Anda di halaman 1dari 72

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN

Tentang

PANDANGAN PERENIALISME DALAM PEN


DIDIKAN

Oleh:

Aulia Rahmi Etika


2010013411240

Dosen Pengampu
Dr.Erlina,M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SE


KOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU P
ENDIDIKAN
UNIVERSITAS BUNG HATT
A
PADANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan ke
hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat
serta karuniaNya sehing
ga kami berhasil menyelesai
kan makalah ini tepat
pada waktunya. Kami meng
ucapkan terima kasih kepad
a Ibu Dr. Erlina, M.Pd.
selaku dosen pembina Mata
Kuliah filsafat pendidikan . S
elain itu, terima kasih
juga untuk tim pemakalah y
ang telah meluangkan waktu
dan pikirannya untuk
menyusun makalah ini

Penulisan ma
kalah yang berjudul "Pandang
an pereneliasme dalam
pendidikan” ini, kami sajikan
berdasarkan informasi dari b
erbagai sumber. Kami
menyadari, sebagai seorang
mahasiswa yang masih dala
m proses

pembelajaran,
penulisan makalah ini masih j
auh dari kata sempurna baik
dari segi penyusunan,
bahasa maupun penulisannya
. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan

adanya
kritik dan saran yang memban
gun dari semua pembaca, gu
na menjadi acuan agar
kami bisa menjadi lebih baik d
i masa mendatang.

Demikian k
ami ucapkan terima kasih ata
s waktu Anda yang telah
membaca makalah ini. Semog
a makalah ini bisa menambah
wawasan para
pembaca dan bisa bermanfaa
t untuk perkembangan dan pe
ningkatan ilmu
pengetahuan.

Padang, 18 Desember 2023


Aulia Rahmi Etikalah

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dizamankehidupanmod
erninibanyakmenimbulk
ankrisisdiberbagai

bidangkehidupanmanusi
a,terutamadalambidang
pendidikan.Untuk

mengembalikankeadaa
nkrisisini,makapereniali
smememberikanjalankel
uar
yaituberupakembalikep
adakebudayaanmasala
mpauyangdianggapcuk
upideal

danterujiketangguhanny
a.Untukitulahpendidikan
haruslebihbanyak

mengarahkanpusatperh
atiannyakepadakebuday
aanidealyangtelahterujid
an

tangguh.Jelaslahbiladika
takanbahwapendidikany
angadasekaranginiperlu

kembalikepadamasalam
pau,karenadenganmeng
embalikankeadaanmasa

lampauini,kebudayaany
angdianggapkrisisinida
patteratasimelalui

perenialismekarenaiada
patmengarahkanpusatp
erhatiannyapadapendidi
kan

zamandahuludengansek
arang.Perenialismemem
andangpendidikansebag
ai
jalankembaliatauproses
mengembalikankeadaan
sekarang.Perenialisme
memberikansumbangan
yangberpengaruhbaikte
orimaupunpraktekbagi
kebudayaandanpendidik
anzamansekarang.

Aliraninidianggapsebag
ai“regresiveroadtocultur
e”yaknikembali,
mundur kepada kebuday
aan masa lampau. Peren
ialisme menghadapi keny
ataan
dalamkebudayaanmanu
siasekarang,sebagaisat
ukrisiskebudayaandala
m
kehidupanmanusiamode
rn.Untukmenghadapisitu
asikrisisitu,Perenialisme

memberikanpemecahan
denganjalan“kembalikep
adakebudayaanmasa
lampau”,kebudayaanyan
gdianggapideal.Pendidik
anharuslebihbanyak
mengarahkan pusat perh
atiannya kepada kebuda
yaan ideal yang telah ter
uji dan
tangguh. Karena itu Pere
nialisme memandang pe
ndidikan sebagai jalan ke
mbali,
atauprosesmengembali
kankeadaanmanusiasek
arangsepertidalamkebu
dayaan
ideal dimaksud “educatio
n as cultural regression”.
Perenialisme tak melihat
jalan
yang meyakinkan selain
kembali kepada prinsip –
prinsip yang telah sedemi
kian
membentuksikapkebias
aan,bahkankepribadian
manusiaselainkebudaya
andulu
dankebudayaanabadpert
engahan.

1
Pendidikan pada hakikatnya adalah sebuah upaya untuk meningkatkan
kualitas manusia. Oleh karena itu, setiap proses pendidikan akan berusaha
mengembangkan seluas-luasnya potensi individu sebagai sebuah elemen penti
ng
untuk mengembangkan dan mengubah masyarakat (agent of change). Menurut
Saifulloh (2016:23) kurikulum sebagai rancangan sekaligus kendaraan pendidik
an
mempunyai peran yang sangat signifikan dan berkedudukan sentral dalam selu
ruh
kegiatan pendidikan, menentukan proses pelaksanaan dan hasil pendidikan.

Filsafat memegang peranan penting dalam upaya itu, setiap proses pendidikan
membutuhkan seperangkat sistem yang mampu mentransformasi pengetahuan
,
pemahaman, dan perilaku peserta didik. Sama halnya seperti dalam filsafat
pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat dan salah satunya ada
lah
aliran perenialisme, dalam pengembangan satu kurikulum itu tentunya akan
berpijak pada aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap kon
sep
dan implementasi kurikulum yang dikembangkan.

Kedudukan filsafat dalam pendidikan adalah suatu hal yang sangat asasi
sekaligus strategis. Asasi, karena filsafat merupakan suatu dasar atau landasan

dalam pembentukan ide atau asumsi-asumsi dasar dalammenentukan persep


si
dasar, prinsip dan tujuan asasi pendidikan.
Proses pendidikan adalah proses perkembangan yang memiliki tujuan. Tujuan
proses perkembangan itu secara alamiah ialah kedewasaan, kematangan. Se
bab
potensi manusia yang paling alamiah ialah bertumbuh menuju ketingkat
kematangan. Potensi ini akan terwujud apabila prakondisi alamiah dan sosial
manusia memungkinkan misalnya : iklim, makanan, kesehataan, keamanan se
suai
dengan kebutuhan manusia adanya aktifitas dengan lembaga- lembaga pendidi
kan
merupakan jawaban manusia atas problem itu. Karena manusia yakin bahwa
pendidikan itu mungkin dan mampu mewujudkan potensi manusia sebagai
aktualitas, maka pendidikan itu diselengarakan .Timbulnya problem dan piki
ran
pemecahan itu adalah bidang pemikiran filsafat dalam hal ini filsafat pendidik
an
berarti adalah pelaksanan dari ide-ide filsafat. Dengan perkataan lain ide filsa
fat

2
yang memberi asas kepastian bagi nilai peranan pendidikan bagi
pembinaan manusia , telah melahirkan ilmu pendidikan

Menurut Sadulloh, (2003:5) ajaran filsafat adalah hasil pemikiran filosofis


tentang sesuatu secara fundamental. Dalammemecahkan persoalan,
masing-
masing filosofis akan menggunakan teknik atau pendekatan yang berbeda,
sehingga melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang berbeda pula.
Perbedaan ini
dapat disebabkan oleh latar belakang pribadi filosofis tersebut, pengaruh

zaman,
kondisi atau alam pikiran para filosofis.Dari perbedaan itu kemudian
lahirlah
aliran-aliran atau sistem filsafat.

Banyak hal yang menyebabkan persoalan pendidikan memiliki keterikatan


dengan filsafat.Salah satunya adalah pendidikan selalu berusaha
membentuk
kepribadian manusia sebagai subyek sekaligus obyek pendidikan. Dalam

konteks
ini, pendidikan dihadapkan pada perumusan tujuan yang akan dicapai
seseorang
setelah pendidikan itu berlangsung.

Dalam arti luas pendidikan berarti suatu proses untuk mengembangkan

semua
aspek kepribadian manusia, yang mencakup pengetahuannya, nilai dan
sikapnya,
serta ketrampilannya. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu

usaha sadar
untuk mentransformasikan pengetahuan, nilai dan ketrampilan yang sesuai
dengan
perkembangan peserta didik.
Filsafat dan pendidikan memiliki hubungan yang erat, karena pada
hakekatnya pendidikan adalahproses pewarisan dari nilai-nilai filsafat.

Dalam
pendidikan diperlukan bidang filsafat pendidikan.Filsafat pendidikan sendiri
adalah ilmu yang mempelajari dan berusaha mengadakan penyelesaian
pemikiran pendidikan, yang dapat dikelompokkan pada dua kelompok
besar, yaitu : tradisional dan kontemporer. Termasuk dalam kelompok
tradisional adalah : Perenialisme dan Esensialisme, sedangkan yang termasuk
dalam kelompok kontemporer adalah : progresifisme, rekronstruksionisme dan
eksistensialisme.
Setiap rumusan tujuan pendidikan selalu berupaya sampai pada hal-hal ideal
dan baik seperti; mandiridan berguna (UU No. 20 Tahun 2003, dewasa atau
insan kamil (Atiyah al-Abrasy).Formulasi tujuan pendidikan merupakan
persoalan yang mendasar dan dalam, sehingga tidak mungkin dapat dirumuskan
dan terjawab oleh analisis ilmiah yang dangkal, tetapi memerlukan analisis dan
pemikiran filosofis.
Menurut Frithjofhuon (1998:7) Perenialisme berasal dari kata perenial yang
berarti abadi, kekal atau selalu. Istilah philosophia perennis(filsafat keabadian)
barangkali digunakan untuk pertama kalinya di dunia Barat oleh Augustinus
Steuchus sebagai judul karyanya De Perenni Philosophiayang diterbitkan pada
tahun 1540. Istilah tersebut dimasyhurkan oleh Leibniz dalam sepucuk surat
yang ditulis pada tahun 1715 yang menegaskan pencarian jejak-jejak kebenaran
filsuf kuno yang disebut dengan perennis quaedem philosophia.
Menurut Sadulloh, (2003:151) Perenialisme merupakan suatu alirandalam
pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh.Perenialisme lahir sebagai suatu
reaksi terhadap pendidikan progresifisme.Perenialisme menentang pandangan
progresifisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru.Perenialisme
memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan
ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio
kultual.Oleh karena itu perlu ada usaha untuk mengamankan kekacauan tersebut,
yaitu dengan jalan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum
yang telah menjadi pandangan hidup yang kokoh, kuat dan teruji.

Perenialisme memilih prinsip demikian karena realita zaman modern


memberi alasan obyektif, memberi kondisi untuk pilihan itu. Perenialisme
berharap agar manusia kini dapat memahami ide dan cita falsafatnya yang
menganggap filsafatnya sebagai suatu asas yang komprehensif. Perenialisme

4
sebagai satu pandangan hidup yang berdasarkan pada sumber kebudayaan
dan hasil – hasilnya, karena prinsip – prinsip filsafatnya itu self-evident,
kekal dan tak terikat tempat berlakunya (universal), maka prinsip – prinsip
itu disamping transcendental, juga realiable untuk semua zaman, karena itu
ia benar dan tepat untuk abad kita sekarang dan masa depan.

B. Rumusan Masalah
Apa pengertian perensialisme ?
Bagaimana pandangan perensialisme dalam pendidikan ?

C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui pengertian perensialisme
Untuk mengetahui pandangan perensialisme dalam pendidikan

D. Manfaat Penelitian
Hasil penilitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis
bagi siswa, guru dan pemangku kebijakan program pendidikan di sekolah:

Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah


khasanah ilmu pengetahuan mengenai filsafat pendidikan.

Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai


berikut:

Bagi peneliti selanjutnya yang concern pada bidang kajian yang sama,
penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi awal atau pembanding
untuk ditelaah dan dikaji secara mendalam guna menguraikan masalah
secara lebih komprehensif.

5
BAB II

PEMBAHAS
AN
A. Sejarah D
an Pengertia
n Aliran Per
enialisme
Sejarah Alira
n Perenialis
me

Pendukung fi
lsafat pereni
alisme adala
h Robert Ma
ynard Hutchi
ns dan
Mortimer Adl
er. Hutchins
(1963) meng
embangkan
suatu kurikul
um berdasar
kan
penelitian ter
hadap Great
Books (buku
besar bersej
arah) dan pe
mbahasan b
uku-
buku klasik.
Perenialis m
enggunakan
prinsip-
prinsip yang
dikemukakan
plato,
Aristoteles, d
an Thomas A
quino. Panda
ngan-
pandangan p
lato dan Arist
oteles
mewakili per
adaban yuna
ni kuno serta
ajaran Thom
as Aquino da
ri abad
pertengahan
. Filsafat per
enialisme ter
kenal denga
n bahasa lati
nnya Philosh
opia
perenis. Pen
didri utama d
ari aliran filsa
fat ini adalah
Aristoteles s
endiri, kemu
dian
didukung dan
dilanjutkan ol
eh St. Thoma
s Aquinas se
bagai pembu
ru dan
reformer uta
ma dalam ab
ad ke-13.

Menurut Gan
dhi (2018:3)
Pendidikan p
erenialisme
bertujuan unt
uk membant
u
peserta didik
mempersiap
kan dan men
ginternalisasi
kan nilai-nilai
kebenaran y
ang
abadi agar m
encapai kebij
akan dan ke
baikan dala
m hidup. Bag
i perenialis, n
ilai-
nilai kebenar
an bersifat u
niversal dan
abadi sehing
ga dapat me
njadikan
pendidikan y
ang sejati. C
ontohnya: K
ebenaran sej
ati, misalnya
nilai moral p
ada
pendidikan a
kidah akhlak
yang disamp
aikan guru d
alam pembel
ajaran dan
pembiasaan
dalam kehidu
pan sehari-
hari akan tert
anam pada d
iri siswa. Jika
siswa memili
ki moral yan
g baik dalam
kehidupan s
ehari-hari, ia
akan diharg
ai
oleh orang la
in.

Perenialisme
memandang
bahwa keper
cayaan-
kepercayaan
aksiomatis z
aman
kuno dan ab
ad pertengah
an perlu dija
dikan dasar
penyusunan
konsep filsaf
at dan
pendidikan z
aman sekara
ng. Sikap ini
bukanlah nos
talgia (rindu
atas hal-hal y
ang
sudah lampa
u semata-
mata) tetapi t
elah berdasa
rkan keyakin
an bahwa
kepercayaan
-
kepercayaan
tersebut berg
una bagi aba
d sekarang.
Jadi sikap un
tuk
kembali kem
asa lampau it
u merupakan
konsep bagi
perenialisme
dimana

6
pendidikan yang ada sekarang ini perlu kembali kemasa lampau dengan
berdasarkan keyakinan bahwa kepercayaan itu berguna bagi abad sekarang
ini.

Menurut Aristoteles, prinsip-prinsip pendidikan perenialisme secara garis

besar
yaitu:

Principium Identita, yaitu identitas sesuatu.


Principium contradiksionis, yaitu hukum kontradiksi (pertentangan atau
perlawanan,). Suatu pernyataan hanya mengandung suatu kenyataan, yaitu
salah atau benar. Dengan kata lain suatu pernyataan tidak akan mungkin
mengandung kenyataan kebenaran dan kesalahan sekaligus.
Principium exelusi tertii, yaitu prinsip yang menyatakan bahwa hanya ada
dua kemungkinan dalam satu pernyataan yaitu jika pernyataan pertama
salah, maka pernyataan kedua benar,begitu pula sebaliknya.
Principium ration sufientis, yaitu prinsip yang menyatakan sesuatu yang
dapat diketahui asal muasalnya, pasti dapat dicari tujuan dan akibatnya.

Asas-asas filsafat perenialisme bersumber pada filsafat kebudayaan yang


mempunyai dua sayap, yaitu perenialisme yang theologis yang ada dalam
pengayoman pada gereja khatolik, khususnya menurut dan intreprestasi

Thomas
Aquinas dan perenialisme sekular yakni yang berpegang kepada ide dan cita
filosofis Plato dan Aristoteles.

Filsafat Perenialisme Menurut Tokoh

Pandangan para tokoh mengenai perenialisme yaitu:

Plato
tidak berubah. Realitas atau kenyataan-kenyataan itu tidak ada pada diri
manusia dari asalnya, yang berasal dari realitas yang hakiki. Menurut plato
“dunia ideal” bersumber dari ide mutlak, yaitu tuhan. Kebenaran, pengatahuan,
dan nilai sudah ada sebelum manusia lahir yang semuanya bersumber dari ide
yang mutlak tadi. Manusia tidak mengusahakan dalam arti menciptakan
kebenaran, pengetahuan, dan nilai moral, melainkan bagaimana manusia
menemukan semuanya itu. Dengan mengunakan akal dan rasio, semuanya itu
dapat ditemukan kembali oleh manusia.

2)
Aristoteles

Aristoteles (348-322SM) adalah murid plato, namun dalam pemikiranya ia


mereaksi terhadap filsafat gurunya, yaitu idealisme. Hasil pemikirannya disebut
filsafat realisme (realisme klasik). Cara berfikir Aristoteles berbeda dengan
gurunya Plato yang menekankan rasional spekulatif. Aristoteles mengambil cara
berfikir rasional empiris realitas. Ia mengajarkan cara berfikir atas prinsip realitas,
yang lebih dekat dengan alam kehidupan manusia sehari-hari.

Aristoteles hidup pada abad ke empat sebelum masehi, namun ia dinyatakan


sebagai pemikir abad pertengahaan. Karya-karya Aristoteles merupakan dasar
berfikir abad pertengahan yang melahirkan reanissence. Sikap positifnya

terhadap
inkury menyebabkan ia mendapat sebutan sebagai bapak sains moderen.
Kebajikan akan menghasilkan kebahagian dan kebajikan, bukanlah peryataan

atau
perenungan pasif, melaikan merupakan sikap kemauan yang baik dari manusia.

Menurut Aristoteles, manusia adalah makhuk materi dan rohani sekaligus.


Sebagai materi, ia menyadari bahwa manusia dalam hidupnya dalam kondisi alam
materi dan sosial. Sebagai mahluk rohani manusia sadar akan menuju pada

proses
yang lebih tinggi yang menuju kepada manusia ideal, manusia sempurna.

St. Thomas Aquinas

Thomas Aquinas mencoba mempertemukan suatu pertentangan yang muncul


pada waktu itu, yaitu antara ajaran kristen dengan filsafat (sebetulnya dengan
filsafat Aristoteles, sebab pada waktu itu yang dijadikan dasar pemikiran logis
adalah neoplationalisme dan plotinus yang dikembangkan oleh St. Aquinas.
Menurut aquinas, tidak ada pertentangan antara filsafat (khususnya filsafat
Aristoteles) dengan ajaran agama (kristen). Keduanya dapat berjalan dalam
jalannya masing-masing. Thomas Aquinas secara terus menerus dan tanpa ragu-
ragu mendasarkan filsafatnya kepada filsafat Aristoteles.

Pandangan tentang realitas, ia mengemukakan, bahwa segala sesuatu yang ada,


adanya itu karna diciptakan oleh tuhan, dan tergantung kepada-nya. Mengalir dari
tuhan bagaikan air yang mengalir dari sumbernya, seperti halnya ”emansi”.
Thomas Aquinas menekankan dua hal dalam pemikiran tentang realitanya,
yaitu:
1) dunia tidak diadakan dari semacam bahan dasar, dan 2) penciptaan tidak
terbatas untuk suatu saat saja, demikian menurut Bertnes (1979).

Pandangan tentang realitas, wora (2018:42) mengemukakan, bahwa segala


sesuatu yang ada, adanya itu karna diciptakan oleh tuhan, dan tergantung
kepada-
nya. Mengalir dari tuhan bagaikan air yang mengalir dari sumbernya, seperti
halnya ”emansi”. Thomas Aquinas menekankan dua hal dalam pemikiran
tentang
realitanya, yaitu: 1) dunia tidak diadakan dari semacam bahan dasar, dan 2)
penciptaan tidak terbatas untuk suatu saat saja, demikian menurut Bertnes
(1979).

Dalam masalah pengetahuan, Thomas Aquinas (dalam sadullah 2003:152)


ssssssssmengemukakan bahwa pengetahuan itu diperoleh sebagai persentuhan
dunia luar dan akal budi, menjadi pengetahuan, selain pengetahuan manusia

yang

Filsafat pendidikan Perenialisme mempunyai empat prinsip dalam


pembelajaran secara umum yang mesti dimiliki manusia, yaitu:
realisme, dan ajaran gerejanya). Filsafat Aquinas disebut Thomisme. Kadang-
Kebenaran bersifat universal dan tidak tergantung pada tempat, waktu, dan
kadang orang tidak membedakan antara neotonisme dengan perenialisme.
orang. Pendidikan yang baik melibatkan pencarian pemahaman atas kebenaran.

9
Kebenaran dapat ditemukan dalam karya-karya agung. Pendidikan adalah
kegiatan liberal untuk mengembangkan nalar.
Sedangkan pandangan-pandangan kurikulumnya mempengaruhi praktik
pendidikan.
1. Pendidikan Dasar dan Menengah
a) Pendidikan sebagai persiapan

Perbedaan Progresivisme dengan Perenialisme terutama pada sikapnya tentang


“education as preparation”. Dewey dan tokoh-tokoh Progresivisme yang lain
menolak pandangan bahwa sekolah (pendidikan) adalah persiapan untuk
kehidupan. Tetapi Perenialisme berpendapat bahwa pendidikan adalah
persiapan
bagi kehidupan di dalam masyarakat. Dasar pandangan ini berpangkal pada
ontologi, bahwa anak ada dalam fase potensialitas menuju aktualitas, menuju
kematangan.

b) Kurikulum Sekolah Menengah

Prinsip kurikulum pendidikan dasar, bahwa pendidikan sebagai persiapan,


berlaku pula bagi pendidikan menengah. Perenialisme membedakan kurikulum
pendidikan menengah antara program, “general education” dan pendidikan
kejuruan, yang terbuka bagi anak umur 12-20 tahun.

2.
Pendidikan Tinggi dan Adult Education
a) Kurikulum Universitas

Program “general education” dipersiapkan untuk pendidikan tinggi dan adult


education. Pendidikan tinggi sebagai lanjutan pendidikan menengah dengan
program general education yang telah selesai disiapkan, bagi umur 21 tahun

sebab
dianggap telah cukup mempunyai kemampuan melaksanakan program
pendidikan
tinggi. Pendidikan tinggi pada prinsipnya diarahkan untuk mencapai tujuan
kebajikan intelektual yang disebut “The intellectual love of good”.

b)
Kurikulum Pendidikan Orang Dewasa

10
Tujuan pendidikan orang dewasa ialah meningkatkan pengetahuan yang telah
dimilikinya dalam pendidikan lama sebelum itu, menetralisir pengaruh-pengaruh
jelek yang ada. Nilai utama pendidikan orang dewasa secara filosofis ialah
mengembangkan sikap bijaksana, guna mengorganisasi pendidikan anak-anaknya,
dan membina kebudayaannya. Malahan Hutchins (dalam Muhaimin 2003:40)
mengatakan, pendidikan orang dewasa adalah jalan menyelamatkan kehidupan
bangsa-bangsa.

C. Konsep Dasar Perenialisme


1. Hakikat pendidikan

Tentang pendidikan kaum perenialisme memandang education as cultur


regression, pendidikan sebagai jalan kembali, atau proses mengembalikan
keadaan manusia sekarang seperti dalam masa lampau yang dianggap sebagai
kebudayaan ideal. Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang
nilai-nilai kebenaran yang pasti, absolut, dan abadi yang terdapat dalam
kebudayaan masa lampau yang dipandang sebagai kebudayaan ideal tersebut.
Sejalan dengan hal diatas, penganut perenialisme percaya bahwa prinsip-prinsip
pendidikan juga bersifat universal dan abadi.

Filsafat pendidikan perenialisme mempunyai empat prinsip dalam


pembelajaran secara umum yang mesti dimiliki manusia, yaitu:

a)
Kebenaran yang bersifat universal dan tidak tergantung pada tempat, waktu ,
dan orang.
b) Pendidikan yang baik melibatkan pencarian pemahaman atas kebenaran.
c) Kebenaran dapat ditemukan dalam karya-karya agung.
d) Pendidikan adalah kegiatan liberal untuk mengembangkan nalar.
2. Tujuan umum pendidikan

Membantu anak menyingkap dan menanamkan kebenaran-kebenaran hakiki.


Oleh karena itu kebenaran-kebenaran itu universal dan konstan, maka kebenaran-
kebenaran itu hendaknya menjadi tujuan-tujuan pendidikan yang murni.
Kebenaran-kebenaran hakiki dapat dicapai dengan sebaik-baiknya melalui:

11
Latihan intelektual secara cermat untuk melatih pikiran.
Latihan karakter sebagai cara mengembangkan manusia secara
sepiritual.
Pendidikan menurut tokoh-tokoh aliran perenialisme berikut ini:
Menurut plato pendidikan adalah membina atau memimpin yan
g sadar akan
asas normative dan melaksanakanya dalam aspek kehidupan.
Menurut Aristoteles pendidikan adalah membentuk kebiasaan p
ada tingkat
pendidikan usia muda dalammenanamkan kesadaran menurut
aturan moral.
Menurut Thomas Aquinas pendidikan adalah menuntun kemam
pauan-
kemampuan yang masih tidur menjadi aktif.
Hakikat guru

Tugas utama pendidikan adalah guru, dimana tugas pen


didikan yang
memberikan pendidikan dan pengajaran (pengetahuan) kepad
a anak didik. Faktor
keberhasilan anak dalam akalnya adalah guru, berikut pandang
an aliran
perenialisme mengenai guru.

Guru mempunyai peran yang dominan dalam penyelenggaraan


kegiatan
belajar-mengajar di dalam kelas.
Guru hendaknya adalah orang yang menguasai cabang ilmu, ya
ng bertugas
membimbing diskusi yang akan memudahkan siswa dalamm
enyimpulkan
kebenaran, yang tepat, tanpa cela, dan dipandang sebagai ora
ng yang memiliki
otoritas dalam suatu bidang pengetahuan dan keahliannya tida
k diragukan.
Hakikat murid
Aristoteles berpendapat murid dalam aliran perenialisme mer
upakan mahkluk
yang di bimbing oleh prinsip-prinsip pertama, kebenaran-
kebenaran abadi, pikiran
mengangkat dunia biologis. Hakikat pendidikan upaya proses tr
ansformasi
pengetahuan dan nilai pada subyek didik. Mencakup totalitas a
spek kemanusiaan,
kesadaran, sikap dan tindakan kritis, terhadap fenomena yang t
erjadi di
sekitarnya. Pendidikan bertujuan mencapai tujuan kepribadian
manusia yang
menyeluruh secara seimbang melalui latihan jiwa, intelek diri m
anusia yang
rasianaol, perasaan dan indera, karena itu pendidikan harus me
ncakup
pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya.

12
Proses belajar mengajar

Tuntutan tertinggi dalam bel


ajar menurut perenialisme ada
lah latihan dan
disiplin mental.

Teori dasar dalam belajar men


urut perenialisme terutama:

Mental disiplin sebagai teori da


sar

Menurut perenialisme lati


han dan pembinaan berfikir ad
alah salah satu
kewajiban tertinggi dalam belaj
ar, karena program pada umu
mnya dipusatkan
kepada kemampuan berfikir.

Rasionalitas dan asas kemerd


ekaan

Asas berfikir dan kemerde


kaan harus menjadi tujuan uta
ma pendidikan,
otoritas berfikir harus disempur
nakan sesempurna mungkin.
Dan makna
pendidikan hendaknya memba
ntu manusia untuk dirinya sen
diri yang
membedakanya dari mahkluk y
ang lain. Fungsi belajar harus
diabdikan bagi
tujuan itu, yaitu aktualisi diri m
anusia sebagai mahkluk rasion
al yang bersifat
merdeka.
Learning to Reason ( belajar u
ntuk berfikir)

Bagaimana tugas berat ini da


pat dilaksanakan yakni belajar
supaya mampu
berfikir. Perenialisme tetap pe
rcaya dengan asas pembentu
kan kebiasaan dalam
permulaan pendidikan anak. K
ecakapan membaca, menulis,
dan menghitung
merupakan landasan dasar. D
an berdasarkan pentahapan itu
, maka learning to
reason menjadi tujuan pokok p
endidikan tinggi.

Belajar sebagai persiapan hidu


p

Belajar untuk mampu berfikir


bukanlah semata-mata tujua
n kebajikan moral
dan kebajikan intelektual dala
m rangka aktualitas sebagai fi
losofis, belajar untuk
berfikir pula guna untuk mem
enuhi fungsi practical philosho
py baik etika, sosial
politik, ilmu dan seni.

Kurikulum

13
Kurikulummenurut kaum perenialis harus menekankan pertumbuhan
intelektual siswa pada seni dan sains. Untuk menjadi “pelajar secara cultural”
para siswa harus berhadapan dengan bidang seni dan sains yang merupakan karya
terbaik yang diciptakan oleh manusia.

Dua pendukung dari filsafat perenialis adalah Robert Maynard Hutchins., dan
mortimer Adler. Sebagai rector di university of Chicago, Hutchin (1963)
mengembangkan suatu kurikulum mahasiswa S1 berdasarkan penelitian terhadap
buku besar bersejarah (Great Book) dan pembahasan buku-buku klasik. Kegiatan
ini dilakukan dalam kegiatan seminar-seminar kecil.kurikulum perenialis
Hutchins didasarkan asumsi mengenai pendidikan.

Pendidikan harus mengangkat pencarian kebenaran manusia yang berlangsung


terus menerus. Kebenaran apaun akan selalu benar dimanapun juga, kebenaran
bersifat universal dan tidak terikat waktu. Karena kerja pikiran adalah bersifat
intelektual dan memfokuskan pada gagasan-gagasan, pendidikan juga harus
memfokuskan pada gagasan-gagasan pengolahan rasionalitas manusia sebagai
fungsi penting pendidikan .
Pendidikan harus menstimulus para mahasiswa untuk berfikir secara mendalam
mengenai gagasan-gagasan signifikan. Para guru harus mengunakan pemikiran
yang benar dan kritis seperti metode pokok mereka, dan mereka harus
mensyaratkan hal yang sama pada siswa.
Analisis kritis terhadap konsep dasar aliran perenialisme
Kelebihan
Perenialisme mengangkat kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang
menjadi pandangan hidup yang kokoh pada zaman kuno dan abad pertengahan.
Dalam pandangan perenialisme pendidikan lebih banyak mengarahkan
perhatianya pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tanguh.
Kurikulummenekankan pada perkembangan intelektual siswa pada seni dan
sains. Untuk menjadi terpelajar menjadi kultural, para siswa harus berhadapan
pada bidang-bidang seni dan sains yang merupakan karya terbaik dan paling
signifikan yang diciptakan oleh manusia.

14
Kelemahan
Pengetahuan dia
nggap lebih penti
ng dan kurang m
emperhatikan keg
iatan
sehari-hari. Pendi
dikan yang meng
anut faham ini me
nekankan pada k
ebenaran
absolut, kebenara
n universal yang t
idak terkait pada t
empat dan waktu
aliran
ini lebih berorient
asi ke masa lalu.
Perenialisme kur
ang menerima ad
anya perubahan-
perubahan, karen
a menurut
mereka perubaha
n-perubahan ban
yak menimbulkan
kekacauan, ketid
akpastian,
dan ketidakte
raturan, terutama
dalam kehidupan
moral, intelektual,
dan
sosiokultural.
Solusi
Dalam proses pe
mbelajaran guru
harus menyeimba
ngkan antara pen
getahuan
dan kegiatan seh
ari-hari siswa. Yai
tu dengan menyei
mbangkan aspek
kognitif,
afektif, dan pesik
omotorik. Guru di
kelas tidak hanya
menekankan pad
a aspek
kognitif saja.
Perenialis harus
bisa lebih terbuka
terhadap perubah
an yang terjadi di
setiap
jaman karena sua
tu perubahan tida
k selalu berdamp
ak buruk atau pe
ngaruh
negative dalam k
ehidupan moral, i
ntelektual, dan so
siokultural, harus
dapat
menyaring perub
ahan-perubahan
yang terjadi.

D. Relevansi pan
dangan perenialis
me dan penerapa
nya di bidang pen
didikan
Ilmu pengetahua
n merupakan yan
g tertinggi menur
ut perenialisme, k
arena
dengan ilmu peng
etahuanlah seora
ng dapat berfikir y
ang bersifat anali
sa. Jadi
dengan berfikir m
aka kebenaran itu
akan dapat di has
ilkan melalui akal
pikiran.
Menurut Epistimo
logi Thomisme (2
017:65) sebagian
besarnya berpus
at sebagai
pengolahan tena
ga logika pada pi
kiran manusia. A
pabila pikiran itu
bermula pada
keadaan poten
sialitas, maka dia
dapat dipergunak
an untuk menam
pilkan
tenaganya secara
penuh. Jadi episti
mologi dari pereni
alisme, harus me
miliki
pengetahuan tent
ang pengertian ke
benaran yang ses
uai dengan realita
hakiki, yang
dibuktikan denga
n kebenaran yang
ada pada diri sen
diri dengan meng
gunakan
tenaga pada logik
a melalui hukum
berfikir metode d
eduksi, yang meu
pakan
teknologi fils
afat yang mengh
asilkan kebenara
n hakiki, dan tuju
an dari

15
epistimologi perenialisme dalam premis mayor dan metode induktifnya
sesuai dengan ontologi tentang realitas khusus.

Menurut perenialisme penguasaan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip


pertama adalah modal bagi seorang untuk mengembangkan pikiran dan
kecerdasan. Prinsip-prinsip pertama mempunyai peran sedemikian,

karena telah
memiliki evidensi diri sendiri.

Dengan pengetahuan, bahan penerangan yang cukup, orang akan mampu


mengenal faktor-faktor dengan pertautannya masing-masing memahami
problem
yang diselesaikan dan berusaha untuk mengadakan penyelesaian

masalahnya.
Dengan demikian ia telah mampu mengembangkan suatu paham.

16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Data yang dibutuhkan dalam pen


elitian ini berupa kajian pustaka te
ntang
karakteristik dan kerangka kerja li
terasi finansial serta survei terhad
ap rancangan
dan temuan dari uji coba program
yang disusun. Jenis penelitan ini
menggunakan
penelitian kualitatif deskriptif. Pen
eliti bertindak sebagai pengamat
nonpartisipan
dan kehadiran peneliti diketahui o
leh narasumber. Teknik pengump
ulan data
dalam penelitian ini, meliputi waw
ancara, observasi, dan dokument
asi. Data
observasi diperoleh dari kegiat
an pelaksanaan literasi finansial s
elama
pembelajaran di kelas dan kegiat
an tindak lanjut. Data dokumentas
i yang diambil
yaitu rencana pelaksanaan pemb
elajaran, potret kegiatan pendidik
an literasi
finansial dan sarana penunjang lit
erasi finansial. Penelitian melaku
kan penelitian
di sekolah dasar sampai peneliti
memperoleh data jenuh dan men
emukan jawaban
yang konstan sesuai fokus peneliti
an.

Analisis data yang digunak


an adalah metode deskriptif analiti
k, yaitu
mendeskripsikan data yang dikum
pulkan berupa kata-kata, gambar,
dan bukan
angka. Data yang berasal dari nask
ah, wawancara, dan sebagainya, k
emudian
dideskripsikan sehingga dapat me
mberikan kejelasan terhadap keny
ataan atau
realitas.( Sudarto,1997: 66) Analisi
s data dalam penelitian kualitatif di
lakukan
sejak sebelummemasuki lapangan
, selama di lapangan dan setelah s
elesai di
lapangan. Dalam hal ini Nasution
menyatakan: Analisis telah dimulai
sejak
merumuskan dan menjelaskan ma
salah, sebelum terjun ke lapangan
dan
berlangsung terus sampai penulis
an hasil penelitian. Analisis data m
enjadi
pegangan bagi penelitian selanjutn
ya sampai jika mungkin, teori yang
grounded.
17
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Sejarah Dan Pengertian Aliran Perenialisme
Sejarah Aliran Perenialisme

Pendukung filsafat perenialisme adalah Robert


Maynard Hutchins dan
Mortimer Adler. Hutchins (1963) mengembangkan s
uatu kurikulum berdasarkan
penelitian terhadap Great Books (buku besar bersejar
ah) dan pembahasan buku-
buku klasik. Perenialis menggunakan prinsip-prinsip y
ang dikemukakan plato,
Aristoteles, dan Thomas Aquino. Pandangan-
pandangan plato dan Aristoteles
mewakili peradaban yunani kuno serta ajaran Thomas
Aquino dari abad
pertengahan. Filsafat perenialisme terkenal dengan
bahasa latinnya Philoshopia
perenis. Pendidri utama dari aliran filsafat ini adalah
Aristoteles sendiri, kemudian
didukung dan dilanjutkan oleh St. Thomas Aquinas se
bagai pemburu dan
reformer utama dalam abad ke-13.

Perenialisme memandang bahwa kepercayaan-


kepercayaan aksiomatis zaman
kuno dan abad pertengahan perlu dijadikan dasar pe
nyusunan konsep filsafat dan
pendidikan zaman sekarang. Sikap ini bukanlah nosta
lgia (rindu atas hal-hal yang
sudah lampau semata-mata) tetapi telah berdasarkan
keyakinan bahwa
kepercayaan-kepercayaan tersebut berguna bagi aba
d sekarang. Jadi sikap untuk
kembali kemasa lampau itu merupakan konsep bagi p
erenialisme dimana
pendidikan yang ada sekarang ini perlu kembali kema
sa lampau dengan
berdasarkan keyakinan bahwa kepercayaan itu bergu
na bagi abad sekarang ini.

Asas-asas filsafat perenialisme bersumber pada fils


afat kebudayaan yang
mempunyai dua sayap, yaitu perenialisme yang theolo
gis yang ada dalam
pengayoman pada gereja khatolik, khususnya menu
rut dan intreprestasi Thomas
Aquinas dan perenialisme sekular yakni yang berpega
ng kepada ide dan cita
filosofis Plato dan Aristoteles.

Filsafat Perenialisme Menurut Tokoh

Pandangan para tokoh mengenai perenialisme yaitu:

18
Plato

Plato
(427-
347SM), hi
dup pada z
aman kebu
dayaan ya
ng sarat de
ngan
ketidakpast
ian, yaitu fil
safat sofis
me. Ukura
n kebenara
n dan ukur
an moral
sofisme ad
alah manu
sia secara
pribadi, se
hingga pad
a zaman it
u tidak ada

kepastian
dalammora
l, tidak ada
kepastian
dalam keb
enaran, ter
gantung pa
da
masing-
masing indi
vidu. Plato
berpandan
gan bahwa
realitas ya
ng hakiki it
u tetap
tidak berub
ah. Realita
s atau ken
yataan-
kenyataan
itu tidak ad
a pada diri
manusia
dari asalny
a, yang be
rasal dari r
ealitas yan
g hakiki. M
enurut plat
o “dunia id
eal”
bersumber
dari ide mu
tlak, yaitu t
uhan. Keb
enaran, pe
ngatahuan,
dan nilai su
dah
ada sebelu
m manusia
lahir yang
semuanya
bersumber
dari ide ya
ng mutlak t
adi.
Manusia tid
ak mengus
ahakan dal
am arti me
nciptakan k
ebenaran,
pengetahu
an,
dan nilai m
oral, melai
nkan bagai
mana man
usia mene
mukan se
muanya itu
.
Dengan m
engunakan
akal dan ra
sio, semua
nya itu dap
at ditemuk
an kembali
oleh
manusia.

Aristoteles

Aristoteles
(348-
322SM) ad
alah murid
plato, nam
un dalam p
emikiranya
ia
mereaksi t
erhadap fil
safat guru
nya, yaitu i
dealisme.
Hasil pemi
kirannya di
sebut
filsafat reali
sme (realis
me klasik).
Cara berfiki
r Aristotele
s berbeda
dengan
gurunya Pl
ato yang m
enekankan
rasional sp
ekulatif. Ari
stoteles m
engambil c
ara
berfikir rasi
onal empiri
s realitas. I
a mengajar
kan cara b
erfikir atas
prinsip real
itas,
yang lebih
dekat deng
an alam ke
hidupan m
anusia seh
ari-hari.
Aristoteles
hidup pad
a abad ke
empat seb
elum mase
hi, namun i
a dinyatak
an
sebagai pe
mikir abad
pertengaha
an. Karya-
karya Arist
oteles mer
upakan da
sar
berfikir aba
d pertenga
han yang
melahirkan
reanissenc
e. Sikap po
sitifnya terh
adap
inkury men
yebabkan i
a mendapa
t sebutan s
ebagai bap
ak sains m
oderen.
Kebajikan
akan meng
hasilkan ke
bahagian d
an kebajika
n, bukanla
h peryataa
n atau
perenunga
n pasif, mel
aikan meru
pakan sika
p kemauan
yang baik d
ari manusi
a.

Menurut
Aristoteles,
manusia a
dalah mak
huk materi
dan rohani
sekaligus.
Sebagai m
ateri, ia me
nyadari ba
hwa manus
ia dalam hi
dupnya dal
am kondisi
alam

19
materi dan sosial. Sebagai mahluk rohani manusia sadar akan menuju pada
proses yang lebih tinggi yang menuju kepada manusia ideal, manusia
sempurna.

St. Thomas Aquinas

Thomas Aquinas mencoba mempertemukan suatu pertentangan yang

muncul
pada waktu itu, yaitu antara ajaran kristen dengan filsafat (sebetulnya
dengan
filsafat Aristoteles, sebab pada waktu itu yang dijadikan dasar pemikiran

logis
adalah neoplationalisme dan plotinus yang dikembangkan oleh St. Aquinas.
Menurut aquinas, tidak ada pertentangan antara filsafat (khususnya filsafat
Aristoteles) dengan ajaran agama (kristen). Keduanya dapat berjalan dalam
jalannya masing-masing. Thomas Aquinas secara terus menerus dan

tanpa ragu-
ragu mendasarkan filsafatnya kepada filsafat Aristoteles.

Pandangan tentang realitas, ia mengemukakan, bahwa segala sesuatu

yang ada,
adanya itu karna diciptakan oleh tuhan, dan tergantung kepada-nya.
Mengalir dari
tuhan bagaikan air yang mengalir dari sumbernya, seperti halnya ”emansi”.
Thomas Aquinas menekankan dua hal dalam pemikiran tentang
realitanya, yaitu:
dunia tidak diadakan dari semacam bahan dasar, dan 2) penciptaan tidak
terbatas untuk suatu saat saja, demikian menurut Bertnes (1979).

Pandangan tentang realitas, ia mengemukakan, bahwa segala sesuatu

yang ada,
adanya itu karna diciptakan oleh tuhan, dan tergantung kepada-nya.
Mengalir dari
tuhan bagaikan air yang mengalir dari sumbernya, seperti halnya ”emansi”.
Thomas Aquinas menekankan dua hal dalam pemikiran tentang
realitanya, yaitu:
dunia tidak diadakan dari semacam bahan dasar, dan 2) penciptaan tidak
terbatas untuk suatu saat saja, demikian menurut Bertnes (1979).
Filsafat Aquinas disebut Thomisme. Kadang-kadang orang tidak
membedakan antara neotonisme dengan perenialisme.

B. Pandangan Perenialisme Mengenai Pendidikan


Filsafat pendidikan Perenialisme mempunyai empat prinsip dalam
pembelajaran secara umum yang mesti dimiliki manusia, yaitu:
Kebenaran bersifat universal dan tidak tergantung pada tempat, waktu,
dan orang. Pendidikan yang baik melibatkan pencarian pemahaman atas
kebenaran. Kebenaran dapat ditemukan dalam karya-karya agung.
Pendidikan adalah kegiatan liberal untuk mengembangkan nalar.
Sedangkan pandangan-pandangan kurikulumnya mempengaruhi praktik
pendidikan.
Pendidikan Dasar dan Menengah
Pendidikan sebagai persiapan

Perbedaan Progresivisme dengan Perenialisme terutama pada sikapnya

tentang
“education as preparation”. Dewey dan tokoh-tokoh Progresivisme yang
lain
menolak pandangan bahwa sekolah (pendidikan) adalah persiapan untuk
kehidupan. Tetapi Perenialisme berpendapat bahwa pendidikan adalah
persiapan
bagi kehidupan di dalammasyarakat. Dasar pandangan ini berpangkal pada
ontologi, bahwa anak ada dalam fase potensialitas menuju aktualitas,
menuju
kematangan.

Kurikulum Sekolah Menengah

Prinsip kurikulum pendidikan dasar, bahwa pendidikan sebagai persiapan,


berlaku pula bagi pendidikan menengah. Perenialisme membedakan
kurikulum
pendidikan menengah antara program, “general education” dan pendidikan
kejuruan, yang terbuka bagi anak umur 12-20 tahun.

Pendidikan Tinggi dan Adult Education


Kurikulum Universitas

Program “general education” dipersiapkan21 untuk pendidikan tinggi dan

adult
program general education yang telah selesai disiapkan, bagi umur 21 tahun
sebab dianggap telah cukup mempunyai kemampuan melaksanakan
program pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi pada prinsipnya diarahkan
untuk mencapai tujuan kebajikan intelektual yang disebut “The intellectual
love of good”.

Kurikulum Pendidikan Orang Dewasa

Tujuan pendidikan orang dewasa ialah meningkatkan pengetahuan yang

telah
dimilikinya dalam pendidikan lama sebelum itu, menetralisir pengaruh-
pengaruh
jelek yang ada. Nilai utama pendidikan orang dewasa secara filosofis ialah
mengembangkan sikap bijaksana, guna mengorganisasi pendidikan anak-
anaknya,
dan membina kebudayaannya. Malahan Hutchins mengatakan, pendidikan

orang
dewasa adalah jalan menyelamatkan kehidupan bangsa-bangsa.

C. Konsep Dasar Perenialisme

Hakikat pendidikan

Tentang pendidikan kaum perenialisme memandang education as cultur


regression, pendidikan sebagai jalan kembali, atau proses mengembalikan
keadaan manusia sekarang seperti dalammasa lampau yang dianggap

sebagai
kebudayaan ideal. Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan
tentang
nilai-nilai kebenaran yang pasti, absolut, dan abadi yang terdapat dalam
kebudayaan masa lampau yang dipandang sebagai kebudayaan ideal
tersebut.
Sejalan dengan hal diatas, penganut perenialisme percaya bahwa prinsip-

prinsip
pendidikan juga bersifat universal dan abadi.

Filsafat pendidikan perenialisme22 mempunyai empat prinsip dalam


pembelajaran secara umum yang mesti dimiliki manusia, yaitu:
Tujuan umum pendidikan

Membantu anak menyingkap da


n menanamkan kebenaran-
kebenaran hakiki.
Oleh karena itu kebenaran-
kebenaran itu universal dan kon
stan, maka kebenaran-
kebenaran itu hendaknya menja
di tujuan-tujuan pendidikan yan
g murni.
Kebenaran-kebenaran hakiki da
pat dicapai dengan sebaik-
baiknya melalui:

Latihan intelektual secara cerm


at untuk melatih pikiran.
Latihan karakter sebagai cara m
engembangkan manusia secara
sepiritual.
Pendidikan menurut tokoh-
tokoh aliran perenialisme beriku
t ini:
Menurut plato pendidikan adala
h membina atau memimpin yan
g sadar
akan asas normative dan melak
sanakanya dalam aspek kehidu
pan.
Menurut Aristoteles pendidikan
adalah membentuk kebiasaan p
ada
tingkat pendidikan usia mud
a dalam menanamkan kesadar
an menurut
aturan moral.
Menurut Thomas Aquinas pendi
dikan adalah menuntun kemam
pauan-
kemampuan yang masih tidur m
enjadi aktif.
Hakikat guru

Tugas utama pendidikan


adalah guru, dimana tugas pend
idikan yang
memberikan pendidikan dan pe
ngajaran (pengetahuan) kepada
anak didik. Faktor
keberhasilan anak dalam akalny
a adalah guru, berikut pandanga
n aliran
perenialisme mengenai guru.

Guru mempunyai peran yang do


minan dalam penyelenggaraan k
egiatan
belajar-mengajar di dalam kelas
.
Guru hendaknya adalah orang y
ang menguasai cabang ilmu, yan
g bertugas
membimbing diskusi yang akan
memudahkan siswa dalam men
yimpulkan
kebenaran, yang tepat, tan
pa cela, dan dipandang sebagai
orang yang
memiliki otoritas dalam suatu b
idang pengetahuan dan keahli
annya tidak
diragukan.
Hakikat murid
23
Murid dalam aliran perenialisme merupakan mahkluk yang di bimbing oleh
prinsip-prinsip pertama, kebenaran-kebenaran abadi, pikiran mengangkat dunia
biologis. Hakikat pendidikan upaya proses transformasi pengetahuan dan nilai
pada subyek didik. Mencakup totalitas aspek kemanusiaan, kesadaran, sikap dan
tindakan kritis, terhadap fenomena yang terjadi di sekitarnya. Pendidikan
bertujuan mencapai tujuan kepribadian manusia yang menyeluruh secara
seimbang melalui latihan jiwa, intelek diri manusia yang rasianaol, perasaan dan
indera, karena itu pendidikan harus mencakup pertumbuhan manusia dalam segala
aspeknya.

Proses belajar mengajar

Tuntutan tertinggi dalam belajar menurut perenialisme adalah latihan dan


disiplin mental.

Teori dasar dalam belajar menurut perenialisme terutama:

Mental disiplin sebagai teori dasar

Menurut perenialisme latihan dan pembinaan berfikir adalah salah satu


kewajiban tertinggi dalam belajar, karena program pada umumnya dipusatkan
kepada kemampuan berfikir.

Rasionalitas dan asas kemerdekaan

Asas berfikir dan kemerdekaan harus menjadi tujuan utama pendidikan,


otoritas berfikir harus disempurnakan sesempurna mungkin. Dan makna
pendidikan hendaknya membantu manusia untuk dirinya sendiri yang
membedakanya dari mahkluk yang lain. Fungsi belajar harus diabdikan bagi
tujuan itu, yaitu aktualisi diri manusia sebagai mahkluk rasional yang bersifat
merdeka.

Learning to Reason (belajar untuk berfikir)

Bagaimana tugas berat ini dapat dilaksanakan yakni belajar supaya mampu
berfikir. Perenialisme tetap percaya dengan asas pembentukan kebiasaan dalam

24
permulaan pendidikan anak. Kecakapan membaca, menulis, dan
menghitung merupakan landasan dasar. Dan berdasarkan pentahapan itu,
maka learning to reason menjadi tujuan pokok pendidikan tinggi.

Belajar sebagai persiapan hidup

Belajar untuk mampu berfikir bukanlah semata-mata tujuan kebajikan

moral
dan kebajikan intelektual dalam rangka aktualitas sebagai filosofis, belajar
untuk
berfikir pula guna untuk memenuhi fungsi practical philoshopy baik etika,

sosial
politik, ilmu dan seni.

Kurikulum

Kurikulummenurut kaum perenialis harus menekankan pertumbuhan


intelektual siswa pada seni dan sains. Untuk menjadi “pelajar secara
cultural”
para siswa harus berhadapan dengan bidang seni dan sains yang

merupakan karya
terbaik yang diciptakan oleh manusia.

Dua pendukung dari filsafat perenialis adalah Robert Maynard Hutchins.,

dan
mortimer Adler. Sebagai rector di university of Chicago, Hutchin (1963)
mengembangkan suatu kurikulum mahasiswa S1 berdasarkan penelitian

terhadap
buku besar bersejarah (Great Book) dan pembahasan buku-buku klasik.
Kegiatan
ini dilakukan dalam kegiatan seminar-seminar kecil.kurikulum perenialis
Hutchins didasarkan asumsi mengenai pendidikan.

Pendidikan harus mengangkat pencarian kebenaran manusia yang


berlangsung terus menerus. Kebenaran apaun akan selalu benar
dimanapun
juga, kebenaran bersifat universal dan tidak terikat waktu. Karena kerja
pikiran adalah bersifat intelektual dan memfokuskan pada gagasan-
Analisis kritis terhadap konsep dasar aliran perenialisme
Kelebihan
Perenialisme mengangkat kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip
umum
yang menjadi pandangan hidup yang kokoh pada zaman kuno d
an abad
pertengahan. Dalam pandangan perenialisme pendidikan lebih
banyak
mengarahkan perhatianya pada kebudayaan ideal yang telah te
ruji dan
tanguh.
Kurikulummenekankan pada perkembangan intelektual siswa p
ada seni
dan sains. Untuk menjadi terpelajar menjadi kultural, para sis
wa harus
berhadapan pada bidang-bidang seni dan sains yang meru
pakan karya
terbaik dan paling signifikan yang diciptakan oleh manusia.
Kelemahan
Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatika
n
kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini men
ekankan
pada kebenaran absolut, kebenaran universal yang tidak
terkait pada
tempat dan waktu aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
Perenialisme kurang menerima adanya perubahan-perubahan, k
arena
menurut mereka perubahan-perubahan banyak menimbulkan
kekacauan,
ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehid
upan moral,
intelektual, dan sosiokultural.
Solusi
Dalam proses pembelajaran guru harus menyeimbangkan antara
pengetahuan dan kegiatan sehari-hari siswa. Yaitu dengan
menyeimbangkan aspek kognitif, afektif, dan pesiko
motorik. Guru
dikelas tidak hanya menekankan pada aspek kognitif saja.
Perenialis harus bisa lebih terbuka terhadap perubahan yang ter
jadi di
setiap jaman karena suatu perubahan tidak selalu berdampak b
uruk atau
pengaruh negative dalam kehidupan moral, intele
ktual, dan
sosiokultural, harus dapat menyaring perubahan-perubahan ya
ng terjadi.

26
D. Relevansi pandangan perenialisme dan penerapanya di bidang
pendidikan
Ilmu pengetahuan merupakan yang tertinggi menurut perenialisme, karen
a
dengan ilmu pengetahuanlah seorang dapat berfikir yang bersifat analisa.
Jadi
dengan berfikir maka kebenaran itu akan dapat di hasilkan melalui akal pi
kiran.
Menurut Epistimologi Thomisme sebagian besarnya berpusat sebagai pen
golahan
tenaga logika pada pikiran manusia. Apabila pikiran itu bermula pada kead
aan
potensialitas, maka dia dapat dipergunakan untuk menampilkan tenagany
a secara
penuh. Jadi epistimologi dari perenialisme, harus memiliki pengetahuan t
entang
pengertian kebenaran yang sesuai dengan realita hakiki, yang dibuktikan d
engan
kebenaran yang ada pada diri sendiri dengan menggunakan tenaga pada lo
gika
melalui hukum berfikir metode deduksi, yang meupakan teknologi filsafat
yang
menghasilkan kebenaran hakiki, dan tujuan dari epistimologi perenialisme
dalam
premis mayor dan metode induktifnya sesuai dengan ontologi tentang real
itas
khusus.

Menurut perenialisme penguasaan pengetahuan mengenai prinsip-


prinsip
pertama adalah modal bagi seorang untuk mengembangkan pikiran dan
kecerdasan. Prinsip-prinsip pertama mempunyai peran sedemikian, kar
ena telah
memiliki evidensi diri sendiri.

Dengan pengetahuan, bahan penerangan yang cukup, orang akan mamp


u
mengenal faktor-faktor dengan pertautannya masing-masing memahami
problem
yang diselesaikan dan berusaha untuk mengadakan penyelesaian masala
hnya.
Dengan demikian ia telah mampu mengembangkan suatu paham.

27
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpul
an

Perenialism
e memanda
ng bahwa k
epercayaan-
kepercayaa
n aksiomatis
zaman
kuno dan a
bad perteng
ahan perlu d
ijadikan das
ar penyusun
an konsep fil
safat dan
pendidikan
zaman seka
rang. Sikap i
ni bukankah
nostalgia (ri
ndu atas hal
-hal yang
sudah la
mpau semat
a-mata) teta
pi telah berd
asarkan key
akinan bahw
a
kepercayaa
n-
kepercayaa
n tersebut b
erguna bagi
abad sekara
ng. Jadi sika
p untuk
kembali k
emasa lamp
au itu merup
akan konse
p bagi peren
ialisme dima
na

pendidikan y
ang ada sek
arang ini per
lu kembali k
emasa lamp
au dengan
berdasarkan
keyakinan b
ahwa keperc
ayaan itu be
rguna bagi a
bad sekaran
g ini.

Asas-asas
filsafat pere
nialisme ber
sumber pad
a filsafat, ke
budayaan y
ang
mempunyai
dua sayap, y
aitu pereniali
sme yang th
eologis yang
ada dalam
pengayoma
n pada gere
ja khatolik,
khususnya
menurut da
n intreprest
asi Thomas
Aquinas dan
perenialisme
sekular yakn
i yang berpe
gang kepad
a ide dan cit
a
filosofis Plat
o dan Aristo
teles.

Filsafat pen
didikan Pere
nialisme me
mpunyai em
pat prinsip d
alam
pembelajara
n secara um
um yang me
sti dimiliki m
anusia, yaitu
:

Kebenaran
bersifat univ
ersal dan tid
ak tergantun
g pada temp
at, waktu, d
an
orang
Pendidikan
yang baik m
elibatkan pe
ncarian pem
ahaman ata
s kebenaran
Kebenaran
dapat ditem
ukan dalam
karya – kary
a agungPen
didikan adal
ah
kegiatan lib
eral untuk m
engembang
kan nalar.

B. Saran
Makalah me
nyadari bah
wa makalah
ini belum se
penuhnya te
pat,baik dari
isi maupun
penulisan.
Oleh karen
a itu, perl
u adanya
review ata
u
peninjauan
ulang ag
ar kesalah
an kesala
han yang
ada dap
at
diminimalis
asir.
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, Chaedar. Filsa
fat Bahasa dan Pendidik
an. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya. 2008

Khobir, Abdul. Filsafat Pe


ndidikan Islam. Pekalong
an: STAIN Pekalongan
Press. 2007

Syam, Mohammad Nor


. Filsafat Kependidikan
dan Dasar Filsfat Kepen
didikan
Pancasila. Surabaya: Usa
ha Nasional. 1988

Khobir, Abdul. Filsafat P


endidikan Islam,. Pekalon
gan: STAIN Pekalongan
Press. 2007, hal. 62.

Syam, Mohammad Nor


. Filsafat Kependidikan
dan Dasar Filsfat Kepen
didikan
Pancasila. Surabaya: Us
aha Nasional. 1988. Hal.
325-328.

Alwasilah, Chaedar Filsaf


at Bahasa dan Pendidika
n. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008. Hal. 1
04.

Khobir, Abdul. Filsafat P


endidikan Islam. Pekalon
gan: STAIN Pekalongan
Press,
2007. Hal. 68-69.

29
LAMPIRAN

Aulia Rahmi Etika

30
31
32
33
34
35
36
Apa saja prinsip kurikulum pendidikan dasar?
Jawabannya menurut perenialismePrinsip kurikulum pendidikan dasar menurut
perenialisme adalah membantu subjek didik menemukan dan menginternalisasikan
kebenaran abadi yang bersifat universal dan tetap. Penguasaan pengetahuan mengenai
prinsip-prinsip pertama adalah modal bagi subjek didik dalammemahami kebenaran
hakiki. Perenialisme memandang pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat
perhatiannya kepada kebudayaan ideal, dan pendidikan harus lebih banyak mengarahkan
pusat perhatiannya kepada nilai-nilai abadi. Kurikulum pendidikan dalam aliran
perenialisme terfokus pada apa yang sulit untuk dipelajari, yaitu tentang subject atau
mata pelajaran yang berkaitan dengan kebenaran abadi dan nilai-nilai universal.
Bagaimana pandangan aliran perenialisme mengenai kurikulum dan guru di sekolah?
Jawaban :
padangan aliran perenialisme mengenai kurikum yaitu :Kurikulummenurut kaum
perenialis harus menekankan pertumbuhan intelektual siswa pada seni dan sains.
Untuk menjadi "terpelajar secara cultural" para siswa harus berhadapan dengan
bidang seni dan sains yang merupakan karya terbaik yang diciptakan oleh
manusia.
pandangan aliran perenialisme mengenai guru yaitu:

Anda mungkin juga menyukai