Tentang
Oleh:
Dosen Pengampu
Dr.Erlina,M.Pd.
Penulisan ma
kalah yang berjudul "Pandang
an pereneliasme dalam
pendidikan” ini, kami sajikan
berdasarkan informasi dari b
erbagai sumber. Kami
menyadari, sebagai seorang
mahasiswa yang masih dala
m proses
pembelajaran,
penulisan makalah ini masih j
auh dari kata sempurna baik
dari segi penyusunan,
bahasa maupun penulisannya
. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan
adanya
kritik dan saran yang memban
gun dari semua pembaca, gu
na menjadi acuan agar
kami bisa menjadi lebih baik d
i masa mendatang.
Demikian k
ami ucapkan terima kasih ata
s waktu Anda yang telah
membaca makalah ini. Semog
a makalah ini bisa menambah
wawasan para
pembaca dan bisa bermanfaa
t untuk perkembangan dan pe
ningkatan ilmu
pengetahuan.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dizamankehidupanmod
erninibanyakmenimbulk
ankrisisdiberbagai
bidangkehidupanmanusi
a,terutamadalambidang
pendidikan.Untuk
mengembalikankeadaa
nkrisisini,makapereniali
smememberikanjalankel
uar
yaituberupakembalikep
adakebudayaanmasala
mpauyangdianggapcuk
upideal
danterujiketangguhanny
a.Untukitulahpendidikan
haruslebihbanyak
mengarahkanpusatperh
atiannyakepadakebuday
aanidealyangtelahterujid
an
tangguh.Jelaslahbiladika
takanbahwapendidikany
angadasekaranginiperlu
kembalikepadamasalam
pau,karenadenganmeng
embalikankeadaanmasa
lampauini,kebudayaany
angdianggapkrisisinida
patteratasimelalui
perenialismekarenaiada
patmengarahkanpusatp
erhatiannyapadapendidi
kan
zamandahuludengansek
arang.Perenialismemem
andangpendidikansebag
ai
jalankembaliatauproses
mengembalikankeadaan
sekarang.Perenialisme
memberikansumbangan
yangberpengaruhbaikte
orimaupunpraktekbagi
kebudayaandanpendidik
anzamansekarang.
Aliraninidianggapsebag
ai“regresiveroadtocultur
e”yaknikembali,
mundur kepada kebuday
aan masa lampau. Peren
ialisme menghadapi keny
ataan
dalamkebudayaanmanu
siasekarang,sebagaisat
ukrisiskebudayaandala
m
kehidupanmanusiamode
rn.Untukmenghadapisitu
asikrisisitu,Perenialisme
memberikanpemecahan
denganjalan“kembalikep
adakebudayaanmasa
lampau”,kebudayaanyan
gdianggapideal.Pendidik
anharuslebihbanyak
mengarahkan pusat perh
atiannya kepada kebuda
yaan ideal yang telah ter
uji dan
tangguh. Karena itu Pere
nialisme memandang pe
ndidikan sebagai jalan ke
mbali,
atauprosesmengembali
kankeadaanmanusiasek
arangsepertidalamkebu
dayaan
ideal dimaksud “educatio
n as cultural regression”.
Perenialisme tak melihat
jalan
yang meyakinkan selain
kembali kepada prinsip –
prinsip yang telah sedemi
kian
membentuksikapkebias
aan,bahkankepribadian
manusiaselainkebudaya
andulu
dankebudayaanabadpert
engahan.
1
Pendidikan pada hakikatnya adalah sebuah upaya untuk meningkatkan
kualitas manusia. Oleh karena itu, setiap proses pendidikan akan berusaha
mengembangkan seluas-luasnya potensi individu sebagai sebuah elemen penti
ng
untuk mengembangkan dan mengubah masyarakat (agent of change). Menurut
Saifulloh (2016:23) kurikulum sebagai rancangan sekaligus kendaraan pendidik
an
mempunyai peran yang sangat signifikan dan berkedudukan sentral dalam selu
ruh
kegiatan pendidikan, menentukan proses pelaksanaan dan hasil pendidikan.
Filsafat memegang peranan penting dalam upaya itu, setiap proses pendidikan
membutuhkan seperangkat sistem yang mampu mentransformasi pengetahuan
,
pemahaman, dan perilaku peserta didik. Sama halnya seperti dalam filsafat
pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat dan salah satunya ada
lah
aliran perenialisme, dalam pengembangan satu kurikulum itu tentunya akan
berpijak pada aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap kon
sep
dan implementasi kurikulum yang dikembangkan.
Kedudukan filsafat dalam pendidikan adalah suatu hal yang sangat asasi
sekaligus strategis. Asasi, karena filsafat merupakan suatu dasar atau landasan
2
yang memberi asas kepastian bagi nilai peranan pendidikan bagi
pembinaan manusia , telah melahirkan ilmu pendidikan
zaman,
kondisi atau alam pikiran para filosofis.Dari perbedaan itu kemudian
lahirlah
aliran-aliran atau sistem filsafat.
konteks
ini, pendidikan dihadapkan pada perumusan tujuan yang akan dicapai
seseorang
setelah pendidikan itu berlangsung.
semua
aspek kepribadian manusia, yang mencakup pengetahuannya, nilai dan
sikapnya,
serta ketrampilannya. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu
usaha sadar
untuk mentransformasikan pengetahuan, nilai dan ketrampilan yang sesuai
dengan
perkembangan peserta didik.
Filsafat dan pendidikan memiliki hubungan yang erat, karena pada
hakekatnya pendidikan adalahproses pewarisan dari nilai-nilai filsafat.
Dalam
pendidikan diperlukan bidang filsafat pendidikan.Filsafat pendidikan sendiri
adalah ilmu yang mempelajari dan berusaha mengadakan penyelesaian
pemikiran pendidikan, yang dapat dikelompokkan pada dua kelompok
besar, yaitu : tradisional dan kontemporer. Termasuk dalam kelompok
tradisional adalah : Perenialisme dan Esensialisme, sedangkan yang termasuk
dalam kelompok kontemporer adalah : progresifisme, rekronstruksionisme dan
eksistensialisme.
Setiap rumusan tujuan pendidikan selalu berupaya sampai pada hal-hal ideal
dan baik seperti; mandiridan berguna (UU No. 20 Tahun 2003, dewasa atau
insan kamil (Atiyah al-Abrasy).Formulasi tujuan pendidikan merupakan
persoalan yang mendasar dan dalam, sehingga tidak mungkin dapat dirumuskan
dan terjawab oleh analisis ilmiah yang dangkal, tetapi memerlukan analisis dan
pemikiran filosofis.
Menurut Frithjofhuon (1998:7) Perenialisme berasal dari kata perenial yang
berarti abadi, kekal atau selalu. Istilah philosophia perennis(filsafat keabadian)
barangkali digunakan untuk pertama kalinya di dunia Barat oleh Augustinus
Steuchus sebagai judul karyanya De Perenni Philosophiayang diterbitkan pada
tahun 1540. Istilah tersebut dimasyhurkan oleh Leibniz dalam sepucuk surat
yang ditulis pada tahun 1715 yang menegaskan pencarian jejak-jejak kebenaran
filsuf kuno yang disebut dengan perennis quaedem philosophia.
Menurut Sadulloh, (2003:151) Perenialisme merupakan suatu alirandalam
pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh.Perenialisme lahir sebagai suatu
reaksi terhadap pendidikan progresifisme.Perenialisme menentang pandangan
progresifisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru.Perenialisme
memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan
ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio
kultual.Oleh karena itu perlu ada usaha untuk mengamankan kekacauan tersebut,
yaitu dengan jalan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum
yang telah menjadi pandangan hidup yang kokoh, kuat dan teruji.
4
sebagai satu pandangan hidup yang berdasarkan pada sumber kebudayaan
dan hasil – hasilnya, karena prinsip – prinsip filsafatnya itu self-evident,
kekal dan tak terikat tempat berlakunya (universal), maka prinsip – prinsip
itu disamping transcendental, juga realiable untuk semua zaman, karena itu
ia benar dan tepat untuk abad kita sekarang dan masa depan.
B. Rumusan Masalah
Apa pengertian perensialisme ?
Bagaimana pandangan perensialisme dalam pendidikan ?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui pengertian perensialisme
Untuk mengetahui pandangan perensialisme dalam pendidikan
D. Manfaat Penelitian
Hasil penilitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis
bagi siswa, guru dan pemangku kebijakan program pendidikan di sekolah:
Manfaat Teoritis
Manfaat Praktis
Bagi peneliti selanjutnya yang concern pada bidang kajian yang sama,
penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi awal atau pembanding
untuk ditelaah dan dikaji secara mendalam guna menguraikan masalah
secara lebih komprehensif.
5
BAB II
PEMBAHAS
AN
A. Sejarah D
an Pengertia
n Aliran Per
enialisme
Sejarah Alira
n Perenialis
me
Pendukung fi
lsafat pereni
alisme adala
h Robert Ma
ynard Hutchi
ns dan
Mortimer Adl
er. Hutchins
(1963) meng
embangkan
suatu kurikul
um berdasar
kan
penelitian ter
hadap Great
Books (buku
besar bersej
arah) dan pe
mbahasan b
uku-
buku klasik.
Perenialis m
enggunakan
prinsip-
prinsip yang
dikemukakan
plato,
Aristoteles, d
an Thomas A
quino. Panda
ngan-
pandangan p
lato dan Arist
oteles
mewakili per
adaban yuna
ni kuno serta
ajaran Thom
as Aquino da
ri abad
pertengahan
. Filsafat per
enialisme ter
kenal denga
n bahasa lati
nnya Philosh
opia
perenis. Pen
didri utama d
ari aliran filsa
fat ini adalah
Aristoteles s
endiri, kemu
dian
didukung dan
dilanjutkan ol
eh St. Thoma
s Aquinas se
bagai pembu
ru dan
reformer uta
ma dalam ab
ad ke-13.
Menurut Gan
dhi (2018:3)
Pendidikan p
erenialisme
bertujuan unt
uk membant
u
peserta didik
mempersiap
kan dan men
ginternalisasi
kan nilai-nilai
kebenaran y
ang
abadi agar m
encapai kebij
akan dan ke
baikan dala
m hidup. Bag
i perenialis, n
ilai-
nilai kebenar
an bersifat u
niversal dan
abadi sehing
ga dapat me
njadikan
pendidikan y
ang sejati. C
ontohnya: K
ebenaran sej
ati, misalnya
nilai moral p
ada
pendidikan a
kidah akhlak
yang disamp
aikan guru d
alam pembel
ajaran dan
pembiasaan
dalam kehidu
pan sehari-
hari akan tert
anam pada d
iri siswa. Jika
siswa memili
ki moral yan
g baik dalam
kehidupan s
ehari-hari, ia
akan diharg
ai
oleh orang la
in.
Perenialisme
memandang
bahwa keper
cayaan-
kepercayaan
aksiomatis z
aman
kuno dan ab
ad pertengah
an perlu dija
dikan dasar
penyusunan
konsep filsaf
at dan
pendidikan z
aman sekara
ng. Sikap ini
bukanlah nos
talgia (rindu
atas hal-hal y
ang
sudah lampa
u semata-
mata) tetapi t
elah berdasa
rkan keyakin
an bahwa
kepercayaan
-
kepercayaan
tersebut berg
una bagi aba
d sekarang.
Jadi sikap un
tuk
kembali kem
asa lampau it
u merupakan
konsep bagi
perenialisme
dimana
6
pendidikan yang ada sekarang ini perlu kembali kemasa lampau dengan
berdasarkan keyakinan bahwa kepercayaan itu berguna bagi abad sekarang
ini.
besar
yaitu:
Thomas
Aquinas dan perenialisme sekular yakni yang berpegang kepada ide dan cita
filosofis Plato dan Aristoteles.
Plato
tidak berubah. Realitas atau kenyataan-kenyataan itu tidak ada pada diri
manusia dari asalnya, yang berasal dari realitas yang hakiki. Menurut plato
“dunia ideal” bersumber dari ide mutlak, yaitu tuhan. Kebenaran, pengatahuan,
dan nilai sudah ada sebelum manusia lahir yang semuanya bersumber dari ide
yang mutlak tadi. Manusia tidak mengusahakan dalam arti menciptakan
kebenaran, pengetahuan, dan nilai moral, melainkan bagaimana manusia
menemukan semuanya itu. Dengan mengunakan akal dan rasio, semuanya itu
dapat ditemukan kembali oleh manusia.
2)
Aristoteles
terhadap
inkury menyebabkan ia mendapat sebutan sebagai bapak sains moderen.
Kebajikan akan menghasilkan kebahagian dan kebajikan, bukanlah peryataan
atau
perenungan pasif, melaikan merupakan sikap kemauan yang baik dari manusia.
proses
yang lebih tinggi yang menuju kepada manusia ideal, manusia sempurna.
yang
9
Kebenaran dapat ditemukan dalam karya-karya agung. Pendidikan adalah
kegiatan liberal untuk mengembangkan nalar.
Sedangkan pandangan-pandangan kurikulumnya mempengaruhi praktik
pendidikan.
1. Pendidikan Dasar dan Menengah
a) Pendidikan sebagai persiapan
2.
Pendidikan Tinggi dan Adult Education
a) Kurikulum Universitas
sebab
dianggap telah cukup mempunyai kemampuan melaksanakan program
pendidikan
tinggi. Pendidikan tinggi pada prinsipnya diarahkan untuk mencapai tujuan
kebajikan intelektual yang disebut “The intellectual love of good”.
b)
Kurikulum Pendidikan Orang Dewasa
10
Tujuan pendidikan orang dewasa ialah meningkatkan pengetahuan yang telah
dimilikinya dalam pendidikan lama sebelum itu, menetralisir pengaruh-pengaruh
jelek yang ada. Nilai utama pendidikan orang dewasa secara filosofis ialah
mengembangkan sikap bijaksana, guna mengorganisasi pendidikan anak-anaknya,
dan membina kebudayaannya. Malahan Hutchins (dalam Muhaimin 2003:40)
mengatakan, pendidikan orang dewasa adalah jalan menyelamatkan kehidupan
bangsa-bangsa.
a)
Kebenaran yang bersifat universal dan tidak tergantung pada tempat, waktu ,
dan orang.
b) Pendidikan yang baik melibatkan pencarian pemahaman atas kebenaran.
c) Kebenaran dapat ditemukan dalam karya-karya agung.
d) Pendidikan adalah kegiatan liberal untuk mengembangkan nalar.
2. Tujuan umum pendidikan
11
Latihan intelektual secara cermat untuk melatih pikiran.
Latihan karakter sebagai cara mengembangkan manusia secara
sepiritual.
Pendidikan menurut tokoh-tokoh aliran perenialisme berikut ini:
Menurut plato pendidikan adalah membina atau memimpin yan
g sadar akan
asas normative dan melaksanakanya dalam aspek kehidupan.
Menurut Aristoteles pendidikan adalah membentuk kebiasaan p
ada tingkat
pendidikan usia muda dalammenanamkan kesadaran menurut
aturan moral.
Menurut Thomas Aquinas pendidikan adalah menuntun kemam
pauan-
kemampuan yang masih tidur menjadi aktif.
Hakikat guru
12
Proses belajar mengajar
Kurikulum
13
Kurikulummenurut kaum perenialis harus menekankan pertumbuhan
intelektual siswa pada seni dan sains. Untuk menjadi “pelajar secara cultural”
para siswa harus berhadapan dengan bidang seni dan sains yang merupakan karya
terbaik yang diciptakan oleh manusia.
Dua pendukung dari filsafat perenialis adalah Robert Maynard Hutchins., dan
mortimer Adler. Sebagai rector di university of Chicago, Hutchin (1963)
mengembangkan suatu kurikulum mahasiswa S1 berdasarkan penelitian terhadap
buku besar bersejarah (Great Book) dan pembahasan buku-buku klasik. Kegiatan
ini dilakukan dalam kegiatan seminar-seminar kecil.kurikulum perenialis
Hutchins didasarkan asumsi mengenai pendidikan.
14
Kelemahan
Pengetahuan dia
nggap lebih penti
ng dan kurang m
emperhatikan keg
iatan
sehari-hari. Pendi
dikan yang meng
anut faham ini me
nekankan pada k
ebenaran
absolut, kebenara
n universal yang t
idak terkait pada t
empat dan waktu
aliran
ini lebih berorient
asi ke masa lalu.
Perenialisme kur
ang menerima ad
anya perubahan-
perubahan, karen
a menurut
mereka perubaha
n-perubahan ban
yak menimbulkan
kekacauan, ketid
akpastian,
dan ketidakte
raturan, terutama
dalam kehidupan
moral, intelektual,
dan
sosiokultural.
Solusi
Dalam proses pe
mbelajaran guru
harus menyeimba
ngkan antara pen
getahuan
dan kegiatan seh
ari-hari siswa. Yai
tu dengan menyei
mbangkan aspek
kognitif,
afektif, dan pesik
omotorik. Guru di
kelas tidak hanya
menekankan pad
a aspek
kognitif saja.
Perenialis harus
bisa lebih terbuka
terhadap perubah
an yang terjadi di
setiap
jaman karena sua
tu perubahan tida
k selalu berdamp
ak buruk atau pe
ngaruh
negative dalam k
ehidupan moral, i
ntelektual, dan so
siokultural, harus
dapat
menyaring perub
ahan-perubahan
yang terjadi.
D. Relevansi pan
dangan perenialis
me dan penerapa
nya di bidang pen
didikan
Ilmu pengetahua
n merupakan yan
g tertinggi menur
ut perenialisme, k
arena
dengan ilmu peng
etahuanlah seora
ng dapat berfikir y
ang bersifat anali
sa. Jadi
dengan berfikir m
aka kebenaran itu
akan dapat di has
ilkan melalui akal
pikiran.
Menurut Epistimo
logi Thomisme (2
017:65) sebagian
besarnya berpus
at sebagai
pengolahan tena
ga logika pada pi
kiran manusia. A
pabila pikiran itu
bermula pada
keadaan poten
sialitas, maka dia
dapat dipergunak
an untuk menam
pilkan
tenaganya secara
penuh. Jadi episti
mologi dari pereni
alisme, harus me
miliki
pengetahuan tent
ang pengertian ke
benaran yang ses
uai dengan realita
hakiki, yang
dibuktikan denga
n kebenaran yang
ada pada diri sen
diri dengan meng
gunakan
tenaga pada logik
a melalui hukum
berfikir metode d
eduksi, yang meu
pakan
teknologi fils
afat yang mengh
asilkan kebenara
n hakiki, dan tuju
an dari
15
epistimologi perenialisme dalam premis mayor dan metode induktifnya
sesuai dengan ontologi tentang realitas khusus.
karena telah
memiliki evidensi diri sendiri.
masalahnya.
Dengan demikian ia telah mampu mengembangkan suatu paham.
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
18
Plato
Plato
(427-
347SM), hi
dup pada z
aman kebu
dayaan ya
ng sarat de
ngan
ketidakpast
ian, yaitu fil
safat sofis
me. Ukura
n kebenara
n dan ukur
an moral
sofisme ad
alah manu
sia secara
pribadi, se
hingga pad
a zaman it
u tidak ada
kepastian
dalammora
l, tidak ada
kepastian
dalam keb
enaran, ter
gantung pa
da
masing-
masing indi
vidu. Plato
berpandan
gan bahwa
realitas ya
ng hakiki it
u tetap
tidak berub
ah. Realita
s atau ken
yataan-
kenyataan
itu tidak ad
a pada diri
manusia
dari asalny
a, yang be
rasal dari r
ealitas yan
g hakiki. M
enurut plat
o “dunia id
eal”
bersumber
dari ide mu
tlak, yaitu t
uhan. Keb
enaran, pe
ngatahuan,
dan nilai su
dah
ada sebelu
m manusia
lahir yang
semuanya
bersumber
dari ide ya
ng mutlak t
adi.
Manusia tid
ak mengus
ahakan dal
am arti me
nciptakan k
ebenaran,
pengetahu
an,
dan nilai m
oral, melai
nkan bagai
mana man
usia mene
mukan se
muanya itu
.
Dengan m
engunakan
akal dan ra
sio, semua
nya itu dap
at ditemuk
an kembali
oleh
manusia.
Aristoteles
Aristoteles
(348-
322SM) ad
alah murid
plato, nam
un dalam p
emikiranya
ia
mereaksi t
erhadap fil
safat guru
nya, yaitu i
dealisme.
Hasil pemi
kirannya di
sebut
filsafat reali
sme (realis
me klasik).
Cara berfiki
r Aristotele
s berbeda
dengan
gurunya Pl
ato yang m
enekankan
rasional sp
ekulatif. Ari
stoteles m
engambil c
ara
berfikir rasi
onal empiri
s realitas. I
a mengajar
kan cara b
erfikir atas
prinsip real
itas,
yang lebih
dekat deng
an alam ke
hidupan m
anusia seh
ari-hari.
Aristoteles
hidup pad
a abad ke
empat seb
elum mase
hi, namun i
a dinyatak
an
sebagai pe
mikir abad
pertengaha
an. Karya-
karya Arist
oteles mer
upakan da
sar
berfikir aba
d pertenga
han yang
melahirkan
reanissenc
e. Sikap po
sitifnya terh
adap
inkury men
yebabkan i
a mendapa
t sebutan s
ebagai bap
ak sains m
oderen.
Kebajikan
akan meng
hasilkan ke
bahagian d
an kebajika
n, bukanla
h peryataa
n atau
perenunga
n pasif, mel
aikan meru
pakan sika
p kemauan
yang baik d
ari manusi
a.
Menurut
Aristoteles,
manusia a
dalah mak
huk materi
dan rohani
sekaligus.
Sebagai m
ateri, ia me
nyadari ba
hwa manus
ia dalam hi
dupnya dal
am kondisi
alam
19
materi dan sosial. Sebagai mahluk rohani manusia sadar akan menuju pada
proses yang lebih tinggi yang menuju kepada manusia ideal, manusia
sempurna.
muncul
pada waktu itu, yaitu antara ajaran kristen dengan filsafat (sebetulnya
dengan
filsafat Aristoteles, sebab pada waktu itu yang dijadikan dasar pemikiran
logis
adalah neoplationalisme dan plotinus yang dikembangkan oleh St. Aquinas.
Menurut aquinas, tidak ada pertentangan antara filsafat (khususnya filsafat
Aristoteles) dengan ajaran agama (kristen). Keduanya dapat berjalan dalam
jalannya masing-masing. Thomas Aquinas secara terus menerus dan
tanpa ragu-
ragu mendasarkan filsafatnya kepada filsafat Aristoteles.
yang ada,
adanya itu karna diciptakan oleh tuhan, dan tergantung kepada-nya.
Mengalir dari
tuhan bagaikan air yang mengalir dari sumbernya, seperti halnya ”emansi”.
Thomas Aquinas menekankan dua hal dalam pemikiran tentang
realitanya, yaitu:
dunia tidak diadakan dari semacam bahan dasar, dan 2) penciptaan tidak
terbatas untuk suatu saat saja, demikian menurut Bertnes (1979).
yang ada,
adanya itu karna diciptakan oleh tuhan, dan tergantung kepada-nya.
Mengalir dari
tuhan bagaikan air yang mengalir dari sumbernya, seperti halnya ”emansi”.
Thomas Aquinas menekankan dua hal dalam pemikiran tentang
realitanya, yaitu:
dunia tidak diadakan dari semacam bahan dasar, dan 2) penciptaan tidak
terbatas untuk suatu saat saja, demikian menurut Bertnes (1979).
Filsafat Aquinas disebut Thomisme. Kadang-kadang orang tidak
membedakan antara neotonisme dengan perenialisme.
tentang
“education as preparation”. Dewey dan tokoh-tokoh Progresivisme yang
lain
menolak pandangan bahwa sekolah (pendidikan) adalah persiapan untuk
kehidupan. Tetapi Perenialisme berpendapat bahwa pendidikan adalah
persiapan
bagi kehidupan di dalammasyarakat. Dasar pandangan ini berpangkal pada
ontologi, bahwa anak ada dalam fase potensialitas menuju aktualitas,
menuju
kematangan.
adult
program general education yang telah selesai disiapkan, bagi umur 21 tahun
sebab dianggap telah cukup mempunyai kemampuan melaksanakan
program pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi pada prinsipnya diarahkan
untuk mencapai tujuan kebajikan intelektual yang disebut “The intellectual
love of good”.
telah
dimilikinya dalam pendidikan lama sebelum itu, menetralisir pengaruh-
pengaruh
jelek yang ada. Nilai utama pendidikan orang dewasa secara filosofis ialah
mengembangkan sikap bijaksana, guna mengorganisasi pendidikan anak-
anaknya,
dan membina kebudayaannya. Malahan Hutchins mengatakan, pendidikan
orang
dewasa adalah jalan menyelamatkan kehidupan bangsa-bangsa.
Hakikat pendidikan
sebagai
kebudayaan ideal. Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan
tentang
nilai-nilai kebenaran yang pasti, absolut, dan abadi yang terdapat dalam
kebudayaan masa lampau yang dipandang sebagai kebudayaan ideal
tersebut.
Sejalan dengan hal diatas, penganut perenialisme percaya bahwa prinsip-
prinsip
pendidikan juga bersifat universal dan abadi.
Bagaimana tugas berat ini dapat dilaksanakan yakni belajar supaya mampu
berfikir. Perenialisme tetap percaya dengan asas pembentukan kebiasaan dalam
24
permulaan pendidikan anak. Kecakapan membaca, menulis, dan
menghitung merupakan landasan dasar. Dan berdasarkan pentahapan itu,
maka learning to reason menjadi tujuan pokok pendidikan tinggi.
moral
dan kebajikan intelektual dalam rangka aktualitas sebagai filosofis, belajar
untuk
berfikir pula guna untuk memenuhi fungsi practical philoshopy baik etika,
sosial
politik, ilmu dan seni.
Kurikulum
merupakan karya
terbaik yang diciptakan oleh manusia.
dan
mortimer Adler. Sebagai rector di university of Chicago, Hutchin (1963)
mengembangkan suatu kurikulum mahasiswa S1 berdasarkan penelitian
terhadap
buku besar bersejarah (Great Book) dan pembahasan buku-buku klasik.
Kegiatan
ini dilakukan dalam kegiatan seminar-seminar kecil.kurikulum perenialis
Hutchins didasarkan asumsi mengenai pendidikan.
26
D. Relevansi pandangan perenialisme dan penerapanya di bidang
pendidikan
Ilmu pengetahuan merupakan yang tertinggi menurut perenialisme, karen
a
dengan ilmu pengetahuanlah seorang dapat berfikir yang bersifat analisa.
Jadi
dengan berfikir maka kebenaran itu akan dapat di hasilkan melalui akal pi
kiran.
Menurut Epistimologi Thomisme sebagian besarnya berpusat sebagai pen
golahan
tenaga logika pada pikiran manusia. Apabila pikiran itu bermula pada kead
aan
potensialitas, maka dia dapat dipergunakan untuk menampilkan tenagany
a secara
penuh. Jadi epistimologi dari perenialisme, harus memiliki pengetahuan t
entang
pengertian kebenaran yang sesuai dengan realita hakiki, yang dibuktikan d
engan
kebenaran yang ada pada diri sendiri dengan menggunakan tenaga pada lo
gika
melalui hukum berfikir metode deduksi, yang meupakan teknologi filsafat
yang
menghasilkan kebenaran hakiki, dan tujuan dari epistimologi perenialisme
dalam
premis mayor dan metode induktifnya sesuai dengan ontologi tentang real
itas
khusus.
27
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpul
an
Perenialism
e memanda
ng bahwa k
epercayaan-
kepercayaa
n aksiomatis
zaman
kuno dan a
bad perteng
ahan perlu d
ijadikan das
ar penyusun
an konsep fil
safat dan
pendidikan
zaman seka
rang. Sikap i
ni bukankah
nostalgia (ri
ndu atas hal
-hal yang
sudah la
mpau semat
a-mata) teta
pi telah berd
asarkan key
akinan bahw
a
kepercayaa
n-
kepercayaa
n tersebut b
erguna bagi
abad sekara
ng. Jadi sika
p untuk
kembali k
emasa lamp
au itu merup
akan konse
p bagi peren
ialisme dima
na
pendidikan y
ang ada sek
arang ini per
lu kembali k
emasa lamp
au dengan
berdasarkan
keyakinan b
ahwa keperc
ayaan itu be
rguna bagi a
bad sekaran
g ini.
Asas-asas
filsafat pere
nialisme ber
sumber pad
a filsafat, ke
budayaan y
ang
mempunyai
dua sayap, y
aitu pereniali
sme yang th
eologis yang
ada dalam
pengayoma
n pada gere
ja khatolik,
khususnya
menurut da
n intreprest
asi Thomas
Aquinas dan
perenialisme
sekular yakn
i yang berpe
gang kepad
a ide dan cit
a
filosofis Plat
o dan Aristo
teles.
Filsafat pen
didikan Pere
nialisme me
mpunyai em
pat prinsip d
alam
pembelajara
n secara um
um yang me
sti dimiliki m
anusia, yaitu
:
Kebenaran
bersifat univ
ersal dan tid
ak tergantun
g pada temp
at, waktu, d
an
orang
Pendidikan
yang baik m
elibatkan pe
ncarian pem
ahaman ata
s kebenaran
Kebenaran
dapat ditem
ukan dalam
karya – kary
a agungPen
didikan adal
ah
kegiatan lib
eral untuk m
engembang
kan nalar.
B. Saran
Makalah me
nyadari bah
wa makalah
ini belum se
penuhnya te
pat,baik dari
isi maupun
penulisan.
Oleh karen
a itu, perl
u adanya
review ata
u
peninjauan
ulang ag
ar kesalah
an kesala
han yang
ada dap
at
diminimalis
asir.
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, Chaedar. Filsa
fat Bahasa dan Pendidik
an. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. 2008
29
LAMPIRAN
30
31
32
33
34
35
36
Apa saja prinsip kurikulum pendidikan dasar?
Jawabannya menurut perenialismePrinsip kurikulum pendidikan dasar menurut
perenialisme adalah membantu subjek didik menemukan dan menginternalisasikan
kebenaran abadi yang bersifat universal dan tetap. Penguasaan pengetahuan mengenai
prinsip-prinsip pertama adalah modal bagi subjek didik dalammemahami kebenaran
hakiki. Perenialisme memandang pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat
perhatiannya kepada kebudayaan ideal, dan pendidikan harus lebih banyak mengarahkan
pusat perhatiannya kepada nilai-nilai abadi. Kurikulum pendidikan dalam aliran
perenialisme terfokus pada apa yang sulit untuk dipelajari, yaitu tentang subject atau
mata pelajaran yang berkaitan dengan kebenaran abadi dan nilai-nilai universal.
Bagaimana pandangan aliran perenialisme mengenai kurikulum dan guru di sekolah?
Jawaban :
padangan aliran perenialisme mengenai kurikum yaitu :Kurikulummenurut kaum
perenialis harus menekankan pertumbuhan intelektual siswa pada seni dan sains.
Untuk menjadi "terpelajar secara cultural" para siswa harus berhadapan dengan
bidang seni dan sains yang merupakan karya terbaik yang diciptakan oleh
manusia.
pandangan aliran perenialisme mengenai guru yaitu: