sendiri, sehingga
ia harus memutuskan dan memilih sendiri.
3. Albert Camus

Albert Camus adalah seorang ateis dan sangat percaya tidak ada
penjelasan akhir mengenai dunia. Ia sangat dipengaruhi pemikiran
mengenai absurditas. Kesadaran tentang absurditas dapat terjadi apabila
seseorang sadar tentang rasa bosan. Perasaan absurditas muncul karena
manusia mencari pemahaman mengenai dunia yang tidak dapat dipahami.

2.6 Aliran Idealisme


Idealisme diambil dari kata “idea” yang artinya sesuatu yang muncul
dalam pemikiran manusia dan “isme” yang artinya keyakinan terhadap
sesuatu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa idealisme merupakan suatu aliran
yang mempunyai pandangan bahwa segala sesuatu terdapat pada ide. George
R. Knight menguraikan bahwa idealisme mulanya adalah suatu penekanan
pada realitas ide gagasan, pemikiran, akal pikir dari pada suatu penekanan
pada objek-objek dan daya materi.
Pemikiran filsafat menurut aliran idealisme yaitu sebagai berikut:
1. Metafisika idealisme
Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari hakikat realitas
secara komprehensif. Menurut idealisme hanya realitas spiritual, mental
atau rohani yang nyata dan tidak berubah. Idealisme juga
mengidentifikasi bahwa hakikat nyata dunia adalah berupa ide yang
sifatnya rohani atau intelegensi.
2. Epistemologi idealisme
Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang
hakikat pengetahuan. Menurut filsafat idealisme, manusia memperoleh
pengetahuan melalui berpikir dan intuisi. Idealisme mengemukakan
bahwa pengetahuan yang diperoleh dari indera bersifat tidak pasti dan
tidak lengkap.
3. Aksiologi idealisme
Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang hakikat
nilai. Para filsuf berpendapat bahwa nilai bersifat mutlak dan abadi.
Keabadian yang dimaksud merupakan elaborasi dari dua jenis idealisme
yaitu sebagai berikut:
a. Idealisme theistik
Idealisme theistik bersifat transedental yaitu berada pada Tuhan.
b. Idealisme pantheistic
Idealisme ini mengidentikan Tuhan dengan alam.

Aspek-Aspek Pendidikan dalam Filsafat Idealisme adalah sebagai berikut:


1. Peserta Didik
Kalangan idealisme melihat peserta didik sebagai seseorang yang
mempunyai potensi untuk tumbuh, baik secara moral maupun kognitif.
Oleh karena itu, potensi intelek peserta didik harus dikembangkan
sehingga memiliki pengetahuan yang benar, dan potensi moralnya
diaktualkan agar ia memiliki kepribadian yang utama sebagai manusia
yang bermoral.
2. Pendidik atau Guru
Peran guru adalah menjangkau pengetahuan tentang realitas dan
menjadi teladan keluhuran etis. Guru merupakan pola panutan bagi para
murid baik dalam kehidupan intelektual maupun sosial. Agar menjadi
guru yang baik dan dapat menjadi seorang panutan bagi muridnya, maka
guru harus memiliki beberapa kriteria agar menjadi guru yang ideal.
Menurut J. Donalt Butler, guru harus mempunyai kriteria sebagai berikut:
a. Mewujudkan budaya dan realitas dalam diri anak didik.
b. Menguasai kepribadian manusia.
c. Ahli dalam proses pembelajaran.
d. Bergaul secara wajar dengan anak didik.
e. Membangkitkan hasrat anak didik untuk belajar.
f. Sadar bahwa manfaat secara moral dari pengajaran terletak pada
tujuan yang dapat menyempurnakan manusia.
g. Mengupayakan lahirnya lagi budaya dari setiap generasi.
3. Kurikulum
Kurikulum bagi penganut idealisme menekankan pandangan
humanitis. Bagi idealisme, kurikulum merupakan organ materi inteletual
atau disiplin keilmuan yang bersifat ideal dan konseptual.
4. Metodologi Pengajaran
Metode pengajaran dalam pandangan idealisme adalah penyampaian
melalui uraian kata-kata, sehingga materi yang diberikan ke peserta didik
terkesan verbal dan abstrak.

5. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan menurut idealisme adalah mendorong peserta
didik untuk mencari kebenaran. Pendidkan idealisme mempunyai tujuan
yaitu merubah pribadi untuk menuju Tuhan, bersikap benar dan baik.

Tokoh-Tokoh Aliran Idealisme


1. Johann Gottlieb Fichte

Johann Gottlieb Fichte adalah seorang filsuf Jerman. Menurut Fichte,


manusia memandang objek benda-benda dengan inderanya. Dengan
mengindera, manusia berusaha mengetahui yang sedang dihadapinya.
2. Friedrich Wilhelm Joseph Schelling (1775-1854)

Schelling merupakan filosof yang menganut aliran idealisme.


Pemikirannya tampak pada teorinya yang mutlak mengenai alam.

3. George Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831)


Hegel dikenal sebagai filosof yang menggunakan dialektika sebagai
metode berfilsafat. Dialektika adalah dua hal yang dipertentangkan lalu
didamaikan, atau biasa dikenal dengan tesis (pengiyaan), antithesis
(pengingkaran), sintesis (kesatuan kontradisksi). Menurut Helge yang
mutlak adalah roh yang mengungkapkan diri di dalam alam dengan
maksud manusia agar sadar akan dirinya sendiri.

4. Imam Al-Ghazali

Al-Ghazali merupakan seorang filosof muslim yang menganut


paham aliran idealisme. Ia termasuk ke dalam kelompok sufistis karena
lebih banyak menganut pada dunia pendidikan. Menurutnya,
pendidikanlah yang mengubah corak suatu bangsa dan pemikirannya.
Dalam masalah pendidikan Al-Ghazali cenderung berpaham empirisme
karena ia sangat menekankan pengaruh pendidikan terhadap anak didik.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa filsafat
pendidikan adalah ilmu yang mempelajari dan membahas tentang pendidikan
secara mendalam disetiap bagian ilmu pendidikan. Fisafat sangatlah penting
dalam mendukung kegiatan pendidikan agar berjalan dengan baik. Di dalam
filsafat pendidikan terdapat aliran-aliran diantaranya aliran progresivisme,
aliran esensialisme, aliran perennialisme, aliran rekontruksionalisme, aliran
eksistensialisme, dan aliran idealisme.
Dalam dunia pendidikan, peran pendidik sangatlah penting dalam
membentuk karakter dan menciptakan peserta didik yang bermanfaat untuk
bangsa dan negara. Oleh karena itu, setiap pendidik haruslah memahami dan
mempelajari mengenai filsafat pendidikan agar dapat menjadi seorang
pendidik yang mampu mengajarkan dan menjadi contoh yang baik untuk
anak didiknya.

A. Saran
Penulis tentu menyadari bahwa makalah di atas masih terdapat
kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun sangatlah penting untuk penulis sebagai bahan evaluasi
kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA
Qoimatulhusna, Umi. 2020. Aliran-aliran Filsafat Pendidikan, Tokoh-tokoh
Filsafat Pendidikan, Pemikiran Kunci Filsafat Pendidikan.
https://www.kompasiana.com/umiqoimatulhusna/5e7cefa5097f3606d91c3092/alir
an-aliran-filsafat-pendidikan-tokoh-tokoh-filsafat-pendidikan-pemikiran-kunci-
filsafat-pendidikan. [Diakses pada 23 September 2020].

Fadlillah, M. 2017. Aliran Progresivisme dalam Pendidikan di Indonesia. Jurnal


Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran 5(1): 18-23.

RobiatulAdawiyah, Elok. 2020. Filsafat Pendidikan (Aliran Esensialisme dan


Tokoh-tokoh Pemikirannya).
https://www.kompasiana.com/elokrobiatul/5eb765d3d541df5eaf6862d2/filsafat-
pendidikan-aliran-esensialisme-dan-tokoh-tokoh-pemikirnya. [Diakses pada 23
September 2020].

Dianaifth, Yunita. 2020. Aliran Progressivisme dan Tokoh-tokohnya.


https://www.kompasiana.com/yunitadianaiftitah/5eb4c708097f365b247633e3/alir
an-progresivisme-dan-pemikiran-tokoh-tokoh-ya-dalam-filsafat-pendidikan?
page=all. [Diakses pada 23 September 2020].

Wahyuni, Resma. 2020. Filsafat Pendidikan Progressivisme.


https://www.academia.edu/36362101/FILSAFAT_PENDIDIKAN_PROGRESSIV
ISME. [Diakses pada 24 September 2020].

Maria, Edna. 2014. Pengertian Aliran Perennialisme.


https://www.academia.edu/8946247/. [Diakses pada 24 September 2020].

Azeezah Al-Mahbubah, Yumna. 2011. Tokoh-tokoh Aliran Perenialisme.


https://www.academia.edu/9182636/ALIRAN_FILSAFAT_PENDIDIKAN_PERE
NIALISME.[ Diakses pada 24 September 2020].
Hilmi. 2013. Aktifitas Pengajaran Melalui Pendekatan Eksistensialisme. Jurnal
Ilmiah DIDAKTIKA.13(2):319-333.

Mahmudah. 2009. Filsafat Eksistensialisme: Telaah Ajaran dan Relevansinya


dengan Tujuan Pendidikan di Indonesia. Jurnal Pemikiran Alternatif
Kependidikan.14(3):1-8.

Ekawati, Dian. 2015. Eksistensialisme. Tarbawiyah. 12(1):(diakses 24 September


2020 )137-151.

Rusdi. 2013. FILSAFAT IDEALISME (Implikasinya dalam Pendidikan).


Dinamika Ilmu. 13(2):237-247.

Mubin, Ali. 2019. Refleksi Pendidikan Filsafat Idealisme. Rausyan Fikr.


15(2):26-36.

Suryana, Cahya. 2009. Pendidikan Menurut Aliran Filsafat Idealisme dan


Realisme.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/195908261986
031-JAJAT_S_ARDIWINATA/Options1.pdf. [Diakses pada 25 September 2020].

Yanuarti, Eka. 2016. Pendidikan Islam Dalam Perspetif Filsafat. Belajea:Jurnal


Pendidikan Islam. 1(2):147-165.

Anda mungkin juga menyukai