Filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu “philos” dan “sophia”. Philos, artinya cinta
yang mendalam, dan Sophia adalah kearifan atau kebijaksanaan. Dari arti harfiah ini, Filsafat
diartikan sebagai cinta yang mendalam akan kearifan.
Plato. Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.
Al Farabi. Filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang
sebenarnya.
Filsafat adalah pandangan hidup yang sebelumnya telah direnungkan dan difikirkan baik
berdasarkan pengalaman, tragedy alam ataupum pemahan setip indifidu yang diyakini
kebenarannya.
Landasan filosofis pendidikan adalah asumsi filosofis yang dijadikan titik tolak dalam rangka
studi dan praktek pendidikan. Sebagaimana telah Anda pahami, dalam pendidikan mesti terdapat
momen studi pendidikan dan momen praktek pendidikan.
Melalui studi pendidikan antara lain kita akan memperoleh pemahaman tentang landasan-
landasan pendidikan, yang akan dijadikan titik tolak praktek pendidikan.
Dengan demikian, landasan filosofis pendidikan sebagai hasil studi pendidikan tersebut, dapat
dijadikan titik tolak dalam rangka studi pendidikan yang bersifat filsafiah, yaitu pendekatan yang
lebih komprehensif, spekulatif, dan normatif.
Pendidikan yang diselenggarakan dengan suatu landasan yang kokoh, maka prakteknya akan
mantap, benar dan baik, relatif tidak akan terjadi kesalahan-kesalahan yang dapat merugikan,
sehingga praktek pendidikan menjadi efisien, efektif, dan relevan dengan kebutuhan individu,
masyarakat dan pembangunan.
Landasan pendidikan akan berfungsi sebagai titik tolak atau tumpuan bagi para guru dalam
melaksanakan praktek pendidikan.
Filsafat memegang peranan penting dalam penyusunan & pengembangan kurikulum. Sama
halnya dalam Filsafat Pendidikan, dikenal ada beberapa aliran filsafat, diantaranya perenialisme,
essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme.
1. Perenialisme
Perenial berarti “abadi” , aliran ini beranggapan bahwa beberapa gagasan telah bertahan selama
berabad – abad dan masih relevan saat ini seperti pada saat gagasan tersebut baru ditemukan.
Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada
warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang
memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada
kebenaran absolut, kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini
lebih berorientasi ke masa lalu.
2. Essensialisme
Aliran filsafat essensialisme adalah suatu paham yang menginginkan agar manusia kembali
kepada kebudayaan yang lama , merujuk kepada pendidikan bersifat “tradisional” atau “back to
basics” aliran ini dinamakan demikian karena filsafat ini berupaya menanamkan pada anak didik
hal – hal “essensial” dari pengetahuan akademik dan perkembangan karakterEssensialisme
menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada
peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains, dan mata
pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup
di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa
lalu.
3. Eksistensialisme
Eksistensialisme merupakan paham yang berpusat pada manusia individu yang bertanggung
jawab atas kemauannya yang bebas/kreatif , seseorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran itu
bersifat relative, dan karenanya itu masing – masing individu bebas menetukan mana yang benar
atau salah . Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang
hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri.
Aliran ini mempertanyakan: Bagaimana saya hidup di dunia? Apa pengalaman itu?
4. Progresivisme
5. Rekonstruktivisme
Dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung dilakukan secara
eklektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan berbagai kepentingan yang
terkait dengan pendidikan. Saat ini, pada beberapa negara dan khususnya di Indonesia,
tampaknya mulai terjadi pergeseran landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu dengan
lebih menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme. (http://wawasan-
tekno.blogspot.com/2012/11/landasan-filosofis-pengembangan.html)
Dalam konteks ini filosofi berperan sebagai sudut pandang pemikiran-pemikiran yang diterapkan
pada proses dan pelaksanaan pemecahan masalah pendidikan, serta dijadikan salah satu dasar
penentuan rencana dan konsep kurikulum agar tercapai segala cita-cita dan tujuan sebagai
kontent dari kurikulum yang dibuat
Di Indonesia sendiri acuan filosofis mengacu pada pancasila sebagai landasan dominan dari
segala perncanaan kurikulum
Pada hakikatnya kurikulum merupakan alur atau tahapan yang harus dilalui untuk mencapai
tujuan pendidikan. Pengembangan kurikulum membutuhkan filsafat sebagai acuan atau landasan
berpikir. Landasan filsafat tertentu beserta konsep-konsepnya yang meliputi konsep metafisika,
epistomologi, logika da aksiologi akan berimplikasi terhadap konsep-konsep pendidikan yang
meliputi rumusan tujuan pendidikan, isi pendidikan, metode pendidikan, peranan pendidikan dan
peserta didik.