Anda di halaman 1dari 45

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN KADAR SGPT (Serum Glutamic Pryruric


Transminase) DAN SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic
Transaminase) PADA SUPIR PETE-PETE YANG
MENGKONSUMSI MINUMAN BERENERGI

CHANDRA RIANSAH

PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

POLITEKMIK KESEHATAN MUHAMMADIYAH

MAKASSAR

2019
DAFTAR ISI

Daftar isi .........................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. LATAR BELAKANG ........................................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH ....................................................................... 5

C. TUJUAN PENELITIAN ....................................................................... 5

D. MANFAAT PENELITIAN .................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 7

A. Tinjauan Umum Tentang Hati ............................................................ 7

B. Tinjauan Umum Tentang SGPT & SGOT ........................................ 14

C. Tinjauan Umum Tentang Minuman Berenergi ................................. 18

D. Tinjauan Umum Tentang Darah dan Serum .................................... 22

E. Metode Pemeriksaan SGPT dan SGOT .......................................... 24

F. Tinjauan Tentang Fotometer Chemistry Analyzer Cobas C 311 ...... 26

G. Kerangka konseptual ....................................................................... 28

BAB III METODE PENELITIAN.................................................................. 30

A. Jenis Penelitian ................................................................................ 30

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................ 30

C. Populasi dan Sampel ....................................................................... 30

D. Teknik Pengambilan Sampel. .......................................................... 31

E. Variabel Penelitian ........................................................................... 31

F. Definisi Operasional ......................................................................... 31

G. Prosedur Penelitian .......................................................................... 34

i
H. Alat dan Bahan................................................................................. 35

I. Prosedur kerja .................................................................................. 35

J. Interpretasi Hasil .............................................................................. 37

K. Kerangka Operasional ..................................................................... 37

L. Analisis Data .................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 39

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Fotometer Chemistry Analyzer Cobas C 311 ........................... 26

Gambar 2. Skema kerangka konseptual .................................................... 29

Gambar 3. Kerangka operasional .............................................................. 38

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.Zat Kandungan Minuman Berenergi dan Efeknya Terhadap

Tubuh......................................................................................................... 20

Tabel 2.2 (Sumber : Laboratorium)/Cobas C 311 ...................................... 37

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kehidupan masyarakat modern yang selalu aktif dan bekerja keras,

mengakibatkan lebih sering muncul rasa lelah. Kelelahan tersebut dapat

disebabkan sumber energi yang dimiliki oleh tubuh menurun atau habis,

asam laktat meningkat, keseimbangan cairan dan elektrolit terganggu

sehingga mengakibatkan timbulnya rasa lemah, lesu, dan penurunan

konsentrasi. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengurangi atau

menghilangkan rasa lelah tersebut adalah dengan mengonsumsi suplemen

berenergi yang mengandung vitamin dan mineral yang diperlukan serta

mudah diserap oleh tubuh(Oetoro, 2008).

Minuman berenergi adalah jenis minuman yang bertujuan untuk

menambah energi seseorang yang meminumnya. Minuman berenergi

mengandung beberapa bahan seperti vitamin, mineral, asam amino atau

bahan lain yang mempunyai nilai gizi dan atau efek fisiologis dalam jumlah

terkonsentrasi (Sophia, 2009).

Minuman berenergi dapat dikemas dalam bentuk cair, kapsul

maupun yang serbuk dengan beragam merk seperti, Extrajoss, Hemaviton,


2

Phanter, Energy Drink, dan masih banyak lagi yang lainnya. (Adriansyah

Jimmy,2009).

Beberapa minuman berenergi tidak mencantumkan kadar kafein

yang dikandung dalam satu kemasannya. Kafein adalah sumber pemberi

energi utama di samping bahan stimulan lainnya yang juga terkandung di

jenis minuman ini. Setelah konsumsi beberapa waktu, sebagian orang akan

mengalami ketergantungan karena menerima kadar kafein yang cukup

banyak dari minuman berenergi.

Batas kafein yang dapat dikonsumsi orang dewasa adalah sekitar

400mg per hari, namun tentu saja hal ini dapat lebih rendah atau lebih

tinggi untuk sebagian orang. Dalam minuman berenergi, kafein yang

terkandung sekitar atau lebih dari 70mg sampai 200mg, jumlah ini dapat

bertambah dari bahan lainnya yaitu guarana yang biasanya terkandung

dalam minuman berenergi. Jika seseorang juga meminum sumber kafein

lainnya seperti kopi, maka ia dapat mengalami overdosis kafein yang

efeknya dapat berbahaya bagi jantung.

Salah satu kandungan penting dalam minuman berenergi adalah

niasin. Niasin (vitamin B3) sebagai salah satu vitamin B kompleks yang

terdapat dalam minuman berenergi – selain vitamin B6 dan B12 – memiliki

kadar paling tinggi [4],[5]. Berdasarkan penelitian terdahulu, niasin

digunakan sebagai obat anti dislipidemia, sehingga dapat menurunkan

kadar kolestrol, trigliserida, low density lipoprotein (LDL), dan very low
3

density lipoprotein (VLDL) serta meningkatkan kadar high density

lipoprotein (HDL). Seiring penggunaannya yang berlebih, timbul beberapa

efek samping diantaranya kemerahan, ruam, hipotensi, pusing, serta

toksisitas hati maupun gastrointestinal. Adanya efek hepatotoksisitas dapat

diketahui dengan peningkatan kadar serum enzim hati, tetapi beratnya

hepatotoksisitas dapat diketahui apabila tejadi gagal hati akut.

Banyaknya kasus overdose minuman berenergi sangat dikaitkan

dengan kandungan niasin dalam dosis tinggi yang memiliki efek

hepatotoksik dengan manifestasi berupa kenaikan enzim aminotransferase

ringan sampai sedang dan perubahan histopatologi sel-sel hati. Kasus

hepatitis yang terjadi dikaitkan dengan intensitas konsumsi minuman

berenergi dengan kandungan niasin sebesar 30 mg per kemasannya.

Salah satu penelitian eksperimental pada tahun 2010 menunjukkan

bahwa konsumsi kafein dalam minuman berenergi dengan jumlah yang

terlalu banyak akan menghambat kinerja otak. Minuman berenergi memang

terbukti meningkatkan kemampuan kognitif seseorang namun fungsinya

dapat menurun jika dikonsumsi terlalu banyak. Dalam penelitian ini,

konsumsi Minuman berenergi dengan dosis 1,8 ml/kg terbukti dapat

membantu dalam berkonsentrasi, namun dengan dosis tiga kali lipat lebih

tinggi (5,4 ml/kg) akan mengurangi kemampuan konsentrasi pada individu.

Minuman berenergi juga mengandung beberapa bahan lainnya

namun kandungannya terlalu sedikit untuk menimbulkan manfaat bagi


4

tubuh. Terdapat juga bahan lainnya yang biasanya sudah terpenuhi tanpa

suplemen seperti taurine dan vitamin B. Khusus vitamin B, terdapat

beberapa jenis yang tidak dapat diserap dengan cara diminum sehingga

langsung terbuang dapat diserap terlebih dahulu.

Pada kondisi tubuh sehat, kelebihan zat pada minuman berenergi

akan diproses terlebih dahulu di dalam hati untuk kemudian diekskresikan

oleh tubuh melalui cairan urin, keringat maupun faeces. Kerja organ hati

atau liver menjadi jauh lebih berat dengan adanya bahan-bahan stimulan

seperti taurin dan kafein yang terdapat di dalam minuman berenergi.

Toksisitas langsung akan terjadi dalam hitungan jam serta berakibat fatal

dengan kematian, sedangkan efek toksisitas tidak langsung terjadi akibat

akumulasi jangka panjang dengan menimbulkan kerusakan organ hati yang

sangat luas secara perlahan (Merati, 2009).

Terganggunya metabolisme di hati dapat mengakibatkan terjadinya

pembengkakan yang dapat mengakibatkan adanya kenaikan enzim

transminase yang diproduksi oleh hati. Pemeriksaan yang digunakan untuk

mengetahui adanya kenaikan enzim transminase yaitu dengan melakukan

pemeriksaan SGPT atau SGOT, akan tetapi pemeriksaan SGPT lebih

spesifik dilakukan karena enzim SGPT lebih banyak diproduksi di hati

daripada enzim SGOT (Ronal dan Richard, 2004).

Perlu diperhatikan bahwa ada sedikit variasi dari nilai normal kedua

enzim ini, dan ini sangat tergantung dari laboratorium masing-masing. Hasil
5

SGOT dan SGPT yang normal belum tentu menunjukkan bahwa seseorang

bebas dari penyakit hati. Karena pada kasus penyakit hati kronis, dapat

ditemukan kadar enzim SGOT dan SGPT yang normal atau sedikit hanya

meningkat sedikit. Kondisi ini sering ditemukan pada kasus hepatitis B

kronik atau hepatitis C kronik. Pada infeksi hati kronik , sel hati mengalami

kerusakan secara perlahan-lahan sehingga kenaikan SGOT dan SGPT

tidak signifikan bahkan terlihat normal.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan masalah

sebagai berikut :

1. Berapa nilai normal kadar SGOT dan SGPT pada supir pete-pete yang

mengkonsumsi minuman berenergi Makassar?

2. Bagaimana gambaran kadar SGOT dan SGPT pada supir pete-pete yang

sering mengkonsumsi minuman berenergi Makassar?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui nilai normal kadar SGOT dan SGPT

2. Untuk mengetahui gambaran kadar SGOT dan SGPT pada supir pete-pete

Makassar.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya penelitian ini adalah:


6

1. Memberikan wawasan bagi penulis mengenai gambaran kadar SGOT dan

SGPT pada pengkonsumsi minuman berenergi.

2. Memberikan informasi bagi masyarakat khususnya sopir pete-pete

Makassar mengenai kadar SGOT dan SGPT pada pengkonsumsi minuman

berenergi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Hati

Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh. Berat hati normal

pada orang dewasa antara 1200-1600 gram atau 2,5% berat badan.

hati terletak di perut kanan atas, di bawah diafragma kanan, di bagian

rongga toraks, dilapisi kapsula glisson, kemudian bersatu dengan jaringan

ikat daerah portal. Hati normal terlihat kenyal dan permukaan mengkilat,

warna tengguli, biasanya tidak teraba dari luar.Hati bisa teraba pada tepi

bawah iga kanan, terutama pada saat inspirasi (Wirasmi M, 2010).

Fungsi utama hati adalah sebagai tempat terjadinya metabolisme

protein, lemak, dan karbohidrat.Bergantung kepada kebutuhan tubuh, ketiga

metabolisme dapat saling terkait. Hati juga berfungsi sebagai tempat

penyimpanan berbagai zat seperti mineral (Cu, Fe) serta vitamin yang

larut dalam lemak (vitamin A,D,E, dan K), Glikogen dan berbagai racun

yang tidak dapat dikeluarkan dari tubuh (Batticaca, 2009).

Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, terdapat di rongga perut

sebelah kanan atas, berwarna kecoklatan dan beratnya antara 1200-1600

gram atau sekitar 2,5% berat badan pada orang dewasa normal. Hati

mendapat suplai darah dari pembuluh nadi (arteri hepatica) dan pembuluh
8

gerbang (vena porta) dari usus. Hati dibungkus oleh selaput hati (capsula

hepatica). Hati terdapat pembuluh darah dan empedu yang di persatukan

selaput jaringan ikat (capsula glison). Hati juga terdapat sel-sel perombak sel

darah merah yang telah tua disebut histiosit. Sebagai alat eksresi hati

menghasilkan empedu yang merupakan cairan jernih kehijauan, didalamnya

mengandung zat warna empedu (bilirubin), garam empedu, kolesterol dan

juga bakteri serta obat-obatan. Zat warna empedu terbentuk dari rombakan

eritrosit yang telah tua atau rusak akan ditangkap histiosit selanjutnya

dirombak dan haeglobinnya dilepas.

Hati juga merupakan organ tubuh yang terpenting berkaitan dengan

metabolisme asam amino, lemak, karbohidrat dan vitamin. Hati juga berfungsi

mensintesis protein plasma, faktor pembekuan, asam empedu, katabolisma

hormon, dan sebagai organ detoksifikasi. Hati terbungkus oleh sebuah kapsul

fibroelastik yang disebut kapsul glisson dan secara makroskopik dipisahkan

menjadi lobus kiri dan kanan. Kapsul glisson berisi pembuluh darah,

pembuluh limfe dan saraf. Kedua lobus hati tersusun oleh unit-unit yang lebih

kecil disebut lobules. Lobules terdiri atas sel-sel hati (hepatosit), yang

menyatu dalam suatu lempeng. Sel-sel hati dianggap sebagai unit fungsional

hati. Sel-sel hati dapat melakukan pembelahan sel dan mudah diproduksi

kembali saat dibutuhkan untuk mengganti jaringan yang rusak. Kerusakan

akut pada hati dapat menjadi sangat berat, sehingga terkadang

menyebabkan kematian dalam beberapa hari (gagal hati fulminans, nekrosis


9

hati akut, dan atrofi kuning akut dari hati). Kebanyakan hal ini disebabkan

oleh zat beracun. Sedangkan kerusakan akut yang lebih ringan dapat terjadi

karena adanya virus dari berbagai jenis yang masuk ke vena porta, yang

kemudian diterima oleh hati. Karena hati mempunyai multifungsi yang

berkaitan dengan metabolisme, maka tes faal hati meliputi berbagai tes

antara lain, kimia klinik, imunologi, seperti petanda tumor dan lain-lain.

Hati adalah organ yang paling besar di dalam tubuh kita, warnanya coklat

dan beratnya ± 1 ½ kg. Letaknya dibagian atas dalam rongga abdomen di

sebelah kanan bawah diafragma. Hati terbagi atas dua lapisan utama :

1. Permukaan atas terbentuk cembung, terletak di bawah diafragma.

2. Permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan lekukan fisura transfersus.

Permukaanya diliputi oleh peritoneum viserial, kecuali daerah kecil pada

permukaan posterior yang melekat langsung pada diafragma. Beberapa

ligamentum yang merupakan lipatan peritoneum terdapat jaringan

penyambung padat yang dinamakan kapsula glisson, yang meliputi

permukaan interior membentuk rangka untuk cabang-cabang vena porta,

arteri hepatika dan saluran empedu. Selain merupakan organ yang

mempunyai ukuran terbesar, hati juga mempunyai fungsi yang banyak dan

paling komplek.

Hati merupakan pertahanan hidup dan berperan pada hampir setiap

fungsi metabolisme tubuh. Hati mempunyai kapasitas cadangan yang besar

dan fungsi jaringan untuk mempertahankan tubuh, hati juga mempunyai


10

kemampuan regenerasi yang mengagumkan. Kerusakan hati sebagian pada

kebanyakan kasus sel yang mati atau sakit, maka akan diganti dengan

jaringan hati yang baru. Fungsi hati antara lain:

 Mengubah zat makanan yang diabsorpsi dari usus dan yang disimpan

disuatu tempat dalam tubuh, dikeluarkan sesuai dengan pemakaian dalam

jaringan.

 Mengubah zat buangan dan bahan racun untuk disekresi dalam empedu dan

urin, membersihkan darah sebelum zat-zat toksin tersebut mencapai organ

tubuh yang peka misalnya otak fungsi, hal ini disebut detoksikasi.

 Menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi glikogen,karbohidrat yang

diabsorbsi sebagai glukosa disimpan dalam hati sebagai glikogen. glukosa

dilepaskan sesuai dengan kebutuhan.

 Sekresi empedu.

Hati berperan dalam metabolisme beberapa obat eksogen dan

hormon endogen.Metabolisme terjadi melalui beberapa sistem enzimyang

terlibat dalam transformasi biokimiawi seperti efek lintas pertama dalam

aliran darahdari keseluruhan saluran pencernaan yang melewati hati

melalui sirkulasi portal(Batticaca, 2009).


11

Pemeriksaan fungsi hati diindikasikan untuk penapisan atau deteksi

adanya kelainan atau penyakit hati, membantu menengakkan diagnosis,

memperkirakan beratnya penyakit, membantu mencari etiologi suatu

penyakit, menilai hasil pengobatan, membantu mengarahkanupaya

diagnostik selanjutnya serta menilai prognosis penyakit dan disfungsi hati

(Hall dan Cash, 2011).

Interpretasi tes fungsi hati seharusnyamenjadi komprehensif dan hati-hati

karena bisadipengaruhi oleh banyak faktor individudan lingkungan,termasuk

usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh (BMI),minum alkohol,

merokok,malnutrisi,adanya penyakit ekstrahepatik seperti penyakit jantung,

muskuloskeletal, atau endokrin, dan status kesehatan hatiitu sendiri(Jang et

al., 2012). Jenis uji fungsi hati dapat dibagi menjadi tiga besar, yaitu

penilaian fungsi hati, mengukur aktivitas enzim, dan mencari etiologi

penyakit. Pada penilaian fungsi hati diperiksa fungsi sintesis hati, eksresi,

dan detoksifikasi (Rosida, 2016).

Pemeriksaan transaminase yang terdiri dari SGOT dan SGPT penting

untuk menilai kelainan hati dan organ lain. SGPT lebih spesifik untuk kelainan

dihati. Pola enzim sangat membantu dalam menegakkan diagnosis gangguan

hati tetapi pemeriksaan yang lengkap disertai pemeriksaan penunjang lain

seringkali harus dilakukan. Untuk meningkatkan mutu hasil pemeriksaan

laboratorium mutlak perlu dilaksanakan peningkatan mutu internal dan

eksternal.
12

Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) adalah enzim

transaminase yang juga disebut yang berfungsi sebagai katalisator

perubahan dari asam amino menjadi asam alfa ketoglutarat. SGOT disebut

juga dengan AST atau Aspartate aminotransferase. SGOT ditemukan dalam

sitoplasma dan mitokondria sel hati, jantung, otot skelet, ginjal, pankreas, dan

eritrosit. Pada kerusakan sel-sel tersebut diatas, SGOT dalam serum

meninggi. Nilai rujukan untuk SGOT pada pria sampai 37 U/I dan pada

wanita sampai 31 U/I.

Nilai tidak normal pada kerusakan sel fase akut penyakit misalnya :

 20 × pada virus hepatitis akut, trauma otot, post operasi, kerusakan hati

karena otot.

 10 – 20 × pada infrak miokard akut, mononucleosis infeksiosa dan cirrhosis

karena alkohol.

 5 - 10 × pada dermatomyositis dan cirrhosis hepatitis kronik.

 2-5 × pada anemia hemolitik, metastase Ca hepatitis, pankreatitis akut, dan

perlemakan hati. Sebagai tes faal hati penentuan SGOT dapat dianggap ada

kelainan faal yang berarti apabila nilai SGOT lebih besar dari 2 kali nilai

normal tertinggi.

Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) adalah enzim

transaminase yang dalam keadaan normal berada dalam jaringan tubuh

terutama hati. Peningkatan dalam serum darah mengindikasikan adanya


13

trauma atau kerusakan hati. Ketika tingkat SGPT tinggi ditemukan dalam

darah, penyebab yang mungkin dapat lebih dipersempit dengan mengukur

enzim lain. Sebagai contoh, peningkatan kadar SGPT karena sel hati yang

rusak dapat dibedakan dari saluran empedu dengan mengukur ALP juga

terkait miopati, SGPT dapat dikesampingkan dengan mengukur kreatinin

kinase enzim. Nilai rujukan untuk SGPT pada pria sampai 42 U/I dan pada

wanita sampai 32 U/I.

Nilai tidak normal pada kerusakan sel fase akut penyakit misalnya :

 20 - 50 × pada hepatitis virus atau karena obat

 10 - 20 × pada hepatitis kronis, mononucleosis, kolestasis atau kolesistitis

dan pada penyembuhan hepatitis.

 1-10 pada cirrhosis hepatis akut, hepatitis karena alkohol.

 1 - 2 × pada infrak miokard akut dan kongesti hepatic.

Seperti halnya pada SGOT, tes SGPT sebgai tes parenchym hati

dapat dianggap ada sangkaan kelainan faal yang berarti apabila nilai SGPT

lebih besar dari 2 kali nilai normal tertinggi. SGPT yang berasal dari

sitoplasma sel hati dianggap lebih spesifik dari pada SGOT (berasal dari

mitochondria dan sitoplasma sel-sel hati) untuk kerusakkan parenchym sel

hati.
14

Enzim Transaminase adalah aktivitas serum aminotransferase,

termasuk SGOTdan SGPT biasanya disebut sebagai enzim hati,hal ini

karena mereka hadir dengan sangat melimpah di dalam hepatosit,

mengkatalisis transfer kelompok amino untuk menghasilkan produk dalam

metabolisme glukoneogenesis dan asam amino. Karena enzim ini dilepaskan

dari hepatosit yang rusak ke dalam darah, aktivitas mereka diukur

dalam serum telah dikenal secara luas sebagai parameteruntuk mendeteksi

penyakit hati (Lee et al., 2008). Pengukuran aktivitas enzim pada hati (serum

aminotransferase, termasuk SGPT/ALT [alanine aminotransferase] dan

SGOT/AST [asparate amniotransferase]) sangat penting dalam diagnosis

dan penilaian penyakit hati (Kim et al., 2008).

B. Tinjauan Umum Tentang SGPT & SGOT

1. SGPT (Serum Glutamik Pyruvik Transaminase)

SGPT merupakan enzim yang utama banyak ditemukan pada sel

hati serta efektif dalam mendiagnosis destruksi hepatoselular. Enzim ini

juga ditemukan dalam jumlah sedikit pada otot jantung, ginjal, serta otot

rangka. Kadar SGPT serum dapat lebih tinggi dari kadar sekelompok

transferase lainnya (transaminase), aminotransferase aspartat (AST/SGOT),

dalam kasus hepatitis akut serta kerusakan hati akibat penggunaan obat dan

zat kimia, dengan setiap serum mencapai 200-4000 U/l. SGPT digunakan

untuk membedakan antarapenyebab karena kerusakan hati dan ikterik


15

hemolitik. Meninjau ikterik, kadar SGPT serum yang berasal dari hati,

temuannya bernilai lebih tinggi dari 300 unit, yang berasal dari bukan hati,

temuan bernilai <300 unit. Kadar SGPT serum biasanya meningkat sebelum

tampak ikterik. Kadar SGPT pada orang dewasa normal, yaitu sekitar 10-35

U/l (Kee, 2008).

SGPTditemukan berlimpah di sitosol pada hepatosit. Aktivitas SGPT

di hati sekitar 3000 kali aktivitas serum. Jadi, dalam kasus cedera

hepatoselular atau kematian, pelepasan SGPT dari sel hati yang rusak

meningkatkan aktivitas SGPT yang diukur dalam serum. Karena kadar

SGPT serum meningkat pada keadaan penyakit yang menyebabkan cedera

hepatoseluler, kadar SGPTserum dapat secara efektif mengidentifikasi

proses penyakit hati yang sedang berlangsung. Kemungkinan penyakit hati

secara signifikan meningkat, terutama jika SGPT yang meningkat dikaitkan

dengan gejala seperti kelelahan, anoreksia atau pruritus(Kim et al., 2008).

Peningkatan kadar enzim hepar sedang (3-20 kali) dapat terjadi pada

kondisi hepatitis akut, hepatitis neonatal, hepatitis kronik, hepatitis autoimun,

hepatitis yang diinduksi obat, hepatitis alkoholik, dan obstruksi traktus

biliaris akut. SGPT biasanya lebih meningkat dibandingkan dengan SGOT,

kecuali pada penyakit heparkronik. Pada hepatitis virus akut, kadar inisial

paling tinggi terjadi dalam 5 minggu dan mencapai kadar normal pada 8

minggu pada 75% kasus (Thapa dan Walia, 2006).


16

Kadar SGPT sering kali dibandingkan dengan SGOT untuk tujuan

diagnostik. SGPT meningkat lebih khas daripada SGOT pada kasus nekrosis

hati dan hepatitis akut, sedangkan SGOT meningkat lebih khas pada

nekrosis miokardium (infark miokardium akut), sirosis, kanker hati,

hepatitis kronis, dan kongesti hati. Kadar SGOT ditemukan normal atau

meningkat sedikit pada kasus nekrosis miokardium. Kadar SGPT kembali

lebih lambat ke kisaran normal daripada kadar SGOT pada kasus hati (Kee,

2008). Nilai normal :

Pria : 42 U/L

Wanita : 32 U/L

2. SGOT (Serum Glutamik Oksoloasetik Transaminase)

Serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT)SGOT merupakan

enzim yang sebagian besar ditemukan dalam otot jantung dan hati,

sementara dalam konsentrasi sedang dapat ditemukan pada otot rangka,

ginjal, dan pankreas. Konsentrasinya yang rendah terdapat dalam darah,

kecuali jika terjadi cedera selular, kemudian dalam jumlah yang banyak,

dilepas ke dalam sirkulasi. Kadar SGOT serum tinggi dapat ditemukan

setelah terjadi infark miokardium (MI) akut dan kerusakan hati. 6 sampai 10

jam setelah infark miokart akut, SGOT akan keluar dari otot jantung dan

memuncak dalam 24 sampai 48 jam setelah terjadi infark. Kadar SGOT


17

serum akan kembali normal dalam 4 sampai 6 hari kemudian, jika tidak

terjadi proses infark tambahan.

Kadar SGOT serum biasanya dibandingkan dengan kadar enzim-

jantung yang lain (kreatin kinase [creatinekinase, CK], laktat dehidrogenase

[lactate dehydrogenase, LDH]). Pada penyakit hati, kadar serum akan

meningkat 10 kali atau lebih, dan tetap demikian dalam waktu yang lama.

Kadar SGOT pada orang dewasa normal, yaitu sekitar 8-38 U/l(Kee, 2008).

Nilai normal :

Pria : 37 U/L

Wanita : 31 U/L

3. Tes Laboratorium untuk Mengetahui Fungsi Hati

Pemeriksaan enzim yang sering dilakukan untuk mengetahui kelainan hati

adalah pemeriksaan SGPT dan SGOT (Serum Glutamic Pirivuc

Transaminase dan Serum Glutamic Oksalat Transaminase). Pemeriksaan

SGPT lebih spesifik untuk mengetahui kelainan hati karena jumlah SGPT

dalam hati lebih banyak daripada SGOT.

Tes fungsi hati yang umum adalah AST (aspartate transaminase), yang di

Indonesia lebih sering disebut sebagai SGOT (serum glutamic-oxaloacetic

transaminase), dan ALT (alanine transaminase) yang biasanya di Indonesia

disebut sebagai SGPT (serum glutamic-pyruvic transaminase). SGOT dan

SGPT akan menunjukkan jika terjadi kerusakan atau radang pada jaringan

hati. SGPT lebih spesifik terhadap kerusakan hati dibanding SGOT.


18

Alkaline phosphatase adalah tes lain yang mungkin dilakukan jika ada

perhatian mengenai hati, dan dapat menunjukkan sumbatan dalam sistem

saluran pembuangan dari empedu. LDH (lactic acid dehydrogenase) adalah

enzim non-spesifik yang dapat meningkat bila hati rusak.

GGT (gamma glutamyl transferase) adalah enzim yang kadarnya diukur

untuk skrining penyakit hati dan untuk memantau sirosis (pengerasan atau

parut/sikatrik pada hati, terutama akibat kecanduan alkohol). Ini juga

bermanfaat untuk mendiagnosis sumbatan pada saluran yang mengalirkan

cairan empedu dari hati ke usus.

C. Tinjauan Umum Tentang Minuman Berenergi

Minuman berenergi adalah minuman ringan yang mengandung

zat-zat stimulan untuk meningkatkan energi, kewaspadaan, dan

meningkatkan performa (Alsunni, 2011). Menurut Buxton (2012), minuman

berenergi adalah minuman yang dipercaya untuk mengurangi dan

mencegah kelelahan, meningkatkan performa fisik, psikologi dan kinerja

kognitif. Minuman berenergi adalah minuman berasa yang berupa air non-

alkohol yang mengandung kafein, karbohidrat, asam amino, vitamin dan

bahan lain dengan tujuan meningkatkan energi, kewaspadaan, metabolisme

dan mental performa (Campbell, 2013). Berdasarkan hal-hal tersebut diatas

dapat disimpulkan bahwa minuman berenergi adalah minuman ringan yang

mengandung bahan-bahan stimulan seperti kafein, vitamin B kompleks dan


19

bahan lainnya yang dipercaya mampu meningkatkan performa fisik maupun

mental.

Minuman berenergi diciptakan untuk memberi energi yang tinggi

kepada konsumennya dengan kombinasi stimulan dan zat-zat penguat

energi lainnya. Mengkonsumsi minuman berenergi mampu meningkatkan

euphoria, mengurangi agitasi, ansietas, iritabilitas dan insomnia karena

zat stimulan itu sendiri seperti kafein. Minuman ini juga mampu

meningkatkan ketahanan otot tubuh (Alsunni, 2011). Minuman berenergi

yang berkafein dapat meningkatkan kualitas kerja dengan meningkatkan

kewaspadaan, performa psikomotor, pengetahuan, memori dan mood.

Sebuah penelitian yang mengkaji manfaat minuman berenergi

dalam memberi peningkatan energi menunjukkan bahwa minuman energi

dibandingkan dengan placebo memberi efek peningkatan energi pada

kelompok subjek berumur 18 hingga 55 tahun. Efek yang paling tinggi dapat

dirasakan 30 hingga 60 menit selepas konsumsi dan efek ini

dipertahankan selama sekurang-kurangnya 90 menit. Dan dikatakan lebih

lanjut bahwa kafein merupakan penyebab utama efek ini (McCormack dan

Hoffman, 2012).

Minuman berenergi diyakini dapat membantu mengganti energi

yang hilang setelah berlatih ataupun berkompetisi.Selain itu juga dapat

menggantikan cairan tubuh yang hilang, meningkatkan performa dan

mengurangi kelelahan (Buxton, 2012).Pemberian minuman berenergi


20

yang mengandung kafein juga dapat menigkatkan denyut jantung secara

signifikan dan berhubungan dengan tekanan darah pada akhirnya

(Sinaga, 2012).

Tabel 2.1. Zat Kandungan Minuman Berenergi dan Efeknya Terhadap

Tubuh

No Zat kandungan Efek terhadap tubuh

Stimulasi sistem saraf pusat

sehingga memberikan efek “alert”.


1. Kafein ( 70-200 mg )
Meningkatkan denyut jantung

dan tekanan darah.

Meregulasi denyut jantung, kontraksi


2. Taurine
otot dan tingkat energi.

Merupakan zat stimulan yang

meningkatkan“alertness” dan energi.


3. Guarana
Mempunyai efek yang sama

seperti kafein

Membantu dalam konversi


4. Vitamin B
makanan menjadi energi

Meningkatkan energi, mempunyai


Ginseng (18-400 mg
5. komponen anti-lelah, melegakan
dalam 16 ons)
stress dan menguatkan ingatan.
21

Menstimulasi hipothalamus dan

kelenjar pituitary untuk mengekskresi

adeno corticotropic hormone(ACTH)

Membantu retensi ingatan,

konsentrasi, sirkulasi, menpunyai

6. Ginkgo biloba efek anti-depresan, Kandungan dalam

minuman berenergi terlalu rendah

untuk menimbulkan efek yang baik.

Merupakan asam amino yang

biasanya diproduksi oleh hati dan

ginjal. Bersifat termogenik dan


7. L-Carnitine
membantu dalam pengurangan berat

badan & meningkatkan daya tahan

tubah sewaktu berolahraga.

Sumber metabolisme karbohidrat


8. Gula
tubuh untuk menghasilkan tenaga.

Membantu pemulihan tubuh daripada


9. Anti-oxidant
efek radikal bebas.

Biasanya dijumpai dalam tubuh dan

10. Glucuronalactone merupakan glukosa yang

dimetabolisme oleh hati. Membantu


22

detoksifikasi, sekresi hormone dan

biosintesa vitamin C.

Sumber: Babu, K.M., Church, R.J., Lewander, W., 2008. “Energy Drinks:

The New Eye-Opener for Adolescents”, Clinical Pediatric Emergency

Medicine.

Kebanyakan minuman berenergi mengandung gula dan kafein

dalam jumlah besar sebagai bahan aktif utama meskipun zat lain

seperti taurine, riboflavin, piridoksin,vitamin B, dan berbagai herbal seperti

guarana, ginseng dan ginkgo biloba juga ada. Kandungan gula yang tinggi

(sekitar 9% atau 10%) tidak hanya membuat minuman berenergi lebih

berkalori tetapi juga menghambat penyerapan cairan dan dapat

menyebabkan kram perut. Konsentrasi kafein dalam minuman berenergi

dapat berkisar tiga sampai lima kali konsentrasi dalam minuman

bersoda. Namun, hal ini telah ditemukan memiliki konsekuensi kesehatan

yang merugikan (Buxton, 2012)

D. Tinjauan Umum Tentang Darah dan Serum

1. Darah

Darah merupakan kumpulan dari cairan, sel-sel dan partikel

yang menyerupai sel, yang mengalir dalam arteri, kapiler, dan vena yang

mengirimkan oksigen dan zat-zat gizi ke jaringan dan membawa

karbondioksida dan hasil limbah lainnya.


23

Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup, mulai dari

binatang primitif sampai manusia. Dalam keadaan fisiologik, darah selalu

berada dalam pembuluh darah sehingga dapat menjalankan fungsinya

sebagai : pembawa oksigen, mekanisme pertahanan tubuh terhadap

infeksi dan mekanisme hemostasis. Setiap orang rata-rata mempunyai

kira-kira 70 mL darah setiap kilogram berat badan, atau kira-kira 3,5 L

untuk orang dengan berat badan 50 kg. Sebanyak 50-60% darah terdiri atas

cairan, sissanya berupa sel-sel darah. Komponen cairan darah disebut

plasma, yang mengandung 90% air, dan 10% sisanya adalah bahan-bahan

yang terlarut, misalnya ion-ion, glukosa, asam amino, hormon,

danberbagai macam protein. Serum pada dasarnya sama dengan

plasma, tetapi tidak mengandung fibrinogen (yang merupakan faktor

koagulasi/pembekuan darah). Sel-sel darah terdiri dari eritrosit (sel darah

merah), leukosit (sel darah putih) yang terdiri dari beberapa jenis, dan

trombosit (platelet).

2. Serum

Serum adalah cairan yang didapat jika darah dibiarkan membeku,

merupakan plasma yang telah kehilangan fibrinogen (unsur pembeku

darah). Koagulasi mengubah semua fibrinogen menjadi fibrin yang

padat dan dalam prosesnya menghabiskan faktor VIII, faktor V dan

protrombin. Serum normal mengandung faktor XII, XI, X, IX, dan VII.
24

Jika proses koagulasi berlangsung secara abnormal, serum

mungkin mengandung sisa fibrinogen atau protrombin yang belum

diubah. Serum normal berwarna kekuningan-kuningan dan

mempunyai sifat antigenik. Serum berwarna keruh yang mengacu

pada kekeruhan dari kadar lemak disebut serum lipemik. Serum

lipemik yang baru dipisahkan tampak seperti susu. Pada serum yang

diinginkan, kilomikron yang berlebihan akan mengapung dibagian atas

dan tampak suatu lapisan krim. Kekeruhan yang merata pada serum

mengisyaratkan peningkatan kandungan VLDL (Very Low Density

Lipoprotein). Terdapat beberapa jenis kekeruhan yang dijumpai,

yaitu :

1) Uniform berarti peningkatan VLDL tanpa kilomikron yang

signifikan.

2) Krim di atas suatu bahan pemeriksaan yang keruh berarti

peningkatan kilomikron dan VLDL.

3)Krim diatas bahan pemeriksaan yang jernih berarti kilomikronemia

tanpa VLDL.

E. Metode Pemeriksaan SGPT dan SGOT

Pemeriksaan kadar SGPT dan SGOT darah di laboratorium dilakukan

dengan menggunakan metode Enymatic Colorymatic.


25

Prinsip pemeriksaan SGPT.

GPT

2-oxoglutamat + L-Alanin Glutamate + Pyruvate

LDH

Pyruvate + NADH + H+ L-Lactate+ NAD+

Dengan adanya 2-oxoglutarat, aspartat di transformasikan menjadi

pyruvate dan glutamat oleh adanya ALT/SGPT dalam sampel. Dengan

adanya NADH dan LDH, pyruvate di transformasikan menjadi lactate dan

NAD. Perubahan absorbansi dengan waktu karena konversi NADH ke NAD

berbanding lurus dengan aktivitas ALT dan di ukur menggunakan alat

fotometer (340-700 nm).

Prinsip pemeriksaan SGOT didasarkan pada terbentuknya

oxaloacetat. AST mengkatalisis transminase dari L-aspartat ke alfa-

ketoglutarat membentuk L-glutamat dan oxaloacetate. Oxaloacetate

terbentuk direduksi menjadi Malate oleh Malate Dehidrogenase (MDH)

dengan oksidasi yang serentak mengurangi Nicotinamide Adenin

Dinukleotida (NADH). Perubahan absorbansi dengan waktu karena konversi

NADH ke NAD berbanding lurus dengan aktivitas AST dan di ukur

menggunakan alat fotometer (340-700 nm) (Siemens, 2011). Pemeriksaan


26

kadar SGPT dan SGOT metode enzimatik ini menggunakan sampel darah

vena.

F. Tinjauan Tentang Fotometer Chemistry Analyzer Cobas C 311

Fotometer merupakan peralatan dasar di laboratorium klinik untuk

mengukur intensitas atau kekuatan cahaya suatu larutan. Sebagian besar

laboratorium klinik menggunakan alat ini karena alat ini dapat menentukan

kadar suatu bahan di dalam cairan tubuh seperti serum atau plasma (Rauf M

Junus, 2015). Salah satu alat fotometer yang digunakan untuk menganalisa

darah di Laboratorium RSUD Labuang Baji Makassar adalah Chemistry

Analyzer Cobas C 311.

Gambar 1. Fotometer Chemistry Analyzer Cobas C 311

Fotometer Chemistry Analyzer Cobas C 311 adalah alat yang dirancang

khusus untuk menganalisa secara acak dan otomatis yang dikendalikan oleh

perangkat lunak untuk analisis kimia klinis dan Homogen Imunologi (HIA).

Alat Ini dirancang untuk penentuan in vitro kuantitatif dan kualitatif


27

menggunakan berbagai macam tes untuk analisis. Alat analisa cobas C 311

melakukan tes fotometri dan ion-ion selective pengukuran elektroda dan

menggunakan serum/plasma (Anonim, 2009).

Prinsip alat ini menggunakan metode fotometrik yaitu pengukuran

penyerapan sinar akibat intraksi sinar yang mempunyai panjang gelombang

tertentu dengan larutan atau zat warna yang dilewatinya. Untuk menganalisis

cahaya, fotometer bisa mengukur cahaya setelah melalui filter atau melalui

monokromator penentuan ditentukan panjang gelombang atau untuk analisis

terhadap distribusi spectrum cahaya. Alat fotometer pada prinsipnya memiliki

persamaan seperti spektrofotometer yang membedakan hanyalah

penggunaan filter sebagai monokromatornya. Filter hanya digunakan untuk

meneruskan cahaya namun dapat juga menyerap sumber radiasi dari

gelombang lain. Penggunaan fotometer lebih sering digunakan untuk

kebutuhan laboratorium klinis (analisa darah) (Rauf M Junus, 2015).


28

G. Kerangka konseptual

Dalam data yang diungkapkan oleh Centers for Disease Control and

Prevention 2015 (CDC 2015), diketahui bahwa jika kita mengkonsumsi

satu botol minuman berenergi saja, maka kita sudah mengkonsumsi 40

miligram niasin. Minuman berenergi juga memiliki kandungan vitamin B6

dan B12 yang sangat tinggi. Hal ini berarti, jika kita mengkonsumsi

beberapa botol minuman berenergi dalam sehari, maka tubuh akan

mengalami kelebihan asupan vitamin B yang justru akan membuat kadar

racun dalam tubuh meningkat dan membuat hati bekerja dengan terlalu

keras. Acuan adanya abnormalitas fungsi hati terkait hepatitis akut yaitu

terjadinya peningkatan kadar SGPT dan SGOT dalam darah.


29

Pengonsumsi

minuman berenergi

Minuman berenergi

Hati

HEPATITIS AKUT

SGPT SGOT

Gambar 2. Skema kerangka konseptual


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah observasi laboratorik yang bersifat deskriptif

yang bertujuan untuk melihat kadar SGPT dan SGOT pada supir pete-pete

yang mengkonsumsi minuman berenergi dengan metode enzimatik

spektrofotometri menggunakan fotometer Chemistry Analyzer Cobas C 311.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian direncanakan pada bulan maret 2020

2. Lokasi Penelitian

Penelitian direncanakan di Laboratorium Rumah Sakit Umum

Daerah Labuang Baji Makassar.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua sopir pete-pete

2. Sampel dalam penelitian ini adalah 10 sampel supir pete-pete yang

mengkonsumsi minuman berenergi.


31

D. Teknik Pengambilan Sampel.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

purposive sampling yang merupakan pengambilan sampel yang berdasarkan

atas suatu pertimbangan tertentu yaitu kriteria pengonsumsi minuman

berenergi.

1. Sampel pengonsumsi minuman berenergi yang mempunyai aktifitas

yang berlebihan seperti mengemudi terlalu lama.

2. Dengan sering mengkonsumsi minuman berenergi secara berlebihan

E. Variabel Penelitian

1. Variabel terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah kadar SGPT dan SGOT.

2. Variabel bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah supir pete-pete pengonsumsi

minuman berenergi

F. Definisi Operasional

1. Minuman berenergi adalah minuman berasa yang berupa air non-

alkohol yang mengandung kafein, karbohidrat, asam amino, vitamin

dan bahan lain dengan tujuan meningkatkan energi, kewaspadaan,

metabolisme dan mental performa (Campbell, 2013).


32

2. Darah vena

Darah adalah cairan jaringan tubuh pada makhluk hidup mulai

dari binatang primitif sampai manusia. Pembuluh darah

memegang peranan penting yaitu sebagai fungsi utamanya

adalah mengangkut oksigen dan asupan nutrisi ke seluruh tubuh,

serta penyusun sistem kekebalan tubuh.

3. Sentrifuge

Campuran dapat tersusun atas beberapa unsur ataupun senyawa.

Komponen – komponen penyusun suatu campuran tersebut

dapat dipisahkan berdasarkan sifat fisika zat penyusunnya. Salah

satu metode yang digunakan dalam pemisahan campuran

adalah sentrifugasi. Sentrifugasi ialah proses pemisahan partikel

berdasarkan berat partikel tersebut terhadap densitas layangnya

(bouyant density). Dengan adanya gaya sentrifugal maka akan

terjadi perubahan berat partikel dari keadaan normal pada 1 xg

(sekitar 9,8 m/s2) menjadi meningkat seiring dengan kecepatan

serta sudut kemiringan perputaran partikel tersebut terhadap

sumbunya.

4. Serum

Serum adalah cairan bening yang dipisahkan dari sel-sel darah

menggunakan sentrifus. Serum berbeda dari plasma, bagian cairan


33

dari darah yang normalnya berisi sel darah merah, sel darah putih dan

trombosit. Serum juga tidak memiliki faktor pembekuan karena

diperoleh dari darah yang telah dibiarkan menggumpal.

5. SGPT adalah enzim yang dibuat dalam sel hepatosit dan memiliki

konsentrasi yang tinggi di hati serta terdapat dalam jumlah kecil pada

otot jantung, ginjal dan otot rangka.

6. SGOT

SGOT adalah enzim katalitik yang memiliki akivitas metabolik yang

tinggi. Enzim ini ditemukan dalam bentuk isoenzim yaitu c-AST yang

terdapat di sitoplasma dan m-AST yang terdapat di mitokondria. Enzim

ini ditemukan di otot jantung dan hati, sementara dalam konsentrasi

sedang dijumpai pada otot rangka, ginjal, dan pankreas.

7. Metode Spektrofotometer

Spektrofotometri adalah suatu metode dalam kimia analisis yang

digunakan untuk mengukur konsentrasi sampel secara kuantitatif,

berdasarkan interaksi materi dengan cahaya. Cahaya yang diserap

oleh materi ini akan terukur sebagai Transmitans ataupun Absorbans.

Dalam analisis cara spektrofotometri terdapat tiga daerah panjang

gelombang elektromagnetik yang digunakan, yaitu daerah UV (200-

380 nm), daerah Visible (380-700 nm), dan daerah Inframerah (700-

3000 nm).
34

8. Chemistry Analyzer Cobas C311

Penganalisis cobas c 311 adalah sistem yang berdiri sendiri yang

menawarkan pengujian terkonsolidasi dari menu luas aplikasi kimia

klinis. Alat analisis ini memiliki kapasitas untuk penentuan ion-selektif

elektroda (ISE) natrium, kalium, dan klorida dalam serum, plasma, dan

urin. Selain itu, pengukuran kadar HbA1c dalam darah lengkap juga

dapat dilakukan, menjadikannya penganalisis yang benar-benar

fleksibel.

G. Prosedur Penelitian

Metode : Spektrofotometri

Prinsip : Cahaya putih dari halogen tungstan ditangkap oleh lensa

kondensor pertama, kemudian mengalami pemantulan dari cermin pantul

dan dipertajam oleh lensa kondensor kedua, selanjutnya cahaya melalui

kuvet dan berinteraksi dengan campuran reagensia dan bahan

pemeriksaan yang telah selesai bereaksi. Cahaya yang diteruskan dari

kuvet tersebut diarahkan dan dipusatkan oleh lensa kondensor ketiga

kemudian ditangkap oleh sejenis cermin cekung (reflect grafting spread)

menjadi cahaya.
35

H. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah torniquet, spoit, tabung

vakum tutup kuning, rak tabung, mikro pipet, tip biru, sentrifuge, cup

sampel dan fotometer Chemistry Analyzer Cobas C 311.

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kapas alkohol 70 %,

sampel serum, reagen SGPT, dan reagen SGOT

I. Prosedur kerja

a. Cara pengambilan darah vena metode spoit:

Dipilih bagian yang akan dilakukan tusukan yaitu dipilih vena yang

besar dan tidak mudah bergerak (vena mediana cubiti). Kemudian

desinfektan area vena mediana cubiti dengan kapas alkohol dengan

gerakan memutar dari tengah ke tepi, dibiarkan selama 30 detik

untuk pengeringan alkohol. Setelah itu, dipasang tourniquet 7,5-10

cm diatas bagian vena mediana cubiti disertai pengepalan tangan

pasien untuk membantu penampakan vena. Lalu ditusuk jarum ke

dalam vena menggunakan spoit, posisi lubang jarum menghadap

keatas dengan sudut 15-30°. Setelah darah mengalir tourniquet

dilepas lalu dilepaskan jarum perlahan-lahan dan segera ditekan

dengan kapas selama 3-5 menit. Darah yang telah diambil

dimasukkan kedalam tabung vakum tutup kuning dan bolak balik


36

tabung 5-10 kali. Diplaster bagian vena mediana cubiti kemudian beri

label pada tabung (nama, nomor laboratorium, jam dan tanggal

pengambilan) (Ridjayani, 2015).

b. Cara untuk mendapatkan serum

Tabung vakum yang berisi darah tersebut dibiarkan dalam suhu

ruangan selama beberapa menit lalu disentrifuge dengan kecepatan

3000 rpm selama 10 menit. Setelah disentrifuge darah akan terpisah

dengan serum. Serum yang dihasilkan segera dipisahkan dari

bekuannya. Serum yang akan diperiksa yaitu serum yang tidak

haemolisis.

c. Prosedur pengoprasian alat fotometer Cobas C 311 full automatik

dan pemeriksaan sampel

Pipet serum pasien kedalam kuvet sebanyak 200 μL, letakkan pada

disk posisi pada sampel disk. Pada layar monitor pilih workplace

kemudian pilih test selection lalu pilih routine (N). Masukkan

sequence no sampel sesuai disk position pada sampel disk.

Kemudian masukkan sampel ID pasien. pilih jenis tes yang akan

diperiksa tekan save. Ulangi langka 1-4 untuk sampel yang lain.

Kemudian klik start. (Sumber : Laboratorium Rumah Sakit Siloam

Makassar).
37

J. Interpretasi Hasil

Nilai normal SGOT/AST Nilai Normal SGPT/ALT

Laki-Laki : 10-40 U/L Laki-Laki : 10-55 U/L

Perempuan : 9-25 U/L Perempuan : 7-30 U/L

Tabel 2.2 (Sumber : Laboratorium)/Cobas C 311

K. Kerangka Operasional

Pasien pengonsumsi

minumanan berenergi

Darah Vena

Sentrifuge

Serum

SGPT SGOT

Metode Spektrofotometer Chemistry Analyzer Cobas

sSpektrofotometer C311

f
38

Hasil

Analisis Data

Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 3. Kerangka operasional

L. Analisis Data

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan dinarasikan


DAFTAR PUSTAKA

Miller, K.E.Alcohol Mixed with Energy Drink Use and Sexual Risk

Taking: Casual, Intoxicated, and Unprotected Sex.Journal of Caffeine

Research [Online Journal]2012; 2(2):62-69[diakses 14 Februari 2014].

Available at:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3621311/?report=classic

Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia Harper. 27th ed. Jakarta: EGC; p.

317.

Nurachman, Elly, 2011. Dasar – Dasar Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: Salemba

Medika

Putri astuti R, Kustiyah L, Anwar F. Persepsi,2007 Konsumsi, dan Preferensi

Minuman Berenergi. Jurnal Gizi dan Pangan.(3):13-25.

Meier B. Energy Drinks Promise Edge, 2013. but Experts Say Proof Is

Scant, The New YorkTimes,.


40

Reissig CJ, Strain EC, Griffiths RR, 2008. Caffeinated Energy Drinks -A

Growing Problem. Drug Alcohol Depend.

Business Monitor International. 2012. Indonesia Food & Drink Report Includes

BMI's Forecasts. London: Business Monitor International;

Tanjoyo H, Gunawan A. Profil. 2012. Penggunaan Minuman Berenergi Pada

Pasien Gagal Ginjal Kronik di Ruang Hemodialisa RSSA Malang.

Maniarsu S., 2011. Analisa Natrium Benzoat dalam Minuman Isotonik di Kota

Medan,[Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara;

Bastiansyah E., 2008. Pemeriksaan darah. Dalam: Shinta K, editor. Paduan

lengkap membaca hasil tes kesehatan. Edisi ke-1. Penebar plus; . Hal. 53 ;

Jakarta.

Saranya, T Ananthi., 2013. BiochemicalInvestigation of Bidi Smokers in Rural

Areas of Thanjavur District of Tamil Nadu, India. Scholars Journal of Applied

Medical Sciences (SJAMS).; I(2): p. 41-3.

Anda mungkin juga menyukai