Anda di halaman 1dari 15

Filsafat Progresivisme

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan

Dosen pengampu : Bambang Erkantoro,S.Pd.I.,M.Pd.

Kelompok IV :

1.Aniel Fadhli Wibowo

2.Muhamad Subur

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM WALI SEMBILAN SEMARANG

TAHUN AKADEMIK 2022 / 2023

1
DAFTAR ISI

1. Kata Pengantar 2

2. Pendahuluan 3

3. Pembahasan 4

4. Pengertian Filsafat Pendidikan Progresivisme 4

5. Sejarah Aliran Progresivisme 7

6. Faktor Pendorong Lahirnya Progresivisme 7

7. Dasar Filosofis Aliran Progresivisme 7

8. Keyakinan Aliran Progresivisme Tentang Pendidikan 7

9. Karakteristik Aliran Progresivisme 9

10. Perkembamgan Progresivisme 11

11. Penutup 13

12. Daftar Pustaka 14

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.


Alhamdulillah, Segala puja dan Puji Syukur senantiasa tercurahkan kehadirat Allah
SWT atas Rahmat Dan Karunia-Nya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan segala
kesalahan dan kekurangannya, guna memenuhi tugas mata kuliah “Filsafat
Pendidikan”.Sholawat serta salam tidak lupa kita haturkan kepada Baginda Nabi Muhammad
SAW, dan semoga kita semua termasuk umatnya yang kelak mendapatkan syafa’atnya kelak
di hari qiamat. Āmīn.Makalah ini telah kami susun semaksimal mungkin dan kami juga
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Meskipun kami sebagai penyusun berharap isi
dari makalah ini bebas dari kesalahan dan kekurangan. Namun, tentunya kami menyadari
bahwa kami hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan dan
kesempurnaan itu hanya milik Allah semata. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya lapoaran ini diwaktu
mendatang. Semoga Allah SWT memberkahi makalah ini, sehingga dapat memberikan
manfaat kepada kita semua. Āmīn

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam proses pertumbuhannya, filsafat sebagai hasil pemikiran para filosof sepanjang kurun
waktu dengan objek permasalahan hidup di dunia, telah melahirkan berbagai macam
pandangan. Pandangan- pandangan para filosof itu, ada kalanya satu dengan yang lain hanya
saling menguatakan, teteapi tidak jarang juga ada yang saling berlawanan dan berbeda.

Dalam pemikiran filsafat pendidikan, terdapat suatu “mazhab” yang lebih dekat dengan
model pemikiran modernitas, yaitu progresivisme. Watak dari aliran ini adalah menghendaki
sikap bebas dan modifikatif. Progresif menghendaki pendidikan yang pada hakekatnya
progresif. Dari wataknya yang seperti itu, sehingga ia tidak berkepentingan untuk merujuk
pada pemikiran-pemikiran dan praktik sistem pendidikan dari para pendahulunya, karena
dianggapnya sudah ketinggalan jaman dan kurang relevan untuk memenuhi tuntutan
kebutuhan dan perubahan-perubahan sosial yang terjadi pada era sekarang.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan filsafat pendidikan progresivisme ?

2. Bagaimanakah filsafat pendidikan progresivisme tersebut ?

C. Tujuan

Adapun tujuan penyusunan dan penulisan makalah ini adalah agar kita mengetahui secara
sederhana dan terperinci mengenai filsafat pendidikan progresivisme.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Pendidikan Progresivisme

Progresivisme adalah suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918.
Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar
di masa mendatang. Progresivisme memandang bahwa lingkungan yang ada, baik yang
mengenai manusia maupun yang lain tidak bersifat sama atau statis, tetapi selalu mengalami
perubahan.

Biasanya aliran progresivisme ini dihubungkan dengan pandangan hidup liberal (The
liberal road to culture). Yaitu pandangan hidup yang mempunyai sifat fleksibel (tidak kaku,
tidak menolak perubahan, tidak terikat oleh suatu doktrin tertentu), corious (ingin mengetahui,
ingin menyelidiki), toleran dan open minded (mempunyai hati terbuka).

Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan


pendidikan di sekolah berpusat pada anak didik (child-centered), sebagai reaksi terhadap
pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru (teacher-centered) atau bahan
pelajaran (subject-centered).

Filsafat Pendidikan Progresivisme bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran


filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang
didirikan pada tahun 1918.

Aliran ini berpendapat bahwa Akal manusia bersifat aktif dan ingin selalu mencari
tahu dan meneliti , sehinga ia tidak mudah menerima begitu saja satu pandangan atau
pendapat sebelum ia benar- benar membuktikan kaebenaran secara empiris. Aliran ini juga
berpendapat lain tentang pengetahuan, dimana pengetahuan yang benar pada masa kini
mungkin tidak benar di masa mendatang, makanya Pendidikan harus terpusat pada anak
bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Beberapa tokoh dalam aliran ini
adalah : George Axtelle, William O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, dan
Frederick C. Neff.

4
Progresivisme memandang bahwa lingkungan yang ada, baik yang mengenai manusia
maupun yang lain, tidak bersifat sama atau statis, tetapi selalu mengalami perubahan.
Perubahan- perubahabn tersebut disebabkan oleh kemampuan manusia dalam mempelajari
banyak hal dan memikirkan serta mengantisipasi hal- hal yang akan datang. Meskipun dalam
kehidupan manusia ada hal- hal yang mengecewakan, seperti kekurangan berbagai percobaan
yang ada. Namun kekurang berhasilan itu dapat dikoreksi yang akhirnya dapat dikembangkan
menjadi lebih positif. Sebagai contoh, berbagai ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh
manusia dapat mengungkap rahasia alam sehingga manusia mempu memanfaatkan dan
bahkan menguasainya. Dengan menampilkan contoh tersebut, dapat diperkirakan bahwa
progresivisme menaruh perhatian yang positif terhadap kemampuan manusia. Perhatian yang
positif itu juga berarti kepositifan terhadap kemampuan manusia, kemampuan untuk belajar
dan kemampuan untuk mereka-reka tentang manusia atau lingkungannya.

Dengan demikian bila pandangan tersebut dikaitkan dengan aspek kontinuitas dan
diskontinuitas, progresivisme berpendapat bahwa karena potensi yang dimiliki oleh manusia,
perubahan lingkungan yang dihadapi diharapkan tidak berakibat negatif pada perjalanan
hidup sampai ia mengalami diskontinuitas. Bahkan progresivisme berpendapat bahwa peserta
didik mempunyai kemampuan untuk bereksperimen dalam perjalanan hidupnnya karena
adanya bekal- bekal pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari dan dimiliki. Yang
dimaksud dengan bereksperimen adalah mampu menemukan permasalahan dan mencari
alternatif-alternatif pemecahannya. Pada progresivisme, menculnya kemungkinan adanya
diskontinuitas diharapkan dapat diselesaikan oleh manusia (peserta didik).

Progresivisme mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan


bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi
dan mengatasi masalah-masalah yang bersifat menekan atau mengancam adanya manusia itu
sendiri. Oleh karena kemajuan atau progres ini menjadi suatu statement progresivisme, maka
beberapa ilmu pengetahuan yang mampu menumbuhkan kemajuan dipandang merupakan
bagian utama dari kebudayaan yang meliputi ilmu-ilmu hayat, antropologi, psikologi dan
ilmu alam.

Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut
progresivisme bersifat dinamis dan temporal, menyala, tidak pernah sampai pada yang paling
ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya
pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam

5
kebudayaan. Belajar berfungsi untuk :mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat
kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang
setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

Pendidikan, progresivisme berpendapat bahwa pendidikan berpusat pada siswa dan


memberi penekanan lebih besar pada kreativitas, aktivitas, belajar "naturalistik", hasil belajar
"dunia nyata" dan juga pengalaman teman sebaya. Pendidikan harus terpusat pada anak,
bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Progresivisme berpendapat bahwa
peserta didik mempunyai kemampuan untuk bereksperimen dalam pengalaman hidupnya
karena adanya bekal pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari dan dimilikinya.

Beberapa tokoh dari aliran ini diantaranya adalah:

1. William James (11 Januari 1842 – 26 Agustus 1910).

James berkeyakinan bahwa otak atau pikiran, seperti juga aspek dari eksistensi organik, harus
mempunyai fungsi biologis dan nilai kelanjutan hidup. Dan dia menegaskan agar fungsi otak
atau pikiran itu dipelajari sebagai bagian dari mata pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan
alam. Jadi James menolong untuk membebaskan ilmu jiwa dari prakonsepsi teologis, dan
menempatkannya di atas dasar ilmu perilaku.

2. John Dewey (1859 - 1952).

Teori Dewey tentang sekolah adalah "Progressivism" yang lebih menekankan pada anak
didik dan minatnya daripada mata pelajarannya sendiri. Maka muncullah "Child Centered
Curiculum", dan "Child Centered School". Progresivisme mempersiapkan anak masa kini
dibanding masa depan yang belum jelas. Baginya, agar subjek pendidikan dapat memehami
sains dengan baik maka aktivitas pembelajaran yang disediakan kepada mereka janganlah
sekedear pemberitahuan dan latihan keterampilan saja, tetapi bagaimana agar materi-
materinya dikemas sedemikain rupa dalam konteks yang menyenangkan mereka, sehingga
mereka betah dan bertahan lama dalam pendidikan itu.

3. Hans Vaihinger (1852 - 1933)

Menurut Hans, tahu itu hanya mempunyai arti praktis. Persesuaian dengan obyeknya tidak
mungkin dibuktikan; satu-satunya ukuran bagi berpikir ialah gunanya (dalam bahasa Yunani
Pragma) untuk mempengaruhi kejadian-kejadian di dunia. Segala pengertian itu sebenarnya

6
buatan semata-mata; jika pengertian itu berguna. untuk menguasai dunia, bolehlah dianggap
benar, asal orang tahu saja bahwa ini adalah kebenaran.

B. Sejarah Aliran Progresivisme

Tokoh Francis W. Parker (1837-1902) dilahirkan di New Hampshire. Ayahnya


meninggal ketika ia berusia enam tahun. Dua tahun kemudian ia magang di pertanian sambil
mengikuti sekolah dasar. Ketika berusia 13 tahun ia meninggalkan pertanian dan mengikuti
pendidikan secara penuh. Pada usia 16 tahun ia mengajar di sebuah sekolah desa, dan pada
usia 20 tahun ia diangkat menjadi kepala sekolah di Carrolton, Illinois. Ia sempat berhenti
karena pecah perang sipil dan menjadi tentara selama beberapa tahun.

Setelah perang selesai, ia kembali mengajar di berbagai tempat hingga tahun 1872. Ia
pergi ke Jerman untuk belajar filsafat dan pendidikan serta mengadakan observasi dari dekat
terhadap sekolah yang didirikan oleh Pestalozzi dan Froebel.

Setelah pulang ke Amerika, ia mulai lagi mengajar dan menjadi inspektur sekolah di
Quincy, Massachusstes, pada tahun 1875. Disini ia memperkenalkan gagasan-gagasan dan
praktek-praktek pendidikannya, yang kemudian dikenal sebagai dasar dari pendidikan
progresif. Kemudian menjadi Kepala Sekolah Guru Cook Country di Chicago. Sebelum akhir
abad 18, ia diangkat menjadi Kepala Institut Chicago yang didirikan terutama untuk
melakukan eksperimen pendidikan. Institut ini kemudian menjadi bagian Universitas Chicago.
Tetapi sebelum menyelesaikan tugasnya, ia meninggal dunia pada tahun 1902.

C. Faktor Pendorong Lahirnya Progresivisme

Beberapa faktor pendorong lahirnya progresivisme adalah :

1. Semangat radikalisme dan reformasi yang dimulai di sekolah yang dipimpin oleh
Francis W. Parker.

2. Masuknya aliran Froebelianisme, yang menekankan perwujudan diri melalui kegiatan


sendiri, dan penggunaan metode Montessori yang menekankan pada pendidikan diri
sendiri.

3. Perluasan studi tentang perkembangan anak secara ilmiah (psikologi perkembangan).

7
D. Dasar Filosofis Aliran Progresivisme

Sebagai falsafah pendidikan, progresivime berkembang dari falsafah pragmatis,


Charles R. Pierce, William James, dan tulisan- tulisan John Dewey mengenai pendidikan,
konsep-konsep umum mengenai progresivisme dibuat.

Gerakan Pendidikan Progresif bersumber dari prinsip-prinsip spiritualistik dan kreatif


dari Froebel dan Montessori serta ilmu baru tentang perkembangan anak Humanisme Baru.
Paham ini menekankan pada penghargaan terhadap martabat dan harkat manusia sebagai
individu. Dengan demikian, orientasinya individualistik.

Aliran ini memandang, bahwa yang rill adalah segala sesuatu yang dapat dialami dan
dipraktekkan dalam kehidupan nyata. Manusia adalah makhluk fisik yang berevolusi secara
biologi, sosial dan psikologis. Dan karena itu, manusia terus menerus akan berkembang ke
arah yang lebih baik, karena memang ia adalah organisme yang aktif, yang secara terus
menerus merekonstruksi, menginterpretasi dan mengorganisasikan kembali berbagai
pengalamannya, sehingga manusia akan selalu menemukan pengetahuan untuk kemajuan
dirinya tanpa henti. Jadi, manusia yang hakikatnya seperti ini akan selalu menunjuk ke arah
kemajuan.

Esensi kemanusiaan adalah semangat untuk mengadakan perubahan-perubahan


menuju kemajuan-kemajuan. Dan oleh karena itu, lembaga pendidikan mestilah berfungsi
sebagai wahana penumbuhkembangan daya kreafivitas subjek didiknya agar memiliki
kemampuan dalam mengatasi berbagai problem diri dan masyarakatnya, sehingga memiliki
semangat mengadakan pembaharuan-pembaharuan yang berguna bagi pengembangan diri
dan masyarakatnya.

Progresivisme berpendapat bahwa akal manusia bersifat aktif dan selalu ingin mencari
tabu dan meneliti, sehingga ia tidak mudah menerima begitu saja suatu pandangan atau
pendapat sebelum ia benar-benar membuktikan kebenarannya secara empiris.

E. Keyakinan Aliran Progresivisme Tentang Pendidikan

Dasar filosofis dari aliran progresivisme adalah Realisme Spiritualistik dan


Humanisme Baru. Realisme spiritualistik berkeyakinan bahwa gerakan pendidikan progresif
bersumber dari prinsip-prinsip spiritualistik dan kreatif dari Froebel dan Montessori serta
ilmu baru tentang perkembangan anak. Sedangkan Humanisme Baru menekankan pada

8
penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia sebagai individu. Dengan demikian
orientasinya adalah individualistik.

F. Karakteristik Aliran Progresivisme

1. Tujuan Pendidikan

Aliran ini berpendapat bahwa tujuan keseluruhan pendidikan adalah melatih anak agar kelak
dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati.
Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan harusnya merupakan pengembangan sepenuhnya
bakat dan minat setiap anak.

2. Kurikulum

Kurikulum pendidikan progresif adalah kurikulum yang berisi pengalaman-pengalaman atau


kegiatan-kegiatan belajar yang diminati oleh setiap siswa (experience curriculum). Contoh
kurikulum pendidikan progresif dari Lewster Dix adalah berisi tentang :

a) Studi tentang dirinya sendiri

b) Studi tentang lingkungan sosial dan alam

c) Studi tentang seni.

3. Metode Pendidikan

Ada beberapa metode yang digunakan dalam pendidikan progresif :

a) Metode Belajar Aksecara

Metode ini lebih berupa penyediaan lingkungan dan fasilitas yang memungkinkan
berlangsungnya proses belajar secara bebas pada setiap anak untuk mengembangkan bakat
dan minatnya.

c) Metode Penelitian Ilmiah

b) Metode Memonitor Kegiatan Belajar

Mengikuti proses kegiatan-kegiatan anak belajar sendiri, sambil memberikan bantuan-


bantuan tertentu apabila diperlukan bertujuan untuk memperlancar proses berlangsungnya

9
kegiatan-kegiatan belajar tersebut. Bantuan-bantuan yang diberikan sebagai campur tangan
dari luar tersebut diusahakan sesedikit mungkin.

Progresif merintis digunakannya motode penelitian ilmiah yang tertuju pada penyusunan
konsep, sedangkan metode pemecahan masalah lebih tertuju pada pemecahan masalah-
masalah kritis.

4. Pemerintahan Belajar

Progresif memperkenalkan pemerintahan pelajar dalam kehidupan sekolah (student


government) dalam rangka demokratisasi dalam kehidupan sekolah, sehingga pelajar
diberikan kesempatan untuk turut serta dalam penyelenggaraan kehidupan di sekolah.

5. Kerjasama Sekolah dengan Keluarga

Pendidikan Progresif mengupayakan adanya kerjasama antara sekolah dengan keluarga.


Dalam rangka menciptakan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat terekspresikan secara
alamiah semua minat dan kegiatan yang diperlukan anak. Upaya ini mendorong didirikannya
sebuah organisasi guru dan orang tua murid, yang dipelopori F.W. Parker di Chicago.
Organisasi ini berfungsi sebagai forum komunikasi dan kerjasama dalam upaya pembaharuan
pendidikan disekolah.

6. Sekolah sebagai Laboratorium Pembaharuan Pendidikan

Pendidikan progresif menganjurkan peranan baru untuk sekolah. Sekolah tidak lagi hanya
tempat anak belajar, tetapi berperan pula sebagai laboratorium pengembangan gagasan baru
pendidikan. Hal ini baru dilaksanakan oleh J. Dewey.

7. Pelajar

a) Pendidikan berpusat pada anak-anak.

Pendidkan progresivisme menganut prinsip pendidikan berpusat pada anak. Anak merupakan
pusat dari keseluruhan kegiatan-kegiatan pendidikan. Manurut Parker, mengajar yang
bermutu berarti aktivitas siswa, pengembangan keproibadian siswa, studi ilmiah tentang
pendidikan, dan latihan guru sebagai seniman pendidikan.

10
b) Tiap anak adalah unik

Pendidikan progresivisme sangat memuliakan harkat dan artabat anak dalam pendidikan.
Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk mini, anak adalah anak yang sangta berbeda
dengan orang dewas. Setiap anak (menurut Parker), mempunyai individualitas sendiri, anak
mempunyai alur pemikiran sendiri, mempunyai keinginan sendiri, mempunyai harapan dan
kecemasan sendiri, yang berbeda dengan orang dewasa. Dengan demikian anakn harus
diperlakukan berbeda dengan orang dewasa.

8. Pengajar

a) Guru dalam melakukan tugasnya dalam praktek pendidikan berpusat pada anak
mempunyaiperanansebagai:

1) Fasilitator

2) Motivator

3) Konselor

b) Guru perlu mempunyai pemahaman yang baiktentang karakterisatik siswa, dan teknik-
teknik memimpin perkembangan siswa, serta kecintaan kepada anak, agar dapat
melaksanakan peranan-peranan dengan baik.

G. Perkembangan Progresivisme

Atas bantuan Ny. Emmons Blaine akhirnya terbentuklah Sekolah Pendidikan (School of
Education) di lingkungan Universitas Chicago, dibawah pimpinan Parker pada tahun 1901.
Untuk menghormati jasa-jasanya, didirikan Sekolah Dasar Progresif di Chicago, dengan
nama Sekolah Francis W. Parker, dengan kepala sekolah Flora Cook, salah seorang pembantu
dekatnya, pada tahun 1901, atas bantuan Ny. Baline juga. Selain itu, banyak pula bersiri
sekolah progresif lain.

Semenjak tahun 1930, sekolah-sekolah progresif sudah tersebar ke seluruh Amerika Serikat.
Sekolah-sekolah tesebut hampir semuanya swasta, dan hampir semuanya berorientasi pada
anak, tetapi tidak ada yang betul-betul merupakan sekolah Instrumental. Baru pada tahun
1896 John Dewey mendirikan Laboratory School.

11
Progresivisme mendapat kritik dari berbagai pihak antara lain :

1. John Dewey, yang pada mulanya adalah tokoh dari aliran ini mengatakan :

a) Progresivisme terlampau menekankan pada pendidikan individu, sebagaimana


dikemukakan pula oleh Dr. Bode dan Counts.

b) Kelas sekolah progresif artifisial / dibuat-buat dan tidak wajar.

c) Progresivisme bergantung pada minat sewaktu dan spontan.

d) Siswa merencanakan sesuatu sendiri dan mereka tidak bertanggung jawab terhadap hasil
dari tugas-tugas yang dikerjakan.

2. George S. Counts dkk menghendaki agar sekolah berperanan mengambil bagian dalam
membangun masyarakat Amerika.

3. Kaum Eksistensialisme menghendaki agar sekolah menjadi sebuah forum yang melibatkan
dialog antara siswa dan guru, yang dipelopori oleh A.S. Neil.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Aliran Filsafat Pendidikan Progresivisme adalah aliran yang berpendapat bahwa


pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang.
Progresivisme memandang bahwa lingkungan yang ada, baik yang mengenai manusia
maupun yang lain tidak bersifat sama atau statis, tetapi selalu mengalami perubahan. Dalam
pendidikan, progresivisme berpendapat bahwa pendidikan berpusat pada siswa dan memberi
penekanan lebih besar pada kreativitas, aktivitas, belajar "naturalistik", hasil belajar "dunia
nyata" dan juga pengalaman teman sebaya. Pendidikan harus terpusat pada anak, bukannya
memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Progresivisme berpendapat bahwa peserta didik
mempunyai kemampuan untuk bereksperimen dalam pengalaman hidupnya karena adanya
bekal pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari dan dimilikinya.

Aliran Progresivisme Pendidikan cukup memberikan warna baru bagi pendidikan,


terutama bagi perkembangan anak didik, lahir atas dorongan radikalisme dan orientasi pada
anak didik. Selain itu, didukung pula dengan munculnya ilmu baru yaitu Psikologi
Perkembangan. Menekankan orientasi pendidikan pada anak didik, sehingga minat anat didik
dapat tersalurkan dengan baik. Aliran Progresivisme pendidikan banyak mendapatkan
kritikan dari berbagai pihak yang tidak sependapat. Seiring dengan perkembangan zaman,
aliran ini akhirnya dikolaborasikan dengan aliran pendidikan lain, sehingga mnghasilkan
pendidikan seperti yang dirasakan pada saat ini.

B. Saran

Hendaknya semakin banyak kita mengetahui macam-macam aliran filsafat pendidikan,


hendaknya kita semakin bijak dan dinamis untuk mengambil dan mempraktekkannya mana
yang sesuai dengan kondisi masing-masing.

13
DAFTAR PUSTAKA

Muhmidayeli. 2011. Filsafat Pendidikan. Pekanbaru: Refika Aditama.

Zuhairini. 1988. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos.

Mudyahardjo, Redja. 2006. Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar
Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Barnadib, Imam. 1997. Filsafat Pendidikan; Sistem dan Metode. Yogyakarta: Andi Offset.

14

Anda mungkin juga menyukai