Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan
Kelompok IV :
2.Muhamad Subur
1
DAFTAR ISI
1. Kata Pengantar 2
2. Pendahuluan 3
3. Pembahasan 4
11. Penutup 13
1
KATA PENGANTAR
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam proses pertumbuhannya, filsafat sebagai hasil pemikiran para filosof sepanjang kurun
waktu dengan objek permasalahan hidup di dunia, telah melahirkan berbagai macam
pandangan. Pandangan- pandangan para filosof itu, ada kalanya satu dengan yang lain hanya
saling menguatakan, teteapi tidak jarang juga ada yang saling berlawanan dan berbeda.
Dalam pemikiran filsafat pendidikan, terdapat suatu “mazhab” yang lebih dekat dengan
model pemikiran modernitas, yaitu progresivisme. Watak dari aliran ini adalah menghendaki
sikap bebas dan modifikatif. Progresif menghendaki pendidikan yang pada hakekatnya
progresif. Dari wataknya yang seperti itu, sehingga ia tidak berkepentingan untuk merujuk
pada pemikiran-pemikiran dan praktik sistem pendidikan dari para pendahulunya, karena
dianggapnya sudah ketinggalan jaman dan kurang relevan untuk memenuhi tuntutan
kebutuhan dan perubahan-perubahan sosial yang terjadi pada era sekarang.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan dan penulisan makalah ini adalah agar kita mengetahui secara
sederhana dan terperinci mengenai filsafat pendidikan progresivisme.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Progresivisme adalah suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918.
Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar
di masa mendatang. Progresivisme memandang bahwa lingkungan yang ada, baik yang
mengenai manusia maupun yang lain tidak bersifat sama atau statis, tetapi selalu mengalami
perubahan.
Biasanya aliran progresivisme ini dihubungkan dengan pandangan hidup liberal (The
liberal road to culture). Yaitu pandangan hidup yang mempunyai sifat fleksibel (tidak kaku,
tidak menolak perubahan, tidak terikat oleh suatu doktrin tertentu), corious (ingin mengetahui,
ingin menyelidiki), toleran dan open minded (mempunyai hati terbuka).
Aliran ini berpendapat bahwa Akal manusia bersifat aktif dan ingin selalu mencari
tahu dan meneliti , sehinga ia tidak mudah menerima begitu saja satu pandangan atau
pendapat sebelum ia benar- benar membuktikan kaebenaran secara empiris. Aliran ini juga
berpendapat lain tentang pengetahuan, dimana pengetahuan yang benar pada masa kini
mungkin tidak benar di masa mendatang, makanya Pendidikan harus terpusat pada anak
bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Beberapa tokoh dalam aliran ini
adalah : George Axtelle, William O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, dan
Frederick C. Neff.
4
Progresivisme memandang bahwa lingkungan yang ada, baik yang mengenai manusia
maupun yang lain, tidak bersifat sama atau statis, tetapi selalu mengalami perubahan.
Perubahan- perubahabn tersebut disebabkan oleh kemampuan manusia dalam mempelajari
banyak hal dan memikirkan serta mengantisipasi hal- hal yang akan datang. Meskipun dalam
kehidupan manusia ada hal- hal yang mengecewakan, seperti kekurangan berbagai percobaan
yang ada. Namun kekurang berhasilan itu dapat dikoreksi yang akhirnya dapat dikembangkan
menjadi lebih positif. Sebagai contoh, berbagai ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh
manusia dapat mengungkap rahasia alam sehingga manusia mempu memanfaatkan dan
bahkan menguasainya. Dengan menampilkan contoh tersebut, dapat diperkirakan bahwa
progresivisme menaruh perhatian yang positif terhadap kemampuan manusia. Perhatian yang
positif itu juga berarti kepositifan terhadap kemampuan manusia, kemampuan untuk belajar
dan kemampuan untuk mereka-reka tentang manusia atau lingkungannya.
Dengan demikian bila pandangan tersebut dikaitkan dengan aspek kontinuitas dan
diskontinuitas, progresivisme berpendapat bahwa karena potensi yang dimiliki oleh manusia,
perubahan lingkungan yang dihadapi diharapkan tidak berakibat negatif pada perjalanan
hidup sampai ia mengalami diskontinuitas. Bahkan progresivisme berpendapat bahwa peserta
didik mempunyai kemampuan untuk bereksperimen dalam perjalanan hidupnnya karena
adanya bekal- bekal pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari dan dimiliki. Yang
dimaksud dengan bereksperimen adalah mampu menemukan permasalahan dan mencari
alternatif-alternatif pemecahannya. Pada progresivisme, menculnya kemungkinan adanya
diskontinuitas diharapkan dapat diselesaikan oleh manusia (peserta didik).
Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut
progresivisme bersifat dinamis dan temporal, menyala, tidak pernah sampai pada yang paling
ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya
pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam
5
kebudayaan. Belajar berfungsi untuk :mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat
kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang
setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
James berkeyakinan bahwa otak atau pikiran, seperti juga aspek dari eksistensi organik, harus
mempunyai fungsi biologis dan nilai kelanjutan hidup. Dan dia menegaskan agar fungsi otak
atau pikiran itu dipelajari sebagai bagian dari mata pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan
alam. Jadi James menolong untuk membebaskan ilmu jiwa dari prakonsepsi teologis, dan
menempatkannya di atas dasar ilmu perilaku.
Teori Dewey tentang sekolah adalah "Progressivism" yang lebih menekankan pada anak
didik dan minatnya daripada mata pelajarannya sendiri. Maka muncullah "Child Centered
Curiculum", dan "Child Centered School". Progresivisme mempersiapkan anak masa kini
dibanding masa depan yang belum jelas. Baginya, agar subjek pendidikan dapat memehami
sains dengan baik maka aktivitas pembelajaran yang disediakan kepada mereka janganlah
sekedear pemberitahuan dan latihan keterampilan saja, tetapi bagaimana agar materi-
materinya dikemas sedemikain rupa dalam konteks yang menyenangkan mereka, sehingga
mereka betah dan bertahan lama dalam pendidikan itu.
Menurut Hans, tahu itu hanya mempunyai arti praktis. Persesuaian dengan obyeknya tidak
mungkin dibuktikan; satu-satunya ukuran bagi berpikir ialah gunanya (dalam bahasa Yunani
Pragma) untuk mempengaruhi kejadian-kejadian di dunia. Segala pengertian itu sebenarnya
6
buatan semata-mata; jika pengertian itu berguna. untuk menguasai dunia, bolehlah dianggap
benar, asal orang tahu saja bahwa ini adalah kebenaran.
Setelah perang selesai, ia kembali mengajar di berbagai tempat hingga tahun 1872. Ia
pergi ke Jerman untuk belajar filsafat dan pendidikan serta mengadakan observasi dari dekat
terhadap sekolah yang didirikan oleh Pestalozzi dan Froebel.
Setelah pulang ke Amerika, ia mulai lagi mengajar dan menjadi inspektur sekolah di
Quincy, Massachusstes, pada tahun 1875. Disini ia memperkenalkan gagasan-gagasan dan
praktek-praktek pendidikannya, yang kemudian dikenal sebagai dasar dari pendidikan
progresif. Kemudian menjadi Kepala Sekolah Guru Cook Country di Chicago. Sebelum akhir
abad 18, ia diangkat menjadi Kepala Institut Chicago yang didirikan terutama untuk
melakukan eksperimen pendidikan. Institut ini kemudian menjadi bagian Universitas Chicago.
Tetapi sebelum menyelesaikan tugasnya, ia meninggal dunia pada tahun 1902.
1. Semangat radikalisme dan reformasi yang dimulai di sekolah yang dipimpin oleh
Francis W. Parker.
7
D. Dasar Filosofis Aliran Progresivisme
Aliran ini memandang, bahwa yang rill adalah segala sesuatu yang dapat dialami dan
dipraktekkan dalam kehidupan nyata. Manusia adalah makhluk fisik yang berevolusi secara
biologi, sosial dan psikologis. Dan karena itu, manusia terus menerus akan berkembang ke
arah yang lebih baik, karena memang ia adalah organisme yang aktif, yang secara terus
menerus merekonstruksi, menginterpretasi dan mengorganisasikan kembali berbagai
pengalamannya, sehingga manusia akan selalu menemukan pengetahuan untuk kemajuan
dirinya tanpa henti. Jadi, manusia yang hakikatnya seperti ini akan selalu menunjuk ke arah
kemajuan.
Progresivisme berpendapat bahwa akal manusia bersifat aktif dan selalu ingin mencari
tabu dan meneliti, sehingga ia tidak mudah menerima begitu saja suatu pandangan atau
pendapat sebelum ia benar-benar membuktikan kebenarannya secara empiris.
8
penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia sebagai individu. Dengan demikian
orientasinya adalah individualistik.
1. Tujuan Pendidikan
Aliran ini berpendapat bahwa tujuan keseluruhan pendidikan adalah melatih anak agar kelak
dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati.
Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan harusnya merupakan pengembangan sepenuhnya
bakat dan minat setiap anak.
2. Kurikulum
3. Metode Pendidikan
Metode ini lebih berupa penyediaan lingkungan dan fasilitas yang memungkinkan
berlangsungnya proses belajar secara bebas pada setiap anak untuk mengembangkan bakat
dan minatnya.
9
kegiatan-kegiatan belajar tersebut. Bantuan-bantuan yang diberikan sebagai campur tangan
dari luar tersebut diusahakan sesedikit mungkin.
Progresif merintis digunakannya motode penelitian ilmiah yang tertuju pada penyusunan
konsep, sedangkan metode pemecahan masalah lebih tertuju pada pemecahan masalah-
masalah kritis.
4. Pemerintahan Belajar
Pendidikan progresif menganjurkan peranan baru untuk sekolah. Sekolah tidak lagi hanya
tempat anak belajar, tetapi berperan pula sebagai laboratorium pengembangan gagasan baru
pendidikan. Hal ini baru dilaksanakan oleh J. Dewey.
7. Pelajar
Pendidkan progresivisme menganut prinsip pendidikan berpusat pada anak. Anak merupakan
pusat dari keseluruhan kegiatan-kegiatan pendidikan. Manurut Parker, mengajar yang
bermutu berarti aktivitas siswa, pengembangan keproibadian siswa, studi ilmiah tentang
pendidikan, dan latihan guru sebagai seniman pendidikan.
10
b) Tiap anak adalah unik
Pendidikan progresivisme sangat memuliakan harkat dan artabat anak dalam pendidikan.
Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk mini, anak adalah anak yang sangta berbeda
dengan orang dewas. Setiap anak (menurut Parker), mempunyai individualitas sendiri, anak
mempunyai alur pemikiran sendiri, mempunyai keinginan sendiri, mempunyai harapan dan
kecemasan sendiri, yang berbeda dengan orang dewasa. Dengan demikian anakn harus
diperlakukan berbeda dengan orang dewasa.
8. Pengajar
a) Guru dalam melakukan tugasnya dalam praktek pendidikan berpusat pada anak
mempunyaiperanansebagai:
1) Fasilitator
2) Motivator
3) Konselor
b) Guru perlu mempunyai pemahaman yang baiktentang karakterisatik siswa, dan teknik-
teknik memimpin perkembangan siswa, serta kecintaan kepada anak, agar dapat
melaksanakan peranan-peranan dengan baik.
G. Perkembangan Progresivisme
Atas bantuan Ny. Emmons Blaine akhirnya terbentuklah Sekolah Pendidikan (School of
Education) di lingkungan Universitas Chicago, dibawah pimpinan Parker pada tahun 1901.
Untuk menghormati jasa-jasanya, didirikan Sekolah Dasar Progresif di Chicago, dengan
nama Sekolah Francis W. Parker, dengan kepala sekolah Flora Cook, salah seorang pembantu
dekatnya, pada tahun 1901, atas bantuan Ny. Baline juga. Selain itu, banyak pula bersiri
sekolah progresif lain.
Semenjak tahun 1930, sekolah-sekolah progresif sudah tersebar ke seluruh Amerika Serikat.
Sekolah-sekolah tesebut hampir semuanya swasta, dan hampir semuanya berorientasi pada
anak, tetapi tidak ada yang betul-betul merupakan sekolah Instrumental. Baru pada tahun
1896 John Dewey mendirikan Laboratory School.
11
Progresivisme mendapat kritik dari berbagai pihak antara lain :
1. John Dewey, yang pada mulanya adalah tokoh dari aliran ini mengatakan :
d) Siswa merencanakan sesuatu sendiri dan mereka tidak bertanggung jawab terhadap hasil
dari tugas-tugas yang dikerjakan.
2. George S. Counts dkk menghendaki agar sekolah berperanan mengambil bagian dalam
membangun masyarakat Amerika.
3. Kaum Eksistensialisme menghendaki agar sekolah menjadi sebuah forum yang melibatkan
dialog antara siswa dan guru, yang dipelopori oleh A.S. Neil.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Mudyahardjo, Redja. 2006. Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar
Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Barnadib, Imam. 1997. Filsafat Pendidikan; Sistem dan Metode. Yogyakarta: Andi Offset.
14