Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ALIRAN ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN

Disusun oleh :
Kelompok 4
Dinda Wulandari (4221141016)
Friska Monica Sinurat (4223141016)
Muhammad Rizky Maulana (4223341006)
Dosen Pengampu : Lidia Simanihuruk S.Pd

Kelas : C - 2022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa juga kami mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Lidia Simanihuruk selaku dosen pengampu
mata kuliah Filsafat Pendidikan yang sudah memberikan kepercayaan kepada kami untuk
menyelesaikan tugas ini.
Namun penulis menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna baik dalam segi materi, karena minimnya sumber
diktat yang dapat dijangkau oleh penulis maupun kesalahan dalam penulisan kata yang dapat
menyinggung pihak manapun.
Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran untuk perbaikan makalah
yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun. Kami berharap makalah sederhana ini dapat dipahami oleh
semua orang khususnya bagi para insan pembaca.

Medan, 19 September 2022

Kelompok 4

DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR
ISI.................................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………...
…….....
B.Tujuan ………………………………………………….…………………...
……
C.Manfaat…………………………………………………………….…………..

BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Aliran Eksistensialisme
……………………………………………………………
2.2 Aliran Progresivisme
………………………………………………………………
2.3 Aliran
Parenialisme…………………………………………………….................
2.4 Aliran Esensialisme ……………………………………………….
………….......
2.5 Aliran Rekonstruksionalisme ......................................................................

BAB III : PENUTUP


3.1
Kesimpulan……………………………………………………………………….
.
3.2
Saran……………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Dalam proses pertumbuhannya, filsafat sebagai hasil pemikiran para ahli filsafat
atau parafilosof sepanjang kurun waktu dengan objek permasalahan hidup didunia,
telah melahirkanberbagai macam pandangan. Pandangan-pandangan para filosof itu, ada
kalanya satu denganyang lain hanya bersifat saling kuat-menguatkan, tapi tidak
jarang pula yang berbeda atauberlawanan. Hal ini antara lain disebabkan oleh pendekatan
yang di pakai oleh mereka berbeda,walaupun untuk objek permasalahannya sama. Karena
perbedaan dalam sistem pendekatan itu,maka kesimpulan-kesimpulan yang dihasilkan
menjadi berbeda pula, bahkan tidak sedikit yangsaling berlawanan. Selain iu faktor zaman
dan pandangan hidup yang melatar belakangi mereka,serta tempat di mana mereka bermukim
juga ikut mewarnai pemikiran mereka.Menyimak kembali sejarah pertumbuhan dan
perkembangan filsafat sebagaimana yang telah diuraikan dalam bab pertama, akan menjadi
jelas adanya perbedaan tersebut diatas. Begitu pulahalnya dengan filsafat pendidikan,
bahwa dalam sejarahnya telah melahirkan bebagai pandangan atau aliran. Karena
pemikiran filsafat yang tidak pernah mandeg.

1.1 Rumusan Masalah


Untuk mengkaji dan mengulas lebih dalam tentang aliran-aliran
pendidikan, maka diperlukan subpokok masalah yang saling berhubungan,
sehingga penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Pengertian aliran-aliran filsafat pendidikan: Eksistensialiseme ,Progresivisme,
Parenialisme, Esensialisme dan Rekonstruksionalisme.
2. Apa saja persamaan dan perbedaan tiap aliran filsafat pendidkan.

B. Tujuan
1. Mengetahui penegertian aliran aliran filsafat pendidikan: Eksistensialiseme ,Progresivisme,
Parenialisme, Esensialisme dan Rekonstruksionalisme.
2. Mengetahui persamaan dan perbedaan tiap aliran filsafat pendidkan.
C. Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini sebagai tambahan pengetahuan bagi
penulis dan pembaca tentang aliran-aliran filsafat pendidikan, yaitu
rekonstruksionalisme, esensialisme, dan perenialisme. Selain itu, kajian
tentang aliran filsafat pendidikan memberikan pengetahuan dan wawasan
historis pada tenaga kependidikan agar dapat memberikan kontribusi terhadap
dinamika pendidikan itu. Tenaga kependidikan diharapkan memiliki bekal
yang memadai dalam meninjau berbagai masalah yang dihadapinya.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Eksistensialisme

Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang berpendapat bahwa manusia sadar terhadap
keberadaannya sendiri bahwa setiap manusia bebas dalam bertindak, menciptakan, memilih secara
tanggung jawab. Eksistensialisme salah satu aliran filsafat  yang menyakini bahwa kebenaran ada
pada kebebasan dirinya dan menolak untuk mengikuti aliran, kepercayaan, serta sistem. Sehingga,
menurut Eksistensialisme kebenaran itu bersifat relatif yang dapat berubah pada lain waktu. Karena
setiap individu bebas memilih apa yang menurutnya benar.

Dalam aliran eksistensialisme setiap individu didorong untuk mengembangkan segala


kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan dirinya.   Aliran ini juga memberikan bekal pengalaman
yang  luas juga komprehensif dalam segala bidang kehidupan.

Tujuan filsafat eksistensialisme dalam pendidikan ialah menjadikan sekolah sebagai tempat yang
memberikan kebebasan serta tidak mengekang dan membelenggu keinginan atau kebutuhan siswa.
Kedudukan guru dalam aliran ini sebagai fasilitator yang membimbing siswa dalam proses belajar.
Yang dimana kurikulum yang dirancang berpusat pada anak dan individualistik.

B. Tokoh Aliran Filsafat Eksistensialisme

1. Soren Aabye Kierkegaard


Pemikiran Kierkegaard tentang manusia yaitu hal yang paling utama adalah tentang keberadaan
dirinya. Yang dimana eksistensi manusia tidak bersifat "statis" melainkan suatu "menjadi" yang
didalamnya akan mengalami perubahan dari hal yang mungkin menjadi hal yang nyata.

2. Jean Paul Sartre


 Menurut pandangan sartre adanya esensi (karakter) manusia merupakan hasil dari perilaku bebas
manusia "eksistensi". Sartre juga berpendapat bahwa manusia itu ada pada kebebasan yang mutlak
dan konsekuensi secara tanggung jawab. Artinya setiap manusia mempunyai kebebasan dalam
kehidupan.
3. Martin Heidegger
Beliau salah satu tokoh filsafat asal Jerman lahir pada Tahun 1889. Pemikirannya banyak
mempengaruhi beberapa filosof di Amerika Selatan dan beberap di Eropa. Menurut
Pemikirannya,pokok utama filsafat eksistensialisme ialah manusia dan bagaimana cara manusia itu
ada. Karangan tulisannya kebanyakan membahas persoalan-persoalan keberadaan serta cara
bagaimana manusia bereksistensi dikehidupan masyarakat untuk pemenuhan dirinya.

2.2 Progresivisme
Secara bahasa progresivisme berasal dari kata progres yang berarti kemajuan. Sedangkan
secara harfiah aliran progresivisme merupakan aliran yang menginginkan kemajuan secara
cepat.

Secara istilah progresifisme merupakan salah satu aliran yang menghendaki suatu kemajuan
yang membawa perubahan. Aliran ini merupakan salah satu filsafat pendidikan modern.
Jadi, pengertian progresivisme secara artin luas adalah suatu aliran yang menekankan
pendidikan bukan lah sekedar pemberian pengetahuan akan tetapi berisi aktifitas yang tertuju
pada pelatihan berfikir mereka sehingga bisa berfikir secara sistematis.

Pengetahuan yang dihasilkan dari progresivisme berdasarkan realitas faktual. Dalam


pendidikan, Orang-orang progresivisme lebih menekankan pada melatih dan merangsang
pendidik untuk terus berpikir.Guru berperan sebagai pembimbing dan menjadi sumber
pengetahuan untuk menfasilitasi siswa dan guru memberikan pengalaman yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari.

Menurut aliran ini tentang belajar. Menurutnya anak didik itu bukan manusia kecil tetapi
manusia seutuhnya yang berpotensi untuk berkembang dan memiliki potensi yang berbeda-
beda. Dalam hal ini difokuskan pada siswa bukan guru ataupun lainnya, jadi benar-benar
memperhatikan peserta didik dan guru mempunyai cara pembelajaran yang berbeda karena
tidak semua siswa memiliki potensi yang sama.
Menurut aliran ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam belajar yaitu :

1. Memberikan belajar siswa untuk perorangan


2. Memberikan siswa kesempatan belajar melalui pengalaman
3. Memberikan siswa motivasi bukan perintah
4. Mengikutsertakan siswa pada setiap kegiatan yang berdampak positif

-Pemikiran Tokoh-tokoh Progresivisme

1. William James
William James adalah seorang Psychologist dan seorang filosof Amerika yang
terkenal. Sebagai penulis yang brilian, dosen dan penceramah di bidang filsafat, ia
juga dikenal sebagai pendiri pragmativisme. Dia menegaskan bahwa fungsi otak dan
pikiran itu dipelajari sebagai bagian dari mata pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan
alam.
Ia mempunyai karya yang berjudul Prnciple of Psichology yang terbit tahun 1890,
lalu karyanya menjadi terbitan buku klasik, hal inilah yang mengantar William James
terkenal sebagai ahli filsafat Pragmativisme dan Empirisme Radikal.

2. John Dewey
John Dewey lahir di Burlington Vermount Amerika, pada tanggal 20 oktober 1859.
Ia masuk di Universitan Vermount tahun 1875 untuk mempelajari filsafat dan
psikologi. Selain filsafat ia juga ahli dalam bidang ekonomi, hukum, antropologi,
teori politik, dan ilmu jiwa. Ia memandang sekolah merupakan lingkungan
masyarakat kecil dan cerminan darinya.
Dalam pendidikan, menurutnya progresivisme menghendaki adanya filsafat pendidikan yang
berlandaskan pada filsafat pengalaman dan kesatuan rangkaian pengalaman. Ia adalah
seorang professor di Universitas Chicago dan Columbia (Amerika). Teori Dewey tentang
sekolah adalah "Progresivisme" yang lebih menekankan pada anak didik dan minatnya dari
pada mata pelajarannya sendiri.

3. Hans Vaihinger
Hans Vaihinger menyatakan bahwa tahu itu hanya mempunyai arti praktis. Maksudnya
adalah bahwa orang yang dikatakan tahu itu kalau sudah penggunakan pengetahuannya
sehingga tahu manfaatnya. Seperti kita tahu pengetahuan tentang membuat tempe, tapi
pengetahuan itu dianggap tidak ada selama kita belum mempuat tempe itu.

2.3 Parenialisme

Orientasi pendidikan dari Perenialisme adalah Scholastisisme atau


Neo-Thomisme, yang memandang kenyataan sebagai sebuah dunia akal
pikiran dan Tuhan, pengetahuan yang benar diperoleh melalui berpikir dan
keimanan, dan kebaikan berdasarkan perbuatan rasional (Redja
Mudyahardja, 2010:166).
Filsuf-filsuf Perennialisme, yaitu Plato, Aristoteles, Thomas
Acquinas (Dinn W, dkk, 2008:4.28). Plato berpendapat, manusia secara
kodrat memiliki tiga potensi, yaitu nafsu, kemauan, dan akal. Program
pendidikan yang ideal adalah berorientasi pada tiga potensi itu agar
kebutuhan yang ada pada setiap lapisan masyarakat dapat terpenuhi. Ide-
ide Plato kemudian dikembangkan lagi oleh Aristoteles yang lebih
mendekatkan pada dunia realita. Menurutnya, tujuan pendidikan adalah
kebahagiaan. Untuk mencapainya, aspek fisik, intelek, dan emosi harus
dikembangkan secara imbang, bulat, dan totalitas (Djumransjah,
2006:187-188).
Pandangan tentang Pendidikan menurut Perenialisme:
1. Pendidikan
Perenialisme memandang education as cultural regression:
pendidikan sebagai jalan kembali, atau proses mengembalikan keadaan
manusia sekarang seperti dalam kebudayaan masa lampau yang
dianggap ideal (Dinn W, dkk, 2008:4.29).
2. Kurikulum
Kurikulum bersifat subject centered, berpusat pada materi
pelajaran yang mengarah kepada pembentukan rasionalitas manusia,
sebab demikianlah hakikat manusia. Oleh karena itu, aliran ini
cenderung menitikberatkan pada pelajaran sastra, matematika, bahasa,
dan humaniora termasuk sejarah (liberal arts) yang mempunyai status
tertinggi dan “rational content” yang lebih besar (Dinn W, dkk,
2008:4.30).
3. Metode Pendidikan
Perenialis menggunakan metode pendidikan dengan membaca dan
diskusi dalam rangka mendisiplinkan pikiran (Dinn W, dkk,
2008:4.30). Dengan demikian, guru mempunyai peranan yang
dominan dalam penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di kelas.
Selain itu, guru harus menguasai suatu cabang ilmu, seorang guru ahli
(a master tacher) bertugas membimbing diskusi yang akan
memudahkan siswa yang menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang
tepat. Guru juga dipandang memiliki otoritas dalam suatu bidang
pengetahuan dan keahliannya tidak diragukan

2.4 Esensialisme
Esensialisme secara umum dalam pendidikan adalah gerakan
pendidikan yang memprotes terhadap skeptisisme dan sinisme dari gerakan
Progresivisme
(http://kumpulanmakalahdanartikelpendidikan.blogspot.com), serta
menolak pandangan Progresivisme yang mengakui adanya sifat realitas
yang serba berubah, fleksibel, dan partikular. Menurut esensialisme,
landasan semacam itu kurang tepat untuk pendidikan, sebab dapat
menimbulkan pandangan pendidikan yang berubah-ubah, pelaksanaan
yang tidak stabil, bahkan dapat menimbulkan kehilangan arah pendidikan
(Djumransjah, 2006:182). Seharusnya, pendidikan bersendikan nilai-nilai
yang dapat mendatangkan kestabilan dan hakiki kedudukannya dalam
kebudayaan, atau pendidikan yang kembali pada kebudayaan lama yang
menjadi inti peradaban manusia (Dinn W, dkk, 2008:4.14).
Tokoh aliran pendidikan esensialisme, William C. Bagley,
memandang pendidikan sebagai proses utama dalam penanaman fakta-
fakta, melibatkan rentangan mata pelajaran yang relatif sempit yang
merupakan inti belajar yang efektif.
Esensialisme dilandasi oleh filsafat Idealisme dan Realisme
Objektif yang bersifat ekletik. Artinya, dua aliran filsafat ini bertemu
sebagai pendukung esensialisme, tetapi tidak lebur menjadi satu. Masing-
masing tidak melepaskan sifat-sifat utamanya (Redja Mudyahardja,
2010:162).
Filsuf-filsuf besar idealisme peletak dasar asas-asas esensialisme
yaitu Plato (zaman klasik), dan idealisme modern adalah Leibniz,
Immanuel Kant, Hegel, dan Schopenhauer (Dinn W, dkk, 2008:4.15).
Filsuf-filsuf besar realisme pada zaman klasik adalah Aristoteles
dan Democritos. Sedangkan realisme modern adalah Thomas Hoobes,
John Locke, G. Barkeley, dan David Hume (Dinn W, dkk, 2008:4.15).
Pandangan tentang Pendidikan menurut Esensialisme:
1. Pendidikan
Merupakan upaya untuk memelihara kebudayaan, “Education as
Cultural Conversation”
(http://kumpulanmakalahdanartikelpendidikan.blogspot.com).
Pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah
teruji dalam segala zaman, kondisi, dan sejarah, yang merupakan
esensi untuk mengemban hari kini dan masa depan umat manusia
(Moh. Noor Syam, 1984 dalam kalimat Dinn W, dkk, 2008:4.20).
2. Kurikulum
Kurikulum berpusat pada mata-mata pelajaran akademik yang
pokok. Kurikulum Sekolah Dasar ditekankan pada pengembangan
keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan matematika.
Kurikulum sekolah menengah menekankan pada perluasan mata
pelajaran matematika, ilmu alam, humaniora, bahasa, dan sastra (Redja
Mudyahardja, 2010:163-164).
3. Metode Pendidikan
Pendidikan berpusat pada guru (teacher centered). Guru sebagai
mediator antara dunia masyarakat dengan dunia anak, berpengaruh
kuat dan mengawasi kegiatan-kegiatan di kelas. Sedangkan peranan
peserta didik adalah belajar (Madjid Noor, 1987 dalam kalimat Dinn
W, dkk, 2008:4.21), dengan latihan mental seperti diskusi, pemberian
tugas, dan penguasaan pengetahuan, misalnya melalui penyampaian
informasi dan membaca. Sehingga pelajar harus siap melakukan
latihan-latihan intelektif .

2.5 Rekonstruksionalisme
Rekonstruksionalisme adalah aliran filsafat pendidikan yang
memandang pendidikan sebagai pengalaman-pengalaman yang
berlangsung terus dalam hidup. Sekolah sebagai tempat utama
berlangsungnya pendidikan yang menghendaki anak didik dapat
dibangkitkan kemampuannya secara konstruktif menyesuaikan diri dengan
tuntutan perubahan dan perkembangan masyarakat sebagai akibat adanya
pengaruh dari ilmu pengetahuan dan teknologi (Barnadib, 2013:24).
Rekonstruksinalisme bercita-cita untuk mewujudkan suatu dunia di
mana kedaulatan nasional berada dalam pengayoman atau subordinate dan
otorita internasional. Selain itu juga mewujudkan dan melaksanakan satu
sintesis, yakni perpaduan ajaran agama (Kristen) dengan demokrasi,
teknologi modern, dan seni modern dalam satu kebudayaan yang dibina
bersama oleh bangsa-bangsa di dunia.
Pandangan tentang Pendidikan menurut Rekonstruksionalisme:
1. Pendidikan
Pendidikan lebih diartikan dengan mengajar. Namun, mengajar
bukan kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru kepada murid,
melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun
sendiri pengetahuannya. Jadi, mengajar adalah suatu bentuk belajar
sendiri (Bettencourt, 1989 dalam kalimat Dinn W, dkk, 2008:4.35).
2. Kurikulum
Kurikulum sebagai program aktivitas di mana pengetahuan dan
keterampilan dapat dikonstruksikan. Jadi, siswa berperan aktif dalam
memecahkan suatu persoalan (permasalahan) untuk lebih dimengerti.
3. Metode Pendidikan
Guru berperan sebagai mediator dan fasilitator peserta didik
(Tobin, dkk, 1994 dalam kalimat Din W, dkk, 2008:4.36). Oleh karena
itu, guru harus mempertimbangkan dan menggunakan berbagai metode
yang sesuai untuk membantu pelajar belajar. Sedangkan peserta didik
dituntut aktif belajar dalam rangka mengonstruksi pengetahuannya dan
harus bisa bertanggung jawab atas hasil belajarnya (Paul Suparno,
1997 dalam kalimat Dinn W, dkk, 2008:4.36).

Kelebihan Dan Kekurangan Aliran Filsafat

Kelebihan
1. Aliran Filsafat Eksistensialisme
• Yaitu Mampu menyusun sistem – sistem kefilsafatan yang berasal dari manusia.
2. Aliran Filsafat Progresivisme
• Nilai-nilai yang dianut bersifat fleksibel terhadap perubahan
3. Aliran Filsafat Parenialisme
• Perenialisme mengangkat kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang
menjadi pandangan hidup yang kokoh pada zaman kuno dan abad
4. 4 Aliran Filsafat Esensialisme
• Suatu ide/ gagasan manusia diuji sumber dari Tuhan.
• Memberikan dasar pendidikan yang flekbilitas, maksudnya memberikan keterbukaan
terhadap perubahan dan toleran tidak terikat dengan doktrin tertentu.
5. Aliran Filsafat Rekonstruksionalisme
• Aliran Filsafat Rekonstruksionisme mengikuti perkembangan jaman , bukan hanya
mengikuti perkembangan jaman namun juga membangun tata susunan kebudayaan
baru atau membuang yang tidak perlu , yang artinya aliran filsafat
Rekonstruksionisme ini terbuka akan perkembangan zaman , hal ini lah yang perlu di
dunia pendidikan , karena pada umumnya pendidikan bersifat terbuka dan fleksibel
terhadap perkembangan zaman agar tidak ketinggalan di masa mendatang .

Kekurangan
1. Aliran Filsafat Eksistensialisme
Menyangkal realitas dan kesungguhan perikehidupan antar manusia
Mengabaikan Perintah Tuhan
2. Aliran Filsafat Progresivisme
Progresivisme terlampau menekankan pada pendidikan individu
Kelas sekolah progresif artifisial / dibuat-buat dan tidak wajar
3. Aliran Filsafat Parenialisme
Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari.
Perenialisme kurang menerim adanya perubahan.
4. Aliran Filsafat Esensialisme
Inisiatif ditekankan pada guru, bukan pada siswa.
Sekolah tidak boleh menetapkan kebijakan sosial yang mengakibatkan adanya
orientasi yang terikat tradisi pada pendidikan.
5. Aliran Filsafat Rekonstruksionalisme
Pada aliran ini tidak terlalu fokus terhadap perkembangan karakter anak yang sangat
dibutuhkan saat ini , aliran ini berfokus terhadap masalah masalah global seperti
politik, sosial, dan ekonomi dan masalah masalah lainnya . padahal pada usia sekolah
sebaiknya juga memperhatikan peran dirinya terlebih dahulu sebagai pelajar setelah
itu baru kepada dunia luar dan masyarakat seutuhnya

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara konsepsi, rekonstruksionalisme bersifat radikal,


esensialisme bersifat konservatif, dan perenialisme bersifat regresif.
Rekonstruksionalisme menghendaki pendidikan di mana anak
didik berperan aktif dalam pembelajaran atau belajar sendiri.
Esensialisme menghendaki landasan pendidikan yang memiliki nilai-
nilai esensial, yaitu telah diuji oleh waktu dan bersifat turun temurun
dari zaman ke zaman di mana pendidikan berpusat pada guru sebgai
mediator. Perenialisme menitikberatkan pendidikan dengan diskusi
dan membaca, di mana peserta didik harus membaca karya-karya besar
yang dapat mendiisplinkan pikiran.

3.2 Saran
Hendaknya kita menerapkan ketiga aliran filsafat pendidikan itu
dalm dunia pendidikan di Indonesia, di mana pendidikan yang berpusat
pada anak, namun juga diimbangi guru sebagai mediator. Dalam
pembelajaran, menggunakan metode diskusi dan membaca, serta
meotode-metode pembelajaran lainnya untuk menyesuaikan keadaan
peserta didik. Selain peserta didik yang berperan aktif, guru juga harus
berperan aktif sebagai mediator, fasilitator, dan pembimbing yang
baik, serta menguasai materi pelajaran yang di ampu.
DAFTAR PUSTAKA

Barnadib, Prof. Imam. 2013. Filsafat Pendidikan: Sistem & Metode. Cetakan
kesepuluh. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Djumransjah, Drs. H. M. 2006. Filsafat Pendidikan. Edisi kedua, cetakan


pertama. Malang: Bayumedia Publish

Anda mungkin juga menyukai